SKRIPSI
Diajukan Oleh :
RANGGA FARIDIANTO 0813010089/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN"
J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Kepada Per syaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J ur usan Akuntansi
Diajukan Oleh :
RANGGA FARIDIANTO 0813010089/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN"
J AWA TIMUR
(studi di Desa Kemiri Sidoarjo)
yang diajukan
RANGGA FARIDIANTO 0813010089/FE/AK
telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
DRS. EC. MUNARI, MM Tanggal :………
NIP.196104021988031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
(studi di Desa Kemiri Sidoarjo)
yang diajukan
RANGGA FARIDIANTO 0813010089/FE/AK
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :
Pembimbing Utama
DRS. EC. MUNARI, MM Tanggal :………
NIP.196104021988031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
(studi di Desa Kemiri Sidoarjo)
yang diajukan
RANGGA FARIDIANTO 0813010089/FE/AK
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
DRS. EC. MUNARI, MM Tanggal :………
NIP.196104021988031001
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
BANGUNAN DI DESA KEMIRI SIDOARJ O
Disusun Oleh:
Rangga Faridianto 0813010089/FE/AK
telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada tanggal 22 Febr uar i 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr s. Ec.Munar i, MM Prof. Dr .H.Soepar lan Pr anoto,MM.AK
Sekr etaris
Dr s. Ec.Munar i, MM Anggota
Dr a.Ec. Tituk Diah W,M.Aks
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
pengatur semesta alam, yang telah memberikan kesehatan, kesabaran, kekuatan
serta melimpahkan segala rahmat hidayah dan karuniaNya serta kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor -Faktor Yang
Mempengar uhi Pener imaan Pajak Bumi dan Bangunan”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Dalam penyusunan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak DR. Dhani Ichsanuddin Nur,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs.Ec.RA Suwaidi,Msi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dr.Hero Priono,SE,M.si,Ak selaku Ketua Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Ibu DRA.Ec.Dwi Suhartini, Maks selaku Dosen Wali yang selalu Memberikan
7. Seluruh Staf Kelurahan Pulorejo yang telah membantu memberikan data-data
yang diperlukan dalam penyusunan sripsi ini.
8. Segenap Staf Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Vetean” Jawa Timur yang telah membekali dengan
ilmu-ilmu pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.
9. Kepada ayahanda dan Ibunda, Kakak dan adiku serta someone-ku yang tercinta,
terima kasih telah memberikan doa dan semangat sehingga skripsi akhirnya dapat
terselesaikan.
10.Tak lupa sahabat dan teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan
semangat serta dengan kompaknya mengerjakan skripsi bersama-sama dan saling
berbagi.
11.Serta pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pengerjaan skripsi ini yang
nama-namanya tidak saya sebutkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas keikhlasan dan bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan semua pihak.
Surabaya,22Februari 2013
Kata Pengantar ...i
1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Rumusan Masalah... 6
1.3.Tujuan Penelitian ... 6
1.4.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : KAJ IAN PUSTAKA ... 8
2.1.Penelitian Terdahulu ... 8
2.2.Tinjauan Teori... ... 15
2.3.Landasan Teori ... 17
2.2.1. Keuangan Daerah ... 17
2.2.2. Pengertian Pajak ... 19
2.2.2.1. Fungsi Pajak ... 20
2.2.2.2. Pengelompokan Pajak ... 21
2.2.2.3. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 22
2.2.2.4. Tarif Pajak ... 24
2.2.3. Pajak Bumi dan Bangunan... 25
2.2.3.1. Definisi PBB ... 25
2.2.3.2. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan ... 27
2.2.3.3. Maksud dan Tujuan ... 28
2.2.3.4. Sifat Pajak Bumi dan Bangunan ... 29
2.2.3.5. Ketentuan Umum ... 29
iv
2.2.3.10.Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan
Pajak Terhutang ... 33
2.2.4. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 34
2.2.4.1. Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 34
2.2.4.2. Pengaruh Kemampun Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 35
2.2.4.3. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 36
2.2 Diangram Kerangka Pikir ... 38
2.3 Hipotesis... 38
BAB III : METODE PENELITIAN ... 39
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Vaiabel ... 39
3.1.1. Definisi Operasional ... 39
3.1.1.1. Variabel Bebas (X) ... 39
3.1.1.2. Variabel Terikat (Y) ... 40
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 40
3.2.Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.2.1. Populasi ... 44
3.2.2. Sampel ... 44
3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.3.1. Jenis dan Sumber Data ... 45
3.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 45
3.4.Teknik Analisis ... 46
3.4.1. Uji Kualitas Data ... 46
3.4.2.1. Autokorelasi ... 48
3.4.2.2. Multikoloineritas ... 49
3.4.2.3. Heteroskedasitas ... 49
3.4.3. Analisis Regresi Berganda ... 50
3.4.4. Uji Hipotesis ... 50
3.4.4.1. Uji F ... 50
3.4.4.2. Uji t ... 52
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 54
4.1.1.Gambaran Umum... ... ...54
4.1.2.Struktur Organisasi... ...54
4.1.3. Tugas dann Fungsi Lembga Pemerintahan... ...55
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58
4.2.1. Karekteristik Responden ... 58
4.2.2. Deskripsi Variabel ... 60
4.2.2.1. Variabel Kesadaran Wajib Pajak (Χ1) ... 60
4.2.2.2. Variabel Kemampuan Wajib Pajak (Χ2) ... 60
4.2.2.3. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Χ3) ... 61
4.2.2.4. Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 62
4.3. Uji Kualitas Data... 63
4.3.1. Uji Validitas ... 63
4.3.1.1. Uji Validitas Pada Variabel Kesadaran Wajib Pajak (Χ1) ... 64
4.3.1.2. Uji Validitas Pada Variabel Kemampuan Wajib Pajak (Χ2) ... 64
vi
4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 67
4.4.1Uji Normalitas Data... ... ...67
4.4.2.Uji Asumsi Klasik ... 69
4.4.2.1. Uji Multikolinearitas ... 69
4.4.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 70
4.4.3. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 70
4.4.4. Pengujian Hipotesis ... 72
4.4.1.1. Pengujian Secara Simultan ( F ) ... 72
4.4.1.2. Pengujian Secara Parsial (t) ... 73
4.5. Pembahasan dan Penelitian ... 71
4.5.1. Implikasi Praktis ... 74
4.5.2. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 76
4.5.3. Keterbatasan Penelitian... 77
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
5.1. Kesimpulan ... 78
5.2. Saran ... 78
Daftar Pustaka
Rangga Far idianto
Fakultas Ekonomi-Universitas Pembangunan Nasional
Abstract
Land and Building Tax is the only tax property in Indonesia as it is written in the law No. 12 of 1994. Land and Building Tax as a tax objective, namely that most of the country's tax revenue recipients are among others used for the provision of facilities which are also enjoyed by the central government and local government. therefore, only natural that the central government also co-finance the provision of such facilities through payment of Land and Building Tax. Land and building tax (PBB) has a value smaller than the tax dollars the other centers, but have far-reaching impact because the results of property tax revenue is returned to the region. The purpose of this study is to empirically examine the effect of taxpayer awareness, the ability of the taxpayer, taxpayer
compliance to the success of land and building tax revenues dikelurahan pecan Sidoarjo. Data used in this study is primary data and secondary data. The population in this study are all compulsory land and building tax by using Simple Random Sampling for Tamarind Village area totaling 3011 WP, with a sample of 97 WP. Test equipment used is the Multiple Linear Regression using SPSS program.
