SKRIPSI
Diajukan Oleh :
NURIL ALFIAH 0913010090 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh :
NURIL ALFIAH 0913010090 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR 2013
Disusun Oleh : NURIL ALFIAH 0913010090 / FE / EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal : 27 September 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji
Ketua
Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Dr. Gideon Setyo Budi W, M.si Sekretaris
Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Anggota
Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr. H.R.Dhani Ichsanuddin Nur, SE.MM NIP. 19630924 198903 1001
i
pengatur semesta alam, yang telah memberikan kesehatan, kesabaran, kekuatan
serta melimpahkan segala rahmat hidayah dan karuniaNya serta kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Dalam penyusunan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak DR. Dhani Ichsanuddin Nur,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs.Ec.RA Suwaidi,Msi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dr.Hero Priono,SE,M.si,Ak selaku Ketua Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak DRS. Ec. Sjafi‟I, AK.MM selaku Dosen Pembimbing yang dengan
kerelaan dan kesabarannya telah membimbing dan memberi petunjuk-petunjuk
yang sangat berguna, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
ii
Pembangunan Nasional “Vetean” Jawa Timur yang telah membekali dengan
ilmu-ilmu pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.
8. Kepada ayahanda dan Ibunda, Kakak-kakakku Afni Ulul Azmi, Moh. Sofi
Qomarudin dan adiku Sephia Arda Latifah , terima kasih telah memberikan doa
dan semangat sehingga skripsi akhirnya dapat terselesaikan.
9. Tak lupa sahabat dan teman-teman seperjuanganku Mandalina Qitry Dewi, Dwi
Ayu Setyaningrum, Novia Doris W, Yudha, Rizky, Yuniar, Okky, keluarga besar
HMAK dan teman-teman akuntansi „09. Yang selalu memberikan semangat serta
dengan kompaknya mengerjakan skripsi bersama-sama dan saling berbagi.
10.Serta pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pengerjaan skripsi ini yang
nama-namanya tidak saya sebutkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas keikhlasan dan bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan semua pihak.
Surabaya, Agustus 2013
Penulis
iii
iv
Menentukan Pajak Terhutang ... 29
2.3.3. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan, Wajib Pajak, dan Kemampuan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 30
2.3.3.1. Pengaruh Pemahaman Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 30
2.3.3.2. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 31
2.3.3.3. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 32
2.3.3.4. Pengaruh Kemampuan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 33
2.2 Diagram Kerangka Pikir ... 34
2.3 Hipotesis ... 35
BAB III : METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Vaiabel ... 36
3.1.1. Definisi Operasional ... 36
v
4.2.1. Karekteristik Responden ... 56
4.2.2. Deskripsi Variabel ... 58
vi
PBB (Y) ... 61
4.3. Uji Kualitas Data ... 62
4.3.1. Uji Validitas ... 62
4.3.1.1. Uji Validitas Pada Variabel Pemahaman Wajib Pajak (1) ... 63
4.3.1.2. Uji Validitas Pada Variabel Kesadaran Wajib Pajak (2) ... 63
4.3.1.3. Uji Validitas Pada Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (3) ... 64
4.3.1.4. Uji Validitas Pada Variabel Kemampuan Wajib Pajak (X4) ... 64
4.3.1.5. Uji Validitas Pada Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 65
4.3.2. Uji Realibilitas ... 65
4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 66
4.4.1 Uji Normalitas Data ... 66
4.5.2. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 75
vii
5.2. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
Tabel 1 : Data penerimaan PBB Desa Sambungrejo ... 3
Tabel 2 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Pemahaman Wajib Pajak (1) ... 58
Tabel 3 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Kesadaran Wajib Pajak (2) ... 59
Tabel 4 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (3) ... 60
Tabel 5 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Kemampuan Wajib Pajak (X4) ... 61
Tabel 6 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 62
Tabel 7 : Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (1) ... 63
Tabel 8 : Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan Wajib Pajak (2) .. 63
Tabel 9 : Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (3) ... 64
Tabel 10 : Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan Wajib Pajak (X4) ... 64
Tabel 11 : Hasil Uji Validitas Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 65
Tabel 12 : Hasil Uji Realibilitas ... 66
Tabel 13 : Hasil Uji Normalitas ... 66
Tabel 14 : Hasil Uji Normalitas ... 67
Tabel 15 : Hasil Pengujian Multikolinearitas (VIF) ... 68
Tabel 16 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas (Rank Spearman) ... 69
Tabel 17 : Persamaan Regresi Linier Berganda ... 70
ix
Tabel 20 : Hasil Uji t ... 73
Tabel 21 : Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 76
x
Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir ... 34 Gambar 2 : Struktur Organisasi ... 53 Gambar 3 : Grafik Karakteristik Responden ... 57
xi Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden
Lampiran 3 : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Variable Kesadaran Wajib Pajak (X1)
Lampiran 4 : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Variable Kemampuan Wajib Pajak (X2)
Lampiran 5 : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Variable Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Lampiran6 : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Variable Keberhasilan Penerimaan PBB (Y)
Lampiran 7 : Input Regresi Linier Berganda Lampiran 8 : Output Uji Normalitas
Lampiran 9 : Output Uji Regresi Linier Berganda
x
Nuril Alfiah
Abstraksi
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan satu-satunya pajak properti di Indonesia sebagaimana tertulis dalam undang-undang Nomor 12 tahun 1994. Pajak Bumi dan Bangunan sebagai pajak obyektif, yaitu pajak negara yang sebagaian besar penerimanya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. oleh sebab itu, wajar bila pemerintah pusat juga ikut membiayai penyediaan fasilitas tersebut melalui pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak bumi dan bangunan (PBB) memiliki nilai rupiah kecil dibandingkan dengan pajak pusat lainnya, tetapi mempunyai dampak luas sebab hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan dikembalikan untuk daerah yang bersangkutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh kesadaran wajib pajak,kemampuan wajib pajak,kepatuhan wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan didesa Sambungrejo Sukodono.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Populasi pada penlitian ini adalah seluruh wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan menggunakan Simple Random Sampling untuk wilayah Kelurahan Desa Sambungrejo yang berjumlah 2.194 WP rumahan, dengan jumlah sampel 100 WP. Alat uji yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda yang menggunakan program SPSS.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pemahaman wajib pajak, Kesadaran wajib pajak, Kepatuhanwajib pajaan Kemampuan wajib pajak, berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, teruji kebenarannya. Keyword : Pajak Bumi dan Bangunan, Pemahaman wajib pajak, Kesadaran wajib
pajak, Kepatuhan wajib pajak, dan Kemampuan wajib pajak.
