iv
ABSTRAK
Tesis berjudul Hubungan Dimensi-dimensi Religiusitas dan Aspek-aspek Resiliensi pada Mahasiswa Kristen Angkatan 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas ”X” Bandung.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan dimensi-dimensi religiusitas dan aspek-aspek resiliensi kepada mahasiswa angkatan 2012 yang beragama Kristen di Fakultas Kedokteran Universitas ”X” Bandung. Penelitian dilakukan dengan teknik sampling kepada 87 orang mahasiswa angkatan 2012 yang beragama Kristen di Fakultas Kedokteran Universitas ”X” di Bandung. Penelitian menggunakan kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa yang berusia antara 18 – 21 tahun, katagori remaja akhir (Santrock, 2004)
Dasar pemikiran penelitian ini adalah adanya masalah pada mahasiswa yang kuliah di Fakultas Kedokteran sehubungan dengan sistem belajar berbasis kompetensi. Oleh karena itu mahasiswa perlu mendapatkan bantuan untuk bertahan dalam mengatasi kesulitan sehingga dapat menyelesaikan studinya dengan keberagamaan
Dimensi-dimensi Religiusitas pada penelitian ini berdasarkan pada teori yang dikembangkan oleh C.Y. Glock & Stark (1965) yaitu : religious knowledge, religious
bellief, religious feeling, religious practice, dan religious efect. Aspek-aspek resiliensi
berdasarkan teori yang Bonnie Benard (2004) yaitu social competence, problem solving,
autonomy, dan sense of purpose
Validitas ditentukan dengan membandingkan koefisien korelasi Spearman dengan nilai kriteria Lisa Friedenberg (Friedenberg, 1995). Validitas item religiusitas antara 0,350 sampai 0,641. Validitas item resiliensi antara 0,322 sampai 0,599. Tingkat reliabilitas alat ukur menggunakan analisis kuantitatif korelasi Spearman dengan membandingkan koefisien Alpha Cronbach berdasarkan kriteria dari J.P. Guilford (1956). Reliabilitas religiusitas sebesar 0,916 (reliabilitas sangat tinggi) dan reliabilitas resiliensi sebesar 0,740 (reliabilitas tinggi). Teknik analisis data memakai analisis kuantitatif dengan korelai Spearman untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel yang berskala ordinal. Pengolahan data menggunakan SPSS 17
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dimensi religious feeling, religious practice, dan religious efect dengan dengan aspek
social competence, problem solving, autonomy, dan sense of purpose. Sedangkan dimensi religious knowledge dan religious bellief memiliki hubungan positif dengan aspek social competence dan autonomy dan tidak ada hubungan dengan aspek problem solving, dan sense of purpose. Hubungan yang paling erat antara dimensi religious feeling dengan
aspek autonomy (r = 0,427) dan sense of purpose (r = 0,432)
v ABSTRACT
Thesis titled Relationship Dimensions of Religiosity and Resilience Aspects of the Christian Students Generation 2012 in the Faculty of Medicine, University "X" Bandung.
