• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ROBOT PEMADAM API DENGAN SENSOR UVTRON R9454 BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEL 89S51.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN ROBOT PEMADAM API DENGAN SENSOR UVTRON R9454 BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEL 89S51."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

MIKROKONTROLER ATMEL 89S51

SKRIPSI

Oleh :

DIMAS BIMA SAPUTRA

NPM : 0634010095

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI - FTI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

MIKROKONTROLER ATMEL 89S51

SKRIPSI

Oleh :

DIMAS BIMA SAPUTRA

NPM : 0634010095

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI - FTI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

i

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

anugerah dan rahmatNya, salah satu dari sekian banyaknya karunia-Nya yang berupa

Skripsi dan masih banyak kekurangan dalam laporan ini dapat terselesaikan. Semoga

nikmat ini dapat mendorong menuntut ilmu yang lebih tinggi serta semangat

pengabdian yang tulus karena ridho-Nya, amin.

Laporan tugas akhir ini dibuat bukan semata-mata untuk memenuhi salah satu

persyaratan akademik dalam menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana, tetapi juga

sebagai bentuk apresiasi penulis dalam ilmu pengetahuan, terutama ilmu tentang

informasi dan teknologi khususnya didaerah asal penulis. Didalam pembuatan

laporan tugas akhir ini penulis mengambil judul “Perancangan Robot Pemadam Api

Dengan Sensor UVTRON R9454 Berbasis Mikrokontroler ATMEL 89S51 ”.

Penulis sangat menyadari walaupun pembuatan laporan tugas akhir ini telah

diupayakan sebaik mungkin, namun tetap masih terdapat banyak kekurangan, baik itu

dalam hal penulisan maupun dalam penyajian materi.

Pembuatan laporan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

yang senantiasa selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis, oleh

(4)

ii

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Sutiyono, MS selaku Dekan Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa

Timur.

3. Bapak Basuki Rahmat,Ssi.MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4. Basuki Rahmat, S.si, MT selaku dosen pembimbing I Skripsi.

5. Delta Ardy Prima, S.si, MT selaku dosen pembimbing II Skripsi.

6. Kepada ayah dan ibu yang telah banyak berkorban untuk putra-putrinya dan

memberikan tauladan agar mereka senang pada ilmu pengetahuan, demikian

juga kepada adik-adik tercinta yang telah mendorong untuk menuntut ilmu

yang lebih tinggi.

7. Teman-teman angkatan 2006 dan semua pihak yang telah banyak membantu

dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

8. Teman-teman kost yang selalu dan tak bosan-bosanya untuk memberikan

dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan ini yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,

(5)

iii

skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi seluruh mahasiswa Universitas

Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Surabaya, Mei 2011

(6)

v HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN

(7)

vi

2.1.4 Struktur Memori ... 13

2.1.5 Register Mikrokontroler AT89S51 ... 16

2.1.6 Timer/Counter ... 19

2.1.7 Sistem Interupsi ... 25

2.2 Motor DC ... 26

2.3 Sensor Api ... 28

BAB III PERANCANGAN ROBOT 3.1 Perancangan Perangkat keras ... 31

3.1.1 Perancangan Kerangka Robot ... 31

3.1.2 Perancangan Mikrokontroler ATMEL 89S51 ... 32

3.1.3 Perancangan Driver Motor ... 32

3.1.4 Perancangan Mikrokontroler Dengan Sensor Api ... 34

3.1.5 Rangkaian Pengendali Kipas ... 34

3.1.6 Perancangan Seluruh Rangkaian ... 35

3.2 Perancangan Perangkat Lunak ... 38

3.2.1 Perancangan Driver Motor ... 38

3.2.2 Perancangan Robot Pemadam api Menggunakan UV-TRON R9454 ... 39

(8)

vii

4.1.2 Mikrokontroler ATMEL 89S51 ... 43

4.1.3 Driver Motor ... 44

4.1.5 Sensor Api ... 47

4.2 Implementasi Perangkat Lunak ... 49

4.2.1 DST UNIPROG V2.8/ Full version ... 49

4.2.2 Program Robot Pemadam Api ... 52

4.2.2.1 Potongan Code Motor DC ... 52

4.2.2.2 Potongan Code Untuk Mencari Api ... 54

4.2.2.3 Potongan Code Sensor Api ... 56

BAB V PENGUJIAN SISTEM 5.1 Pengujian ... 58

5.1.1 Pengujian Driver Motor ... 58

5.1.2 Pengujian Sensor Api UV-TRON R9454 ... 60

(9)

viii

Gambar 2.1 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51 ... 10

Gambar 2.2 Blok Diagram AT89S51 ... 13

Gambar 2.3 Denah Memori Data ... 14

Gambar 2.4 Susunan Register Dasar MCS51 ... 17

Gambar 2.5 Timer/Counter Logic ... 20

Gambar 2.6 TCON/Timer Control Special Funtion Register ... 21

Gambar 2.7 TMOD/Timer mode Special Function Register ... 22

Gambar 2.8 16-Bit Up Counter ... 23

Gambar 2.15 Panjang Gelombang Dari Berbagai Sumber Cahaya ... 29

Gambar 2.16 Sudut Sensivitas UV-TRON ... 29

Gambar 2.17 Sensor UV-TRON Dan Lapisan Selubung ... 30

Gambar 3.1 Roda Robot ... 31

Gambar 3.2 Kerangka Robot ... 32

(10)

ix

Gambar 3.5 Rangkaian Pengendali Kipas ... 35

Gambar 3.6 Diagram Blok Rangkaian Robot Pemadam Api ... 36

Gambar 3.7 Skema Rangkaian Robot Pemadam Api ... 36

Gambar 3.8 Diagram Alir Perancangan Tes Gerak Robot ... 38

Gambar 3.9 Diagram Alir Robot Pemadam Api menggunakan Sensor Api ... 39

Gambar 4.1 Kerangka Robot Tampak Depan ... 41

Gambar 4.2 Kerangka Robot Tampak Depan ... 42

Gambar 4.3 Kerangka Robot Tampak Bawah ... 42

Gambar 4.4 Pemasangan Roda Ke Motor DC ... 43

Gambar 4.5 Rangkaian Mikrokontroler ... 44

Gambar 4.6 Driver Motor ... 45

Gambar 4.13 Pemilihan Mikrokontroler ... 51

Gambar 4.14 Pengecekan Code Motor dc ... 52

Gambar 4.15 Pengecekan Code Mencari Api ... 54

Gambar 4.16 Pengecekan Code Sensor Api ... 56

Gambar 5.1 Pengujian Driver ... 59

(11)

x

Gambar 5.5 Uji Coba 50cm ... 63

Gambar 5.6 Uji Coba 75cm ... 63

Gambar 5.7 Uji coba 1meter ... 64

(12)

xi

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Konfigurasi Pin AT89S51 ... 11

Tabel 2.2 TCON/Timer Control Special Function Register ... 21

Tabel 2.3 TMOD/Timer Mode Special Function Register ... 22

Tabel 3.1 Komponen ... 37

Tabel 5.1 Hasil pengujian Motor DC ... 59

(13)

iv

ATMEL

89S51

Oleh:

Dimas Bima Saputra 0634010095

Dosen Pembimbing¹ : Basuki Rahmat, S.Si., MT Dosen Pembimbing² : Delta Ardy Prima, S.ST.,MT

ABSTRAK

Secara umum robot dapat didefinisikan sebagai sebuah piranti mekanik yang mampu melakukan pekerjaan manusia atau berperilaku seperti manusia. Salah satu pekerjaan manusia yang dapat dilakukan oleh robot adalah kegiatan pemadaman kebakaran. Robot Pemadam Api dirancang sedemikian rupa agar dapat mencari dan memadamkan api lilin. Untuk itu robot dilengkapi dengan sensor api uv-tron R9454, Motor DC, Kipas angin, dan mikrokontroler ATMEL 89S51. Sensor api uv-tron R9454 berguna untuk mendeteksi keberadaan api lilin. Motor DC untuk menggerakkan roda robot agar robot mampu bergerak. Kipas angin berfungsi untuk memadamkan api lilin. Dan mikrokontroler sebagai otak robot yang mengatur semua komponen-komponen robot agar berjalan sesuai yang diharapkan.

Pada saat robot dinyalakan, robot akan berputar kekiri dan mencoba mendeteksi dimana keberadaan api tersebut. Jika robot tidak mendeteksi keberadaan api lilin, robot akan berputar kekiri terus menerus sampai keberadaan api lilin terdeteksi. Setelah robot menemukan api lilin tersebut, robot akan bergerak lurus menuju api lilin dan kipas angin akan menyala sampai api lilin padam. Jika api lilin belum padam, kipas angin akan terus menyala dan robot tidak akan berhenti bergerak sampai api lilin itu padam. Robot hanya mampu memadamkan satu api lilin saja.

