(Studi Kasus DPW PAN J AWA TIMUR pada Pemilu 2009)
SKRIPSI
Diajukan Oleh : Afiatus Sobr ina 0813010165/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
(Studi Kasus DPW PAN J AWA TIMUR pada Pemilu 2009)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan
dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi Pr ogr am Studi Akuntansi
Diajukan Oleh : Afiatus Sobr ina 0813010165/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah
melimpahkan kasih dan sayangnya, rahmat dan ridhonya, serta tak lupa juga
Salam Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Transparansi dan Akuntabilitas
Laporan Dana Kampanye Partai Politik Ditinjau dari Segi Good Governance”
(Studi Kasus DPW PAN Jawa Timur pada Pemilu 2009), sebagai salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Selesainya penyusunan skripsi ini, sebenarnya tidak lepas dari banyak
pihak yang telah membantu, baik dalam motivasi moral, spiritual, tukar pikiran,
material dan hal-hal lain yang menumbuhkan kesadaran dalam diri penulis,
sehingga banyak melahirkan inspirasi kecerdasan nalar. Dalam konteks ini semua,
perkenankan penulis untuk mengucapkan ribuan terima kasih kepada mereka
semua yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan Strata 1 di
UPN “Veteran” Jawa Timur :
1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Bapak
Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP.
2. Dekan Fakultas Ekonomi, Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM.
3. Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi, Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, M.Si.
4. Dosen Wali penulis, Bapak Drs. Munari, MM.
Pak Riffa, Mas Mahmudi, Mas Udin, Mas Noval, Mas Hari DPRD,
terimakasih atas bantuannya selama saya menyusun skripsi.
8. Kepada kedua orang tuaku, Alm Papa Noer Said dan Mama Arofatul
Machmudah, terimakasih atas jasa dan cinta kalian.
9. Kepada Om Ali dan Tante Ita, terimakasih atas bantuannya untuk
membiayai kuliahku di UPN “Veteran” Jawa Timur.
10.Kepada keluarga besar Moeslimin, terimakasih atas dukungan dan cinta
kalian.
11.Kepada teman-teman dan sahabatku, terimakasih atas dukungan kalian
semua.
12. Kepada Aditya Ramadhan kekasihku, terimakasih telah mendampingi dan
mendukungku selama ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna untuk semua, saran
dan kritik masih banyak diharapkan, karena penulis menyadari tulisan ini
masih sangat jauh dari sempurna.
Surabaya, 24 April 2012
Oleh :
Afiatus Sobrina
ABSTRAK
Salah satu wujud perlibatan masyarakat dalam proses politik adalah Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur dan arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu. Pemilu memiliki fungsi utama untuk menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar menghendaki kehendak rakyat. Oleh karena itu, pemilu merupakan salah satu sarana legitimasi kekuasaan. Sebagai sebuah organisasi publik yang memiliki peran penting di suatu negara, maka tuntutan akan Good Governance partai politik tidak dapat dielakkan. Good governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Dalam hal ini adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam menyusun laporan dana kampanye sangat berperan dalam membantu pelaksanaan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance). Karena bagaimanapun juga, good governance akan menghasilkan birokrasi yang handal dan profesional, efisien, produktif serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemenuhan transparansi dan akuntabilitas Laporan Dana Kampanye Partai Politik pada Pemilu 2009. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif, untuk menggali dan menjelaskan tentang keterbukaan dan pertanggungjawaban Partai Politik akan Laporan Dana Kampanye yang dibuat saat Pemilu.
Berdasarkan observasi bahwa ditemukan pertanggungjawaban dan keterbukaan DPW PAN Jawa Timur mengenai pelaporan dana kampanye yang disampaikan setiap kegiatan evaluasi internal partai, termasuk sudah efektif dan efisien dalam mengatur program serta pengelolaan keuangan selama Kampanye.
DAFTAR ISI . . . iii
DAFTAR TABEL . . . viii
DAFTAR LAMPIRAN . . . ix
ABSTRAK . . . x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. . . .1
1.2 FOKUS PENELITIAN. . . .. . . .7
1.3 PERUMUSAN MASALAH. . . 7
1.4 TUJUAN PENELITIAN. . . .7
1.5 MANFAAT PENELITIAN. . . .8
BAB 2 TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 HASIL – HASIL PENELITIAN TERDAHULU . . . 9
2.2 LANDASAN TEORI. . . .13
2.2.1 PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN. . . .13
2.2.1.2 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN. . . ..14
2.2.2 PENGERTIAN GOOD GOVERNANCE. . . .18
2.2.2.1 PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE. . . .19
2.2.2.2 PILAR-PILAR GOOD GOVERNANCE. . . .. . . .21
2.2.2.3 UNSUR-UNSUR GOOD GOVERNANCE. . . . .. . . .23
2.2.2.4 GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA. . . .. . 25
2.2.3 TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS. . . . .. . . .28
2.2.3.1 TIGA DIMENSI AKUNTABILITAS. . . .30
2.2.3.2 METODE UNTUK MENEGAKKAN AKUNTABILITAS . . . . . . 33
2.2.3.3 HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN AKUNTABILITAS . . . 38
2.2.4 LAPORAN DANA KAMPANYE DAN KEUANGAN PARTAI POLITIK . . . 40
2.2.4.1 PENGATURAN LAPORAN DANA KAMPANYE .. . . .45
2.2.4.4 AKUNTABILITAS DANA KAMPANYE.. . .. . . .51
2.3 KERANGKA PIKIR. . . .52
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN. . . 53
3.1.2 ALASAN KETERTARIKAN PENELITI. . . .. . . .57
3.2 INFORMAN. . . .59
3.3 LOKASI PENELITIAN . . . .61
3.4 SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA. . . .61
3.5 TEKNIK ANALISIS. . . .65
3.6 PENGUJIAN KREDIBILITAS DATA. . . 66
BAB 4 DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1 PENDAHULUAN . . . 69
4.2 SEJARAH PARTAI POLITIK DI INDONESIA . . . 69
4.3 PARTAI POLITIK DI MASA ORDE BARU . . . .71
4.4 SEJARAH BERDIRINYA PAN DI INDONESIA . . . . . . .73
4.8 SUSUNAN PENGURUS DPW PAN JAWA TIMUR . . . ..78
BAB 5 ANALISIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS LAPORAN
DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK DITINJ AU DARI SEGI
GOOD GOVERNANCE (Studi Kasus DPW PAN J awa Timur pada
Pemilu 2009)
5.1 PEMAHAMAN MENGENAI GOOD GOVERNANCE . . . 79
5.2 PENGELOLAAN GOOD GOVERNANCE DI DPW PAN JAWA
TIMUR . . . 82
5.3 PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN DANA
KAMPANYE PARTAI POLITIK . . . 90
5.4 TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS MENGENAI
PENGELOLAAN LAPORAN DANA KAMPANYE DPW PAN
JAWA TIMUR PADA PEMILU 2009. . . .96
5.5 KETERBATASAN PENELITI . . . 106
6.2 SARAN . . . 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu wujud perlibatan masyarakat dalam proses politik
adalah pemilihan umum (pemilu). Pemilu merupakan sarana bagi
masyarakat untuk ikut menentukan figur dan arah kepemimpinan negara
atau daerah dalam periode tertentu. Pemilu memiliki fungsi utama untuk
menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar menghendaki kehendak
rakyat. Oleh karena itu, pemilu merupakan salah satu sarana legitimasi
kekuasaan.