This research was conducted to obtain an overview of the relationship dimensions of religiosity and aspects of resilience to the students of 2012 Christian generation in the Faculty of Medicine, University "X" Bandung. The study was conducted with a sampling technique to the 2012 generation 87 students who are Christian in the Faculty of Medicine, University "X" in Bandung. The study used a questionnaire given to students aged between 18-21 years, the category of late adolescence (Santrock, 2004)
The rationale for this study is a problem with the students who study at the Faculty of Medicine in connection with a competency-based learning system. Therefore, students need to get help to survive in overcoming the difficulties that could complete his studies with religious
Dimensions of religiosity in this study is based on the theory developed by CY Glock and Stark (1965), namely: religious knowledge, religious bellief, religious feeling, religious practice, and religious efect. Aspects of resilience based on the theory that Bonnie Benard (2004) that social competence, problem solving, autonomy, and sense of purpose
Validity was determined by comparing the Spearman correlation coefficient with value criterion Lisa Friedenberg (Friedenberg, 1995). The validity of the religiosity items between 0.350 to 0.641. The validity of the items resilience between 0.322 to 0.599. The level of reliability of measuring instruments using quantitative analysis by comparing the Spearman correlation coefficient Cronbach alpha based on the criteria of JP Guilford (1956). Religiosity reliability of 0.916 (very high reliability) and reliability resilience of 0.740 (high reliability). The data analysis technique uses quantitative analysis of correlation Spearman to determine the relationship between two or more variables are ordinal scale. Processing data using SPSS 17
These results indicate that there is a positive relationship between dimensions of religious feeling, religious practice, and religious efect with the social aspects of competence, problem solving, autonomy, and sense of purpose. While the dimensions of religious knowledge and religious bellief have a positive relationship with the social aspects of competence and autonomy and no association with aspects of problem solving, and a sense of purpose. The most closely relationship between dimensions of religious feeling with aspects of autonomy (r = 0.427) and a sense of purpose (r = 0.432)
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERSYARATAN ORISINALITAS PENELITIAN ... ii
PERSYARATAN PUBLIKASI PENELITIAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ………. 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 17
1.3. Maksud dan Tujuan ... 18
1.3.1. Maksud Penelitian ... 18
1.3.2. Tujuan Penelitian ... 18
1.4. Kegunaan Penelitian ... 18
1.4.1. Kegunaan Ilmiah ... 18
1.4.2. Kegunaan Praktis ... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 19
ix
2.1.1. Pengertian Religiusitas ... 19
2.1.2. Lima Dimensi Religiusitas ... 19
2.2. Beda Religiousity, Faith, dan Spirituality ………... 21
2.3. Teologi ……… 24
2.4. Resiliensi ... 25
2.4.1. Definisi Resiliensi ... 25
2.4.2. Sejarah Resiliensi ... 26
2.4.3. Aspek Resiliensi ... 28
2.5. Sistem Pendidikan Nasional ... 38
2.6. Mahasiswa ... 39
2.6.1. Definisi Remaja ... 39
2.6.2. Perkembangan Remaja ... 40
2.6.3. Remaja Akhir ... 43
2.6.4. Perkembangan Keagamaan Remaja ... 45
2.7. Kerangka Berpikir ... 47
2.7.1. Asumsi ... 63
2.7.2. Hipotesis ... 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 66
3.1. Rancangan Penelitian ... 66
3.2. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 66
3.2.1. Variabel Penelitian ... 66
3.2.2. Definisi Konseptual ... 67
x
3.3. Alat Ukur ... 76
3.3.1. Kisi-kisi Alat Ukur ... 76
3.3.2. Prosedur Pengisian Kuesioner ... 95
3.3.3. Sistem Penilaian ... 95
3.3.4. Data Penunjang ... 96
3.3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 97
3.3.5.1. Validitas Alat Ukur ………. 97
3.3.5.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 97
3.4. Pengembangan Alat Ukur ... 99
3.5. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 99
3.5.1. Populasi Sasaran ... 99
3.5.2. Karakteristik Populasi ... 99
3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ...100
3.6. Teknik Analisis Data ...100
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...101
4.1. Gambaran Responden ...101
4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 101
4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 102
4.2. Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan... 103
4.2.1. Hasil Pengolahan Data ... 103
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 124
5.1. Kesimpulan………. 124
5.2. Saran ………...124
5.2.1. Untuk Penelitian Lebih Lanjut ... 125
5.2.2. Saran Praktis ... 125
Daftar Pustaka ...127
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