Kata Kunci:

(14)

1

1.1Latar Belakang

Teknologi adalah cara untuk mendapatkan suatu kualitas yang lebih baik,

lebih mudah, lebih murah, lebih cepat dan lebih menyenangkan. Salah satu

teknologi berkembang pesat pada saat ini adalah teknologi di bidang Robot. Robot

berguna untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, misalnya

melakukan pekerjaan yang memerlukan ketelitian tingkat tinggi, beresiko tinggi,

membosankan atau pekerjaan yang memerlukan tenaga besar. Secara umum robot

dapat didefinisikan sebagai sebuah piranti mekanik yang mampu melakukan

pekerjaan manusia atau berperilaku seperti manusia.

Salah satu pekerjaan manusia yang dapat dilakukan robot adalah kegiatan

pemadaman kebakaran. Jenis pekerjaan ini membutuhkan reaksi cepat karena

kebakaran dapat dihindari apabila api sapat dipadamkan ketika belum menyebar.

Ketika api telah menyebar pekerjaan pemadaman kebakaran akan menjadi

pekerjaan yang sulit dan beresiko tinggi. Masalah kebakaran dapat dikurangi

apabila sumber api dapat ditemukan dan dimatikan dalam waktu singkat.

Dengan latar belakang tersebut maka penulis membuat

PERANCANGAN ROBOT PEMADAM API DENGAN SENSOR UVTRON

R9454 BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEL 89S51”. Dalam

(15)

1.2. Rumusan Masalah

Robot bertugas untuk mencari dan memadamkan api lilin. Agar dapat

melakukan tugas tersebut maka robot harus mampu mendeteksi keberadaan api

lilin yang terdapat disekitarnya. Robot akan mendekati dan memadamkan api lilin

tersebut.

Pembuatan robot pemadam api meliputi perancangan perangkat keras dan

perangkat lunak. Perangkat keras robot dirancang agar mikrokontroler dapat

menerima masukan dari sensor api kemudian memutuskan pergerakan motor dc

melalui H-bridge dan transistor hingga fungsi robot untuk memadamkan api lilin yang terdapat disekitarnya tercapai. Untuk mendeteksi keberadaan api lilin

digunakan sersor api uv-tron R9454. Robot menggunakan dua buah motor dc sebagai penggerak roda dan sebuah motor dc untuk menggerakkan kipas angin

yang akan memadamkan api lilin. Sebagai pengendali robot akan digunakan

mikrokontroler ATMEL 89S51.

Sedangkan perangkat lunak yang ditulis agar mikrokontroler ATMEL

89S51 dapat mengontrol proses pendeteksian keberadaan api lilin dan

mengendalikan ketiga motor dc sehingga robot dapat melakukan tugas mencari

dan memadamkan api lilin dengan baik.

1.3. Batasan Masalah

Agar perancangan yang dibahas dalam tugas akhir ini tidak terlalu luas

dan menyimpang dari topik yang telah ditentukan, maka penulis perlu membatasi

(16)

a. Pembahasan tentang mikrokontroler ATMEL 89S51 hanya sebatas yang

berkaitan dengan perancangan ini.

b. Pembahasan mengenai komponen pendukung yang meliputi: uv-tron

R9454 (sensor api). Motor dc, motor driver, dan komponen-komponen

lainya hanya sebatas teori umum dan yang berkaitan dengan perangcangan

robot pemadam api.

c. Robot hanya bisa memadamkan 1 api lilin saja.

d. Api yang digunakan adalah api lilin.

e. Pembahasan cara kerja robot hanya sebatas menurut kebutuhan yang

meliputi analisis rangkaian tiap-tiap blok baik secara perangkat keras

maupun perangkat lunak.

1.4. Tujuan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk merancang robot berbasis mikrokontroler ATMEL 89S51 yang dapat mencari dan memadamkan api lilin yang berada

disekitarnya.

b. Robot mampu berjalan sesuai harapan yang diinginkan dan

berhasil memadamkan api lilin yang berada disekitarnya.

c. Memicu mahasiswa lainnya untuk membuat robot pemadam api

(17)

1.5. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian pembuatan robot pemadam api ini yaitu :

a. Memahami cara kerja sensor yang digunakan.

b. Meningkatkan kemampuan sistem berbasis mikrokontroler.

c. Sebagai pengembangan prototype robot pemadam kebakaran

1.6. Metodologi Perancangan

Metode perangcangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Studi literatur dan diskusi.

Pada tahap pertama perangcangan ini penulis akan mempelajari

literatur yang berhubungan dengan perancangan robot pemadam

api, mikrokontroler ATMEL 89S51 dan komponen pendukung yang

digunakan. Penulis juga berdiskusi dengan dosen dan teman untuk

memperkaya wawasan penulis mengenai perancangan robot

pemadam api.

b. Perancangan perangkat keras.

Rangkaian yang akan dirancang meliputi rangkaian minimum

mikrokontroler, rangkaian pengendali sensor dan rangkaian

pengendali motor.

c. Perancangan perangkat lunak

Setelah semua perangkat keras dan perangkat lunak selesai dirakit

maka akan dilakukan perangcangan perangkat lunak yang terdiri

(18)

d. Pengujian robot

Setelah perangkat keras dan perangkat lunak selesai dibuat, maka

tahap berikutnya adalah pengujian robot. Jika hasil pengujian tidak

sesuai dengan yang diharapkan, akan dilakukan perbaikan hingga

tujuan tercapai.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan tugas akhir ini, dapat dibuat suatu

sistematika penulisan yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan secara ringkas pembahasan tentang

latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

dan manfaat, metodologi perancangan, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas dasar-dasar teori dari

mikrokontroler ATMEL 89S51 dan komponen-komponen pendukung lainnya.

BAB III PERANCANGAN ROBOT

Pada bab ini membahas tentang perancangan perangkat

keras dan perancangan perangkat lunak prototype robot

(19)

BAB IV IMPLEMENTASI PERANCANGAN

Pada bab ini membahas mengenai implementasi

perancangan perangkat keras maupun perangkat lunak

yang telah dirancang.

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA ROBOT

Bab ini membahas tentang pengujian driver motor, sensor

api, pengujian prototype robot, dan analisa prototype robot.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran yang

bermanfaat bagi perbaikan dan pengembangan prototype

(20)

41

IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang implementasi dari perancangan

perangkat keras dan implementasi dari perancangan perangkat lunak dari bab

sebelumnya.

4.1 Implementasi Perangkat Keras

Pada bagian implementasi perangkat keras penulis coba menerapkan

perancangan peangkat keras yang telah dibahas di bab sebelumnya, yaitu

implementasi dari perancangan perangkat kerangka robot. Mikrokontoler ATMEL

89S51, driver motor, dan sensor api uv-tron R9454.

4.1.1 Kerangka Robot

Di bagian perangcangan telah dibahas tentang perancangan kerangka robot

yang penulis buat dan pada bagian ini adalah gambar-gambar dari implementasi

dari perancangan perangkat keras untuk kerangka robot yang penulis buat.

(21)

Gambar 4.2 Kerangka Robot Tampak Atas

Gambar 4.3 Kerangka Robot Tampak Bawah

Gambar-gambar kerangka robot diatas adalah gambar-gambar kerangka robot

yang penulis buat yang terbuat dari bahan mica. Dikarenakan tersebut sangat ringan.

Dengan begitu robot tidak terlalu berat saat berjalan di lantai dan tidak menguras

(22)

Gambar 4.4 Pemasangan Roda ke Motor DC

Gambar diatas adalah gambar pemasangan dari roda robot ke motor dc

dengan menggunakan gearbox sebagai penarik agar waktu motor dc bergerak, roda robot ikut bergerak pula. Untuk pemasangan dan mengurangi gesekan pada saat roda

digerakkan oleh motor dc.

4.1.2 Mikrokontroler ATMEL 89S51

Langkah pertama dari penyusunan hardware dari robot pemadam api yang dibuat oleh penulis adalah pembuatan atau implementasi dari perancangan perangkat

keras mikrokontroler. Dibawah ini adalah gambar dari rangkaian mikrokontroler yang

(23)

Gambar 4.5 Rangkaian Mikrokontroler

Pada gambar rangkaian diatas terdapat satu komponen yang berfungsi

member tegangan sebesar 5V yaitu komponen IC ( Intergrated Circuit ) regulator. Komponen ini berfungsi untuk menurunkan sumber tegangan DC yang diterima oleh

rangkaian menjadi 5V. Ini dikarenakan mikrokontroler ATMEL 89S51 bekerja pada sumber tegangan 5V. Sumber tegangan ini berfungsi untuk menggerakkan motor dc,

dan sensor api uv-tron R9454. Terdapat pula dioda-dioda, LED untuk mengetahui apakah mikrokontroler telah menyala, transistor, motor dc, dll.