Sebagai sebuah organisasi publik yang memiliki peran penting di suatu negara, maka tuntutan akan Good Governance partai politik tidak dapat dielakkan. Good governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Dalam hal ini adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Birokrasi pemerintahan kita sampai saat ini sangat payah dan sudah
menjadi rahasia bersama. Tingkat kepayahan tersebut kemudian berakibat
pada rendahnya pertumbuhan ekonomi, hilangnya rasa aman dan pada
akhirnya dapat menandaskan rasa kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah. Sebagian kelompok masyarakat sudah sampai pada taraf mati
rasa. Baginya, keberadaan pemerintah dengan ketiadaannya sudah tidak
dapat dirasakan bedanya. Namun, masih banyak yang berpandangan
optimis bahwa kondisi saat ini, meski tidak banyak, tetap lebih baik dari
masa lalu. Setidaknya masih ada ruang kebebasan untuk menyuarakan
masa depan bangsa. Karena itu, perbaikan terhadap birokrasi merupakan
hal yang fardlu hukumnya (poerwos.wordpress.com/2008).
Hiruk pikuk kampanye partai politik yang sampai saat ini masih
dirasakan masyarakat adalah adanya money politik pada masa kampanye,
seperti pembagian uang transport, pembagian uang palsu, sembako, durasi
iklan yang berlebihan, bahkan menyewa heli sampai sumbangan pesawat
terbang yang digunakan turun ke daerah-daerah untuk kampanye. Belum
lagi kemampuan partai politik yang memasang bendera, spanduk, baleho
yang begitu besar hingga menutup gapura di seluruh kota. Masyarakat
pasti berpikir, dari mana sumber keuangannya?
Pemikiran seperti ini akan tumbuh dan tetap hidup dalam pikiran
masyarakat apabila partai politik tidak juga menyampaikan laporan dana
politik mungkin masih beripikir tradisional dan tertutup. Padahal publik
sebagai pemilih pasti akan mengukur kinerja partai politik dengan
pengukuran keuangan dan non keuangan. Dengan pengukuran keuangan,
tentu masyarakat sebagai stakeholder berkepentingan terhadap
pertanggungjawaban keuangan dan akan menilai detail sumber dana dan
penggunaan dana kampanye serta keuangan partai politik
(www.waspada.co.id)
Karakter dasar partai politik adalah meraih kekuasaan atas nama
rakyat, yang dilakukan melalui Pemilihan Umum (Pemilu). Bila menang
dalam pemilu, partai politik akan memegang kekuasaan melalui jalur
pengambil keputusan (eksekutif) dan jalur pembuat kebijakan (legislatif).
Setiap keputusan yang dibuat oleh partai politik melalui kedua jalur
tersebut selalu mengatasnamakan rakyat dan berimplikasi luas terhadap
kehidupan rakyat. Oleh karena itu, partai politik seharusnya memastikan
bahwa setiap tindakan yang dilakukan demi rakyat yang diwakilinya bebas
dari politik uang dan pengaruh kelompok kepentingan. Namun pada
kenyataannya, sulit sekali melepaskan partai politik dari pengaruh
kelompok kepentingan, karena kehidupan partai politik justru tergantung
pada sumbangan yang diterimanya (Artikel Dahnil Anzar, 2008) .
Sayangnya tidak semua partai politik terbuka untuk membeberkan berapa
jumlah dana kampanye yang diterima maupun dikeluarkan untuk
keperluan selama pemilu.
Transparency International Indonesia memperkirakan banyak dana
kampanye pemilihan umum yang tidak dilaporkan partai politik ke Komisi
Pemilihan Umum. Perkiraan lembaga ini didasarkan pada perbedaan nilai
belanja kampanye, termasuk belanja media, yang dikeluarkan partai politik
dengan dana yang diperoleh selama masa kampanye lalu.
Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia, Emmy
Hafild, mengatakan bahwa di negara-negara lain, hal seperti ini dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran berat pemilihan umum. Bahkan ada
negara yang mengindikasikan ini sebagai modus pencucian uang.
Berdasarkan perhitungan Transparency International, selama
kampanye yang lalu, PDI Perjuangan paling tidak membelanjakan Rp 241
miliar untuk kampanye. Partai ini merupakan pembelanja kampanye
paling besar. Setelah PDIP, Partai Golkar berada di urutan kedua dengan
belanja kampanye sebesar Rp 169 miliar. Berdasarkan data yang
dilaporkan kedua partai itu ke Komisi Pemilu, saldo akhir dari dana
kampanye yang berhasil dikumpulkan PDIP hanya sebesar Rp 111 miliar,
sedangkan saldo akhir rekening Partai Golkar dalam pengumpulan dana
Laporan yang diterbitkan lembaga itu, seluruh partai yang lolos
electoral threshold (ambang batas perolehan suara dalam pemilihan umum)
tercatat memiliki perbedaan antara dana yang dipakai kampanye dan
perolehan sumbangan. Partai Kebangkitan Bangsa, misalnya, dihitung
mengeluarkan Rp 95 miliar, namun tak mencatatkan sama sekali berapa
dana yang mereka dapat. Ini juga terjadi pada Partai Amanat Nasional,
Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Keadilan
Sejahtera. Bahkan dari seluruh partai yang dilaporkan, hanya PDIP dan
PAN yang melaporkan identitas penyumbang dan jumlah sumbangannya
(www.antikorupsi.org).
Pertanggungjawaban yang sangat minim inilah, maka dibutuhkan
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber keuangan partai
politik. Sebagai institusi publik, maka partai politik harus
mempertanggungjawabkan seluruh tindakannya kepada publik, termasuk
secara transparan melaporkan kepada publik sumber-sumber keuangan
yang diperoleh dalam membiayai kegiatan partai politik bersangkutan.
Karena, melalui transparansi sumber dan pengelolaan keuangan partai
politik, maka publik akan mudah mengawasi dan menilai kebijakan serta
gerakan politik yang dibuat oleh partai politik. Dengan partai politik yang
tidak akuntabel dan transparan, jangan pernah berharap adanya
pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (Artikel Dahnil
Bentuk transparansi dan akuntabilitas partai politik kepada publik atas aktivitas yang dilaksanakannya adalah dengan menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun tentunya harus memenuhi standar agar dapat dipahami secara luas (universal). Laporan keuangan yang dibuat oleh partai politik adalah laporan keuangan tahunan dan
laporan dana kampanye. Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Partai
Politik mengacu pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
No. 45 tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba, yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia.
Transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam menyusun
laporan dana kampanye sangat berperan dalam membantu pelaksanaan tata
kepemerintahan yang baik (Good Governance). Karena bagaimanapun
juga, good governance akan menghasilkan birokrasi yang handal dan
profesional, efisien, produktif serta memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis akan
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS LAPORAN DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK
DITINJAU DARI SEGI GOOD GOVERNANCE (Studi Kasus Laporan
Dana Kampanye Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional (DPW
1.2 FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang menjadi
fokus penelitian sebagai berikut :
1. Pemahaman mengenai pencatatan Laporan Keuangan Partai Politik.
2. Menganalisa transparansi dan akuntabilitas Laporan Dana Kampanye
Partai Politik ditinjau dari segi good governance.
3. Laporan Keuangan yang dimaksud adalah Laporan Penerimaan dan
Pengeluaran Dana Kampanye Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat
Nasional ( DPW PAN) Jawa Timur pada Pemilu 2009.
1.3 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan diatas, maka
permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan : “Apakah Laporan Dana
Kampanye DPW PAN JAWA TIMUR pada Pemilu 2009 telah memenuhi
kriteria transparansi dan akuntabilitas ditinjau dari segi good
governance??”
1.4 TUJ UAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemenuhan
transparansi dan akuntabilitas Laporan Dana Kampanye Partai Politik pada
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi penulis : Untuk memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih
mendalam mengenai transparansi dan akuntabilitas laporan dana
kampanye serta hubungannya dengan good governance.
2. Bagi objek yang diteliti : Dapat dijadikan sebagai masukan dalam
merumuskan kebijaksanaan serta tindakan-tindakan selanjutnya
sehubungan dengan transparansi dan akuntabilitas laporan dana kampanye
dan good governance.
3. Bagi masyarakat : Dapat dijadikan sebagai informasi untuk bahan
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 HASIL-HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penulis :
1. Her nisah (2005-Fakultas Ekonomi Univer sita s
Widyatama-Bandung)
“Analisis Akuntabilitas Laporan Keuangan Ditinjau dari Segi Good
Corporate Governance” (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk.)
a. Permasalahan : Apakah laporan keuangan yang dihasilkan PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk. telah memenuhi kriteria
akuntabilitas menurut Good Coorporate Governance?
b. Tujuan : Untuk mengetahui pemenuhan akuntabilitas laporan
keuangan dari segi Good Coorporate Governance pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
c. Kesimpulan : Laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia
• Dalam RUPS tahunan, keputusan RUPS adalah menerima
laporan keuangan.
• Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam laporan keuangan telah
diungkapkan secara proporsional.
• Telah dipenuhinya aspek akuntabilitas, yaitu integritas
keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
2. Sugiono Poulus (2009-Fakultas Ekonomi Univer sitas Padjajar
an-Bandung)
“Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas Partai Politik Dalam
Menyusun Laporan Dana Kampanye Terhadap Efektivitas Pelaksanaan
Prosedur Audit Laporan Dana Kampanye Pemilu Legislatif 2009”.
a. Permasalahan : Untuk membuktikan pengaruh transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam menyusun Laporan Dana Kampanye terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit laporan dana kampanye Pemilu Legislatif.
b. Tujuan : Menganalisis pengaruh transparansi dan akuntabilitas
dalam pemyusunan laporan kungan terhadap efektivitas prosedur
audit Laporan Dana Kampanye Pemilu Legislatif, baik secara
c. Kesimpulan :
• Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara
transparansi dan akuntabilitas partai politik dalam menyusun
laporan dana kampanye terhadap efektivitas pelaksanaan
prosedur audit laporan dana kampanye.
• Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
transparansi partai politik dalam menyusun laporan dana
kampanye terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit
laporan dana kampanye. Sedangkan akuntabilitas partai politik
dalam menyusun laporan dana kampanye tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap efektivitas pelaksanaan
prosedur audit laporan dana kampanye.
3. Yohana Febiani Angi (2009-Magister Akuntansi Univer sitas
Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur )
“Akuntabilitas Keuangan Partai Politik” (Studi pada DPD PDI
Perjuangan Provinsi Jawa Timur)
a. Permasalahan : Untuk mengetahui bagimana pengelolaan keuangan
pada DPD PDI Perjuangan dan bagaimana pertanggungjawaban
b. Tujuan : Memberikan gambaran mengenai pengelolaan keuangan
serta pertanggungjawaban pada DPD PDI Perjuangan Provinsi
Jawa Timur.
c. Kesimpulan :
• DPD PDI Perjuangan telah membuat Anggaran Pendapatan dan
Belanja Partai Tahunan (APBPT) sebagai wujud pengelolaan
partai. APBPT tersebut mengatur tentang pemasukan dan
pengeluaran dana dengan jelas.
• Penyusunan rancangan APBPT DPD PDI Perjuangan Provinsi
Jawa Timur berpedoman kepada program kerja pengurus partai
dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan partai.
• Pada DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Timur, setiap
penerimaan sumbangan dicatat dan dibukukan dalam laporan
penerimaan sumbangan dan daftar sumbangan, pengungkapan
identitas donatur dan besarnya jumlah sumbangan dicatat
dalam pembukuan.
• Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan DPD PDI
Perjuangan disampaikan setiap tahun oleh bendahara DPD
dalam rapat DPD dan pada akhir masa jabatan kepengurusan
partai bersamaan dengan penyampaian pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban pengurus dilampiri dengan laporan
pemeriksaan/hasil audit dari BPK dan KAP.
Penelitian terdahulu yang telah diulas memiliki kesamaan dalam
bentuk teori transparansi dan akuntabilitas, namun penelitian yang
sekarang ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak pada
waktu, sampel, obyek dan metodologi penelitian. Oleh karena itu,
penelitian sekarang bukan replikasi dari penelitian terdahulu.
2.2 LANDASAN TEORI
2.2.1 PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat dibutuhkan
dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan didefinisikan oleh
Kasmir (2008:6) sebagai berikut : “Dalam praktiknya laporan keuangan
oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan
disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu
dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti”.
Djarwanto (2004:5) menyebutkan bahwa “Laporan keuangan pada
dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang
terjadi dalam suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil
Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan
manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai
kepentingan dengan data keuangan perusahaan”.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan
keuangan, berikut merupakan definisi yang dikutip dari PSAK 2009 :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meiputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah suatu laporan yang berisi informasi tentang kondisi keuangan dari
hasil operasi perusahaan pada periode tertentu.
2.2.1.2 TUJ UAN LAPORAN KEUANGAN
Tujuan laporan keuangan menurut Kasmir (2008:10) yaitu
“Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan
suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu.
Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi
keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki
Tujuan laporan keuangan menurut PSAK 2009 adalah
“menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
2.2.1.3 KARAKTERISTIK LAPORAN KEUANGAN
PSAK 2009 menyebutkan karakteristik laporan keuangan sebagai
berikut:
1. Dapat dipahami.
Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan.
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu.
3. Keandalan.
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan. Untuk dapat diandalkan, informasi
akuntansi juga memiliki karakteristik sebagai berikut : penyajian jujur,
substansi mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat dan
kelengkapan.