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Iuran dan pungutan timbul karena adanya suatu pertanyaan mengenai siapa
yang akan membiayai segala kepentingan dan kebutuhan bersama, dalam suatu
lingkungan peradaban, manusia pasti mempunyai kepentingan dan kebutuhan
yang sama seperti misalnya kepentingan akan rumah peribadatan, kebersihan
lingkungan, keamanan dan fasilitas-fasilitas lainnya, karena itu diantara mereka
timbulah pertanyaan-pertanyaan seperti siapa yang akan membiayai
kepentingan-kepentingan tersebut di atas, dari mana dana pembangunannya akan diperoleh,
dan siapa yang akan mengurus itu semua. Kelompok diatas ingin mewujudkan
keinginan itu, maka mereka mau tidak mau harus memenuhinya sendiri. Salah
satu jalan yang mereka pikir paling baik untuk memecahkan masalah diatas adalah
masing-masing memberikan sumbangan dan membentuk suatau tim untuk
mengelola sumbangan itu, guna merealisasikan keinginan mereka.
Jelaslah bagi kita untuk membiayai seeluruh kepentingan umum, salah satu
yang dibutuhkan dan terpenting adalah suatu peran serta yang aktif dari warga
untuk ikut memberikan iuran kepada negaranya dalam bentuk pajak, dalam
pembiayaan, selain pajak pendapatan dan penghasilan, maka pajak bumi dan
bangunan juga memberikan peranan penting dalam sumber pembiayaan daerah.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009:1).
PBB ini merupakan pajak obyektif atau kebendaan, yang dibayar oleh
pendapatan wajib pajak dimana tingkat kemampuan wajib pajak akan
mempengaruhi tingkat penerimaan pajak.
Ditinjau dari fungsinya, pajak dibedakan menjadi dua fungsi, yaitu fungsi
budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regularend (mengatur). Fungsi
budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah
untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan, sedangkan fungsi
regularend, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai
tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, dari kedua fungsi ini, pada dasarnya
pemerintah ingin kembali menegaskan peran penting pajak baik sebagai alat
penerimaan negara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maupun sebagai alat
untuk melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial dan ekonomi (Siti Resmi,
2003 :2)
Pajak bumi dan bangunan (PBB) memiliki nilai rupiah kecil dibandingkan
dengan pajak pusat lainnya, tetapi mempunyai dampak luas sebab hasil
penerimaan pajak bumi dan bangunan dikembalikan untuk daerah yang
bersangkutan, pada dasarnya PBB mempunyai wajib pajak terbesar dibandingkan
pajak-pajak lainnya, namun kenyataannya juga tidak menutup kemungkinan
peneriman PBB selalu berada dibawah pokok ketetapan seperti yang terjadi pada
Desa Sambungrejo kecamatan Sukodono, Sidoarjo, hal ini disebabkan kurangnya
kesadaran dari wajib pajak atas pentingnya pajak yang di bayarkan pembiayaan
pembangunan. Adapun data yang diperoleh dari kelurahan Sambungrejo bahwa
target dan realisasi penerimaan PBB selama 3 (Tiga) tahun terakhir adalah sebagai
berikut :
Tabel 1: (Data penerimaan PBB di Desa Sambungrejo Kecamatan Sukodono
Kota Sidoarjo tahun 2009-2011)
No Tahun Rencana
Penerimaan
Realisasi
Penerimaan Selisih Persentase
1 2009 98.243.462 83.028.985 (15.214.477) 84,51% 2 2010 126.455.252 92.931.473 (33.523.779) 73,49% 3 2011 124.165.107 81.386.061 (42.779.048) 65,55%
Sumber : Arsip kantor pemerintahan kecamatan Sukodono
Tabel 1 diatas tampak bahwa rtealisasi penerimaan PBB di Desa
Sambungrejo Kecamatan Sukodono Kota Sidoarjo selalu dibawah rencana
penerimaan. hal ini berarti masih ada potensi pajak yang tidak tertagih, secara
keseluruhan rata-rata realisasi sebesar 74,51% sehingga masih sekitar 25,49%
yang tidak tertagih dalam tiga tahun terakhir.
Berdasarkan 1 diatas persentase rencana penerimaan dan realisasi
penerimaan PBB di Desa Sambungrejo tidak stabil, dimana persentase
penerimaan PBB antara tahun 2009-2010 mengalami penurunan 11,02% yang
kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2011. hal ini berarti ada
beberapa faktor yang mempengarui tingkat keberhasilan penerimaan PBB di Desa
Penerimaan PBB yang selalu dibawah pokok ketetapan hal ini berarti bahwa pajak masih merupakan “momok” bagi masarakat meskipun telah
dilakukan reformasi pajak hal ini kemungkinan disebabkan karena dengan
membayar pajak maka biaya yang dikeluarkan wajib pajak akan semakin besar,
selain itu keanekaragaman tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan didalam
masyarakat serta peralihan masyarakat dari desa menjadi kota sehingga tingkat
kesadaran dalam membayar pajak masih rendah, dan semakin tinggi penghasilan
Wajib Pajak, maka semakin baik kemampuan wajib pajak dalam membayar pajak
tepat waktu, dalam hal ini adalah PBB.
Kesadaran dan kemampuan yang dimiliki Wajib Pajak mengenai
perpajakan, kepatuhan wajib pajak juga harus diperhatikan oleh segenap instansi
yaitu Kantor Pelayanan Pajak Wilayah Sidoarjo dalam proses pembayaran atau
pelunasan pajak.