4.1.3 Driver Motor

(24)

Dimana penulis membuat suatu rangkaian elektronika yang berfungsi untuk

menggerakkan motor dc yang dihubungkan ke roda robot.

Gambar 4.6 Driver Motor

Namun motor dc seringkali tidak cukup kuat untuk menggerakkan

mekanisme robot secara langsung. Untuk memperbesar torsi maka dibutuhkan

rangkaian gear-gear yang akan mereduksi kecepatan motor dan sekaligus

meningkatkan torsi. Proses pengurangan kecepatan dan peningkatan torsi ini

berbanding terbalik dan dihitung berdasarkan perbandingan gigi.

Gear dengan 15 gigi Gear dengan

30 gigi

Gear Ratio 2:1

As Motor

(25)

a. Worm gear adalah gigi yang berbentuk ulir yang berfungsi mengubah arah putaran dari horizontal menjadi vertical

b. Transfer Gear adalah gigi yang berfungsi untuk konversi antara gigi dengan jumlah banyak ke jumlah kecil ataupun sebaliknya.

c. Gear Shaft adalah gigi yang terhubung langsung dengan as atau sumbu motor

Perbandingan gear transfer dapat dihitung dengan menghitung jumlah gigi yang ada baik sesudah atau sebelum transfer. Gear transfer 1 memiliki 22 gigi dan 11 gigi sesudah di-transfer oleh karena itu gear ini mempunyai perbandingan 22:11 atau 2:1. Hal ini akan mempercepat putaran motor dua kali lipat namun juga mengurangi torsi

motor dua kali lipat. Sedangkan gear transfer 2 memiliki perbandingan 11:25 yang menguatkan torsi dan mereduksi kecepatan. Gear Transfer 3 memiliki perbandingan 33:15 dan terhubung pada gear dengan 50 gigi. Untuk menghitung rasio total dari

gear adalah Perhitungan rasio dilakukan pada gigi-gigi yang saling bersinggungan

oleh karena itu perhitungannya adalah sebagai berikut:

25/ 11 x 33/ 11 x 50/ 15 = 20

(26)

Gambar 4.8 Rasio dari Motor Gearbox

4.1.4 Sensor Api

Sensor api uv-tron buatan Hasamatsu adalah sensor api yang digunakan oleh penulis pada robot yang dibuatnya yaitu robot pemadam api ini seperti yang dibahas

pada bab sebelumnya.

Meskipun mahal sensor api buatan Hasamatsu ini sangat handal untuk mendetekasi atau mencari keberadaan api lilin yang tedapat di depan robot. Ini

dikarenakan kepekaan dari sensor api uv-tron buatan Hasamatsu. Jarak mendeteksi keberadaan api lilin kurang lebih 5m (meter), ini yang menjadi alasan penulis

(27)

Gamabar 4.9 Sensor Api

Pada gambar diatas adalah gambar dari sensor api uv-tron buatan Hasamatsu

beserta driver dari sensor api uv-tron tersebut. Sensor api uv-tron menyerupai LED tetapi ukurannya yang besar dan panjang juga terdapat anoda dan katoda pada sensor

api uv-tron. Driver sensor api uv-tron C10423 adalah rangkaian penghubung dari sensor api uv-tron ke mikrokontroler seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya melalui 3 kaki yaitu gnd (ground), I/O input output dan vcc 5V, untuk vcc 5V dan gnd pemasangannya dapat dihubungkan secara seri pada port vcc dan gnd pada

mikrokontroler. Sedangkan untuk I/O adalah pin untuk masuk ke mikrokontroler

yaitu pin untuk menerima perintah input dan output dari mikrokontroler untuk

(28)

4.2 Implementasi Perangkat Lunak

Pada implementasi perangkat lunak penulis mengimplementasikan

perancangan perangkat lunak yang telah dibahas pada bab sebelumnya seperti

software yang digunakan penulis untuk menanamkan program robot kedalam mikrokontroler.

4.2.1 DST UNIPROG V2.8 / FULL VERSION

Modul DST Uniprog Full Version adalah merupakan modul Development System sekaligus Universal Programmer. Dengan bantuan Modul DST AVR Converter, Development System tersebut juga dapat digunakan untuk mikrokontroler keluarga MCS-51 maupun AVR yang lain.

(29)

Penulis menggunakan DST-51 USB Version tanpa memerlukan modul tambahan. Lankah-langkahnya sebagai berikut :

a. Mikrokontroler ATMEL 89S51 dipasang.

Gambar 4.11 Rangkaian ATMEL 89S51 dan DST-51 USB

b. Pasang Kabel USB dan aktifkan Power Supply. Apabila aplikasi ini tidak membutuhkan arus yang besar anda dapat menggantikan power supply tersebut dengan power dari USB dengan cara memasang

Jumper Power Enable yang ada di dekat connector USB.

(30)

Gambar 4.12 AVR Studio

d. memilih Mikrokontroler yang akan di gunakan pada bagian Device and Signature Bytes.

Gambar 4.13 Pemilihan Mikrokontroler

e. Untuk AT89S51 diatur frekwensi ISP maksimum 125 KHz.

(31)

4.2.2 ProgramRobot Pemadam Api

Untuk implementasi perangkat lunak, penulis mengimplementasikan dari

perangcangan perangkat lunak dari robot pemadam api dimana penulis akan

mengimplementasikan program yang akan digunakan atau ditanamkan ke

mikrokontroler ATMEL 89S51.

4.2.2.1 Potongan Code Motor Dc

Gambar 4.14 Robot Berputar Kekiri

RobotKanan:

Setb LeftMotor

Setb RightMotor

Mov A,R7

Lcall SetKecepatanKiri

Mov A,R6

(32)
(33)

Ret

RobotPutarKanan:

Mov A,R7

Lcall SetKecepatan

Clr RightMotor

Setb LeftMotor

Ret

RobotGerakLurus:

Setb LeftMotor

Setb RightMotor

Mov A,R7

Lcall SetKecepatan

Ret

RobotGerakBerhenti:

Mov A,#0

Lcall SetKecepatan

Ret

4.2.2.2 Potongan Code Untuk Mencari Api

(34)
(35)

4.2.2.3 Potongan Code Sensor Api

Gambar 4.16 Robot Mendeteksi Api

HitungApi:

Mov A,Status ;Hapus flag Status ada api

Clr A.0 ;

Mov Status,A ;

Mov CounterApi,#00 ;Clear Counter Api

(36)
(37)

31

Dalam bab 3 ini penulis membahas tentang perancangan perangkat keras

dan perancangan perangkat lunak.

3.1 Perancangan Perangkat Keras

Peracangan perangkat keras yang berupa perancangan kerangka robot,

perancangan rangkaian mikrokontroler ATMEL 89S51, perancangan rangkaian

driver motor, rangkaian kipas angin, perancangan mikrokontroler dengan sensor api dan perancangan seluruh rangkaian.

3.1.1 Perancangan Kerangka Robot

Pada perancangan kerangka robot penulis menggunakan palstik mica

sebagai kerangka robot, alasan penulis menggunakan plastik mica adalah karena

bahan tersebut sangat ringan dan mudah dibentuk.

Dalam pembuatan kerangka robot penulis memerlukan beberapa alat bantu

seperti bor, alat ukur, gerenda dan gergeraji supaya kerangka robot terbentuk

dengan baik dan terukur. Di bawah adalah gambar dari kerangka robot.

(38)

Gambar 3.2 Kerangka robot

Setelah kerangka robot terbentuk langkah selanjutnya adalah pemasangan

motor dc dan roda tank pada kerangka robot. Pada awalnya motor dc dipasang

pada kerangka robot yang disediakan lalu buat satu shaf untuk pemasangan roda,

agar roda yang satu tidak berputar bersama-sama.

3.1.2 Perancangan Mikrokontroler ATMEL 89S51

Mikrokontroler ATMEL 89S51 adalah otak dari robot yang penulis buat dimana semua input-output berada, mikrokontroler ATMEL 89S51 menggerakan motor dc mengatur sinyal yang dikeluarkan oleh sensor api, tetapi untuk membuat

rangkaian mikrokontroler agar dapat bekerja dengan baik dibutuhkan rangkaian

pengatur yaitu berupa rangkaian reset yang berfungsi untuk mengatur kembali

program robot setiap kali catu daya dihidupkan.

3.1.3 Perancangan Driver Motor

(39)

Q12

Gambar 3.3 Rangkaian H-Bridge

Pada gambar tersebut, posisi kutub-kutub motor berada pada kaki 3 dan 4

dari JP4. Pada saat Transistor Q15 dan Q9 ON maka arus akan mengalir dari kaki

4 ke kaki 3 dan sebaliknya saat Q11 dan Q14 ON maka arus akan mengalir dari

kaki 3 ke kaki 4. Transistor Q10, Q12, Q13 dan Q16 berfungsi untuk memberikan penguatan tambahan yang membentuk konfigurasi motor dc. Dioda-dioda

berfungsi sebagai dioda proteksi tegangan balik dari motor sedangkan rangkaian

gerbang logika dengan IC 7402 berfungsi sebagai rangkaian penjaga agar tidak

terjadi hubung singkat. Rangkaian H-Bridge memiliki pantangan di mana tidak boleh terjadi kondisi ON pada transistor yang berada pada posisi berhadap-hadapan. Kondisi ON yang boleh terjadi adalah pada transistor yang berada pada posisi saling silang. Rangkaian IC 74LS02 akan selalu menjaga agar kedua

(40)

tegangan 0 Volt ada di U3B maka logika 1 atau tegangan 5 Volt pasti berada pada U3A dan demikian pula sebaliknya sehingga tidak mungkin kedua transistor yang saling berhadapan akan ON pada waktu yang bersamaan.

3.1.4 Perancangan Mikrokontroler Dengan Sensor Api

Pada perancangan mikrokontroler dengan sensor api penulis menggunakan

sensor api uv-tron R9454, alasannya meskipun sensor api jenis ini harganya mahal tetapi dalam pencapaiannya untuk mencari atau mendeteksi api sangat baik,

akan tetapi sensor ini sering digunakan pada robotika.

Gambar 3.4Rangkaian Modul UVT-RON R9454

3.1.5 Rangkaian pengendali kipas

Untuk proses pemadaman api dilakukan dengan menggunakan propeller

atau kipas yang digerakkan oleh motor dc yang memiliki RPM cukup tinggi.

(41)

tinggi sehingga mengakibatkan tegangan reverse yang dapat mengacaukan sistem. Untuk mengantisipasi hal ini maka digunakan sumber tegangan terpisah dan

dilengkapi dioda reverse seperti pada gambar 3.5.

Gambar 3.5Rangkaian pengendali kipas

3.1.6 Perancangan Seluruh Rangkaian

Pada perancangan seluruh rangkaian ini penulis menggambarkan

rangkaian robot secara keseluruhan dari rangkaian mikrokontroler, rangkaian

driver motor, dan juga rangkaian sensor api yang digabung menjadi satu rangkaian saja.

Gambar 3.6 Diagram blok Rangkaian robot pemadam api

ATM EL 89S51 M ot or DC

Driver m ot or

Driver UVTRON R9454

UV-TRON R9454

(42)

Pada blok diatas terdapat rangkaian driver motor, rangkaian driver, driver uv-tron R9454, rangkaian reset yang masuk pada mikrokontroler ATMEL 89S51. Dibawah ini adalah rangkaian elektronika dari robot pemadam api yang dibuat

oleh penulis.

(43)

Tabel 3.1 Komponen

Jumlah Nama Barang Parameter Kode

1 Buzzer 5 Volt 014-0005

2 C1,C2 33pF SMD0805 026-0030

1 C3 100uF/16V 026-0264

5 C4,C8,C9,C10,C13 100nF 026-0339

1 C5 10uF SMD 0805 026-0338

2 D13,D14 IN4001 035-0001

1 D15 ZENER 5V/1W 035-0009

3 JP1,JP2,JP12 Konektor putih 2pin 029-0001

2 JP5,JP10 Konektor putih 3pin 029-0003

1 JP5 Header 9 pin 031-0001

3 JP6,JP8,JP11 Konektor putih 10pin 029-0017

1 JP7 Konektor putih 4pin 029-0005

1 JP9 Konektor putih 5pin 029-0007

2 Q25,Q27 TIP42 027-0126

2 Q26,Q28 C9014 SOT-23 027-0106

1 Q29 C9012 SOT-23 027-0103

11 R1,R10,R21,R22,R23,R24, 10K SMD 0805 026-0174

(44)

Semua rangkaian masuk ke pin mikrokontroler dan mikrokontroler

berfungsi untuk memberi perintah kepada masing-masing rangkaian yang telah

terhubung ke pin dari mikrokontroler.

3.2 Perancangan perangkat lunak

Pada perancangan perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak untuk

motor driver, dan juga perangkat lunak untuk sensor api.

3.2.1 Perancangan driver motor

Pada bagian perangkat lunak driver motor ini penulis memastikan bahwa

driver yang dibuat sudah benar dan sudah di uji dalam cara manual untuk dapat menggerakan motor dc yang disambung ke roda robot.

Dibawah ini adalah perancangan diagram alir yang berfungsi untuk

menguji driver motor yang akan dibuat oleh penulis.

Gambar 3.8Diagram alir perancangan tes gerak robot

St art

M em ut ar ke kiri

M aju dengan delay 2 det ik

(45)

Penjelasan dari diagram alir diatas adalah pada saat catu daya robot di

hidupkan maka robot akan berputar ke kiri sambil mencari sumber api, sehingga

meskipun titik api berada tepat dibelakang robot, maka api pun masih bisa di

deteksi oleh sensor, dan setelah sumber api ditemukan maka robot akan maju, ke

sumber dimana titik api berada dan menyalakan kipas untuk memadamkan api

lilin tersebut.

3.2.2 Perancangan Robot Pemadam Api Menggunakan UV-TRON R9454

Pada perancangan perangkat lunak untuk sensor api penulis mencoba

menerangkan jalan kerja robot pemadam api dengan menggunakan diagram alir

sebagai berikut.

Gambar 3.9Diagram Alir Robot Pemadam Api Menggunakan Sensor Api

St art

Robot Put ar ke kiri

Int ensit as api di at as ket ent uan Det eksi api

Robot gerak lurus

Akt ifkan kipas

M at ikan kipas dan robot berhent i

(46)

Pada diagram alir di atas adalah pada saat robot dinyalakan, robot pertama

kali akan bergerak berputar ke kiri untuk mencari api. Sambil bergerak ke kiri,

robot akan melakukan proses deteksi api. Jika robot telah mendeteksi api, robot

akan bergerak maju ke arah api. Sambil berjalan maju, robot akan menyalakan

kipas angin. Robot akan tetap mendeteksi kondisi api sambil menyalakan kipas

angin. Saat api tidak lagi terdeteksi maka robot akan berhenti bergerak. Dari

diagram diatas jika robot tidak menemukan titik api / sumber api maka robot akan

(47)

7

2.1 MIKROKONTROLER ATMEL 89S51

Mikrokontroler sebagai teknologi baru yaitu teknologi semi konduktor

kehadirannya sangat membantu dunia elektronika. Dengan arsitektur yang praktis

tetapi memuat banyak kandungan transistor yang terintegrasi, sehingga mendukung dibuatnya rangkaian elektronika. Mikrokontroler adalah mikrokomputer chip tunggal yang dirancang secara spesifik untuk aplikasi – aplikasi kontrol bukan untuk

aplikasi-aplikasi serbaguna. Perangkat ini sering digunakan untuk kebutuhan kontrol tertentu

seperti pada sebuah penggerak motor. Pengguna mikrokontroler sangat luas, tidak

hanya untuk akuisi dan melainkan juga untuk pengendalian di pabrik-pabrik,

kebutuhan peralatan kantor, peralatan rumah tangga, aoutomobile dan sebagainya. Hal ini disebabkan mikrokontroler merupakan system mikroprosesor (yang didalamnya terdapat CPU, ROM, RAM dan I/O) yang telah terpadu dalam suatu chip, selain itu komponennya (AT89S51) mudah dan murah didapatkan di pasaran.

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikroprosesor dan

mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan

transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta dapat diproduksi secara masal (dalam jumlah banyak) membuat harganya menjadi

(48)

hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan

keinginan alat-alat bantu bahkan mainan yang lebih baik dan canggih.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam

program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya),

mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk suatu aplikasi tertentu saja (hanya

satu program saja yang bisa disimpan). Perbedaan lainnya terletak pada

perbandingan RAM dan ROM. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan

ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM

yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan

dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada Mikrokontroler, perbandingan

ROM dan RAM-nya yang besar, artinya program kontrol disimpan dalam ROM

(bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpan sementara, termasuk

register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan. Adapun kelebihan dari mikrokontroller adalah sebagai berikut :

a. Penggerak pada mikrokontoler menggunakan bahasa pemograman

assembly dengan berpatokan pada kaidah digital dasar sehingga pengoperasian sistem menjadi sangat mudah dikerjakan sesuai dengan

logika sistem (bahasa assembly ini mudah dimengerti karena menggunakan bahasa assembly aplikasi dimana parameter input dan

output langsung bisa diakses tanpa menggunakan banyak perintah). Desain bahasa assembly ini tidak menggunakan begitu banyak syarat penulisan bahasa pemrograman seperti huruf besar dan huruf kecil untuk bahasa

(49)

b. Mikrokontroler tersusun dalam satu chip dimana prosesor, memori, dan I/O terintegrasi menjadi satu kesatuan kontrol sistem sehingga

mikrokontroler dapat dikatakan sebagai komputer mini yang dapat bekerja

secara inovatif sesuai dengan kebutuhan sistem.

c. Sistem running bersifat berdiri sendiri tanpa tergantung dengan komputer sedangkan parameter komputer hanya digunakan untuk download perintah instruksi atau program. Langkah-langkah untuk download komputer dengan mikrokontroler sangat mudah digunakan karena tidak

menggunakan banyak perintah.

d. Pada mikrokontroler tersedia fasilitas tambahan untuk pengembangan

memori dan I/O yang disesuaikan dengan kebutuhan sistem.

e. Harga untuk memperoleh alat ini lebih murah dan mudah didapat.

f. Mikrokontroller AT89S51 adalah standart International. Arsitektur

perangkat keras 89S51 mempunyai 40 kaki, 31 kaki digunakan untuk

keperluan 4 buah port pararel. 1 port terdiri dari 8 kaki yang dapat di hubungkan untuk interfacing ke pararel device, seperti ADC, sensor dan sebagainya, atau dapat juga digunakan secara sendiri setiap bit-nya untuk

interfacing single bit septerti switch, LED, dll

2.1.1 Spesifikasi AT89S51 :

a. Kompatibel dengan keluarga mikrokontroler MCS51 sebelumnya

b. 8 kbytesIn system Programmable (ISP) flash memori dengan kemampuan 1000 kali baca/tulis

(50)

d. Bekerja dengan rentang 0 – 33MHz

e. 256x8 bit RAM internal

f. 32 jalur I/0 dapat diprogram

g. 3 buah 16 bit Timer/Counter h. 8 sumber interrupt

i. saluran full dupleksserial UART j. watchdog timer

k. dua data pointer

l. Mode pemrograman ISP yang fleksibel (Byte dan Page Model).

2.1.2 Pin – Pin Mikrokontroler AT89S51

Gambar 2.1 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51

Yang membedakan mikrokontroler AT89S51 dengan C51(seri

sebelumnya) adalah cara pengisian program (flash programming). Pada mikrokontroler AT89S51 terdapat fasilitas ISP (In System Programming). Artinya mikrokontroler ini mampu diprogram meskipun dalam kondiasi bekerja. Letak

(51)

saat flash programming. Adapun fungsi dari pin-pin yang lain, fungsinya sama seperti pada seri sebelumnya. Diwah ini disajikan fungsi pin untuk mikrokontroler

AT89S51

Tabel 2.1 konfigurasi pin AT89S51

Nomor pin

Nama pin Alternatif Keterangan

20 GND Sebagai Kaki Suplay GND

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/0 biasa, juga bisa sebagai alamat rendah dan bus data untuk memori eksternal

1..8 P1.0.. P1.7

Sebagai port I/0 biasa, mempunyai

internalpull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1 Terdapat pin MISO, MOSI, SCK 21..28 P2.0..

P2.7

A8.. A15 Port 0 sebagai I/0 biasa, atau sebagai

high order address, pada saat mengakakses memori eksternal.

10..17 Port 3 Sebagai I/O biasa, namun juga

16 P3.6 WR External data memory write strobe

17 P3.7 RD External data memory read strobe

9 RST Reset aktif dengan logika 1 minimal 2

siklus

30 ALE Prog Pin ini dapat berfungsi sebagai

Address Latch Enable (ALE) yang

me-latch low byte address pada saat mengakses memori eksternal

Sedangkan pada saat Flash Programming (PROG) berfungsi sebagai pulse input untuk Pada operasi normal ALE akan

mengeluarkan sinyal clock sebesar 1/16 frekwensi oscillator kecuali pada saat mengakses memori eksternal

Sinyal clock pada pin ini dapat pula

(52)

Special Function Register di alamat 8EH ALE hanya akan aktif pada saat mengakses memori eksternal (MOVX & MOVC)

29 PSEN Pin ini berfungsi pada saat

mengeksekusi program yang terletak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali setiap cycle

31 EA Pada kondisi low maka pin ini akan

berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori

eksternal setelah sistem di-reset

Apabila berkondisi high maka pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada pada memori

internal

18 XTAL1 Input Oscillator

19 XTAL2 Output Oscillator

2.1.3 Struktur Perangkat Keras AT89S51

Struktur mikrokontroler AT89S51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung

melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta

jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu terdapat fasilitas

timer/counterinternal dan jalur interface address dan data ke memori eksternal. Blok diagram dan struktur mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai

(53)

Gambar 2.2 Blok Diagram AT89S51

2.1.4 Struktur Memori

Dalam pengertian MCS51, Random Access Memory dalam chip AT89x51 adalah memori data, yaitu memori yang dipakai untuk menyimpan data,

(54)

AT89x51, dikenal sebagai memori program. Karena kedua memori itu memang

dibedakan dengan tegas, maka kedua memori itu mempunyai penomoran yang

terpisah. Memori program dinomori sendiri, pada AT89S51 mulai dari nomor

$0000 sampai $0FFF. Sedangkan memori data yang hanya 256 byte dinomori dari nomor $00 sampai $FF. Gambar 5 Denah Memori data Seperti terlihat dalam

denah memori data gambar 2.3, memori data dibagi menjadi dua bagian, memori

nomor $00 sampai $7F merupakan memori seperti RAM selayaknya meskipun

beberapa bagian mempunyai kegunaan khusus, sedangkan memori nomor $80

sampai $FF dipakai sangat khusus yang dinamakan sebagai Special Function Register Pelatihan Mikrokontroler

(55)

Seperti terlihat dalam denah memori-data Gambar 2.3, memori-data dibagi

menjadi dua bagian, memori nomor $00 sampai $7F merupakan memori seperti

RAM selayaknya meskipun beberapa bagian mempunyai kegunaan khusus,

sedangkan memori nomor $80 sampai $FF dipakai sangat khusus yang dinamakan

sebagai Special Function Register.

Memori data nomor $00 sampai $7F bisa dipakai sebagai memori

penyimpan data biasa, dibagi menjadi 3 bagian:

• Memori nomor $00 sampai $18 selain sebagai memori data biasa,

bisa pula dipakai sebagai Register Serba Guna (General Purpose Register).

• Memori nomor $20 sampai $2F selain sebagai memori data biasa,

bisa dipakai untuk menyimpan informasi dalam level bit.

• Memori nomor $30 sampai $7F (sebanyak 80 byte) merupakan

memori data biasa, bisa dipakai untuk menyimpan data maupun

dipakai sebagai Stack. a. Register Serba Guna

Register Serba Guna (General Purpose Register) menempati memori data nomor $00 sampai $18, memori sebanyak 32 byte ini dikelompokkan menjadi 4 Kelompok Register (Register Bank), 8 byte memori dari masing-masing Kelompok itu dikenali sebagai Register 0, Register 1 ..

Register 7 (R0, R1, R2, R3, R4, R5, R6 dan R7). Dalam penulisan program memori-memori ini bisa langsung disebut sebagai R0, R1, R2,

R3, R4, R5, R6 dan R7, tidak lagi dengan nomor memori. Dengan cara ini

(56)

b. Memori Level Bit

Memori data nomor $20 sampai $2F bisa dipakai menampung informasi

dalam level bit. Setiap byte memori di daerah ini bisa dipakai menampung 8 bit informasi yang masing-masing dinomori tersendiri, dengan demikian dari 16 byte memori yang ada bisa dipakai untuk menyimpan 128 bit (16 x 8 bit) yang dinomori dengan bit nomor $00 sampai $7F. Informasi dalam level bit tersebut masing-masing bisa di-‘1’-kan, di - ‘0’-kan dengan instruksi.

c. Special Function Register (SFR)

Register Khusus (SFR - Special Function Register) adalah satu daerah RAM dalam IC keluarga MCS51 yang dipakai untuk mengatur perilaku

MCS51 dalam hal-hal khusus, misalnya tempat untuk berhubungan

dengan port paralel P1 atau P3, dan sarana input/output lainnya, tapi tidak umum dipakai untuk menyimpan data seperti layaknya memori data.