From these results it can be concluded that the ability of taxpayers had no effect on the success rate of land and building tax revenues, while awareness of the taxpayer, taxpayer compliance shown to affect the success of the land and building tax revenues, verified.
Rangga Faridianto
Abstraksi
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan satu-satunya pajak properti di Indonesia sebagaimana tertulis dalam undang-undang Nomor 12 tahun 1994. Pajak Bumi dan Bangunan sebagai pajak obyektif, yaitu pajak negara yang sebagaian besar penerimanya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. oleh sebab itu, wajar bila pemerintah pusat juga ikut membiayai penyediaan fasilitas tersebut melalui pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak bumi dan bangunan (PBB) memiliki nilai rupiah kecil dibandingkan dengan pajak pusat lainnya, tetapi mempunyai dampak luas sebab hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan dikembalikan untuk daerah yang bersangkutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh kesadaran wajib pajak,kemampuan wajib pajak,kepatuhan wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dikelurahan kemiri Sidoarjo.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan menggunakan Simple Random Sampling untuk wilayah Kelurahan Kemiri yang berjumlah 3.011 WP, dengan jumlah sampel 97 WP. Alat uji yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda yang menggunakan program SPSS.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, sedangkan kesadaran wajib pajak, kepatuhan wajib pajak terbukti berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, teruji kebenarannya.
1.1Latar Belakang Masalah
Setiap negara pasti berupaya untuk mensejahterahkan rakyatnya. Hal ini
dapat di lihat dari fasilitas – fasilitas yang tersedia yang bertujuan untuk
mensejahterahkan rakyatnya. Namun yang harus kita ketahui, setiap fasilitas yang
tersedia pasti terdapat sumber pendapatan untuk membiayai itu semua.pendapatan
terbesar suatu Negara yang dapat kita lihat salah satunya bersumber dari pajak.
peranan pajak dalam pembangunan terasa sangat penting, sebab dana yang
dipergunakan untuk membangun bangsa Indonesia sebagian besar dibiayai dari
pendapatan pajak. Oleh sebab itu dari tahun ke tahun pemerintah terus berupaya
untuk mengoptimalkan pemasukan pajak. Guna mendukung tujuan tersebut perlu
adanya peraturan yang mendukung agar realisasi penerimaan pajak dapat tercapai.
Pajak sangat besar artinya, karena peranannya dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pemerintah berupaya meningkatkan penerimaan
pajak, salah satunya melalui reformasi kebijakan perpajakan. Perubahan kebijakan
tersebut (peraturan perundang-undangan perpajakan) mengatur sistem perpajakan
secara menyeluruh yang sejalan dengan perkembangan perekonomian saat ini dan
di masa yang akan datang.
Perubahan yang dilakukan dalam sistem perpajakan yaitu dari sistem
sistem perpajakan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan wajib
pajak.
Dalam sistem perpajakan secara menyeluruh, administrasi pajak harus
efisien dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu tidak
menyulitkan baik pemerintah dalam melakukan pemungutan pajak maupun wajib
pajak dalam melakukan kewajibannya.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009:1).
Dalam pembiayaan pembangunan suatu daerah, pemerintah daerah
membutuhkan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan daerah. Dengan
adanya pemberian otonomi daerah kepada pemerintah daerah dan di keluarkannya
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah memberikan lebih banyak kewenangan kepada daerah dalam
menjalankan fungsi pemerintahan dan untuk mengatur sumber-sumber
penerimaan daerah sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah.
Ditinjau dari fungsinya, pajak dibedakan menjadi dua fungsi, yaitu fungsi
budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regularend (mengatur). Fungsi
budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah
untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan, sedangkan fungsi
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai
tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, dari kedua fungsi ini, pada dasarnya
pemerintah ingin kembali menegaskan peran penting pajak baik sebagai alat
penerimaan negara maupun sebagai alat untuk melaksanakan berbagai kebijakan
di bidang sosial dan ekonomi (Siti Resmi, 2008 :3)
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan satu-satunya pajak properti di
Indonesia sebagaimana tertulis dalam undang-undang Nomor 12 tahun 1994.
Pajak Bumi dan Bangunan sebagai pajak obyektif, yaitu pajak negara yang
sebagaian besar penerimanya merupakan pendapatan daerah yang antara lain
dipergunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. oleh sebab itu, wajar bila pemerintah pusat juga
ikut membiayai penyediaan fasilitas tersebut melalui pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan (Suhardito, Bambang, dan Sudibyo, Bambang, 1999 : 3).
Pajak bumi dan bangunan (PBB) memiliki nilai rupiah kecil dibandingkan
dengan pajak pusat lainnya, tetapi mempunyai dampak luas sebab hasil
penerimaan pajak bumi dan bangunan dikembalikan untuk daerah yang
bersangkutan. Pada dasarnya PBB mempunyai wajib pajak terbesar dibandingkan
pajak-pajak lainnya, Namun kenyataannya juga tidak menutup kemungkinan
peneriman PBB selalu berada dibawah pokok ketetapan seperti yang terjadi pada
Kelurahan Kemiri Kabupaten sidoarjo kecamatan sidoarjo. Hal ini disebabkan
kurangnya kesadaran dari wajib pajak atas pentingnya pajak yang di bayarkan
bahwa target dan realisasi penerimaan PBB selama 5 (lima)tahun terakhir adalah
sebagai berikut :
Tabel 1 : (Data penerimaan PBB di Desa kemir i Kecamatan Sidoarjo Kota Sidoarjo tahun 2007-2011)
(dalam ribuan rupiah)
No Tahun Rencana Penerimaan Realisasi Penerimaan Persentase
1
Sumber : Arsip Kelurahan Desa Kemiri
Tabel 1.1 tampak bahwa realisasi penerimaan PBB di Desa Kemiri Kecamatan
Sidoarjo Kota Sidoarjo selalu dibawah rencana penerimaan. Hal ini berarti masih
ada potensi pajak yang tidak tertagih, secara keseluruhan rata-rata realisasi sebesar
74,98%, sehingga masih sekitar 25,02% yang tidak tertagih dalam lima tahun
terakhir.
Berdasarkan 1.1 diatas persentase rencana penerimaan dan realisasi
penerimaan PBB di Desa Kemiri tidak stabil, dimana persentase penerimaan PBB
antara tahun 2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 3,78% yang kemudian
mengalami penurunan pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 dan 2011
mengalami peningkatan yang lumayan tinggi dari 65,23 % menjadi 80,52% pada
Penerimaan PBB yang selalu dibawah pokok ketetapan hal ini berarti
bahwa pajak masih merupakan “momok” bagi masarakat meskipun telah
dilakukan reformasi pajak hal ini kemungkinan disebabkan karena dengan
membayar pajak maka biaya yang dikeluarkan wajib pajak akan semakin besar,
selain itu keanekaragaman tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan didalam
masyarakat serta peralihan masyarakat dari desa menjadi kota sehingga tingkat
kesadaran dalam membayar pajak masih rendah, dan semakin tinggi penghasilan
Wajib Pajak, maka semakin baik kemampuan wajib pajak dalam membayar pajak
tepat waktu, dalam hal ini adalah PBB.
Selain kesadaran dan kemampuan yang dimiliki Wajib Pajak mengenai
perpajakan, kepatuhan wajib pajak juga harus diperhatikan oleh segenap instansi
yaitu Kantor Pelayanan Pajak Wilayah Sidoarjo dalam proses pembayaran atau
pelunasan pajak.
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, maka perlu diperhatikan
kesadaran perpajakan wajib pajak, kemampuan wajib pajak, dan kepatuhan wajib
pajak berpengaruh terhadap realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Dalam penelitian ini akan melihat pengaruh dari kesadaran perpajakan
wajib pajak, kemampuan wajib pajak, serta kepatuhan wajib pajak terhadap
keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
Apakah Tingkat Kesadaran wajib pajak, Tingkat kemampuan wajib pajak, dan
Tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Desa Kemiri Kota Sidoarjo.
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji secara empiris
pengaruh tingkat kesadaran wajib pajak, Tingkat kemampuan wajib pajak, dan
Tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan.
1.4Manfaat Penelitian
a. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan kepustakaan dan menjadi
masukan bagi pihak-pihak yang ingin meneliti lagi masalah-masalah yang
relevan dengan topik ini.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat sebagai penerapan teori yang didapat selama
pendidikan yang telah ditempuh dan bekal pengetahuan bagi penulis apabila
akan mengembangkan penelitian lebih lanjut.
Penelitian ini merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
Penerimaan PBB dan dampaknya terhadap penerimaan daerah di Kota
Sidoarjo, sehingga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah
Kota Sidoarjo dalam mengelola keuangan daerah dan mencari upaya-upaya
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Suhardito, Bambang, dan Sudibyo, Bambang (1999)
a. Judul
“Pengaruh Faktor-Faktor yang Melekat pada Wajib Pajak Terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan”.
b. Rumusan Masalah
1) Apakah faktor-faktor yang melekat pada WP berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan PBB (collection rate) di Surabaya?
2) Apakah faktor-faktor yang melekat pada WP Wiraswasta berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan PBB (collection rate) di Surabaya?
3) Apakah faktor-faktor yang melekat pada WP Nir-wiraswasta
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB (collection rate)
di Surabaya?
c. Hipotesis
1) Diduga faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di kota
Surabaya.
1) Faktor-faktor yang telah terbukti berpengaruh terhadap keberhasilan
penerimaan PBB di kota Surabaya adalah faktor-faktor kesadaran
perpajakan WP, rasio beban PBB dibandingkan pendapatan WP, sikap
WP terhadap prioritas pembangunan pemerintah, dan tax avoidance
WP. Sedangkan, faktor-faktor yang melekat pada WP sisanya telah
terbukti tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di
kota Surabaya.
2.) Untuk WP PBB Wiraswasta, faktor-faktor yang telah terbukti
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di kota Surabaya
adalah faktor-faktor kesadaran perpajakan WP, rasio beban PBB
dibandingkan pendapatan WP, rasio beda hitung permanent difference,
sikap WP terhadap prioritas pembangunan pemerintah, dan tax
avoidance WP. Sedangkan, faktor-faktor yang melekat sisanya telah
tidak terbukti tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan
PBB di kota Surabaya.
3) Untuk WP Nir-wiraswasta, faktor-faktor yang telah terbukti
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di kota Surabaya
adalah faktor-faktor kesadaran perpajakan WP, rasio beban PBB
dibandingkan pendapatan WP, sikap WP terhadap prioritas
pembangunan pemerintah. Persepsi WP tentang pelaksanaan sanksi
denda PBB, tax avoidance WP, pendidikan WP, dan lama tinggal WP
pada WP sisanya telah terbukti tidak berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan PBB di kota Surabaya.
2. Kiryanto (1999)
a. Judul
“pengaruh penerapan struktur pengendalian intern terhadap kepatuhan
wajib pajak badan dalam memenuhi pajak penghasilan”.
b. Rumusan Masalah
1) Apakah terdapat hubungan antara penerapan struktur pengendalian
intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi
kewajiban pajak penghasilan ?
2) Apakah penerapan struktur pengendalian intern berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi pajak penghasilan ?
c. Hipotesis
1) Diduga terdapat hubungan antara penerapan struktur pengendalian intern
dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak
peghasilan.
2) Diduga terdapat pengaruh antara penerapan struktur pengendalian intern
terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak
penghasilan.
d. Kesimpulan
1) Hasil analisis menunjukan bahwa penerapan struktur pengendalian
intern mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan dengan
kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak
penilaian struktur pengendalian intern dalam setiap penugasan
pemeriksaan dalam setiap perusahaan (Norma Pemeriksaan)
3. Retti Nor Alfi Syahra (2008)
a. Judul
“Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak,
dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan”.
b. Rumusan Masalah
1) Apakah tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran perpajakan
wajib pajak, serta tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten
Sumenep.
c. Hipotesis
1) Diduga tingkat tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran
perpajakan wajib pajak, serta kapatuhan wajib pajak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
di Kabupaten Sumenep.
d. Kesimpulan
1) Hipotesis penelitian yang menyatakan diduga tingkat pemahaman
wajib pajak, tingkat kesadaran perpajakan wajib pajak, serta kepatuhan
wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Sumenep dapat terbukti
2) Variabel tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran
perpajakan wajib pajak yang dapat terbukti berpengaruhnya secara
nyata, sedangkan untuk kepatuhan waib pajak tidak berpengaruh nyata
terhadap keberhasilan penerimaan pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
4. Yulia Anggara Sari (2010)
a. Judul
“Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung”
b. Rumusan Masalah
1) Bagaimana tingkat efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan
pada pemerintah daerah kota bandung dari tahun 2002 sampai dengan
2008?
2) Bagaimana laju pertumbuhan pendapatan daerah pada pemerintah
daerah kota Bandung dari tahun 2002 sampai 2008?
3) Seberapa besar kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan
terhadap penapatan daerah kota bandung dari tahun 2002 sampai
dengan 2008?
c. Hipotesis
1) Diduga bahwa pajak bumi dan bangunan yang menitik beratkan
efektivitas dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah.
d. Kesimpulan
1) Tingkat efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan tahun 2002
tahun 2006 dengan kriteria sangat efektif. Efektivitas terendah pada
tahun 2002 dengan kriteria cukup efektif. Hal ini mungkin
menunjukkan bahwa pengelolaan pajak bumi dan bangunan pada
pemerintah daerah kota Bandung telah dilaksanakan secara memadai,
dan menunjukkan keadaan perekonomian dan pembangunan daerah
kota Bandung mengalami perkembangan. Terlihat akan kebutuhan
fasilitas kesehatan yang mudah tersedia dan di dapat dengan baik.
2) Laju pertumbuhan pendapatan daerah tertinggi terjadi pada tahun 2006
dan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2005. pendapatan
daerah yang berasal dari PAD, dana perimbangan, dan lain-lain
pendapatan yang sah dari tahun 2002 samapai dengan tahun 2007
mangalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan daerah
kota bandung mengalami perkembangan.
3) Tingkat kontribusi pajak bumi dan bangunan tahun 2002 sampai
dengan 2008, yang terbesar dicapai pada tahun 2008 dengan kategori
sangat kurang. Secara keseluruhan jumlah pendapatan daerah tidak
hanya dipengaruhi oleh penerimaan pajak bumi dan bangunan saja,
karena masih terdapat jumlah penerimaan lainnya yang dapat
mempengaruhi jumlah pendapatan lainnya.
5. Haris Setyawan (2011)
a. Judul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi
b. Rumusan Masalah
1) Apakah Tingkat Kesadaran perpajakan wajib pajak, Tingkat
pemahaman wajib pajak, dan Sistem Pemungutan berpengaruh
terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan
Pulorejo Kota Mojokerto?
c. Hipotesis
1) Diduga tingkat tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran
perpajakan wajib pajak, serta kapatuhan wajib pajak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
di Kelurahan Pulorejo Kota Mojokerto.
d. Kesimpulan
1) kesadaran perpajakan wajib pajak, pemahaman wajib pajak, dan sistem
pemungutan wajib pajak mempunyai pengaruh terhadap tingkat
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun variabel keasadaran
perpajakan wajib pajak (Χ1) dan sistem pemungutan (Χ3) mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap tingkat penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan dibandingkan dengan pemahaman wajib pajak (Χ2).
Persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam penelitian terdahulu dengan
penelitian sekarang adalah:
1) Penelitian Terdahulu
a. Suhardito dan sudibyo (1999)
Variabel penelitian yang digunakan adalah tingkat kesadaran wajib
pendapatan wajib pajak terhadap aplikasi perundang – undangan
tentang PBB. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda dengan mengunakan fungsi hipotesis secara parsial dan
simultan.
b. Retti Nor Alfi Syahra (2008)
Variabel yang digunakan yaitu pemahaman wajib pajak, tingkat
kesadaran perpajakan wajib pajak, dan tingkat kepatuhan wajib pajak.
Lokasi penelitian yang digunakan di Kabupaten Sumenep. Alat analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
c. Haris Setyawan (2011)
Variabel yang digunakan yaitu tingkat Kesadaran perpajakan wajib
pajak, tingkat pemahaman wajib pajak, dan Sistem Pemungutan. Lokasi
penelitian yang digunakan di Kelurahan Pulorejo Kota Mojokerto. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Penelitian Sekarang
Variabel yang digunakan yaitu tingkat Kesadaran perpajakan wajib pajak,
Tingkat kemampuan wajib pajak, dan Tingkat kepatuhan wajib pajak.
Lokasi penelitian yang digunakan di Desa kemiri Kecamatan Sidoarjo.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
2.2 Tinjauan Teori
Pemahaman akan teori pemungutan pajak berikut di harapka membawa
semata, tetapi menjadi suatu kewajiban yang penting dalam hidup bermasyarakat,
Mardiasmo (2009 :3-4), menjelaskan bahwa teori-teori pemungutan pajakyang
dimaksud yaitu:
1. Teori Asuransi, teori ini diartikan dengan Negara melindungi keselamatan jiwa
harta benda,dan hak-hak rakyatnya oleh karena itu rakyat harus membayar
pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh
perlindungn tersebut.
2. Teori Kepentingan, teori ini diartikan sebagai pembagian beban pajak kepada
rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing
orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negaramakin tinggi
pajak yang harus dibayar.
