• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI PERUSAHAAN TUPPERWARE DALAM MEMASARKAN PRODUK (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi PT. Alamanda Delta Surya dalam memasarkan produk Tupperware di Kota Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI PERUSAHAAN TUPPERWARE DALAM MEMASARKAN PRODUK (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi PT. Alamanda Delta Surya dalam memasarkan produk Tupperware di Kota Sidoarjo)."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Rendra Febri Ayuningtias NPM.0943010309

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

ii

memasar kan pr oduk Tupperwar e di Kota Sidoarjo)

Disusun Oleh:

RENDRA FEBRI AYUNINGTIAS NPM. 0943010309

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING UTAMA

Dr s. SAIFUDDIN ZUHRI, M.Si NPT. 370069400351

Mengetahui,

DEKAN

(3)

ii

memasar kan pr oduk Tupperwar e di Kota Sidoarjo)

Oleh:

RENDRA FEBRI AYUNINGTIAS NPM. 0943010309

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 10 J anuar i 2014

Mengetahui,

(4)

berkat dan Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STRATEGI STRATEGI KOMUNIKASI PERUSAHAAN TUPPERWARE DALAM MEMASARKAN PRODUK (Studi Kualita tif Deskr iptif Str ategi Komunikasi Per usa haan Tupper ware Dalam Memasar kan Pr oduk di Kota Sidoar jo). Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana komunikasi. Dalam prosesnya tak hanya kemudahan yang penulis alami namun juga bermacam kesulitan, akan tetapi syukurlah bahwa ini dapa diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan ini banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, Msi yang dengan segala kesabaran dan kerelaan waktunya untuk membimbing, member nasehat dan dukungan pada peneliti hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selesainya skripsi ini juga karena bantuan berbagai pihak baik berupa dukungan moril maupun materil.

Dalam ksempatan ini, peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. teguh Soedarto, Mp, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(5)

menyelesaikan skripsi ini

5. Mama dan Papa yang telah mendoakan dan mendukung peneliti sebesar-besarnya.

6. Emak dan mbak vk yang telah memberi perhatian kepada peneliti 7. Distributor

8. Kepala program IDDP, Ibu Wulan Retno dan karyawan IDDP Mas Hari dan Mbak Tina

9. Teman-teman IDDP yang selalu mendukung peneliti, Dhila, Mb. Puspi, Insan, Kitty, Ita, Stefani, Manda, Shinta dan teman yang lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak atas doa dan dukungannya.

Surabaya, 2013

(6)

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR GAMBAR………. vii

DAFTAR LAMPIRAN……… …... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1 Penelitian Terdahulu ... 13

2.2 Landasan Teori ………. ……… 15

2.2.1 Pengertian Strategi ………..……… 15

2.2.2 Pengertian Komunikasi ………... 16

(7)

2.2.5 Strategi komunikasi Perusahaan ………. 41

2.2.6 Strategi Komunikator………. . 44

2.2.7 Strategi Khalayak ……… ... 48

2.2.8 Strategi Pesan ………….. ... 51

2.2.9 Media………. 52

2.2.9.1 Kategori Media……… 53

2.3 Kerangka Berfikir ……… 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

3.1 Definisi Konseptual ... 56

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 57

3.3 Kriteria Informan ... 58

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 60

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………….. .. ………. 61

3.5.1 Data Primer……….. 61

3.5.2 Data Sekunder……… 62

3.6 Teknik Analisa Data……… 63

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN... 64

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 64

4.1.1 Sejarah singkat Tupperware... 63

(8)

4.2 Penyajian Data……… 70

4.3 Hasil dan Analisi ... 71

4.3.1 Strategi Komunikasi Tupperware Dalam Memasarkan Produk... 71

4.4 Pembahasan ... 90

4.4.1 Strategi Komunikasi... 90

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

...

109

5.1 Kesimpulan... 109

5.2 Saran ………... 110

DAFTAR PUSTAKA………... 111

(9)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikai perusahaan Tupperware dalam memasarkan produk di Kota Sidoarjo berdasarkan teori komunikasi pemasaran oleh Mahmud Machfoedz, yang terdiri dari penjualan personal, publisitas, promosi penjualan, dan pemasaran langsung.

Jenis dan metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan deep interview kepada pimpinan distributor Tupperware PT. Alamanda Delta Surya dan konsumen sebagai informan .

Hasil dari penelitian ini adalah perusahaan Tupperware menggunakan strategi komunikasi dengan memperhatikan tiga komponen yaiitu kredibilitas perusahaan , khalayak yang tepat dan pendekatan pesan yang disampaikan.

Kata Kunci : Strategi komunikasi

ABSTRACT

Rendra Febri Ayuningtias, Communication Strategy of Tupperware Company in Marketing Product ( qualitative study Communication Strategy PT. Alamanda Delta Surya in Marketing Product at Sidoarjo)

The Purpose of this research was to determine the communication strategy of Tupperware company in marketing product. Based on marketing communication theory from Mahmud Machfoedz, which consist of personal selling, publicity, sales promotion, and direct marketing.

Type and methods of this research uses descriptive qualitative method by using deep interview to distributor leader of Tupperware in PT. Alamada Delta Surya and consumer as informants.

The result of this research is Tupperware company uses communication strategy with focus in three components which company credibility, appropriate creature and the delivery message approach:

(10)

1.1Lata r Belakang

Saat ini, kondisi pasar bisnis sudah memasuki dunia global yang didukung oleh kemajuan teknologi. Seiring dengan kemajuan tersebut maka perusahaan-perusahaan juga dihadapkan pada persaingan yang semakin kompetitif antara satu sama lainnya. Tingkat persaingan yang semakin tinggi mengakibatkan semakin banyak perusahaan bermunculan yang bergerak dalam bidang produk maupun jasa. Persaingan bisnis memerlukan upaya-upaya yang strategis yang mampu dijadikan sebagai tindakan yang tepat di setiap kondisi, dan setiap perusahaan pun harus dapat menyusun langkah-langkah yang matang agar dapat bertahan dan terus berkembang serta dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Di jaman sekarang, plastik sudah menjadi bagian keseharian manusia dan sering menggantikan bahan-bahan tradisional seperti kayu, logam, gelas, kulit, kertas dan karet. Desain wadahnya yang menarik serta fungsinya yang serba guna menjadi salah satu alasan mengapa plastik digemari oleh masyarakat. Mulai dari mainan anak-anak, perabot rumah tangga, perlengkapan kedokteran, peralatan tulis, bahkan hingga komponen atau suku cadang kendaraan/peralatan listrik pun terbuat dari plastik. Plastik juga sudah umum digunakan dalam berbagai industri dan bisnis.

(11)

sepuluh kota besar di Indonesia dalam penelitian “Most Favorite Women Brand 2013”. Markplus mengadakan penelitian mengenai produk yang menjadi pilihan perempuan Indonesia dari berbagai macam kategori dengan menggunakan 50+ merek yang ada. Salah satunya adalah dalam kategori “Home Appliances and Consumer Electronics” di dalam jenis Storage Container yang terpilih adalah

Tupperware yang menjadi merek no satu pilihan wanita Indonesia. Sedang dua yang lainnya adalah Lion star dan Maspion.