4. Dapat dibandingkan.
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi
dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
2.2.1.4 UNSUR – UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Unsur-unsur Laporan Keuangan yang terdapat dalam PSAK 2009
antara lain:
1. Aset
Aset perusahaan berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di
masa lalu. Perusahaan biasanya memperoleh aset melalui pembelian
atau produksi sendiri, tetapi transaksi atau peristiwa lain juga dapat
menghasilkan aset, misalnya properti yang diterima perusahaan dari
pemerintah sebagai bagian dari program untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah.
2. Kewajiban
Kewajiban merupakan suatu tugas atau tanggungjawab untuk bertindak
sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban juga timbul dari transaksi atau
peristiwa masa lalu.
3. Ekuitas
Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam neraca bergantung pada
pengukuran aset dan kewajiban.
4. Kiner ja
Penghasilan bersih (laba) serungkali digunakan sebagai ukuran kinerja
atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain, seperti imbal hasil investasi
atau laba per saham.
5. Penghasilan
6. Beban
Mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang biasa.
7. Penyesuaia n Pemeliharaan Modal.
Menurut konsep pemeliharaan modal tertentu, kenaikan dan penurunan
ini tidak dimasukkan dalam laporan laba rugi.
Sebagai alternatif, pos ini dimasukkan dalam ekuitas sebagai
penyesuaian pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.
2.2.2 PENGERTIAN GOOD GOVERNANCE
UNDP (United Nation Development Program) mendefinisikan
governance sebagai “Penggunaan wewenang ekonomi, politik dan
administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat.
Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses, dan
lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan
kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan
menjembatani perbedaan-perbedaan di antara mereka”
(rochmanonline.blogspot.com/2008).
Andrianto (2007:24) mendefinisikan good governance menurut
world bank sebagai “suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan
yang solid dan bertanggungjawab serta sejalan dengan prinsip demokrasi
pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan
disiplin anggaran, serta penciptaan legal dan political framework bagi
tumbuhnya aktivitas usaha”.
2.2.2.1PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE
Andrianto (2007:24) menyebutkan bahwa baik buruknya
pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur
prinsip-prinsip good governance berikut :
1. Par tisipasi masyar akat
Partisipasi menyeluruh dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul
dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi
secara konstruktif.
2. Tegaknya Supr emasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,
termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi
manusia.
3. Tr anspar ansi
Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh
proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan informasi yang
tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder s
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha
5. Ber or ientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan
yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam
hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat dan bila
mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur.
6. Keseta r aan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektivitas dan efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil
sesuai kebutuhan warga masyarakat dengan menggunakan
sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab, baik kepada masyarakat
maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya, tergantung
kepada jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Str ategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh
serta kepekaan atas apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut.
Partai Politik yang merupakan organisasi non profit sangat
mendapat sorotan dari banyak pihak seperti media massa dan publik.
Sebenarnya pertai politik sebagai wujud perwakilan aspirasi rakyat
(legislatif) dalam kehidupan berdemokrasi, partai politik dapat
menggunakan kelembagaannya sebagai isu sentral, dengan landasan
pemikiran partai politik sebagai penjelmaan aspirasi, harus dapat
mewujudkan setiap keinginan masyarakat yang mewakilinya (akuntabilitas
publik). Disini, akuntabilitas publik merupakan kewajiban pihak
pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, penyajian,
melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas yang menjadi
tanggungjawabnya kepada pemberi amanah yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut
(www.waspada.co.id)
2.2.2.2PILAR – PILAR GOOD GOVERNANCE
Andrianto (2007:26) menyebutkan bahwa Good Governance
hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh lembaga yang
melibatkan kepentingan publik. Pilar-pilar Good Governance tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Negar a
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil
b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable
d. Menegakkan HAM
e. Melindungi lingkungan hidup
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik
2. Sektor Swasta
a. Menjalankan industri
b. Menciptakan lapangan kerja
c.Menyediakan insentif bagi karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat
e. Memelihara lingkungan hidup
f. Menaati peraturan
g. Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM
3. Masyar akat Madani
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
b. Mempengaruhi kebijakan public
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat
2.2.2.3UNSUR – UNSUR GOOD GOVERNANCE
Tjokroamidjojo menyatakan bahwa yang dimaksudkan dengan
good governance adalah terdapatnya beberapa unsur untuk dapat
terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan masyarakat. Di mana unsur-unsur tersebut
harus dapat ditegakkan sehingga akan dapat tercapai sebagaimana yang
dimaksudkan, serta diamanahkan dalam UU No. 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (poerwos.wordpress.com/2008) . Unsur-unsur tersebut antara
lain :
1. Ak untabilitas (accountability) – tanggung gugat dari pengurusan
/penyelenggaraan, dari governance yang dilakukan. Menurut LAN
(Lembaga Administrasi Negara), akuntabilitas adalah kewajiban
untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan
menerangkan kinerja dan tindakan seorang pemimpin suatu unit
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang
meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas ada akuntabilitas
2. Transparansi (tr anspar ancy) - Transparansi yaitu dapat diketahuinya
oleh banyak pihak (yang berkepentingan mengenai perumusan
kebijaksanaan (politik) dari pemerintah, organisasi, badan usaha.
Tender pelelangan dan lain-lain dilakukan secara transaparan.
3. Keter bukaan (openes) - Pemberian informasi secara terbuka, terbuka
untuk open free suggestion, dan terbuka terhadap eritic yang
merupakan partisipasi. Keterbukaan bisa meliputi bidang politik dan
pemerintahan.
4. Atur an Hukum (Rule of Law)
Keputusan, kebijakan pemerintah, organisasi, badan usaha berdasar
hukum (peraturan yang sah). Jaminan kepastian hukum dan rasa
keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh
juga dalam social economic transaction. Conflict resolution berdasar
hukum (termasuk arbitrase). Institusi hukum yang bebas, dan
kinerjanya yang terhormat. Dasar-dasar dan institusi hukum yang baik
sebagai infrastuktur good governance.
5.Ada yang yang menambahkan jaminan fair ness, a level playing field
(perlakuan yang adil / perlakuan kesetaraan) Adamolekun dan Briyant
menambahkan dalam unsur-unsur good governance, yaitu
management competency dan human rights (kompetensi manajemen
2.2.2.4GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA
Good Governance, bila kita kupas : "Good" rnaknanya adalah
nilai-nilai yang menjunjung tinggi kehendak rakyat dan meningkatkan
kemampuannya demi pencapaian tujuan serta berguna dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.
"Governance" maknanya pemerintahan berfungsi secara efektif dan
efisien dalam upaya mencapai tujuan nasional yangtelah digariskan, dalam
Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Apa nilai-nilai dasar yang ada di
Indonesia? Musyawarah mufakat, menjunjung moralitas, bersikap terbuka,
tanggap, menjaga persatuan, berkeadilan sosial, bergotong-royong,
bertanggung jawab dan berkeinginan luhur. Orientasi ideal Good
Governance diarahkan pada pencapaian tujuan nasional secara efektif dan
efisien. Tujuan Nasional (Alinea IV Pembukaan UUD 1945) :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dengan demikian maka Good Governance Indonesia, didefinisikan
sebagai praktek penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis dan
berkemampuan mengelola berbagai sumberdaya yang bersifat sosial dan
Indonesia berdasarkan azas musyawarah dan mufakat. Sedangkan
wujudnya di Indonesia berupa penyelenggaraan tata pemerintahan yang
bersih dan berwibawa, efisien dan efektif, tanggap dan bertanggungjawab,
bertindak dan berpihak pada kepentingan rakyat serta mampu menjaga
keselarasan hubungan kemitraan melalui proses interaksi yang dinamis dan
konstruktif antara pemerintah , rakyat, dan berbagai kelompok kepentingan
di dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila.
