• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PETANI RUMPUT LAUT DI PROPINSI MALUKU UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PETANI RUMPUT LAUT DI PROPINSI MALUKU UTARA."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Per syar atan

Dalam Memperoleh Gelar Sar janaEkonomi

Pr ogr am Studi Ekonomi Pembangunan

Oleh :

Yance K. Sutir ay

0911010002

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIOANAL “VETRERAN”

J AWA TIMUR

(2)

Yance K. Sutir ay

0911010002 / FE / EP

Telah di pertahankan di hadapan dan di terima oleh tim penguji skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

pada tanggal 29 Oktober 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

DRS.EC SUWARNO,ME DRS.EC SUWARNO,ME

Sekretaris

Dr a. Ec.Niniek Imaningsih,MP

Anggota

Dr s.Ec.Wiwin Pr iana,MT

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dra.Dhani Ichsanuddin Nur , MM

(3)

UTARA

Yang diajukan

Yance K. Sutir ay

0911010002

Telah disetujui untuk di seminarkan oleh :

Pembimbing Utama

DRS.EC SUWARNO,ME Tanggal :07 September 2013

NIP.19600810199031001

Mengetahui

Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan

Dra.Ec.Niniek Imaningsih,MP

(4)

i

Segalah puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas rahmat-nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PETANI RUMPUT LAUT DI PROPINSI

MALUKU UTARA ’’. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantun

berbagai pihak yang banyak membantu. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

bapak DRS.EC SUWARNO,ME selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak

memberikan masukan dan dorongan guna terselesaikan skripsi ini, selain itu penulis juga

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak HENDRIK SUTIRAY dan IBU TIEN SUTIRAY,

Terima kasih atas segalah pengorbanan, kasih sayang, dukungan, serta doa tulus yang

tiada hentinya.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran’’ Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, mp, selaku ketua program study Ekonomi Pembangunan.

4. Seluruh keluarga besar yang selalu member dukungan dan dorongan kepada penulis.

5. Teman – teman seangkatan penulis Adiputra I.S.G, Aditya Wicaksono, Ferry

Frimansyah, Medi Satria Putra, Farid Afrizal, Mustain, Rendy Harry, Maurice Y.K. dan

Teman – teman kontrakan, Agung Riberu, Furqan Zaldi, Dion Bata, Riyan dan Lain –

lain yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima kasih menjadi teman kuliah dan

(5)

Penulis menyadari, masih banyak kekurangan yang ditemukan dalam penyusunan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun.

Selanjutnya apabila terdapat kesalahan baik dalam materi yang tersaji maupun dalam teknik

penyelesaiannya. Dan denagn segalh kerendahan hati, semoga apa yang terdapat dalam

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak – pihak yang memerlukan.

Surabaya, November 2013

(6)

iii

2.1. PenelitianTerdahulu ... 8

2.2. Mepin Jurnal ... 10

2.3. Landasan Teori ... 13

2.4. Pengertian Rumput laut ... 13

2.5. Potensi Budidaya Rumput Laut ... 14

2.6. Potensi dan Pemanfaatan Budidaya Rumput Laut ... 20

2.7. Pendapatan Petani ... 21

2.8. Pengaruh Pendapatan Petani ... 24

2.9. Tenaga Kerja Petani ... 26

(7)

2.2.4. Fungsi Modal Kerja ... 33

2.2.5 Sumber Modal Kerja ... 34

2.2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 35

2.2.7. Manajemen Modal Kerja ... 36

2.2.8. Pentingnya Jumlah Kerja ... 37

2.2.9. Pengertian Jumlah Kerja ... 39

2.2.10. Faktor – factor Produksi ... 45

2.2.11. Kerangka Pikir ... 50

2.2.12. Hipotesis ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

3.1. DefenisiOperasionaldanPengukuranVariabel ... 52

a. Variabel Terikat /Independent Variabel (Y) ... 52

b. Variabel Bebas /Independent Variabel (X) ... 53

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 54

3.3. Obyek Penelitian ... 55

3.4. Populasi ... 55

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 56

3.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 57

3.8. Uji Hipotesis ... 58

(8)

v

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 67

4.2. Perkembangan Petani Rumput Laut di Propinsi Maluku Utara 67

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

4.4. Pendapatan Petani Rumput Laut ... 70

4.5. Jumlah Tenaga Kerja... 72

4.6. Modal Sendiri ... 74

4.7. Jumlah Produksi ... 75

4.8. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 77

4.9. Analisis hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda ... 82

4.10. Uji Hipotesis ... 82

4.4.1. Uji Hipotesis Secara Persial... 85

4.4.2. Implementasi Hasil Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1. Kesimpulan ... 94

5.2. Saran ... 96

Daftar Pustaka

(9)

Tabel Halaman

1. Autokorelasi Durbin Waston ... 64

2. Pendapatan Petani Rumput Laut di Maluku Utara ... 70

3. Jumlah Tenaga Kerja Petani Rumput Laut di Maluku Utara ... 73

4. Modal sendri Petani Rumput Laut di Maluku Utara ... 74

5. Jumlah Produksi ... 76

6. Hasil Pengujian Heterokedastistas ... 79

7. Uji Multikolinearitas ... 80

8. Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel terikat ... 81

9. Hasil Perhitungan Uji F ... 83

(10)

vii

Gambar Halaman

1. Diagram kerangka pemikiran ... 50

2. Kurva Distribusi Pendapatan / Penerimaan Hipotesis secara Simultan . 60 3. Kurva Distribusi Pendapatan / Penerimaan Hipotesis secara Persial ... 62

4. Kurva Durbin Waston 6 ... 63

5. Kurva Durbin Waston 7 ... 78

6. Kurva Uji Hipotesis secara Simultan ... 84

7. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Tenaga kerja X1 ... 87

8. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Modal Petani X2 ... 89

(11)

Lampiran

1. Data Penelitian Antara Variabel Terikat Dengan Variabel Bebas

2. Analisis Regresi Linier Berganda Dengan Mengunakan SPSS 13.00

3. Tabel Penguji F

4. Tabel Penguji Nilai t

(12)

ix

ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PETANI RUMPUT LAUT DI PROPINSI MALUKU UTARA

Pembangunan perikanan budidaya, khususnya rumput laut memberikan kontribusi yang

cukup baik bagi perkembangan pendapatan petani rumput laut di Maluku utara maupun di

Indonesia dengan potensi pendapatan yang cukup baik dari petani rumput laut yang dapat

memungkinkan bisa mendapatakan suatu tambahan bagi para petani rumput laut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan

menyebarkan kuesioner kepara petani rumput laut yang berada di Maluku utara sebanyak 36

orang petani rumput laut. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu hasil dari jumlah produksi

para petani rumput laut terhadap pendapatan petani.

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh Tenaga kerja petani rumput laut (X1), modal sendiri (X2) dan Jumlah

Produksi (X3), Pendatan Petani (Y) berarti variabel Tenaga Kerja petani rumput laut (X1), Modal

Sendiri (X2) dan Jumlah Produksi (X3) secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel

Pendapatan Petani Rumput Laut (Y). Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

(13)

daerah Dan masyarakat mengelolah sumber daya yang ada membentuk

suatu pola kementrian antara pemeritah daerah dengan sector swasta untuk

memciptakan suatu lapnagan kerja baru dan merasang perkembangan

ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilaya tersebut. (lincolin Arsyad

1999).