Tabel 4.1.2. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 103
Tabel 4.1.3. Presentase Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 103
Tabel 4.2.1. Korelasi Religiusitas Knowledge dengan Social Competence ... 104
Tabel 4.2.2. Korelasi Religiusitas Knowledge dengan Problem Solving ... 104
Tabel 4.2.3. Korelasi Religiusitas Knowledge dengan Autonomy ... 104
Tabel 4.2.4. Korelasi Religiusitas Knowledge dengan Sense of Purpose ... 105
Tabel 4.2.5. Korelasi Religiusitas Belief dengan Social Competence ... 105
Tabel 4.2.6. Korelasi Religiusitas Belief dengan Problem Solving ... 106
Tabel 4.2.7. Korelasi Religiusitas Belief dengan Autonomy ... 106
Tabel 4.2.8. Korelasi Religiusitas Belief dengan Sense of Purpose ... 106
Tabel 4.2.9. Korelasi Religiusitas Feeling dengan Social Competence ... 107
Tabel 4.2.10. Korelasi Religiusitas Feeling dengan Problem Solving ... 107
Tabel 4.2.11. Korelasi Religiusitas Feeling dengan Autonomy ... 107
Tabel 4.2.12. Korelasi Religiusitas Feeling dengan Sense of Purpose ... 108
Tabel 4.2.13. Korelasi Religiusitas Practice dengan Social Competence ... 108
Tabel 4.2.14. Korelasi Religiusitas Practice dengan Problem Solving ... 109
Tabel 4.2.15. Korelasi Religiusitas Practice dengan Autonomy ... 109
Tabel 4.2.16. Korelasi Religiusitas Practice dengan Sense of Purpose ... 109
Tabel 4.2.17. Korelasi Religiusitas Effect dengan Social Competence ... 110
Tabel 4.2.18. Korelasi Religiusitas Effect dengan Problem Solving ... 110
Tabel 4.2.19. Korelasi Religiusitas Effect dengan Autonomy ... 110
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Validitas Item Kuesioner Religiusitas Validitas Item Kuesioner Resiliensi
Reliabilitas Item-item Religiusitas dan Resiliensi Kuesioner
Hasil Angket
1. Dimensi Religiusitas
- Religious Knowledge
- Religious Belief
- Religious Feeling
- Religious Practice
- Religious Effec
2. Aspek Resiliensi
- Social Competence
- Problem Solving
- Autonomy
- Sense of Purpuse
Tabulasi
Hasil Pengolahan Data
1
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bab I
Pendahuluan
I. Latar Belakang Masalah
Manusia akan selalu menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya. Baik persoalan yang ringan maupun persoalan yang berat. Pada masa kini tuntutan yang diberikan semakin besar, termasuk juga di bidang pendidikan. Tekanan yang berat seperti banyaknya tugas sekolah serta tuntutan lainnya di bidang pendidikan dirasakan di semua tingkatan, mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Setiap lembaga pendidikan berupaya menjadi yang terbaik sehingga berdampak kepada peserta didiknya. Peserta didik dituntut supaya dapat memenuhi kriteria dari lembaga pendidikan. Misalnya kriteria sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas dan bertaraf internasional.
Menurut ScienceDaily (Ag. 19, 2008), lebih dari setengah populasi mahasiswa berjumlah 26.000 dari 70 perguruan tinggi Amerika Serikat yang menyelesaikan survei mengenai pengalaman bunuh diri, telah melaporkan bahwa mereka pernah memikirkan untuk bunuh diri, paling tidak sekali dalam hidup mereka. Lebih jauh, 15 persen dari mahasiswa yang disurvei telah memikirkan secara serius untuk bunuh diri. (Sumber : Bunuh diri pada mahasiswa ternyata lebih umum, 2009)
2
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan melalui undang-undang berupa Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989. Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan tamatan pendidikan dasar. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Tidak semua orang memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal sampai ke perguruan tinggi. Jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun 2011 baru 4,8 juta orang. Bila dihitung terhadap populasi penduduk berusia 19-24 tahun, maka angka partisipasi kasarnya baru 18,4 persen (Kompas, 2011). Mahalnya biaya pendidikan merupakan salah satu penyebab sebagian besar orang tua tidak sanggup membekali anaknya sampai ke pendidikan tinggi. Selain itu juga karena kurangnya pemerataan dalam kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan rendahnya prestasi siswa menjadi persoalan dalam pendidikan.
3
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Kesulitan belajar di Fakultas Kedokteran menimbulkan stres tersendiri untuk mahasiswa. Jadwal kuliah yang padat, praktikum, tugas-tugas yang banyak, dan tuntutan dari orang tua untuk segera menyelesaikan studi membuat mahasiswa menjadi tertekan.
Menurut Eri Sulaiman (2008), 30 % mahasiswa Fakultas Kedokteran di salah satu perguruan tinggi di Bandung Droup Out (DO) karena gagal atau tidak lulus ujian padahal biaya yang dikeluarkan sudah banyak. Penelitian lain di Fakultas Kedoteran Islam di salah satu kota di Indonesia, Dari 114 mahasiswa Angkatan 2004 (semester 2), sebanyak 85 orang mengalami gangguan belajar dan merasa tertekan. (http://medicine.uii.ac.id/index2.php).