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, maka perlu diperhatikan
Pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak, dan
Kemampuan wajib pajak berpengaruh terhadap realisasi penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), dalam penelitian ini akan melihat pengaruh dari
Pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, kepatuhan wajib pajak,
Kemapuan wajib pajak terhadap keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN (PBB)” ( Studi di Desa Sambungrejo Sukodono).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
Apakah Tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran wajib pajak, tingkat
kepatuhan wajib pajak, dan tingkat kemampuan wajib pajak berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) di Desa Sambungrejo
kabupaten Sidoarjo
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk menguji dan mengkaji secara empiris pengaruh
tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran wajib pajak, tingkat kepatuhan
wajib pajak, dan tingkat kemampuan terhadap keberhasilan PBB di desa
Sambungrejo.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan kepustakaan dan menjadi
masukan bagi pihak-pihak yang ingin meneliti lagi masalah-masalah yang
relevan dengan topik ini.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat sebagai penerapan teori yang didapat selama
pendidikan yang telah ditempuh dan bekal pengetahuan bagi penulis apabila
akan mengembangkan penelitian lebih lanjut.
c. Bagi Pemerintahan Kota Sidoarjo
Penelitian ini merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
Penerimaan PBB dan dampaknya terhadap penerimaan daerah di Kota
Sidoarjo, sehingga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah
Kota Sidoarjo dalam mengelola keuangan daerah dan mencari upaya-upaya
dalam meningkatkan penerimaan pajak khususnya PBB.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Pardi (jurnal)
a. Judul
“Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban pajak bumi dan bangunan di Surakarta”
b. Rumusan Masalah
1) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan WP
tentang pajak terhadap kesadaran perpajakan?
2) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pelayanan petugas
pajak terhadap kesadaran perpajakan?
3) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengenaan sanksi pajak
terhadap kesadaran perpajakan?
4) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara manfaat pajak bagi
wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan?
5) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan wajib
pajak tentang pajak, pelayanan petugas pajak, pengenaan sanksi
pajak dan manfaat pajak bagi wajib pajak terhadap kesadaran
perpajakan secara umum?
7
c. Hipotesis
1) Diduga faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di kota
Surakarta.
d. Kesimpulan
1) Pengetahuan WP tentang pajak secara partial berpengaruh signifikan
positif terhadap kesadaran perpajakan.
2) Pelayanan petugas pajak secara partial berpengaruh signifikan positif
terhadap kesadaran perpajakan.
3) Pengenaan sanksi pajak secara berpengarus signifikan positif
terhadap kesadaran perpajakan.
4) Manfaat pajak bagi WP secara partial berpengaruh signifikan positif
terhadap kesadaran perpajakan.
5) Secara simultan variabel independen (pengetahuan WP tentang
pajak, pelayanan petugas, pajak, pengenaan sanksi dan manfaat
pajuak bagi WP) berpengaruh signifikan terhadap kesadaran
perpajakan.
2. Furry Retno Indah S. (2010)
a. Judul
“Pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak,
dan kepatuhan wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi
dan bangunan”.
b. Rumusan Masalah
1) Apakah tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran
perpajakan wajib pajak, serta tingkat kepatuhan wajib pajak
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan
bangunan di klurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo.
c. Hipotesis
1) Diduga bahwa tingkat pem,ahaman wajib pajak, tingkat kesadaran
perpajakan wajib pajak, serta kepatuhan wajib pajak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di
Klurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo.
d. Kesimpulan
1) “Diduga bahwa tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo” terbukti kebenarannya.
2) “Diduga bahwa tingkat kesadaran perpajakan wajib pajak
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo” terbukti
kebenarannya.
3) “Diduga bahwa kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Kluruk Kecamatan Candi Sidoarjo”. tidak terbukti kebenarannya.
hal ini dikarenakan masyarakat sudah tidak dipercaya dengan dirjen
pajak terkait adanya mafia pajak yang sudah menghabiskan uang
pajak rakyat.
3. Haris Setyawan (2011)
a. Judul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB)”.
b. Rumusan Masalah
1) Apakah Tingkat Kesadaran perpajakan wajib pajak, Tingkat
pemahaman wajib pajak, dan Sistem Pemungutan berpengaruh
terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan
Pulorejo Kota Mojokerto?
c. Hipotesis
1) Diduga tingkat tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran
perpajakan wajib pajak, serta kapatuhan wajib pajak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
di Kelurahan Pulorejo Kota Mojokerto.
d. Kesimpulan
1) kesadaran perpajakan wajib pajak, pemahaman wajib pajak, dan
sistem pemungutan wajib pajak mempunyai pengaruh terhadap
tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun variabel
keasadaran perpajakan wajib pajak (1) dan sistem pemungutan
(3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap tingkat
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan
pemahaman wajib pajak (2).
4. Kiryanto (1999) a. Judul
“pengaruh penerapan struktur pengendalian intern terhadap kepatuhan
wajib pajak badan dalam memenuhi pajak penghasilan”. b. Rumusan Masalah
1) Apakah terdapat hubungan antara penerapan struktur pengendalian intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan ?
2) Apakah penerapan struktur pengendalian intern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi pajak penghasilan ?
c. Hipotesis
1) Diduga terdapat hubungan antara penerapan struktur pengendalian intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak peghasilan.