Kemasan wujud good governance dalam paradigma dalam negeri,
terefleksi dari penekanan pokok-pokok kebijakan yang mencakup empat
bidang, yaitu :
1) Politik : memposisikan pemerintah sebagai fasilitator, mendorong
dialogis yang interaktif, dan dorongan untuk berkembangnya lembaga
politik dan tradisi.
2) Pemer intahan dalam neger i : pengakuan kewenangan daerah (kecuali
yang dipusatkan), pemisahaan executive dan legislative daerah, serta
mengawali berkembangnya dinamika NKRI.
3) Par tisipasi masyar akat: mendorong prakarsa local terus berkembang
dan mendorong peranan maksimal lembaga kemasyarakatan.
4) Pembangunan Daer ah : memberikan tekanan orientasi regional/local,
menjawab masalah kunci daerah/wilayah, dan memperkuat kerja
Untuk mencapai cita-cita nasional (Indonesia yang merdeka,
bersatu,berdaulat, adil dan makmur, sebagaimana dalam Alinea II
Pembukaan UUD 1945) dan Tujuan Nasional sebagaimana dalam Alinea
IV Pembukaan UUD 1945, diperlukan STRATEGI NASIONAL. Strategi
Nasional ini harus disusun dengan memperhatikan dinamika Iingkungan
strategis (internal dan eksternal) dan sesuai dengan paradigma baru yang
berkembang.
Proses bagaimana strategi nasional dapat mencapai cita-cita dan
tujuan nasional masih tergantung pada berbagi faktor, yang terpenting
adalah kepemimpinan nasional dan spirit paradigma kepemimpinannya.
Contoh spirit, saat ini, yang berkembang di Indonesia dalam pembangunan
adalah paradigma baru dengan tiga spirit yang dikandungnya yaitu :
otonomi daerah, good governance, dan pemberdayaan masyarakat. Seluruh
kebijakan pemerintah dalam pembangunan nasional akan diwarnai dengan
spirit ini dalam berbagai bentuknya.
Secara konseptual, bagaimana Good Governance menuju cita-cita
nasional pada akhirnya akan tergantung pada bagaimana kepemimpinan
yang efektif dan manajemen yang efisien, mendasarkan diri pada
prinsip-prinsip GG dalam dinamika tantangan dan perkembangan yang dihadapi
2.2.3 TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
Transparansi publik menurut Andrianto (2007:20) adalah suatu
keterbukaan secara sungguh-sungguh, menyeluruh dan memberi tempat
bagi pertisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses
pengelolaan sumber daya publik. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh
penyelenggara negara harus dapat diakses secara terbuka dengan memberi
ruang yang cukup bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara luas di
dalamnya.
Transparansi anggaran menurut Andrianto (2007:21) didefinisikan
sebagai keterbukaan kepada masyarakat dalam hal fungsi dan struktur
pemerintahan, tujuan kebijakan fiskal, sektor keuangan publik dan
proyeksi-proyeksinya. Hal ini berarti bahwa informasi mengenai aktivitas
pemerintahan harus dapat diakses serta dapat dipercaya secara luas dan
tepat waktu.
Beberapa manfaat penting adanya transparansi anggaran adalah
sebagai berikut :
1. Mencegah korupsi.
2. Lebih mudah mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kebijakan.
3. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah sehingga masyarakat akan
4. Meningkatkan kepercayaan terhadap komitmen pemerintah untuk
memutuskan kebijakan tertentu.
5. Menguatkan kohesi sosial, karena kepercayaan publik terhadap
pemerintah akan terbentuk.
6. Menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan kepastian
usaha.
Akuntabilitas publik menurut Andrianto, SE, AK (2007:22) hanya
dikenal di negara yang menerima konsep-konsep demokrasi yang
menganggap rakyat sebagai faktor yang sangat penting. Asas akuntabilitas
menetapkan bahwa setiap kegiatan dari hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam suatu negara.
Ciri-ciri pemerintahan yang akuntabel menurut Andrianto
(2007:23) adalah sebagai berikut :
1. Mampu menyajikan informasi penyeleggaraan pemerintahan secara
terbuka, cepat dan tepat kepada masyarakat.
2. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.
3. Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan
4. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam
proses pembangunan dan pemerintahan.
5. Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah. Dengan
pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat
pencapaian pelaksanaan program pemerintah.
2.2.3.1TIGA DIMENSI AKUNTABILITAS
Akuntabilitas Politik, biasanya dihubungkan dengan proses dan
mandat pemilu, yaitu mandat yang diberikan masyarakat kepada para
politisi yang menduduki posisi legislatif dan eksekutif dalam suatu
pemerintahan. Masa jabatan kedua kekuasaan tersebut bersifat temporer
karena mandat pemilut sangat tergantung pada hasil pemilu yang
dilakukan pada interval waktu tertentu. Untuk negara-negara di mana
mandat pemilu mendapat legitimasi penuh (pemilu bersifat bebas dan
hasilnya diterima oleh semua pihak), masyarakat menggunakan hak
suaranya untuk mempertahankan para politisi yang mampu menunjukkan
kinerja yang baik serta menjatuhkan pemerintahan yang berunjuk prestasi
buruk. Mandat elektoral yang kuat memberikan legitimasi kepada
pemerintah dan membantu menjamin kredibilitasnya, di samping stabilitas
dan prediktibilitas kebijakan yang diformulasikannya.
Akuntabilitas Finansial, fokus utamanya adalah pelaporan yang
akurat dan tepat waktu tentang penggunaan dana publik, yang biasanya
Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa dana publik
telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara efisien
dan efektif. Masalah pokoknya adalah ketepatan waktu dalam menyiapkan
laporan, proses audit, serta kualitas audit. Perhatian khusus diberikan pada
kinerja dan nilai uang serta penegakan sanksi untuk mengantisipasi dan
mengatasi penyalahgunaan, mismanajemen, atau korupsi. Jika terdapat
bantuan finansial eksternal, misalnya dari pinjaman lembaga keuangan
multilateral atau melalui bantuan pembangunan oleh lembaga donor, maka
standar akuntansi dan audit dari berbagai lembaga yang berwenang harus
diperhatikan. Hal inilah yang kiranya dapat menjelaskan besarnya
perhatian pada standar akuntansi dan audit internasional dalam
menegakkan akuntabilitas finansial. Hasil dari akuntabilitas finansial yang
baik akan digunakan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan
mobilisasi dan alokasi sumber daya serta mengevaluasi tingkat efisiensi
penggunan dana. Hasil tersebut juga dapat digunakan oleh masyarakat
umum dan stakeholders (seperti donor) untuk menilai kinerja pemerintah
berdasarkan sasaran tertentu yang telah disepakati sebelumnya.
Akuntabilitas administratif, merujuk pada kewajiban untuk
menjalankan tugas yang telah diberikan dan diterima dalam kerangka kerja
otoritas dan sumber daya yang tersedia. Dalam konsepsi yang demikian,
akuntabilitas administratif umumnya berkaitan dengan pelayan publik,
khususnya para direktur, kepala departemen, dinas, atau instansi, serta para
Mereka adalah pejabat publik yang tidak dipilih melalui pemilu
tetapi ditunjuk berdasarkan kompetensi teknis. Kepada mereka
dipercayakan sejumlah sumber daya yang diharapkan dapat digunakan
untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu.
Ada 3 elemen utama akuntabilitas menurut Polidano
(www.bappenas .go.id/1998), yaitu :
1. Adanya kekuasaan untuk mendapatkan persetujuan awal sebelum sebuah
keputusan dibuat. Hal ini berkaitan dengan otoritas untuk mengatur
perilaku para birokrat dengan menundukkan mereka di bawah persyaratan
prosedural tertentu serta mengharuskan adanya otorisasi sebelum langkah
tertentu diambil. Tipikal akuntabilitas seperti ini secara tradisional
dihubungkan dengan badan/lembaga pemerintah pusat (walaupun setiap
departemen/lembaga dapat saja menyusun aturan atau standarnya
masing-masing).
2. Akuntabilitas peran, yang merujuk pada kemampuan seorang pejabat
untuk menjalankan peran kuncinya, yaitu berbagai tugas yang harus
dijalankan sebagai kewajiban utama. Ini merupakan tipe akuntabilitas
yang langsung berkaitan dengan hasil sebagaimana diperjuangkan
paradigma manajemen publik baru (new public management). Hal ini
mungkin saja tergantung pada target kinerja formal yang berkaitan dengan
3. Peninjauan ulang secara retrospektif yang mengacu pada analisis operasi
suatu departemen setelah berlangsungnya suatu kegiatan yang dilakukan
oleh lembaga eksternal seperti kantor audit, komite parlemen,
ombudsmen, atau lembaga peradilan. Bisa juga termasuk badan-badan di
luar negara seperti media massa dan kelompok penekan. Aspek
subyektivitas dan ketidakterprediksikan dalam proses peninjauan ulang itu
seringkali bervariasi, tergantung pada kondisi dan aktor yang
menjalankannya.
2.2.3.2METODE UNTUK MENEGAKKAN AKUNTABILITAS
Berikut adalah beberapa metode untuk menegakkan akuntabilitas
menurut ww.bappenas.go.id :
1. Kontrol Legislatif
Di banyak negara, legislatif melakukan pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan melalui diskusi dan sejumlah komisi di
dalamnya. Jika komisi-komisi legislatif dapat berfungsi secara efektif,
maka mereka dapat meningkatkan kualitas pembuatan keputusan
(meningkatkan responsivitasnya terhadap kebutuhan dan tuntutan
masyarakat), mengawasi penyalahgunaan kekuasaan pemerintah
2. Akuntabilitas Legal
Ini merupakan karakter dominan dari suatu negara hukum.
Pemerintah dituntut untuk menghormati aturan hukum, yang
didasarkan pada badan peradilan yang independen. Aturan hukum
yang dibuat berdasarkan landasan ini biasanya memiliki sistem
peradilan, dan semua pejabat publik dapat dituntut pertanggung
jawabannya di depan pengadilan atas semua tindakannya. Peran
lembaga peradilan dalam menegakkan akuntabilitas berbeda secara
signifikan antara negara, antara negara yang memiliki sistem peradilan
administratif khusus seperti perancis, hingga negara yang yang
memiliki tatanan hukum di mana semua persoalan hukum diselesaikan
oleh badan peradilan yang sama, termasuk yang berkaitan dengan
pernyataan tidak puas masyarakat terhadap pejabat publik. Dua faktor
utama yang menyebabkan efektivitas akuntabilitas legal adalah
kualitas institusi hukum dan tingkat akses masyarakat atas lembaga
peradilan, khususnya yang berhubungan dengan biaya pengaduan.
Institusi hukum yang lemah dan biaya yang mahal (tanpa suatu sistem
pelayanan hukum yang gratis) akan menghambat efektivitas
3. Ombudsman
Dewan ombudsmen, baik yang dibentuk di dalam suatu konstitusi
maupun legislasi, berfungsi sebagai pembela hak-hak masyarakat.
Ombudsmen mengakomodasi keluhan masyarakat, melakukan
investigasi, dan menyusun rekomendasi tentang bagaimana keluhan
tersebut diatasi tanpa membebani masyarakat. Sejak diperkenalkan
pertama kali di Swedia pada abad 19, Ombudsmen telah menyebar ke
berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Secara umum, masyarakat dapat mengajukan keluhannya secara
langsung kepada lembaga ini, baik melalui surat maupun telepon. Di
beberapa negara, misalnya Inggris, Ombudsmen dilihat sebagai
perluasan kontrol parlemen terhadap eksekutif dan keluhan
masyarakat disalurkan melalui anggota parlemen. Pada hampir semua
kasus, Ombudsmen melakukan tugas investigatifnya tanpa memungut
biaya dari masyarakat.
4. Desentralisasi dan Partisipasi
Akuntabilitas dalam pelayanan publik juga dapat ditegakkan melalui
struktur pemerintah yang terdesentralisasi dan partisipasi. Terdapat
beberapa situasi khusus di mana berbagai tugas pemerintah
didelegasikan ke tingkat lokal yang dijalankan oleh para birokrat lokal
Legitimasi elektoral juga menjadi faktor penting seperti dalam kasus
pemerintah pusat. Tetapi cakupan akuntabilitas di dalam sebuah
sistem yang terdesentralisasi lebih merupakan fungsi otonomi di
tingkat lokal. Itupun sangat bervariasi secara signifikan sesuai derajat
otonomi yang diperoleh, dari otonomi yang sangat luas seperti di AS
hingga otonomi terbatas yang umum dijumpai di negara-negara
berkembang.
Ketergantungan yang tinggi terhadap NGOs dan berbagai organisasi
dan koperasi berbasis masyarakat dalam penyediaan pelayanan publik
menjadi salah satu perkembangan yang menjanjikan bagi terwujudnya
manajemen publik yang terdesentralisasi dan bertanggung jawab.
5. Kontrol Administratif Internal
Pejabat publik yang diangkat sering memainkan peran dominan dalam
menjalankan tugas pemerintahan karena relatif permanennya masa
jabatan serta keterampilan teknis. Biasanya, kepala-kepala unit
pemerintahan setingkat menteri diharapkan dapat mempertahankan
kontrol hirarkis terhadap para pejabatnya dengan dukungan aturan dan
regulasi administratif dan finansial dan sistem inspeksi. Untuk
negara dengan struktur administratif yang lemah, terutama di
negara-negara berkembang dan beberapa negara-negara komunis, metode kontrol
Masalah ini disebabkan karena hubungan yang kurang jelas antara
kepemimpinan politik yang bersifat temporer dan pejabat publik yang
diangkat secara permanen. Jika mereka melakukan persekongkolan,
akuntabilitas tidak bisa diwujudkan (hal ini juga terjadi sejak lama di
negara-negara maju) dan jika mereka terlibat dalam konflik, maka
yang menjadi korban adalah kepentingan publik.
6. Media massa dan Opini Publik
Hampir di semua konteks, efektivitas berbagai metode dalam
menegakkan akuntabilitas sebagaimana diuraikan di atas sangat
tergantung tingkat dukungan media massa serta opini publik.
Tantangannya, misalnya, adalah bagaimana dan sejauhmana
masyarakat mampu mendayagunakan media massa untuk
memberitakan penyalahgunaan kekuasaan dan menghukum para
pelakunya. Terdapat 3 faktor yang menentukan dampak aktual dari
media massa dan opini publik.
Pertama, kebebasan berekspresi dan berserikat harus
diterima dan dihormati. Di banyak negara, kebebasan tersebut
dilindungi dalam konstitusi. Derajat penerimaan dan rasa hormat
umumnya dapat diukur dari peran media massa (termasuk perhatian
terhadap pola kepemilikan) dan pentingnya peran kelompok
kepentingan, asosiasi dagang, organisasi wanita, lembaga konsumen,
Kedua, pelaksanaan berbagai tugas pemerintah harus
transparan. Kuncinya adalah adanya akses masyarakat terhadap
informasi. Hal ini harus dijamin melalui konstitusi (misalnya, UU
Kebebasan Informasi) dengan hanya mempertimbangkan
pertimbangan keamanan nasional (dalam pengertian sempit) dan
privasi setiap individu. Informasi yang dihasilkan pemerintah yang
seharusnya dapat diakses secara luas antara lain meliputi anggaran,
akuntansi publik, dan laporan audit. Tanpa akses terhadap beragai
informasi tersebut, masyarakat tidak akan sepenuhnya menyadari
apa yang dilakukan dan tidak dilakukan pemerintah dan efektivitas
media massa akan sedikit dibatasi.
Ketiga, adanya pendidikan sipil yang diberikan kepada
warga negara, pemahaman mereka akan hak dan kewajibannya, di
samping kesiapan untuk menjalankannya.
2.2.3.3HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN AKUNTABILITAS
Banyak faktor yang menyebabkan tidak berlangsungnya
akuntabilitas di suatu negara (Angi, 2009:27) antara lain :
1. Low literacy percentage
Populasi yang kurang peduli terhadap hak-haknya dan masalah-masalah
sosial, cenderung memberikan toleransi yang tinggi terhadap
Semakin kurang rasa tolong menolong diantara anggota dan kelompok
masyarakat suatu society, akan semakin tinggi rasa tidak peduli
terhadap penyelenggara pemerintahan. Setiap individu sibuk
memikirkan diri sendiri tanpa menghiraukan kesengsaraan orang lain,
sehingga lupa pada berbagai kekurangan dalam penyelenggaraan tugas
pemerintah yang akan mengurangi akuntabilitas.
2. Poor standard of living
Pegawai dengan standar gaji yang kurang memiliki kecenderungan
untuk berusaha keras mencari penghasilan tambahan agar dapat
menghidupi keluarganya. Dalam kondisi yang demikian ini, setiap
usaha pemenuhan kebutuhan hidup tersebut dianggap normal-normal
saja dan bahkan dinilai wajib walaupun mesti mengorbankan pelayanan
kepada masyarakat dan akuntabilitas penyediaan barang publik.
Kemiskinan, kelangkaan dan job insecurity memicu orang untuk
menganggap normal bukan hanya korupsi, akan tetapi juga sogok
menyogok. Untuk mendapatkan hasil tambahan, hal ini mengakibatkan
terabaikannya akuntabilitas dan mendorong malpraktek administrasi
3. General decline in the moral value
Sikap hidup yang materialistis dan konsumerisme mendorong lack of
accountability. Sikap moral sangat menentukan dalam usaha untuk
membedakan antara nilai-nilai baik dan buruk. Sikap konsumerisme
yang terbentuk dalam suatu masyarakat dapat mengurangi atau
menurunkan moral dan tanggungjawab pegawai pemerintah pada
publik, hal inilah yang mendorong pegawai untuk mencari
uang/penghasilan melalui cara-cara yang tidak wajar bahkan seringkali
merugikan pihak-pihak yang lain.
4. A policy of live and let live
Terjadinya penurunan nilai-nilai moral, maka manusia akan semakin
mudah melakukan hal-hal yang melanggar aturan. Yang terjadi adalah
mereka saling berlomba mencari keuntungan masing-masing da
mengabaikan kepentingan nasional yang lebih besar.
2.2.4 LAPORAN DANA KAMPANYE DAN KEUANGAN PARTAI
POLITIK
Informasi keuangan disampaikan kepada pengguna eksternal dan
pengguna internal. Untuk pelaporan eksternal diatur dalam pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan
Secara umum kewajiban pelaporan keuangan partai politik juga
diatur dalam UU No. 2 tahun 2008 tentang partai politik dan SK KPU No.
676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan Sistem
Akuntansi Keuangan Partai Politik serta Pelaporan Dana Kampanye
Peserta Pemilihan Umum.
PSAK membantu pihak partai politik sebagai tuntunan dalam
menghasilkan laporan keuangan secara rinci. Pada sisi yang lain, Kantor
Akuntan Publik (KAP) sebagai institusi pemeriksa partai politik
menggunakan PSAK ini sebagai dasar pemeriksaannya. Stakeholder partai
politik seperti donatur, anggota, simpatisan, masyarakat dan pemerintah
juga dapat memahami angka yang tertera dalam laporan keuangan partai
politik berangkat dari basis pemahaman yang sama juga. Artinya, definisi,
format dan bentuk laporan keuangan tersebut sudah standar dan seragam
untuk semua lembaga nirlaba termasuk partai politik yang menggunakan
PSAK No. 45.
Partai politik merupakan jenis organisasi nirlaba. Beberapa ciri
khas partai menggolongkan partai politik dalam organisasi nirlaba, antara
lain : tujuan partai adalah organisasi non profit oriented, sumber
pendanaan partai bersumber dari sumbangan donatur, bantuan pemerintah
dan iuran dari anggota. Sedangkan pertanggungjawaban partai adalah
Laporan keuangan partai merupakan komponen penting untuk
menciptakan akuntabilitas partai. Informasi keuangan memberikan dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Informasi keuangan
merupakan alat untuk melaksanakan akuntabilitas secara efektif. Tujuan
laporan keuangan partai politik adalah menyediakan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan, disamping untuk menunjukkan
akuntabilitas organisasi terhadap sumber daya terpercaya dengan :
1. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi dan
penggunaan sumber daya keuangan.
2. Menyediakan informasi mengenai bagaimana partai politik
mendanai aktivitasnya dan memenuhi prasyarat kasnya.
3. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi
kemampuan partai politik dalam mendanai aktivitasnya dan untuk
memenuhi kewajiban serta komitmennya.
4. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan partai politik
dan perubahan di dalamnya.
5. Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja organisasi partai politik dari segi efisiensi dan
Laporan keuangan partai politik juga memainkan peranan prediktif dan prospektif yang menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi banyaknya sumber daya yang diisyaratkan untuk keberlanjutan organisasi, sumber daya yang dapat dihasilkan oleh organisasi partai politik serta ketidakpastian kondisi ekonomi.
Laporan keuangan yang dibuat oleh partai politik adalah laporan
keuangan tahunan dan laporan dana kampanye. Penyusunan Laporan
Keuangan Tahunan Partai Politik mengacu pada PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan) No. 45 tentang akuntansi untuk organisasi
nirlaba, yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas
laporan berikut ini :
• Laporan Posisi Keuangan
• Laporan Aktivitas
• Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas
• Laporan Arus Kas
Laporan dana kampanye (LDK) adalah laporan gabungan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye partai politik (LPPDKP) di tingkat kabupaten/ kota, partai politik tingkat provinsi, dan partai politik tingkat pusat sebagai bentuk pengendalian internal organisasi partai politik (Pasal 4 ayat (1) Per KPU No. 01 Tahun 2009).
2.2.4.1PENGATURAN LAPORAN DANA KAMPANYE
Berikut ini beberapa pengaturan dana kampanye yang terdapat dalam UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,
DPD, dan DPRD khusus dana kampanye, yaitu :
1. Pasal 129 ayat 1) : Kegiatan kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota didanai dan menjadi tanggung jawab
Partai Politik Peserta Pemilu masing-masing.
2. Pasal 129 ayat 2) : Dana kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bersumber dari :
a. partai politik;
b. calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari
partai politik yang bersangkutan
c. sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain.
3. Pasal 129 ayat 3) : Dana kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat berupa uang, barang dan/atau jasa.
4. (Pasal 129 ayat 4) : Dana kampanye Pemilu berupa uang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditempatkan pada rekening khusus dana kampanye
5. (Pasal 129 ayat 4) : Pembukuan dana kampanye Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dimulai sejak 3 (tiga) hari setelah partai politik
ditetapkan sebagai Peserta Pemilu dan ditutup 1 (satu) minggu sebelum
penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye kepada
kantor akuntan publik yang ditunjuk KPU.
6. (Pasal 130 ayat 1) : Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan
pihak lain perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 ayat (2)
huruf c tidak boleh melebihi Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
7. (Pasal 130 ayat 2) :Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan
pihak lain kelompok, perusahan, dan/atau badan usaha nonpemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 ayat (2) huruf c tidak boleh
melebihi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
8. (Pasal 130 ayat 3) : Pemberi sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) harus mencantumkan identitas yang jelas.
9. (Pasal 139 ayat 1) :Peserta Pemilu dilarang menerima sumbangan yang
berasal dari:
a. pihak asing
b. penyumbang yang tidak jelas identitasnya
c. pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, dan badan
d. pemerintah desa dan badan usaha milik desa.
10. (Pasal 276) : Setiap orang yang memberi atau menerima dana kampanye
melebihi batas yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131
ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 133 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
11. (Pasal 280) : Pelaksana kampanye yang terbukti menerima sumbangan
dan/atau bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36
(tiga puluh enam) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua
belas juta rupiah) dan paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
juta rupiah).
12. (Pasal 281) : Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan
tidak benar dalam laporan dana kampanye sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 134 dan Pasal 135 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan dan denda paling sedikit Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)
2.2.4.2PERTANGGUNGJ AWABAN LAPORAN DANA KAMPANYE
Ada beberapa hal positif menyangkut pertanggungjawaban dana kampanye dalam UU No. 10 Tahun 2008. Per tama, dana kampanye pemilu berupa uang ditempatkan pada rekening khusus dana kampanye parpol peserta pemilu atau calon anggota DPD yang bersangkutan pada bank.
Dana kampanye pemilu dicatat dalam pembukuan penerimaan dan pengeluaran khusus yang terpisah dari pembukuan keuangan partai politik, yang dimulai sejak 3 hari setelah parpol ditetapkan sebagai peserta pemilu dan ditutup 1 minggu sebelum penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk KPU. Parpol peserta pemilu sesuai dengan tingkatannya dan calon anggota DPR memberikan laporan awal dana kampanye Pemilu dan rekening khusus dana kampanye kepada KPU/KPUD paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum hari pertama jadwal pelaksanaan kampanye dalam bentuk rapat umum. Laporan dana kampanye parpol peserta pemilu dan calon anggota DPD yang meliputi penerimaan dan pengeluaran disampaikan kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU paling lama 15 hari sesudah hari/tanggal pemungutan suara.
dibelanjakan dengan dana yang diterima partai. Rincian pengeluaran harus dihitung sesuai harga pasar. Ketiga, semua bentuk dana kampanye harus dicatat, dilaporkan, dan diaudit. Dana kampanye pemilu yang berupa barang atau jasa juga harus dicatat berdasarkan harga pasar yang wajar berlaku saat sumbangan tersebut diterima.
hasil audit dari kantor akuntan publik dan mengumumkan hasilnya kepada publik paling lambat 10 hari setelah diterimanya laporan hasil pemeriksaan. Pencatatan parpol buruk dan pedoman audit yang tidak siap tepat waktu akan menyebabkan dana kampanye (hampir pasti) tidak dapat diaudit.
2.2.4.3ANCAMAN UU NO.10 TAHUN 2008 KEPADA PARTAI POLITIK
UU No. 10 Tahun 2008 mengancam partai politik peserta pemilu
pada setiap tingkatan atau calon anggota DPD yang tidak menyampaikan
laporan awal dana kampanye kepada KPU/KPUD sampai batas waktu
yang ditentukan dikenai sanksi berupa pembatalan sebagai peserta pemilu
pada wilayah yang bersangkutan.
Sedangkan partai politik peserta pemilu pada setiap tingkatan atau calon
anggota DPD yang tidak menyampaikan laporan penerimaan dan
pengeluaran dana kampanye kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk
oleh KPU sampai batas waktu yang ditentukan dikenai sanksi berupa tidak
ditetapkannya calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota,
dan DPD menjadi calon terpilih (www.politik.lipi.go.id/2009).
2.2.4.4AKUNTABILITAS DANA KAMPANYE
Di seluruh belahan dunia, Pemilu merupakan momen terbesar
demokrasi. Terbesar dari segi anggaran yang harus dikeluarkan, terbesar
gesekan politiknya dan terbesar pengaruhnya terhadap keberlanjutan
pembangunan sosial politik suatu negara. Kampanye Partai Politik
merupakan momen khusus dalam rangkaian Pemilu yang disediakan oleh
KPU bagi para kontestan Pemilu.
Masa kampanye yang sudah ditentukan waktunya, setiap
masyarakat, selama masih berada dalam rambu-rambu yang mengatur
ketentuan kampanye dari KPU. Akuntabilitas yang tinggi dapat
meminimalisir kecurigaan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi
munculnya konflik.
Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan sistem
pelaporan dana kampanye secar