Perkuliahan pada dunia modern sekarang ini, bukan lagi hanya sekadar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus. Tidak sesederhana itu. Bergaul, having fun dengan teman atau pacar, mengembangkan bakat dan minat melalui kegiatan-kegiatan non-akademis, hingga bekerja untuk menambah uang saku. Pola hidup yang kompleks ini seringkali menjadi beban tambahan disamping tekanan dalam kuliah yang sudah begitu melelahkan. Masalah di luar perkuliahan mau tak mau harus diakui turut memengaruhi, baik dari segi mood, konsentrasi, maupun prestasi akademik. Grafik usia yang menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam tahap remaja (adolescence) hingga dewasa muda (early adulthood) (Santrock, 2006).
4
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
mengikuti pendidikan tinggi. Remaja akhir bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi. Remaja akhir berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. (Psikologi Perkembangan, 2009)
5
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
cepat marah, sulit untuk rileks dan merasa tidak berdaya (Pengaruh tingkat stress seseorang dalam belajar, 2012)
Kemampuan individu untuk dapat beradaptasi dengan baik dan mampu berfungsi secara optimal walaupun di tengah situasi yang menekan atau banyak halangan dan rintangan disebut Resiliensi (Benard, 2004). Setiap individu memiliki kemampuan resiliensi dalam diri mereka, yang membedakan hanyalah derajat tinggi rendah kemampuan tersebut (Benard 1991 dalam Henderson, 2003).
Penelitian Resiliensi kepada mahasiswa dilakukan oleh Sophia Leontopoulou (Resilience of Greek Youth at an Educational Transition Point, Springer, 2006) yang meneliti 326 mahasiswa pada tahun pertama di universitas yang dianggap sebagai titik transisi utama pendidikan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana mereka beradaptasi ketika menghadapi kesulitan karena perubahan dalam pendidikan di tingkat universitas sehingga mereka memiliki daya juang dalam belajar.
Resiliensi merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia sekarang. Ketika perubahan dan tekanan hidup berlangsung begitu cepat maka seseorang perlu mengembangkan kemampuan dirinya sedemikian rupa untuk mampu melewati semua perubahan dan tekanan secara efektif. Untuk mampu menjaga kesinambungan hidup yang optimal, maka diperlukan resiliensi maksudnya adalah kemampuan untuk beradaptasi dalam situasi yang menekan.
6
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
(Autonomy), dan kesadaran akan tujuan (Sense of Purpose). Masing-masing aspek tersebut memiliki sub aspek-aspek lainnya.
Permasalahan dan tekanan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh para peserta didik memerlukan kemampuan untuk dapat bertahan. Kebanyakan orang berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai salah satu upaya dalam menghadapi masalah. Sehubungan dengan itu, dalam bidang pembinaan kerohanian para pembina rohani setuju pentingnya mendekatkan diri kepada Tuhan di kalangan remaja, dalam hal ini mahasiswa untuk menolong mereka ketika menghadapi situasi sulit dalam pendidikan (Kadar Rusmana, 2012). Selain itu diperlukan kesehatan jasmani dan juga sehat rohani untuk menghadapi stres. Sampai saat ini tidak banyak orang yang meneliti mengenai hubungan religiusitas dengan resiliensi ((http://medicine.uii.ac.id/index2.php) .
7
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Keberagamaan atau religiusitas adalah suatu sikap penyerahan diri kepada suatu kekuatan yang ada di luar dirinya yang diwujudkan dalam aktivitas sehari-hari yang diungkapkan dengan aspek-aspeknya (C.Y. Glock dan R. Stark, 1965).