Sumber daya ekonomi kelautan terdiri dari sumber daya hayati

(terutama perikanan, rumput laut, dan mutiara); dan sumber daya non

hayati, seperti pertambangan, perhubungan laut, industri maritim, dan

pariwisata bahari. Beragam sumber daya ekonomi kelautan ini merupakan

andalan dalam menjawab tantangan dan peluang bagi pembangunan

perekonomian Indonesia di masa kini dan masa depan. Kenyataan tersebut

didasari mengingat potensi sumber daya ekonomi kelautan yang begitu

besar yakni 75% wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

adalah laut dan selama ini telah memberikan sumbangan yang sangat

berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional (Kusumastanto, 2003).

Sumbangan yang sangat berarti dari sumber daya ekonomi kelautan

tersebut, antara lain berupa penyediaan bahan kebutuhan dasar,

peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, perolehan devisa

dan pembangunan daerah. Dengan potensi wilayah laut yang sangat luas

(14)

kelautan sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif, keunggulan

kooperatif dan keunggulan kompetitif untuk menjadi sektor unggulan

dalam kiprah pembangunan nasional.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sekitar 17.480 buah

pulau dengan luas laut 5,8 juta km2 dan bentangan pantai sepanjang

95.181 km, serta sumber daya ekonomi yang potensial (Idris Irwandi,

dkk., 2007). Kontribusi ekonomi yang berasal dari industri berbasis pesisir

dan lautan seperti perikanan, pariwisata, pertambangan, dan transportasi

terhadap PDB Indonesia cukup besar yakni sekitar 24% (Irianto, 2005).

Kemandirian daerah dalam menciptakan kondisi perekonomian

yang lebih baik, berdasarkan preferensi dan kebutuhan masyarakatnya,

daya saing daerah-daerah di Indonesia perlu dikembangkan kompetensi

khas (inti) daerah dan kompetensi inti daerah haruslah dengan

memungkinkan berkembangnya kemitraan antar daerah dan menghindari

persaingan tidak sehat antar daerah. (Mulyadi, 2009).

Rumput laut merupakan sumber daya loakal yang bnyak di

hasilkan dan menjadi sumber penghasilan bagi sebagian besar penduduk di

pesisir Halmahera oleh karena itu diperlukan suatu usaha pengembangan

rumput laut menjadi suatu agroindustry yang dapat menujang dalam

membantu peningkatan pendapatan masyarakat Halmahera.

Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam

program revitalisasi perikanan disamping udang dan tuna. Ada beberapa

(15)

diantaranya : peluang pasar ekspor terbuka luas, harga relatif stabil, juga

belum ada batasan atau kuota perdagangan bagi rumput laut; teknologi

pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai; siklus

pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan

keuntungan; kebutuhan modal relatif kecil; merupakan komoditas yang

tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya; usaha

pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga

mampu menyerap tenaga kerja.Permintaan rumput laut meningkat sejalan

dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan industri berbasis

rumput laut, serta kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali kepada

produk-produk hasil alam. Diperkirakan,dalam kurun waktu lima tahun

kedepan kebutuhan produk olahan rumput laut terus meningkat.

Berdasarkan kecenderungan ekspor dan impor produk olahan rumput laut

selama periode 2009 - 20013. (Anggadiredja, 2006)

Pada tahun 2014 produksi rumput laut di perkirakan lebih dari

10.341.000 Kg Basah atau lebih dari 1000 Ton Kering. Namun sampai

saat ini usaha budidaya maupun olahan rumput laut belum mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat,hal ini disebabkan karena harga

produk rumput laut sangat fluktuatif akibatnya usaha produk olahan

rumput laut kurang menguntungkan, melihat pada permasalahan tersebut

maka salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai

jual produk olahan tersebut adalah pengembangan agroindustri rumput laut

(16)

keberhasilan suatu daerah dalam menentukan arah pembangunannya,

sesuai keunggulan daya saing yang dimilikinya, dan dapat digunakan

sebagai pertimbangan utama dalam penyusunan kebijakan daerah

mengenai industri yang akan dikembangkan dan menjadi sumber

keunggulan daerah dalam menghadapi kompetensi global, serta

mendorong kemandirian pembangunan daerah tersebut, (Mulyadi, 2008).

Keanekaragaman jenis rumput laut di perairan Indonesia cukup

tinggi dan secara umum sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat

pesisir sebagai makanan dan obat tradisional, dan tidak banyak

memberikan kontribusi terhadap perekonomian mereka. Sementara itu,

rumput laut dapat diolah atau diproses menjadi beberapa produk yang

mempunyai nilai tambah seperti agar-agar, karaginan dan algin yang

selama ini 80 % kebutuhan lokal masih diperoleh dari hasil impor.

Ada beberapa varietas rumput laut penghasil karaginan

(karaginofit) yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, dan salah

satunya adalah Eucheuma cottonii.Metode ekstraksi karaginan yang

optimal dari rumput laut varietas Eucheuma cottonii perlu digali, agar

impor karaginan dapat dikurangi, pendapatan petani dapat ditingkatkan,

dan kalau berlebih dapat diekspor untuk meningkatkan devisa negara.

(Anonim, 2010).

Mengetahui potensi lahan budidaya dan produksi rumput laut, jenis

agroindustri rumput laut yang menjadi unggulan, menilai prioritas

(17)

pengembangan agroindustri rumput laut di Halmahera yang berbasis

kompetensi inti. Sehingga berpengaruh besar terhadap peningkatan jumlah

produksi tersebut dan mendorong pendapatan rumah tangga masyarakat

Maluku utara. (mubyarto, 2002).

Dari gambaran mengenai potensi dan peranan sumber daya

ekonomi budidaya rumput laut, dapat dikemukakan bahwa Indonesia

masih memiliki peluang yang sangat besar untuk memanfaatkan dan

mengembangkan budidaya rumput laut secara optimal, antara lain melalui

peningkatan efisiensi ekonomi, pengembangan teknologi, dan

produktivitas tenaga kerja sehingga akan meningkatkan kontribusi yang

signifi kan pada pembangunan perekonomian daerah. Meskipun demikian,

kita masih dihadapkan pada impor rumput laut dalam Menelaah peran

Agroindustri terhadap perekonomian yang begitu penting, maka

permasalahan mendasar yang menarik untuk ditelita adalah sejauh mana

dampak pengembangan Agroindustri berbahan baku Rumput laut terhadap

penguatan ekonomi lokal di Maluku utara. apakah pengembangan

agroindustri tersebut berkembang sesuai dengan yang direncanakan, yaitu

mampu memeberikan kontribusi terhadap pendapatan di Maluku utara,

berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitiaan ini ditunjukan untuk

mengetahui kontribusi pengembangan Agroindustri rumput laut penguatan

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

dipisakan sebagai berikut :

1. Apakah tenaga kerja petani rumput laut berpengaruh terhadap

pendapatan petani dimaluku utara ?

2. Apakah modal berpengaruh pada pendapatan petani di Maluku utara ?

3. Apakah jumlah produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani di

Maluku utara?

1.3 Tujuan penelitian

Sesuai latarbelakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka

tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitihan ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tenaga kerja petani

terhadap pendapatan petani di Maluku utara ?

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal terhadap

pendapatan petani di Maluku utara ?

3. Untuk mengetahui jumlah produksi terhadap pendapatan petani di

(19)

1.4 Manfaat Penelitian 2. Bagi mahasiswa

Dengan melaksanakan penelitian ini maka mahasiswa diharpakan dpat

lebih memahami, menganalisa dan mengantisipasi suatu problem yang

ada di masyarakat di Halmahera, selain itu hasil penelitiaan diharpkan

dapat dijadikan dasar bagi penelitiaan lanjutan mengenai agroindustri

rumput laut.

3. Bagi produsen

Hasil penelitian ini diharpakan bias memberiakan masuakan –masukan

ataupun sumbangan pikiran dengan mempertimbangan kebutuhan

masyrakat sehingga masyarakat dapat memperbaiki kehidupan

ekonomi.

4. Bagi pemerintah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan dalam rangka pengembngan penguatan ekonomi

lokal dan pengutan ketahanan seperti kedaulatan pangan berbasis

(20)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1Penelitian Terdahulu

Berikut ini dikemukakan peneliti-penelitian terdahulu yang pernah

dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta

bahan pengkajian dengan penelitian ini yaitu :

pengaruh biaya produksi,jumlah tenaga kerja dan luas lahan,terhadap

pendapatan petani jagung dikecamatan tiga binaga kabupaten karo,

berpengaruh baik dalam makna ekonominya suatu pembudidayaan

memerlukan ketrampilan yang baik sehingga menghasilkan hasil yang

baik. (Cristofel, 1983:93)

Luas tambak, padat penebaran, jumlah tenaga kerja dan lama usaha

secara imultan berpengaruh terhadap produksi. Luas tambak secara parsial

sangat berbeda nyata terhadap produksi.. Jumlah tenaga kerja secara

parsial berbeda nyata terhadap produksi (Heru,2007: 19)

Dari luas lahan perairan kabupaten maluku tenggara, peluang untuk

mengembangakan usaha rumput laut oleh masyarakat masih sangat

terbuka karena masih tersisah banyak lahan yang tersisah hal ini sanagt

meningkatkan pendaptan petani rumput laut.(simon, 2010:505).

Alga laut (Eucheuina sp.) merupakan salah satu sumberdaya alam

(21)

dalam industri kosmetik, pangan dan lain-lain. Rumput laut banyak diolah

dalam bentuk kering setelah melalui proses penjemuran atau diolah

menjadi makanan siap konsumsi, seperti: dodol, manisan dan minuman.

Saat ini kebanyakan makanan siap konsumsi yang dijual masyarakat

adalah minuman sari buah, tetapi untuk minuman dari rumput laut jarang

ditemui dilingkungan masyarakat (lukas, dkk, 2004:101)

Produksi, jumlah produksi dan nilai ekspor berpengaruh penting bagi

pendapatan petani rumput laut di Indonesia, sehinga mengahasilkan

tingkat pendapatan rumput laut bertambah dengan demikian semangat

kerja petani rumput laut di Indonesia bertambah (mira, 2008:13)

Daerah diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kinerja serta

bimbingan atau sosialisasi dan sumbangan modal dari pihak pemerintah

maupun suwasta sehingga peningkatan kinerja tenaga kerja petani rumput

laut yang ada di daerah Sulawesi kecamatan palopo sehinga menghasilkan

pembudidayaan rumput laut yang lebih baik lagi dengan meningkatkan

modal para petani rumput laut, yang terus meningakat dan kemajuan para

petani rumput laut yang ada di Sulawesi kecamatan palopo(Armen,

(22)

2.2 Mepin jurnal

- Biaya pupuk, berpengaruh negatife terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukan oleh koefisien regresi biaya pupuk. Yang artinya setiap kenaikan biaya pupuk 1persen maka pedapatan petani jagung akan mengalami penurunan.

Hal ini dikarenakan semakin banyak pupuk yang digunakan maka semakin beasr pula hasil produksinya, namun tetap ada batasan tersebut akan menjadi mengurangi hasil produksi, hal ini dapat dilihat dalam teori The low of Diminishing Retrun.

- Tenaga kerja, Luas lahan berpengaruh poistif

Terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukan oleh koefisien regresi tenaga kerja dan luas lahan, artinya setiap kenaikan tenaga kerja dan luas lahan 1 persen maka pendapatan petani jagung bertambah.

(Anova) - Dari responden. Usaha budidaya udang

menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dengan

analisis rasio keuntungan usaha yaitu RCR > 1.

- Luas tambak, padat penebaran, jumlah

tenaga kerja dan lama usaha secara simultan berpengaruh terhadap produksi.

Luas tambak secara parsial sangat berbeda

nyata terhadap produksi.. Jumlah te naga

kerja secara parsial berbeda nyata terhadap

produksi .

(23)

3. Simon.

Setelah melihat analisis swot maka disimpulkan penciptaan ilklim yang kondusif bagi industri pengolahan rumput laut.

- mengusahakan kelembagaan (koperasi rumput laut) yang kuat - Peningkatan produktivitas dan mutu pasokan bahan baku rumput laut - Penguasaan teknologi pengolahan rumput laut

- Peningkatan produktivitas dan mutu produk industri pengolahan rumput laut skala kecil, serta penyediaan mesin produksinya

- Pendirian industri baru pengolahan rumput laut skala kecil dan

menengah dengan fokus pada industri pengolahan rumput laut dan petani rumput laut sebagai pemasok bahan baku

- Promosi dan pemasaran terpadu produk hasil pengolahan rumput laut

Belum

menunjukkan bahwa nilai kadar abu produk yang dihasilkan dipengaruhi secara nyata oleh perbandingan formulasi gula dan bahan rasa (essens)

- rumput laut kaya akan mineral dimana unsur mineral dikenal sebagai kadar abu, sehingga bila kadar abu tepung rumput laut tinggi maka kadar mineral yang terkandung didalamnya juga tinggi.

- Hasil analisis ANOVA

menunjukkan bahwa nilai kadar serat produk yang dihasilkan dipengaruhi secara nyata oleh perbandingan formulasi gula dan bahan rasa (essens).

(24)

5. Mira

Apabila nilai DRC < 1 dan nilainya makin kecil berarti sistem komoditi makin efisien dan mampu hidup tanpa bantuan dan intervensi pemerintah. Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, komoditi dengan nilai DRC lebih kecil akan memperoleh prioritas lebih tinggi dalam pengembangannya - . Berarti usaha budidaya rumput laut di lokasi penelitian daerah yang menjadi sampel penelitian mampu hidup tanpa bantuan dan intervensi dari pemerintah.

-

Biaya pemasaran rumput laut dari Teluk Tomini sampai ke rendah yaitu Rp. 700 per kg dan Rp. 500 per kg.

- Pengembangan bisnis tersebut belum seirama dengan

(25)

2.3 Landasan Teori

2.4 Pengertian Rumput Laut

Rumput laut adalah tanaman laut yang termasuk ke dalam kelas makroalga

(Dawezynski et al

.

2007). Rumput laut ini sebenarnya merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang dan

daun. Meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya

merupakan bentuk thallus. Menurut McHugh (2003), rumput laut terbagi ke dalam

tiga kelompok berdasarkan pigmen yang terkandung dalam rumput laut, yaitu

Rhodophyceae (merah), Phaeophyceae (coklat) dan Chlorophyceae (hijau),

sedangkan menurut Glicksman (1983), rumput laut dikelompokkan menjadi

empat kelas berdasarkan pigmen yang dikandungnya yaitu Rhodophyceae

(merah), Cyanophyceae (hijau biru), hlorophyceae (hijau) dan Phaeophyceae

(coklat).

Rumput laut merah dan rumput laut coklat memiliki nilai ekonomi yang

cukup tinggi karena merupakan rumput laut penghasil hidrokoloid (agar,

karagenan, alginat) yang digunakan sebagai pengental (thickening) dan pembuat

gel (gelling agent) di berbagai industri terutama industri pangan. Eucheuma,

Gracilaria dan Gelidium adalah rumput laut yang telah dimanfaatkan di Indonesia

dan merupakan jenis-jenis rumput laut ekonomis. Saat ini, sekitar 1 juta ton

rumput laut basah dipanen dan diekstrak untuk memproduksi hidrokoloid.

Total produksi hidrokoloid mencapai 55.000 ton dengan harga mencapai US$ 600

(26)

Rumput laut memiliki manfaat yang banyak, diantaranya bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol, mengobati kanker payudara dan

kanker usus besar serta edema dan tiroid, menyembuhkan pembengkakan, dapat

mengurangi mucus dan melancarkan pencernaan (www.foodsnherbs.com 2007).

2.5 Potensi Budidaya produksi Rumput Laut

Propinsi maluku Utara sebagai wilayah kepulauan memiliki luas

wilayah 140.225,36 km² dan luas daratan 33.278 km². Luas lautan merupakan

presentase terbesar, dimana 72,6% adalah wilayah laut dari keseluruhan wilayah

sehingga sangat memungkinkan besarnya potensi perikanan yang terkandung di

dalamnya, termasuk potensi perikanan budidaya. Besarnya potensi perikanan

budidaya di Maluku Utara dapat dimungkinkan dengan tersedianya kawasan

pengembangan budidaya yang tersedia baik budidaya air laut maupun budidaya

air tawar (DKP Propinsi Maluku Utara, 2004).

Secara ekologis, wilayah pemerintahan Kabupaten Halmahera Selatan

adalah wilayah yang ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh

air laut atau pasang surut dan ke arah laut meliputi wilayah yang masih

terpengaruh oleh daratan seperti sedimentasi. Uraian tersebut merupakan uraian

umum dari batas atau ruang pesisir itu sendiri. Ekosistem wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil Kabupaten Halmahera Selatan merupakan ekosistem yang

dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, baik di darat maupun di

laut, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Ekosistem tersebut antara

lain adalah terumbu karang, hutan bakau (mangrove), padang lamun, rumput laut,

(27)

serta ekosistem pulau-pulau kecil di sekitar Kabupaten Halmahera Selatan (DKP

HALSEL, 2008).

Ditinjau dari aspek lingkungannya, kawasan Halmahera Selatan sebagai salah satu

wilayah kepulauan, memiliki sebaran hutan mangrove dan karang yang cukup

luas dan telah memberikan kontribusi besar terhadap penduduk pesisir yang

sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Namun jika didasarkan pada sumberdaya

alam yang ada, kawasan pesisir tersebut pada kenyataannya belum dikembangkan

secara optimal (DKP HALSEL, 2008).

Potensi tersebut memiliki keunggulan komparatif yang perlu mendapatkan

prioritas penanganan, sehingga peluang peningkatan produksi hasil budidaya laut

di masa mendatang akan semakin besar. Identifikasi kelayakan sumberdaya lahan

untuk pengembangan budidaya laut penting artinya dalam rangka penataan ruang

daerah yang sesuai dengan peruntukannya guna menghindari konflik kepentingan

sektor kelautan/perikanan dengan sektor lainnya. Identifikasi lokasi yang tepat

juga dapat digunakan sebagai indikator awal keberhasilan usaha budidaya sesuai

dengan jenis komoditas dan teknologi budidaya yang akan diterapkan

(Tiskiantoro, 2006).

Sebagai daerah yang memiliki potensi lahan yang cukup besar untuk

pengembangan budidaya baik budidaya air tawar, budidaya air payau maupun

budidaya air laut, pemanfaatan potensi budidaya di Maluku Utara masih sangat

kecil, dimana luas usaha budidaya di Maluku Utara yang telah di kembangkan

(28)

1.940,65 Ha dengan pencapaian produksi sebesar 105.632 ton, kecilnya

pemanfaatan potensi budidaya ini memberikan peluang untuk pengembangan

investasi usaha budidaya di Maluku Utara yang terjamin oleh adanya potensi

lahan usaha serta tersedianya beberapa komoditi unggulan yang bernilai ekspor

dan memiliki nilai ekonomis tinggi, yang salah satunya adalah Rumput Laut

(DKP Propinsi Maluku Utara, 2004).

Rumput laut merupakan salah satu dari tiga komoditas utama program

revitalisasi perikanan yang diharapkan berperan penting dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Pada akhir tahun 2009, rumput laut ditargetkan

produksi meningkat menjadi 1,9 juta ton (Kappaphycus alvarezii. 1,5 juta ton)

dengan sasaran pengembangan areal budidaya seluas 1.500.000 ha K. alvarezii.

serta penyerapan tenaga kerja sekitar 255.000 orang (Anonim, 2005).

Proses Penanaman Rumput laut

1. Pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan bagi jenis rumput laut yang akan

dibudidayakan. Hal ini perlu dilakukan karena ada perlakukan yang berbeda

untuk tiap jenis rumput laut

2. Pemilihan atau seleksi bibit yang baik, penyediaan bibit dan cara pembibitan

yang tepat.

3. Metode budidaya yang tepat

4. Pemeliharaan tanaman

5. Metode panen dan perlakuan pasca panen yang benar

(29)

1. Pemilihan Lokasi

Beberapa persyaratan yang diperhatikan terkait dengan lokasi yakni :

perairan cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak; tersedianya

sediaan rumput alami setempat (indikator); juga dengan kedalaman yang tidak

boleh kurang dari dua kaki (sekitar 60 cm) pada saat surut terendah dan tidak

boleh lebih dari tujuh kaki (sekitar 210 cm) pada saat pasang tertinggi. Selain itu

juga harus didukung dasar perairan (tipe dan sifat substratum) yang digunakan.

Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah kualitas air, akses tenaga kerja,

perizinan, dan sebagainya.

2. Melakukan uji penanaman

Setelah menemukan lokasi yang secara umum sudah baik, perlu dilakukan

uji penanaman untuk mengetahui apakah daerah tersebut memberikan

pertumbuhan yang baik atau tidak. Pengujian dilakukan dengan metode tali dan

metode jaring. Pada metode tali digunakan

tali monofilamentatau polyethilene yang diikatkan pada dua tiang pancang yang

dipasang dengan jarak sekitar 12 meter. Sedangkan pada metode jaring dapat

menggunakan jaring monofilament atau polyethilenedengan ukuran 5 x 2.5 m

yang diikatkan pada tiang pancang.

3. Menyiapkan areal budidaya

Setelah lokasi sudah dipastikan cukup baik, maka dilakukan persiapan lahan

sebagai berikut :

a. Bersihkan dasar perairan lokasi budidaya dari rumput-rumput laut liar dan

(30)

b. Bersihkan calon lokasi dari karang, batu, bintang laut, bulu babi, maupun

hewan predator lainnya.

c. Menyiapkan tempat penampungan benih (seed bin), bisa terbuat dari kerangka

besi dan berjaring kawat atau dari rotan, bambu, ukurannya bervariasi 2 x 2 x 1.5

meter atau 2 x 2 x 1.5 – 1.7 meter

4. Memilih metode budidaya yang akan digunakan

Membudidayakan rumput laut di lapangan (field culture) dapat dilakukan

dengan tiga macam metode berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan,

yakni metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.

a. Metode dasar (bottom method)

Metode dasar adalah metode pembudidayaan rumput laut menggunakan

benih bibit tertentu, yang telah diikat, kemudian ditebarkan ke dasar perairan, atau

sebelum ditebarkan benih di ikat dengan batu karang. Metode ini juga terbagi atas

dua yaitu : metode sebaran (broadcast) dan juga metode budidaya dasar laut

(bottom farm method).

b. Metode lepas dasar (Off-bottom method)

Metode ini dilakukan dengan mengikatkan benih rumput laut (yang diikat

dengan tali rafia) pada rentangan tali nilon atau jaring di atas dasar perairan

dengan menggunakan pancang-pancang kayu. Metode ini terbagi atas : metode

tunggal lepas dasar (Off-bottom monoline method), metode jaring lepas dasar (

Off-bottom-net method), dan metode jaring lepas dasar berbentuk tabung (

Off-bottom-tabular-net method).

(31)

Metode ini merupakan rekayasa bentuk dari metode lepas dasar. Pada

metode ini tidak lagi digunakan kayu pancang, tetapi diganti dengan pelampung.

Metode ini terbagi menjadi : metode tali tunggal apung (Floating-monoline

method), dan metode jaring apung (Floating net method).

5. Penyediaan bibit

Setelah dipilih metode budidaya yang akan dilakukan, langkah selanjutnya

adalah penyediaan bibit. Bibit dikumpulkan dari pembibitan langsung, dilakukan

dengan beberapa metode pengumpulan benih, yaitu :

a. Metode penyebaran secara spontan

Potongan-potongan (fragmen tetrasporotphyte) diletakkan pada

jaring-jaring benih (seed nets) dan dapat pula diletakkan pada potongan-potongan batu di

dalam tangki pengumpul yang telah diisi air laut. Setelah itu dibiarkan

hingga tetraspora menyebar secara spontan.

b. Metode kering

Tetrasporotphyte dikeringkan dibawah sinar matahari selama tiga jam,

kemudian ditempatkan dalam tangki seperti motode a di atas. Prosedur berikutnya

sama dengan metode

6. Penanaman bibit

Bibit yang akan ditanam adalah thallus yang masih muda dan berasal dari

ujung thallus tersebut. Saat yang baik untuk penebaran maupun penanaman benih

adalah pada saat cuaca teduh (tidak mendung) dan yang paling baik adalah pagi

(32)

7. Perawatan selama pemeliharaan

Seminggu setelah penanaman, bibit yang ditanam harus diperiksa dan

dipelihara dengan baik melalui pengawasan yang teratur dan kontinyu. Bila

kondisi perairan kurang baik, seperti ombak yang keras, angin serta suasana

perairan yang banyak dipengaruhi kondisi musim (hujan/kemarau), perlu

pengawasan 2-3 hari sekali.

8. Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat tertentu,

yakni sekitar empat kali berat awal (waktu pemeliharaan 1.5 – 4 bulan). Cepat

tidaknya pemanenan tergantung metode dan perawatan yang dilakukan setelah

bibit ditanam.

9. Pengeringan hasil panen

Penanganan pasca panen, termasuk pengeringan yang tepat sangat perlu,

mengingat pengaruh langsungnya terhadap mutu dan harga penjualan di pasar.

2.6 Potensi dan Pemanfaatan Hasil produksi Budidaya Rumput Laut

Secara kuantitas hasil budidaya rumput laut dari tahun ke tahun selama 3

tahun terakhir terus mengalami peningkatan, dari produksi 1.935 ton pada tahun

2003 meningkat menjadi 3.964 ton pada tahun 2004 dan pada tahun 2005

produksinya menjadi 5.086 ton. Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun,

selain disebabkan oleh bertambahnya areal budidaya dan jumlah petani rumput

laut, juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kemampuan atau kompetensi

petani dalam budidaya, mulai dari pemililihan dan pemeliharaan bibit,

(33)

Proses penanaman rumput laut memiliki dua cara yaitu cara apung dan

cara penanaman pada tiang yang mempunyai kedalaman sekitar 150 - 200 meter

di atas permukaan air cara apung yaitu tali rumput laut diikat pada tali raffia dan

yang suda ada pelampungnya sehingga tidak mudah lepas bilah naek turunnya air

laut (pasang surut air laut), Tingkat produktivitas budidaya rumput laut sangat

dipengaruhi oleh steril atau tidaknya lingkungan budidayanya, yang dimaksud

adalah lingkungan tersebut terbebas dari hama yang meliputi parasit dan binatang

predator. Dibandingkan dengan binatang predator, hama parasit jauh lebih

merugikan bagi petani. Saat ini hama yang paling sering menyerang tanaman

rumput laut adalah hama ais-ais. Hama ini menjadi sangat mengganggu karena

sampai saat ini petani Rote belum dapat menemukan cara untuk memberantasnya.

Selain itu rumput laut sangat sensitif dan mudah terserang hama ini. Hama

tersebut menyebabkan batang-batang rumput laut patah akibatnya rumput laut

tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga sangat menurunkan produkstivitas

petani.

Selain hama, budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Cuaca

yang buruk (berangin dan gelombang besar), akan berpengaruh negatif terhadap

produktivitas petani. Namun demikian walaupun secara kuantitas tingkat produksi

jauh menurun, tingkat kerugian yang dialami petani masih dapat ditoleransi. Hal

ini terjadi karena cuaca dapat diperhitungkan atau diramalkan sehingga pada

musim angin dan ombak petani cenderung menurunkan tingkat produksi atau

memindahkan lokasi tanam ke daerah-daerah yang terlindung. Berbeda dengan

(34)

yang lebih besar.

Manfaat yang baru disadari dari rumput laut adalah sebagai biofuel (bahan

bakar yang berasal dari tumbuhan). Rumput laut kini dipertimbangkan sebagai

sumber potensial dari bioethanol. Segala sesuatu yang memiliki struktur gula

(bukan hanya gula tebu sucrose, namun berbagai macam gula, seperti karbohidrat)

dapat diekstrak menjadi ethanol. Lalu kenapa rumput laut? Alasannya cukup

sederhana, adalah karena rumput laut itu banyak! ..dan juga tidak populer sebagai

makanan (dibandingkan dengan jagung, tebu, dan pertanian utama lainnya).

Budidaya rumput dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku utara,

karena perkembangan permintaan komoditas rumput laut yang sangat besar.Hal

ini disebabkan rumput laut merupakan salah satu komoditas penting karena

kandungan agar nya, dan kandungan karagenan yang penggunaannya makin

meluas, salah satunya adalah jenis Eucheuma cottonii. Kebutuhan rumput laut

kering yang telah diolah menjadi tepung ditujukan untuk ekspor dan sebagian

besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Karagenan merupakan bahan

yang banyak digunakan untuk berbagai industri makanan.

2.7 Pendapatan Petani

Pendapatan adalah upah, gaji, bunga, sewa,laba dan bunga yang diterima

oleh anggota masyarakat sebagai balas jasa dari faktor-aktor produksi. Dengan

adanya pendapatan perkapita sering suatu negara mengharap pembangunan

ekonomi yang terus berkembang dari tahun ke tahun, sebab dengan adanya

(35)

masyarakat, serta dapat membandingkan laju perkembangan ekonomi yang telah

dicapai oleh negara dari masa ke masa.

Dengan demikian pendapatan merupakan faktor yang penting bagi setiap

orang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, semakin tinggi

pendapatan yang diperoleh seseorang maka kebutuhan sehari-hati dapat terpenuhi.

Oleh karena itu setiap masyarakat akan berusaha untuk meningkatkan

pendapatannya. Dengan arti kata bahwa pendapatan suatu masyarakat akan naik

apabila terdapat penawaran yang tinggi terhadap faktor-faktor produksi yang

ditawarkan.( Sukirno 2006 : 47 )

Pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk,

oleh sebab itu untuk memperoleh pendapatan perkapita pada suatu tahun, yang

harus dilakukan adalah membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan

jumlah penduduk pada tahun yang sama. Jika tingkat pendapatan rendah tabungan

masyarakat akan mengalami keadaan negatif, ini berarti masyarakat menggunakan

tabungannya untuk membiayai kehidupan sehari-hari, baru setelah pendapatan

perkapita melebihi pendapatan awal yang diterima masyarakat maka masyarakat

akan menabung sebagian dari pendapatannya atau dengan kata lain kemampuan

masyarakat untuk menabung.

Selanjutnya pendapatan perorangan (personal income) merupakan pendapatan

agregat (yang berasal dari berbagi sumber) yang secara actual diterima oleh seseorang

(36)

Menurut (Mankiw, 2000) pendapatan perorangan adalah jumlah pendapatan

yang diterima rumah tangga dan bisnis nonkorporat. Sedangkan menurut Sukirno

(2004), pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk

pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apa pun, yang

diterima oleh penduduk suatu negara.

Pendapatan (income) adalah total penerimaan (uang dan bukan uang)

seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Ada tiga sumber

penerimaan rumah tangga yaitu: 1)Pendapatan dari gaji dan upah.Gaji dan upah

adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar gaji atau upah

seseorang secara teoritis sangat tergantung dari prodiktivitasnya. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu :a) Keaahlian (Skill) adalah

kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk mampu menengani pekerjaan yang

dipercayakan. Makin tinggi jabatan seseorang, keahlian yang dibutuhkan semakin

tinggi, karena itu gaji atau upahnya juga semakin tinggi, b) mutu modal manusia

(human capital) adalah kapasitas pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang

dimiliki seseorang., baik karena bakat bawaan maupun hasil pendidikan dan

penelitian, c) Kondisi kerja (Working conditions) adalah lingkungan dimana

seseorang bekerja. Bila risiko kegagalan atau kecelakaan makin tinggi, walaupun

tingkat keahlian yang dibutuhkan tidak jauh berbeda. 2) Pendapatan dari asset

produktif. Asset produktif adalah asset yang memberikan pemasukan atas batas jasa

penggunaanya.Ada dua kelompok asset produktif.Pertama, asset financial seperti

deposito yang menghasilkan pendapatan bunga, saham, yang menghasilkan deviden

(37)

rumah yang memberikan penghasilan sewa. 3) Pendapatan dari pemerintah.

Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan yag

diterima bukan sebagai balas jasa input yang diberikan. Atau pembayaran yang

dilakukan oleh pemerintah misalnya pembayaran untuk jaminan sosial yang diambil

dari pajak yang tidak menyebabkan pertambahan dalam output.

2.8 Pengaruh Pendapatan Petani

Masliah (1991) dalam penelitianya “Hubungan antara konsumsi dan

pendapatan nasional sendiri saling berhubungan. Hal ini didasarkan kondisi yang

terjadi bahwa konsumsi tergantung pada persepsi masyarakat terhadap pendapatan

permanen (pendapatan masyarakat dalam hidupnya) dari pada pendapatan yang

dibelanjakan yang mereka peroleh pada saat ini dalam kondisi ekonomi mengalami

kemajuan, konsumsi akan cenderung tertinggal oleh naiknya tingkat pendapatan

sementara pada masa ekonomi mengalami kemunduran, tingkat konsumsi tidak akan

turun secepat tingkat pertumbuhan pendapatan”.

Teori Engel’s yang menyatakan bahwa : “ Semakin tinggi tingkat

pendapatan keluarga semakin rendah persentasi pengeluaran untuk konsumsi

makanan “ (Sumarwan ,1993). Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa

dikatakan lebih sejahtera bila persentasi pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil

dari persentasi pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya proporsi alokasi

pengeluaran untuk pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan

keluarga, karena sebagian besar dari pendapatan tersebut dialokasikan pada

(38)

Berbagai upaya perbaikan gizi biasanya berorientasi pada tingkat pendapatan.

Seiring makin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan akan makanan dapat

terpenuhi. Dengan demikian pendapatan merupakan faktor utama dalam menentukan

kualitas dan kuantitas bahan makanan.Besar kecilnya pendapatan rumah tangga tidak

lepas dari jenis pekerjaan ayah dan ibu serta tingkat pendidikannya (Soekirman,

1991).

Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60-80 % dari pendapatannya

dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk makanan yang

digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan makanan untuk tiap 1 %

perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin

dibandingkan pada rumah tangga kaya (Soekirman, 1991).

Penelitian (Crotty, dkk 1989) menunjukkan bahwa pada rumah tangga

dengan tingkat pendapatan rendah di Australia mengalokasikan uangnya dalam

jumlah yang sedikit untuk bahan makanan seperti gandum, produk susu, buah dan

sayuran.Pengeluaran rumah tangga sebagai proksi dari pendapatan mempengaruhi

tingkat konsumsi rumah tangga. Semakin besar pengeluaran total mengakibatkan

konsumsi energi rumah tangga juga bertambah dengan kata lain apabila pengeluaran

total rumah tangga bertambah maka pertambahan tersebut digunakan untuk

memenuhi kekurangan konsumsi energi (Arifin danSudaryanto,1991).

Upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi berkaitan erat dengan

daya beli rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas, kurang mampu

(39)

bahan makan kurang bisa dijamin karena dengan uang yang terbatas tidak akan

banyak pilihan. Akibatnya kebutuhan makanan untuk tubuh tidak terpenuhi

(Apriadji, 1986).

2.9. TENAGA KERJ A PETANI

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam proses produksi

untuk menghasilkan barang maupun jasa disamping faktor produksi modal,

teknologi,

dan sumber daya alam. Tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan dan

menggerakkan segala kegiatan, menggunakan peralatan maupun teknologi dalam

menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang

dibutuhkan dan juga membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian

(terampil)(Menurut Nopirin 2000).

penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam prosesproduksi lebih ditentukan

oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upahtenaga kerja serta harga

outputnya. Menurut Soekartawi (1993), Besar kecilnya tenaga yang dipakai oleh

suatu usaha pertanian akan sangat tergantung dari tersedianya modal. Dalam

batas-batas tertentu, maka dengan cukup tersedianya modal, maka tidak ada alasan untuk

tidak mempergunakan tenaga kerja dalam jumlah yang diperlukan.

Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga

kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kapasitas

(40)

diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena tambahan tenaga

kerja tersebut tidak profesional (Masyhuri, 1999).

Faktor tenaga kerja tidak hanya cukup dilihat dari segi jumlahnya saja,

melainkan juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut. Dengan

adanya perbaikan

kualitas tenaga kerja, maka batas penurunan produksi total karena pertambahan

jumlah tenaga kerja akan dapat ditunda sampai jumlah tenaga kerja yang lebih

besar. Pekerja adalah mereka yang sungguh-sungguh bekerja atau melakukan

kegiatan produksi dalam suatu perekonomian dan mendapatkan upah sebagai

balas jasa mereka (Suparmoko dkk, 2000).

2.10 PENGALAMAN TENAGA KERJ A

Menurut Rangkuti (1995), pengalaman adalah seseorang yang telah

menekuni pekerjaannya selama beberapa tahun. Seseorang nelayan yang telah

menekuni pekerjaannya 15 sampai 30 tahun, dapat dianggap nelayan yang

berpengalaman dan dapat dijadikan pawang. Menurut Buwono (1993),

pada usaha pertambakan, penerapan pemeliharaan intensif bukan hanya

pada segi teknis pemeliharaannya, tetapi sistem pengelolaannya juga baik dari

sumber daya manusianya maupun permodalannya perlu diusahakan secara

intensif. Sumber daya manusia, khususnya teknisi dan staf ahli, merupakan

salah satu kunci penting dalam pengembangan perusahaan, karena menentukan

tinggi rendahnya produksi yang dipelihara dan berperanan penting dalam

(41)

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, setiap personil industri

per-udangan perlu menambah pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan

masalah pemeliharaan Udang, baik teknis pemeliharaan, teknis pemilihan lahan

yang cocok, teknis pengelolaan permodalan maupun cara pencegahan masalah

penyakit di tambak.

2.2.1 MODAL

modal usaha nelayan adalah nilai aset inventaris)tetap/tidak bergerak dalam

satu unit penangkap. Pada umumnya, untuk satu unit penangkap modal terdiri

dari: alat-alat penangkapan (pukat dan lain-lain), boat atau sampan penangkap,

alat-alat pengolahan atau pengawet di dalam kapal, dan alat-alat pengangkutan

laut (carier). ( Mulyadi 2005).

Penilaian modal usaha nelayan dapat dilakukan menurut tiga cara: 1)

penilaian didasarkan kepada nilai alat-alat yang baru, yaitu berupa ongkos

memperoleh alat-alat

tersebut menurut harga yang berlaku sekarang; 2) berdasarkan harga pembelian

atau pembuatan alat-alat, jadi berapa investasi awal yang telah dilaksanakan

nelayan, bertolak dari sini, dengan memperhitungkan penyusutan tiap tahun,

dapat dihitung nilai alat-alat atau modal pada waktu sekarang; 3) dengan

menaksir nilai alat pada waktu sekarang, yakni harga yang akan diperoleh

apabila alat-alat dijual. Menurut modal dalam usaha tani dapat diklasifikasikan

sebagai bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yang digunakan

(42)

suatu proses produksi. Dengan demikian pembentukan modal mempunyai

tujuan yaitu: a) untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut; dan b) untuk

meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani. (Soekartawi 2002).

modal adalah salah satu dari tiga faktor produksi yang utama. Dua lainnya,

tanah dan tenaga kerja, sering disebut faktorfaktor

produksi primer. Yang berarti penawarannya sangat ditentukan oleh

faktor-faktor non ekonomi, seperti tingkat kesuburan dan geografi Negara. Dalam

contohnya dengan perikanan, dengan menggunakan alat pancing ikan (yang

merupakan peralatan modal.(Nordhaus 2004).

2.2.2 Pengertian Modal Kerja

Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk me mbelanjai operasinya

sehari - hari.

Pengertian modal kerja menurut beberapa ahli, antara lain:

a. menurut Sawir, (2005) ”modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan yang dimaksudkan dengan dana yang harus tersedia untuk

membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari – hari. (Ingram, 2005)

Menurut (Burton,1983) dalam menyatakan modal kerja adalah invest asi

perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di dalamnya kas,

sekuritas, piutang, persediaan, dan dalam beberapa perusahaan, biaya dibayar di

muka. (Sawir, 2005).

(43)

1). konsep kuantitatif. Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang

tertanam dalam unsur - unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva

yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana

yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek.

Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari

jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross

working capital),

2). konsep kualitatif. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva

lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan

tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut sebagai modal kerja bersih (net

working capital),

3). konsep fungsional. Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam

menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam

perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya

dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk

manghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua

dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada

sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba

di masa yang akan datang. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta

(44)

2.2.3 J enis-jenis Modal Kerja

Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:

a. modal kerja permanen (permanent working capital)yaitu modal kerja yang harus

tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja

permanen ini dapat dibedakan dalam :

1). modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada

pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya,

2). modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan luas produksi yang normal.

b. modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu modal kerja yang

jumlahnya berubah- ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal

kerja ini dibedakan antara :

1). modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

disebabkan karena fluktuasi musim.

2). modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

disebabkan karena fluktuasi konyungtur,

3). modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah

karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya(misalnya

adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang

mendadak).Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin

(45)

terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi

kebutuhan, sehingga terjadi dana menganggur, tetapi apabila jumlah

modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang

mampu memenuhi permintaan langganan.

2.2.4 Fungsi Modal Kerja

Beberapa fungsi modal kerja antara lain adalah sebagai berikut :

a. modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena

penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan

dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan..

b. modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua

utang lancar tepat pada waktunya.

c. modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan ”credit standing”

perusahaanyaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan

kelayakan untuk memelihara kredit.

2.2.5 Sumber Modal Kerja

Apabila sumber modal kerja lebih besar dari pada penggunaan,

berarti ada kenaikan modal kerja.Sebaliknya apabila penggunaannya lebih

kecil, berarti penurunan modal kerja. Sumber-sumber modal kerja yang akan

menambah modal kerja adalah:

a. adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun

(46)

b. ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan

aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,

c. ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau

utang jangka panjang lainnya.

Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal

kerja adalah sebagai berikut:

1). berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi

oleh pemilik perusahaan,

2). pembayaran utang-utang jangka panjang,

3). adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.

2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Penentuan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan

dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a. Sifat dan tipe perusahaan. Modal Kerja dari suatu perusahaan jasa relatif

lebih kecil daripada kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Perusahaan

jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal

modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan

pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya perusahaan industri

harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar

(47)

sehari-hari.Perusahaan yang memproduksi barang membutuhkan modal kerja relatif

lebih besar dari pada perusahaan dagang.

b. waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang

akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Makin panjang waktu

yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang

tersebut, maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan..

c. syarat pembelian bahan atau barang dagangan. Jika syarat kredit yang

diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas

yang harus disediakan untuk diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun

barang dagangan.

d. syarat penjualan. Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan

kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal

kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang.

e. tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan

maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.

2.2.7 Manajemen Modal Kerja

Menurut (Sawir, 2005) manajemen modal kerja adalah kegiatan yang

mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka

pendek perusahaan”.Manajemen modal kerja merupakan hal yang sangat

penting karena pertama aktiva lancar perusahaan manu faktur mngembangkan

lebih dari separuh total aktivanya, sedangkan bagi perusahaan distribusi

(48)

mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja

netto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah :

1. memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga

tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari

biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.

2. meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancer.

3. pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari

sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban

keuangannya ketika jatuh tempo.

2.2.8 Pentingnya Modal Kerja

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin

kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana

modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja

melebihi kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle

fund), karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain

dalam rangka peningkatan laba. Perusahaan kekurangan modal kerja untuk

memperluas penjualan dan produksinya, maka besar kemungkinannya akan

kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki

modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangkapendek tepat

(49)

Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup

jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau

operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan

beberapa keuntungan lain, antara lain:

a. melindungi perusahaan tehadap krisis modal kerja karena turunnya nilai

dari aktiva lancer.

b. memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada

waktunya.

c. menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan

memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya

atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

d. memugkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk

melayani para konsumennya.

e. memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih

menguntungkan kepada para pelanggannya.

f. memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien

karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang

(50)

2.2.9 Pengertian Produksi

Kata “produksi” sering digunakan dalam istilah membuat sesuatu.

Dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi dapat diartikan

sebagai berikut :

Produksi adalah perubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil

yang diinginkan oleh konsumen.hasil ini dapat berupa barang ataupun jasa.

Dalam artian tersebut, produksi merupakan konsep yang lebih luas daripada

pengolahan (manufaktur) karena pengolahan ini hanyalah sebagai bentuk

khusus dari produksi. Jadi, dengan cara ini pedagang besar, pengecer, dan

lembaga-lembaga yang menyediakan jasa juga berkepentingan di dalam

produksi

2.2.10 Pengertian jumlah produksi

Mendefenisikan suatu hal merupakan langkah awal yang lazim

sebelum melakukan pembahasan secara lebih mendalam untuk itu penulis

akan menguraikan pengertian dari proses produksi menurut pendapat beberapa

ahli, masing-masing dari sudut pandangan yangdigunakan sehingga lebih

dapat dipahami. (Gitosudarmo 2000) mengatakan bahwa ”Proses produksi

adalah merupakan interaksi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu,

tenaga kerja dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang

(51)

Menurut Teguh Baroto, (2002) “proses produksi adalah aktivitas bagaimana

produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan

teknis, dan lain-lain”.

Menurut (Nasution, 2003) ”proses produksi, yaitu metode dan teknik yang

digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk”.Produksi adalah

suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa.

Contoh : pabrik batre yang memproduksi batu baterai, pabrik mutifa yang

memproduksi obat-obatan, dan lain sebagainya. Pengertian produksi dapat

diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi

suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.Sedangkan

orang, badan usaha, atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa

disebutprodusen.Menurut (Anoraga 2000) ”produksi nampaknya berkonotasi

sebagai organisasi produk, yaitu aktivitas yang menghasilkan barang, baik

barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang, dan

komponen-komponen”.Dari be berapa definisi diatas dapat diketahui bahwa

untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan usaha mendayagunakan

masukan berupa tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan. Perkembangan dari

pada proses produksi menghasilkan banyak macam jenis-jenis proses produksi

dalam perusahaan.

b. Jenis- Jenis proses produksi Menurut.(Assauri 1999) ada 2 jenis proses

produksi :

(52)

2). Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes)

Sebenarnyaperbedaan pokok antara kedua proses ini terletak pada panjang

tidaknya waktu persiapan / mengatur (set up) peralatan produksi yang

digunakan untuk memprodusir sesuatu produk atau beberapa produk tanpa

mengalami perubahan. Sebagai contoh dapat dilihat apabila kita

menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam memprodusir

produk dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian diubah atau

dipersiapkan (diset-up) kembali untuk memprodusir produk lain, maka

dalam hal ini prosesnya terputus-putus tergantung dari produk yang

dikerjakan.

Proses yang terputus-putus disebut intermitten process / manufacturing.

Dalam proses seperti ini terdapat waktu yang pendek (short run) dalam

persiapan (set up) peralatan untuk perubahan yang tepat guna dapat menghadapi

variasi produk yang berganti-ganti, misalnya terlihat dalam pabrik yang

menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti : pabrik kapal,

atau bengkel besi / las. Dalam contoh lain dapat dilihat adanya perusahaan

pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam

memprodusir produk dalam jangka waktu yang panjang / lama, tanpa mengalami

perubahan, maka dalam hal ini prosesnya terus-menerus selama jenis produk yang

sama dikerjakan. Proses yang terus-menerus ini disebut continuous process /

manufacturing. Dalam proses ini terdapat waktu yang panjang tanpa adanya

perubahan-perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta peralatannya.

(53)

pasar (produksi massa) seperti pabrik susu atau pabrik ban.Sifat-sifat atau ciri-ciri

proses produksi yang terus-menerus (continuous process / manufacturing) ialah :

waktu yang pendek, dan kemudian diubah atau dipersiapkan (diset-up) kembali

untuk mprodusir produk lain, maka dalam hal ini prosesnya terputus-putus

tergantung dari produk yang ikerjakan.

Proses yang terputus-putus disebut intermitten process /

manufacturing.Dalam proses seperti ini terdapat waktu yang pendek (short run)

dalam persiapan (set up) peralatan untuk perubahan yang tepat guna dapat

menghadapi variasi produk yang berganti-ganti, misalnya terlihat dalam pabrik

yang menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti : pabrik

kapal, atau bengkel besi / las. Dalam contoh lain dapat dilihat adanya perusahaan

pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam

memprodusir produk dalam jangka waktu yang panjang / lama, tanpa mengalami

perubahan, maka dalam hal ini prosesnya terus-menerus selama jenis produk yang

sama dikerjakan. Proses yang terus-menerus ini disebut

continuous process / manufacturing. Dalam proses ini terdapat waktu yang panjang

tanpa adanya perubahan-perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta

peralatannya. Proses seperti ini terdapat dalam pabrik yang menghasilkan

produknya untuk pasar (produksi massa) seperti pabrik susu atau pabrik

ban.Sifat-sifat atau ciri-ciri proses produksi yang terus-menerus (continuous process /

(54)

1). Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi massa)

dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandardisir.

2). Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan

berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan.

3). Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin

yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan

nama Special Purpose Machines.

4). Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak otomatis, maka

pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali,

sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi untuk

pengerjaan produk tersebut.

5). Apabila terjadi salah satu mesin / peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh

proses produksi akan terhenti.

6). Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil

maka job structurenya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.

7). Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah daripada

intermitten process / manufacturing Oleh karena mesin-mesin yang dipakai

bersifat khusus maka proses seperti ini membutuhkan maintenance specialist yang

mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak.

8). Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang fixed(fixed

Gambar

Gambar 2 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara
Gambar 3 :
Gambar 4 : Kurva Durbin-Watson
Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk keperluan pembayaran progres fisik yang diajukan Kontraktor perlu dilakukan pemeriksaan terhadap semua dokumen pelaksanaan seperti buku harian, laporan

Bakso menjadi salah satu alternatif makanan cepat saji yang cukup populer dikalangan masyarakat Indonesia, baik itu dari kelas bawah sampai kelas atas sangat familiar dengan

diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai alasan orang tua melakukan penatalaksanaan anak demam yang dipilih, karena berdasar hasil penelitian ini masih

Dengan diketahuinya jenis keluhan yang di alami operator saat melakukan kegiatan dan postur kerja yang tidak ergonomis saat melakukan kegiatan produksi, maka dilakukan

R: Karena perubahan suhunya lebih tinggi, banyak P: Trus, kalor yang sama diberikan kepada dua buah benda dengan massa yang sama, suhu awal yang sama, tetapi kedua benda

Selama penyimpanan benih ortodok (seperti kacang hijau) sangat dipengaruhi oleh kadar air, ketika kadar air benih terlalu rendah akan menyebabkan benih menjadi

Setelah dilakukan penelitian terhadap 81 responden tentang penelitian hubungan kebiasaan merokok remaja dengan gangguan pola tidur di SMA Negeri 9 Pekanbaru maka didapatkan

Faktor-faktor yang diduga sebagai variabel yang mempengaruhi pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor adalah volume ekspor rumput laut Indonesia ke