• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS LAPORAN DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK DITINJAU DARI SEGI GOOD GOVERNANCE (Studi Kasus DPW PAN JAWA TIMUR pada Pemilu 2009).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS LAPORAN DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK DITINJAU DARI SEGI GOOD GOVERNANCE (Studi Kasus DPW PAN JAWA TIMUR pada Pemilu 2009)."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus DPW PAN J AWA TIMUR pada Pemilu 2009)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : Afiatus Sobr ina 0813010165/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)
(3)

(Studi Kasus DPW PAN J AWA TIMUR pada Pemilu 2009)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan

dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi Pr ogr am Studi Akuntansi

Diajukan Oleh : Afiatus Sobr ina 0813010165/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(4)

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah

melimpahkan kasih dan sayangnya, rahmat dan ridhonya, serta tak lupa juga

Salam Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Transparansi dan Akuntabilitas

Laporan Dana Kampanye Partai Politik Ditinjau dari Segi Good Governance”

(Studi Kasus DPW PAN Jawa Timur pada Pemilu 2009), sebagai salah satu

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Selesainya penyusunan skripsi ini, sebenarnya tidak lepas dari banyak

pihak yang telah membantu, baik dalam motivasi moral, spiritual, tukar pikiran,

material dan hal-hal lain yang menumbuhkan kesadaran dalam diri penulis,

sehingga banyak melahirkan inspirasi kecerdasan nalar. Dalam konteks ini semua,

perkenankan penulis untuk mengucapkan ribuan terima kasih kepada mereka

semua yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan Strata 1 di

UPN “Veteran” Jawa Timur :

1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Bapak

Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP.

2. Dekan Fakultas Ekonomi, Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM.

3. Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi, Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, M.Si.

4. Dosen Wali penulis, Bapak Drs. Munari, MM.

(5)

Pak Riffa, Mas Mahmudi, Mas Udin, Mas Noval, Mas Hari DPRD,

terimakasih atas bantuannya selama saya menyusun skripsi.

8. Kepada kedua orang tuaku, Alm Papa Noer Said dan Mama Arofatul

Machmudah, terimakasih atas jasa dan cinta kalian.

9. Kepada Om Ali dan Tante Ita, terimakasih atas bantuannya untuk

membiayai kuliahku di UPN “Veteran” Jawa Timur.

10.Kepada keluarga besar Moeslimin, terimakasih atas dukungan dan cinta

kalian.

11.Kepada teman-teman dan sahabatku, terimakasih atas dukungan kalian

semua.

12. Kepada Aditya Ramadhan kekasihku, terimakasih telah mendampingi dan

mendukungku selama ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna untuk semua, saran

dan kritik masih banyak diharapkan, karena penulis menyadari tulisan ini

masih sangat jauh dari sempurna.

Surabaya, 24 April 2012

(6)

Oleh :

Afiatus Sobrina

ABSTRAK

Salah satu wujud perlibatan masyarakat dalam proses politik adalah Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur dan arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu. Pemilu memiliki fungsi utama untuk menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar menghendaki kehendak rakyat. Oleh karena itu, pemilu merupakan salah satu sarana legitimasi kekuasaan. Sebagai sebuah organisasi publik yang memiliki peran penting di suatu negara, maka tuntutan akan Good Governance partai politik tidak dapat dielakkan. Good governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Dalam hal ini adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam menyusun laporan dana kampanye sangat berperan dalam membantu pelaksanaan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance). Karena bagaimanapun juga, good governance akan menghasilkan birokrasi yang handal dan profesional, efisien, produktif serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemenuhan transparansi dan akuntabilitas Laporan Dana Kampanye Partai Politik pada Pemilu 2009. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif, untuk menggali dan menjelaskan tentang keterbukaan dan pertanggungjawaban Partai Politik akan Laporan Dana Kampanye yang dibuat saat Pemilu.

Berdasarkan observasi bahwa ditemukan pertanggungjawaban dan keterbukaan DPW PAN Jawa Timur mengenai pelaporan dana kampanye yang disampaikan setiap kegiatan evaluasi internal partai, termasuk sudah efektif dan efisien dalam mengatur program serta pengelolaan keuangan selama Kampanye.

(7)
(8)

DAFTAR ISI . . . iii

DAFTAR TABEL . . . viii

DAFTAR LAMPIRAN . . . ix

ABSTRAK . . . x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. . . .1

1.2 FOKUS PENELITIAN. . . .. . . .7

1.3 PERUMUSAN MASALAH. . . 7

1.4 TUJUAN PENELITIAN. . . .7

1.5 MANFAAT PENELITIAN. . . .8

BAB 2 TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 HASIL – HASIL PENELITIAN TERDAHULU . . . 9

2.2 LANDASAN TEORI. . . .13

2.2.1 PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN. . . .13

2.2.1.2 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN. . . ..14

(9)

2.2.2 PENGERTIAN GOOD GOVERNANCE. . . .18

2.2.2.1 PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE. . . .19

2.2.2.2 PILAR-PILAR GOOD GOVERNANCE. . . .. . . .21

2.2.2.3 UNSUR-UNSUR GOOD GOVERNANCE. . . . .. . . .23

2.2.2.4 GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA. . . .. . 25

2.2.3 TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS. . . . .. . . .28

2.2.3.1 TIGA DIMENSI AKUNTABILITAS. . . .30

2.2.3.2 METODE UNTUK MENEGAKKAN AKUNTABILITAS . . . . . . 33

2.2.3.3 HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN AKUNTABILITAS . . . 38

2.2.4 LAPORAN DANA KAMPANYE DAN KEUANGAN PARTAI POLITIK . . . 40

2.2.4.1 PENGATURAN LAPORAN DANA KAMPANYE .. . . .45

(10)

2.2.4.4 AKUNTABILITAS DANA KAMPANYE.. . .. . . .51

2.3 KERANGKA PIKIR. . . .52

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN. . . 53

3.1.2 ALASAN KETERTARIKAN PENELITI. . . .. . . .57

3.2 INFORMAN. . . .59

3.3 LOKASI PENELITIAN . . . .61

3.4 SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA. . . .61

3.5 TEKNIK ANALISIS. . . .65

3.6 PENGUJIAN KREDIBILITAS DATA. . . 66

BAB 4 DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1 PENDAHULUAN . . . 69

4.2 SEJARAH PARTAI POLITIK DI INDONESIA . . . 69

4.3 PARTAI POLITIK DI MASA ORDE BARU . . . .71

4.4 SEJARAH BERDIRINYA PAN DI INDONESIA . . . . . . .73

(11)

4.8 SUSUNAN PENGURUS DPW PAN JAWA TIMUR . . . ..78

BAB 5 ANALISIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS LAPORAN

DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK DITINJ AU DARI SEGI

GOOD GOVERNANCE (Studi Kasus DPW PAN J awa Timur pada

Pemilu 2009)

5.1 PEMAHAMAN MENGENAI GOOD GOVERNANCE . . . 79

5.2 PENGELOLAAN GOOD GOVERNANCE DI DPW PAN JAWA

TIMUR . . . 82

5.3 PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN DANA

KAMPANYE PARTAI POLITIK . . . 90

5.4 TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS MENGENAI

PENGELOLAAN LAPORAN DANA KAMPANYE DPW PAN

JAWA TIMUR PADA PEMILU 2009. . . .96

5.5 KETERBATASAN PENELITI . . . 106

(12)

6.2 SARAN . . . 109

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu wujud perlibatan masyarakat dalam proses politik

adalah pemilihan umum (pemilu). Pemilu merupakan sarana bagi

masyarakat untuk ikut menentukan figur dan arah kepemimpinan negara

atau daerah dalam periode tertentu. Pemilu memiliki fungsi utama untuk

menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar menghendaki kehendak

rakyat. Oleh karena itu, pemilu merupakan salah satu sarana legitimasi

kekuasaan.