Dari semua kegunaan plastik yang bermacam-macam jenis dan bentuknya itu, fungsi plastik sebagai wadah makanan dan minumanlah yang mendapatkan perhatian terbesar. Namun seiring semakin besarnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, banyak pertanyaan yang muncul seputar plastik yang aman digunakan sebagai wadah makanan dan minuman, serta bagaimana cara mengenalinya agar terhindar dari efek buruk bagi kesehatan. Dr. Yadi Haryadi, pakar pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, mengemukakan bahwa wadah plastik yang aman selain memenuhi standar dari lembaga berwenang, juga diproduksi oleh perusahaan yang dipercaya memiliki komitmen untuk menyediakan produk aman bagi masyarakat. (www.Tupperware.co.id diakses tanggal 01-07-2013)

(12)

(Amerika), European Food Safety Authority (Eropa), Japan Food Safety Commision (Jepang), sehingga selain aman digunakan berkali-kali untuk makanan dan minuman (Food Grade) juga ramah lingkungan karena produk Tupperware yang rusak bisa di daur ulang menjadi produk lain seperti bangku plastik, pot tanaman, tempat sampah, dan lain sebagainya.

Proses pembuatan yang cermat menghasilkan produk yang bermutu, berkelas dan telah melewati pemeriksaan kualitas yang ketat dilengkapi garansi seumur hidup, artinya Tupperware akan mengganti produk yang rusak dalam pemakaian normal, bukan untuk pemakaian komersial atau industri. Selain materi yang digunakan, keistimewaan terletak pada "seal" (tutup) yang beraneka bentuk namun dengan tujuan sama yaitu agar makanan/minuman yang disimpan tetap higienis, kualitas isi bertahan lebih lama sehingga menghemat uang dan waktu.

Dengan terpilihnya Tupperware sebagai merk nomer satu bukan merupakan suatu kebetulan, didalamnya ada strategi yang dilakukannya dalam mewujudkan misi dan mengalahkan kompetitor yang lain seperti LocknLock dan Tulipware sebagai Kompetitor utamanya.

(13)

Seperti produk Rubbermaid. Setelah Newell Rubbermaid Inc. pesaing berikutnya yaitu PT.Twin Tulipware yang juga memproduksi produk Containers penyimpan makanan seperti produk Tulipware. Persaingan yang cukup ketat ini dikarenakan, banyaknya perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama dan memproduksi produk yang sama. PT. Imawi Benjaya dapat dijadikan kekuatan untuk bersaing dengan kelebihannya yang kedap udara dan kedap cair dan juga garansi seumur hidup. Sekalipun terjadi persaingan ketat, Tupperware tetap mampu mempertahankan pangsa pasarnya sendiri dengan konsumen berloyalitas tinggi.

(14)

Tupperware adalah sebuah perusahaan berpusat di Orlando Amerika Serikat merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi serta memasarkan produk plastik berkualitas untuk keperluan rumah tangga. Dengan sistem penjualan langsung Tupperware berkembang dan berada di lebih dari 100 negara diantaranya Amerika, Brazil, Portugal, Israel, turkey, Venezuela, Korea, Cina, Jepang, Singapore, India, Indonesia, dan berbagai negara lainnya.

Berkat penemuannya yang gemilang tahun 1937 di Amerika dan dikembangkan tahun 1946 Earl Tupper melahirkan berbagai produk innovative bermerek Tupperware. Ia menghasilkan berbagai macam produk seperti toples, tempat minum, tempat makan, piring dan lain-lain yang bertujuan untuk menambah nilai gaya hidup serta mempermudah dan memperindah kehidupan para ibu rumah tangga di Amerika. Bahan yang digunakanpun berkualitas terbaik, aman bagi kesehatan serta ramah lingkungan bahkan telah memenuhi ketentuan FDA (Food & Drug Administration), EFSA (European Food Safety Authority) dan JFSC (Japan Food Safety Commission)

Home party Tupperware yang dikenal sebagai Tupperware Party adalah

(15)

dirumah atau tempat dimana bisa berkumpul. Tidak perlu banyak calon konsumen yang hadir di party Tupperware hanya dibutuhkan sekitar tiga sampai empat orang.

Kegiatan yang dilakukan cukup sederhana, yaitu penjual (sales force) membawa display Tupperware yang sudah dipergunakan sebagai tempat penyimpanan makanan. Kemudian bisa dilakukan demo memasak atau cara lain yang bisa menambah pengetahuan calon konsumen tentang kelebihan produk Tupperware serta katalog produk. Ditambah dengan permainan yang sudah dipersiapkan begitu juga dengan hadiahnya. Cara ini pertama kali diperkenalkan oleh Brownie Wise di Amerika Serikat. (Tupperware:21)

Tupperware menghasilkan produk yang dijual kepada konsumen menengah keatas, dengan menyediakan produk plastic kedap udara, yang bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama dan ditambah dengan garasi seumur hidup.

(16)

Tupperware selalu melahirkan produk baru berkualitas yang innovatif, berdesain unik dengan warna-warni yang khas, trendi dan menarik. Ditambah dengan garansi seumur hidup, Tupperware memberikan fasilitas untuk mengganti produk Tupperware yang rusak dengan yang baru.

Pada tahun 1991 PT. Alif Rose di Jakarta merupakan distributor resmi yang tersebar di berbagai kota besar di seluruh Indonesia. Didukung lebih dari 170.000 tenaga penjual independen, produk Tupperware berhasil menembus berbagai kalangan. Pelatihan dan bimbingan yang diberikan merupakan bekal untuk menjadi tenaga penjual yang tangguh. Meski terdiri dari berbagai latar belakang ekonomi dan pendidikan, namun ada satu persamaannya yaitu bisa menyisihkan waktu untuk keluarga, sekaligus memiliki karir dan penghasilan yang sangat memuaskan.

Visi Tupperware Indonesia adalah menjadi Company of Choice dan Brand of Choice. Sedangkan misinya adalah merubah hidup lebih banyak orang

menjadi lebih baik lagi.

Tupperware menjual produknya dengan metode MLM (Multi Level Marketing). Metode ini cukup banyak ditemui di pasar Indonesia. Dengan adanya

(17)

Bisnis multilevel marketing ini muncul di Indonesia sejak bulan Maret 1986. Perusahaan network marketing di Indonesia baik direct selling maupun multilevel marketing itu tergabung dalam sebuah asosiasi yaitu, asosiasi penjuala langsung Indonesia (APLI). Awalnya APLI didirikan pada tahun 1984 dengan nama Indonesia direct selling association (IDSA). IDSA ini kembali aktif lagi dan mulai buming pada beberapa perusahaan pada tahun 1992 dengan nama APLI. Organisai ini terdaftar sebagai anggota kamar dagang dan industry di Indonesia (KADIN) dan anggota World Federation of Direct Selling Associations (WFSDA) yang bermarkas di Washington DC.

Bisinis jaringan ini merupakan orang yang bergelut pada sebuah bisnis yang menekankan rekrutmen orang secara melebar atau horizontal mendalam vertical untuk merekrut downline. Namun polanya tetap menjual, merekrut, dan mendidik atau melatih orang yang direkrut untuk melakukan hal yang sama.

Dengan menggunakan metode ini, maka pemasaran produknya tidak dapat ditemui di toko atau yang lain tapi dapat ditemui dengan cara mendatangi kantor distributor atau para tenaga penjual yang siap melayani konsumen dengan home service.

(18)

berupa ujian, dan cobaan. Yang terpenting adalah bagaimana langkah dan apa selanjutnya yang akan dilakukan setelah adanya cobaan tersebut.

konsep kedua Educate (pembelajaran), bertujuan mendorong terciptanya kondisi yang merangsang terjadinya proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan para wanita Indonesia dalam mendidik dan menciptakan lingkungan yang baik dan sehat bagi anak-anak dan keluarganya.

konsep ketiga yakni Empower (pemberdayaan), dimaksudkan untuk memberikan kesempatan dan dukungan untuk mendorong para wanita Indonesia agar dapat mengembangkan bakat dan ketrampilannya. Tujuannya agar mereka dapat lebih mandiri dan bisa turut berperan memberikan sumbangsihnya kepada keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.

(http://www.tupperware.co.id/Pages/Article/131010/0012/konsisten-tanamkan-good-brand-image-tupperware-di-mata-masyarakat.aspx)

(19)

Tupperware adalah perusahaan yang membangun jaringan yang besar dan tentu terdiri dari actor-aktor yang membutuhkan jaringan social yang berfungsi sebagai alat untuk menghubungkan dirinya dengan sumber daya yang tersedia. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa masyarakat perkotaan sangatlah sulit mendapatkan pekerjaan yang layak, Kota Sidoarjo dibidiknya untuk memberdayakan semua wanita dan ibu rumah tangga untuk bisa berkreatif dan mampu menjadi wanita multi tasking. Dapat mempunyai penghasilan sendiri dan dapat mewujudkan setiap impian mereka.

Dibandingkan Surabaya sebagai kota besar, tentu Sidoarjo tidak sepadan dengannya. Menegenai gaya hidup yang berbeda, budaya yang berbeda serta pendapatan yang berbeda. Sidoarjo dinilai masih membutuhkan pembangunan di berbagai bidang. Perbedaan di sector ekonomi akan mempengaruhi perilaku pembelian dan pengkonsumsian sebuah produk.

Terbukti dengan sedikitnya tempat perbelanjaan dan hiburan yang ada di Sidoarjo ditambah dengan sedikitnya universitas yang didirikan di kota kecil ini. Tupperware melihat adanya tantangan untuk melebarkan sayapnya dan juga membantu Kota Sidoarjo dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

(20)

Ibu Diah dibantu dengan para manager dan sales force bergerilya untuk bisa memasarkan produknya sehingga dapat mempertahankan bisnis jaringan mereka. segala upaya dilakukan bahkan rela untuk melakukan Tupperware house party setiap hari demi mencapai target penjualannya.

Dengan begitu banyaknya peminat dari konsumen Tupperware dalam mengkonsumsi produknya yang terbilang mahal untuk sekedar produk plastik. dan fenomena yang dijelaskan diatas. Maka muncul pertanyaan tentang bagaimana strategi komunikasi perusahaan Tupperware dalam memasarkan produknya.

1.2 Rumusa n Masa lah

Berdasakan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dirumuskan masalah:

Bagaimana strategi komunikasi perusahaan Tupperware dalam memasarkan produknya

1.3 Tujua n Penelitia n

Untuk mengetahui strategi komunikasi perusahaan Tupperware dalam memasarkan produknya

1.4 Ma nfa at Penelitian

Manfaat penelitian ini meliputi kegunaan teoritis dan praktis, sebagai berikut :

(21)

I. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya ilmu komunikasi sehingga dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan karya ilmiah

II. Sebagai bahan referensi bagi penelliti selanjutnya, khususnya yang mengadakan penelitian dengan obyek yang sama.

b. Manfaat Praktis

I. Secara praktis penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan informasi bagi perusahaan yang bersangkutan

(22)

2.1 Penelitian Ter dahulu

Peneliti mengambil gambaran dari tiga jurnal komunikasi penelitian dari Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra dan Universitas Mercubuana dan UNIKOM. Penelitian pertama dilakukan oleh Tri Puspitasari program studi ilmu komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya. Penelitian tersebut meneliti tentang “Strategi Komunikasi Penerbitan Kosmonita Bulletin PT. Infomedia Nusantara” yang bertujuan untuk mengetahui dan memeberikan gambaran menegenai strategi komunikasi penerbitan Kosmonita Bullletin PT.Infomedia Nusantara.

Persamaan dari penelitian terdahulu dan milik peneliti adalah sama-sama menggunakan topik strategi komunikasi dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Hasil dari skripsi ini adalah adanya strategi komunikasi yang diterapkan oleh PT. Infomedia Nusantara dalam mengkomunikasikan penerbitan kosmonita bulletin. Dan disimpulkan bahwa strategi komunikasi kosmomunita bulletin sebagai sebuah media bau yang merupakan kolaborasi antara media cetak dan radio berdasarkan pada analisa perusahaan, khalayak, dan pesan itu sendiri.

(23)

Infomedia Nusantara. untuk melakukan penerbitan majalah Kosmonita bulletin, Sedangkan peneliti menggunakan strategi komunikasi yang dilakukan Tupperware dalam memasarkan produk.

Penelitian kedua dilakukan oleh Siska Damayanti program studi ilmu komunikasi Universitas Mercubuana. Penelitian tersebut meneliti tentang “ Strategy Corporate Communications PT. Garuda Indonesia TBK dalam layanan baru Garuda Experience – Indonesia hospitally untuk menunjang citra perusahaan”. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran strategi corporate communication PT. Garuda Indonesia dalam layanan baru Garuda Experience-Indonesia Hospitally dalam menunjang citra perusahaan.

Persamaan dari penelitian terdahulu dan milik peneliti adalah sama-sama menggunakan topik strategi komunikasi dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Perbedaan dari keduanya adalah dalam pemilihan objek penelitian. Objek penelitian terdahulu menggunakan strategi komunikasi perusahaan yang dilakukan PT. Garuda Indonesia dalam mengenalkan layanan barunya untuk meningkatkan citra perusahaannya. Sedangkan peneliti menggunakan strategi komunikasi untuk memasarkan produk.

(24)

penelitian tentang “ Strategi Komunikasi Pemasaran PT. Maicih Inti Sinergi Bandung Dalam Mempromosikan Produk Maicih di Kota Bandung”.

Persamaan dari penelitian terdahulu dan milik peneliti adalah sama-sama menggunakan topik strategi komunikasi dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah perusahaan Maicih mem-punyai strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan dalam mempromosikan Maicih di Kota Bandung.

Perbedaan dari keduanya adalah Apsari mencoba untuk menganalisa penetapan tujuan promosi pemasaran, penetapan sasaran promosi, rancangan pesan, saluran media, pengembangan promotional mix, penyediaan anggaran pemasaran, evaluasi dan pengendalian rencana pemasaran. Sedangkan skripsi penulis mencoba menganalisa tentang strategi komunikasi yang dilakukan Tupperware dalam memasarkan produknya.

2.2 Landasa n Teor i

2.2.1 Penger tian Strategi

(25)

Strategi menurut Foster (199:84), didefinisikan sebagai pertimbangan segala konsekuensi tindakan yang direncanakan dan bertindak menurut rencana itu, bukan tergoda untuk mencoba sesuatu yang lain yang tampak sebagai sebuah ide bagus. Hal ini berarti pelaku menyatukan pikiran-pikirannya dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan interaksi serta manfaat dari strategi yang terjadi.

Sebagai kegiatan usaha, setiap perusahaan memiliki strategi khusus untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu laba dan brand awareness di dalam masyarakat. Untuk itu perusahaan menggunakan peran dan fungsi dari strategi komunikasi dalam upaya menjaring perhatian serta minat dan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.

2.2.2 Penger tian Komunikasi

Dalam proses pertukaran terjadi proses komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dapat memberikan informasi dan membuat konsumen menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi juga dapat digunakan sebagai pengingat bagi konsumen terhadap suatu produk.

(26)

bagaimana membujuk konsumen agar melakukan tindakan pembelian (Sutrisna,2001:266)

Tujuan utama digunakannya komunikasi adalah terciptanya komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu melahirkan efek dari komunikasi yaitu perubahan pendapat, sikap dan perilaku. Jadi efektifitas komunikasi tidak diukur hanya dari pengetahuan yang dimiliki masyarakat, tetapi terutama adalah pada terjadinya perubahan dalam diri individu.

Untuk mendorong melakukan tindakan sesuai dengan yang kita inginkan. Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris “communication”, yang berasal dari kata lain communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Akan tetapi, pengertian komunikasi tersebut sifatnya mendasar, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi bukan hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu yaitu bersedia menerima suatu paham atau keyakinan untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.

Untuk dapat memahami pengertian komunikasi, menurut Harold Lasswell adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : “ who says what in which channel to whom with what effect?”. Melalui paradigma Lasswell ini, dapat adanya

lima unsur komunikasi yang harus dijawab, yaitu :

(27)

Sumber atau komunikator adalah pelaku utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator.

2. Pesan (message)

Apa yang akan dikomunikasikan atau disampaikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat symbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tersebut. Ada tiga komponen pesan, yaitu makna, symbol untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisai pesan.

3. Media (channel, media)

Wahana atau alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media cetak atau elektronik). 4. Komunikan (communicant)

(28)

5. Efek (effect, impact, influence)

Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap dan bertambahnya pengetahuan. (Effendy,2003:10)

Dalam hubungan ini, untuk memperoleh kejelasan, Philip Kotler dalam bukunya “Marketing Management”, mengkaji proses komunikasi berdasarkan paradigm Harold Lasswell, yang ditulis juga dalam buku Ilmu Komunikasi dan Praktek (Prof.Drs.Onong Effendy M.A 2007,18-19)

Unsur-unsur dalam proses komunikasi, yaitu:

1 .Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk.

3. Message : pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

5. Decoding : Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

(29)

7. Respon : tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan apabila tersampaikan pesan.

8. Feedback : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

9. Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. (Effendy,2003:18-19)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran itu bisa merupakan gagasan, informasi, opini, yang muncul dari benaknya. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan denhan menggunakan perasaan yang disadari. Sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder :

a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan media primer, yakni lambing (bahasa).

(30)

komunikasinya. Sebagai sasarannya berada di tempat relative jauh atau jumlahnya banyak. Seperti surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televise, film merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. (Effendy,2003:11-17)

Model komunikasi di atas menjelaskan factor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikasi harus tahu khalayak mana yang dijadikan sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengatur sandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efektif dalam mencapi khalayak sasaran.

Dengan deskripsi ini, maka dapat dipilih komunikator, pesan dan media yang cocok. Sebagai contoh, jika komunikan adalah seorang pimpinan perusahaan atau lembaga, maka komunikator yang harus bicara adalah orang yang berkedudukan sama.

Kemudian jika komunikan terbiasa dengan media modern (internet, teleconference) maka gunakan media sejenis agar mereka berminat mengaksesnya. Sebaliknya apabila komunikan terbiasa menerima pesan dalam bentuk formal (surat, edaran), sampaikanlah pesan dalam format itu. Begitu juga jika komunikan berlokasi di luar jangkauan, maka harus digunakan media yang mampu menjangkau, baik cetak maupun elektronik (dengan bantuan satelit).

(31)

yang harus menyesuaikan diri mengikuti karakteristik komunikan, bukan sebaliknya.

Untuk membuat komunikan mengikuti kegiatan komunikator, terdapat tiga metode komunikasi yang dapat digunakan yaitu metode informative, metode persuasive dan metode koersif. Komunikator dapat memilih salah satu metode ini atau menggunakan semuanya secara berurutan.

a. Metode Informatif

Komunikator memberikan penyadaran kepada komunikan dengan memberikan informasi yang sangat lengkap. Contohnya, perusahaan menyampaikan informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan segala fasilitas yang dimiliki sehingga masyarakat memiliki pengertian yang tinggi dan terdorong untuk melakukan kewajibannya.

b. Metode persuasive

Komunikator menyampaikan pujian dan bujkan kepada komunikan agar mereka tertarik untuk mengikuti kahendak komunikator.

c. Metode Koersif

(32)

2.2.3 Str ategi Komunika si

2.2.3.1 Penger tian Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan taktik operasionalnya. (Effendy,2003)

Demikian pula dengan strategi komunikasi merupakan panduan dan perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.

Strategi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif. Dengan demikian, strategi komunikasi baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda (Effendy,2003) :

(33)

b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang sudah diketengahkan oleh para ahli, tetapi untuk strategi komunikai teori yang memadai baiknya untuk dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah apa yang dikemukakan oleh Harold D. Laswell yaitu cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi adalah menjawab “who says what in which channel to whom with what effect?” komponen komunikasi yang berkorelasi secara fungsional pada paradigma Laswell itu merupakan jawaban pertanyaan yang diajukan. (Effendy,2003)

1. Who (komunikator)

Dalam proses komunikasi ada komunikator, yaitu orang yang mengirim dan menjadi sumber informasi dalam segala situasi. Penyampaian informasi yang dilakukan dapat secara sengaja maupun tidak.

2. Says What (Pesan)

(34)

yang disampaikan dapat secara langsung maupun tidak langsung dan dapat bersifat verbal maupun non verbal.

3. In Which Channel (Media yang digunakan)

Dalam menyampaikan pesan-pesannya komunikator harus menggunakan media komunikasi yang sesuai keadaan dan pesan yang disampaikan. Adapun media adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

4. To Whom ( komunikan)

Komunikan merupakan individu atau kelompok tertentu yang merupakan sasaran pengiriman seseorang yang dalam proses komunikasi ini sebagai penerima pesan. Dalam hal ini komunikator harus cukup mengenal komunikan yang dihadapinya sehingga nantinya diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal dari pesan yang disampaikan.