Meskipun demikian, dalam hal penulisan program SFR diperlakukan

persis sama dengan memori data.

2.1.5 Register Mikrokontroler AT89S51

Untuk keperluan penulisan program, setiap mikroprosesor/mikrokontroler

selalu dilengkapi dengan Register Dasar. Ada beberapa macam register

merupakan register baku yang bisa dijumpai disemua jenis mikroprosesor/ mikrokontroler, ada register yang spesifik pada masing-masing prosesor. Yang termasuk Register Baku antara lain Program Counter, Akumulator, Stack Pointer

(57)

Sebagai register yang khas MCS51, antara lain adalah Register B, Data Pointer High Byte dan Data Pointer Low Byte. Semua ini digambarkan dalam Gambar 2.4. Di samping itu MCS51 masih mempunyai Register Serba Guna R0..R7. Dalam mikroprosesor/mikrokontroler yang lain, register-register dasar biasanya ditempatkan ditempat tersendiri dalam inti prosesor, tapi dalam MCS51 register-register itu ditempatkan secara terpisah.

a. Program Counter ditempatkan ditempat tersendiri di dalam inti prosesor

b. Register Serba Guna R0..R7 ditempatkan di salah satu bagian dari memori data

c. Register lainnya ditempatkan dalam Special Function Register

(SFR).

Gambar 2.4 Susunan Register Dasar MCS51

Kegunaan dan pemakaian register-register dasar tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Program Counter

(58)

menyimpan instruksi berikutnya yang akan diambil (fetch) sebagai instruksi untuk dikerjakan (execute). Saat setelah reset PC bernilai 0000h, berarti MCS51 akan segera mengambil isi memori program nomor 0

sebagai instruksi. Nilai PC otomatis bertambah 1 setelah prosesor

mengambil instruksi 1 byte. Ada instruksi yang hanya 1 byte, ada instruksi yang sampai 4 byte, dengan demikian pertambahan nilai PC setelah menjalankan instruksi, tergantung pada jumlah byte instruksi bersangkutan.

b. Akumulator

Sesuai dengan namanya, Akumulator adalah sebuah register yang berfungsi untuk menampung (accumulate) hasil hasil pengolahan data dari banyak instruksi MCS51. Akumulator bisa menampung data 8 bit (1 byte) dan merupakan register yang paling banyak kegunaannya, lebih dari setengah instruksi-instruksi MCS51 melibatkan Akumulator.

c. Stack Pointer Register

Salah satu bagian dari memori-data dipakai sebagai Stack, yaitu tempat yang dipakai untuk menyimpan sementara nilai PC sebelum prosesor

menjalankan sub-rutin, nilai tersebut akan diambil kembali dari Stack dan dikembalikan ke PC saat prosesor selesai menjalankan sub-rutin. Stack Pointer Register adalah register yang berfungsi untuk mengatur kerja

(59)

d. Program Status Word

Program Status Word (PSW) berfungsi mencatat kondisi prosesor setelah melaksanakan instruksi. Pembahasan tentang PSW secara rinci akan

dilakukan dibagian lain.

e. Register B

Merupakan register dengan kapasitas 8 bit, merupakan register pembantu

Akumulator saat menjalankan instruk perkalian dan pembagian.

f. DPH dan DPL

Data Pointer High Byte (DPH) dan Data Pointer LowByte (DPL) masing-masing merupakan register dengan kapasitas 8 bit, tapi dalam pemakaiannya kedua register ini digabungkan menjadi satu register 16 bit

yang dinamakan sebagai Data Pointer Register (DPTR). Sesuai dengan namanya, Register ini dipakai untuk mengalamati data dalam jangkauan yang luas.

2.1.6 Pewaktu/Pencacah (Timer/Counter)

Timer sangat diperlukan untuk membuat delay/tundaan waktu. AT89S51 menyediakan fasilitas timer 16 bit. Sebanyak 2 buah yaitu Timer 0 dan Timer 2.

Timer ini juga bisa di fungsikan sebagai counter/pencacah.

a. Timerbekerja dengan cara menghitung pulsa clock internal mikrokontroler yang dihasilkan dari rangkaian osilator. Jumlah pulsa clock akan

(60)

dan TL). Jika jumlah pulsa clock sama dengan nilai timer, maka sebuah

interrupt akan terjadi (ditandai oleh flag TF).

Interrupt ini dapat dipantau oleh program sebagai tanda bahwa timer telah

overflow.

b. Counter bekerja dengan cara menghitung pulsa eksternal pada P3.4 (T0) dan P3.5 (T1). Jumlah pulsa ini akan disimpan dalam register timer (TH dan TL).

Gambar 2.5 Timer/Counter Logic

Timerakan menghitung pulsa clock dari osilator yang sebelumnya

telah dibagi 12.

Agar berfungsi sebagai timer maka :

Bit C/T dalam TMOD harus 0 (timer operation) Bit TRx dalam TCON harus 1 (timer run)

Bit Gate dalam TMOD harus 0 atau pin INTx harus 1.

Countermenghitung pulsa dari pin input T0 dan T1. Agar

berfungsi sebagai counter maka :

Bit C/T dalam TMOD harus 1 (counter operation). Bit TRx dalam TCON harus 1 (timer run)

(61)

a. Register TCON

Gambar 2.6 TCON / Timer Control Special Function Register

Keterangan :

Tabel 2.2 TCON / Timer Control Special Function Register

Bit Symbol Fuction

7 TF1 Timer 1 overflow flag. Set saat timer berubah dari satu ke nol.

Clear saat prosesor mengeksekusi interrupt service routine

pada address 001Bh

6 TR1 Timer 1 run controlbit. Set 1 oleh program agar timer mulai menghitung. Clear oleh program untuk menghentikan timer, bukan me-reset timer.

5 TF0 Timer 0 overflow flag. Set saat timer berubah dari satu ke nol.

Clear saat prosesor mengeksekusi interrupt service routine

pada address 000Bh.

4 TR0 Timer 0 run controlbit. Set 1 oleh program agar timer mulai Menghitung. Clear oleh program untuk menghentikan timer,

bukan me-reset timer.

3 IE1 External interrupt 1 edge flag. Set 1 pada saat transisi sinyal

high ke low diterima oleh port3 pin 3.3 (INT1). Clear saat prosesor mengeksekusi interrupt serviceroutine pada address

0013h.Tidak terkait dengan operasi timer.

2 IT1 External interrupt 1 signal type control bit. Set 1 oleh

program untuk mengaktifkan external interrupt 1 yang dipicu oleh sisi turun sinyal (falling edge/transisi high ke low). Clear

oleh program untuk mengaktifkan sinyal low pada external interrupt 1 untuk menghasilkan sebuah interrupt.

1 IE0 External interrupt 0 edge flag. Set 1 pada saat transisi sinyal

high ke low diterima oleh port3 pin 3.2 (INT0). Clear saat prosesor mengeksekusi interrupt service routine pada address

0003h.Tidak terkait dengan operasi timer.

0 IT0 External interrupt 0 signal type control bit. Set 1 oleh

program untuk mengaktifkan external interrupt 0 yang dipicu oleh sisi turun sinyal (falling edge/transisi high ke low). Clear

(62)

b. Register TMOD

Gambar 2.7 TMOD / Timer Mode Special Function Register

Keterangan :

Tabel 2.3 TMOD / Timer Mode Special Function Register

Bit Symbol Fuction

7/3 Gate OR gate enable bit. Mengendalikan RUN/STOP timer 1/0. Set

oleh program untuk

mengaktifkan timer (RUN) jika bit TR1/0 pada TCON=1 dan sinyal pada pin INT0/1

high. Clear oleh program untuk mengaktifkan time(RUN) jika bit TR1/0 pada TCON=1.

6/2 C/T Set oleh program untuk membuat timer /0 berfungsi sebagai

counter yang akan

menghitung pulsa eksternal pada pin3 .5 (T1) atau 3.4 (T0).