Sebagai sebuah organisasi publik yang memiliki peran penting di suatu negara, maka tuntutan akan Good Governance partai politik tidak dapat dielakkan. Good governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Dalam hal ini adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

(14)

Birokrasi pemerintahan kita sampai saat ini sangat payah dan sudah

menjadi rahasia bersama. Tingkat kepayahan tersebut kemudian berakibat

pada rendahnya pertumbuhan ekonomi, hilangnya rasa aman dan pada

akhirnya dapat menandaskan rasa kepercayaan rakyat terhadap

pemerintah. Sebagian kelompok masyarakat sudah sampai pada taraf mati

rasa. Baginya, keberadaan pemerintah dengan ketiadaannya sudah tidak

dapat dirasakan bedanya. Namun, masih banyak yang berpandangan

optimis bahwa kondisi saat ini, meski tidak banyak, tetap lebih baik dari

masa lalu. Setidaknya masih ada ruang kebebasan untuk menyuarakan

masa depan bangsa. Karena itu, perbaikan terhadap birokrasi merupakan

hal yang fardlu hukumnya (poerwos.wordpress.com/2008).

Hiruk pikuk kampanye partai politik yang sampai saat ini masih

dirasakan masyarakat adalah adanya money politik pada masa kampanye,

seperti pembagian uang transport, pembagian uang palsu, sembako, durasi

iklan yang berlebihan, bahkan menyewa heli sampai sumbangan pesawat

terbang yang digunakan turun ke daerah-daerah untuk kampanye. Belum

lagi kemampuan partai politik yang memasang bendera, spanduk, baleho

yang begitu besar hingga menutup gapura di seluruh kota. Masyarakat

pasti berpikir, dari mana sumber keuangannya?

Pemikiran seperti ini akan tumbuh dan tetap hidup dalam pikiran

masyarakat apabila partai politik tidak juga menyampaikan laporan dana

(15)

politik mungkin masih beripikir tradisional dan tertutup. Padahal publik

sebagai pemilih pasti akan mengukur kinerja partai politik dengan

pengukuran keuangan dan non keuangan. Dengan pengukuran keuangan,

tentu masyarakat sebagai stakeholder berkepentingan terhadap

pertanggungjawaban keuangan dan akan menilai detail sumber dana dan

penggunaan dana kampanye serta keuangan partai politik

(www.waspada.co.id)

Karakter dasar partai politik adalah meraih kekuasaan atas nama

rakyat, yang dilakukan melalui Pemilihan Umum (Pemilu). Bila menang

dalam pemilu, partai politik akan memegang kekuasaan melalui jalur

pengambil keputusan (eksekutif) dan jalur pembuat kebijakan (legislatif).

Setiap keputusan yang dibuat oleh partai politik melalui kedua jalur

tersebut selalu mengatasnamakan rakyat dan berimplikasi luas terhadap

kehidupan rakyat. Oleh karena itu, partai politik seharusnya memastikan

bahwa setiap tindakan yang dilakukan demi rakyat yang diwakilinya bebas

dari politik uang dan pengaruh kelompok kepentingan. Namun pada

kenyataannya, sulit sekali melepaskan partai politik dari pengaruh

kelompok kepentingan, karena kehidupan partai politik justru tergantung

pada sumbangan yang diterimanya (Artikel Dahnil Anzar, 2008) .

(16)

Sayangnya tidak semua partai politik terbuka untuk membeberkan berapa

jumlah dana kampanye yang diterima maupun dikeluarkan untuk

keperluan selama pemilu.

Transparency International Indonesia memperkirakan banyak dana

kampanye pemilihan umum yang tidak dilaporkan partai politik ke Komisi

Pemilihan Umum. Perkiraan lembaga ini didasarkan pada perbedaan nilai

belanja kampanye, termasuk belanja media, yang dikeluarkan partai politik

dengan dana yang diperoleh selama masa kampanye lalu.

Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia, Emmy

Hafild, mengatakan bahwa di negara-negara lain, hal seperti ini dapat

dikategorikan sebagai pelanggaran berat pemilihan umum. Bahkan ada

negara yang mengindikasikan ini sebagai modus pencucian uang.

Berdasarkan perhitungan Transparency International, selama

kampanye yang lalu, PDI Perjuangan paling tidak membelanjakan Rp 241

miliar untuk kampanye. Partai ini merupakan pembelanja kampanye

paling besar. Setelah PDIP, Partai Golkar berada di urutan kedua dengan

belanja kampanye sebesar Rp 169 miliar. Berdasarkan data yang

dilaporkan kedua partai itu ke Komisi Pemilu, saldo akhir dari dana

kampanye yang berhasil dikumpulkan PDIP hanya sebesar Rp 111 miliar,

sedangkan saldo akhir rekening Partai Golkar dalam pengumpulan dana

(17)

Laporan yang diterbitkan lembaga itu, seluruh partai yang lolos

electoral threshold (ambang batas perolehan suara dalam pemilihan umum)

tercatat memiliki perbedaan antara dana yang dipakai kampanye dan

perolehan sumbangan. Partai Kebangkitan Bangsa, misalnya, dihitung

mengeluarkan Rp 95 miliar, namun tak mencatatkan sama sekali berapa

dana yang mereka dapat. Ini juga terjadi pada Partai Amanat Nasional,

Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Keadilan

Sejahtera. Bahkan dari seluruh partai yang dilaporkan, hanya PDIP dan

PAN yang melaporkan identitas penyumbang dan jumlah sumbangannya

(www.antikorupsi.org).

Pertanggungjawaban yang sangat minim inilah, maka dibutuhkan

transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber keuangan partai

politik. Sebagai institusi publik, maka partai politik harus

mempertanggungjawabkan seluruh tindakannya kepada publik, termasuk

secara transparan melaporkan kepada publik sumber-sumber keuangan

yang diperoleh dalam membiayai kegiatan partai politik bersangkutan.

Karena, melalui transparansi sumber dan pengelolaan keuangan partai

politik, maka publik akan mudah mengawasi dan menilai kebijakan serta

gerakan politik yang dibuat oleh partai politik. Dengan partai politik yang

tidak akuntabel dan transparan, jangan pernah berharap adanya

pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (Artikel Dahnil

(18)

Bentuk transparansi dan akuntabilitas partai politik kepada publik atas aktivitas yang dilaksanakannya adalah dengan menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun tentunya harus memenuhi standar agar dapat dipahami secara luas (universal). Laporan keuangan yang dibuat oleh partai politik adalah laporan keuangan tahunan dan

laporan dana kampanye. Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Partai

Politik mengacu pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)

No. 45 tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba, yang dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia.

Transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam menyusun

laporan dana kampanye sangat berperan dalam membantu pelaksanaan tata

kepemerintahan yang baik (Good Governance). Karena bagaimanapun

juga, good governance akan menghasilkan birokrasi yang handal dan

profesional, efisien, produktif serta memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis akan

melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS TRANSPARANSI DAN

AKUNTABILITAS LAPORAN DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK

DITINJAU DARI SEGI GOOD GOVERNANCE (Studi Kasus Laporan

Dana Kampanye Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional (DPW

(19)

1.2 FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang menjadi

fokus penelitian sebagai berikut :

1. Pemahaman mengenai pencatatan Laporan Keuangan Partai Politik.

2. Menganalisa transparansi dan akuntabilitas Laporan Dana Kampanye

Partai Politik ditinjau dari segi good governance.

3. Laporan Keuangan yang dimaksud adalah Laporan Penerimaan dan

Pengeluaran Dana Kampanye Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat

Nasional ( DPW PAN) Jawa Timur pada Pemilu 2009.

1.3 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan diatas, maka

permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan : “Apakah Laporan Dana

Kampanye DPW PAN JAWA TIMUR pada Pemilu 2009 telah memenuhi

kriteria transparansi dan akuntabilitas ditinjau dari segi good

governance??”

1.4 TUJ UAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemenuhan

transparansi dan akuntabilitas Laporan Dana Kampanye Partai Politik pada

(20)

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi penulis : Untuk memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih

mendalam mengenai transparansi dan akuntabilitas laporan dana

kampanye serta hubungannya dengan good governance.

2. Bagi objek yang diteliti : Dapat dijadikan sebagai masukan dalam

merumuskan kebijaksanaan serta tindakan-tindakan selanjutnya

sehubungan dengan transparansi dan akuntabilitas laporan dana kampanye

dan good governance.

3. Bagi masyarakat : Dapat dijadikan sebagai informasi untuk bahan

(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 HASIL-HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penulis :

1. Her nisah (2005-Fakultas Ekonomi Univer sita s

Widyatama-Bandung)

“Analisis Akuntabilitas Laporan Keuangan Ditinjau dari Segi Good

Corporate Governance” (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk.)

a. Permasalahan : Apakah laporan keuangan yang dihasilkan PT.

Telekomunikasi Indonesia Tbk. telah memenuhi kriteria

akuntabilitas menurut Good Coorporate Governance?

b. Tujuan : Untuk mengetahui pemenuhan akuntabilitas laporan

keuangan dari segi Good Coorporate Governance pada PT.

Telekomunikasi Indonesia Tbk.

c. Kesimpulan : Laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia

(22)

• Dalam RUPS tahunan, keputusan RUPS adalah menerima

laporan keuangan.

• Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam laporan keuangan telah

diungkapkan secara proporsional.

• Telah dipenuhinya aspek akuntabilitas, yaitu integritas

keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan.

2. Sugiono Poulus (2009-Fakultas Ekonomi Univer sitas Padjajar

an-Bandung)

“Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas Partai Politik Dalam

Menyusun Laporan Dana Kampanye Terhadap Efektivitas Pelaksanaan

Prosedur Audit Laporan Dana Kampanye Pemilu Legislatif 2009”.

a. Permasalahan : Untuk membuktikan pengaruh transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam menyusun Laporan Dana Kampanye terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit laporan dana kampanye Pemilu Legislatif.

b. Tujuan : Menganalisis pengaruh transparansi dan akuntabilitas

dalam pemyusunan laporan kungan terhadap efektivitas prosedur

audit Laporan Dana Kampanye Pemilu Legislatif, baik secara

(23)

c. Kesimpulan :

• Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara

transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam menyusun

laporan dana kampanye terhadap efektivitas pelaksanaan

prosedur audit laporan dana kampanye.

• Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara

transparansi partai politik dalam menyusun laporan dana

kampanye terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit

laporan dana kampanye. Sedangkan akuntabilitas partai politik

dalam menyusun laporan dana kampanye tidak berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap efektivitas pelaksanaan

prosedur audit laporan dana kampanye.

3. Yohana Febiani Angi (2009-Magister Akuntansi Univer sitas

Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur )

“Akuntabilitas Keuangan Partai Politik” (Studi pada DPD PDI

Perjuangan Provinsi Jawa Timur)

a. Permasalahan : Untuk mengetahui bagimana pengelolaan keuangan

pada DPD PDI Perjuangan dan bagaimana pertanggungjawaban

(24)

b. Tujuan : Memberikan gambaran mengenai pengelolaan keuangan

serta pertanggungjawaban pada DPD PDI Perjuangan Provinsi

Jawa Timur.

c. Kesimpulan :

• DPD PDI Perjuangan telah membuat Anggaran Pendapatan dan

Belanja Partai Tahunan (APBPT) sebagai wujud pengelolaan

partai. APBPT tersebut mengatur tentang pemasukan dan

pengeluaran dana dengan jelas.

• Penyusunan rancangan APBPT DPD PDI Perjuangan Provinsi

Jawa Timur berpedoman kepada program kerja pengurus partai

dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan partai.

• Pada DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Timur, setiap

penerimaan sumbangan dicatat dan dibukukan dalam laporan

penerimaan sumbangan dan daftar sumbangan, pengungkapan

identitas donatur dan besarnya jumlah sumbangan dicatat

dalam pembukuan.

• Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan DPD PDI

Perjuangan disampaikan setiap tahun oleh bendahara DPD

dalam rapat DPD dan pada akhir masa jabatan kepengurusan

partai bersamaan dengan penyampaian pertanggungjawaban

(25)

Pertanggungjawaban pengurus dilampiri dengan laporan

pemeriksaan/hasil audit dari BPK dan KAP.

Penelitian terdahulu yang telah diulas memiliki kesamaan dalam

bentuk teori transparansi dan akuntabilitas, namun penelitian yang

sekarang ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak pada

waktu, sampel, obyek dan metodologi penelitian. Oleh karena itu,

penelitian sekarang bukan replikasi dari penelitian terdahulu.

2.2 LANDASAN TEORI

2.2.1 PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat dibutuhkan

dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan didefinisikan oleh

Kasmir (2008:6) sebagai berikut : “Dalam praktiknya laporan keuangan

oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan

disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu

dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti”.

Djarwanto (2004:5) menyebutkan bahwa “Laporan keuangan pada

dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang

terjadi dalam suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil

(26)

Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan

manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai

kepentingan dengan data keuangan perusahaan”.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan

keuangan, berikut merupakan definisi yang dikutip dari PSAK 2009 :

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meiputi neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta

materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

adalah suatu laporan yang berisi informasi tentang kondisi keuangan dari

hasil operasi perusahaan pada periode tertentu.

2.2.1.2 TUJ UAN LAPORAN KEUANGAN

Tujuan laporan keuangan menurut Kasmir (2008:10) yaitu

“Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan

suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu.

Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi

keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki

(27)

Tujuan laporan keuangan menurut PSAK 2009 adalah

“menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi

kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan

keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan

pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum

menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak

diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

2.2.1.3 KARAKTERISTIK LAPORAN KEUANGAN

PSAK 2009 menyebutkan karakteristik laporan keuangan sebagai

berikut:

1. Dapat dipahami.

Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang

memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta

kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan.

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan

(28)

Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi

peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau

mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu.

3. Keandalan.

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki

kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan

material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang

tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar

diharapkan dapat disajikan. Untuk dapat diandalkan, informasi

akuntansi juga memiliki karakteristik sebagai berikut : penyajian jujur,

substansi mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat dan

kelengkapan.

4. Dapat dibandingkan.

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan

perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi

dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan

laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi

(29)

2.2.1.4 UNSUR – UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Unsur-unsur Laporan Keuangan yang terdapat dalam PSAK 2009

antara lain:

1. Aset

Aset perusahaan berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di

masa lalu. Perusahaan biasanya memperoleh aset melalui pembelian

atau produksi sendiri, tetapi transaksi atau peristiwa lain juga dapat

menghasilkan aset, misalnya properti yang diterima perusahaan dari

pemerintah sebagai bagian dari program untuk merangsang

pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah.