Penelitian yang dilakukan di lembaga pendidikan, khususnya di pendidikan tinggi di kota Bandung menjadi menarik untuk dilakukan karena Bandung di kenal sebagai kota pendidikan (www.bandung.go.id). Kota Bandung memiliki cukup banyak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang telah memiliki reputasi yang cukup baik pada skala Internasional maupun regional. Jumlah Perguruan Tinggi Negeri sebanyak 8 buah yang terdiri dari : 2 Universitas, 1 Institut, 3 Sekolah Tinggi dan 2 Politeknik. Perguruan Swasta sebanyak 139 buah yang terdiri dari 19 Universitas, 6 Institut, 65 Perguruan Tinggi, 29 Akademik, 20 Politeknik. (Sumber Kopertis Wilayah IV Bandung Tahun 2012)
Universitas “X” merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung yang sudah cukup lama. Didirikan pada tahun 1965. Saat ini memiliki delapan fakultas dengan jumlah mahasiswa sekitar sepuluh ribu orang. Masih cukup banyak orang tua yang mau mempercayakan anaknya untuk dididik di Universitas “X”. Mahasiswa baru angkatan 2012 sebanyak 2303 orang dan mahasiswa baru angkatan 2013 sebanyak 2314 orang (sumber data dari Biro Administrasi Akademik Universitas “X”, Oktober 2013)
8
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
survei yang dilakukan Pusat Data Analisa Tempo mengenai informasi fakultas kedokteran (http://www.bimbingan.org/tempat-kuliah-kedokteran-di-bandung.htm) mengungkapkan bahwa dua dari lima belas tempat kuliah kedokteran terbaik di Indonesia berada di kota Bandung dan Fakultas Kedokteran Universitas “X” menempati peringkat ke delapan
Sistem pendidikan yang ketat memungkinkan mahasiswa untuk terkena
drops out. Berpedoman pada UU Sisdiknas, Sistem pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas “X” berdasarkan SK Universitas melakukan penyesuaian peraturan akademik kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Fakultas telah merancang strategi pembelajaran dan panduan yang akan membantu mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasai setelah melalui setiap blok (Buku Panduan Fakultas Kedokteran tahun 2012). Pembelajaran setiap blok dititikberatkan pada metode belajar mandiri secara aktif dan kritis serta ketrampilan menyatakan pendapat baik secara verbal maupun tertulis. Sesi kuliah tatap muka maupun diskusi kelompok serta “skills lab” telah disusun dengan maksud agar mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan analisis, evaluasi, dan argumentasi dalam konteks sosial budaya masyarakat Indonesia dengan mempertimbangkan aspek etika kedokteran dan humaniora. Dalam rangka mencapai tujuan akhir untuk menjadi dokter keluarga, selain terampil juga harus mempunyai perilaku yang baik, beretika, mampu berkomunikasi secara efektif. Kompetensi (Acuan berdasarkan National Competency – Based Curriculum : NCBC) adalah :
9
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Kompetensi II : Keterampilan klinis dasar
Kompetensi III : Penerapan prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
Kompetensi IV : Pengelolaan masalah kesehatan individual, keluarga, dan masyarakat secara komprehensif, holistik, terus menerus, terkoordinasi.
Kompetensi V : Mengakses, menilai secara kritis dan mengelola setiap informasi
Kompetensi VI : Kepekaan diri, mawas diri, dan pengembangan diri Kompetensi VII : Menjunjung tinggi profesionalisme, moral dan etika
dalam berpraktek
Kompetensi Lokal : Menghasilkan dokter yang mengikuti keteladanan Yesus Kristus
Peserta didik diharuskan mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan 4 sampai 8 minggu per blok sebanyak 28 blok dan meliputi : kuliah tatap muka, praktikum, skills lab, tutorial, presentasi kasus dan simposium mini, hospital visit.
10
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
(Objective Structure Practical Examination), dan ujian skills lab OSCE (Objective
Structure Clinical Examination)
Berdasarkan kurikulum yang diberlakukan di Fakultas Kedokteran Universitas “X” tersebut banyak tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa sehingga diperlukan keterampilan untuk dapat beradaptasi dengan pendidikan yang sedang ditempuhnya. Tantangan yang dihadapai tersebut diantaranya padatnya jadwal perkuliahan dan praktikum serta banyaknya materi yang harus dipelajari. Selain itu juga tuntutan dari keluarga untuk mendapatkan hasil studi yang memuaskan karena mahalnya biaya yang sudah dikeluarkan
11
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
sebesar 87%. Blok 1 sampai 3 masih dapat mereka pelajari sendiri karena materinya masih ada hubungannya dengan yang dipelajari waktu mereka berada di sekolah lanjutan atas hanya perlu memperlajari lebih baik lagi.
Hal yang menjadikan berat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” adalah karena banyaknya materi yang diberikan dan padatnya jadwal kuliah serta praktikum. Mahasiswa wajib menguasai materi yang akan dipelajari. Sebelum memulai kuliah ada pre tes dan besarnya nilai pre tes ini masuk dalam penilaian akhir. Ujian yang sulit dan waktu ujian yang pendek menyebabkan mahasiswa mendapatkan nilai yang tidak memuaskan.