Clear oleh program untuk

membuat timer1 /0 berfungsi sebagai timer yang akan menghitung pulsa clock internal

5/1 M1 Timer/counteroperating mode select bit . Set/clear oleh

program untuk memilih mode

4/0 M0 Timer/counter operating mode select bit . Set/clear oleh

program untuk memilih mode

c. Timer/Counter Interrupt

(63)

bisa digunakan untuk meng-interrupt program. Nilai awal timer/counter

harus dimasukkan dulu ke dalam timer register Timer High (TH) dan

Timer Low (TL) sebelum timer/counter dijalankan.

Gambar 2.8 16-Bit Up Counter

(64)

Pemilihan mode operasi timer ditentukan pada bit M1 dan M0 dalam

register TMOD. Ada 4 mode operasi yaitu :

a. Mode 0 : 13-bit Timer/Counter

Dengan mensetting M1&M0 = 00 dalam TMOD

menyebabkan register THx berfungsi sebagai counter 8 bit

dan register TLx berfungsi sebagai counter 5 bit. Ketika

overflow, TF1x akan 1. Nilai maksimumnya adalah 8191d atau 1FFFh.

b. Timer Mode 1. 16-bit Timer/Counter

Register THx dan TLx masing-masing berfungsi sebagai

counter 8 bit. Ketika overflow, TF1x akan 1 .Nilai maksimumnya adalah 65535d atau FFFFh.

c. Timer Mode 2. 8-bit Autoreload Timer/Counter

Register TLx berfungsi sebagai counter 8 bit. Register THx berfungsi mengisi ulang / autoreload register TLx ketika terjadi overflow (TFx=1).

d. Timer Mode 3. Two 8 bit Timer/Counter

Pada mode 3. Timer berfungsi sebagai counter 8 bit yang benar-benar terpisah satu sama lain. Timer 0 berfungsi sebagai

timer sekaligus sebagai counter secara terpisah. TL0 digunakan sebagai counter 8 bit yang menghitung pulsa

eksternal, dengan timer flag TF0. TH0 digunakan sebagai

timer 8 bit yang menghitung pulsa clock internal, dengan

(65)

2.1.7 Sistem Interupsi

Interrupt adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan mikrokontroler berhenti sejenak untuk melayani interrupt tersebut. Program yang dijalankan pada saat melayani interrupt tersebut. Yang harus diperhatikan untuk menguanakan interupsi adalah, kita harus tahu sumber-sumber interupsi, vektor layanan interupsi dan yang terpenting subrutin layanan interupsi, yaitu subrutin yang akan dikerjakan bila terjadi

interupsi.

Gambar 2.10 Analogi Sistem Interupsi

Pada AT89S51, ada 6 sumber interrupt yaitu

(66)

2.2 Motor DC

Pada sebuah robot, motor ini merupakan bagian penggerak utama di mana

hampir setiap robot pasti selalu menggunakan motor DC. Kecuali beberapa robot

yang menggunakan pneumatic, muscle wire atau motor AC. Motor DC terdiri dari sebuah magnet permanen dengan dua kutub dan kumparan, cincin belah yang

berfungsi sebagai komutator (pemutus arus)

a. Arus mengalir dari sisi kiri cincin belah ke sisi kanan. Arus ini akan

dilanjutkan ke kumparan yang terkait pada cincin belah

b. Arus mengalir dalam kumparan menimbulkan medan magnet dan

membentuk kutub-kutub magnet pada kumparan

c. Kutub magnet yang sama dengan kutub magnet permanen akan saling

tolak menolak dan kumparan akan bergerak memutar hingga

kumparan berada pada posisi di mana kedua kutubnya berbeda dengan

kutub magnet permanen.

(67)

S U

(5) Kumparan terus bergerak memutar (4) Polaritas pada

kumparan berubah

Gambar 2.12 Fase 2 dari Motor DC

d. Perputaran kumparan yang terkait pada cincin belah akan mengakibatkan

perubahan polaritas pada kumparan karena sikat-sikat (brush) yang dialiri listrik terhubung pada sisi cincin belah yang berbeda

e. Perubahan polaritas kumparan juga mengakibatkan perubahan kutub pada

kumparan sehingga kumparan kembali bergerak memutar.

f. Proses tersebut terjadi berulang-ulang sehingga kumparan akan berputar

secara kontinyu selama aliran arus terjadi pada kedua kutub sikat.

(68)

Arah putaran motor dc dapat diubah dengan mengubah polaritas aliran

arus yang terhubung ke sikat-sikatnya. Sedangkan kecepatan putar motor

tergantung dari berapa besar arus yang mengalir.

2.3 Sensor Api

Sensor api yang digunakan penulis adalah Hamamatsu uv-tron R9454 yaitu pengembangan lebih lanjut dari versi sebelumnya uv-tron R2868 yang didisain dengan ketahanan terhadap mechanical shock yang lebih tinggi yaitu 10.000 m/s2. Sensor ini mendeteksi api dengan cara mendeteksi cahaya ultraviolet

yang memiliki panjang gelombang 185 hingga 260 nm

(69)

Gambar 2.15 Panjang Gelombang dari Berbagai Sumber Cahaya

Gambar 2.16 Sudut Sensitivitas UVTRON

Gambar 2.16 menunjukkan sudut sensitivitas uv-tron yang berada pada area yang cukup luas yaitu -40 hingga 40 derajat terhitung dengan titik nol derajat

berada di tengah. Hal ini akan menyebabkan robot belum dapat mengetahui

dengan tepat posisi api berada. Agar posisi api dapat diketahui lebih tepat maka

ditambahkan sebuah lapisan selubung khusus dengan segaris lubang di mana

(70)

Celah segaris untuk masuknya cahaya

ultraviolet

Gambar 2.17 Sensor UVTRON dan Lapisan Selubung

Untuk mendeteksi cahaya ultraviolet, uv-tron membutuhkan tegangan sebesar 400 Volt, oleh karena itu dibutuhkan rangkaian pengendali yang membangkitkan tegangan tersebut dan sekaligus memproses sinyalnya menjadi

pulsa-pulsa yang dapat dikirim ke mikrokontroler. Untuk rangkaian pengendali ini

dapat menggunakan C10423.

Sensor api uv-tron bertugas untuk mencari dan mendeteksi keberadaan titik api di depan robot. Tetapi semua itu tergantung dari program yang kita buat. Karena sensor api dapat mendeteksi api dari jarak maksimal 5m maka sensor api

(71)

58

Pada bab pengujian penulis akan menguji robot mulai dari pengujian

driver motor, pengujian sensor kamera dan terakhir pengujian robot pemadam api. Serta analisa dari perangkat keras, perangkat lunak dan analisa dari pengujian.

5.1 Pengujian

Pada bagian pengujian akan dilakukan pengujian dari pengujian driver motor, dan juga pengujian sensor api yang menggunakan uv-tron R9454.

5.1.1 Pengujian Driver Motor

Untuk pengujian driver motor yang berfungsi untuk menggerakkan robot penulis mencoba dengan software yang telah dibuat sederhana seperti bab sebelumnya. Untuk melakukan pengujian terhadap driver motor ini penulis menyiapkan 7 buah baterai dengan tegangan 12 V yang disusun seri sehingga

tegangan total mencapai V ini dikarenakan driver motor yang dibuat oleh penulis maksimal 84 V jika tegangan kurang dari 84 V maka motor dc tidak akan

bergerak karena supply tegangan yang kurang.

Tancapkan pin-pin yang ada di motor ke pin mkrokontroler yang telah

ditentukan pada program, jika sudah maka langkah selanjutnya hubungkan

(72)

yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menjadi 5 volt dc karena mikrokontroler bekerja pada tegangan maksimal 5 volt dc.

Gambar 5.1 Pengujian driver motor

Tabel 5.1 Hasil Pengujian Motor DC

P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 Gerak robot

1 0 1 0 Maju

1 0 0 1 Belok kanan

0 1 1 0 Belok kiri

0 0 0 0 Mati

Dengan pantauan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa robot atau motor

dc dapat bergerak maju, belok kanan, belok kiri atau pun mati sesuai program

(73)

5.1.2 Pengujian sensor api UVTRON R9454

Pada pengujian sensor api penulis hanya menuji manual dan jika pada

pengujian manual berhasil maka pengujian sensor api uv-tron langsung diujikan pada robot. Sensor api diuji dengan menggunakan api dari lilin.