2. Kewajiban

Kewajiban merupakan suatu tugas atau tanggungjawab untuk bertindak

sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban juga timbul dari transaksi atau

peristiwa masa lalu.

3. Ekuitas

Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam neraca bergantung pada

pengukuran aset dan kewajiban.

4. Kiner ja

Penghasilan bersih (laba) serungkali digunakan sebagai ukuran kinerja

atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain, seperti imbal hasil investasi

atau laba per saham.

5. Penghasilan

(30)

6. Beban

Mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan

aktivitas perusahaan yang biasa.

7. Penyesuaia n Pemeliharaan Modal.

Menurut konsep pemeliharaan modal tertentu, kenaikan dan penurunan

ini tidak dimasukkan dalam laporan laba rugi.

Sebagai alternatif, pos ini dimasukkan dalam ekuitas sebagai

penyesuaian pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.

2.2.2 PENGERTIAN GOOD GOVERNANCE

UNDP (United Nation Development Program) mendefinisikan

governance sebagai “Penggunaan wewenang ekonomi, politik dan

administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat.

Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses, dan

lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan

kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan

menjembatani perbedaan-perbedaan di antara mereka”

(rochmanonline.blogspot.com/2008).

Andrianto (2007:24) mendefinisikan good governance menurut

world bank sebagai “suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan

yang solid dan bertanggungjawab serta sejalan dengan prinsip demokrasi

(31)

pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan

disiplin anggaran, serta penciptaan legal dan political framework bagi

tumbuhnya aktivitas usaha”.

2.2.2.1PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE

Andrianto (2007:24) menyebutkan bahwa baik buruknya

pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur

prinsip-prinsip good governance berikut :

1. Par tisipasi masyar akat

Partisipasi menyeluruh dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul

dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi

secara konstruktif.

2. Tegaknya Supr emasi Hukum

Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,

termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi

manusia.

3. Tr anspar ansi

Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh

proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat

diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan informasi yang

tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

4. Peduli pada Stakeholder s

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha

(32)

5. Ber or ientasi pada Konsensus

Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan

yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam

hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat dan bila

mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan

prosedur-prosedur.

6. Keseta r aan

Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau

mempertahankan kesejahteraan mereka.

7. Efektivitas dan efisiensi

Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil

sesuai kebutuhan warga masyarakat dengan menggunakan

sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

8. Akuntabilitas

Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan

organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab, baik kepada masyarakat

maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk

pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya, tergantung

kepada jenis organisasi yang bersangkutan.

9. Visi Str ategis

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh

(33)

serta kepekaan atas apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan

perkembangan tersebut.

Partai Politik yang merupakan organisasi non profit sangat

mendapat sorotan dari banyak pihak seperti media massa dan publik.

Sebenarnya pertai politik sebagai wujud perwakilan aspirasi rakyat

(legislatif) dalam kehidupan berdemokrasi, partai politik dapat

menggunakan kelembagaannya sebagai isu sentral, dengan landasan

pemikiran partai politik sebagai penjelmaan aspirasi, harus dapat

mewujudkan setiap keinginan masyarakat yang mewakilinya (akuntabilitas

publik). Disini, akuntabilitas publik merupakan kewajiban pihak

pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, penyajian,

melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas yang menjadi

tanggungjawabnya kepada pemberi amanah yang memiliki hak dan

kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut

(www.waspada.co.id)

2.2.2.2PILAR – PILAR GOOD GOVERNANCE

Andrianto (2007:26) menyebutkan bahwa Good Governance

hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh lembaga yang

melibatkan kepentingan publik. Pilar-pilar Good Governance tersebut

adalah sebagai berikut :

(34)

1. Negar a

a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil

b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan

c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable

d. Menegakkan HAM

e. Melindungi lingkungan hidup

f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik

2. Sektor Swasta

a. Menjalankan industri

b. Menciptakan lapangan kerja

c.Menyediakan insentif bagi karyawan

d. Meningkatkan standar hidup masyarakat

e. Memelihara lingkungan hidup

f. Menaati peraturan

g. Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat

h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM

3. Masyar akat Madani

a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi

b. Mempengaruhi kebijakan public

(35)

d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah

e. Mengembangkan SDM

f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat

2.2.2.3UNSUR – UNSUR GOOD GOVERNANCE

Tjokroamidjojo menyatakan bahwa yang dimaksudkan dengan

good governance adalah terdapatnya beberapa unsur untuk dapat

terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam rangka

peningkatan mutu pelayanan masyarakat. Di mana unsur-unsur tersebut

harus dapat ditegakkan sehingga akan dapat tercapai sebagaimana yang

dimaksudkan, serta diamanahkan dalam UU No. 28 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme (poerwos.wordpress.com/2008) . Unsur-unsur tersebut antara

lain :

1. Ak untabilitas (accountability) – tanggung gugat dari pengurusan

/penyelenggaraan, dari governance yang dilakukan. Menurut LAN

(Lembaga Administrasi Negara), akuntabilitas adalah kewajiban

untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan

menerangkan kinerja dan tindakan seorang pemimpin suatu unit

organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang

meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas ada akuntabilitas

(36)

2. Transparansi (tr anspar ancy) - Transparansi yaitu dapat diketahuinya

oleh banyak pihak (yang berkepentingan mengenai perumusan

kebijaksanaan (politik) dari pemerintah, organisasi, badan usaha.

Tender pelelangan dan lain-lain dilakukan secara transaparan.

3. Keter bukaan (openes) - Pemberian informasi secara terbuka, terbuka

untuk open free suggestion, dan terbuka terhadap eritic yang

merupakan partisipasi. Keterbukaan bisa meliputi bidang politik dan

pemerintahan.

4. Atur an Hukum (Rule of Law)

Keputusan, kebijakan pemerintah, organisasi, badan usaha berdasar

hukum (peraturan yang sah). Jaminan kepastian hukum dan rasa

keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh

juga dalam social economic transaction. Conflict resolution berdasar

hukum (termasuk arbitrase). Institusi hukum yang bebas, dan

kinerjanya yang terhormat. Dasar-dasar dan institusi hukum yang baik

sebagai infrastuktur good governance.

5.Ada yang yang menambahkan jaminan fair ness, a level playing field

(perlakuan yang adil / perlakuan kesetaraan) Adamolekun dan Briyant

menambahkan dalam unsur-unsur good governance, yaitu

management competency dan human rights (kompetensi manajemen

(37)

2.2.2.4GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

Good Governance, bila kita kupas : "Good" rnaknanya adalah

nilai-nilai yang menjunjung tinggi kehendak rakyat dan meningkatkan

kemampuannya demi pencapaian tujuan serta berguna dalam pelaksanaan

tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

"Governance" maknanya pemerintahan berfungsi secara efektif dan

efisien dalam upaya mencapai tujuan nasional yangtelah digariskan, dalam

Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Apa nilai-nilai dasar yang ada di

Indonesia? Musyawarah mufakat, menjunjung moralitas, bersikap terbuka,

tanggap, menjaga persatuan, berkeadilan sosial, bergotong-royong,

bertanggung jawab dan berkeinginan luhur. Orientasi ideal Good

Governance diarahkan pada pencapaian tujuan nasional secara efektif dan

efisien. Tujuan Nasional (Alinea IV Pembukaan UUD 1945) :

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

2. Memajukan kesejahteraan umum.

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dengan demikian maka Good Governance Indonesia, didefinisikan

sebagai praktek penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis dan

berkemampuan mengelola berbagai sumberdaya yang bersifat sosial dan

(38)

Indonesia berdasarkan azas musyawarah dan mufakat. Sedangkan

wujudnya di Indonesia berupa penyelenggaraan tata pemerintahan yang

bersih dan berwibawa, efisien dan efektif, tanggap dan bertanggungjawab,

bertindak dan berpihak pada kepentingan rakyat serta mampu menjaga

keselarasan hubungan kemitraan melalui proses interaksi yang dinamis dan

konstruktif antara pemerintah , rakyat, dan berbagai kelompok kepentingan

di dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila.