2) Diduga terdapat pengaruh antara penerapan struktur pengendalian intern terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan.
d. Kesimpulan
1) Hasil analisis menunjukan bahwa penerapan struktur pengendalian intern mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan . hasil penelitian ini mendukung tentang perlunya
penilaian struktur pengendalian intern dalam setiap penugasan pemeriksaan dalam setiap perusahaan (Norma Pemeriksaan)
5. Agnelya Ralen Cova a. Judul
Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pajak bumi dan bangunan
b. Rumusan Masalah
1) Apakah tingkat kesadaran perpajakan WP, tingkat pemahaman WP, tingkat kemampuan WP, dan sistem pemungutan berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di kelurahan Kelun Madiun
c. Hipotesis
Diduga tingkat kesadaran WP, tingkat pemahaman WP, tingkat kemampuan WP, dan sistem pemungutan berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di kelurahan Kelun Madiun
d. Kesimpulan
1) Bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat kesadaran WP, tingkat pemahaman WP, kemampuan WP, dan sistem pemungutan yang diduga berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu keberhasilan penerimaan pajak. Baik secara simultan dan secara parsial tiungkat kesadaran WP tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak, tidak terbukti kebenaranya.
Persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah :
No Nama
Peneliti Judul Variabel Hasil Analisis
1 Pardi Faktor-faktor yang secara partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.
2. Pelayanan petugas pajk secara partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.
3. Pengenaan sanksi pajak secara berpengarus signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan. 4. Manfaat pajak bagi WP secara
partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.
5. Secara simultan variabel independen (pengetahuan WP tentang pajak, pelayanan petugas, pajak, pengenaan sanksi dan manfaat pajuak bagi WP) berpengaruh signifikan terhadap kesadaran perpajakan.
kesadaran perpajakan wajib pajak, pemahaman wajib pajak, dan sistem pemungutan wajib pajak mempunyai pengaruh terhadap tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun variabel keasadaran perpajakan wajib pajak (1) dan sistem pemungutan (3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan pemahaman wajib pajak (2)
2.2 Kajian Teori
Pemahaman akan teori pemungutan pajak berikut di harapka membawa
suatu kesadaran akan pentingnya pemungutan pajak bukan lagi menjadi beban
semata, tetapi menjadi suatu kewajiban yang penting dalam hidup bermasyarakat,
Mardiasmo (2009 :3-4), menjelaskan bahwa teori-teori pemungutan pajakyang
dimaksud yaitu:
1. Teori Asuransi, teori ini diartikan dengan Negara melindungi keselamatan jiwa
harta benda,dan hak-hak rakyatnya oleh karena itu rakyat harus membayar
pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh
perlindungn tersebut.
2. Teori Kepentingan, teori ini diartikan sebagai pembagian beban pajak kepada
rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing
orang, emakin besar kepentingan seseorang terhadap negaramakin tinggi
pajak yang harus dibayar.
3. Teori Daya Pikul, teori ini diartika sebagai beban pajak untuk semua orang
harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuaidengan daya
pikulmasing-masing orang.
4. Teori Bakti, teori ini diartikan sebagai dasar keadilan pemungutan pajak terletak
pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga Negara yang
berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah
sebagai suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli, teori ini diartikan sebagai dasar keadilan terletak pada
akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarikdaya
beli dari rumah tangga masyarakat untukrumah tangga Negara.selanjutnya
Negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat
lebih diutamakan.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Pengertian Pajak
Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian
definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian definisi tersebut
mempunyai inti atau tujuan yang sama.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (dalam Mardiasmo 2002 :1)
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undangundang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Menurut R. Santoso Brotodiharjo (dalam Waluyo dan Wirawan B.Iiyas
2002 : 4) Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang
oleh yang membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi-kembali, yang langsung dapat ditujukan dan gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintahan.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka disimpulkan bahwa pajak
adalah iuran wajib pajak masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan tanpa
mendapat kontra-prestasi secara langsung, dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.
2.3.1.1 Fungsi Pajak
Adanya ciri-ciri yang melakat pada pajak, kita dapat melihat dua fungsi
pajak yaitu :
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pembangunan dan pengeluaran -pengeluaran pemerintah. Misalnya,
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi mengatur (regular)
Pajak berfungsi sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang
sosial dan ekonomi.
Misalnya, dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras sehingga
konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang
mewah.
Kedua fungsi tersebut lebih merupakan instrumen dari kebijakan fiskal yang
diselenggarakan oleh Negara, dalam perkembangannya, menurut Pasaribu
dalam Veronika (2001) yang diadaptasi lagi oleh Mutia Amanah Nastiti
(2008,25), telah muncul fungsi-fungsi baru yang sangat penting yang salah
satunya adalah fungsi demokrasi.
2.3.1.2 Pengelompokan pajak
Pajak dapat dikelompokkan kedalam klasifikasinya sebagai berikut :
a. Menurut Golongannya
1) Pajak Langsung
yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: pajak
penghasilan (PPh).
2) Pajak Tak Langsung
yaitu pajak yang pada akhirnya apat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain. Contohnya: pajak pertambahan nilai (PPN).
b. Menurut Sifatnya
1) Pajak Subjektif
yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan wajib pajak. Contohnya: pajak penghasilan (PPh).
2) Pajak Objektif
yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan
dari wajib pajak. Contohnya: PPN dan PPnBM
c. Menurut Lembaga Pemungutannya
1) Pajak Pusat
yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga Negara. Contohnya: PPh, PPN, PPnBM, dan
Bea Cukai.
2) Pajak Daerah
yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Contohnya:
- Pajak Daerah Tingkat I seperti pajak kendaraan bermotor dan bea balik
nama kendaraan bermotor.
- Pajak Daerah Tingkat II seperti pajak hotel dan restoran, pajak bumi
dan bangunan, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak penerangan
jalan.
2.3.1.3 Tarif Pajak
Ada empat macam tarif pajak, yaitu :
a. Tarif Sebanding/Proposional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
terhadap hasil yang dikenai pajak.
Contohnya: untuk penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di daerah
Pabean dikenakan pajak PPN sebesar 10%.
b. Tarif Tetap
Berapa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang adalah tetap.
Contohnya: besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro
dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 6.000,00.
c. Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk
wajib pajak orang pribadi, yaitu :
- Sampai dengan Rp. 50 juta, tarif pajaknya 5%
- Diatas Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 250 juta, tarif pajaknya
15%
- Diatas Rp. 250 juta sampai dengan Rp. 500 juta, tarif pajaknya
25%
- Diatas Rp. 500 juta, tarif pajaknya 30%
d. Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
2.3.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak
a. Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu (Mardiasmo
2009 : 6) :
1) Stelsel Nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (penghasilan uang nyata)
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak
yaitu setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
2) Stelsel Anggapan
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang.
3) Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan
dimana pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya.
b. Asas pemungutan Pajak
1) Asas Domosili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
yang bertempat tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari
dalam negeri maupun penghasilan yang berasal dari luar negeri.
2) Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib
pajak.
3) Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan seseorang.
c. Sistem Pemungutan Pajak
1) Official Assessment System
Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya :
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan
fiskus
b) Wajib pajak bersifat pasif
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
2) Self Assessment System
Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang.
Ciri-cirinya :
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan
wajib pajak
b) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak terutang
c) Fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi.
3) With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak
terutang oleh wajib pajak.
2.3.2 Pajak Bumi dan Bangunana
2.3.2.1 Definisi PBB
Pengertian Bumi menurut Mardiasmo (2006:295) adalah sebagai
berikut :
”Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan
bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa tambak
perairan) serta laut wilayah republik indonesia”.
Pergertian bangunan menurut Mardiasmo (2006:295) adalah sebagai
berikut :
”Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap
ditanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat diusahakan”.
Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :
a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan
b. Jalan Tol
c. Kolam Renang
d. Pagar Mewah
e. Tempat Olahraga
f. Galangan kapal dan Dermaga
g. Taman Mewah
h. Tempat Penampungan atau kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
i. Faslitas lain yang memberikan manfaat.
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara yang sebagian besar
penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan
untuk penyedia fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, oleh sebab itu wajar pemerintah juga ikut membiayai
penyedian fasilitas tersebut melalui Pajak Bumi dan Bangunan.
2.2.3.2 Ketentuan Umum
BAB I, Pasal 1 : UMUM (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan,
2007:266)
a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
b. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap
pada tanah atau perairan.
c. Nilai jual obyek pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
beli secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, nilai obyek
pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis
atau nilai perolehan baru atau nilai jual obyek pengganti.
d. Surat keputusan obyek pajak adalah surat yang dipergunakan oleh wajib pajak
untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undan-undang.
e. Surat pemberitahuan pajak terutang yang dipergunakan oleh Direktorat
Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutama kepada wajib
pajak.
BAB II, Pasal 2 : OBYEK PAJAK
1. Yang menjadi obyek pajak adalah Bumi dan Bangunan.
2. Klasifikasi obyek pajak yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh menteri keuangan.
Pasal 3 (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:266)
(1) Obyek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah obyek
pajak yang :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.
c. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara belum dibebani
suatu hak.
d. Dipergunakan oleh perwakilan diplomatic.
e. Dipergunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh menteri keuangan.
(2) Obyek pajak yang dipergunakan oleh Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
(3) Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp. 8 juta untuk
setiap satu bangunan.
(4) Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat (3) akan diselesaikan dengan suatu faktor penyelesaian yang ditetapkan
oleh menteri keuangan.
2.3.2.3Sifat Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak
bergerak, maka oleh sebab itu yang dipentingkan adalah obyeknya dan oleh
karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subyek pajak tidak
penting dan tidak mempengaruhi basarnya pajak, maka sebab itu pajak Bumi dan
Bangunan disebut juga pajak obyektif, walaupun pajak ini merupakan pajak
obyektif tetapi dipungut dengan surat ketetapan pajak yang pada prinsipnya setiap
tahun dikeluarkan.
2.3.2.4 Subyek Pajak
BAB III, Pasal 4 (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan,
2007:267)
(1) Yang menjadi subyek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
(2) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) yang dikenakan
kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut undang-undang ini.
(3) Dalam hal obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, direktur jendral
pajak dapat menetapkan subyek pajak sebagaimana dimaksud pasal (1)
sebagai wajib pajak.
(4) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) dapat memberikan
keterangan secara tertulis pada direktur jendral pajak bahwa ia bukan wajib
pajak terhadap obyek pajak yang dimaksud.
(5) Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) disetujui maka direktur jendral pajak membatalkan penetapan sebagai
wajib pajak sebagaimana dalam ayat (3) dalam jangka waktu satu bulan sejak
diterimanya surat keterangan dimaksud.
(6) Bila keterangan yang dimaksud itu tidak disutujui, maka direktur jendral
pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai
alasan-alasannya.
(7) Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak diterimanyan keterangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), direktur jendral pajak tidak
memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan dianggap tidak
disetujui.
2.3.2.5 Subyek Pajak Bumi dan Bangunan
Subyek pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi atau
memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan antara lain pemilik,
penghuni, penggarap, pemakai dan penyewa.
Beberapa ketentuan khusus tentang siapa saja yang menjadi subyek dalam
hal ini adalah (Tjahjono Achmad dan F. Husain, 1997:434) :
1. Jika suatu subyek pajak memanfaatkan atau menggunakan bumi dan bangunan
milik orang lain bukan karena sesuatu hak berdasarkan undang-undang atau
bukan perjanjian, maka subyek pajak yang memanfaatkan atau menggunakan
bumi dan atau bangunan ditetapkan sebagai wajib pajak.
2. Suatu obyek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan dipengadialan, maka
orang atau badan yang memanfaatkan atau menggunakan obyek pajak tersebut
ditetapkan sebagai wajib pajak.
3. Subyek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak obyek
pajak, sedang untuk merawat obyek pajak tersebut dikuasakan kepada orang
atau badan, maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai
wajib pajak.
2.3.2.6 Maksud dan Tujuan
Yang dijadikan alasan untuk dilakukannya pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan adalah (Vitriana, 2006 : 21) :
a. Dasar falsafah yang dipergunakan dalam berbagai undang-undang yang
berasal dari jaman kolonial adalah tidak sesuai dengan pancasila.
b. Berbagai undang-undang mengenakan pajak atas harta tak bergerak sehingga
membingungkan masyarakat.
c. Undang-undang berasal dari jaman kolonial sukar dimengerti oleh rakyat.
d. Undang-undang yang berasal dari jaman penjajahan masih tertulis dalam
bahasa dan perubahan tertulis dalam Indonesia, sehingga merupakan bahasa ”gado-gado” sedangkan terjemahan resmi tidak ada.
e. Undang-undang jaman kolonial tidak sesuai lagi dengan aspirasi dan
kepribadian bangsa Indonesia.
f. Undang-undang lama tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
g. Undang-undang lama kurang memberikan kepastian hukum.
Selanjutnya adalah yang menjadi tujuan pajak Bumi dan Bangunan
adalah :
a. Menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah
dimengerti oleh rakyat.
b. Memberikan dasar yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak bergerak dan
sekalian menyerasikan atas harga tak bergerak disemua daerah dan
menghilang.
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, sehingga rakyat tahu
sajauh mana hak dan kewajibannya, menghilangkan pajak ganda yang terjadi
sebagai akibat berbagai undang-undang yang sifatnya sama.
d. Memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan untuk
menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.
e. Menambahkan penghasilan bagi daerah.
2.3.2.7Tarif Pajak
BAB IV Pasal 5 (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan) tarif pajak
yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5% (lima persepuluh persen).
2.3.2.8 Dasar Penggenaan dan Cara Menghitung Pajak
BAB V, Pasal 6 (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan,
2007:267)
(1) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual obyek pajak.
(2) Besarnya nilai jual obyek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan setiap tiga tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah
tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan.
(3) Dasar perhitungan pajak adalah nilai jual kena pajak yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100%
(seratus persen) dari nilai jual obyek pajak.
(4) Besarnya presentase nilai jual kena pajak sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan
kondisi ekonomi nasional.
Pasal 7
Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalirkan tarif pajak
dengan nilai jual kena pajak.
2.3.2.9 Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang
BAB VI, Pasal 8 (Undang-undang pajak Bumi dan Bangunan)
(1) Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwin.
(2) Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan obyek
pajak pada tanggal 1 januari.
(3) Tempat pajak yang terutang :
a. Untuk daerah Jakarta, diwilayah daerah khusus Ibukota Jakarta
b. Untuk daerah lainnya, diwilayah Kabupaten daerah Tingkat II atau
Kotamadya Daerah Tingkat II, yang meliputi letak obyek pajak.
2.3.3 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib
Pajak, Kepatuhan Perpajakan Wajib Pajak, dan Kemampuan
Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan.
2.3.3.1 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Tentang Undang-Undang dan
Peraturan Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Mengacu pada Prospect theory Kahneman dan Tversky, Betty R. Jackson
dan Sally M. Jones (1995) seperti disitir oleh Tubagus Chairul Zandjani (1992 :
41-45) dikutip dari (jurnal Bambang Suhardito dan Bambang Sudibyo, 1999 : 5)
mempelajari tentang perilaku wajib pajak. Menurut Kahneman dan Tversky, Betty
R. Jackson dan Sally M. Jones, persepsi wajib pajak terhadap kesederhanaan dan
daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi perilaku wajib pajak dan
keberhasilan perpajakan. Pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang dan
peraturan perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan berfungsi penting, karena ini
merupakan elemen kognitif dai sikap wajib pajak terhadap undang-undang dan
peraturan perpajakan PBB, dan sikap wajib pajak mempengaruhi perilaku
perpajakan wajib pajak, dan akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi
keberhasilan perpajakan.
Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang pajak mengakibatkan
sikap masyarakat cenderung apatis terhadap pajak yang akhirya berpengaruh
terhadap perilaku atau praktek masyarakat dalam hal kedisiplinan membayar
pajak. Pemahaman masyarakat tentang pajak bisa diperoleh melalui pendidikan
formal maupun penyuluhan dari aparat perpajakan yang terkait. Pendidikan
formal dalam jangka panjang sangat diperlukan, karena beberapa jenis pajak
memerlukan pemahaman tertentu agar formulir pajak dapat diisi dengan baik.
Paradigma pendidikan pajak yang baru dikenal dengan pendidikan pajak dua arah,
dimana pendidikan pajak harus diberikan kepada wajib pajak (eksternal) dan
petugas pajak (internal) secara bersama-sama.
2.3.3.2 Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak Terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran
perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai negara dan
sikap sadar terhadap fungsi negara. Sikap yang demikian merupakan konstelasi
komponen kognitif, afektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami dan
merasakan dan berprilaku terhadap makna dan fungsi negara atau siapapun yang
merasa menjadi warga negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk
rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintahan cara
membayar kewajiban pajaknya (Suparmoko, 2003 :218).
Pengertian komponen kognitif, afektif, dan konatif dapat dijelaskan
sebagai berikut (Schiffman dan Kanuk, 1994 : 242) :
1. Cognitif Component are knowledge and perception that are acquired by a
combination of direct experience with the attitude object and related
information from various source.
2. Affective component : a consumer’s emotion of feeling about a particular
product or brand.
3. Conative component : it is concerned with the likehood or tendency that an
individual will under take specivic action or behave in particular way with
regard to the attitude object.
Maksud dari pernyataan diatas adalah komponen Cognitif adalah
pengetahuan dan persepsi yang diperoleh dari pengalaman langsung atas sikap
terhadap objek dan variasi sumber informasi lain yang relevan. Komponen
affective merupakan sebuah emosi konsumen atau perasaan terhadap
keistimewaan produk atau merek. Komponen conative adalah perhatian atas
kemungkinan atau tendensi bahwa seorang individual akan berusaha melakukan
tindakan khusus atau berprilaku hormat dalam sikap terhadap objek.