Gambar 5.2 Pengujian sensor api pada nyala api

5.1.3 Pengujian Robot pemadam api

Pada pengujian robot pemadam api ini penulis mencoba menguji robot

apakah robot berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika robot tidak berjalan

sesuai yang diharapkan penulis, maka penulis akan memperbaiki robot agar

berjalan sesuai yang diharapkan. Robot pemadam api ini diuji dengan satu api

(74)

Gambar 5.3 Pengujian Robot Pemadam Api

Tabel 5.2 Keberhasilan Uji Coba Memadamkan Api

Coba Driver Motor Letak Lilin Jarak Sensor Api Status Lama

1 Bagus Depan robot 25 cm Bagus Berhasil 5 detik

2 Bagus Kanan robot 25 cm Bagus Berhasil 7 detik

3 Bagus Belakang robot 25 cm Bagus Berhasil 12 detik

4 Bagus Kiri robot 25 cm Bagus Berhasil 18 menit

5 Bagus Depan robot 50 cm Bagus Berhasil 8 detik

6 Bagus Kanan robot 50 cm Bagus Berhasil 9 detik

7 Bagus Belakang robot 50 cm Bagus Berhasil 16 detik

8 Bagus Kiri robot 50 cm Bagus berhasil 21 detik

9 Bagus Depan robot 75 cm Bagus Berhasil 14 detik

10 Bagus Kanan robot 75 cm Bagus Berhasil 21 detik

11 Bagus Belakang robot 75 cm Bagus Berhasil 32 detik

12 Bagus Kiri robot 75 cm Bagus Berhasil 36 detik

(75)

14 Bagus Kanan robot 1 m Bagus Berhasil 32 detik

Gambar 5.4 uji coba 25cm

Pada gambar diatas dilakukan uji coba robot pemadam api dalam jarak

25cm. Api yang digunakan adalah api lilin dan robot berhasil memadamkan api

lilin, dengan letak lilin dikanan, kiri, belakang, dan depan. Hasil uji coba dapat

(76)

Gambar 5.5 uji coba 50 cm

Pada gambar diatas dilakukan uji coba robot pemadam api dalam jarak

50cm. Api yang digunakan adalah api lilin dan robot berhasil memadamkan api

lilin, dengan letak lilin dikanan, kiri, belakang, dan depan. Hasil uji coba dapat

dilihat pada tabel 5.2.

Gambar 5.6 uji coba 75cm

Pada gambar diatas dilakukan uji coba robot pemadam api dalam jarak

75cm. Api yang digunakan adalah api lilin dan robot berhasil memadamkan api

lilin, dengan letak lilin dikanan, kiri, belakang, dan depan. Hasil uji coba dapat

(77)

Gambar 5.7 uji coba 1 meter

Pada gambar diatas dilakukan uji coba robot pemadam api dalam jarak 1

meter. Api yang digunakan adalah api lilin dan robot hanya berhasil memadamkan

api lilin pada letak lilin dikanan robot. Untuk letak api lilin dibagian kiri,

belakang, dan depan gagal memadamkan api lilin. Hasil uji coba dapat dilihat

pada tabel 5.2.

Gambar 5.8 uji coba 1,5 meter

Pada gambar diatas dilakukan uji coba robot pemadam api dalam jarak

1,5 meter. Api yang digunakan adalah api lilin dan robot gagal memadamkan api

lilin dibagian depan, kanan, kiri, belakang. Dikarenakan sensor api sudah yidak

mampu mendeteksi keberadaan api lilin. Hasil uji coba dapat dilihat pada tabel

(78)

5.2 Analisis

Pada bagian analisa penulis mencoba menganalisa robot pemadam api

secara menyeluruh dari analisa pengujian robot. Karena masih banyak terdapat

beberapa kekurangan pada robot yang dibuat oleh penulis maka dari itu penulis

menganalisa robot yang telah dibuat.

5.2.1 Analisis Robot Pemadam Api

a. Kerangka Robot

kerangka robot terbuat dari plastik mica dikarenkan agar robot

lebih ringan. Tetapi yang menjadi masalah adalah plastik mica

yang mudah retak pada saat menerima gucangan keras dan plastik

mica hanya diberi perekat serbaguna ( lem alteco ) untuk menempelkan ke plastik mica lain dan hanya bagian-bagian

tertentu saja yang menggunakan mur dan baut.

b. Pemasangan Roda Tank

Karena pada robot yang dibuat oleh penulis pada pemasangan

roda tank kurang tepat maka penulis menganalisa pemasangan

roda tank sebagai berikut. Pada saat pemasangan rantai pada roda

tank usahakan rantai roda tank tidak kendor, karena jika rantai

roda tank kendor maka rantai roda akan terlepas pada saat

berbelok. Pada saat pemasangan rantai roda tank usahakan rantai

roda tank tidak kendor. Keunggulan dari roda tank adalah dapat

(79)

c. Mikrokontroler ATMEL 89S51

Mikrokontroler ATMEL 89S51memiliki memori sebesar 128 byte.

Mikrokontroler ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Salah satu

kelebihannya adalah dengan memory yang bersifat nonvolatile yang

memungkinkan ic dapat di program ulang. Sehingga jika kita ingin

menggunakan ic yang didalamnya sudah terdapat program yang

sebelumnya atau kita melakukan kesalahan atas perintah program yang

sudah terisi sebelumnya, kita dapat memprogram ulang dengan cara

meng-flash tanpa harus membeli ic mikrokontroler yang baru. Akan

tetapi mikrokontroler juga memiliki kekurangan. Salah satunya adalah

proses yang dapat dijalankan pada mikrokontroler tidak dapat

melakukan berbagai proses dalam waktu yang bersamaan. Jadi

mikrokontroler hanya dapat menjalankan satu perintah atau instruksi

dalam satu waktu sehingga perintah atau instruksi yang lain harus

menunggu hingga instruksi yang pertama selesai dijalankan.

d. Rangkaian H-brige

Dengan menggunaan rangkaian H-brige memberi pengaruh baik pada gerak robot dari motor dc. Karena rangkaian H-brige

mempunyai kompoen-komponen aktif didalamnya sehingga kerja

robot dalam bergerak menjadi baik. H-Bridge memiliki pantangan di mana tidak boleh terjadi kondisi ON pada transistor yang

berada pada posisi berhadap-hadapan. Kondisi ON yang boleh

terjadi adalah pada transistor yang berada pada posisi saling

silang. Rangkaian IC 74LS02 akan selalu menjaga agar kedua

(80)

e. Sensor api uv-tronHasamatsu

Sensor api uv-tron adalah sensor api yang mampu mendeteksi keberadaan api dalam jarak yang jauh yaitu sekitar 5 meter,

sensor ini memberi pengaruh baik karena kepekaan dari sensor

ini, maka robot dpat mendeteksi api dengan baik. Sensor api

uv-tron menyerupai LED tetapi ukuran yang lebih besar dan mempunyai 2 kaki yaitu kaki anoda dan kaki katoda, sensor api

uv-tron dapat berfungsi bila sensor tersebut telah dipasang pada driver dengan pemasangan yang tepat yaitu katoda pada lubang

katoda pada driver-nya dan kaki anoda pada lubang anoda pada

driver-nya. Bila pemasangan terbalik maka sensor akan rusak dan tidak dapat bekerja. Kaki katoda mendapatkan tegangan positif

dengan kaki yang lebih panjang, sedangkan kaki anoda mendapat

Gambar

Gambar 4.12 AVR Studio
Gambar 4.14 Robot Berputar Kekiri
Gambar 3.1 Roda robot
Gambar 3.3 Rangkaian H-Bridge
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi keragaman biogeofisik yang berpengaruh terhadap respon hutan pinus terhadap hidrologi pada setiap sub DAS, (2)

Mohammad Ridwan. Value Added Reporting.. mengeksploitasi yang lain. VAS ini merupakan alternatif pengganti laporan laba rugi dalam akuntansi konvensional. Dimana Baydoun dan

Sama hal nya dengan pendapat tersebut, dalam penelitian Darwin dan Sondang (2014) dengan objek pada perusahaan asuransi jiwa Manulife di Surabaya dengan hasil yang

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi: a)Data keuangan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo tahun anggaran 1996 sampai dengan 2008 meliputi tar-

Jadi pH 6 ditetapkan sebagai pH optimum untuk adsorpsi logam Zn(II) oleh adsorben zeolit A dengan kapasitas adsorpsi sebesar 49,82 mg/g dan jumlah logam Zn(II) yang teradsorp

mineral berdasarkan nilai rata-rata tanah mineral menunjukkan peningkatan secara linear untuk parameter jumlah anakan, dan pada perlakuan aerasi juga memberikan hasil yang

Rencana Strategis Pengadilan Agama Gresik Tahun 2010-2014 23 Meningkatnya ketertiban administrasi perpustakaan Terwujudnyanya ketertiban administrasi perpustakaan yang

Dengan demikian, secara sederhana sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling terorganisasi,