Kemasan wujud good governance dalam paradigma dalam negeri,

terefleksi dari penekanan pokok-pokok kebijakan yang mencakup empat

bidang, yaitu :

1) Politik : memposisikan pemerintah sebagai fasilitator, mendorong

dialogis yang interaktif, dan dorongan untuk berkembangnya lembaga

politik dan tradisi.

2) Pemer intahan dalam neger i : pengakuan kewenangan daerah (kecuali

yang dipusatkan), pemisahaan executive dan legislative daerah, serta

mengawali berkembangnya dinamika NKRI.

3) Par tisipasi masyar akat: mendorong prakarsa local terus berkembang

dan mendorong peranan maksimal lembaga kemasyarakatan.

4) Pembangunan Daer ah : memberikan tekanan orientasi regional/local,

menjawab masalah kunci daerah/wilayah, dan memperkuat kerja

(39)

Untuk mencapai cita-cita nasional (Indonesia yang merdeka,

bersatu,berdaulat, adil dan makmur, sebagaimana dalam Alinea II

Pembukaan UUD 1945) dan Tujuan Nasional sebagaimana dalam Alinea

IV Pembukaan UUD 1945, diperlukan STRATEGI NASIONAL. Strategi

Nasional ini harus disusun dengan memperhatikan dinamika Iingkungan

strategis (internal dan eksternal) dan sesuai dengan paradigma baru yang

berkembang.

Proses bagaimana strategi nasional dapat mencapai cita-cita dan

tujuan nasional masih tergantung pada berbagi faktor, yang terpenting

adalah kepemimpinan nasional dan spirit paradigma kepemimpinannya.

Contoh spirit, saat ini, yang berkembang di Indonesia dalam pembangunan

adalah paradigma baru dengan tiga spirit yang dikandungnya yaitu :

otonomi daerah, good governance, dan pemberdayaan masyarakat. Seluruh

kebijakan pemerintah dalam pembangunan nasional akan diwarnai dengan

spirit ini dalam berbagai bentuknya.

Secara konseptual, bagaimana Good Governance menuju cita-cita

nasional pada akhirnya akan tergantung pada bagaimana kepemimpinan

yang efektif dan manajemen yang efisien, mendasarkan diri pada

prinsip-prinsip GG dalam dinamika tantangan dan perkembangan yang dihadapi

(40)

2.2.3 TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Transparansi publik menurut Andrianto (2007:20) adalah suatu

keterbukaan secara sungguh-sungguh, menyeluruh dan memberi tempat

bagi pertisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses

pengelolaan sumber daya publik. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh

penyelenggara negara harus dapat diakses secara terbuka dengan memberi

ruang yang cukup bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara luas di

dalamnya.

Transparansi anggaran menurut Andrianto (2007:21) didefinisikan

sebagai keterbukaan kepada masyarakat dalam hal fungsi dan struktur

pemerintahan, tujuan kebijakan fiskal, sektor keuangan publik dan

proyeksi-proyeksinya. Hal ini berarti bahwa informasi mengenai aktivitas

pemerintahan harus dapat diakses serta dapat dipercaya secara luas dan

tepat waktu.

Beberapa manfaat penting adanya transparansi anggaran adalah

sebagai berikut :

1. Mencegah korupsi.

2. Lebih mudah mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kebijakan.

3. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah sehingga masyarakat akan

(41)

4. Meningkatkan kepercayaan terhadap komitmen pemerintah untuk

memutuskan kebijakan tertentu.

5. Menguatkan kohesi sosial, karena kepercayaan publik terhadap

pemerintah akan terbentuk.

6. Menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan kepastian

usaha.

Akuntabilitas publik menurut Andrianto, SE, AK (2007:22) hanya

dikenal di negara yang menerima konsep-konsep demokrasi yang

menganggap rakyat sebagai faktor yang sangat penting. Asas akuntabilitas

menetapkan bahwa setiap kegiatan dari hasil akhir dari kegiatan

penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam suatu negara.

Ciri-ciri pemerintahan yang akuntabel menurut Andrianto

(2007:23) adalah sebagai berikut :

1. Mampu menyajikan informasi penyeleggaraan pemerintahan secara

terbuka, cepat dan tepat kepada masyarakat.

2. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.

3. Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan

(42)

4. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam

proses pembangunan dan pemerintahan.

5. Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah. Dengan

pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat

pencapaian pelaksanaan program pemerintah.

2.2.3.1TIGA DIMENSI AKUNTABILITAS

Akuntabilitas Politik, biasanya dihubungkan dengan proses dan

mandat pemilu, yaitu mandat yang diberikan masyarakat kepada para

politisi yang menduduki posisi legislatif dan eksekutif dalam suatu

pemerintahan. Masa jabatan kedua kekuasaan tersebut bersifat temporer

karena mandat pemilut sangat tergantung pada hasil pemilu yang

dilakukan pada interval waktu tertentu. Untuk negara-negara di mana

mandat pemilu mendapat legitimasi penuh (pemilu bersifat bebas dan

hasilnya diterima oleh semua pihak), masyarakat menggunakan hak

suaranya untuk mempertahankan para politisi yang mampu menunjukkan

kinerja yang baik serta menjatuhkan pemerintahan yang berunjuk prestasi

buruk. Mandat elektoral yang kuat memberikan legitimasi kepada

pemerintah dan membantu menjamin kredibilitasnya, di samping stabilitas

dan prediktibilitas kebijakan yang diformulasikannya.

Akuntabilitas Finansial, fokus utamanya adalah pelaporan yang

akurat dan tepat waktu tentang penggunaan dana publik, yang biasanya

(43)

Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa dana publik

telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara efisien

dan efektif. Masalah pokoknya adalah ketepatan waktu dalam menyiapkan

laporan, proses audit, serta kualitas audit. Perhatian khusus diberikan pada

kinerja dan nilai uang serta penegakan sanksi untuk mengantisipasi dan

mengatasi penyalahgunaan, mismanajemen, atau korupsi. Jika terdapat

bantuan finansial eksternal, misalnya dari pinjaman lembaga keuangan

multilateral atau melalui bantuan pembangunan oleh lembaga donor, maka

standar akuntansi dan audit dari berbagai lembaga yang berwenang harus

diperhatikan. Hal inilah yang kiranya dapat menjelaskan besarnya

perhatian pada standar akuntansi dan audit internasional dalam

menegakkan akuntabilitas finansial. Hasil dari akuntabilitas finansial yang

baik akan digunakan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan

mobilisasi dan alokasi sumber daya serta mengevaluasi tingkat efisiensi

penggunan dana. Hasil tersebut juga dapat digunakan oleh masyarakat

umum dan stakeholders (seperti donor) untuk menilai kinerja pemerintah

berdasarkan sasaran tertentu yang telah disepakati sebelumnya.

Akuntabilitas administratif, merujuk pada kewajiban untuk

menjalankan tugas yang telah diberikan dan diterima dalam kerangka kerja

otoritas dan sumber daya yang tersedia. Dalam konsepsi yang demikian,

akuntabilitas administratif umumnya berkaitan dengan pelayan publik,

khususnya para direktur, kepala departemen, dinas, atau instansi, serta para

(44)

Mereka adalah pejabat publik yang tidak dipilih melalui pemilu

tetapi ditunjuk berdasarkan kompetensi teknis. Kepada mereka

dipercayakan sejumlah sumber daya yang diharapkan dapat digunakan

untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu.

Ada 3 elemen utama akuntabilitas menurut Polidano

(www.bappenas .go.id/1998), yaitu :

1. Adanya kekuasaan untuk mendapatkan persetujuan awal sebelum sebuah

keputusan dibuat. Hal ini berkaitan dengan otoritas untuk mengatur

perilaku para birokrat dengan menundukkan mereka di bawah persyaratan

prosedural tertentu serta mengharuskan adanya otorisasi sebelum langkah

tertentu diambil. Tipikal akuntabilitas seperti ini secara tradisional

dihubungkan dengan badan/lembaga pemerintah pusat (walaupun setiap

departemen/lembaga dapat saja menyusun aturan atau standarnya

masing-masing).

2. Akuntabilitas peran, yang merujuk pada kemampuan seorang pejabat

untuk menjalankan peran kuncinya, yaitu berbagai tugas yang harus

dijalankan sebagai kewajiban utama. Ini merupakan tipe akuntabilitas

yang langsung berkaitan dengan hasil sebagaimana diperjuangkan

paradigma manajemen publik baru (new public management). Hal ini

mungkin saja tergantung pada target kinerja formal yang berkaitan dengan

(45)

3. Peninjauan ulang secara retrospektif yang mengacu pada analisis operasi

suatu departemen setelah berlangsungnya suatu kegiatan yang dilakukan

oleh lembaga eksternal seperti kantor audit, komite parlemen,

ombudsmen, atau lembaga peradilan. Bisa juga termasuk badan-badan di

luar negara seperti media massa dan kelompok penekan. Aspek

subyektivitas dan ketidakterprediksikan dalam proses peninjauan ulang itu

seringkali bervariasi, tergantung pada kondisi dan aktor yang

menjalankannya.

2.2.3.2METODE UNTUK MENEGAKKAN AKUNTABILITAS

Berikut adalah beberapa metode untuk menegakkan akuntabilitas

menurut ww.bappenas.go.id :

1. Kontrol Legislatif

Di banyak negara, legislatif melakukan pengawasan terhadap

jalannya pemerintahan melalui diskusi dan sejumlah komisi di

dalamnya. Jika komisi-komisi legislatif dapat berfungsi secara efektif,

maka mereka dapat meningkatkan kualitas pembuatan keputusan

(meningkatkan responsivitasnya terhadap kebutuhan dan tuntutan

masyarakat), mengawasi penyalahgunaan kekuasaan pemerintah

(46)

2. Akuntabilitas Legal

Ini merupakan karakter dominan dari suatu negara hukum.

Pemerintah dituntut untuk menghormati aturan hukum, yang

didasarkan pada badan peradilan yang independen. Aturan hukum

yang dibuat berdasarkan landasan ini biasanya memiliki sistem

peradilan, dan semua pejabat publik dapat dituntut pertanggung

jawabannya di depan pengadilan atas semua tindakannya. Peran

lembaga peradilan dalam menegakkan akuntabilitas berbeda secara

signifikan antara negara, antara negara yang memiliki sistem peradilan

administratif khusus seperti perancis, hingga negara yang yang

memiliki tatanan hukum di mana semua persoalan hukum diselesaikan

oleh badan peradilan yang sama, termasuk yang berkaitan dengan

pernyataan tidak puas masyarakat terhadap pejabat publik. Dua faktor

utama yang menyebabkan efektivitas akuntabilitas legal adalah

kualitas institusi hukum dan tingkat akses masyarakat atas lembaga

peradilan, khususnya yang berhubungan dengan biaya pengaduan.

Institusi hukum yang lemah dan biaya yang mahal (tanpa suatu sistem

pelayanan hukum yang gratis) akan menghambat efektivitas

(47)

3. Ombudsman

Dewan ombudsmen, baik yang dibentuk di dalam suatu konstitusi

maupun legislasi, berfungsi sebagai pembela hak-hak masyarakat.

Ombudsmen mengakomodasi keluhan masyarakat, melakukan

investigasi, dan menyusun rekomendasi tentang bagaimana keluhan

tersebut diatasi tanpa membebani masyarakat. Sejak diperkenalkan

pertama kali di Swedia pada abad 19, Ombudsmen telah menyebar ke

berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Secara umum, masyarakat dapat mengajukan keluhannya secara

langsung kepada lembaga ini, baik melalui surat maupun telepon. Di

beberapa negara, misalnya Inggris, Ombudsmen dilihat sebagai

perluasan kontrol parlemen terhadap eksekutif dan keluhan

masyarakat disalurkan melalui anggota parlemen. Pada hampir semua

kasus, Ombudsmen melakukan tugas investigatifnya tanpa memungut

biaya dari masyarakat.

4. Desentralisasi dan Partisipasi

Akuntabilitas dalam pelayanan publik juga dapat ditegakkan melalui

struktur pemerintah yang terdesentralisasi dan partisipasi. Terdapat

beberapa situasi khusus di mana berbagai tugas pemerintah

didelegasikan ke tingkat lokal yang dijalankan oleh para birokrat lokal

(48)

Legitimasi elektoral juga menjadi faktor penting seperti dalam kasus

pemerintah pusat. Tetapi cakupan akuntabilitas di dalam sebuah

sistem yang terdesentralisasi lebih merupakan fungsi otonomi di

tingkat lokal. Itupun sangat bervariasi secara signifikan sesuai derajat

otonomi yang diperoleh, dari otonomi yang sangat luas seperti di AS

hingga otonomi terbatas yang umum dijumpai di negara-negara

berkembang.

Ketergantungan yang tinggi terhadap NGOs dan berbagai organisasi

dan koperasi berbasis masyarakat dalam penyediaan pelayanan publik

menjadi salah satu perkembangan yang menjanjikan bagi terwujudnya

manajemen publik yang terdesentralisasi dan bertanggung jawab.

5. Kontrol Administratif Internal

Pejabat publik yang diangkat sering memainkan peran dominan dalam

menjalankan tugas pemerintahan karena relatif permanennya masa

jabatan serta keterampilan teknis. Biasanya, kepala-kepala unit

pemerintahan setingkat menteri diharapkan dapat mempertahankan

kontrol hirarkis terhadap para pejabatnya dengan dukungan aturan dan

regulasi administratif dan finansial dan sistem inspeksi. Untuk

negara dengan struktur administratif yang lemah, terutama di

negara-negara berkembang dan beberapa negara-negara komunis, metode kontrol

(49)

Masalah ini disebabkan karena hubungan yang kurang jelas antara

kepemimpinan politik yang bersifat temporer dan pejabat publik yang

diangkat secara permanen. Jika mereka melakukan persekongkolan,

akuntabilitas tidak bisa diwujudkan (hal ini juga terjadi sejak lama di

negara-negara maju) dan jika mereka terlibat dalam konflik, maka

yang menjadi korban adalah kepentingan publik.

6. Media massa dan Opini Publik

Hampir di semua konteks, efektivitas berbagai metode dalam

menegakkan akuntabilitas sebagaimana diuraikan di atas sangat

tergantung tingkat dukungan media massa serta opini publik.

