SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Per syar atan
Dalam Memperoleh Gelar Sar janaEkonomi
Pr ogr am Studi Ekonomi Pembangunan
Oleh :
Yance K. Sutir ay
0911010002
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIOANAL “VETRERAN”
J AWA TIMUR
Yance K. Sutir ay
0911010002 / FE / EP
Telah di pertahankan di hadapan dan di terima oleh tim penguji skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 29 Oktober 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji
Ketua
DRS.EC SUWARNO,ME DRS.EC SUWARNO,ME
Sekretaris
Dr a. Ec.Niniek Imaningsih,MP
Anggota
Dr s.Ec.Wiwin Pr iana,MT
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dra.Dhani Ichsanuddin Nur , MM
UTARA
Yang diajukan
Yance K. Sutir ay
0911010002
Telah disetujui untuk di seminarkan oleh :
Pembimbing Utama
DRS.EC SUWARNO,ME Tanggal :07 September 2013
NIP.19600810199031001
Mengetahui
Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan
Dra.Ec.Niniek Imaningsih,MP
i
Segalah puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas rahmat-nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PETANI RUMPUT LAUT DI PROPINSI
MALUKU UTARA ’’. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantun
berbagai pihak yang banyak membantu. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
bapak DRS.EC SUWARNO,ME selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak
memberikan masukan dan dorongan guna terselesaikan skripsi ini, selain itu penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak HENDRIK SUTIRAY dan IBU TIEN SUTIRAY,
Terima kasih atas segalah pengorbanan, kasih sayang, dukungan, serta doa tulus yang
tiada hentinya.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran’’ Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, mp, selaku ketua program study Ekonomi Pembangunan.
4. Seluruh keluarga besar yang selalu member dukungan dan dorongan kepada penulis.
5. Teman – teman seangkatan penulis Adiputra I.S.G, Aditya Wicaksono, Ferry
Frimansyah, Medi Satria Putra, Farid Afrizal, Mustain, Rendy Harry, Maurice Y.K. dan
Teman – teman kontrakan, Agung Riberu, Furqan Zaldi, Dion Bata, Riyan dan Lain –
lain yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima kasih menjadi teman kuliah dan
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan yang ditemukan dalam penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun.
Selanjutnya apabila terdapat kesalahan baik dalam materi yang tersaji maupun dalam teknik
penyelesaiannya. Dan denagn segalh kerendahan hati, semoga apa yang terdapat dalam
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak – pihak yang memerlukan.
Surabaya, November 2013
iii
2.1. PenelitianTerdahulu ... 8
2.2. Mepin Jurnal ... 10
2.3. Landasan Teori ... 13
2.4. Pengertian Rumput laut ... 13
2.5. Potensi Budidaya Rumput Laut ... 14
2.6. Potensi dan Pemanfaatan Budidaya Rumput Laut ... 20
2.7. Pendapatan Petani ... 21
2.8. Pengaruh Pendapatan Petani ... 24
2.9. Tenaga Kerja Petani ... 26
2.2.4. Fungsi Modal Kerja ... 33
2.2.5 Sumber Modal Kerja ... 34
2.2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 35
2.2.7. Manajemen Modal Kerja ... 36
2.2.8. Pentingnya Jumlah Kerja ... 37
2.2.9. Pengertian Jumlah Kerja ... 39
2.2.10. Faktor – factor Produksi ... 45
2.2.11. Kerangka Pikir ... 50
2.2.12. Hipotesis ... 51
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
3.1. DefenisiOperasionaldanPengukuranVariabel ... 52
a. Variabel Terikat /Independent Variabel (Y) ... 52
b. Variabel Bebas /Independent Variabel (X) ... 53
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 54
3.3. Obyek Penelitian ... 55
3.4. Populasi ... 55
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.6. Jenis dan Sumber Data ... 56
3.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 57
3.8. Uji Hipotesis ... 58
v
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 67
4.2. Perkembangan Petani Rumput Laut di Propinsi Maluku Utara 67
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
4.4. Pendapatan Petani Rumput Laut ... 70
4.5. Jumlah Tenaga Kerja... 72
4.6. Modal Sendiri ... 74
4.7. Jumlah Produksi ... 75
4.8. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 77
4.9. Analisis hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda ... 82
4.10. Uji Hipotesis ... 82
4.4.1. Uji Hipotesis Secara Persial... 85
4.4.2. Implementasi Hasil Penelitian ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
5.1. Kesimpulan ... 94
5.2. Saran ... 96
Daftar Pustaka
Tabel Halaman
1. Autokorelasi Durbin Waston ... 64
2. Pendapatan Petani Rumput Laut di Maluku Utara ... 70
3. Jumlah Tenaga Kerja Petani Rumput Laut di Maluku Utara ... 73
4. Modal sendri Petani Rumput Laut di Maluku Utara ... 74
5. Jumlah Produksi ... 76
6. Hasil Pengujian Heterokedastistas ... 79
7. Uji Multikolinearitas ... 80
8. Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel terikat ... 81
9. Hasil Perhitungan Uji F ... 83
vii
Gambar Halaman
1. Diagram kerangka pemikiran ... 50
2. Kurva Distribusi Pendapatan / Penerimaan Hipotesis secara Simultan . 60 3. Kurva Distribusi Pendapatan / Penerimaan Hipotesis secara Persial ... 62
4. Kurva Durbin Waston 6 ... 63
5. Kurva Durbin Waston 7 ... 78
6. Kurva Uji Hipotesis secara Simultan ... 84
7. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Tenaga kerja X1 ... 87
8. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Modal Petani X2 ... 89
Lampiran
1. Data Penelitian Antara Variabel Terikat Dengan Variabel Bebas
2. Analisis Regresi Linier Berganda Dengan Mengunakan SPSS 13.00
3. Tabel Penguji F
4. Tabel Penguji Nilai t
ix
ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PETANI RUMPUT LAUT DI PROPINSI MALUKU UTARA
Pembangunan perikanan budidaya, khususnya rumput laut memberikan kontribusi yang
cukup baik bagi perkembangan pendapatan petani rumput laut di Maluku utara maupun di
Indonesia dengan potensi pendapatan yang cukup baik dari petani rumput laut yang dapat
memungkinkan bisa mendapatakan suatu tambahan bagi para petani rumput laut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner kepara petani rumput laut yang berada di Maluku utara sebanyak 36
orang petani rumput laut. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu hasil dari jumlah produksi
para petani rumput laut terhadap pendapatan petani.
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh Tenaga kerja petani rumput laut (X1), modal sendiri (X2) dan Jumlah
Produksi (X3), Pendatan Petani (Y) berarti variabel Tenaga Kerja petani rumput laut (X1), Modal
Sendiri (X2) dan Jumlah Produksi (X3) secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel
Pendapatan Petani Rumput Laut (Y). Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
daerah Dan masyarakat mengelolah sumber daya yang ada membentuk
suatu pola kementrian antara pemeritah daerah dengan sector swasta untuk
memciptakan suatu lapnagan kerja baru dan merasang perkembangan
ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilaya tersebut. (lincolin Arsyad
1999).
Sumber daya ekonomi kelautan terdiri dari sumber daya hayati
(terutama perikanan, rumput laut, dan mutiara); dan sumber daya non
hayati, seperti pertambangan, perhubungan laut, industri maritim, dan
pariwisata bahari. Beragam sumber daya ekonomi kelautan ini merupakan
andalan dalam menjawab tantangan dan peluang bagi pembangunan
perekonomian Indonesia di masa kini dan masa depan. Kenyataan tersebut
didasari mengingat potensi sumber daya ekonomi kelautan yang begitu
besar yakni 75% wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
adalah laut dan selama ini telah memberikan sumbangan yang sangat
berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional (Kusumastanto, 2003).
Sumbangan yang sangat berarti dari sumber daya ekonomi kelautan
tersebut, antara lain berupa penyediaan bahan kebutuhan dasar,
peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, perolehan devisa
dan pembangunan daerah. Dengan potensi wilayah laut yang sangat luas
kelautan sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif, keunggulan
kooperatif dan keunggulan kompetitif untuk menjadi sektor unggulan
dalam kiprah pembangunan nasional.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sekitar 17.480 buah
pulau dengan luas laut 5,8 juta km2 dan bentangan pantai sepanjang
95.181 km, serta sumber daya ekonomi yang potensial (Idris Irwandi,
dkk., 2007). Kontribusi ekonomi yang berasal dari industri berbasis pesisir
dan lautan seperti perikanan, pariwisata, pertambangan, dan transportasi
terhadap PDB Indonesia cukup besar yakni sekitar 24% (Irianto, 2005).
Kemandirian daerah dalam menciptakan kondisi perekonomian
yang lebih baik, berdasarkan preferensi dan kebutuhan masyarakatnya,
daya saing daerah-daerah di Indonesia perlu dikembangkan kompetensi
khas (inti) daerah dan kompetensi inti daerah haruslah dengan
memungkinkan berkembangnya kemitraan antar daerah dan menghindari
persaingan tidak sehat antar daerah. (Mulyadi, 2009).
Rumput laut merupakan sumber daya loakal yang bnyak di
hasilkan dan menjadi sumber penghasilan bagi sebagian besar penduduk di
pesisir Halmahera oleh karena itu diperlukan suatu usaha pengembangan
rumput laut menjadi suatu agroindustry yang dapat menujang dalam
membantu peningkatan pendapatan masyarakat Halmahera.
Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam
program revitalisasi perikanan disamping udang dan tuna. Ada beberapa
diantaranya : peluang pasar ekspor terbuka luas, harga relatif stabil, juga
belum ada batasan atau kuota perdagangan bagi rumput laut; teknologi
pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai; siklus
pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan
keuntungan; kebutuhan modal relatif kecil; merupakan komoditas yang
tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya; usaha
pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga
mampu menyerap tenaga kerja.Permintaan rumput laut meningkat sejalan
dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan industri berbasis
rumput laut, serta kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali kepada
produk-produk hasil alam. Diperkirakan,dalam kurun waktu lima tahun
kedepan kebutuhan produk olahan rumput laut terus meningkat.
Berdasarkan kecenderungan ekspor dan impor produk olahan rumput laut
selama periode 2009 - 20013. (Anggadiredja, 2006)
Pada tahun 2014 produksi rumput laut di perkirakan lebih dari
10.341.000 Kg Basah atau lebih dari 1000 Ton Kering. Namun sampai
saat ini usaha budidaya maupun olahan rumput laut belum mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,hal ini disebabkan karena harga
produk rumput laut sangat fluktuatif akibatnya usaha produk olahan
rumput laut kurang menguntungkan, melihat pada permasalahan tersebut
maka salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai
jual produk olahan tersebut adalah pengembangan agroindustri rumput laut
keberhasilan suatu daerah dalam menentukan arah pembangunannya,
sesuai keunggulan daya saing yang dimilikinya, dan dapat digunakan
sebagai pertimbangan utama dalam penyusunan kebijakan daerah
mengenai industri yang akan dikembangkan dan menjadi sumber
keunggulan daerah dalam menghadapi kompetensi global, serta
mendorong kemandirian pembangunan daerah tersebut, (Mulyadi, 2008).
Keanekaragaman jenis rumput laut di perairan Indonesia cukup
tinggi dan secara umum sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
pesisir sebagai makanan dan obat tradisional, dan tidak banyak
memberikan kontribusi terhadap perekonomian mereka. Sementara itu,
rumput laut dapat diolah atau diproses menjadi beberapa produk yang
mempunyai nilai tambah seperti agar-agar, karaginan dan algin yang
selama ini 80 % kebutuhan lokal masih diperoleh dari hasil impor.
Ada beberapa varietas rumput laut penghasil karaginan
(karaginofit) yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, dan salah
satunya adalah Eucheuma cottonii.Metode ekstraksi karaginan yang
optimal dari rumput laut varietas Eucheuma cottonii perlu digali, agar
impor karaginan dapat dikurangi, pendapatan petani dapat ditingkatkan,
dan kalau berlebih dapat diekspor untuk meningkatkan devisa negara.
(Anonim, 2010).
Mengetahui potensi lahan budidaya dan produksi rumput laut, jenis
agroindustri rumput laut yang menjadi unggulan, menilai prioritas
pengembangan agroindustri rumput laut di Halmahera yang berbasis
kompetensi inti. Sehingga berpengaruh besar terhadap peningkatan jumlah
produksi tersebut dan mendorong pendapatan rumah tangga masyarakat
Maluku utara. (mubyarto, 2002).
Dari gambaran mengenai potensi dan peranan sumber daya
ekonomi budidaya rumput laut, dapat dikemukakan bahwa Indonesia
masih memiliki peluang yang sangat besar untuk memanfaatkan dan
mengembangkan budidaya rumput laut secara optimal, antara lain melalui
peningkatan efisiensi ekonomi, pengembangan teknologi, dan
produktivitas tenaga kerja sehingga akan meningkatkan kontribusi yang
signifi kan pada pembangunan perekonomian daerah. Meskipun demikian,
kita masih dihadapkan pada impor rumput laut dalam Menelaah peran
Agroindustri terhadap perekonomian yang begitu penting, maka
permasalahan mendasar yang menarik untuk ditelita adalah sejauh mana
dampak pengembangan Agroindustri berbahan baku Rumput laut terhadap
penguatan ekonomi lokal di Maluku utara. apakah pengembangan
agroindustri tersebut berkembang sesuai dengan yang direncanakan, yaitu
mampu memeberikan kontribusi terhadap pendapatan di Maluku utara,
berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitiaan ini ditunjukan untuk
mengetahui kontribusi pengembangan Agroindustri rumput laut penguatan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
dipisakan sebagai berikut :
1. Apakah tenaga kerja petani rumput laut berpengaruh terhadap
pendapatan petani dimaluku utara ?
2. Apakah modal berpengaruh pada pendapatan petani di Maluku utara ?
3. Apakah jumlah produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani di
Maluku utara?
1.3 Tujuan penelitian
Sesuai latarbelakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka
tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitihan ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tenaga kerja petani
terhadap pendapatan petani di Maluku utara ?
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal terhadap
pendapatan petani di Maluku utara ?
3. Untuk mengetahui jumlah produksi terhadap pendapatan petani di
1.4 Manfaat Penelitian 2. Bagi mahasiswa
Dengan melaksanakan penelitian ini maka mahasiswa diharpakan dpat
lebih memahami, menganalisa dan mengantisipasi suatu problem yang
ada di masyarakat di Halmahera, selain itu hasil penelitiaan diharpkan
dapat dijadikan dasar bagi penelitiaan lanjutan mengenai agroindustri
rumput laut.
3. Bagi produsen
Hasil penelitian ini diharpakan bias memberiakan masuakan –masukan
ataupun sumbangan pikiran dengan mempertimbangan kebutuhan
masyrakat sehingga masyarakat dapat memperbaiki kehidupan
ekonomi.
4. Bagi pemerintah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan dalam rangka pengembngan penguatan ekonomi
lokal dan pengutan ketahanan seperti kedaulatan pangan berbasis
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1Penelitian Terdahulu
Berikut ini dikemukakan peneliti-penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta
bahan pengkajian dengan penelitian ini yaitu :
pengaruh biaya produksi,jumlah tenaga kerja dan luas lahan,terhadap
pendapatan petani jagung dikecamatan tiga binaga kabupaten karo,
berpengaruh baik dalam makna ekonominya suatu pembudidayaan
memerlukan ketrampilan yang baik sehingga menghasilkan hasil yang
baik. (Cristofel, 1983:93)
Luas tambak, padat penebaran, jumlah tenaga kerja dan lama usaha
secara imultan berpengaruh terhadap produksi. Luas tambak secara parsial
sangat berbeda nyata terhadap produksi.. Jumlah tenaga kerja secara
parsial berbeda nyata terhadap produksi (Heru,2007: 19)
Dari luas lahan perairan kabupaten maluku tenggara, peluang untuk
mengembangakan usaha rumput laut oleh masyarakat masih sangat
terbuka karena masih tersisah banyak lahan yang tersisah hal ini sanagt
meningkatkan pendaptan petani rumput laut.(simon, 2010:505).
Alga laut (Eucheuina sp.) merupakan salah satu sumberdaya alam
dalam industri kosmetik, pangan dan lain-lain. Rumput laut banyak diolah
dalam bentuk kering setelah melalui proses penjemuran atau diolah
menjadi makanan siap konsumsi, seperti: dodol, manisan dan minuman.
Saat ini kebanyakan makanan siap konsumsi yang dijual masyarakat
adalah minuman sari buah, tetapi untuk minuman dari rumput laut jarang
ditemui dilingkungan masyarakat (lukas, dkk, 2004:101)
Produksi, jumlah produksi dan nilai ekspor berpengaruh penting bagi
pendapatan petani rumput laut di Indonesia, sehinga mengahasilkan
tingkat pendapatan rumput laut bertambah dengan demikian semangat
kerja petani rumput laut di Indonesia bertambah (mira, 2008:13)
Daerah diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kinerja serta
bimbingan atau sosialisasi dan sumbangan modal dari pihak pemerintah
maupun suwasta sehingga peningkatan kinerja tenaga kerja petani rumput
laut yang ada di daerah Sulawesi kecamatan palopo sehinga menghasilkan
pembudidayaan rumput laut yang lebih baik lagi dengan meningkatkan
modal para petani rumput laut, yang terus meningakat dan kemajuan para
petani rumput laut yang ada di Sulawesi kecamatan palopo(Armen,
2.2 Mepin jurnal
- Biaya pupuk, berpengaruh negatife terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukan oleh koefisien regresi biaya pupuk. Yang artinya setiap kenaikan biaya pupuk 1persen maka pedapatan petani jagung akan mengalami penurunan.
Hal ini dikarenakan semakin banyak pupuk yang digunakan maka semakin beasr pula hasil produksinya, namun tetap ada batasan tersebut akan menjadi mengurangi hasil produksi, hal ini dapat dilihat dalam teori The low of Diminishing Retrun.
- Tenaga kerja, Luas lahan berpengaruh poistif
Terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukan oleh koefisien regresi tenaga kerja dan luas lahan, artinya setiap kenaikan tenaga kerja dan luas lahan 1 persen maka pendapatan petani jagung bertambah.
(Anova) - Dari responden. Usaha budidaya udang
menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dengan
analisis rasio keuntungan usaha yaitu RCR > 1.
- Luas tambak, padat penebaran, jumlah
tenaga kerja dan lama usaha secara simultan berpengaruh terhadap produksi.
Luas tambak secara parsial sangat berbeda
nyata terhadap produksi.. Jumlah te naga
kerja secara parsial berbeda nyata terhadap
produksi .
3. Simon.
Setelah melihat analisis swot maka disimpulkan penciptaan ilklim yang kondusif bagi industri pengolahan rumput laut.
- mengusahakan kelembagaan (koperasi rumput laut) yang kuat - Peningkatan produktivitas dan mutu pasokan bahan baku rumput laut - Penguasaan teknologi pengolahan rumput laut
- Peningkatan produktivitas dan mutu produk industri pengolahan rumput laut skala kecil, serta penyediaan mesin produksinya
- Pendirian industri baru pengolahan rumput laut skala kecil dan
menengah dengan fokus pada industri pengolahan rumput laut dan petani rumput laut sebagai pemasok bahan baku
- Promosi dan pemasaran terpadu produk hasil pengolahan rumput laut
Belum
menunjukkan bahwa nilai kadar abu produk yang dihasilkan dipengaruhi secara nyata oleh perbandingan formulasi gula dan bahan rasa (essens)
- rumput laut kaya akan mineral dimana unsur mineral dikenal sebagai kadar abu, sehingga bila kadar abu tepung rumput laut tinggi maka kadar mineral yang terkandung didalamnya juga tinggi.
- Hasil analisis ANOVA
menunjukkan bahwa nilai kadar serat produk yang dihasilkan dipengaruhi secara nyata oleh perbandingan formulasi gula dan bahan rasa (essens).
5. Mira
Apabila nilai DRC < 1 dan nilainya makin kecil berarti sistem komoditi makin efisien dan mampu hidup tanpa bantuan dan intervensi pemerintah. Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, komoditi dengan nilai DRC lebih kecil akan memperoleh prioritas lebih tinggi dalam pengembangannya - . Berarti usaha budidaya rumput laut di lokasi penelitian daerah yang menjadi sampel penelitian mampu hidup tanpa bantuan dan intervensi dari pemerintah.
-
Biaya pemasaran rumput laut dari Teluk Tomini sampai ke rendah yaitu Rp. 700 per kg dan Rp. 500 per kg.
- Pengembangan bisnis tersebut belum seirama dengan
2.3 Landasan Teori
2.4 Pengertian Rumput Laut
Rumput laut adalah tanaman laut yang termasuk ke dalam kelas makroalga
(Dawezynski et al
.
2007). Rumput laut ini sebenarnya merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang dandaun. Meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya
merupakan bentuk thallus. Menurut McHugh (2003), rumput laut terbagi ke dalam
tiga kelompok berdasarkan pigmen yang terkandung dalam rumput laut, yaitu
Rhodophyceae (merah), Phaeophyceae (coklat) dan Chlorophyceae (hijau),
sedangkan menurut Glicksman (1983), rumput laut dikelompokkan menjadi
empat kelas berdasarkan pigmen yang dikandungnya yaitu Rhodophyceae
(merah), Cyanophyceae (hijau biru), hlorophyceae (hijau) dan Phaeophyceae
(coklat).
Rumput laut merah dan rumput laut coklat memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi karena merupakan rumput laut penghasil hidrokoloid (agar,
karagenan, alginat) yang digunakan sebagai pengental (thickening) dan pembuat
gel (gelling agent) di berbagai industri terutama industri pangan. Eucheuma,
Gracilaria dan Gelidium adalah rumput laut yang telah dimanfaatkan di Indonesia
dan merupakan jenis-jenis rumput laut ekonomis. Saat ini, sekitar 1 juta ton
rumput laut basah dipanen dan diekstrak untuk memproduksi hidrokoloid.
Total produksi hidrokoloid mencapai 55.000 ton dengan harga mencapai US$ 600
Rumput laut memiliki manfaat yang banyak, diantaranya bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol, mengobati kanker payudara dan
kanker usus besar serta edema dan tiroid, menyembuhkan pembengkakan, dapat
mengurangi mucus dan melancarkan pencernaan (www.foodsnherbs.com 2007).
2.5 Potensi Budidaya produksi Rumput Laut
Propinsi maluku Utara sebagai wilayah kepulauan memiliki luas
wilayah 140.225,36 km² dan luas daratan 33.278 km². Luas lautan merupakan
presentase terbesar, dimana 72,6% adalah wilayah laut dari keseluruhan wilayah
sehingga sangat memungkinkan besarnya potensi perikanan yang terkandung di
dalamnya, termasuk potensi perikanan budidaya. Besarnya potensi perikanan
budidaya di Maluku Utara dapat dimungkinkan dengan tersedianya kawasan
pengembangan budidaya yang tersedia baik budidaya air laut maupun budidaya
air tawar (DKP Propinsi Maluku Utara, 2004).
Secara ekologis, wilayah pemerintahan Kabupaten Halmahera Selatan
adalah wilayah yang ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh
air laut atau pasang surut dan ke arah laut meliputi wilayah yang masih
terpengaruh oleh daratan seperti sedimentasi. Uraian tersebut merupakan uraian
umum dari batas atau ruang pesisir itu sendiri. Ekosistem wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Kabupaten Halmahera Selatan merupakan ekosistem yang
dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, baik di darat maupun di
laut, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Ekosistem tersebut antara
lain adalah terumbu karang, hutan bakau (mangrove), padang lamun, rumput laut,
serta ekosistem pulau-pulau kecil di sekitar Kabupaten Halmahera Selatan (DKP
HALSEL, 2008).
Ditinjau dari aspek lingkungannya, kawasan Halmahera Selatan sebagai salah satu
wilayah kepulauan, memiliki sebaran hutan mangrove dan karang yang cukup
luas dan telah memberikan kontribusi besar terhadap penduduk pesisir yang
sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Namun jika didasarkan pada sumberdaya
alam yang ada, kawasan pesisir tersebut pada kenyataannya belum dikembangkan
secara optimal (DKP HALSEL, 2008).
Potensi tersebut memiliki keunggulan komparatif yang perlu mendapatkan
prioritas penanganan, sehingga peluang peningkatan produksi hasil budidaya laut
di masa mendatang akan semakin besar. Identifikasi kelayakan sumberdaya lahan
untuk pengembangan budidaya laut penting artinya dalam rangka penataan ruang
daerah yang sesuai dengan peruntukannya guna menghindari konflik kepentingan
sektor kelautan/perikanan dengan sektor lainnya. Identifikasi lokasi yang tepat
juga dapat digunakan sebagai indikator awal keberhasilan usaha budidaya sesuai
dengan jenis komoditas dan teknologi budidaya yang akan diterapkan
(Tiskiantoro, 2006).
Sebagai daerah yang memiliki potensi lahan yang cukup besar untuk
pengembangan budidaya baik budidaya air tawar, budidaya air payau maupun
budidaya air laut, pemanfaatan potensi budidaya di Maluku Utara masih sangat
kecil, dimana luas usaha budidaya di Maluku Utara yang telah di kembangkan
1.940,65 Ha dengan pencapaian produksi sebesar 105.632 ton, kecilnya
pemanfaatan potensi budidaya ini memberikan peluang untuk pengembangan
investasi usaha budidaya di Maluku Utara yang terjamin oleh adanya potensi
lahan usaha serta tersedianya beberapa komoditi unggulan yang bernilai ekspor
dan memiliki nilai ekonomis tinggi, yang salah satunya adalah Rumput Laut
(DKP Propinsi Maluku Utara, 2004).
Rumput laut merupakan salah satu dari tiga komoditas utama program
revitalisasi perikanan yang diharapkan berperan penting dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pada akhir tahun 2009, rumput laut ditargetkan
produksi meningkat menjadi 1,9 juta ton (Kappaphycus alvarezii. 1,5 juta ton)
dengan sasaran pengembangan areal budidaya seluas 1.500.000 ha K. alvarezii.
serta penyerapan tenaga kerja sekitar 255.000 orang (Anonim, 2005).
Proses Penanaman Rumput laut
1. Pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan bagi jenis rumput laut yang akan
dibudidayakan. Hal ini perlu dilakukan karena ada perlakukan yang berbeda
untuk tiap jenis rumput laut
2. Pemilihan atau seleksi bibit yang baik, penyediaan bibit dan cara pembibitan
yang tepat.
3. Metode budidaya yang tepat
4. Pemeliharaan tanaman
5. Metode panen dan perlakuan pasca panen yang benar
1. Pemilihan Lokasi
Beberapa persyaratan yang diperhatikan terkait dengan lokasi yakni :
perairan cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak; tersedianya
sediaan rumput alami setempat (indikator); juga dengan kedalaman yang tidak
boleh kurang dari dua kaki (sekitar 60 cm) pada saat surut terendah dan tidak
boleh lebih dari tujuh kaki (sekitar 210 cm) pada saat pasang tertinggi. Selain itu
juga harus didukung dasar perairan (tipe dan sifat substratum) yang digunakan.
Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah kualitas air, akses tenaga kerja,
perizinan, dan sebagainya.
2. Melakukan uji penanaman
Setelah menemukan lokasi yang secara umum sudah baik, perlu dilakukan
uji penanaman untuk mengetahui apakah daerah tersebut memberikan
pertumbuhan yang baik atau tidak. Pengujian dilakukan dengan metode tali dan
metode jaring. Pada metode tali digunakan
tali monofilamentatau polyethilene yang diikatkan pada dua tiang pancang yang
dipasang dengan jarak sekitar 12 meter. Sedangkan pada metode jaring dapat
menggunakan jaring monofilament atau polyethilenedengan ukuran 5 x 2.5 m
yang diikatkan pada tiang pancang.
3. Menyiapkan areal budidaya
Setelah lokasi sudah dipastikan cukup baik, maka dilakukan persiapan lahan
sebagai berikut :
a. Bersihkan dasar perairan lokasi budidaya dari rumput-rumput laut liar dan
b. Bersihkan calon lokasi dari karang, batu, bintang laut, bulu babi, maupun
hewan predator lainnya.
c. Menyiapkan tempat penampungan benih (seed bin), bisa terbuat dari kerangka
besi dan berjaring kawat atau dari rotan, bambu, ukurannya bervariasi 2 x 2 x 1.5
meter atau 2 x 2 x 1.5 – 1.7 meter
4. Memilih metode budidaya yang akan digunakan
Membudidayakan rumput laut di lapangan (field culture) dapat dilakukan
dengan tiga macam metode berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan,
yakni metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.
a. Metode dasar (bottom method)
Metode dasar adalah metode pembudidayaan rumput laut menggunakan
benih bibit tertentu, yang telah diikat, kemudian ditebarkan ke dasar perairan, atau
sebelum ditebarkan benih di ikat dengan batu karang. Metode ini juga terbagi atas
dua yaitu : metode sebaran (broadcast) dan juga metode budidaya dasar laut
(bottom farm method).
b. Metode lepas dasar (Off-bottom method)
Metode ini dilakukan dengan mengikatkan benih rumput laut (yang diikat
dengan tali rafia) pada rentangan tali nilon atau jaring di atas dasar perairan
dengan menggunakan pancang-pancang kayu. Metode ini terbagi atas : metode
tunggal lepas dasar (Off-bottom monoline method), metode jaring lepas dasar (
Off-bottom-net method), dan metode jaring lepas dasar berbentuk tabung (
Off-bottom-tabular-net method).
Metode ini merupakan rekayasa bentuk dari metode lepas dasar. Pada
metode ini tidak lagi digunakan kayu pancang, tetapi diganti dengan pelampung.
Metode ini terbagi menjadi : metode tali tunggal apung (Floating-monoline
method), dan metode jaring apung (Floating net method).
5. Penyediaan bibit
Setelah dipilih metode budidaya yang akan dilakukan, langkah selanjutnya
adalah penyediaan bibit. Bibit dikumpulkan dari pembibitan langsung, dilakukan
dengan beberapa metode pengumpulan benih, yaitu :
a. Metode penyebaran secara spontan
Potongan-potongan (fragmen tetrasporotphyte) diletakkan pada
jaring-jaring benih (seed nets) dan dapat pula diletakkan pada potongan-potongan batu di
dalam tangki pengumpul yang telah diisi air laut. Setelah itu dibiarkan
hingga tetraspora menyebar secara spontan.
b. Metode kering
Tetrasporotphyte dikeringkan dibawah sinar matahari selama tiga jam,
kemudian ditempatkan dalam tangki seperti motode a di atas. Prosedur berikutnya
sama dengan metode
6. Penanaman bibit
Bibit yang akan ditanam adalah thallus yang masih muda dan berasal dari
ujung thallus tersebut. Saat yang baik untuk penebaran maupun penanaman benih
adalah pada saat cuaca teduh (tidak mendung) dan yang paling baik adalah pagi
7. Perawatan selama pemeliharaan
Seminggu setelah penanaman, bibit yang ditanam harus diperiksa dan
dipelihara dengan baik melalui pengawasan yang teratur dan kontinyu. Bila
kondisi perairan kurang baik, seperti ombak yang keras, angin serta suasana
perairan yang banyak dipengaruhi kondisi musim (hujan/kemarau), perlu
pengawasan 2-3 hari sekali.
8. Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat tertentu,
yakni sekitar empat kali berat awal (waktu pemeliharaan 1.5 – 4 bulan). Cepat
tidaknya pemanenan tergantung metode dan perawatan yang dilakukan setelah
bibit ditanam.
9. Pengeringan hasil panen
Penanganan pasca panen, termasuk pengeringan yang tepat sangat perlu,
mengingat pengaruh langsungnya terhadap mutu dan harga penjualan di pasar.
2.6 Potensi dan Pemanfaatan Hasil produksi Budidaya Rumput Laut
Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke tahun selama 3
tahun terakhir terus mengalami peningkatan, dari produksi 1.935 ton pada tahun
2003 meningkat menjadi 3.964 ton pada tahun 2004 dan pada tahun 2005
produksinya menjadi 5.086 ton. Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun,
selain disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani rumput
laut, juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan atau kompetensi
petani dalam budidaya, mulai dari pemililihan dan pemeliharaan bibit,
Proses penanaman rumput laut memiliki dua cara yaitu cara apung dan
cara penanaman pada tiang yang mempunyai kedalaman sekitar 150 - 200 meter
di atas permukaan air cara apung yaitu tali rumput laut diikat pada tali raffia dan
yang suda ada pelampungnya sehingga tidak mudah lepas bilah naek turunnya air
laut (pasang surut air laut), Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat
dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya, yang dimaksud
adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang meliputi parasit dan binatang
predator. Dibandingkan dengan binatang predator, hama parasit jauh lebih
merugikan bagi petani. Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman
rumput laut adalah hama ais-ais. Hama ini menjadi sangat mengganggu karena
sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk memberantasnya.
Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah terserang hama ini. Hama
tersebut menyebabkan batang-batang rumput laut patah akibatnya rumput laut
tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga sangat menurunkan produkstivitas
petani.
Selain hama, budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Cuaca
yang buruk (berangin dan gelombang besar), akan berpengaruh negatif terhadap
produktivitas petani. Namun demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi
jauh menurun, tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi. Hal
ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan sehingga pada
musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan tingkat produksi atau
memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah yang terlindung. Berbeda dengan
yang lebih besar.
Manfaat yang baru disadari dari rumput laut adalah sebagai biofuel (bahan
bakar yang berasal dari tumbuhan). Rumput laut kini dipertimbangkan sebagai
sumber potensial dari bioethanol. Segala sesuatu yang memiliki struktur gula
(bukan hanya gula tebu sucrose, namun berbagai macam gula, seperti karbohidrat)
dapat diekstrak menjadi ethanol. Lalu kenapa rumput laut? Alasannya cukup
sederhana, adalah karena rumput laut itu banyak! ..dan juga tidak populer sebagai
makanan (dibandingkan dengan jagung, tebu, dan pertanian utama lainnya).
Budidaya rumput dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku utara,
karena perkembangan permintaan komoditas rumput laut yang sangat besar.Hal
ini disebabkan rumput laut merupakan salah satu komoditas penting karena
kandungan agar nya, dan kandungan karagenan yang penggunaannya makin
meluas, salah satunya adalah jenis Eucheuma cottonii. Kebutuhan rumput laut
kering yang telah diolah menjadi tepung ditujukan untuk ekspor dan sebagian
besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Karagenan merupakan bahan
yang banyak digunakan untuk berbagai industri makanan.
2.7 Pendapatan Petani
Pendapatan adalah upah, gaji, bunga, sewa,laba dan bunga yang diterima
oleh anggota masyarakat sebagai balas jasa dari faktor-aktor produksi. Dengan
adanya pendapatan perkapita sering suatu negara mengharap pembangunan
ekonomi yang terus berkembang dari tahun ke tahun, sebab dengan adanya
masyarakat, serta dapat membandingkan laju perkembangan ekonomi yang telah
dicapai oleh negara dari masa ke masa.
Dengan demikian pendapatan merupakan faktor yang penting bagi setiap
orang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, semakin tinggi
pendapatan yang diperoleh seseorang maka kebutuhan sehari-hati dapat terpenuhi.
Oleh karena itu setiap masyarakat akan berusaha untuk meningkatkan
pendapatannya. Dengan arti kata bahwa pendapatan suatu masyarakat akan naik
apabila terdapat penawaran yang tinggi terhadap faktor-faktor produksi yang
ditawarkan.( Sukirno 2006 : 47 )
Pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk,
oleh sebab itu untuk memperoleh pendapatan perkapita pada suatu tahun, yang
harus dilakukan adalah membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan
jumlah penduduk pada tahun yang sama. Jika tingkat pendapatan rendah tabungan
masyarakat akan mengalami keadaan negatif, ini berarti masyarakat menggunakan
tabungannya untuk membiayai kehidupan sehari-hari, baru setelah pendapatan
perkapita melebihi pendapatan awal yang diterima masyarakat maka masyarakat
akan menabung sebagian dari pendapatannya atau dengan kata lain kemampuan
masyarakat untuk menabung.
Selanjutnya pendapatan perorangan (personal income) merupakan pendapatan
agregat (yang berasal dari berbagi sumber) yang secara actual diterima oleh seseorang
Menurut (Mankiw, 2000) pendapatan perorangan adalah jumlah pendapatan
yang diterima rumah tangga dan bisnis nonkorporat. Sedangkan menurut Sukirno
(2004), pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk
pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apa pun, yang
diterima oleh penduduk suatu negara.
Pendapatan (income) adalah total penerimaan (uang dan bukan uang)
seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Ada tiga sumber
penerimaan rumah tangga yaitu: 1)Pendapatan dari gaji dan upah.Gaji dan upah
adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar gaji atau upah
seseorang secara teoritis sangat tergantung dari prodiktivitasnya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu :a) Keaahlian (Skill) adalah
kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk mampu menengani pekerjaan yang
dipercayakan. Makin tinggi jabatan seseorang, keahlian yang dibutuhkan semakin
tinggi, karena itu gaji atau upahnya juga semakin tinggi, b) mutu modal manusia
(human capital) adalah kapasitas pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang
dimiliki seseorang., baik karena bakat bawaan maupun hasil pendidikan dan
penelitian, c) Kondisi kerja (Working conditions) adalah lingkungan dimana
seseorang bekerja. Bila risiko kegagalan atau kecelakaan makin tinggi, walaupun
tingkat keahlian yang dibutuhkan tidak jauh berbeda. 2) Pendapatan dari asset
produktif. Asset produktif adalah asset yang memberikan pemasukan atas batas jasa
penggunaanya.Ada dua kelompok asset produktif.Pertama, asset financial seperti
deposito yang menghasilkan pendapatan bunga, saham, yang menghasilkan deviden
rumah yang memberikan penghasilan sewa. 3) Pendapatan dari pemerintah.
Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan yag
diterima bukan sebagai balas jasa input yang diberikan. Atau pembayaran yang
dilakukan oleh pemerintah misalnya pembayaran untuk jaminan sosial yang diambil
dari pajak yang tidak menyebabkan pertambahan dalam output.
2.8 Pengaruh Pendapatan Petani
Masliah (1991) dalam penelitianya “Hubungan antara konsumsi dan
pendapatan nasional sendiri saling berhubungan. Hal ini didasarkan kondisi yang
terjadi bahwa konsumsi tergantung pada persepsi masyarakat terhadap pendapatan
permanen (pendapatan masyarakat dalam hidupnya) dari pada pendapatan yang
dibelanjakan yang mereka peroleh pada saat ini dalam kondisi ekonomi mengalami
kemajuan, konsumsi akan cenderung tertinggal oleh naiknya tingkat pendapatan
sementara pada masa ekonomi mengalami kemunduran, tingkat konsumsi tidak akan
turun secepat tingkat pertumbuhan pendapatan”.
Teori Engel’s yang menyatakan bahwa : “ Semakin tinggi tingkat
pendapatan keluarga semakin rendah persentasi pengeluaran untuk konsumsi
makanan “ (Sumarwan ,1993). Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa
dikatakan lebih sejahtera bila persentasi pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil
dari persentasi pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya proporsi alokasi
pengeluaran untuk pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan
keluarga, karena sebagian besar dari pendapatan tersebut dialokasikan pada
Berbagai upaya perbaikan gizi biasanya berorientasi pada tingkat pendapatan.
Seiring makin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan akan makanan dapat
terpenuhi. Dengan demikian pendapatan merupakan faktor utama dalam menentukan
kualitas dan kuantitas bahan makanan.Besar kecilnya pendapatan rumah tangga tidak
lepas dari jenis pekerjaan ayah dan ibu serta tingkat pendidikannya (Soekirman,
1991).
Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60-80 % dari pendapatannya
dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk makanan yang
digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan makanan untuk tiap 1 %
perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin
dibandingkan pada rumah tangga kaya (Soekirman, 1991).
Penelitian (Crotty, dkk 1989) menunjukkan bahwa pada rumah tangga
dengan tingkat pendapatan rendah di Australia mengalokasikan uangnya dalam
jumlah yang sedikit untuk bahan makanan seperti gandum, produk susu, buah dan
sayuran.Pengeluaran rumah tangga sebagai proksi dari pendapatan mempengaruhi
tingkat konsumsi rumah tangga. Semakin besar pengeluaran total mengakibatkan
konsumsi energi rumah tangga juga bertambah dengan kata lain apabila pengeluaran
total rumah tangga bertambah maka pertambahan tersebut digunakan untuk
memenuhi kekurangan konsumsi energi (Arifin danSudaryanto,1991).
Upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi berkaitan erat dengan
daya beli rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas, kurang mampu
bahan makan kurang bisa dijamin karena dengan uang yang terbatas tidak akan
banyak pilihan. Akibatnya kebutuhan makanan untuk tubuh tidak terpenuhi
(Apriadji, 1986).
2.9. TENAGA KERJ A PETANI
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam proses produksi
untuk menghasilkan barang maupun jasa disamping faktor produksi modal,
teknologi,
dan sumber daya alam. Tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan dan
menggerakkan segala kegiatan, menggunakan peralatan maupun teknologi dalam
menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang
dibutuhkan dan juga membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian
(terampil)(Menurut Nopirin 2000).
penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam prosesproduksi lebih ditentukan
oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upahtenaga kerja serta harga
outputnya. Menurut Soekartawi (1993), Besar kecilnya tenaga yang dipakai oleh
suatu usaha pertanian akan sangat tergantung dari tersedianya modal. Dalam
batas-batas tertentu, maka dengan cukup tersedianya modal, maka tidak ada alasan untuk
tidak mempergunakan tenaga kerja dalam jumlah yang diperlukan.
Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga
kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kapasitas
diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena tambahan tenaga
kerja tersebut tidak profesional (Masyhuri, 1999).
Faktor tenaga kerja tidak hanya cukup dilihat dari segi jumlahnya saja,
melainkan juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut. Dengan
adanya perbaikan
kualitas tenaga kerja, maka batas penurunan produksi total karena pertambahan
jumlah tenaga kerja akan dapat ditunda sampai jumlah tenaga kerja yang lebih
besar. Pekerja adalah mereka yang sungguh-sungguh bekerja atau melakukan
kegiatan produksi dalam suatu perekonomian dan mendapatkan upah sebagai
balas jasa mereka (Suparmoko dkk, 2000).
2.10 PENGALAMAN TENAGA KERJ A
Menurut Rangkuti (1995), pengalaman adalah seseorang yang telah
menekuni pekerjaannya selama beberapa tahun. Seseorang nelayan yang telah
menekuni pekerjaannya 15 sampai 30 tahun, dapat dianggap nelayan yang
berpengalaman dan dapat dijadikan pawang. Menurut Buwono (1993),
pada usaha pertambakan, penerapan pemeliharaan intensif bukan hanya
pada segi teknis pemeliharaannya, tetapi sistem pengelolaannya juga baik dari
sumber daya manusianya maupun permodalannya perlu diusahakan secara
intensif. Sumber daya manusia, khususnya teknisi dan staf ahli, merupakan
salah satu kunci penting dalam pengembangan perusahaan, karena menentukan
tinggi rendahnya produksi yang dipelihara dan berperanan penting dalam
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, setiap personil industri
per-udangan perlu menambah pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan
masalah pemeliharaan Udang, baik teknis pemeliharaan, teknis pemilihan lahan
yang cocok, teknis pengelolaan permodalan maupun cara pencegahan masalah
penyakit di tambak.
2.2.1 MODAL
modal usaha nelayan adalah nilai aset inventaris)tetap/tidak bergerak dalam
satu unit penangkap. Pada umumnya, untuk satu unit penangkap modal terdiri
dari: alat-alat penangkapan (pukat dan lain-lain), boat atau sampan penangkap,
alat-alat pengolahan atau pengawet di dalam kapal, dan alat-alat pengangkutan
laut (carier). ( Mulyadi 2005).
Penilaian modal usaha nelayan dapat dilakukan menurut tiga cara: 1)
penilaian didasarkan kepada nilai alat-alat yang baru, yaitu berupa ongkos
memperoleh alat-alat
tersebut menurut harga yang berlaku sekarang; 2) berdasarkan harga pembelian
atau pembuatan alat-alat, jadi berapa investasi awal yang telah dilaksanakan
nelayan, bertolak dari sini, dengan memperhitungkan penyusutan tiap tahun,
dapat dihitung nilai alat-alat atau modal pada waktu sekarang; 3) dengan
menaksir nilai alat pada waktu sekarang, yakni harga yang akan diperoleh
apabila alat-alat dijual. Menurut modal dalam usaha tani dapat diklasifikasikan
sebagai bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yang digunakan
suatu proses produksi. Dengan demikian pembentukan modal mempunyai
tujuan yaitu: a) untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut; dan b) untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani. (Soekartawi 2002).
modal adalah salah satu dari tiga faktor produksi yang utama. Dua lainnya,
tanah dan tenaga kerja, sering disebut faktorfaktor
produksi primer. Yang berarti penawarannya sangat ditentukan oleh
faktor-faktor non ekonomi, seperti tingkat kesuburan dan geografi Negara. Dalam
contohnya dengan perikanan, dengan menggunakan alat pancing ikan (yang
merupakan peralatan modal.(Nordhaus 2004).
2.2.2 Pengertian Modal Kerja
Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk me mbelanjai operasinya
sehari - hari.
Pengertian modal kerja menurut beberapa ahli, antara lain:
a. menurut Sawir, (2005) ”modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan yang dimaksudkan dengan dana yang harus tersedia untuk
membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari – hari. (Ingram, 2005)
Menurut (Burton,1983) dalam menyatakan modal kerja adalah invest asi
perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di dalamnya kas,
sekuritas, piutang, persediaan, dan dalam beberapa perusahaan, biaya dibayar di
muka. (Sawir, 2005).
1). konsep kuantitatif. Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang
tertanam dalam unsur - unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva
yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana
yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek.
Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross
working capital),
2). konsep kualitatif. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva
lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut sebagai modal kerja bersih (net
working capital),
3). konsep fungsional. Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam
perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya
dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk
manghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua
dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada
sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba
di masa yang akan datang. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta
2.2.3 J enis-jenis Modal Kerja
Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
a. modal kerja permanen (permanent working capital)yaitu modal kerja yang harus
tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja
permanen ini dapat dibedakan dalam :
1). modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada
pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya,
2). modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
b. modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah- ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal
kerja ini dibedakan antara :
1). modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan karena fluktuasi musim.
2). modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan karena fluktuasi konyungtur,
3). modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah
karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya(misalnya
adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang
mendadak).Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin
terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi
kebutuhan, sehingga terjadi dana menganggur, tetapi apabila jumlah
modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang
mampu memenuhi permintaan langganan.
2.2.4 Fungsi Modal Kerja
Beberapa fungsi modal kerja antara lain adalah sebagai berikut :
a. modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena
penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan
dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan..
b. modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua
utang lancar tepat pada waktunya.
c. modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan ”credit standing”
perusahaanyaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan
kelayakan untuk memelihara kredit.
2.2.5 Sumber Modal Kerja
Apabila sumber modal kerja lebih besar dari pada penggunaan,
berarti ada kenaikan modal kerja.Sebaliknya apabila penggunaannya lebih
kecil, berarti penurunan modal kerja. Sumber-sumber modal kerja yang akan
menambah modal kerja adalah:
a. adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun
b. ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan
aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,
c. ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau
utang jangka panjang lainnya.
Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal
kerja adalah sebagai berikut:
1). berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi
oleh pemilik perusahaan,
2). pembayaran utang-utang jangka panjang,
3). adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Penentuan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Sifat dan tipe perusahaan. Modal Kerja dari suatu perusahaan jasa relatif
lebih kecil daripada kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Perusahaan
jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal
modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan
pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya perusahaan industri
harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar
sehari-hari.Perusahaan yang memproduksi barang membutuhkan modal kerja relatif
lebih besar dari pada perusahaan dagang.
b. waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang
akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Makin panjang waktu
yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang
tersebut, maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan..
c. syarat pembelian bahan atau barang dagangan. Jika syarat kredit yang
diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas
yang harus disediakan untuk diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun
barang dagangan.
d. syarat penjualan. Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan
kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal
kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang.
e. tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan
maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.
2.2.7 Manajemen Modal Kerja
Menurut (Sawir, 2005) manajemen modal kerja adalah kegiatan yang
mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka
pendek perusahaan”.Manajemen modal kerja merupakan hal yang sangat
penting karena pertama aktiva lancar perusahaan manu faktur mngembangkan
lebih dari separuh total aktivanya, sedangkan bagi perusahaan distribusi
mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja
netto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah :
1. memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga
tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari
biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
2. meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancer.
3. pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari
sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban
keuangannya ketika jatuh tempo.
2.2.8 Pentingnya Modal Kerja
Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin
kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana
modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja
melebihi kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle
fund), karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain
dalam rangka peningkatan laba. Perusahaan kekurangan modal kerja untuk
memperluas penjualan dan produksinya, maka besar kemungkinannya akan
kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki
modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangkapendek tepat
Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup
jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau
operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan
beberapa keuntungan lain, antara lain:
a. melindungi perusahaan tehadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
dari aktiva lancer.
b. memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada
waktunya.
c. menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d. memugkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani para konsumennya.
e. memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para pelanggannya.
f. memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang
2.2.9 Pengertian Produksi
Kata “produksi” sering digunakan dalam istilah membuat sesuatu.
Dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi dapat diartikan
sebagai berikut :
Produksi adalah perubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil
yang diinginkan oleh konsumen.hasil ini dapat berupa barang ataupun jasa.
Dalam artian tersebut, produksi merupakan konsep yang lebih luas daripada
pengolahan (manufaktur) karena pengolahan ini hanyalah sebagai bentuk
khusus dari produksi. Jadi, dengan cara ini pedagang besar, pengecer, dan
lembaga-lembaga yang menyediakan jasa juga berkepentingan di dalam
produksi
2.2.10 Pengertian jumlah produksi
Mendefenisikan suatu hal merupakan langkah awal yang lazim
sebelum melakukan pembahasan secara lebih mendalam untuk itu penulis
akan menguraikan pengertian dari proses produksi menurut pendapat beberapa
ahli, masing-masing dari sudut pandangan yangdigunakan sehingga lebih
dapat dipahami. (Gitosudarmo 2000) mengatakan bahwa ”Proses produksi
adalah merupakan interaksi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu,
tenaga kerja dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang
Menurut Teguh Baroto, (2002) “proses produksi adalah aktivitas bagaimana
produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan
teknis, dan lain-lain”.
Menurut (Nasution, 2003) ”proses produksi, yaitu metode dan teknik yang
digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk”.Produksi adalah
suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa.
Contoh : pabrik batre yang memproduksi batu baterai, pabrik mutifa yang
memproduksi obat-obatan, dan lain sebagainya. Pengertian produksi dapat
diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi
suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.Sedangkan
orang, badan usaha, atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa
disebutprodusen.Menurut (Anoraga 2000) ”produksi nampaknya berkonotasi
sebagai organisasi produk, yaitu aktivitas yang menghasilkan barang, baik
barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang, dan
komponen-komponen”.Dari be berapa definisi diatas dapat diketahui bahwa
untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan usaha mendayagunakan
masukan berupa tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan. Perkembangan dari
pada proses produksi menghasilkan banyak macam jenis-jenis proses produksi
dalam perusahaan.
b. Jenis- Jenis proses produksi Menurut.(Assauri 1999) ada 2 jenis proses
produksi :
2). Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes)
Sebenarnyaperbedaan pokok antara kedua proses ini terletak pada panjang
tidaknya waktu persiapan / mengatur (set up) peralatan produksi yang
digunakan untuk memprodusir sesuatu produk atau beberapa produk tanpa
mengalami perubahan. Sebagai contoh dapat dilihat apabila kita
menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam memprodusir
produk dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian diubah atau
dipersiapkan (diset-up) kembali untuk memprodusir produk lain, maka
dalam hal ini prosesnya terputus-putus tergantung dari produk yang
dikerjakan.
Proses yang terputus-putus disebut intermitten process / manufacturing.
Dalam proses seperti ini terdapat waktu yang pendek (short run) dalam
persiapan (set up) peralatan untuk perubahan yang tepat guna dapat menghadapi
variasi produk yang berganti-ganti, misalnya terlihat dalam pabrik yang
menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti : pabrik kapal,
atau bengkel besi / las. Dalam contoh lain dapat dilihat adanya perusahaan
pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam
memprodusir produk dalam jangka waktu yang panjang / lama, tanpa mengalami
perubahan, maka dalam hal ini prosesnya terus-menerus selama jenis produk yang
sama dikerjakan. Proses yang terus-menerus ini disebut continuous process /
manufacturing. Dalam proses ini terdapat waktu yang panjang tanpa adanya
perubahan-perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta peralatannya.
pasar (produksi massa) seperti pabrik susu atau pabrik ban.Sifat-sifat atau ciri-ciri
proses produksi yang terus-menerus (continuous process / manufacturing) ialah :
waktu yang pendek, dan kemudian diubah atau dipersiapkan (diset-up) kembali
untuk mprodusir produk lain, maka dalam hal ini prosesnya terputus-putus
tergantung dari produk yang ikerjakan.
Proses yang terputus-putus disebut intermitten process /
manufacturing.Dalam proses seperti ini terdapat waktu yang pendek (short run)
dalam persiapan (set up) peralatan untuk perubahan yang tepat guna dapat
menghadapi variasi produk yang berganti-ganti, misalnya terlihat dalam pabrik
yang menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti : pabrik
kapal, atau bengkel besi / las. Dalam contoh lain dapat dilihat adanya perusahaan
pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam
memprodusir produk dalam jangka waktu yang panjang / lama, tanpa mengalami
perubahan, maka dalam hal ini prosesnya terus-menerus selama jenis produk yang
sama dikerjakan. Proses yang terus-menerus ini disebut
continuous process / manufacturing. Dalam proses ini terdapat waktu yang panjang
tanpa adanya perubahan-perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta
peralatannya. Proses seperti ini terdapat dalam pabrik yang menghasilkan
produknya untuk pasar (produksi massa) seperti pabrik susu atau pabrik
ban.Sifat-sifat atau ciri-ciri proses produksi yang terus-menerus (continuous process /
1). Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi massa)
dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandardisir.
2). Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan
berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan.
3). Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin
yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan
nama Special Purpose Machines.
4). Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak otomatis, maka
pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali,
sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi untuk
pengerjaan produk tersebut.
5). Apabila terjadi salah satu mesin / peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh
proses produksi akan terhenti.
6). Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil
maka job structurenya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.
7). Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah daripada
intermitten process / manufacturing Oleh karena mesin-mesin yang dipakai
bersifat khusus maka proses seperti ini membutuhkan maintenance specialist yang
mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak.
8). Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang fixed(fixed