5. With what effect (Efek)

(35)

Dengan berpolakan formula Laswell itu, komunikasi didefinisikan sebagai “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu media yang menimbulkan efek; (Effendy,2003)

2.2.3.2 Per umusa n str ategi

Dalam perumusan strategi khalayak memiliki kekuatan penangkal yang bersifat psikologi dan social bagi setiap pengaruh yang berasall dari luar diri dan kelompoknya. Di samping itu khalayak tidak hanya dirangsang oleh satu pesan saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan. Artinya terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang dari sumber (komunikator) lain dalam waktu yang sama, maupun sebelum dan sesudahnya. Dengan demikian pesan yang diharapkan menimbulkan efek atau perubahan pada khalayak bukanlah satu-satunya “kekuatan”. Melainkan, hanya satu diantara semua kekuatan pengaruh yang bekerja dalam proses komunikasi, untuk mencapai efektifitas. (Arifin,1994)

(36)

diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitung-kan kondisi dan situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah mengenal khalayak dan sasaran. Kemudian berdasarkan pengenalan dan komuni-kator yang dipilih, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini dimaksudkan selain agar kekuatan penangkal yang dimiliki khalayak dapat “dijinakkan” juga untuk mengalahkan kekuatan pengaruh dari pesan-pesan yang lain yang berasal dari sumber (komunikator) lain. Cara ini merupakan persuasi dalam arti yang sesungguhnya. (Arifin,1994)

A. Mengenal khalayak

Untuk mencapai hasil yang positif dalam proses komunikasi, maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan metode dan media. Untuk menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan memahami, pola pikir ( frame of reference ) dan lapangan pengalaman (field of experince ) khalayak secara tepat dan seksama meliputi :

a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri atas:

(37)

2. Pengetahuan khalayak untuk menerima pesan – pesan lewat media yang digunakan

3. Pengetahuan khalayak terutama pembendaharaan kata yang digunakan

b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai – nilai dan norma – norma dalam kelompok dan masyarakat yang ada.

B. Situasi dimana kelompok itu berada.

Dalam observasi atau penelitian, publik dapat diidentifikasikan dari berbagai segi, dari segi pengetahuan khalayak misalnya terdapat pesan – pesan yang disampaikan dapat ditemukan khalayak yang tidak memiliki pengetahuan, memiliki hanya sedikit, memiliki banyak, dan yang ahli tentang masalah yang disajikan. Sedang dari segi sikap khalayak terhadap isi pesan yang disampaikan dapat ditemukan khalayak yang setuju, ragu- ragu, dan yang menolak.

(38)

hal ini Schonfeld ( 1998 : 52 ) mengemukakan klasifikasi khalayak sebagai berikut :

a. Inovator atau penemuan ide adalah orang yang kaya akan ide baru, dan karenanya mudah atau sukar menerima ide baru orang lain.

b. Early Adopters atau orang – orang yang cepat bersedia untuk mencoba apa yang dianjurkan kepadanya.

c. Early Mayority atau kelompok orang- orang yang mudah menerima ide- ide baru asal saja sudah diterima oleh orang kebanyakan.

d. Mayority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau menolak ide baru, terbatas pada suatu daerah.

e . Non – Adopters atau orang –orang yang tidak suka menerima ide baru dan mengadakan perubahan – perubahan atas pendapatnya semula.

(39)

komunikator untuk menciptakan komunikasi yang efektif, sebab manusia hidup dalam dan dari kelompoknya.

Dalam identifikasi publik ini dapat dilihat, bahwa makin modern hidup seseorang makin banyak kelompok referensinya (reference group), selanjutnya semakin luas pula lingkungan referencenya (frame of reference). Sebaliknya semakin tradisional seseorang, makin kecil kelompok referencenya, makin sempit pula lingkungan referencenya. Artinya makin modern seseorang makin kurang dan renggang hubungannya dengan kelompok, sebaliknya makin tradisional seseorang makin kuat dan erat hubungannya dalam kelompoknya.

Pengenalan mengenai khalayak sangat diperlukan, unsur manusia dalam proses komunikasi adalah unsur yang sangat penting dan merupakan inti dari komunikasi.

B. Menyusun Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi ialah menyusun pesan. Yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut. Ialah mampu mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.

(40)

perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA Proceduratau from Attention to Action procedure. Artinya membangkitkan perhatian (attention) untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action) sesuai tujuan yang dirumuskan. Selain AA Procedure dikenal juga rumus klasik AIDDA sebagai adoption proses, yaitu Attention, Interest, Desire, Decision dan Action. Artinya dimulai dengan membangkitkan perhatian (Attention), kemudian menum-buhkan minat dan kepentingan (interest), sehingga khalayak memiliki hasrat (Desire) untuk menerima pesan yang dirangsangkan oleh komunikator, dan akhirnya diambi keputusan (Decision) untuk mengamalkannya dalam tindakan (Action). Jadi proses tersebut harus bermula dari perhatian, Sehingga pesan komunikasi yang tidak menarik perhatian tidak akan menciptakan efektifitas. Dalam masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut : (Arifin,1994)

1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.

(41)

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.

4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.

Hal lain yang menyangkut menarik perhatian khalayak menurut Wilbur adalah mengemukakan apa yang disebut dengan Availability (mudahnya diperoleh) dan contrast (kontras) kedua hal ini menyangkut dengan penggunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan penggunaan medium. (Arifin,1994)

1. Availability, berarti isi pesan itu mudah diperoleh sebab dalam persoalan yang sama orang selalu memilih yang paling mudah, yaitu yang tidak terlalu banyak meminta energy atau tenaga.

(42)

C. Menetapkan Teknik

Dalam dunia komunikasi pada teknik penyampaian atau mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaan dan menurut bentuk isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang pertama, semata-mata melihat komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang pertama menurut cara pelaksanannya. Dapat diwujudkan dalam dua bentuk. Yaitu redundancy (repetition) dan canalizing.

1. Redundancy (repetiotion)

Redundancy atau repetition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan ajaln mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Dengan teknik ini sekalian banyak manfaat yang dapat ditarik darinya. Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih memperluaskan pesan itu, karena justru berkontras dengan pesan yang tidak diulang-ulang sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.

2. Canalizing

(43)

komunikasi ini, maka haruslah dimulai dari memenuhi nilai-nilai dan standar kelompok dan masyarakat secara berangsur-angsur merubahnya kea rah yang dikehendaki. Akan tetapi bila hal ini kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara perlahan-lanan dipecahkan. Sehingga anggota-anggota kelompok itu sudah tidak memiliki lagi hubungan yang ketat. Dengan demikian pengaruh kelompok akan menipis dan akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan mudah diterima komunikan. Sedang yang kedua menurut bentuk isinya dikenal teknik-teknik : informative, persuasive, edukatif, dan koersif. (Arifin,1994)

1. Informative

Teknik informative adalah suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Atau seperti ditulis oleh Jawoto (Arifin,1994):

a. Memberikan informasi tentang fakta semata-mata, juga fakta bersifat kontrofersial

(44)

Teknik ini lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa : keterangan, penerangan, berita dan sebagainya.

2. Persuasive

Mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik fikirannya maupun perasaan-nya. Perlu diketahui bahwa situasi mudah terkena sugesti ditentukan oleh : kecakapan untuk mensugestikan atau menyarankan sasuatu kepada komunikan (suggestivitas), dan mereka itu sendiri diliputi oleh keadaan mudah untuk menerima pengaruh (suggestibilitas). Jadi di pihak mensugesti khalayak dan mencipatakn situasu bagaimana khalayak itu supaya mudah terkena sugesti. Sugesti adalah proses kental sebagai hasil penerimaan yang tidak kritis dan direalisasikan dalam perbuatan kepercayaan atau cita-cita yang dipengaruhi orang lain.

3. Edukatif

(45)

kepada khalayak apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta. Pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi kebenaran dengan disengaja, teratur dan berencana. Dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.

4. Koersif

Koersif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Teknik ini biasanya dimanifestikan dalam bentuk peraturan-peraturan, perintah-perintah dan intimidasi-intimidasi. Untuk pelaksanaannya yang lebih lancer biasanya dibelakangnya berdiri suatu kekuatan yang cukup tangguh,

D. Penggunaan Media

(46)

dengan sendirinya dalam penggunaan media pun harus demikian pula. Justru itu selain kita harus berfikir dalam jalinan faktor-faktor komunikasi sendiri juga harus dalam hubungannya dengan situasi social-psikologis harus diperhitungkan pula. Hal ini karena masing-masing medium tersebut mempunyai kemampuan dan kelemahan-kelemahan tersendiri sebagi alat (Arifin,1994)

2.2.3.3Fungsi Str ategi Komunikasi

1. Tujuan sentral dalam strategi komunikasi

Strategi pada hakikatnya bertujuan to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikan ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action)

2. Korelasi antar komponen dalam strategi komunikasi

(47)

komponen tersebut. Dimulai dari komunikan sebagai sasaran komunikasi, media, pesan dan komunikator.

A. Mengenali sasaran komunikasi a. Factor kerangka referensi

Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari pandua pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status social, ideology, cita-cita dan sebagainya. b. Factor situasi dan kondisi

Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, sakit, atau lapar. Dalam menghadapi komunikan dengan kondisi seperti itu kadang-kadang kita bisa mengangguhkan komunikasi kita sampai datangnya suasana yang menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula kita harus melakukannya pada saat itu juga. Disini factor manusiawi sangatlah penting.

B. Pemilihan media komunikasi

(48)

C. Pengkajian tujuan komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, persuasu, atau intruksi.

D. Peranan komunikator dalam komunikasi a. Daya tarik sumber

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi akan mampu mengubah sukap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain, perkataan komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.

b. Kredibilitas sumber

(49)

2.2.4. Sifat-Sifa t Komunikasi

Jika kita sudah tahu sifat-sifat komunikan, dan tahu pula efek apa yang yang kita kehendaki dari mereka, memilih cara mana yang kita ambil untuk berkomunikasi sangatlah penting, karena ini ada kaitannya dengan media yang harus kita gunakan. Cara bagaimana kita berkomunikasi, kita bisa mengambil salah satu dari dua jenis komunikasi berdasarkan sifatnya :

Komunikasi tatap muka (face-to-face-communication)

(50)

maka jawabannya adalah adanya unsur feedback (umpan balik). Sudah kita ketahui bahwa feedback adalah salah satu unsur dalam aktivitas komunikasi. Seperti komunikasi antarpribadi atau orang per orang feedback bisa dirasakan langsung lewat kontak mata, perubahan ekspresi

wajah, bahkan ucapan-ucapan verbal langsung, dan lain-lain (Prisgunanto, 2006, p.44).

(51)

Communication Through

Message and Image

The Organization To its Constituencies

Who then Respond to

Corporate Communication Strategy Model

(52)
(53)
(54)

General Objectives

(55)

a. Initial Credibility

b. Derived Credibility

c. Terminal Credibility

(56)

Primary Secondary

Employee Media

Customer Suplyer

Shareholder Government (Local, Regional, National)

Comunities Creditor

Constituent for Organization

(57)
(58)

c. Gatekeeper

frame of reference audience

audience

(59)

audience

(60)

press release

e-mail

2.2.8 Stra tegi Pesa n

audience

audience

(61)

2.2.9 Media

who says what,

(62)

2.2.9.1 Ka tegor i Media

Advertising, Hodde&Stougt

(63)

Below the Line

Below the Line

(64)

(65)

3.1. Definisi Konseptual

Strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini

harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi (Effendy, 2002, 32).

(66)

Berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy)

mempunyai fungsi ganda :

1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

2. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya (Effendy, 2000, 29-31)

3.2 Pendeka tan dan J enis Penelitia n

Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah melalui pendekatan kualitatif. Bila dikaitkan dengan masalah pokok yaitu mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan Tupperware dalam memasarkan produknya. Menurut Maholtra (2005:161), kualitatif adalah metodologi riset yang tidak terstruktur dan bersifat menjelaskan yang didasarkan pada sampel yang kecil yang memberikan wawasan dan pemahaman mengenai setting masalah.

(67)

secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.

Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan dasta tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Oleh karena itu pendekatan kualitatif yang penulis lakukan adalah untuk menguraikan sesuatu dengan menggunakan metode deskriptif.

Menurut Maholtra (2005:89) metode deskriptif adalah suatu jenis riset yang mempunyai tujuan utama menguraikan sesuatu biasanya karakteristik atau fungsi pasar. Bila dikaitkan dengan masalah pokok, peneliti akan menguraikan bagaimana strategi Tupperware dalam meningkatkan costumernya. Ciri lain metode deskriptif adalah titik berat pada observasi dan suasana ilmiah.

3.3. Kr iter ia Infor man

Informan yang dipilih oleh peneliti pun dilakukan sesuai dengan kriteria tertentu karena informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2004, p.132). Adapun kriteria yang harus dipenuhi tersebut adalah :

a) informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian;

(68)

c) informan harus dapat memberikan pandangan dari segi orang-dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian;

d) informan harus dapat bersikap jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara;

e) informan tidak termasuk salah satu kelompok yang bertikai dalam latar penelitian;

f) informan adalah orang yang mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi.

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan di atas, maka key informan yang diwawancarai oleh peneliti adalah:

1. Nama :Ibu Dyah palupi,

Jabatan :Distributor Alamanda Delta Surya.

Beliau terlibat langsung dalam berkomunikasi dengan konsumen dan calon konsumennya. Sehingga paham benar tentang apa strategi komunikasi yang dilakukan oleh Tupperware dalam memasarkan produk.

2. Nama : Ibu Ratnendah Jabatan : Staf DIMAS

(69)

Sedangkan Kriteria Informan yang digunakan oleh peneliti terbagi menjadi dua yaitu :

1. Informan adalah orang yang sudah mengetahui tentang produk Tupperware dan merupakan Konsumen loyal dari Tupperware. Berusia di atas 18 tahun dan berpenghasilan minimal satu juta rupiah.

2. Informan adalah orang yang berusia di atas 18 tahun dan berpenghasilan minimal satu juta rupiah dan belum menjadi konsumen Tupperware, dan boleh mengetahui atau tidak tentang produk Tupperware.

3.4. Lokasi dan Wa ktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya, penelitian ini akan mengambil lokasi di kantor distributor Tupperware di Sidoarjo yang beralamatkan di Ruko Graha Niaga A1/No. 4 Jl. Jenggolo Buduran – Sidoarjo.

(70)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Data Pr imer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan. Penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan observasi untuk mengumpulkan data.

1. Indept Interview atau wawancara mendalam

Menurut Moelong yang dikutip Herdiyansyah, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Menurut Patton yang dikutip Moelong (2002:135) wawancara terbagi menjadi tiga yaitu wawancara pembicaraan informasi, pendekatan menggunakan petunjuk umum, dan wawancara baku terbuka.

(71)

Wawancara tersebut digunakan untuk mengungkapkan tentang strategi komunikasi Tupperware dalam memasarkan produk. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa pedoman atau instrument yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan kepada pimpinan distributor, Staf DIMAS, general manager dan sales force / konsumen. 2. Observasi

Observasi merupakan penyelidikan yang dilakukan sistematik dan sengaja diadakan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu kejadian terjadi. Menurut Moelong (2002:126), observasi mengoptimalkan observasi yang berperan serta. Peneliti berperan serta dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa rekaman, gambar, dan catatan berkala.

3.5.2 Data Sekunder

(72)

Data sekunder yang telah dikumpulkan dari dokumentasi Tupperware yaitu :

1. Foto-foto yang berkaitan dengan strategi komunikasi Tupperware dalam memasarkan produk

2. Catalog sebagai alat promosi

Semua data tersebut digunakan untuk menjawab masalah pokok penelitian.

3.6 Teknik Analisa Data

Peneliti menggunakan teknik analisa data deskriptif-kualitatif. Analisa ini merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data – data yang telah terkumpul, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Peneliti akan menggambarkan bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Tupperware dalam memasarkan produk. Peneliti menggunakan kata – kata dan dokumen untuk menganalisa data, tidak menggunakan angka – angka dan statistik.

(73)

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejar ah singkat Tupperwar e

Tahun 1938, Mr. Earl Tupper, seorang ahli kimia dari Amerika

Serikat berusia 31 tahun menderikikan Tupper Plastic Company dan pabrik

pertamanya di Farnumsville, Massachussets, USA. Produk plastik dengan

merk Tupper Plastic ini mulai dijual tahun 1946 melalui toko dan katalog.

Namun penjualan kurang sukses karena keistimewaan produk Tupperware

yaitu ”seal” atau tutupnya yang kedap udara dan kedap cairan ini tidak

diketahui konsumen karena tidak ada penjelasan tentang itu.

Keadaan berubah ketika seorang wanita bernama Brownie Wise

memperkenalkan cara penjualan produk Tupperware ”Party plan/ home

par ty” atau peragaan dirumah-rumah, yang terbukti lebih sukses dan efektif

karena disertai penjelasan menegenai keistimewaan dan manfaat dari tiap

produk. Sehingga mulai saat itu penjualan dilakukan dari rumah kerumah

secara direct selling.

Dalam usianya yang lebih dari setengah abad, saat ini Tupperware

telah menjadi salah satu perusahaan terkemuka di dunia dibidang wadah

(74)

kantor pusat di Orlando, Florida (US), saat ini Tupperware mempunyai lebih

dari 1000 item produk.

Pada tahun 1991-1994 merupakan masa peletakan pondasi

Tupperware di Indonesia, dan tahun 1995 perlahan-lahan tupperware bangkit

dan berkembang pesat pada periode berikutnya. Saat ini Tupperware

Indonesia telah bergabung menjadi anggota APLI dan diwakili oleh PT.

Imawi Benjaya yang telah berganti nama menjadi PT. Cahaya Prestasi

Indonesia. Perusahaan inilah yang menjadi distributor nasional sekaligus

penerima lisensi produk Tupperware di Indonesia dimana telah memiliki

kurang lebih 91 distributor resmi yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

PT. Cahaya Prestasi Indonesia mensuplai produk untuk seluruh

distributor Tupperware di Indonesia dan menjadi perusahaan pusat yang

mengkoordinasi penjualan produk serta kegiatan perusahaan distributor agar

sesuai ketentuan yang berlaku. Gambar 4.1 adalah gambar struktur distributor

(75)

PT. Cahaya Prestasi Indonesia

Gambar 4.1 Str uktur Distributor Tupperware Indonesia

4.1.2 Logo Perusahaan

Gambar 4.2 Logo Perusahaan

Logo sebagai identitas perusahaan memiliki peranan besar dalam

menentukan pencitraan perusahaan serta memiliki makna filosofis yang sesuai

dengan visi dan misi perusahan. Tupperware menggunakan di berbagai media,

di produk, iklan di berbagai media, marchendise dan lainnya.

Distributor

(PT.Alamanda Delta Surya)

Distributor

(PT….)

Distributor

(PT…)

Distributor

(PT…)

(76)

4.1.3 Profil Perusahaan PT. Alamanda Delta Sur ya

PT. Alamanda Delta Surya didirikan tahun 2002 oleh Bapak Budi

Dewantoro dan Ibu Diah Palupi yang berlokasi di Jl. Kartini No. 97,

Sidolumpuk, Sidoarjo. Persaingan dan perkembangan perusahaan yang begitu

pesat membuat PT. Alamanda memutuskan untuk berpindah ke lokasi yang

lebih strategis pada bulan Juli tahun 2009, yakni berlokasi di Ruko Graha

Niaga A1 No.4, Jenggolo, Buduran, Sidoarjo.

PT. Alamanda merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang

penjualan produk dan bertindak sebagai distributor resmi Tupperware yang

menyalurkan produknya dari PT. Cahaya Prestasi Indonesia sebagai pemegang

lisensi produk Tupperware.

Cara pemasaran yang dilakukan oleh PT. Alamanda adalah dengan

menggunakan teknik pemasaran langsung (direct marketing), yakni para

member (salesforce) PT. Alamanda yang menjual produknya langsung kepada

pelanggan.

4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi Tupperware Indonesia adalah menjadi Company of Choice dan

Brand of Choice.

2. Misi Tupperware Indonesia adalah merubah hidup lebih banyak orang

menjadi lebih baik lagi.

Visi dan misi perusahaan distributor Tupperware satu dengan yang

(77)

samaan visi dan misi diharapkan setiap distributor dapat bersaing secara sehat

dalam stategi-strategi dan inovasinya.

4.1.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan pola otoritas dan tanggung jawab yang

terdapat dalam organisasi. Adanya struktur organisasi, maka akan ada hirarki

wewenang, tanggung jawab, dan tugas kerja yang teratur dari sejumlah bagian

yang ada agar operasional perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, pimpinan PT.

Alamanda Delta Surya menyusun struktur organisasi sebagaimana ditunjukkan

pada Gambar 4.2

Gambar 4. 3

Struktur Organisasi PT. Alamanda

Sumber: Hasil Wawancara

4.1.6 Produk yang Dipasar kan oleh Tupper war e

Tupperware memiliki lebih dari 1000 jenis item produk. Hal ini

menunjukkan bahwa Tupperware tidak pernah berhenti berinovasi dalam

menciptakan produk dengan berbagai macam design dan fungsi yang

(78)

dewasa. Adapun diversifikasi produk Tupperware berdasarkan kebutuhan serta

fungsi, antara lain:

1. My First Collection (Hidup sehat dengan memilih

penyimpanan makanan yang higienis dan berkualitas)

2. Kitchen Organizers (Get Organized! Wadah Tupperware

dalam berbagai ukuran membantu Anda menata isi dapur,

sehingga mudah ditemukan. So easy!)

3. Kitchen Preparation (Memasak menjadi kegiatan yang

menyenangkan)

4. Freezer Collection (Produk inovatif dengan katup pengatur

sirkulasi udara untuk penyimpanan dalam lemari pendingin)

5. Fridge Collection (Kesegaran makanan olahan dan minuman

terjaga dalam wadah yang cantik dan kulkas tertata rapih)

6. Serving Collection (Kehangatan dan kedekatan keluarga

berawal dari sentuhan kasih sayang dalam sajian Anda)

7. Storage Collection (Nikmati saat-saat berkualitas bersama

keluarga Anda dalam setiap kesempatan)

8. Simply Reheat (Environment Lover. Mencintai lingkungan

dengan membawa bekal dari rumah)

9. Kids & Teen Collection (Koleksi unik dan lucu ini didesain

khusus untuk buah hati Anda)

(79)

11.On The Go Collection (Rangkaian piranti piknik dalam warna

baru yang lebih cerah, modern, dan menyegarkan...memberi

nuansa ceria dalam setiap aktifitas piknik keluarga Anda)

12.Gift Collection (Sentuh orang-orang yang paling dekat di hati

Anda dengan bingkisan yang elegan dan berkualitas)

4.2 Penyajian Data

Penelitian ini dilakukan pada Distributor PT. Alamanda Delta Surya

di Sidoarjo selama 2 bulan, penulis mendeskripsikan strategi komunikasi

dalam memasarkan produk yang dilakukan oleh perusahaan Tupperware.

Peneliti memaparkan beberapa dari hasil observasi dan wawancara mendalam

melalui depth interview dengan key informan dan Informan. Key informan

adalah yang dianggap memiliki banyak informasi tentang strategi komunikasi

dalam memasarkan produk Tupperware yaitu Ibu Dyah Palupi selaku

Pimpinan Distributor Alamanda Delta Surya. Pertanyaan yang peneliti ajukan

adalah tentang strategi komunikasi yang dilakukan perusahaan Tupperware

dalam memasarkan produknya.

Selain key informan, peneliti pun melakukan wawancara mendalam

atau depth interview dengan 4 informan, dalam hal ini peneliti memilih

konsumen sebagai pihak yang dapat memberikan informasi kepada peneliti

terkait strategi komunikasi perusahaan Tupperware dalam memasarkan

produknya. Pertanyaan yang diajukan peneliti kepada konsumen sebagai

(80)

4.3 Hasil dan Analisis

4.3.1 Strategi Komunikasi Tupperware Dalam Memasarkan Pr oduk

Peneliti mendapat informasi mengenai strategi komunikasi

yang dilakukan Tupperware dalam memasarkan produk melalui

wawancara terhadap pimpinan distributor Ibu Dyah Palupi. Untuk

menunjukkan strategi komunikasi daam memasarkan produk

tupperware yang telah dilakukan, agar konsumen tahu dan dapat

dengan mudah utuk bisa membeli dan menggunakan produknya. dan

untuk mempertahankan posisi penjualan di pasaran dan agar mampu

untuk bersaing dengan kompetitor produk. Berikut daftar pertanyaan

wawancara yang telah peneliti lakukan:

Strategi Komunikasi Tupperware Dalam Memasarkan Pr oduk

Nama : Dyah Palupi- Pimpinan Distributor Alamanda Delta Surya

Lokasi : Kantor Distributor di Ruko Graha Niaga A1 No.4, Jenggolo

Waktu : Sabtu, 30 November 2013

Hasil wawancara:

1. Apa yang menjadi latar belakang berdirinya Tupperware?

(81)

Berdasarkan wawancara diatas diketahui latar belakang

berdirinya Tupperware karena banyaknya permintaan plastik sebagai

wadah penyimpanan makanan.

1.Bagaimana dengan tujuan utama dari perusahaan ini?

J awaban : Tujuan utama kami adalah mencari profit / keuntungan yang tidak terbatas. kemudian kembali lagi mengacu kepada visi dan misi perusahaan Tupperware adalah menjadi Brand of Choice dari konsumen di Indonesia, kemudian juga kami ingin memberikan kesempatan untuk seluruh wanita agar bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi. karena perusahaan ini merupakan sebuah bisnis yang melibatkan wanita.

Tujuan dari perusahaan Tupperware adalah selain mencari

keuntungan yang tanpa baras juga ingin menjadikan merk ini menjadi

pilihan pertama masyarakat indonesia, kemudian yang kedua adalah

untuk memberikan kesempatan dalam merubah hidupnya menjadi

lebih baik lagi. Hal ini disebabkan oleh penemu cara penjualan yang

pertama adalah seorang wanita (Brownie wise) yang berhasil

membawa produk kepasaran dengan konsep ”Home Party

tupperware” . Berangkat dari hal ini Tupperware ingin menjadikan

wanita Indonesia untuk lebih kreatif dalam memperoleh penghasilan

sendiri, dan bisa mewujudkan segala impian hidupnya dengan

penawaran penghasilan yang tak terbatas.

2.Bagaimana tujuan dari komunikasi yang dilakukan ?

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Distributor Tupperware Indonesia
Gambar 4. 3
Gambar 4.4  Party
Gambar 4.5 Assembly
+6

Referensi

Dokumen terkait

Konsep Baru Eksistensi IPDN Sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan Dalam Pengisian. Jabatan

.Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran pendidikan agama Islam yang digunakan di SMP IT Fitrah Insani adalah strategi pembelajaran inkuiri,

judul “ Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga dan Tingkat Margin Terhadap Alokasi Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (Pada BRI Syariah Cabang Cirebon)”.

Rumusan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pengaruh Kompetensi, Obyektivitas dan Pengalaman Kerja terhadap Efektivitas Audit Internal dengan Etika Auditor

Dengan mengimplementasikan Sistem Informasi Akuntansi, maka proses pencatatan akuntansi dalam Toko ini akan lebih terstruktur dan mengurangi human error yang

“Stage Complete!” , jika tidak berakhir maka permainan masih berlanjut. Kemudian muncul tampilan Highscore

Pada saat pengujian reliabilitas terdapat beberapa item pernyataan yang terbukti tidak reliabel, hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang berada di luar kendali

Berdasarkan uji hipotesis di atas didapatkan pengaruh signifikan pemberian ekstrak daun srikaya (Anonna squamosa L) pada tikus wistar (Rattus novergicus) yang