Tantangannya, misalnya, adalah bagaimana dan sejauhmana

masyarakat mampu mendayagunakan media massa untuk

memberitakan penyalahgunaan kekuasaan dan menghukum para

pelakunya. Terdapat 3 faktor yang menentukan dampak aktual dari

media massa dan opini publik.

Pertama, kebebasan berekspresi dan berserikat harus

diterima dan dihormati. Di banyak negara, kebebasan tersebut

dilindungi dalam konstitusi. Derajat penerimaan dan rasa hormat

umumnya dapat diukur dari peran media massa (termasuk perhatian

terhadap pola kepemilikan) dan pentingnya peran kelompok

kepentingan, asosiasi dagang, organisasi wanita, lembaga konsumen,

(50)

Kedua, pelaksanaan berbagai tugas pemerintah harus

transparan. Kuncinya adalah adanya akses masyarakat terhadap

informasi. Hal ini harus dijamin melalui konstitusi (misalnya, UU

Kebebasan Informasi) dengan hanya mempertimbangkan

pertimbangan keamanan nasional (dalam pengertian sempit) dan

privasi setiap individu. Informasi yang dihasilkan pemerintah yang

seharusnya dapat diakses secara luas antara lain meliputi anggaran,

akuntansi publik, dan laporan audit. Tanpa akses terhadap beragai

informasi tersebut, masyarakat tidak akan sepenuhnya menyadari

apa yang dilakukan dan tidak dilakukan pemerintah dan efektivitas

media massa akan sedikit dibatasi.

Ketiga, adanya pendidikan sipil yang diberikan kepada

warga negara, pemahaman mereka akan hak dan kewajibannya, di

samping kesiapan untuk menjalankannya.

2.2.3.3HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN AKUNTABILITAS

Banyak faktor yang menyebabkan tidak berlangsungnya

akuntabilitas di suatu negara (Angi, 2009:27) antara lain :

1. Low literacy percentage

Populasi yang kurang peduli terhadap hak-haknya dan masalah-masalah

sosial, cenderung memberikan toleransi yang tinggi terhadap

(51)

Semakin kurang rasa tolong menolong diantara anggota dan kelompok

masyarakat suatu society, akan semakin tinggi rasa tidak peduli

terhadap penyelenggara pemerintahan. Setiap individu sibuk

memikirkan diri sendiri tanpa menghiraukan kesengsaraan orang lain,

sehingga lupa pada berbagai kekurangan dalam penyelenggaraan tugas

pemerintah yang akan mengurangi akuntabilitas.

2. Poor standard of living

Pegawai dengan standar gaji yang kurang memiliki kecenderungan

untuk berusaha keras mencari penghasilan tambahan agar dapat

menghidupi keluarganya. Dalam kondisi yang demikian ini, setiap

usaha pemenuhan kebutuhan hidup tersebut dianggap normal-normal

saja dan bahkan dinilai wajib walaupun mesti mengorbankan pelayanan

kepada masyarakat dan akuntabilitas penyediaan barang publik.

Kemiskinan, kelangkaan dan job insecurity memicu orang untuk

menganggap normal bukan hanya korupsi, akan tetapi juga sogok

menyogok. Untuk mendapatkan hasil tambahan, hal ini mengakibatkan

terabaikannya akuntabilitas dan mendorong malpraktek administrasi

(52)

3. General decline in the moral value

Sikap hidup yang materialistis dan konsumerisme mendorong lack of

accountability. Sikap moral sangat menentukan dalam usaha untuk

membedakan antara nilai-nilai baik dan buruk. Sikap konsumerisme

yang terbentuk dalam suatu masyarakat dapat mengurangi atau

menurunkan moral dan tanggungjawab pegawai pemerintah pada

publik, hal inilah yang mendorong pegawai untuk mencari

uang/penghasilan melalui cara-cara yang tidak wajar bahkan seringkali

merugikan pihak-pihak yang lain.

4. A policy of live and let live

Terjadinya penurunan nilai-nilai moral, maka manusia akan semakin

mudah melakukan hal-hal yang melanggar aturan. Yang terjadi adalah

mereka saling berlomba mencari keuntungan masing-masing da

mengabaikan kepentingan nasional yang lebih besar.

2.2.4 LAPORAN DANA KAMPANYE DAN KEUANGAN PARTAI

POLITIK

Informasi keuangan disampaikan kepada pengguna eksternal dan

pengguna internal. Untuk pelaporan eksternal diatur dalam pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan

(53)

Secara umum kewajiban pelaporan keuangan partai politik juga

diatur dalam UU No. 2 tahun 2008 tentang partai politik dan SK KPU No.

676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan Sistem

Akuntansi Keuangan Partai Politik serta Pelaporan Dana Kampanye

Peserta Pemilihan Umum.

PSAK membantu pihak partai politik sebagai tuntunan dalam

menghasilkan laporan keuangan secara rinci. Pada sisi yang lain, Kantor

Akuntan Publik (KAP) sebagai institusi pemeriksa partai politik

menggunakan PSAK ini sebagai dasar pemeriksaannya. Stakeholder partai

politik seperti donatur, anggota, simpatisan, masyarakat dan pemerintah

juga dapat memahami angka yang tertera dalam laporan keuangan partai

politik berangkat dari basis pemahaman yang sama juga. Artinya, definisi,

format dan bentuk laporan keuangan tersebut sudah standar dan seragam

untuk semua lembaga nirlaba termasuk partai politik yang menggunakan

PSAK No. 45.

Partai politik merupakan jenis organisasi nirlaba. Beberapa ciri

khas partai menggolongkan partai politik dalam organisasi nirlaba, antara

lain : tujuan partai adalah organisasi non profit oriented, sumber

pendanaan partai bersumber dari sumbangan donatur, bantuan pemerintah

dan iuran dari anggota. Sedangkan pertanggungjawaban partai adalah

(54)

Laporan keuangan partai merupakan komponen penting untuk

menciptakan akuntabilitas partai. Informasi keuangan memberikan dasar

pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Informasi keuangan

merupakan alat untuk melaksanakan akuntabilitas secara efektif. Tujuan

laporan keuangan partai politik adalah menyediakan informasi yang

berguna untuk pengambilan keputusan, disamping untuk menunjukkan

akuntabilitas organisasi terhadap sumber daya terpercaya dengan :

1. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi dan

penggunaan sumber daya keuangan.

2. Menyediakan informasi mengenai bagaimana partai politik

mendanai aktivitasnya dan memenuhi prasyarat kasnya.

3. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi

kemampuan partai politik dalam mendanai aktivitasnya dan untuk

memenuhi kewajiban serta komitmennya.

4. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan partai politik

dan perubahan di dalamnya.

5. Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam

mengevaluasi kinerja organisasi partai politik dari segi efisiensi dan

(55)

Laporan keuangan partai politik juga memainkan peranan prediktif dan prospektif yang menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi banyaknya sumber daya yang diisyaratkan untuk keberlanjutan organisasi, sumber daya yang dapat dihasilkan oleh organisasi partai politik serta ketidakpastian kondisi ekonomi.

Laporan keuangan yang dibuat oleh partai politik adalah laporan

keuangan tahunan dan laporan dana kampanye. Penyusunan Laporan

Keuangan Tahunan Partai Politik mengacu pada PSAK (Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan) No. 45 tentang akuntansi untuk organisasi

nirlaba, yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas

laporan berikut ini :

• Laporan Posisi Keuangan

• Laporan Aktivitas

• Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas

• Laporan Arus Kas

(56)

Laporan dana kampanye (LDK) adalah laporan gabungan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye partai politik (LPPDKP) di tingkat kabupaten/ kota, partai politik tingkat provinsi, dan partai politik tingkat pusat sebagai bentuk pengendalian internal organisasi partai politik (Pasal 4 ayat (1) Per KPU No. 01 Tahun 2009).

(57)

2.2.4.1PENGATURAN LAPORAN DANA KAMPANYE

Berikut ini beberapa pengaturan dana kampanye yang terdapat dalam UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,

DPD, dan DPRD khusus dana kampanye, yaitu :

1. Pasal 129 ayat 1) : Kegiatan kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD

provinsi, dan DPRD kabupaten/kota didanai dan menjadi tanggung jawab

Partai Politik Peserta Pemilu masing-masing.

2. Pasal 129 ayat 2) : Dana kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) bersumber dari :

a. partai politik;

b. calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari

partai politik yang bersangkutan

c. sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain.

3. Pasal 129 ayat 3) : Dana kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat berupa uang, barang dan/atau jasa.

4. (Pasal 129 ayat 4) : Dana kampanye Pemilu berupa uang sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) ditempatkan pada rekening khusus dana kampanye

(58)

5. (Pasal 129 ayat 4) : Pembukuan dana kampanye Pemilu sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) dimulai sejak 3 (tiga) hari setelah partai politik

ditetapkan sebagai Peserta Pemilu dan ditutup 1 (satu) minggu sebelum

penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye kepada

kantor akuntan publik yang ditunjuk KPU.

6. (Pasal 130 ayat 1) : Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan

pihak lain perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 ayat (2)

huruf c tidak boleh melebihi Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

7. (Pasal 130 ayat 2) :Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan

pihak lain kelompok, perusahan, dan/atau badan usaha nonpemerintah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 ayat (2) huruf c tidak boleh

melebihi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

8. (Pasal 130 ayat 3) : Pemberi sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) harus mencantumkan identitas yang jelas.

9. (Pasal 139 ayat 1) :Peserta Pemilu dilarang menerima sumbangan yang

berasal dari:

a. pihak asing

b. penyumbang yang tidak jelas identitasnya

c. pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, dan badan

(59)

d. pemerintah desa dan badan usaha milik desa.

10. (Pasal 276) : Setiap orang yang memberi atau menerima dana kampanye

melebihi batas yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131

ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 133 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 24 (dua

puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

11. (Pasal 280) : Pelaksana kampanye yang terbukti menerima sumbangan

dan/atau bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36

(tiga puluh enam) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua

belas juta rupiah) dan paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam

juta rupiah).

12. (Pasal 281) : Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan

tidak benar dalam laporan dana kampanye sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 134 dan Pasal 135 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 24 (dua puluh

empat) bulan dan denda paling sedikit Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)

(60)

2.2.4.2PERTANGGUNGJ AWABAN LAPORAN DANA KAMPANYE

Ada beberapa hal positif menyangkut pertanggungjawaban dana kampanye dalam UU No. 10 Tahun 2008. Per tama, dana kampanye pemilu berupa uang ditempatkan pada rekening khusus dana kampanye parpol peserta pemilu atau calon anggota DPD yang bersangkutan pada bank.

Dana kampanye pemilu dicatat dalam pembukuan penerimaan dan pengeluaran khusus yang terpisah dari pembukuan keuangan partai politik, yang dimulai sejak 3 hari setelah parpol ditetapkan sebagai peserta pemilu dan ditutup 1 minggu sebelum penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk KPU. Parpol peserta pemilu sesuai dengan tingkatannya dan calon anggota DPR memberikan laporan awal dana kampanye Pemilu dan rekening khusus dana kampanye kepada KPU/KPUD paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum hari pertama jadwal pelaksanaan kampanye dalam bentuk rapat umum. Laporan dana kampanye parpol peserta pemilu dan calon anggota DPD yang meliputi penerimaan dan pengeluaran disampaikan kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU paling lama 15 hari sesudah hari/tanggal pemungutan suara.

(61)

dibelanjakan dengan dana yang diterima partai. Rincian pengeluaran harus dihitung sesuai harga pasar. Ketiga, semua bentuk dana kampanye harus dicatat, dilaporkan, dan diaudit. Dana kampanye pemilu yang berupa barang atau jasa juga harus dicatat berdasarkan harga pasar yang wajar berlaku saat sumbangan tersebut diterima.

(62)

hasil audit dari kantor akuntan publik dan mengumumkan hasilnya kepada publik paling lambat 10 hari setelah diterimanya laporan hasil pemeriksaan. Pencatatan parpol buruk dan pedoman audit yang tidak siap tepat waktu akan menyebabkan dana kampanye (hampir pasti) tidak dapat diaudit.

(63)

2.2.4.3ANCAMAN UU NO.10 TAHUN 2008 KEPADA PARTAI POLITIK

UU No. 10 Tahun 2008 mengancam partai politik peserta pemilu

pada setiap tingkatan atau calon anggota DPD yang tidak menyampaikan

laporan awal dana kampanye kepada KPU/KPUD sampai batas waktu

yang ditentukan dikenai sanksi berupa pembatalan sebagai peserta pemilu

pada wilayah yang bersangkutan.

Sedangkan partai politik peserta pemilu pada setiap tingkatan atau calon

anggota DPD yang tidak menyampaikan laporan penerimaan dan

pengeluaran dana kampanye kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk

oleh KPU sampai batas waktu yang ditentukan dikenai sanksi berupa tidak

ditetapkannya calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota,

dan DPD menjadi calon terpilih (www.politik.lipi.go.id/2009).

2.2.4.4AKUNTABILITAS DANA KAMPANYE

Di seluruh belahan dunia, Pemilu merupakan momen terbesar

demokrasi. Terbesar dari segi anggaran yang harus dikeluarkan, terbesar

gesekan politiknya dan terbesar pengaruhnya terhadap keberlanjutan

pembangunan sosial politik suatu negara. Kampanye Partai Politik

merupakan momen khusus dalam rangkaian Pemilu yang disediakan oleh

KPU bagi para kontestan Pemilu.

Masa kampanye yang sudah ditentukan waktunya, setiap

(64)

masyarakat, selama masih berada dalam rambu-rambu yang mengatur

ketentuan kampanye dari KPU. Akuntabilitas yang tinggi dapat

meminimalisir kecurigaan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi

munculnya konflik.

Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan sistem

pelaporan dana kampanye secar

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang dalam rangka mewujudkan tertib administrasi dan menumbuhkan kesadaran

Penelitian dilakukan untuk mencari jenis, bentuk, dan penyebab kesalahan penggunaan struktur frasa subordinatif pewatas-inti bahasa Mandarin pada kalimat pembelajar yang

Adapun Chaer di dalam buku Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (1994: 335-336) memberikan pemaknaan khusus terhadap perulangan itu, bahwa ada beberapa makna yang dapat

Hasil dari penelitian maka dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.. Hasil penelitian dan uji

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh minat dan hasil belajar seni musik siswa yang diajarkan dengan

Selain itu penelitian ini juga berguna untuk mempelajari senyawa – senyawa kimia yang terdapat di alam yang dapat menghambat terjadinya pertumbuhan kerak, yaitu senyawa

5. /iketahui garis l dan titik P tidak pada l 9gambar 3.6>, maka akan ditunjukkan bah%a hanya ada satu garis melalui P yang tidak pada l . diketahui bah%a ada garis melalui P

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur atas, rahmat, ridho dan ijin Allah SWT yang selalu dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi