commit to user
LAPORAN KHUSUS
PENYEDIAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN
SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DI RSUD MOEWARDI
SURAKARTA
Abrilla Sidiq Mulyantyo
R0008013
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan judul : Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran Sebagai
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di RSUD Moewardi Surakarta
Abrilla Sidiq Mulyantyo, NIM : R0008013, Tahun : 2011
Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan
Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari Tangga
Pembimbing I
dr. Harninto,MS. Sp.Ok
Pembimbing II
commit to user
commit to user
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Tugas akhir dengan judul :
Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran Sebagai Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Disusun oleh :
Abrilla Sidiq Mulyantyo
NIM. R0008013
telah diajukan dan disahkan pada tanggal :
Hari : . . . Tanggal : . . . Tahun : . . .
Pembimbing Lapangan Kepala IPSRS
Heru Yulistianto, ST, M.Si Imam T. Prasetyo
commit to user
v
ABSTRAK
Abrilla Sidiq Mulyantyo, 2011. PENYEDIAAN ALAT PEMADAM
KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD MOEWARDI
SURAKARTA Program Diploma III HIPERKES dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya pencegahan dan persiapan dalam menghadapi bahaya kebakaran di RSUD Dr. Moewardi Surakarta serta penanggulangannya, sehingga bahaya kebakaran itu dapat dicegah dan dikendalikan sedini mungkin.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini bahwa rumah sakit sebagai tempat kerja memiliki potensi bahaya kebakaran. Untuk itu perlu upaya pencegahan dan persiapan dalam menghadapi bahaya kebakaran serta penanggulangannya, yaitu dengan cara penyediaan alat pemadam kebakaran berupa APAR, hidra nt, sprinkler, da n fire a la rm.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan penelitian ini, maka didapat hasil bahwa RSUD Dr. Moewardi Surakarta menyediakan alat pemadam kebakaran berupa APAR, hidra nt , sprinkler dan fire a la rm sebagai upaya mencegahan dan mempersiapkan dalam menghadapi bahaya kebakaran dan menanggulanginya. Pemasangan dan penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada setiap instalasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta belum sesuai dengan Permenaker Trans No. Per 04 / MEN / 1980.Pemasangan hidra nt sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/ KPTS/ 1984. Fire alarm yang ada di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sudah sesuai dengan Permenaker No Per 02 / MEN / 1983 tentang instalasi alarm kebakaran. Untuk pemasngan sprinkler sesuai dengan Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No Instruksi 11 / M / BW / 1997 tentang pengaman khusus K3 penanggulangan bahaya kebakaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa RSUD Dr. Moewardi Surakarta telah menyediakan alat pemadam kebakaran sebagai upaya mencegahan dan mempersiapkan dalam menghadapi bahaya kebakaran dan menanggulanginya. Saran yang diberikan adalah diharapkan untuk penempatan dan pemeliharaan alat pemadam kebakaran sesuai dengan perundang - undangan dan pemberian pelatihan/simulasi secara aktif.
Kata kunci : Kebakaran, Rumah Sakit, Pencegahan dan Persiapan
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan umum dengan judul Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran Sebagai
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di RSUD Moewardi Surakarta
Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dan syarat kelulusan di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik material,moral maupun spiritual.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam memberikan bimbingan serta dukungan kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan,dr. S. PD-KR-FINASIM selaku dekan
fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Harninto, dr, MS, Sp. Ok selaku pembimbing I dalam penulisan laporan ini.
4. Drs. Widodo Prayitno selaku pembimbing II dalam penulisan laporan ini. 5. Bapak drg. R. Basoeki soetardjo, MMR selaku Direktur RSUD dr. Moewardi
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan magang di RSUD dr. Moewardi.
6. Ibu Anggita selaku Koordinator yang mengurusi masalah Praktek Kerja Lapangan RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
7. Bapak Imam T. Prasetyo selaku Kepala IPSRS RSUD dr. Moewardi Surakarta.
8. Bapak Heru Yulistianto, ST, M.Si selaku Pembimbing Lapangan yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama kegiatan PKL berlangsung.
9. Seluruh Staf Instansi Sanitasi, IPSRS dan bagian Diklat RSUD dr. Moewardi Surakarta.
commit to user
vii
11. Bapak dan ibu yang selalu memberi dukungan dan berdoa untuk keberhasilan dalam menyusun laporan ini.
12. Orang terdekatku yang telah memberi semangat dan bantuan.
13. Teman-teman Angkatan 2008 D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, sukses selalu buat teman-temanku semua.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berperan serta membantu penyelesaian laporan ini
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah, rahmat dan perlindungan-Nya atas semua budi luhur dan nama baik dari semua pihak tersebut diatas. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dan menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Amin...
Surakarta, Juni 2011 Penulis,
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Kerangka Pemikiran ... 31
BAB III METODE PENELITIAN... 32
A. Metode Penelitian ... 32
commit to user
ix
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 32
D. Sumber Data ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Pelaksanaan ... 34
G. Analisa Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 35
A. Hasil Penelitian ... 35
B. Pembahasan ... 41
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 45
A. Simpulan... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gb 1. Teori segitiga api ... 11
Gb 2. Kerangka pemikiran ... 31
Gb 3. Penempatan APAR di salah satu tempat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta ... 37
Gb 4. Hydra nt gedung ... 37
Gb 5. Hydra nt halaman ... 37
Gb 6. Spr inkler dan penempatannya ... 38
Gb 7. Fire a larm dan penempatannya... 39
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan PKL
Lampiran 2 Jadwal Kegiatan Magang
Lampiran 3 Denah RSUD Dr. Moewardi
Lampiran 4 Gambar Penempatan APAR
Lampiran 5 Gambar Penempatan Fire Ala rm
Lampiran 6 Gambar penempatan Hydra nt
Lampiran 7 Gambar Pemasangan sprinkler di Instalasi gizi
Lampiran 8 Gambar Pelatihan Pemadam Kebakaran
Lampiran 9 Program Pengendalian dan Pencegahan Kebakaran
Lampiran 10 Daftar Alat Pemadam Api
Lampiran 11 Langkah penting Bila Terjadi Kebakaran
Lampiran 12 Prosedur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana
Lampiran 13 Prosedur Pemasangan APAR
Lampiran 14 Prosedur Pemeliharaan APAR
Lampiran 15 Penggunaan APAR
Lampiran 16 Prosedur Sistem dan Pengoperasian Alarm Kebakaran
Lampiran 17 Denah dan Jaringan Sistem Alarm Kebakaran
Lampiran 18 Pemeriksaan, Pengujian dan Pemeliharaan Sistem Hidran di Dalam
Gedung
Lampiran 19 Pemeriksaan, Pengujian dan Pemeliharaan Sistem Hidran di
Halaman
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah sakit dan institusi kesehatan lainnya adalah sebuah bentuk
industri jasa yang tidak berbeda dengan industri barang. Komponen manusia,
peralatan dan energi yang merupakan aset industri yang akan menentukan
tujuan perusahaan. Proses data instalasi rumah sakit dan instalasi kesehatan
lainnya sangat kompleks bagi dihasilkannya keluaran yang memuaskan dari
proses kerja yang selamat dan sehat (Keputuan Menteri Kesehatan No.
1204/MENKES/SK/2004).
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan
lingkungan kerja rumah sakit yang sehat, aman dan sejahtera, sehingga bebas
dari kecelakaan kerja dan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Untuk
menciptakan lingkungan yang sehat, aman, sejahtera dan bebas dari
kecelakaan kerja diperlukan upaya untuk mengetahui dan mengenal faktor
atau bahaya yang ada di tempat kerja, selanjutnya dinilai dan dikendalikan
agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
Kebakaran adalah terjadinya api yang tidak dikehendaki. Bagi tenaga
kerja, kebakaran perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka
khususnya terhadap mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat
commit to user
2
sendiri akan dapat menimbulkan banyak kerugian, seperti rusaknya dokumen,
musnahnya properti serta terhentinya proses produksi. Kebakaran merupakan
salah satu kecelakaan yang paling sering terjadi. Selain menimbulkan korban
jiwa dan kerugian material, kebakaran juga dapat merusak lingkungan serta
gangguan kesehatan yang diakibatkan dari asap kebakaran tersebut
Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, tidak ada tempat
kerja yang dapat dijamin bebas resiko dari bahaya kebakaran. Kebakaran di
rumah sakit dan institusi kesehatan lainnya dapat membawa konsekwensi
yang berdampak merugikan banyak pihak baik rumah sakit, pasien, dokter,
perawat, pemerintah dan masyarakat luas. Akibat yang timbul dari peristiwa
kebakaran dapat mengakibatkan korban jiwa, kerugian material, hilangnya
lapangan kerja dan kerugian lain yang tidak langsung, apalagi kalau terjadi
kebakaran pada obyek vital maka dapat berdampak lebih luas lagi.
Untuk meminimalisasi terjadinya kebakaran maka perlu penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai upaya pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan termasuk kebakaran. Pencegahan dan
penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan
pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi
perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta
Salah satu cara sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
merupakan salah satu alat pemadam kebakaran yang sangat efektif untuk
memadamkan api yang masuh kecil untuk mencegah semakin besarnya api
tersebut (Gempur Santoso, 2004).
Untuk mempermudah penggunaan dan menjaga kualitas APAR
tersebut perlu dilakukan pemasangan dan pemeliharaan yang sesuai dengan
Undang-Undang tentang syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.
Sedangkan hydra nt adalah suatu system pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui
pipa-pipa dan selang kebakaran (Depnaker, 1995).
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta merupakan salah
satu bentuk perusahaan jasa yang dalam pelaksanaan aktivitas pelayanannya
membutuhkan fasilitas penunjang yang melibatkan mesin-mesin dan
bahan-bahan yang mempunyai potensi sebagai sumber bahaya. Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi menyadari bahwa keselamatan kerja adalah bagian yang
sangat penting dalam operasional rumah sakit.
Batasan penulisan laporan ini adalah menganalisa tentang bahaya
kebakaran dan bagaimana upaya pencegahan serta penanggulangan saat
terjadinya kebakaran di RSUD Moewardi Surakarta.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan
penelitian dengan judul PENYEDIAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN
SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana penyediaan alat pemadam kebakaran sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang dilakukan di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penyediaan alat pemadam
kebakaran upaya pencegahan dan persiapan dalam menghadapi bahaya
kebakaran di RSUD Dr. Moewardi Surakarta serta penanggulangannya.
D. Manfaat Penelitian
1. Rumah Sakit
Diharapkan dapat sebagai masukan dan evaluasi terhadap upaya
pencegahan dan persiapan dalam menghadapi bahaya kebakaran di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta serta penanggulangannya sehingga dapat
mewujudkan lingkungan rumah sakit dan tempat kerja yang aman dan
sehat.
2. Penulis
b. Diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang
berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
di rumah sakit.
c. Diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku kuliah.
3. Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Sebagai usaha untuk mengembangkan ilmu K3 bagi Program dan
sebagai media untuk menyalurkan lulusan Diploma 3 Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret ke lapangan pekerjaan.
b. Meningkatkan kualitas mahasiswa dalam penerapan ilmu K3 di rumah
sakit dalam bidang kebakaran khususnya tentang Alat Pemadam
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien.( Asta Qauliyah, 2008 )
Di rumah sakit terdapat potensi-potensi bahaya yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan
sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua
para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di
lingkungan RS.
2. Dasar dasar Kebakaran
a. Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki. Boleh jadi api
itu kecil tetapi apabila tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran.
Kebakaran secara umum adalah suatu bencana/malapetaka/musibah
yang diakibatkan oleh api dan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
yang menyebabkan kerugian nyawa dan harta benda. (Dinas Pemadam
Kebakaran, 2008).
Kebakaran perusahaan adalah suatu hal yang tidak diinginkan
yang terjadi didalam perusahaan. Bagi tenaga kerja, kebakaran dapat
mengakibatkan penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap
mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat kehilangan
6).
Peristiwa kebakaran adalah suatu reaksi yang hebat dari suatu
zat yang mudah terbakar dengan zat asam dan panas. Reaksi yang
terjadi bersifat mengeluarkan panas. Bahaya penyebab kebakaran yang
umum terjadi adalah sebagai berikut :
1) Api rokok
2) Bahan cair kimia mudah terbakar
3) Nyala api terbuka
commit to user
8
5) Mekanik : peralatan mesin yang panas
6) Las (pembakaran)
7) Listrik.
Sebagai landasan kita bertindak maka kita harus mengetahui
batasan-batasan antara API dan KEBAKARAN.
API :
1) Nyala di tempat semestinya
2) Mudah dikendalikan
3) Berguna bagi manusia
KEBAKARAN :
1) Nyalanya di tempat yang tidak semestinya
2) Sulit dikendalikan
3) Menimbulkan kerugian baik harta benda dan bahkan jiwa manusia.
Dengan demikian kita ketahui bahwa sebesar apapun api itu
kalau masih dikendalikan dalam arti mudah untuk dibesarkan,
dikecilkan dan bahkan dimatikan serta nyala tersebut di tempat yang
semestinya maka masih disebut api. Akan tetapi sekecil apapun api
tersebut berada di atap rumah / berada di tempat yang tidak semestinya
sudah disebut kebakaran. (Dinas Pemadam Kebakaran, 2008).
Kebakaran adalah proses oksidasi yang berjalan cepat disertai
dengan pengeluaran panas yang berupa api atau sinar, proses tersebut
berlangsung tanpa dapat dikendalikan. Pada waktu terjadi kebakaran,
itu timbul pula panas. Tiap-tiap persenyawaan kimia akan
menimbulkan kalori efek, yaitu efek positif dan efek negatif. Dalam
hal ini peristiwa kebakaran merupakan proses kimia yang mempunyai
efek positif.
Peristiwa kebakaran dapat terjadi bila adanya perpaduan tiga
unsur yang dengan kedudukan dan konsentrasi yang tepat dan
seimbang. Agar tidak terjadi kebakaran harus diadakan menghilangkan
atau memutuskan hubungan salah satu dari ketiga unsur api tersebut.
Proses terjadinya api dapat dibuat simbol dalam bentuk segitiga api.
b. Teori Segitiga Api
Api merupakan suatu reaksi kimia / reaksi oksidasi yang
bersifat eksotermis dan diikuti oleh evolusi atau pengeluaran cahaya
dan panas serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. (Dinas
Pemadam Kebakaran, 2008).
Proses terjadinya api ini dimulai bila terdapat tiga unsur pokok
yaitu bahan yang dapat terbakar, oksigen dari udara atau dari bahan
oksidator dan panas yang cukup. Bilamana ketiga unsur tersebut
berada dalam kondisi yang seimbang dan dalam konsentrasi tertentu,
timbulah oksidasi atau dikenal dengan proses pembakaran.
Bila awal ini telah terjadi maka sebagian panas tersebut akan
diserap oleh bahan bakar atau benda disekelilingnya yang kemudian
melepaskan uap gas yang dapat menyala berganti-ganti setelah
commit to user
10
Dengan teori itu maka apabila salah satu unsur dari segitiga api
tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak
akan terjadi. Bahan yang dapat terbakar jenisnya dapat berupa bahan
padat, cair maupun gas. Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan tadi
terdapat perbedaan, yaitu gas lebih mudah terbakar dibandingkan
dengan bahan cair maupun padat. Demikian juga bahan cair lebih
nudah terbakar dibandingkan dengan bahan padat, disini
menggambarkan adanya tingkat suhu yang berbeda pada setiap jenis
bahan.
Jadi disini dapat disimpulkan bahwa terjadinya api karena
bertemunya 3 (tiga) unsur, yaitu :
1) Bahan yang mudah terbakar
Pada umumnya semua benda yang berada di alam ini dapat
terbakar, hal ini dibedakan dengan menggunakan istilah titik nyala,
yaitu suhu terendah dari suatu bahan untuk merubah menjadi uap
dan akan menyala bila terkena panas. Semakin tinggi nyala maka
makin sulit benda tersebut terbakar. Sebaliknya makin rendah titik
nyala suatu benda maka semakin mudah benda tersebut terbakar.
2) Oksigen
Oksigen merupakan gas pembakar yang menentukan
keaktifan pembakaran. Pada udara bebas kadar oksigen sekitar 21
15 % sedangkan pada kadar kurang dari 12 % pembakaran tidak
dapat berlangsung.
3) Panas
Dengan adanya panas maka suatu bahan akan mengalami
perubahan suhu sehingga mencapai titik nyala. Setelah mencapai
titik nyala benda tersebut akan terbakar. Sumber-sumber panas
dapat berasal dari sinar matahari, listrik, panas dari energi
mekanik, panas dari energi kimia, kompresi udara dan lainlain.
Yang dimaksud dengan titik nyala ( fla sh point ) adalah
temperatur minimum dimana dapat memberikan uap yang cukup dan
bercampur dengan udara bebas membentuk campuran yang dapat
terbakar dekat permukaan benda dan akan menyala hanya sekejab bila
diberi sumber panyalaan karena tidak cukup banyak uap yang
dihasilkan. Sedangkan titik bakar ( fire point ) adalah temperatur
minimum dari suatu zat dimana akan terus menerus terbentuk uap
sehingga terjadi pembakaran secara terus menerus. Titik bakar
biasanya beberapa derajad diatas titik nyala.
Oksigen
Panas Bahan Bakar
commit to user
12
Teori baru telah dikembangkan lebih lanjut untuk pembakaran
dan pemadaman. Hal-hal yang dikembangkan dalam teori ini dibuat
suatu transisi dari ilmu ukur bidang gambar bersegitiga, yang dikenal
sebagai segitiga api menjadi empat sisi yaitu limas (Tetrahedron) yang
menyerupai suatu piramida.
c. Klasifikasi Kebakaran
Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki karakteristik yang
berbeda, karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan
tindakan pemadaman dan jenis media yang diterapkan harus sesuai
dengan karakteristiknya; mengacu pada standar. Yang dimaksud
dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian
atas kebakaran berdasarkan jenis bahan bakarnya. Klasifikasi ini
sangat penting untuk diketahui karena merupakan syarat-syarat pokok
dalam penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Di Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/
1980, yang pembagiannya sebagai berikut:
1) Kelas A
Kebakaran benda-benda padat kecuali logam yang setelah
terbakar akan meninggalkan abu dan bara. Misalnya : kayu, kertas,
kapas, karet, tekstil dll.
Kebakaran benda-benda cair dan gas. Misalnya : bensin,
alkohol, minyak tanah, a cytiline, LPG dll.
3) Kelas C
Kebakaran karena konsleting listrik. Misalnya : peristiwa
arus pendek pada instalasi listrik.
4) Kelas D
Kebakaran benda-benda logam yang mudah terbakar.
Misalnya : pota sium, titanium, ma gnesium dll.
d. Sumber nyala api
Sumber-sumber nyala api terjadi dari berbagai peristiwa antara
lain :
1) Listrik
Instalasi listrik yang digunakan dapat mengakibatkan nyala api
oleh karena faktor-faktor :
a) Tidak berfungsinya pengaman.
b) Kegagalan isolasi
c) Sambungan tidak sempurna.
d) Penggunaan peralatan tidak standar.
2) Rokok
Merokok di tempat terlarang atau membuang rokok sembarang di
tempat kerja dapat menimbulkan terjadinya kebakaran.
3) Gesekan mekanik
commit to user
14
a) Panas akibat kurang pelumasan pada bagian mesin yang
bergerak.
b) Bagian mesin yang bergerak tertutup serbuk mudah terbakar.
c) Bagian dalam mesin terdapat serbuk yang saling bergesekan.
4) Pemanasan berlebih
Pemanasan yang berlebih bisa timbul dari pengoperasian alat-alat
yang tidak terkontrol dengan baik.
5) Api terbuka
Penggunaan api pada tempat-tempat yang terdapat bahan mudah
terbakar.
6) Permukaan panas
Pengoperasian instalasi yang tidak terlindungi dapat menimbulkan
panas pada permukaan yang memicu kontak dengan bahan yang
mudah terbakar.
7) Lentikan bara api
Bunga api bisa berasal dari knalpot motor, diesel atau kendaraan
angkutan lain.
8) Listrik statis
Loncatan api akibat akumulasi listrik statis yang ada pada
umumnya terjadi karena gesekan pada bahan non konduktor.
Sambaran petir dapat mengenai objek-objek yang tidak terlindungi
penyalur petir atau pada instalasi yang penyalur petirnya tidak
memenuhi syarat.
10) Reaksi kimia
Nyala api bisa timbul dari reaksi antara bahan-bahan kimia.
(Dinas Pemadam Kebakaran, 2008)
3. Upaya pencegahan dan penanggulangan
a. Pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran adalah
semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan
dan pemadaman kebakaran yang meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan. Pencegahan
kebakaran lebih ditekankan pada usaha-usaha yang memindahkan atau
mengurangi terjadinya kebakaran. Penanggulangan lebih ditekankan
pada tindakan-tindakan terhadap kejadian kebakaran, agar korban tidak
terlalu banyak. Pencegahan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran tergantung dari lima prinsip pokok sebagai berikut :
1) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan
panik.
2) Pembuatan bangunan yang tahan api.
3) Pengawasan yang teratur dan berkala.
commit to user
16
5) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat
kebakaran dan tindakan-tindakannya.
Pemberantasan kebakaran adalah daya upaya untuk
menghindari suatu peristiwa kebakaran yaitu : memadamkan,
melokalisir, mengamankan harta benda, jiwa, mencari atau
menyelidiki sebab-sebab kebakaran dan rehabilitasi. Jadi
pemberantasan kebakaran adalah usaha yang dilakukan setelah terjadi
musibah kebakaran.
6).
Menurut Kepmenaker No. KEP. 186/ MEN/ 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, bahwa yang dimaksud
dengan penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk
mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian
setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan
sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat
untuk memberantas kebakaran.
Berdasarkan Kepmenaker R.I No. Kep. 186/ MEN/ 1999,
Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat
kerja. Upaya-upaya tersebut meliputi:
1) Pengendalian setiap bentuk energi.
2) Penyediaan alat pemadam kebakaran.
4) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
5) Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala.
6) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran
asap, panas dan gas.
b. Penyediaan Alat Pemadam
1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Adalah alat pemadam api yang mudah dibawa atau dipindahkan
dan dapat dipakai oleh satu orang. Alat tersebut hanya digunakan
untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran dan pada
saat api belum membesar. (BPP, 2011).
Alat pemadam ini memiliki berat antara 0.5 kg 16 kg dan warna
tabung APAR harus mudah dilihat (mencolok) seperti hijau,
merah, biru dan kuning. Komponen yang ada pada sebuah APAR
mekanik, alat penyemprot dan bahan pemadam api. Penggunaan
alat ini akan sempurna pada jarak 3 6 meter dengan api pada
permulaan penyemprotan. Pada saat bahan pemadam api mulai
berkurang daya semprotnya dan jangkauannya pemakai harus lebih
mendekat ke api. Macam-macam bahan pemadam api yang
digunakan pada APAR adalah :
commit to user
18
Air yang dikemas dalam APAR hanya untuk kebakaran kelas
A, tidak efektif digunakan untuk kebakaran kelas B dan akan
berbahaya apabila digunakan untuk kebakaran kelas C.
b) Busa
Busa merupakan reaksi kimia antara bahan busa, air dan udara.
Jenis busa yang digunakan ada 2 (dua) yaitu busa mekanik
(busa protein) dan busa kimia AB yang berisi Aluminium
Sulfat dan Sodium Bikarbonat. Busa dapat memadamkan api
melalui kombinasi 3 (tiga) aksi yaitu menyelimuti
(smother ing), menghentikan reaksi rantai dan mendinginkan
(cooling), tetapi tidak baik digunakan pada kebakaran kelas C
karena merupakan penghantar listrik yang baik.
c) Serbuk kimia kering (Dry chemica l powder )
Serbuk kimia kering mempunyai berat jenis 0.91 dengan
ukuran serbuk 10 17 mikron dan kelembaban kurang dari 0.2
%. Amonium hidro phospate (NH4)3PO4 merupakan serbuk
kimia serba guna untuk kebakaran kelas A, kelas B dan kelas
C.
d) CO2 (Carbon dioksida)
CO2 di dalam tabung APAR dalam bentuk gas cair, berubah
bentuk menjadi salju jika dikeluarkan melalui corong APAR.
CO2 memadamkan api dengan menutup permukaan yang
ruangan tertutup dan listrik serta mesin-mesin karena mudah
dibersihkan dan tidak meninggalkan bekas.
e) Halon (bahan pemadam senyawa halogen)
Yang dimaksud dengan senyawa adalah brom, chlor, flour,
yodium yang disenyawakan dengan metana (CH4) dan karbon.
Yang ada di pasaran (direkomendasikan untuk bisa dipakai
secara umum) adalah halon 1301 (BrCF3) atau BMT dan halon
(BrCClF2), halon lebih efektif dibandingkan dengan CO2.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per. 04/ MEN/ 1980, ketentuan-ketentuan pemasangan APAR
adalah sebagai berikut :
a) Setiap satu kelompok alat pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian
tanda pemasangan.
b) Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm
dari dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok alat pemadam
api ringan yang bersangkutan.
c) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus
sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
d) Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengn lainnya
commit to user
20
meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
e) Semua tabuing alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna
merah.
f) Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api
ringan yang didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena
karat.
g) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan)
menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau
dengan kontruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam
lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
h) Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian
depannya harus diberi kaca aman (sa fety gla ss) dengan tebal
maximum 2 mm.
i) Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci
atau digembok atau diikat mati.
j) Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (sa fety gla ss)
harus disesuaikan dengan besarnya alat pemadam api ringan
yang ada dalam lemari atau peti (box) sehingga mudah
dikeluarkan.
k) Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa
sehingga bagian paling atas (puncaknya) berada pada
tepung kering (dry chemica l) dapat ditempatkan lebih rendah
dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak
kurang dari 15 cm dari permukaan lantai.
l) Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan
atau tempat dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai
minus 44°C kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut
dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut.
m) Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka
harus dilindungi dengan tutup pengaman.
Penempatan APAR juga didasarkan pada kemampuan jangkauan
serta jenis bangunan.
6).
2) Hydra nt
Menurut Depnaker, 1995 yang dimaksud dengan instalasi
hydrant kebakaran adalah suatu system pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui
pipa-pipa dan selang kebakaran. System ini terdiri dari system
penyediaan air pompa, pemipaan, kopling outlet dan inlet serta selang
dan nozzle.
Komponen instalasi hydrant dan perlengkapannya adalah:
a) Sumber air
b) Sistem pompa
commit to user
22
d) Kotak hydrant, lengkap dengan selang, kopling penyambung,
nozzle dan sisir untuk tempat slang.
e) Pillar hydrant dan kunci (khusus hydrant halaman)
Berdasarkan lokasi penempatannya
a) Hydra nt Kota
b) Hydra nt Halaman
c) Hydra nt Gedung
Ada 3 sistem pompa untuk hydra nt, yaitu :
a) Diesel Pump : Akan hidup secara otomatis bila listrik gedung
tiba-tiba mati karena kebakaran.
b) Penggeraknya adalah genset otomatis
c) Jockey Pump : Pompa pemacu tekanan air
d) Main Pump : Pompa manual utama
(Dinas Pemadam Kebakaran, 2008)
Persyaratan teknis hydra nt kebakaran
a) Sumber air hydra nt gedung harus diperhitungkan minimal
pemakaian selama 30 menit.
b) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya, harus mempunyai
sumber daya listrik darurat.
c) Selang (hose) berdiameter maximum 2,5 inch, terbuat dari bahan
tahan panas.
d) Harus disediakan kopling penyambung yang sama bentuknya
dengan kopling dari unit kebakaran setempat.
e) Semua peralatan hydra nt kebakaran harus dicat merah.
Hydra nt memerlukan pemeriksaan dan perawatan setiap tahun.
Produsen hidran menyarankan agar melumasi bagian head mechanism
dapat berfungsi baik. Lubrikasi head mechanism sebaiknya
menggunakan food gra de non-petroleum lubrica nt supaya tidak terjadi
kontaminasi dalam sistem distribusi air hidran.
Ketentuan mengenai hidran di tempat kerja di Indonesia ada
dalam "Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum RI" No
10/KPTS/2000 tentang KETENTUAN TEKNIS PENGAMANAN
TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN
GEDUNG DAN LINGKUNGAN pada Bagian 3: Sistem Pemadaman
Kebakaran Manual, 3.3 Hidran kebakaran dalam bangunan.
3) Spr inkler
Spr inkler merupakan instalasi pemadam kebakaran yang
dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya
kebakaran yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air,
apabila kepala sprinkler pecah terkena panas pada temperatur tertentu.
Fire sprinkler atau penyiram api adalah bagian dari sistem
sprinkler yang berfungsi menyemprotkan air ketika efek api terdeteksi,
seperti saat temperatur ruangan telah mencapai titik tertentu. Ketika
temperatur ruangan mencapai titik tertentu, bagian hea t-sensitive gla ss
bulb atau fusible link pada sprinkler yang berfungsi sebagai sumbat
saluran air pecah sehingga air dapat keluar dari lubang pipa. Titik
temperatur aktivasi setiap jenis sprinkler berbeda, tergantung tipe
bahaya yang dihadapi. Untuk pembeda jenis sprinkler biasanya glass
commit to user
24
menumbuk deflektor sehingga menghasilkan pola persebaran air
tertentu.
Sistem sprinkler atau penyiram api merupakan langkah
perlindungan terhadap api, terdiri dari sistem suplai air yang
memberikan tekanan yang cukup serta laju aliran air pada sistem
perpipaan distribusi air hingga pada alat fire sprinkler yang terhubung.
Tipe Sistem Spr inkler
a) Sistem wet pipe
Tipe sistem ini paling sering digunakan daripada tipe sistem
lainnya karena sederhana yaitu pipa sprinkler telah terisi oleh air
sehingga ketika gla ss bulb pecah, air langsung tersembur.
Kelemahan tipe ini adalah bila terjadi kebocoran pipa.
b) Sistem dry pipe
Sistem dry pipe hanya dapat dipasang pada ruangan dingin
yang temperaturnya mampu membekukan air pada sistem wet pipe.
Pipa sistem ini belum terisi oleh air hingga sprinkler teraktivasi.
Beberapa kelemahan sistem tersebut adalah:
(1) Sistem lebih kompleks karena memerlukan peralatan tambahan
dan kontrol tekanan udara.
(2) Biaya pemasangan dan perawatan lebih mahal.
(4) Waktu respons lebih lama: karena pipa belum terisi air, maka
perlu waktu untuk mengalirkan air dari pipa utama ke
sprinkler.
(5) Potensi korosi pipa yang besar.
c) Sistem "Banjir"
Sistem ini tidak menggunakan hea t-sensitive light bulb atau
fusible link. Digunakan untuk menghadapi bahaya khusus dimana
api dapat menyebar cepat. Air belum terdapat dalam pipa kecuali
jika sprinkler teraktivasi. Spr inkler teraktivasi jika ada bahaya
yang terdeteksi oleh sistem alarm otomatis (detektor asap, panas,
dsb.) atau juga dapat diaktivasi secara manual. Setelah teraktivasi,
air keluar dari semua sprinkler secara simultan.
d) Pre-Action System
Sistem pre-action adalah hibrida dari sistem wet, dr y, dan
"banjir". Ada dua sub-tipe: single inter lock dan double interlock.
Inti kerja dari sistem ini adalah ketika bahaya terdeteksi oleh
detektor asap atau detektor panas, pipa sprinkler kemudian menjadi
siaga (dari sistem dry menjadi sistem wet) namun tidak sampai
mengeluarkan air hingga bagian hea t-sensitive light bulb atau
fusible link teraktivasi.
commit to user
26
Merupakan sistem khusus yang melepaskan campuran air
dengan busa sabun konsentrasi rendah. Sistem didesain khusus
untuk menghadapi bahaya dari fla mmable liquid.
4) Sistem Tanda Bahaya Kebakaran / Fire Ala rm System
Fire a la rm system adalah penyampaian atau pemberitahuan
terjadinya kebakaran atau gejala terjadinya kebakaran kepada penghuni
/ pemakai bangunan gedung, kepada petugas jaga dan anggota
pemadam kebakaran. Sistem ini bertujuan untuk mengetahui gejala
kebakaran lebih dini sehingga letak kebakaran segera diketahui dan api
segera diupayakan tidak membesar. Komponen pokok fire a la rm
system adalah :
a) Alat pendeteksi / Fire detektor
Berdasarkan sistem kerjanya terdapat 2 (dua) jenis alat pendeteksi.
(1) Alat pendeteksi kebakaran manual (Ma nual a la rm stasion)
Berfungsinya alat ini bila dioperasikan oleh manusia dengan
cara menekan tombol pada alarm pada daerah yang letaknya
dekat dengan kebakaran.
(2) Alat pendeteksi kebakaran otomatis (detector)
Pada prinsipnya alat deteksi tersebut dapat dibedakan menjadi
4 (empat) macam yaitu :
(a) Alat pendeteksi asap (Smoke Detector )
Alat ini mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan
ini dipasang. Karena kepekaannya, kadang-kadang
disebabkan asap rokok saja alat tersebut langsung aktif.
(b) Alat pendeteksi panas (Hea t Detector )
Alat ini dapat mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan
cara membedakan kenaikan temperatur yang terjadi dalam
ruang tersebut. Misalnya pada suhu 6568° C.
(c) Alat pendeteksi nyala (Fla me Detector )
Alat ini dapat mendeteksi nyala api yang tidak terkendali,
dengan cara menangkap sinar ultra violet atau infra merah
yang dipancarkan oleh api.
(d) Alat pendeteksi gas
Alat ini bekerja berdasarkan konsentrasi gas pada ruang
yang dipasangi alat ini.
b) Instalasi / jaringan kabel
Instalasi atau jaringan kabel digunakan untuk menghubungkan
detektor dan manual alarm stasion dengan panel kontrol. Alat ini
berfungsi sebagai mediator untuk mengaktifkan alat deteksi serta
meneruskan signal dari alat deteksi kepanel kontrol. Disamping itu,
instalasi juga digunakan untuk menghubungkan panel kontrol
dengan a la rm bell, loca tion indica tor la mp dan lain-lain pada saat
terjadinya kebakaran.
commit to user
28
Alat ini merupakan induk dari fire a la rm system yang dapat
mengamati bekerjanya seluruh bagian manual a la rm system
ataupun detector, juga memberi instruksi kepada bell, loca tion
indica tor lamp dan lain-lain pada saat terjadinya kebakaran.
d) Power supply
Fungsi power supply adalah untuk menjalankan sistem, terdiri dari
biasa (listrik PLN) dan darurat (Genset / Batery).
(Dinas Pemadam Kebakaran, 2008)
c. Teknik Pemadam Kebakaran
Dalam memadamkan kebakaran memerlukan tindakan yang
cepat, tepat dan teliti agar tercapai daya guna yang tinggi. Tindakan
tersebut antara lain :
1) Memperhatikan keselamatan diri.
Misalnya :
a) Membelakangi arah mata angin.
b) Menjaga jarak dengan api.
c) Memperhatikan jaringan listrik.
d) Menggunakan peralatan pelindung diri.
2) Mengenali jenis barang yang terbakar, untuk menentukan bahan
pemadam api yang tepat.
3) Membatasi api agar tidak meluas.
4) Menyelamatkan korban dengan prioritas penyelamatan meliputi
keselamatan manusia, dokumen penting dan lainnya.
5) Mampu menggunakan peralatan pemadam api yang tersedia
Prinsip dasar menanggulangi kebakaran adalah memadamkan
api yang membesar dan menjalar dengan cara memutuskan salah satu
rantai dari segitiga api. Teori memadamkan api adalah sebagai berikut :
1) Smothering / Isolasi
Yaitu teknik pemadam kebakaran dengan cara menghilangkan
unsur oksigen (menghentikan supply oksigen).
Contoh :
a) Kebakaran minyak dipadamkan / ditutup dengan karung basah.
b) Kebakaran yang disemprot / dipadamkan dengan APAR busa.
c) Kebakaran minyak di lantai dipadamkan dengan pasir.
2) Sta rvation
Yaitu pemadaman kebakaran dengan cara menghilangkan atau
memutuskan supply bahan bakar (menghilangkan bendanya).
Contoh :
a) Pipa saluran minyak atau gas yang pada ujungnya terbakar,
kran salurannya ditutup.
b) Selang saluran gas LPG bocor dan terbakar, regulatornya
dilepas.
3) Sistem Urai
Yaitu memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat
pemadam api modern, dimana pada saat media pemadam
disemprotkan maka media tadi akan mengikat panas sekaligus akan
menutup atau menyelimuti benda yang terbakar sehingga udara
commit to user
30
Yaitu teknik pemadam kebakaran dengan cara mengurai atau
menurunkan suhu / panas sehingga benda yang terbakar suhunya di
bawah titik nyala, sekaligus memutus reaksi rantai pembakaran.
Contoh : kebakaran rumah dipadamkan dengan semprotan /
siraman air.
5) Emulsifica tion / Penggumpalan
Contoh : kebakaran plastik disiram dengan air, maka plastik
tersebut akan kembali menggumpal atau mengeras.
6) Pelarutan
Contoh : kebakaran alkohol disiram dengan air, maka alkohol akan
larut dengan air sehingga titik nyalanya semakin tinggi serta api
akan padam.
4. Dasar Perundangan
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
Keselamatan kerja yang ada hubungannya dengan kebakaran telah
diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja pasal 3 ayat 1 mengenai syarat-syarat keselamatan kerja,
disebutkan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
b. Kepmenaker No. Kep 186/ MEN/ 1999
Kepmenaker No. Kep 186/ MEN/ 1999 mengatur tentang Unit
Penanggulangan di Tempat Kerja yang menyatakan bahwa untuk
menanggulangi kebakaran di tempat kerja, diperlukan adanya peralatan
yang ditunjuk khusus untuk itu, serta dilaksanakannya prosedur
penanggulangan keadaan darurat.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/
1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/
1980 mengatur tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan yang menyatakan bahwa dalam rangka
untuk mensiap-siagakan pemberantasan pada mula terjadinya
kebakaran, maka setiap alat pemadam api ringan harus memenuhi
syarat-syarat keselamatan kerja.
B. Kerangka Pemikiran
Gb 2. Kerangka pemikiran Rumah Sakit
Potensi Bahaya Kebakaran
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran
1. APAR 2. Hydra nt 3. Spr inkler 4. Fire Alarm
Pemasangan dan Pemeliharaan
Loss Control
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif, yang
bertujuan memberikan gambaran yang jelas dan tepat mengenai penyediaan
alat pemadam kebakaran sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk mengadakan penelitian adalah Rumah
Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta Jalan Kolonel Soetarto 132 Surakarta.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah upaya yang telah
dilakukan oleh RSUD Dr. Moewardi Surakarta dalam penyediaan alat
pemadam kebakaran sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran yang mungkin terjadi.
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari
1. Data Primer
Mengadakan observasi langsung terhadap penyediaan alat
pemadam kebakaran sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
kebakaran, tenaga kerja serta kondisi lingkungan kerja. Wawancara dan
tanya jawab dengan bagian keselamatan kerja dan karyawan lainnya yang
berhubungan dengan kebakaran.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari perusahaan yang berupa catatan-catatan dan
buku-buku mengenai :
a. Data keadaan umum perusahaan, proses produksi, keadaan karyawan
dan sebagainya.
b. Data tentang penyelenggaraan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan pengamatan di lapangan
terhadap segala upaya yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
dalam penyediaan alat pemadam kebakaran sebagai upaya pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran yang mungkin terjadi.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
commit to user
34
penanggulangan bahaya kebakaran yang telah dilakukan oleh karyawan
atau orang yang berkaitan dengan hal tersebut.
3. Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari
dokumen serta catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan
penyediaan alat pemadam kebakaran sebagai upaya pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
4. Studi Kepustakaan
Dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan membaca
literatur-literatur yang berhubungan dengan kebakaran.
F. Pelaksanaan
Magang atau Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 1 - 31
Maret 2011 lihat lampiran 2.
G. Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif sehingga mampu
memberikan gambaran dengan jelas mengenai penyediaan alat pemadam
kebakaran sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap
bahaya kebakaran di sebuah rumah sakit pada umumnya dan RSUD Dr.
Moewardi Surakarta pada khususnya serta membandingkan dengan
commit to user
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tentang RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta merupakan
salah satu bentuk perusahaan jasa yang dalam pelaksanaan aktivitas
pelayanannya membutuhkan fasilitas penunjang yang melibatkan
mesin-mesin dan bahan-bahan yang mempunyai potensi sebagai sumber bahaya.
Salah satu potensi bahaya di RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah
Kebakaran. Kebakaran di rumah sakit dan institusi kesehatan lainnya dapat
membawa konsekwensi yang berdampak merugikan banyak pihak baik
rumah sakit, pasien, dokter, perawat, pemerintah dan masyarakat luas.Oleh
karena itu perlu adanya penyediaan sarana pemadam kebakaran seperti
APAR, hydra nt dan alat pemadam lainnya.
2. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran
Dari hasil penelitian didapat bahwa RSUD Dr. Moewardi
Surakarta menyediakan saran pemadam kebakaran sebagai berikut :
a. APAR
Dari hasil pengecekan APAR yang dilakukan RSUD Dr.
Moewardi Surakarta terdapat APAR jenis Drychemica l powder (
commit to user
36
RSUD Dr. Moewardi Surakarta lihat lampiran 10.
Adapun kondisi dan penempatan APAR di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta adalah sebagai berikut:
1) Apar telah dipasang pada posisi yang mudah dilihat, dicapai dan
diambil dengan mudah. Namun ada dibeberapa tempat yang
penempatannya kurang sesuai.
2) Apar yang dipasang telah dilengkapi dengan pemberian tanda
. Namun ada
dibeberapa tempat yang penempatannya kurang sesuai.
3) Apar dipasang menggantung pada dinding dengan besi penguat,
ada yang di masukkan dalam box dan ada pula yang diletakkan
pada rak yang terbuat dari besi.
4) Ketinggian pemasangan Apar dari 120-150 cm dari permukaan
lantai.
5) Penempatan mudah dijangkau, tidak terhalang oleh benda-benda
disekitar Apar. Namun ada dibeberapa tempat yang
penempatannya kurang sesuai karena masih terhalanh oleh pot
bunga dan meja.
6) Segel pengaman masih dalam keadaan baik.
7) Setiap Apar dilengkapi dengan kartu pemeriksaan.
8) Tabung Apar masih dalam keadaan baik, tidak terkorosi dan catnya
Gb 3. Penempatan APAR di salah satu tempat di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Sumber : Data primer, 2011
b. Hydra nt
Dari hasil pengecekan Hydra nt yang dilakukan Di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta terdapat 6 Hydra nt halaman dan 11 Hydra nt
gedung yang ditempatkan di setiap instalasi RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Gb 4. Hydra nt gedung Gb 5. Hydra nt halaman
commit to user
38
c. Spr inkler
Dari hasil pengecekan Spr inkler yang dilakukan Di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta terdapat 10 titik Spr inkler yang hanya
ditempatkan di instalasi gizi. Spr inkler ini dioperasikan secara manual
bila terjadi kebakaran di instalasi gizi, khususnya bagian memasak.
Gb 6. Spr inkler dan penempatannya
Sumber : Data primer, 2011
d. Fire Alarm
Dari hasil pengecekan Alarm Detektor yang dilakukan Di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta terdapat 10 titik Fire Ala rm yaitu :
1) IGD
2) Anggrek
3) IPI / IBS
4) Melati 1
5) Gedung A
6) Radiologi
8) Instalasi Gizi
9) Mawar 1
10) Cendana 1
Penempatan di setiap lokasi sudah terlihat dengan jelas,
Fire
Ala rm Namun di beberapa tempat Fire Ala rm ini kurang terawat
dengan baik lihat lampiran .
Gb 7. Fire Ala rm dan penempatannya
Sumber : Data primer, 2011
e. Koordinasi Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran
Perencanaan dalam penggunaan alat pemadam kebakaran harus
sesuai dengan peraturan perundangan. Untuk itu perlu dilakukan
pengecekan dan pemeliharaan terhadap alat-alat pemadam kebakaran
commit to user
40
Pemeliharaan dan pengecekan ini dilakukan agar sarana dapat
berfungsi setiap saat terjadi keadaan kebakaran. Untuk itu perlu
dilakukan:
1) Dilakukan pelatihan terhadap penggunaan peralatan kebakaran.
2) Pembinaan kesadaran
3) Pengecekan dan pengawasan terhadap alat-alat pemadam
kebakaran.
Gb 8. Pelatihan penggunaan alat pemadam kebakaran
Sumber : Data primer, 2011
3. Waktu dan Cara Pengecekan
Pengecekan APAR, Hydra nt, Spr inkler dan Fire Detector
dilakukan tiap 1 (satu) tahun 2 kali yaitu secara 2 tahap dengan
pengecekan sebagai berikut :
a. APAR
1) Melaksanakan inspeksi ke tempat APAR yang dipasang.
2) Memeriksa keadaan APAR yang meliputi pemeriksaan tekanan, isi,
3) Membesihkan kotoran yang menempel dari debu.
4) Mencatat pada kartu check APAR.
5) Mengisi hasil pada blangko check APAR.
Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta ditetapkan jarak APAR
kurang lebih 15 meter dan ketinggian pemasangan APAR disesuaikan
dengan rata-rata orang Indonesia yaitu 150 cm.
b. Hydra nt
1) Perhatikan box, valve, nozzle, hose lengkap atau baik.
2) Box dibersihkan.
3) Penyemprotan anti karat pada nozzle dan va lve agar tidak berkarat.
c. Spr inkler
Alat yang apabila terjadi kebakaran pada kompor di instalasi
gizi akan memancarkan air secara manual. Pengecekannya dengan
memeriksa lubang sprinkler tersumbat atau tidak.
d. Fire Alarm
Pengecekan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali yaitu dengan
cara menekan tombol tiap nomor fire dan disesuaikan dengan panel
yang terdapat pada instalasi yang berpotensi kebakaran untuk
dipastikan bahwa tombol dalam keadaan baik dan tidak rusak serta
siap pakai apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran.
commit to user
42
Untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, pokja yang telah dibentuk melakukan penyediaan alat
pemadam kebakaran, dan memberikan pelatihan terhadap semua pegawai
yang bekerja di setiap instalasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pelatihan ini
diadakan setiap setahun sekali dengan pengawasan dari pihak yang telah
mendapat pelatihan dari pusat K3. Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
menyediakan peralatan pemadam kebakaran berupa :
1. APAR
Pemasangan dan penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
pada setiap instalasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta belum sesuai
dengan Permenaker Trans No. Per 04 / MEN / 1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan. Dalam
pemasangan APAR dari lantai 125 cm, sedangkan untuk penempatannya
tidak boleh melebihi 15 meter. Pencatatan pada kartu check APAR yang
menempel pada tabung sudah sesuai dengan jadwal pengecekan.
Keadaan APAR sangat menunjang keberhasilan upaya
penanggulangan kebakaran mula supaya APAR dapat berfungsi dengan
baik maka perlu dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara rutin.
RSUD Dr. Moewardi Surakarta melakukan pemeriksaan secara rutin 2 kali
dalam 1 tahun yaitu pemeriksaan setiap bulan, setiap 6 bulan dan setiap 12
bulan sekali. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan kondisi tabung,
segel pengaman, isi tabung, alat pancar dan penempatan APAR. Hal
Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/ 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan APAR pada pasal 11 yang menyatakan bahwa Setiap
alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 ( dua ) kali dalam setahun, yaitu
pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan dan pemeriksaan dalam
jangka 12 ( dua belas ) bulan. Dalam Pemeliharaannya tersebut
disesuaikan dengan jenis bahan pemadam api.
Pemeriksaan APAR dilakukan oleh bagian sarana, yang
dilaksanakan olek pokja K3, sedangkan untuk penyediaan dilakukan oleh
bagian rumah tangga. Untuk pengisian APAR dilakukan oleh pihak ketiga,
yaitu CV. KENCANA TEHNIK. Untuk penempatan APAR masih ada di
beberapa tempat APAR yang terhalang lihat lampiran 4.
2. Hydra nt
Penyediaan hydra nt di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terdiri dari
hydra nt gedung dan hydra nt halaman. Pemasangan hydra nt halaman telah
dilengkapi dengan sambungan kembar (sea mese connection) dan hydra nt
box yang berisi selang hydra nt, nozzle dan kunci hydra nt. Ini telah sesuai
dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/ KPTS/ 1984 tentang
Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan
Gedung. Namun untuk penempatannya kurang terlihat dan terhalang
bahkan ada hydra nt halaman yang kurang terawat lihat lampiran 6.
3. Fire Alarm
Fire alarm yang ada di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sudah
commit to user
44
kebakaran. Fire Alarm System adalah rangkaian alarm kebakaran yang
dapat digunakan apabila penekanan tombol Fire dilakukan secara manual
apabila terjadi kebakaran di tempat yang terbakar yang perlengkapan
lainnya dipasang pada panel tombol Fire Ala rm. Namun di beberapa
tempat Fire a la rm kurang terawat lihat lampiran 5. Fire a la rm hanya
ditempatkan di lantai dasar di setiap gedung.
4. Spr inkler
Dilakukan inspeksi terhadap Spr inkler sesuai dengan Instruksi
Menteri Tenaga Kerja RI No Instruksi 11 / M / BW / 1997 tentang
pengaman khusus K3 penanggulangan bahaya kebakaran. Perlu dilakukan
pemeriksaan tersebut karena didalam peraturan tersebut yaitu BAB IV
mengatakan adanya Cara-cara pemeriksaan terhadap Spr inkler. Namun
sprinkler hanya dipasang di instalasi gizi saja, belum menyeluruh di setiap
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penyediaan alat pemadam
kebakaran sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
yang dilakukan oleh RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah sebagai berikut :
1. APAR, Hydra nt, dan Fire Alarm System yang tersebar di seluruh instalasi
sudah sesuai dengan aturan dan cukup baik, dan untuk kelayakannya
semua masih layak untuk dapat digunakan. Namun untuk Spr inkler hanya
di pasang di instalasi gizi.
2. Pemeriksaan dan pemeliharaan APAR di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
dilakukan 2 kali setahun yaitu pemeriksaan rutin setiap bulan, pemeriksaan
dalam jangka 6 bulan dan pemeriksaan dalam jangka waktu 12 bulan yang
dilakukan oleh pokja K3 di bagian sarana. Hal tersebut sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/
Men/ 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.
3. Penyediaan hydra nt di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terdiri dari hydra nt
gedung dan hydra nt halaman. Pemasangan hydra nt halaman telah
dilengkapi dengan sambungan kembar (sea mese connection) dan hydra nt
commit to user
46
dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/ KPTS/ 1984 tentang
Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
4. Pemeriksaan dan pemeliharaan hydra nt di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
untuk hydra nt gedung dilakukan setiap 1 tahun sekali sedangkan untuk
hydra nt halaman dilakukan rutin setiap bulan.
5. Pelaksanaan pelatihan yang diberikan kepada karyawan disetiap instalasi
yang diberikan 1 tahun sekali.
B. Saran
Penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai masukan kepada
perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
untuk meningkatkan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
Adapun saran-sarannya antara lain:
1. APAR yang belum dilengkapi dengan tanda sebaiknya diberi tanda supaya
pekerja mengetahui apabila di tempat tersebut terpasang APAR, sehingga
APAR tersebut dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi apabila terjadi
kebakaran. Posisi Apar diletakkan di daerah yang mudah dilihat dan tidak
terhalang. Seperti penempatan APAR di instalasi gizi di lokasi yang sulit
dijangkau / tertutup sehingga bilamana mendadak dibutuhkan sulit untuk
diraih atau memakan waktu yang lebih lama.
2. Perlu dilakukan pemasangan sprinkler di setiap tempat yang mempunyai
3. Penempatan hydra nt gedung sebaiknya tidak terhalang dan mudah terlihat
karena terdapat hydra nt yang penempatannya terhalang oleh meja
resepsionist seperti di melati 3, oleh bangku di ruang tunggu di cendana 3
dan oleh tempat tidur beroda di wijaya kusuma / mawar 2 lihat lampiran 6.
4. Perlu dilakukan simulasi evakuasi pasien guna bekal karyawan bila terjadi