Data yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas “X” Angkatan 2012 sebanyak 230 orang mahasiswa yang aktif. Informasi mengenai jumlah peserta ujian remedial (ujian perbaikan) yang harus diikuti oleh mahasiswa karena hasil ujiannya belum sesuai standar kelulusan adalah sebagai berikut : Materi Pengetahuan (MP), di Blok 3 yang harus mengikuti remedial sebanyak 57 %, Blok 4 sebanyak 19% dan Blok 5 sebanyak 71 %. Mata Kuliah Anatomi, di Blok 3 yang harus mengikuti remedial sebanyak 74 % dan di Blok 4 sebanyak 47 % . Mata Kuliah Paal ada di Blok 5 saja dan yang harus mengikuti remedial sebanyak 55 % . Ujian SOCA (Student Oral Case Analysis) yang harus mengikuti remedial di Blok 4 sebanyak 60 % dan di Blok 5 sebanyak 33%
12
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
menangis, sulit tidur, menjadi mudah marah, sulit belajar, merasa putus asa dan bahkan ada yang berpikir untuk bunuh diri
Untuk menghadapi dan mengatasi permasalahan-permasalahan dalam studi diperlukan daya tahan dan kemampuan untuk bangkit kembali ketika menghadapi masalah atau tekanan. Tingkat resiliensi seseorang menentukan apakah orang tersebut yang akan sukses atau gagal melewati tantangan kehidupan. Manusia memerlukan kemampuan untuk dapat melewati tekanan-tekanan akibat tuntutan yang semakin berat supaya dapat menjalani kehidupan dengan baik. Kemampuan tersebut antara lain adalah kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, adaptasi dengan lingkungan yang baru, dan memiliki pandangan yang positif untuk diri sendiri.
13
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
kemampuan untuk mengatasi masalah (Re2), kemampuan untuk bertindak secara mandiri (Re3), optimis dalam menjalani kehidupan (Re4). Hasil survei dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1. Hasil Angket Survei Awal
Religiusitas Mahasiswa
Kristen FK
Angk. 2012
Resiliensi
R1 R2 R3 R4 R5 Re1 Re2 Re3 Re4
Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah 1 Tinggi Rendah Rendah Rendah
Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi 2 Rendah Rendah Tinggi Tinggi
Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah 3 Rendah Rendah Rendah Rendah
Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah 4 Rendah Rendah Rendah Rendah
Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi 5 Tinggi Rendah Tinggi Tinggi
Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 6 Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah 7 Rendah Rendah Tinggi Rendah
Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 8 Rendah Tinggi Tinggi Rendah
Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi 9 Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi 10 Rendah Tinggi Tinggi Rendah
14
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Akan tetapi memiliki keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama yang tinggi, kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan ritual agama yang tinggi juga bersikap optimis dalam menjalani hidup.
Responden kedua memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang tinggi, keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama yang tinggi, perasaan dekat dengan Allah yang tinggi, bertindak dengan dimotivasi oleh ajaran agama yang tinggi, serta memiliki kemampuan bertindak secara mandiri yang tinggi dan optimis dalam menjalani hidup akan tetapi memiliki kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan ritual agama yang rendah, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang rendah dan dan kemampuan mengatasi masalah yang rendah.
Responden ketiga dengan pengetahuan dan pemahaman agama yang rendah, keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama yang rendah, bertindak dengan dimotivasi oleh ajaran agama yang rendah juga memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang rendah, kemampuan mengatasi masalah yang rendah dan kemampuan bertindak secara mandiri yang rendah serta bersikap pesimis dalam menjalani hidup akan tetapi memiliki perasaan dekat dengan Allah yang tinggi, serta kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan ritual agama yang tinggi
15
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama yang tinggi, perasaan dekat dengan Allah yang tinggi, serta kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan ritual agama yang tinggi
Responden kelima dengan pengetahuan dan pemahaman agama yang rendah, kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan ritual agama yang rendah juga memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang rendah, akan tetapi memiliki keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama yang tinggi , perasaan dekat dengan Allah yang tinggi, bertindak dengan dimotivasi oleh ajaran agama yang tinggi serta memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang tinggi, kemampuan bertindak secara mandiri yang tinggi dan bersikap optimis dalam menjalani hidup.
Responden keenam memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang tinggi juga memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang tinggi dan kemampuan mengatasi masalah yang tinggi akan tetapi memiliki keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama yang rendah, perasaan dekat dengan Allah yang rendah, kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan ritual agama yang rendah, dan bertindak dengan dimotivasi oleh ajaran agama yang rendah serta kemampuan bertindak secara mandiri yang rendah dan bersikap pesimis dalam menjalani hidup.
16
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
masalah yang rendah serta bersikap pesimis dalam menjalani hidup akan tetapi memiliki keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama yang tinggi, perasaan dekat dengan Allah yang tinggi serta memiliki kemampuan bertindak secara mandiri yang tinggi.
Responden kedelapan memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang tinggi juga memiliki kemampuan mengatasi masalah yang tinggi dan kemampuan bertindak secara mandiri yang tinggi akan tetapi memiliki keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama yang rendah, perasaan dekat dengan Allah yang rendah, kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan ritual agama yang rendah, bertindak dengan dimotivasi oleh ajaran agama yang rendah serta memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang rendah dan bersikap pesimis dalam menjalani hidup.
Responden kesembilan memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang tinggi, perasaan dekat dengan Allah yang tinggi, dan bertindak dengan dimotivasi oleh ajaran agama yang tinggi juga memiliki kemampuan mengatasi masalah yang tinggi dan bersikap optimis dalam menjalani hidup akan tetapi memiliki keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama yang rendah, kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan ritual agama yang rendah serta memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang rendah dan kemampuan bertindak secara mandiri yang rendah.
17
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
ritual agama yang rendah, juga memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang rendah dan bersikap pesimis dalam menjalani hidup akan tetapi bertindak dengan dimotivasi oleh ajaran agama yang tinggi serta memiliki kemampuan mengatasi masalah yang tinggi dan memiliki kemampuan bertindak secara mandiri yang tinggi.
Berdasarkan data-data dan hasil survei awal yang dilakukan mengenai dimensi-dimensi religiusitas dan aspek-aspek resiliensi kepada mahasiswa Kristen angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas “X” adanya variasi dalam tingkatan di tiap dimensi religiusitas dan aspek resiliensi sehingga perlu di kaji lagi mengenai hubungan antara dimensi religiusitas dan aspek resiliensi
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan dimensi-dimensi religiusitas dan aspek-aspek resiliensi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2012 yang beragama Kristen di Universitas “X”.
II. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka masalah yang dirumuskan adalah:
1. Apakah terdapat hubungan dimensi-dimensi religiusitas dan aspek-aspek resiliensi pada mahasiswa Kristen Fakultas Kedokteran Angkatan 2012 di Universitas “X”
18
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha III.Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan dimensi-dimensi religiusitas dan aspek-aspek resiliensi
2. Tujuan
Penelitian ini untuk mengetahui keeratan hubungan antara dimensi-dimensi religiusitas dan aspek-aspek resiliensi
IV.Kegunaan Penelitian
Kegunaan Ilmiah
1. Penelitian ini memberikan masukan bagi ilmu psikologi mengenai hubungan dimensi-dimensi religiusitas dan aspek-aspek resiliensi
2. Penelitian ini menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan dimensi-dimensi religiusitas dan aspek-aspek resiliensi
Kegunaan Praktis
124
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Bab V
Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan hasil pembahasan data dari 87 mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2012 Universitas “X” di Bandung maka dapat disimpulkan hal-hal berikut :
1. Mahasiswa memiliki tingkat religiusitas yang tinggi di setiap dimensinya. Dimensi religious knowledge 100%, religious belief 100 %, religious
feeling 95,4 %, religious practice 75,86 % dan religious effect 67,82 %
2. Mahasiswa memiliki tingkat resiliensi yang tinggi juga di setiap aspeknya. Aspek social competence 78,16 %, problem solving 90,8 %, authonomy 97,7 % dan sense of purpose 100 %
3. Terdapat hubungan yang positif antara dimensi religious knowlegde dan
religious belief dengan aspek social competence dan automy tapi tidak ada
hubungan positif dengan aspek problem solving dan sense of purpose. Artinya ketika dimensi religious knowlegde dan religious belief tinggi maka hanya aspek social competence dan automy saja yang tinggi sedangkan aspek problem solving dan sense of purpose rendah karena
problem solving dan sense of purpose lebih memerlukan keterampilan
yang langsung dipraktekkan daripada pengetahuan atau keyakinan
4. Terdapat hubungan yang positif antara dimensi religious feeling, religious
practice dan religious effect dengan aspek social competence, problem
125
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
terjadi ketika dimensi religiusitas lebih kepada hal-hal yang praktis dihubungkan dengan aspek-aspek resiliensi yang memang lebih memerlukan keterampilan praktis. Ketika dimensi religiusitas tinggi maka aspek resiliensi juga tinggi
5. Pada umumnya terdapat hubungan yang positif antara dimensi-dimensi religiusitas dengan aspek-aspek resiliensi. Artinya ketika dimensi religiusitas tinggi maka aspek resiliensi juga tinggi
6. Hubungan yang lebih erat antara dimensi religious feeling dengan semua aspek resiliensi dengan nilai r diatas 0,3 (r = 0,320 sampai 0,432)
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan
5.2.1. Untuk Penelitian Lebih Lanjut
126
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 5.2.2. Saran Praktis
Bagi Dosen Wali, Fakultas, dan Pembina Rohani
127
Daftar Pustaka
Benaag, C.G 2002. Resiliency, Street Children and Substance abuse Prevention.
Prevention Preventif, Nov. 2002, Vol 3
Benard, B. 2001. Critical Analysis of Child and Adolescent Wellness Scale (CAWS). Benedictine University
Benard, B. 2004, Resilience : What Have We Learned, San Fransisco: WestEd.
Duvall, Evelyn Millis. 1977. 5-th ed. Marriage and Family Development. Philadelphia: J.B. Lippincott Co.
Glock, Charles.Y. dan Rodney Stark, 1965. Religion and Society in Tension. USA. Rand Mc. Nally and Company
Grotberg, E. 1995. A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening The
Human Spirit. Benard Van Leer Fondation
Klohnen, E.C. 1996. Conceptual Analysis and Measurement of The Constust of Ego
Resilience. Journal of Personality and Social Psychology, Volume 70 No 5
Leontopoulou, Sophia. 2006. Resilience of Greek Youth at an Educational Transition
Point, Springer
Nan Henderson & Mike M. Milstein. 2003. Resiliency in Schools, Making It Happen for
Students and Educators. Corwin Press, Inc.
Newman, Leanne Lewis. 2004. Faith, Spirituality, and Religion: A Model for
Understanding the Differences
Santrock, John.W. 2002. Life Span Development 5th. Edition. Jakarta. Erlangga Santrock, John W. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja, Jakarta. Erlangga Sudjana, 1996. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Tugade M.M & B.L. Fredrickson. (2004). Resilient Individual Use Positive Emotions To
Bounce Back From Negative Emotional Experiences. Journal of Personality and Social
128
Daftar Rujukan
http://all-about-stress.com/2008/02/16/menyiasati-stres-dalam-dunia-perkuliahan/ - 7 Mei 2012
http://digilib.upi.edu/Direktori/TESIS/BIMBINGAN_DAN_KONSELING
/0809401__KADAR_RUSMANA/T_BP_0809401_Chapter1.pdf. - 2 November 2012 http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/26/13202052/Mahasiswa.di.Indonesia.Cuma.4.8 .Juta - 26 Maret 2011
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2248214-pengertian-religiusitas/ - 10 Januari 2012
http://medicine.uii.ac.id/index2.php - 12 Juni 2012
http://www.kopertis4.or.id/daftar-perguruan-tinggi-negeri-swasta - 2 Desember 2012 http://netsains.com/2009/01/bunuh-diri-pada-mahasiswa-ternyata-lebih-umum/ - 19 Januari 2009
http://psikologi.ugm.ac.id/riset-psikologi-klinis.5.1021/faktor-protective-dan-faktor-risiko-terhadap-dampak-psikologis-pada-penyintas-bencana-merapi.abs - 23 Desember 2011
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/component/content/article/36-resiliensi/139-resiliensi - 11 Januari 2009
http://www.highbeam.com/doc/1P3-587610771.html - 1 April 2004 http://belajarpsikologi.com/faktor-faktor-resiliensi/ - 10 Juni 2010