3. Teori Daya Pikul, teori ini diartika sebagai beban pajak untuk semua orang
harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuaidengan daya
pikulmasing-masing orang.
4. Teori Bakti, teori ini diartikan sebagai dasar keadilan pemungutan pajak terletak
pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga Negara yang berbakti,
rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu
kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli, teori ini diartikan sebagai dasar keadilan terletak pada
akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarikdaya
beli dari rumah tangga masyarakat untukrumah tangga Negara.selanjutnya
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat
lebih diutamakan.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Keuangan Daerah
Pembiayaan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah
dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat
diandalkan. Kebutuhan ini semkin dirasakan oleh daerah terutama sejak
berlakunya otonomi daerah di Indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari 2001,
sehingga setiap daerah dipacu untuk berkreasi mencari sumber penerimaan daerah
yang dapat mendukung pembiayaaan pengeluaran daerah. Dari berbagai alternatif
sumber penerimaan yang mungkin dipunggut oleh daerah, undang-undang tentang
pemerintahan daerah menetapkan pajak dan restribusi daerah menjadi salah satu
sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan
sesuai dengan masing-masing kondisi daerah.
Pajak dan restribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah telah
dipunggut di Indonesia sejak awal kemerdekaan Indonesia. Sumber penerimaan
ini terus dipertahankan sampai dengan era otonomi daerah dewasa ini. Penetapan
pajak dan restribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah di tetapkan dengan
dasar hukum yang kuat, yaitu dengan undag-undang, khususnya undang-undang
tentang Pemerintah Daerah maupun tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah. Undang-undang yang berkaitan dengan penetapan pajak dan restribusi
daerah tersebut. (Perda nomor 11 tahun 2011 tentang pajak bumi perdesaan dan
perkotaan)
Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam
melaksanakan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan.
Sumber pendapatan daerah terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang – undangan,meliputi:
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah termasuk hasil dari pelayanan badan layanan umum
(BLU) daerah
c. Hasil pengelolahan kekayaan dipisahkan, antara lain bagian laba dari
BUMD, hasil kerjasama pihak ketiga, dan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah;
2. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasai
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Sumber penerimaaan daerah yang kedua,yaitu pembiayaan yang bersumber
dari:
b. Penerimaan pinjaman daerah
c. Dana cadangan daerah
d. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
2.2.2 Pengertian Pajak
Pajak merupakan salah satu wujud kemandirian suatu bangsa dan Negara
yang membiayai pembangunan yaitu menggali potensi dalam negri.pengertian
pajak secara awam merupakn iuran dalam bentuk uang (bukan barang) yang di
pungut oleh pemerintah (Negara) dengan suatu peraturan tertentu (tarif tertentu)
dan selanjutnya digunakan untuk pembiayaan kepentingan-kepentingan umum.
Dalam hal ini pajak berfungsi sebagai fungsi budgeter (pendanaan) dan regular
( mengatur)
Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian
definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian definisi tersebut
mempunyai inti atau tujuan yang sama.
Menurut Rochmat Soemitro (dalam Mardiasmo 2009 :1) Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut R. Santoso Brotodiharjo (dalam Waluyo dan Wirawan B.Iiyas
2002 : 4) Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang
oleh yang membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintahan.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka disimpulkan bahwa pajak
adalah iuran wajib pajak masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan tanpa
mendapat kontra-prestasi secara langsung, dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.
2.2.2.1 Fungsi Pajak
Adanya ciri-ciri yang melakat pada pajak, kita dapat melihat dua fungsi
pajak yaitu :
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pembangunan dan pengeluaran -pengeluaran pemerintah. Misalnya,
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi mengatur (regular)
Pajak berfungsi sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang
sosial dan ekonomi.
Misalnya, dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras sehingga
konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang
mewah.
Kedua fungsi tersebut lebih merupakan instrumen dari kebijakan fiskal yang
dalam Veronika (2001) yang diadaptasi lagi oleh Mutia Amanah Nastiti
(2008,25). Telah muncul fungsi-fungsi baru yang sangat penting yang salah
satunya adalah fungsi demokrasi.
2.2.2.2 Pengelompokan pajak
Pajak dapat dikelompokkan kedalam klasifikasinya sebagai berikut
(Mardiasmo 2009 :5-6) :
a. Menurut Golongannya
1) Pajak Langsung
yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: pajak
penghasilan (PPh).
2) Pajak Tak Langsung
yaitu pajak yang pada akhirnya apat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain. Contohnya: pajak pertambahan nilai (PPN).
b. Menurut Sifatnya
1) Pajak Subjektif
yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan wajib pajak. Contohnya: pajak penghasilan (PPh).
2) Pajak Objektif
yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan
dari wajib pajak. Contohnya: PPN dan PPnBM
1) Pajak Pusat
yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga Negara. Contohnya: PPh, PPN, PPnBM, PBB
dan Bea Cukai.
2) Pajak Daerah
yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Contohnya:
- Pajak Daerah Tingkat I seperti pajak kendaraan bermotor dan bea balik
nama kendaraan bermotor.
- Pajak Daerah Tingkat II seperti pajak hotel dan restoran, pajak
hiburan, pajak reklame dan pajak penerangan jalan.
2.2.2.3 Tata Car a Pemungutan Pajak
a. Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu (Mardiasmo
2009 : 6) :
1) Stelsel Nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (penghasilan uang nyata)
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak
yaitu setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
2) Stelsel Anggapan
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
3) Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan
dimana pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya.
b. Asas pemungutan Pajak
1) Asas Domosili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
yang bertempat tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari
dalam negeri maupun penghasilan yang berasal dari luar negeri.
2) Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib
pajak.
3) Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan seseorang.
c. Sistem Pemungutan Pajak
1) Official Assessment System
Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya :
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan
b) Wajib pajak bersifat pasif
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
2) Self Assessment System
Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang.
Ciri-cirinya :
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan
wajib pajak
b) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak terutang
c) Fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi.
3) With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak
terutang oleh wajib pajak.
2.2.2.4 Tarif Pajak
Ada empat macam tarif pajak, yaitu (Mardiasmo 2009 : 9-10) :
a. Tarif Sebanding/Proposional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
Contohnya: untuk penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di daerah
Pabean dikenakan pajak PPN sebesar 10%.
b. Tarif Tetap
Berapa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang adalah tetap.
Contohnya: besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro
dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 6.000,00.
c. Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk
wajib pajak orang pribadi, yaitu :
- Sampai dengan Rp. 50 juta, tarif pajaknya 5%
- Diatas Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 250 juta, tarif pajaknya 15%
- Diatas Rp. 250 juta sampai dengan Rp. 500 juta, tarif pajaknya 25%
- Diatas Rp. 500 juta, tarif pajaknya 30%
d. Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
2.2.3 Pajak Bumi dan Bangunan
Pengertian Bumi menurut Mardiasmo (2009:311) adalah sebagai
berikut :
”Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan
bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa tambak
perairan) serta laut wilayah republik indonesia”.
Pergertian bangunan menurut Mardiasmo (2009:311) adalah sebagai
berikut :
”Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap
ditanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat
diusahakan”.
Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :
a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan
b. Jalan Tol
c. Kolam Renang
d. Pagar Mewah
e. Tempat Olahraga
f. Galangan kapal dan Dermaga
g. Taman Mewah
h. Tempat Penampungan atau kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
i. Faslitas lain yang memberikan manfaat.
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara yang sebagian besar
penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan
pemerintah daerah, oleh sebab itu wajar pemerintah juga ikut membiayai
penyedian fasilitas tersebut melalui Pajak Bumi dan Bangunan.
2.2.3.2 Subyek Pajak Bumi dan Bangunan
Subyek pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan
atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan antara
lain pemilik, penghuni, penggarap, pemakai dan penyewa.
Beberapa ketentuan khusus tentang siapa saja yang menjadi subyek dalam
hal ini adalah (Mardiasmo,2009:316) :
1. Jika suatu subyek pajak memanfaatkan atau menggunakan bumi dan bangunan
milik orang lain bukan karena sesuatu hak berdasarkan undang-undang atau
bukan perjanjian, maka subyek pajak yang memanfaatkan atau menggunakan
bumi dan atau bangunan ditetapkan sebagai wajib pajak.
2. Suatu obyek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan dipengadialan, maka
orang atau badan yang memanfaatkan atau menggunakan obyek pajak tersebut
ditetapkan sebagai wajib pajak.
3. Subyek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak obyek
pajak, sedang untuk merawat obyek pajak tersebut dikuasakan kepada orang
atau badan, maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai
2.2.3.3 Maksud dan Tujuan
Yang dijadikan alasan untuk dilakukannya pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan adalah (Ika, 2010 : 20) :
a. Dasar falsafah yang dipergunakan dalam berbagai undang-undang yang
berasal dari jaman kolonial adalah tidak sesuai dengan pancasila.
b. Berbagai undang-undang mengenakan pajak atas harta tak bergerak sehingga
membingungkan masyarakat.
c. Undang-undang berasal dari jaman kolonial sukar dimengerti oleh rakyat.
d. Undang-undang yang berasal dari jaman penjajahan masih tertulis dalam
bahasa dan perubahan tertulis dalam Indonesia, sehingga merupakan bahasa
”gado-gado” sedangkan terjemahan resmi tidak ada.
e. Undang-undang jaman kolonial tidak sesuai lagi dengan aspirasi dan
kepribadian bangsa Indonesia.
f. Undang-undang lama tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
g. Undang-undang lama kurang memberikan kepastian hukum.
Selanjutnya adalah yang menjadi tujuan pajak Bumi dan Bangunan
adalah (Ika, 2010 : 21) :
a. Menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah
dimengerti oleh rakyat.
b. Memberikan dasar yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak bergerak dan
sekalian menyerasikan atas harga tak bergerak disemua daerah dan
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, sehingga rakyat tahu
sajauh mana hak dan kewajibannya, menghilangkan pajak ganda yang terjadi
sebagai akibat berbagai undang-undang yang sifatnya sama.
d. Memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan untuk
menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.
e. Menambahkan penghasilan bagi daerah.
2.2.3.4 Sifat Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak
bergerak, maka oleh sebab itu yang dipentingkan adalah obyeknya dan oleh
karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subyek pajak tidak
penting dan tidak mempengaruhi basarnya pajak, maka sebab itu pajak Bumi dan
Bangunan disebut juga pajak obyektif, walaupun pajak ini merupakan pajak
obyektif tetapi dipungut dengan surat ketetapan pajak yang pada prinsipnya setiap
tahun dikeluarkan.
2.2.3.5 Ketentuan Umum
BAB I, Pasal 1 : UMUM (Kompilasi Undang-Undang Perpajakan : 251)
a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
b. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap
pada tanah atau perairan.
c. Nilai jual obyek pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
obyek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang
sejenis atau nilai perolehan baru atau nilai jual obyek pajak pengganti.
d. Surat pemberitahuan obyek pajak (SPOP) adalah surat yang dipergunakan
oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan
undan-undang.
e. Surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) adalah surat yang dipergunakan
oleh Direktorat Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutama
kepada wajib pajak.
2.2.3.6 Obyek Pajak
BAB II, Pasal 2 : (Kompilasi Undang-Undang Perpajakan: 252)
1. Yang menjadi obyek pajak adalah Bumi dan Bangunan.
2. Klasifikasi obyek pajak yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh menteri keuangan.
Pasal 3 (Ika, 2010 : 23)
(1) Obyek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah obyek
pajak yang :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
c. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara belum dibebani
suatu hak.
d. Dipergunakan oleh perwakilan diplomatic.
e. Dipergunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh menteri keuangan.
(2) Obyek pajak yang dipergunakan oleh Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
(3) Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp. 8 juta untuk
setiap satu bangunan.
(4) Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat (3) akan diselesaikan dengan suatu faktor penyelesaian yang ditetapkan
oleh menteri keuangan.
2.2.3.7 Subyek Pajak
BAB III, Pasal 4 (Kompilasi Undang-Undang Perpajakan: 255)
(1) Yang menjadi subyek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan
atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
(2) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) yang dikenakan
(3) Dalam hal obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, direktur jendral
pajak dapat menetapkan subyek pajak sebagaimana dimaksud pasal (1)
sebagai wajib pajak.
(4) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) dapat memberikan
keterangan secara tertulis pada direktur jendral pajak bahwa ia bukan wajib
pajak terhadap obyek pajak yang dimaksud.
(5) Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) disetujui maka direktur jendral pajak membatalkan penetapan sebagai
wajib pajak sebagaimana dalam ayat (3) dalam jangka waktu satu bulan sejak
diterimanya surat keterangan dimaksud.
(6) Bila keterangan yang dimaksud itu tidak disutujui, maka direktur jendral pajak
mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya.
(7) Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak diterimanyan keterangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), direktur jendral pajak tidak
memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan dianggap tidak
disetujui.
2.2.3.7 Tarif Pajak
BAB IV Pasal 5 (Kompilasi Undang-Undang Perpajakan: 257)
Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5% (lima
persepuluh persen), yang berlaku secara menyeluruh terhadap obyek pajak macam
2.2.3.8 Dasar Penggenaan dan Cara Menghitung Pajak
BAB V, Pasal 6 (Kompilasi Undang-Undang Perpajakan: 257)
(1) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual obyek pajak.
(2) Besarnya nilai jual obyek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan setiap tiga tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah
tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan.
(3) Dasar perhitungan pajak adalah nilai jual kena pajak yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100%
(seratus persen) dari nilai jual obyek pajak.
(4) Besarnya presentase nilai jual kena pajak sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan
kondisi ekonomi nasional.
Pasal 7
Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalirkan tarif pajak
dengan nilai jual kena pajak.
2.2.3.9 Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Ter hutang
BAB VI, Pasal 8 (Kompilasi Undang-Undang Perpajakan: 259)
(1) Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwin.
(2) Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan obyek
pajak pada tanggal 1 januari.
(3) Tempat pajak yang terutang :
b. Untuk daerah lainnya, diwilayah Kabupaten daerah Tingkat II atau
Kotamadya Daerah Tingkat II, yang meliputi letak obyek pajak.
2.2.4 Pengaruh Kesadar an Wajib Pajak, Tingkat kemampuan wajib pajak,
dan Tingkat kepatuhan wajib pajak Ter hadap Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan.
2.2.4.1Pengaruh Kesadar an Perpajakan Wajib Pajak Ter hadap
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran
perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai negara dan
sikap sadar terhadap fungsi negara. Sikap yang demikian merupakan konstelasi
komponen kognitif, afektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami dan
merasakan dan berprilaku terhadap makna dan fungsi negara atau siapapun yang
merasa menjadi warga negara, yaitu kerelaan atau kesadaran bahwa pembayaran
pajak adalah suatu kewajiban (teori bakti), termasuk rela memberikan kontribusi
dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintahan cara membayar kewajiban pajaknya
(Mardiasmo, 2009 :4).
Pengertian komponen kognitif, afektif, dan konatif dapat dijelaskan
sebagai berikut (Schiffman dan Kanuk, 1994 : 242) :
1. Cognitif Component are knowledge and perception that are acquired
by a combination of direct experience with the attitude object and
2. Affective component : a consumer’s emotion of feeling about a
particular product or brand.
3. Conative component : it is concerned with the likehood or tendency
that an individual will under take specivic action or behave in
particular way with regard to the attitude object.
Maksud dari pernyataan diatas adalah komponen Cognitif adalah
pengetahuan dan persepsi yang diperoleh dari pengalaman langsung atas sikap
terhadap objek dan variasi sumber informasi lain yang relevan. Komponen
affective merupakan sebuah emosi konsumen atau perasaan terhadap
keistimewaan produk atau merek. Komponen conative adalah perhatian atas
kemungkinan atau tendensi bahwa seorang individual akan berusaha melakukan
tindakan khusus atau berprilaku hormat dalam sikap terhadap objek.
2.2.4.2Pengaruh Kemampuan Wajib Pajak Ter hadap Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
PBB sebagai pajak objektif tidak memperhatikan status ekonomi
(pendapatan) subjek pajaknya. Hal ini sering menimbulkan kontradiksi dan rasa
ketidakadilan atas pemungutan pajaknya terhadap masyarakat sebagai wajib
pajak. Namun pada dasarnya keadilan dalam hal pemungutan pajak di nilai dari
seorang membayar pajak dibandingkan manfaat yang diperolehnya dari
pembayaran tersebutserta tingkat pendapatannya.
Landasan pengaruh kemampuan wajib pajak terhadap Keberhasilan
(mardiasmo,2009,3) teori ini mengandung kesimpulan bahwa dasar keadilan
pemungutan pajak terletak pada jasa yang diberikan negara kepada warganya,
yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Untuk kepentingan tersebut
perlu biaya yang harus dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan
itu, yaitu menekan pada azas keadilan, bahwasanya pajak haruslah sama beratnya
untuk setiap orang. Pajak harus dibayar menurut gaya pikul seseorang. Gaya pikul
seseorang dapat diukur berdasarkan besar penghasilannya dengan
memperhitungkan pengeluaran atau pembelanjaan dinyatakan dengan sejumlah
penghasilan tertentu yang tidak di kenakan pajak (Siti Resmi, 2008:5-6).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan dari
wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan dapat dilihat dari harta
benda yang dimiliki, dan besarnya beban pajak yang dikeluarkan pemerintah
sesuai dengan tingkat kemampuan yang wajib pajak miliki.
2.2.4.3Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Ter hadap Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sejak reformasi perpajakan Tahun 1923 yang terakhir 1994 dengan
diubahnya Undang-undang perpajakan tersebut menjadi UU No.9 Tahun 1994,
UU No. 10 tahun 1994, UU No.11 tahun 1994 dan UU No.12 Tahun 1994, maka
sistem pemungutan pajak di indonesia adalah ”self Assesment system”. Menurut
Waluyo (2002 : 16), ”Self Assesment system” adalah suatu system pemungutan
pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib
mengandung pengertian bahwa wajib pajak mempunyai kewajiban untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar.
Dalam self assesment system fungsi dan peranan dari Wajib Pajak
ditingkatkan. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemunggutan pajak
sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada Wajib Pajak
sendiri. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Seperti yang dikemukakan oleh E.Eliyani (1989 : 29) dikutip dari (jurnal
Kiryanto, 1999 : 7), ”kepatuhan wajib pajak didefinisan sebagai memasukan dan
melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar
jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya, tanpa ada
tindakan pemaksaan. Ketidakpatuhan timbul kalau salah satu syarat definisi tidak
dipenuhi”.
Jadi semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan memperhitungkan
ketetapan menyetor, serta mengisi dan membayar jumlah pajak yang terutang
tepat pada waktunya, tanpa adanya tindakan pemaksaan, maka diharapkan
semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan
2.3Diagram Kerangka Pikir
Berdasakan teori-teori penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas,
maka dapat dibuat sebuah diagram kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian dan landasan teori
maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
“Bahwa tingkat kesadaran wajib pajak, tingkat kemampuan wajib pajak, dan
tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan.
1. Kesadaran Wajb Pajak (X1)
2. Kemampuan Wajib Pajak (X2)
3. Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Regresi Linear Berganda
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Defenisi Operasional
Menurut Nazir (1998 : 152) Definisi Operasional adalah suatu defenisi
yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau
spesifikasi kegiatan, ataupun memberikan operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diajukan
pada bab I dan hipotesis yang diajukan pada bab II, maka variabel dalam
penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas terdiri dari tiga, yaitu kesadaran perpajakan (X1), tingkat kemampuan wajib
pajak (X2), dan tingkat kemampuan wajib pajak (X3) dengan menggunakan
semantic differential (skala intelval). Variabel terikat merupakan keberhasilan
penerimaan pajak bumi dan bangunan yang disimbolkan dengan Y.
3.1.1.1 Variabel Bebas (X)
1. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak (Χ1)
Kesadaran Wajib Pajak adalah kerelaan Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan
fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya.
Kemampuan Wajib Pajak adalah kesanggupan wajib pajak membayar pajak
yang di tinjaudari rasio pokok ketetapan denganpendapatan wajib pajak.
3. Tingkat Kepatuhan wajib pajak (Χ3)
Kepatuhan Wajib Pajak adalah ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan
perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan.
3.1.1.2 Variabel terikat (Y)
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)
Adalah peningkatan sikap proaktif wajib pajak terhadap pajak (PBB).
Sikap proaktif wajib pajak merupakan salah satu elemen konatif dari sikap wajib
pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan. (Ika, 2010 : 23)
Komponen konatif (tindakan), merupakan aspek kecenderungan bertindak dan
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu sesuai dengan sikap yang
dimiliki seseorang. Dengan demikian, keberhasilan penerimaan dalam hal ini
diasumsikan sebagai kecenderungan untuk bersikap positif oleh wajib pajak atau
reaksi positif wajib pajak terhadap Pajak (PBB) dengan cara-cara tertentu yang
dimiliki wajib pajak.
3.1.2 Pengukuran Variabel
A. Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)
Adalah rasio tingkat kepatuhan pembayaran oleh wajib pajak (WP)
dibandingkan dengan ketetapannya pada tahun yang bersangkutan.
2001 : 71). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian (Effi Sulistyorini,2003) yang diadaptasi lagi oleh Retti (2008).
Variabel ini diukur dengan empat pertanyaan.
Indikator untuk variabel ini adalah
1. Kebenaran petugas menghitung pajak
2. Penjelasan perhitungan petugas pajak
3. Keberatan ketidaksamaan perhitungan pajak
4. berdiskusi tentang masalah pajak
1 2 3 4 5
Sangat Tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :
1 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang rendah
3 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang cukup
5 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang tinggi
B. Kesadar an Perpajakan (X1)
Adalah rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya untuk
membayar pajak Bumi dan Bangunan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Effi Sulistyorini, 2003) yang
diadaptasi lagi oleh Retti (2008). :
1. PBB dipergunakan sebagai sumber pendapatan
2. PBB harus dibayar tepat waktu untuk pembiayaan pembangunan
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :
1 = Menunjukkan Tingkat Kesadaran Wajib Pajak rendah
3 = Menunjukkan Tingkat Kesadaran Wajib Pajak wajar
5 = Menunjukkan Tingkat Kesadaran Wajib pajak tinggi
C. Tingkat Kemampuan Wajib Pajak (X2)
Kemampuan wajib pajak merupakan kesanggupan wajib pajak membayar
pajak yang ditinjau dari rasio pokok ketetapan dengan pendapatan wajib pajak,
antara lain perhitungan nominal pajak berdasarkan luas bangunan, dilihat dari
kondisi fisik bangunan, dan umur.
Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Ika, 2010) . :
1. PBB dibayar sesuai nilai tanah dan bangunan.
2. Tarif PBB sebesar 0,5% dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)
3. Dasar perhitungan PBB serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya
100% dari nilai jual obyek pajak (NJOP)
4. Rasio beban pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :
3 = Menunjukkan Tingkat Kemampuan Wajib Pajak wajar
5 = Menunjukkan Tingkat Kemampuan Wajib pajak tinggi
D. Tingkat Kepatuhan wajib pajak (X3)
Kepatuhan wajib pajak yaitu ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan
perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan. Selain itu,
wajib pajak paham terhadap UU perpajakan mengisi formulir pajak dengan
benar, menghitung pajak dengan jumlah benar dan membayar pajak tepat pada
waktunya.
Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Effi sulistyorini, 2003) yang
diadaptasi lagi oleh Retti (2008). :
1. Wajib pajak paham dan berusaha memahami undang-undang perpajakan
2. Kemudahan prosedur pembayaran
3. Sanksi keterlambatan
4. membayar pajak tepat waktu
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :
1 = Menunjukkan Tingkat Kepatuhan rendah
3 = Menunjukkan Tingkat Kepatuhan wajar
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007 :72).
Populasi pada penelitian adalah seluruh wajib Pajak Bumi dan Bangunan
tahun 2011 untuk wilayah Kelurahan Kemiri Sidoarjo yang berjumlah 3.010 wajib
pajak pribadi.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004 : 44). Untuk
menentukan sampel yang digunakan dalam obyek penelitian ini adalah Simple
Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel anggota populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi itu (Sugiyono, 2007 : 74).
Ukuran sampel dari populasi yang ditentukan dengan menggunakan rumus
slovin yang dikutip (Umar, 2004:78), yaitu :
n = 2
1 Ne
N +
Keterangan : n : ukuran sample
N : ukuran populasi yang berjumlah
e : persentase kelonggaran ketidak pastian karena kesalahan