2.3.3.3Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sejak reformasi perpajakan Tahun 1923 yang terakhir 1994 dengan
diubahnya Undang-undang perpajakan tersebut menjadi UU No.9 Tahun 1994,
UU No. 10 tahun 1994, UU No.11 tahun 1994 dan UU No.12 Tahun 1994, maka sistem pemungutan pajak di indonesia adalah ”self Assesment system”. Menurut
Waluyo (2002 : 16), ”Self Assesment system” adalah suatu system pemungutan
pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam sistem ini
mengandung pengertian bahwa wajib pajak mempunyai kewajiban untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar.
Dalam self assesment system fungsi dan peranan dari Wajib Pajak
ditingkatkan. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemunggutan pajak
sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada Wajib Pajak
sendiri. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Seperti yang dikemukakan oleh E.Eliyani (1989 : 29) dikutip dari (jurnal
Kiryanto, 1999 : 7), ”kepatuhan wajib pajak didefinisan sebagai memasukan dan
melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar
jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya, tanpa ada
tindakan pemaksaan. Ketidakpatuhan timbul kalau salah satu syarat definisi tidak dipenuhi”.
Jadi semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan memperhitungkan
ketetapan menyetor, serta mengisi dan membayar jumlah pajak yang terutang
tepat pada waktunya, tanpa adanya tindakan pemaksaan, maka diharapkan
semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan
memenuhi kewajiban pajaknya (dalam hal ini PBB). (Kiryanto, 1999 : 8)
2.3.3.4 Pengaruh Kemampuan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
PBB sebagai pajak objektif tidak memperhatikan status ekonomi
(pendapatan) subjek pajaknya. Hal ini sering menimbulkan kontradiksi dan rasa
ketidakadilan atas pemungutan pajaknya terhadap masyarakat sebagai wajib
pajak. Namun pada dasarnya keadilan dalam hal pemungutan pajak di nilai dari
seorang membayar pajak dibandingkan manfaat yang diperolehnya dari
pembayaran tersebut serta tingkat pendapatannya.
Landasan pengaruh kemampuan wajib pajak terhadap Keberhasilan
penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) dengan mengacu pada gaya pikul.
(mardiasmo,2009,3) teori ini mengandung kesimpulan bahwa dasar keadilan
pemungutan pajak terletak pada jasa yang diberikan negara kepada warganya,
yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya, untuk kepentingan tersebut perlu
biaya yang harus dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan itu,
yaitu menekan pada azas keadilan, bahwasanya pajak haruslah sama beratnya
untuk setiap orang. Pajak harus dibayar menurut gaya pikul seseorang. Gaya pikul
seseorang dapat diukur berdasarkan besar penghasilannya dengan
memperhitungkan pengeluaran atau pembelanjaan dinyatakan dengan sejumlah
penghasilan tertentu yang tidak di kenakan pajak (Siti Resmi, 2008:5-6).
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan dari wajib
pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan dapat dilihat dari harta benda
yang dimiliki, dan besarnya beban pajak yang dikeluarkan pemerintah sesuai
dengan tingkat kemampuan yang wajib pajak miliki.
2.4 Diagram Kerangka Pikir
Berdasakan teori-teori penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas,
maka dapat dibuat sebuah diagram kerangka pikir sebagai berikut :
1. Pemahaman Wajb Pajak (X1)
2. Kesadaran Wajib Pajak (X2)
3. Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Regresi Linier Berganda Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)
4. Kemampuan Wajib Pajak (X4)
2.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian dan landasan teori
maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
“Bahwa tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran wajib pajak, tingkat
kepatuhan wajib pajak, dan tingkat kemampuan wajib pajak berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
36
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Defenisi Operasional
Menurut Nazir (1998 : 152) Definisi Operasional adalah suatu defenisi
yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau
spesifikasi kegiatan, ataupun memberikan operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diajukan
pada bab I dan hipotesis yang diajukan pada bab II, maka dalam penelitian ini
terdiri dari empat variabel, yaitu pemahaman perpajakan (X1), tingkat kesadaran
wajib pajak (X2), tingkat kepatuhan wajib pajak (X3), dan tingkat kemampuan
wajib pajak (X4) dengan menggunakan sematic differential (skala interval).
variabel terikat merupakan penerimaan pajak bumi dan bangunan yang
disimbolkan dengan Y.
3.1.1.1 Variabel Bebas (X)
1. Pemahaman Wajib Pajak atas PBB (X1)
Pemahaman Wajib Pajak adalah persepsi Wajib Pajak terhadap
kesederhanaan dan daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi perilaku
Wajib Pajak dan keberhasilan perpajakan.
2. Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2)
Kesadaran Perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk
rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah
dengan cara membayar kewajiban pajaknya.
3. Tingkat Kepatuhan wajib pajak (3)
Kepatuhan Wajib Pajak adalah ketaatan untuk melakukan
ketentuan-ketentuan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan.
4. Tingkat Kemampuan Wajib Pajak (4)
Kemampuan Wajib Pajak adalah kesanggupan wajib pajak membayar pajak
yang di tinjau dari rasio pokok ketetapan dengan pendapatan wajib pajak.
3.1.1.2 Variabel terikat (Y)
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)
Adalah peningkatan sikap proaktif wajib pajak terhadap pajak (PBB).
Sikap proaktif wajib pajak merupakan salah satu elemen konatif dari sikap wajib
pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan. (Ika, 2010 : 23)
Komponen konatif (tindakan), merupakan aspek kecenderungan bertindak dan
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu sesuai dengan sikap yang
dimiliki seseorang, dengan demikian, keberhasilan penerimaan dalam hal ini
diasumsikan sebagai kecenderungan untuk bersikap positif oleh wajib pajak atau
reaksi positif wajib pajak terhadap Pajak (PBB) dengan cara-cara tertentu yang
dimiliki wajib pajak.
3.1.2 Pengukuran Variabel
A. Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)
Adalah rasio tingkat kepatuhan pembayaran oleh wajib pajak (WP)
dibandingkan dengan ketetapannya pada tahun yang bersangkutan.
Pengukurannya menggunakan Semantic Defferensial skala Interval (Sugiyono,
2001 : 71). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian (Effi Sulistyorini,2003) yang diadaptasi lagi oleh Retti (2008).
Variabel ini diukur dengan empat pertanyaan.
Indikator untuk variabel ini adalah
1. Kebenaran petugas menghitung pajak
2. Penjelasan perhitungan petugas pajak
3. Keberatan ketidaksamaan perhitungan pajak
4. berdiskusi tentang masalah pajak
1 2 3 4 5
Sangat Tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :
1 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang rendah
3 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang cukup
5 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang tinggi
B. Tingkat Pemahaman Wajib Pajak (X1)
Adalah tingkat pemahaman wajib pajak Bumi dan Bangunan akan fungsi dan
pentingnya membayar pajak Bumi dan Bangunan.
Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Effi Sulistyorini, 2003) yang
diadaptasi lagi oleh Vitriana (2006). :
1. PBB merupakan sarana atau sumber pendapatan daerah
2. PBB dikenakan pada benda tidak bergerak, sehingga yang dipentingkan
objeknya
3. Subyek PBB adalah orang atau badan yang menguasai atau memperoleh
manfaat dari objek pajak
4. Sumber dana pembangunan
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :
1 = Menunjukkan Tingkat Pemahaman Wajib Pajak rendah
3 = Menunjukkan Tingkat Pemahaman Wajib Pajak wajar
5 = Menunjukkan Tingkat Pemahaman Wajib pajak tinggi
C. Kesadaran Perpajakan (X2)
Adalah rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya untuk
membayar pajak Bumi dan Bangunan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Effi Sulistyorini, 2003) yang
diadaptasi lagi oleh Vitriana (2006). :
1. PBB dipergunakan sebagai sumber pendapatan
2. PBB harus dibayar tepat waktu untuk pembiayaan pembangunan
3. PBB harus dibayar karena kewajiban warga negara
4. PBB sumber pendapatan daerah
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :
1 = Menunjukkan Tingkat Kesadaran Wajib Pajak rendah
3 = Menunjukkan Tingkat Kesadaran Wajib Pajak wajar
5 = Menunjukkan Tingkat Kesadaran Wajib pajak tinggi
D. Tingkat Kepatuhan wajib pajak (X3)
Kepatuhan wajib pajak yaitu ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan
perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan. Selain itu,
wajib pajak paham terhadap UU perpajakan mengisi formulir pajak dengan
benar, menghitung pajak dengan jumlah benar dan membayar pajak tepat pada
waktunya.
Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Effi sulistyorini, 2003) yang
diadaptasi lagi oleh Retti (2008). :
1. Wajib pajak paham dan berusaha memahami undang-undang perpajakan
2. Kemudahan prosedur pembayaran
3. Sanksi keterlambatan
4. Membayar pajak tepat waktu
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :
1 = Menunjukkan Tingkat Kepatuhan rendah
3 = Menunjukkan Tingkat Kepatuhan wajar
5 = Menunjukkan Tingkat Kepatuhan tinggi
E. Tingkat Kemampuan Wajib Pajak (X4)
Kemampuan wajib pajak merupakan kesanggupan wajib pajak membayar
pajak yang ditinjau dari rasio pokok ketetapan dengan pendapatan wajib pajak,
antara lain perhitungan nominal pajak berdasarkan luas bangunan, dilihat dari
kondisi fisik bangunan, dan umur.
Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Ika, 2010) . :
1. PBB dibayar sesuai nilai tanah dan bangunan.
2. Tarif PBB sebesar 0,5% dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)
3. Dasar perhitungan PBB serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya
100% dari nilai jual obyek pajak (NJOP)
4. Rasio beban pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :
1 = Menunjukkan Tingkat Kemampuan Wajib Pajak rendah
3 = Menunjukkan Tingkat Kemampuan Wajib Pajak wajar
5 = Menunjukkan Tingkat Kemampuan Wajib pajak tinggi
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007 :72).
Populasi pada penelitian adalah seluruh wajib Pajak Bumi dan Bangunan
tahun 2011 untuk wilayah Desa Sambungrejo Kecamatan Sukodono yang
berjumlah 2.194 wajib pajak pribadi.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004 : 44). Untuk
menentukan sampel yang digunakan dalam obyek penelitian ini adalah Simple
Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel anggota populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi itu (Sugiyono, 2007 : 74).
Ukuran sampel dari populasi yang ditentukan dengan menggunakan rumus
slovin yang dikutip (Umar, 2004:78), yaitu :
n = 2
1 Ne N
Keterangan : n : ukuran sample
N : ukuran populasi yang berjumlah
e : persentase kelonggaran ketidak pastian karena kesalahan
pengembalian sampel masih dapat diteliti 10%
Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh :
n = 2
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data yang bersumber dari tanggapan responden atas daftar pertanyaan
yang tertera dalam angket. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh
dari Desa Sambungrejo Sidoarjo.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan penulis melakukan prosedur
sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah Pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan
atau kuesioner yang telah disiapkan dan diberikan secara langsung kepada
responden dengan mengguakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara) untuk mendapatkan data yang diperlukan (Nazir,
1988:234).
2. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan objek secara
langsung dan mencatat segala data yang diperlukan dan berhubungan
dengan masalah yang diteliti (Sugiyono, 2007 : 138).
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden (Sugiyono, 2007 : 135)
3.4 Teknik Analisis
3.4.1 Uji Kualitas Data
Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu realibilitas dan
validitas. Artinya, suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang biasa jika
datanya kurang reliabel dan kurang valid.
3.4.1.1Validitas (Validity) Data
Validitas data penelitian mempersoalkan apakah benar-benar kita
mengukur apa yang kita pikirkan sedang kita ukur (Nazir, 2005:145). Uji validitas
dipergunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suetu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Menurut (Santoso, 2000 : 277) dasar pengambilan keputusan, yaitu
sebagai berikut :
1. Jika hasil Positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut
valid.
2. Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel
tersebut tidak valid.
3.4.1.2 Reliabilitas (Reliability)
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang
diberikan oleh responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu alat ukur
atau kuesioner mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur