• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa-siswa kelas XII SMA negeri dan swasta di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah : survei pada siswa-siswa kelas XII SMA negeri dan swasta di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta."

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN STATUS SEKOLAH

Survei pada Siswa –Siswa Kelas XII SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Wita Dityarini

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua; (2) pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua; (3) pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua; (4) pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Bantul. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian ini adalah 4.220 siswa. Sampel penelitian ini berjumlah 568 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah model analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah (β3 =−0,032 dan

) 050 , 0 221

,

0 > =

= α

ρ dan ada pengaruh negatif kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ibu (β3 =−0,069 dan ρ =0,016>α =0,050); (2) tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan ayah (β3 =−0,009 dan ρ =0,661>α =0,050)dan tingkat pendidikan ibu

028 , 0

3 =− dan ρ =0,143>α =0,050) ; (3) tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau belajar siswa ditinjau dari jenis pekerjaan ayah

017 , 0

3 =− dan ρ =0,462>α =0,050)dan jenis pekerjaan ibu (β3 =−0,041 dan )

050 , 0 054

,

0 > =

= α

(2)

ACHIEVEMENT PERCEIVED FROM SOCIAL AND ECONOMICAL STATUS OF PARENTS AND SCHOOL

A survey on the Third Year Studens of State and Private Senior High Schools in Bantul Regency, Yogyakarta Special Province.

WITA DITYARINI

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

This research aims to investigate whether there is any effect of emotional intelligence towards the students’ learning achievement perceived from (1) parent’s social status; (2) parent’s education; (3) the parent’s occupations; and (4) students’ schools status.

This research is conducted in state and private high schools in Bantul Regency. The populations are the third year students of state and private high schools in Bantul Regency, Yogyakarta Special Province. The total samples are 568 students which are selected by purposive sampling. The data gathering techniques are questionnaires and documentations. The data analysis technique is Chow’s regression analysis model.

The result of the research shows that (1) there is not any effect of emotional intelligence towards learning achievement perceived from fathers’ income (β3 =−0,032 and ρ =0,221>α =0,050)) and negative influence effect of emotional intelligence towards learning achievement perceived from mothers’ income (β3 =−0,069 and

) 050 , 0 016 ,

0 > =

= α

ρ ; (2) there is not any effect of emotional intelligence towards learning achievement perceived from fathers’ education (β3 =−0,009 and

) 050 , 0 661 ,

0 > =

= α

ρ and mothers’ education (β3 =−0,028 and ) 050 , 0 143 ,

0 > =

= α

ρ ; (3) there is not any effect of emotional intelligence towards learning achievement perceived from fathers’ occupations (β3 =−0,017;

) 050 , 0 462 ,

0 > =

= α

(3)

Survei pada Siswa-Siswa Kelas XII SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

DI SUSUN OLEH : WITA DITYARINI

031334061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati dan memberiku anugrah yang luar...biasa

Kedua Orang Tuaku: Yohanes Dite Marhendaryanto dan Fr. Eni Prihati Saudaraku Mas Doni, dan Dik Deni

Kekasihku sekaligus Sahabat terbaikku Oscar Pristi Anggito Teman-temanku di Pak ‘ B 2003

(7)
(8)
(9)

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “PENGARUH KECERDASANEMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN STATUS SEKOLAH”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Akuntansi. Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan,

kritik, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis

ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Bp. Y. Harsoyo, S.Pd.,M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd.,M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar

membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, dan

motivasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terimakasih banyak Pak.

5. Bp. Drs. FX. Muhadi, M.Pd. dan Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd.,M.Si. Selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan dan menyempurnakan hasil skripsi.

6. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada

7. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntasi (Mbak aris dan Pak Wawik) atas

(10)

PATRIA serta segenap guru, staf dan siswa-siswi yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan telah banyak membantu dalam

melaksanakan penelitian.

9. Bapak Y. Dite Marhendaryanto dan Ibu Fr. Eni Prihati, yang selalu memberikan doa,

kasih sayang, dukungan baik moril maupun materiil, serta semangat kepada penulis.

10. Saudaraku Mas Doni, Dik Deni, Mbak Sekar, Mas Danantyo, Mas Dito, yang telah

memberikan dukungan, semangat dan bantuan kepada penulis.

11. Oscar Pristio Anggito yang selalu ga pernah cape membantu penulis kapan saja,

memberi semangat dan motivasi kepada penulis, makasih ya sayang, Tuhan

Memberkatimu slalu.

12 Uke, Siwi, Tari, kalian memang sahabat yang baik... , teman-teman seperjuanganku

Tiara, makasih ya untuk bantuanmu, Suster Yekti, Siska, makasih untuk tumpangan

ngobrol di kamarmu, Dwi, Ari, Wulan, Meti, Santi, Adel, Septi, Yeni, Wawan, Nining,

Yiska, Dewi, Lala, Ana, terimakasih untuk pinjaman buku-bukunya ya.. Brevi, Yohana,

Agus, Yudo, dan Step, terima kasih atas bantuan kalian selama kuliah dan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini..

13. Buat teman-teman seperjuangan di PAK 2003 kelas A dan B, Sukses untuk semuanya...

(11)

perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

para pembaca dan semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan.

(12)

BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN STATUS SEKOLAH

Survei pada Siswa –Siswa Kelas XII SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Wita Dityarini

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua; (2) pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua; (3) pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua; (4) pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Bantul. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian ini adalah 4.220 siswa. Sampel penelitian ini berjumlah 568 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah model analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah (β3 =−0,032 dan

) 050 , 0 221

,

0 > =

= α

ρ dan ada pengaruh negatif kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ibu (β3 =−0,069 dan ρ =0,016>α =0,050); (2) tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan ayah (β3 =−0,009 dan ρ =0,661>α =0,050)dan tingkat pendidikan ibu

028 , 0

3 =− dan ρ =0,143>α =0,050) ; (3) tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau belajar siswa ditinjau dari jenis pekerjaan ayah

017 , 0

3 =− dan ρ =0,462>α =0,050)dan jenis pekerjaan ibu (β3 =−0,041 dan )

050 , 0 054

,

0 > =

= α

(13)

ACHIEVEMENT PERCEIVED FROM SOCIAL AND ECONOMICAL STATUS OF PARENTS AND SCHOOL

A survey on the Third Year Studens of State and Private Senior High Schools in Bantul Regency, Yogyakarta Special Province.

WITA DITYARINI

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

This research aims to investigate whether there is any effect of emotional intelligence towards the students’ learning achievement perceived from (1) parent’s social status; (2) parent’s education; (3) the parent’s occupations; and (4) students’ schools status.

This research is conducted in state and private high schools in Bantul Regency. The populations are the third year students of state and private high schools in Bantul Regency, Yogyakarta Special Province. The total samples are 568 students which are selected by purposive sampling. The data gathering techniques are questionnaires and documentations. The data analysis technique is Chow’s regression analysis model.

The result of the research shows that (1) there is not any effect of emotional intelligence towards learning achievement perceived from fathers’ income (β3 =−0,032 and ρ =0,221>α =0,050)) and negative influence effect of emotional intelligence towards learning achievement perceived from mothers’ income (β3 =−0,069 and

) 050 , 0 016 ,

0 > =

= α

ρ ; (2) there is not any effect of emotional intelligence towards learning achievement perceived from fathers’ education (β3 =−0,009 and

) 050 , 0 661 ,

0 > =

= α

ρ and mothers’ education (β3 =−0,028 and ) 050 , 0 143 ,

0 > =

= α

ρ ; (3) there is not any effect of emotional intelligence towards learning achievement perceived from fathers’ occupations (β3 =−0,017;

) 050 , 0 462 ,

0 > =

= α

(14)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional... 8

B. Prestasi Belajar... 11

(15)

F. Hipotesis... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian... 28

D. Populasi, Sampel dan Teknik penarikan Sampel………. 28

1. Populasi... 28

2. Sampel... 28

3. Teknik Penarikan Sampel... 29

E. Operasionalisasi Variabel... 29

F. Teknik Pengumpulan Data... 33

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 34

1. Uji Validitas... 34

2. Uji Reliabilitas... 36

H. Teknik Analisis Data... 38

1. Analisis Deskriptif... 38

2. Pengujian Normalitas dan Linieritas... 38

a. Uji Normalitas... 38

b. Uji Linieritas... 39

3. Pengujian Hipotesis Penelitian... 40

(16)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79

B. Keterbatasan Penelitian... 81

C. Saran-saran... 82

(17)

Tabel 3.1 Nama Sekolah dan Jumlah Responden ……… 29

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional... 30

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendapatan... 32

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua... 32

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 32

Tabel 3.6 Rangkuman Uji validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 35

Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian... 42

Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden ... 43

Tabel 5.3 Tingkat Pendapatan Orang Tua... 43

Tabel 5.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 44

Tabel 5.5 Jenis Pekerjaan Orang Tua... 46

Tabel 5.6 Asal sekolah Siswa... 48

Tabel 5.7 Kecerdasan Emosional Siswa ... 48

Tabel 5.8 Prestasi Belajar Siswa ... 49

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 51

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Prestasi Belajar... 54

(18)

Gambar 2.1 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar

Siswa Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan

(19)

1. Kuesioner Penelitian ... 84

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 90

3. Data Induk Penelitian... 94

4. Data Induk Regresi... 115

5. Deskripsi Frekuensi dan Deskripsi Variabel Penelitian... 124

6. Perhitungan PAP tipe II ... 162

7. Uji Normalitas dan Linieritas... 165

8. Uji Regresi ... 175

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

pendidikan menduduki peranan penting, Pendidikan harus menjadi bidang

garapan yang mendapatkan prioritas tinggi dalam pembangunan nasional. Hal

demikian disebabkan melalui bidang pendidikan sumber daya manusia muda

diberikan bekal untuk mengembangkan potensinya sebagai persiapan untuk

kehidupan yang lebih baik dikemudian hari. Sebagian besar orang tua

karenanya tidak ragu-ragu untuk berkorban demi pendidikan anak-anaknya.

Keberhasilan belajar anak tercermin dari prestasi belajarnya. Ada

banyak faktor yang berpengaruh pada tinggi atau rendahnya prestasi belajar.

Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor yang berasal dari dalam diri siswa

yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologi yang terdiri dari: kecerdasan

dan bakat, serta unsur-unsur kepribadian tertentu, dan faktor yang berasal dari

luar diri siswa yang terdiri atas lingkungan sosial, budaya, dan lingkungan

fisik. Dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu

memperhatikan dua faktor tersebut.

Secara umum, masyarakat berpendapat bahwa prestasi belajar terlihat

dari indikator prestasi akademik pada setiap bidang studi. Karenanya

(21)

quotient (lQ) saja. Namun demikian sebenarnya faktor kecerdasan emosional

atau emotional quotient (EQ) perlu dipertimbangkan. Dalam beberapa kasus

sering dijumpai bahwa siswa yang mempunyai IQ cukup tinggi justru

mengalami kesulitan belajar di sekolah, hal ini tampak dari nilai rapornya

yang jelek. Sementara dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi justru prestasi belajarnya lebih baik.

Dengan kata lain ada hubungan positif kecerdasan emosional dengan prestasi

belajar. Hal ini didukung hasil penelitian Romanus Mudjijana

(http://www1.bpk penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf.) yang menemukan

bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali dan

mengelola segala emosi yang ada pada diri kita. EQ mencakup kemampuan

memotivasi diri, bertahan menghadapi frustasi, pengendalian dorongan hati,

mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres, sehingga memiliki

kegembiraan, kesedihan, kemarahan yang tidak berlebihan. Kecerdasan

akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau

kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup. Banyak bukti

memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap yang mengetahui

dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan mampu membaca

dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan

dalam setiap bidang kehidupan (http.//secapramana.tripod.com/). Hal

demikian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memberikan kontribusi

(22)

Derajat tinggi rendahnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar diduga disebabkan oleh perbedaan status ekonomi orang tua

siswa dan status sekolah yang tidak sama satu sama lainnya. Untuk orang tua

yang berstatus sosial ekonomi tinggi, mereka dapat membiayai sekolah

anaknya dan menyediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga dalam

kondisi demikian anak akan merasa terbantu dalam belajar dan dapat

meningkatkan semangat, dengan demikian anak telah mempunyai kecerdasan

emosional yang baik karena telah mampu menyalurkan perasaannya untuk

memotivasi dirinya dalam belajar yang akan menghasilkan meningkatan

berprestasi anak. Untuk orang tua yang mempunyai status sosial ekonomi

yang lebih rendah tentunya akan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan

keluarga, lebih-lebih untuk kebutuhan sekolah anak. Hal ini dapat

menyebabkan anak tersebut akan merasa kurang percaya diri atau dengan kata

lain kecerdasan emosional anak menjadi tidak stabil yang akhirnya akan

membuat kesulitan dalam belajarnya.

Status sekolah menjadi salah satu pertimbangan orang tua sebelum

menyekolahkan anaknya. Orang tua berharap bahwa pada sekolah yang baik,

anak akan dapat mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Banyak orang

tua karenanya lebih memilih sekolah negeri dibanding sekolah swasta. Hal ini

disebabkan sekolah negeri diidentikkan dengan sekolah dengan mutu lebih

baik dibandingkan sekolah swasta. Meskipun demikian tidak berarti bahwa

semua sekolah swasta mutunya di bawah sekolah negeri. Sebagian besar

(23)

baik-buruknya iklim sekolah. Dengan demikian muncul pemberian label sekolah

favorit bagi sekolah yang sangat disiplin, input siswa baik, gurunya dianggap

profesional, sarana prasarananya lengkap, dan lingkungannya baik. Sekolah

yang memiliki karakteristik demikian lebih banyak ditemukan di sekolah

negeri dibandingkan swasta. Dengan iklim sekolah yang seperti itu siswa akan

lebih merasa nyaman dalam belajarnya di sekolah. Kecerdasan emosional

siswapun lebih mudah terbentuk dari iklim sekolah tersebut. Dampaknya

mereka termotivasi untuk meningkatkan prestasinya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk

menguji derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada

siswa ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah.

Penelitian ini selanjutnya mengambil judul “PENGARUH KECERDASAN

EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI

STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN STATUS SEKOLAH”.

Penelitian merupakan survei pada siswa-siswi kelas XII SMA di Kabupaten

Bantul.

B. Identifikasi Masalah

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor ini

antara lain faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi faktor

jasmaniah, faktor psikologi yang terdiri dari: kecerdasan dan bakat, serta

unsur-unsur kepribadian tertentu, dan faktor yang berasal dari luar diri siswa

(24)

memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional. Secara spesifik penelitian ini

ingin menginvestigasi apakah tinggi/rendahnya derajat pengaruh kecerdasan

emosional terhadap prestasi belajar akan berbeda pada siswa yang berasal dari

status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah yang berbeda.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

ini sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua ?

2. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua ?

3. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua ?

4. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari status sekolah ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap

(25)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar ditinjau dari status sekolah

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menemukan hasil-hasil penelitian yang

memiliki kegunaan antara lain:

1. Bagi Sekolah

Sebagai masukan bagi guru bahwa pentingnya kecerdasan emosional

untuk meningkatkan prestasi belajar. Sehingga guru dapat membantu

siswa untuk meningkatkan kecerdasan emosional.

2. Bagi Universitas

Dengan diselesaikannya skripsi ini diharapkan dapat menambah refensi

perpustakaan Universitas Sanata Dharma mengenai pengaruh kecerdasan

emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial orang tua dan

(26)

3. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan wawasan tentang pengaruh kecerdasan

emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sosial orang tua dan

(27)

BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasaan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan otak (IQ) ternyata bukan satu-satunya kunci yang dapat

mengantarkan kita ke jenjang sukses. Ada kecerdasan emosional (EQ)

yang juga punya peranan penting untuk mengembangkan diri kita.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengontrol dan

menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi, kerja

sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(http//www.duniaguru.com/). Menurut Salovey dan Mayer (Goleman,

1999:513), kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan

mengendalikan perasaan sendiri untuk memandu pikiran dan tindakan.

Lebih lanjut Salovey dan Mayer (2000:30) menyatakan bahwa kecerdasan

emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan

membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan

dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga

membantu perkembangan emosi dan intelektual. Semakin tinggi

kecerdasan emosional kita, semakin besar kemungkinan kita untuk sukses

sebagai pekerja, orangtua, manajer, anak dewasa, mitra bagi pasangan

(28)

uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional

adalah kemampuan individu untuk menyadari diri pada saat ini, mampu

memotivasi, berempati, mampu mengatur emosinya dan mampu menjalin

hubungan baik dengan orang lain.

2. Dimensi Kecerdasan Emosional

Ada lima aspek kecerdasan emosional, yang dapat menjadi pedoman bagi

individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

a. Mengenali emosi diri (emotional awareness). Kenali dan lepaskan

emosi negatif kita. Pahami dampak emosi negatif terhadap diri kita,

usahakan supaya pikiran kita tidak dikuasai oleh perasaan negatif yang

sedang kita rasakan (http:www.dunia guru.com/). Sementara pada

Goleman (1999:512-513), mengenali diri berarti mengetahui apa yang

kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu

pengambilan keputusan diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat.

b. Mengelola emosi (managing emotion). Emosi merupakan sinyal bagi

kita agar melakukan tindakan untuk mengatasi perasaan yang sedang

terjadi . Jika kita mampu mengendalikan dan mengatasi emosi dengan

gembira maka kita cenderung akan sukses dalam berbagai hal

(http:www.dunia guru.com/). Sementara pada Goleman

(1999:512-513), pengaturan diri merupakan menangani emosi kita sedemikian

sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap

kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu

(29)

c. Memotivasi diri sendiri (self motivation). Keterampilan memotivasi

diri memungkinkan terwujudnya kinerja tinggi dalam segala hal.

Motivasi memacu diri kita untuk lebih produktif dan efektif dalam hal

apa pun yang kita kerjakan (http:www.dunia guru.com/). Goleman

(1999:512-513) menyatakan bahwa motivasi merupakan hasrat kita

yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju

sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat

efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Mengenali emosi orang lain (managing conflict/empati). Kecerdasan

emosional kita akan akan menjadi sempurna bila dilengkapi dengan

kemampuan memotivasi orang lain, yang merupakan bentuk lain dari

jiwa pemimpin (http:www.dunia guru.com/). Goleman (1999:512-513)

menyatakan bahwa empati berarti merasakan yang dirasakan orang

lain, mampu memahami perpektif mereka, menumbuhkan hubungan

saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam

orang.

e. Membina hubungan (social comunication). Salah satu kunci kecakapan

sosial adalah seberapa baik atau buruk seseorang bisa melakukan tata

krama tampilan (http.www.dunia guru.com/). Goleman

(1999:512-513) menyatakan bahwa keterampilan sosial yaitu menangani emosi

dengan baik ketika hubungan dengan orang lain dan dengan cermat

membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,

(30)

memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk

bekerja sama dan bekerja dalam tim.

Banyak hal yang menyebabkan kecerdasan emosional seseorang menurun.

Penyebabnya antara lain (http://secapramana.tripod.com/) :

1. Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial. Lebih suka

menyendiri, bersikap sendiri-sendiri, kurang bersemangat, dll.

2. Cemas dan depresi, menyendiri, sering taku, merasa gugup, dll.

3. Memiliki masalah dalam hal perhatian atau berpikir. Tidak mampu

memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa

berpikir, bersikap terlalu tegang, dll.

4. Nakal dan agresif. Bergaul dengan anak-anak yang bermasalah,

bohong dan menipu, sering bertengkar, dll.

Maka untuk menanggulangi penyebab itu perlu adanya keseimbangan

antara kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Keberhasilan hidup

ditentukan oleh keduanya. Pelatihan untuk menyatakan perasaan negatif

menjadi amat penting. Pelampiasan yang tidak tepat justru akan

menambah intensitas, bukan mengurangi. Cara berpikir menentukan cara

merasa, oleh karena itu berpikir positif sangatlah diperlukan. Pengalaman

dan pendidikan di masa kanak-kanak akan sangat menentukan dasar

pembentukan keterampilan sosial, dan emosional.

B. Prestasi Belajar

(31)

Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa untuk menguasai

pengetahuan atau keterampilan keterampilan tertentu dalam suatu mata

pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan

guru (KBBI dalam BPK Penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf). Di

Indonesia, alat ukur evaluasi prestasi belajar disebut Tes Hasil Belajar

(THB). Tes ini digunakan untuk mengukur taraf keberhasilan sebuah

program pengajaran dan untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah

mendayagunakan kemampuan kognitifnya. Sementara Suryabrata

(1984:324) mengatakan bahwa kemajuan atau hasil belajar murid-murid

tercantum pada rapor yaitu yang memuat tentang kelakuan, kerajinan, dan

kepandaian murid. Menurut Prayitno (Nasution, 2001:40), kesuksesan

belajar siswa lebih banyak ditentukan oleh PTSDL sebuah singkatan dari

prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, kondisi

diri pribadi, dan lingkungan belajar. Dari definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan dalam suatu mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan

dalam nilai/angka pada rapor yang diberikan guru.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:130-131), faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah:

(32)

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh

yang terdiri atas:

a) Faktor intelektik yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan

dan bakat, dan faktor kecakapan nyata yaitu, prestasi yang telah

dimiliki.

b) Faktor non intelektik, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

penyesuaian diri.

b. Faktor eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan sekolah, dan lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,

iklim.

C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status adalah kondisi atau kedudukan, sedangkan sosial merupakan

(33)

kedudukan ini yang menyebabkan adanya lapisan sosial. Sedangkan

ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “eikos” yang berarti rumah

tangga dan “nomos” yang berarti tata atau aturan. Menurut T. Gilarso

(1991:61), ekonomi diartikan sebagai aturan atau pedoman untuk

mengatur rumah tangga. Maka dapat disimpulkan status sosial ekonomi

orang adalah suatu kedudukan yang dimiliki orang tua yang nantinya akan

digunakan untuk mengatur rumah tangga.

2. Dimensi Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status sosial ekonomi orang tua antara lain meliputi tingkat pendidikan

orang tua, jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan.

a. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Menurut Mulyanto (1982:92-93), pendapatan dan penerimaan keluarga

dapat berbentuk :

1) Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang

yang sifatnya reguler dan diterima sebagai balas jasa. Sumbernya

adalah gaji dan upah, pendapatan bersih dari usaha sendiri, hasil

investasi seperti bunga dan pensiun.

2) Pendapatan berupa barang, yaitu segala penerimaan yang sifatnya

reguler akan tetapi tidak selalu berbentuk jasa, tetapi dapat diterima

dalam bentuk barang dan jasa. Misalnya tunjangan beras,

tunjangan kesehatan, dll.

3) Lain-lain, yaitu penerimaan barang atau jasa yang biasanya

(34)

penjualan barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, dan

penagihan piutang.

Berdasarkan keterangan di atas, maka pendapatan atau penghasilan riil

orang tua adalah penghasilan yang diperoleh dalam waktu tertentu

(tiap bulan) yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan dalam

keluarga. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan orang tua didasarkan

pada Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

No.150/KEP/2006 tentang Penetapan Upah Minimum Propinsi Daerah

Istimewa Yogyaharta Tahun 2007 dinyatakan bahwa : Upah Minimum

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 adalah sebesar Rp

500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per bulan.

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenjang pendidikan

yang pernah dialaminya atau lamanya pendidikan. Tingkat pendidikan

orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan formal yang berhasil dicapai orang tua. Pendidikan formal

adalah pendidikan yang dilakukan secara terorganisasi dan mempunyai

tingkatan-tingkatan tertentu (KBBI, 1996:353). Sementara Tanlain

(1992:43) mengatakan pendidikan formal ialah pendidikan yang

diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat,

dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari TK

(35)

disimpulkan tingkat pendidikan orang tua adalah pendidikan formal

terakhir yang pernah dialami orang tua yaitu mulai dari TK hingga

Perguruan Tinggi.

c. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Berdasarkan tingkat pendapatan, jenis pendapatan dapat digolongkan

menjadi sembilan golongan (Spillane, 1982:14), yaitu :

1) Golongan A terdiri dari: mandor, pedagang, pegawai kantor,

pegawai sipil, ABRI, pemilik perusahaan/toko/pabrik/perikanan,

pemilik tanah, peternakan, tuan tanah.

2) Golongan B terdiri dari: buruh nelayan, petani kecil, penebang

kayu

3) Golongan C terdiri dari: ABRI (Tamtama s.d Bintara), Guru SD,

kepala bagian, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan

kecil, pamong praja pegawai badan hukum, pegawai negeri

golongan I a s.d I d, suprvisor/pengawas.

4) Golongan D terdiri dari: meninggal dunia, pensiunan, tak

mempunyai pekerjaan tetap.

5) Golongan E terdiri dari: Guru (SMP s.d SMA), juru rawat, pekerja

sosial, kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan II

a s.d II d, perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten),

wartawan.

6) Golongan F terdiri dari: buruh tidak tetap, petani penyewa,

(36)

7) Golongan G terdiri dari: ahli hukum, ahli ilmu tanah/ahli ukur

tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur,

insinyur, kepala kantor pos (pusat), kontraktor besar, manager

perusahaan, menteri, pegawai negeri golongan III ke atas,

pengarang, peneliti, penerbang, perwira ABRI (Mayor s.d Jendral),

walikota/bupati.

8) Golongan H terdiri dari: pembantu, pedagang keliling, tukang cuci.

9) Golongan I terdiri dari: artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai

besi/emas/peras, penjahit, penjaga, supir bus/colt, tukang kayu,

tukang listrik, tukang mesin.

D. Status Sekolah

Menurut Keputusan-keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Tahun 1993 pasal 1 ayat 4, 5, dan 6 yaitu :

a. SMU negeri adalah SMU yang diselenggarakan oleh pemerintah.

b. SMU swasta adalah SMU yang diselenggarakan oleh masyarakat.

c. Madrasah Aliyah adalah SMU yang berciri khas agama Islam yang

diselenggarakan oleh Departemen Agama.

Untuk menilai kelayakan suatu sekolah perlu diadakan akreditasi sekolah.

Menurut Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

Nomor 11 Tahun 2003 menyatakan akreditasi sekolah adalah suatu kegiatan

penilaian kelayakan suatu sekolah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

dan dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah yang hasilnya diwujudkan

(37)

E. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh kecerdasan emosinal terhadap prestasi belajar ditinjau dari

tingkat pendapatan orang tua

Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa untuk mengetahui

pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang

lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

(KBBI dalam BPK Penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf). Suryabrata

(1984:324) mengatakan bahwa kemajuan atau hasil belajar murid-murid

tercantum pada rapor yaitu yang memuat tentang kelakuan, kerajinan, dan

kepandaian murid. Ada banyak faktor yang berhubungan dengan

tinggi/rendahnya prestasi belajar. Salah satu faktor yang berhubungan

dengan prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Menurut Salovey

dan Mayer (Goleman, 1999:513), kecerdasan emosi adalah kemampuan

memantau dan mengendalikan perasaan sendiri untuk memandu pikiran

dan tindakan. Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang

baik berarti memungkinkan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam

kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas

mereka (http://secapramana.tripod.com/). Dengan demikian semakin tinggi

kecerdasan emosional, maka prestasi belajar akan semakin tinggi. Hal ini

sejalan dengan penelitian Wulan Arum (2005) dan Romanus Mudjijana

(http://www1.bpk penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf.) yang menemukan

bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi

(38)

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua dengan pendapatan

yang berbeda. Tingkat pendapatan orang tua berkaitan dengan kemampuan

orang tua dalam membiayai sekolah dan menyediakan fasilitas pendidikan

yang diperlukan anak. Dengan dipenuhinya fasilitas dan perhatian dalam

belajernya maka anak akan mendapatkan rangsangan mental bagi

perkembangan kecerdasan emosionalnya. Jadi tidak mengherankan jika

siswa dari keluarga dengan tingkat pendapatan orang tua lebih tinggi pada

umumnya prestasinya lebih tinggi dibanding dengan siswa dengan tingkat

pendapatan orang tuanya lebih rendah. Pendapatan dalam jumlah besar

akan memudahkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga

termasuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Sebaliknya pendapatan

yang jumlahnya kecil akan mengakibatkan keluarga hidup berkekurangan,

sehingga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

termasuk membiayai pendidikan yang semakin mahal. Dengan pendapatan

orang tua cukup akan membuat anak merasa senang untuk belajar, karena

segala kebutuhan belajarnya selalu tercukupi. Hal ini akan berdampak

pada kondisi emosi anak yang stabil, berpikir secara baik, sehingga akan

mampu untuk belajar secara baik dan meningkatkan prestasinya juga.

Sebaliknya pada orang tua yang memiliki pendapatan yang rendah akan

merasa kesulitan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup keluarga,

terlebih untuk memenuhi fasilitas belajar anak. Sehingga anak

(39)

emosionalnya karena mereka merasa tidak puas dan pada akhirnya prestasi

belajarnya akan rendah.

2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari

tingkat pendidikan orang tua

Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa untuk mengetahui

pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang

lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

(KBBI dalam BPK Penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf). Suryabrata

(1984:324) mengatakan bahwa kemajuan atau hasil belajar murid-murid

tercantum pada rapor yaitu yang memuat tentang kelakuan, kerajinan, dan

kepandaian murid. Ada banyak faktor yang berhubungan dengan

tinggi/rendahnya prestasi belajar. Salah satu faktor yang berhubungan

dengan prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Menurut Salovey

dan Mayer (Goleman, 1999:513), kecerdasan emosi adalah kemampuan

memantau dan mengendalikan perasaan sendiri untuk memandu pikiran

dan tindakan. Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang

baik berarti memungkinkan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam

kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas

mereka (http://secapramana.tripod.com/). Dengan demikian semakin tinggi

kecerdasan emosional, maka prestasi belajar akan semakin tinggi. Hal ini

sejalan dengan penelitian Wulan Arum (2005) dan Romanus Mudjijana

(40)

bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua dengan tingkat

pendidikan orang tua yang berbeda. Pada siswa yang berasal dari orang tua

yang tingkat pendidikannya tinggi akan menjadi pemicu semangat baik

bagi anak untuk mencapai hal serupa. Hal ini dikarenakan pendidikan yang

tinggi akan membuat sikap orang tua semakin positif pada dunia

pendidikan, sehingga akan selalu menyadarkan dan mendorong anak untuk

rajin belajar serta dapat mencapai hasil prestasi yang memuaskan. Disisi

lain, anak juga akan meniru orang tuanya. Dengan demikian sikap orang

tua yang mempunyai pendidikan tinggi akan berdampak pada anak, anak

menjadi merasa terarahkan dan mendapat perhatian cukup dan apa yang

diterima anak tersebut dapat membentuk kecerdasan semosional anak.

Karena seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi

akan mau menuntut dirinya untuk belajar mengakui dan menghargai

perasaan diri sendiri dan orang lain untuk menanggapinya dengan tepat

dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, hal demikian pada akhirnya

dapat memotivasi anak dalam meningkatkan prestasinya. Sebaliknya pada

siswa yang memiliki orang tua berpendidikan rendah akan merasakan

kesulitan untuk dapat berprestasi. Hal ini dikarenakan orang tua tidak

memiliki pandangan yang luas tentang dunia pendidikan yang dijalani oleh

(41)

kecerdasan emosonal anak, kurangnya motivasi dari orang tua dalam

proses belajar, kurangnya pendampingan belajar dari orang tua membuat

anak tidak bersemangat dalam belajar yang mengakibatkan tidak

maksimalnya prestasi belajar yang diperoleh anak.

3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis

pekerjaan orang tua

Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa untuk mengetahui

pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang

lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

(KBBI dalam BPK Penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf). Suryabrata

(1984:324) mengatakan bahwa kemajuan atau hasil belajar murid-murid

tercantum pada rapor yaitu yang memuat tentang kelakuan, kerajinan, dan

kepandaian murid. Ada banyak faktor yang berhubungan dengan

tinggi/rendahnya prestasi belajar. Salah satu faktor yang berhubungan

dengan prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Menurut Salovey

dan Mayer (Goleman, 1999:513), kecerdasan emosi adalah kemampuan

memantau dan mengendalikan perasaan sendiri untuk memandu pikiran

dan tindakan. Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang

baik berarti memungkinkan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam

kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas

mereka (http://secapramana.tripod.com/). Dengan demikian semakin tinggi

kecerdasan emosional, maka prestasi belajar akan semakin tinggi. Hal ini

(42)

(http://www1.bpk penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf.) yang menemukan

bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua dengan jenis

pekerjaan orang tua yang berbeda. Prestasi belajar siswa berkaitan erat

dengan pola pengasuhan anak oleh orang tua di keluarga. Bila orang tua

sebagai pendidik, dan pola mengasuhnya seperti seorang pendidik, maka

orang tua akan lebih sabar, telaten dalam membimbing anak dalam belajar.

Orang tua akan memperlakukan anaknya seperti siswa sekolah yang terus

dibimbing sehingga anak dapat berprestasi maksimal. Bagi orang tua yang

profesinya bukan pendidik, tentu juga mengharapkan anaknya berprestasi

tetapi cara mengajar atau membimbing anak belajar berbeda dengan orang

tua yang berprofesi sebagai seorang guru yang dalam dirinya memiliki

latar belakang pendidikan keguruan dimana kegiatan membimbing anak

belajar merupakan bidang kerja yang ditekuninya setiap hari. Sehingga

banyaknya jenis pekerjaan sangat membedakan cara orang tua dalam

membentuk kecerdasan emosional anaknya. Untuk jenis pekerjaan orang

tua yang secara langsung berhubungan dengan pendampingan pada rang

lain (guru, psikolog, psikiater), maka orang tua akan lebih memahami

anak, mengerti kondisi anak, mampu mengembangkan potesi anak dan

mengembangkan kecerdasan emosional anak. Dampaknya anak berdasar

(43)

selanjutnya sadar untuk mengembangkan potensinya untuk memperoleh

prestasi yang maksimal.

4. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari

status sekolah

Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa untuk mengetahui

pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang

lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

(KBBI dalam BPK Penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf). Suryabrata

(1984:324) mengatakan bahwa kemajuan atau hasil belajar murid-murid

tercantum pada rapor yaitu yang memuat tentang kelakuan, kerajinan, dan

kepandaian murid. Ada banyak faktor yang berhubungan dengan

tinggi/rendahnya prestasi belajar. Salah satu faktor yang berhubungan

dengan prestasi belajar adalah kecerdasan emosional. Menurut Salovey

dan Mayer (Goleman, 1999:513), kecerdasan emosi adalah kemampuan

memantau dan mengendalikan perasaan sendiri untuk memandu pikiran

dan tindakan. Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang

baik berarti memungkinkan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam

kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas

mereka (http://secapramana.tripod.com/). Dengan demikian semakin tinggi

kecerdasan emosional, maka prestasi belajar akan semakin tinggi. Hal ini

sejalan dengan penelitian Wulan Arum (2005) dan Romanus Mudjijana

(44)

bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

diduga berbeda pada siswa yang berasal dari status sekolah yang berbeda.

Status sekolah mendapatkan perhatian orang tua sebelum menyekolahkan

anaknya. Status sekolah yang baik adalah sekolah yang dianggap

berpotensi untuk memberikan masa depan yang baik bagi anak. Status

sekolah akan memberi pengaruh terhadap kecerdasan emosional. Dengan

kata lain baik-buruknya status sekolah dan iklim sekolah akan

mempengaruhi keadaan siswa karena dengan status sekolah dan iklim

sekolah yang baik maka keadaan sekitar lingkungan sekolahpun baik

sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan siswa menjadi baik juga. Prestasi

belajar setiap siswa diduga akan berbeda pada status sekolah yang

berbeda. Status sekolah yang cukup baik akan mempengaruhi siswa dalam

proses belajarnya di sekolah. Lingkungan sekolah yang mendukung, para

guru yang berkompeten, fasilitas belajar yang memadai akan sangat

membantu siswa dalam berpikir dan berprestasi. Pada umumnya kondisi

yang demikian ditentukan pada sekolah negeri. Sebaliknya pada status

sekolah yang buruk membuat siswa merasa tidak nyaman karena segala

sesuatu yang dibutuhkan di sekolah tidak terpenuhi. Dampaknya prestasi

(45)

Berdasarkan kerangka teoritik di atas, paradigma penelitian adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.1

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Balajar Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Status Sekolah

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka teoritis di atas, maka dirumuskan hipotesis

penelitian ini :

1. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari

tingkat pendapatan orang tua

2. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari

tingkat pendidikan orang tua

3. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari

jenis pekerjaan orang tua

4. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari

status sekolah

Kecerdasan emosional Prestasi balajar

Status sosial ekonomi Orang tua

(46)

BAB lll

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei, yaitu: proses mengumpulkan data yang

relatif terbatas dari sejumlah kasus yang relatif besar jumlahnya, Sevilla

(1993:76). Sementara Winarno Surakhmad (Arikunto, 2002:88) menyatakan

bahwa survei merupakan cara mengumpulkan data dari sujumlah unit atau

individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang yang bersamaan dan biasanya

jumlahnya cukup basar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian. 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 2 Bantul, SMA Negeri 3 Bantul,

SMA Negeri BOPKRI Banguntapan , SMA Muhamadiyah Kasihan, SMA

Stella Duce Bantul, dan SMA PATRIA.

2. Waktu Penelitian

(47)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XII SMA Negeri 2 Bantul, SMA

Negeri 3 Bantul, BOPKRI Banguntapan, SMA Muhamadiyah Kasihan,

SMA Stella Duce Bantul, dan SMA PATRIA.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah kecerdasan emosional, prestasi belajar, status

sosial ekonomi orang tua, dan status sekolah.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMU se-Kabupaten

Bantul yang berjumlah 4.220 siswa.

2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah siswa kelas Xll SMA Negari 2 Bantul,

SMA Negeri 3 Bantul, SMA Muhamadiyah Kasihan, SMA Stella Duce

Bantul, SMA BOPKRI Banguntapan, dan SMA PATRIA. Jumlah sampel

penelitian ini adalah 568 siswa. Berikut disajikan detail sebaran responden

(48)

Tabel 3.1

Nama Sekolah dan Jumlah Responden

No Nama Sekolah Jumlah Responden

1 2 3 4 5 6

SMA Negeri 2 Bantul SMA Negeri 3 Bantul SMA PATRIA Bantul SMA BOPKRI Banguntapan SMA Muhamadiyah Kasihan SMA Stella Duce Bantul

276 148 24 40 28 52

Jumlah 568

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sampling purposive. Sampling purposive dikenal juga sebagai sampling

pertimbangan tertentu. Pertimbangan peneliti dalam mengambil sampel ini

adalah karakteristik sekolah yang berbeda. Untuk mewakili sekolah negeri

dan sekolah yang dikelola pihak swasta (yayasan). Perbedaan antara

sekolah negeri dan swasta diduga berpengaruh pada derajat pengaruh

kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengontrol dan

menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi, kerja

sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dimensi kecerdasan

emosional mencakup mengenali emosi, mengelola emosi, motivasi diri,

mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain.

(49)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional

M a s i n g -m a s i n g p e r n y a t No.Pertanyaan Dimensi Indikator Positif Negatif Mengenali emosi

1. Mengenal emosi diri 2. Mengetahui kekuatan diri 3. Mengetahui keterbatasan diri

4. Memiliki keyakinan akan kemampuan sendiri 1 4 5 2 3 6 Mengelola emosi

1. Mampu menahan emosi dan dorongan negatif

2. Menjunjung norma kejujuran 3. Bertanggung jawab atas kinerja

sendiri

4. Luwes terhadap perubahan 5. Terbuka terhadap ide-ide dan

informasi 7 8 9 12 10 11 Motivasi diri

1. Dorongan untuk menjadi lebih baik

2. Mampu menyesuaikan dengan suasana kelompok

3. Kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan

4. Kegigihan dalam kondisi kegagalan dan hambatan

13

14

15

17 16

Mengenali emosi orang lain

1. Memahami perasaan orang lain 2. Tanggap kepada kebutuhan

orang lain

3. Mengerti perasaan orang lain 4. Siap sedia melayani

18 19

20

22 21

Membina hubungan dengan orang lain

1. Keterampilan persuasive 2. Terbuka mendengarkan orang

lain dan memberikan pesan yang jelas

3. Kemampuan menyelesaikan tanggung jawab

4. Memiliki semangat kepemimpinan

5. Bersedia berkolaborasi dengan orang lain

(50)

aan tersebut di atas selanjutnya di ukur dalam skala sikap dari skala likert.

Untuk pertanyaan positif : SS (sangat setuju) = 5, S (setuju) = 4, R

(ragu-ragu) = 3, TS (tidak setuju) = 2, STS (sangat tidak setuju) = 1. Sedangkan

untuk pernyataan negatif : SS (sangat setuju) = 1, S (setuju) = 2, R

(ragu-ragu) = 3, TS (tidak setuju) = 4, STS (sangat tidak setuju) = 5

2. Variabel Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa untuk menguasai

pengetahuan atau keterampilan-keterampilan tertentu dalam suatu mata

pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan

guru. Pengukuran variabel prestasi belajar didasarkan pada rata-rata nilai

rapor siswa kelas XII yaitu dari data rapor kelas X semester 1 sampai kelas

XI semester 2.

3. Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status sosial ekonomi orang tua dapat diartikan sebagai suatu kedudukan

yang dimiliki yang nantinya akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan

keluarga. Status sosial ekonomi orang tua antara lain meliputi tingkat

pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan jenis pekerjaan

orang tua

a. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Tingkat pendapatan orang tua adalah jumlah rupiah pendapatan yang

diperoleh ayah dan ibu dari pekerjaan pokok dan sampingan. Berikut

(51)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Tingkat Pendapatan Orang Tua No. Tingkat Pendapatan Skor

1. 2. 3.

< Rp 500.000,00

Rp. 500.000,00 - Rp 1.000.000,00 > Rp. 1.000.000,00

1 2 3

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan tertinggi

terakhir yang ditempuh oleh orang tua siswa yang ditunjukkan dengan

ijazah. Berikut akan disajikan tabel operasionalisasi variabelnya :

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Tingkat pendidikan orang tua No. Tingkat Pendidikan Skor

1. 2. 3. 4. 5.

Tidak tamat SD SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat PT/Akademik

1 2 3 4 5

c. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Jenis pekerjaan orang tua adalah bidang pekerjaan pokok yang ditekuni

orang tua setiap harinya. Berikut akan disajikan tabel operasionalisasi

variabelnya :

Tabel 3.5

Operasionalisasi Jenis Pekerjaan Orang Tua

No. Jenis Pekerjaan Skor

1. 2. 3. 4.

Lain-lain

Petani, buruh, pedagang, wiraswasta

Pegawai swasta, guru swasta, karyawan swasta Pegawai Negeri (pemda, guru), ABRI, POLRI

(52)

3. Variabel Status Sekolah

Status sekolah merupakan lembaga informal yang digunakan dalam proses

belajar mengajar. Status sekolah dapat dibedakan menjadi sekolah negeri

dan sekolah swasta. Pengukuran variabel status sekolah adalah sebagai

berikut : skor 2 untuk sekolah negeri dan skor 1 untuk sekolah swasta.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat ditempuh untuk

memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian

ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Kuesioner

Kuesioner yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah

daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yang sebenarnya.

Melalui cara ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang pengaruh

kecerdasan emosional, prestasi belajar siswa, status sosial ekonomi orang

tua, dan status sekolah.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan

menggunaknan catatan/dokumen. Dokumentasi digunakan untuk

(53)

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai

validitas yang tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti sacara tepat. Kevalidan alat ukur tersebut akan diuji

dengan menggunakan metode analisis butir yaitu dengan menguji apakah

item atau butir benar-benar telah mengungkapkan faktor atau indikator

yang ingin diselidiki. Pengujian validitas item dilakukan dengan cara

perhitungan korelasi Product Moment (Suharsimi Arikunto, 2002:146)

dengan rumus :

RXY =

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

Keterangan :

RXY = Korelasi antar skor N = Jumlah subyek

X = Skor untuk masing-masing item Y = Skor untuk semua

XY = Jumlah dari X dan Y

Besarnya nilai koefisien korelasi (r) diperhitungkan pada taraf signifikansi

5%. Jika nilai koefisien

r

hitung suatu item pertanyaan lebih besar dari pada
(54)

Sebaliknya jika nilai koefisien

r

hitung suatu item pertanyaan lebih kecil

dari pada

nilai koefisien

r

tabel maka item tersebut dapat dinyatakan tidak valid.

Hasil pengujian validitas dilakukan terhadap 30 item pernyataan variabel

kecerdasan emosional. Pengujian validitas dilakukan sebelum penelitian di

SMA Negeri dan Swasta Kabupaten Bantul dengan jumlah responden

sebanyak 35 siswa. Rangkuman uji validitas untuk variabel kecerdasan

emosional adalah sebagai berikut (lampiran 2 hal 93) :

Tabel 3.6

Rangkuman Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional Butir No Korelasi dengan Koreksi Status

1 0.594 Valid

2 0.613 Valid

3 0.558 Valid

4 0.495 Valid

5 0.468 Valid

6 0.519 Valid

7 0.593 Valid

8 0.431 Valid

9 0.639 Valid

10 0.613 Valid

11 0.497 Valid

12 0.592 Valid

13 0.558 Valid

14 0.441 Valid

15 0.495 Valid

16 0.483 Valid

17 0.580 Valid

18 0.522 Valid

19 0.413 Valid

20 0.495 Valid

21 0.463 Valid

22 0.580 Valid

23 0.519 Valid

(55)

25 0.442 Valid

26 0.441 Valid

27 0.497 Valid

28 0.495 Valid

29 0.431 Valid

30 0.468 Valid

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel

kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebanyak tiga puluh butir

pertanyaan sahih. Penarikan kesimpulan tersebut dilakukan dengan cara

membandingkan nilai-nilai rhitung dengan nilai rtabel. Dengan jumlah data

(n) sebanyak 35 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05

maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,344. Hasil perhitungan menunjukkan

bahwa keseluruhan nilai rhitung yang sudah dikoreksi lebih besar daripada

rtabel (rhitung>0,344). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua

butir dalam pertanyaan kecerdasan emosional adalah valid.

2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Pengujian reliabilitas adalah pengujian yang dimaksudkan untuk

mengukur suatu item pertanyaan yang hasil pengukurannya dalam satu

atau berbagai pengukuran menunjukkan hasil yang konsisten atau hasil

yang tepat dan teliti. Pengujian reliabilitas penelitian ini menggunakan

rumus koefisien Alpha Cronbach dengan signifikansi 5%. Berikut ini

(56)

Rtt =

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢

⎢ ⎣ ⎡

− ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

2 2

1

1 t

h

k k

σ σ

Keterangan :

Rtt = reliabel instrumen yang dicari

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

B

σ = jumlah varians butir

2 t

σ = varians total

Untuk pengujian dilakukan dengan cara membandingkan antara koefisien

nilai alpha yang berasal dari pengujian reliabilitas variabel yang diteliti

dengan taraf signifikansi 5%, Jika nilai koefisien alpha lebih besar dari

0.60, maka kuesioner tersebut dinyatakan reliabel atau handal. Sebaliknya

jika nilai kofisien alpha lebih kecil dari 0,60, maka kuesioner tersebut

dinyatakan tidak reliabel atau handal (Nunnally, 1967 dalam Imam

Ghozali, 2006:41). Hasil Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach dan dikerjakan menggunakan

program SPSS for Windows Versi 15. Dari tiga puluh pertanyaan variabel

kecerdasan emosional ini diperoleh nilai koefisien korelasi (rtt) sebesar

0,920 (lampiran 2 hal 92) Pengambilan kesimpulan selanjutnya dilakukan

dengan membandingkan nilai koefisien korelasi dengan 0,60. Mengingat

nilai koefisien korelasi lebih besar daripada 0,60 (0,920>0,60), hal ini

berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel kecerdasan emosional

(57)

H. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Data

Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui, mendiskripsikan, dan

menyajikan data dari variabel kecerdasan emosional, kecerdasan

emosional, status sosial ekonomi orang tua, status sekolah dalam bentuk

tabel distribusi frekwensi. Dalam analisa deskripsi ini dihitung mean,

median, modus, dan standar deviasi.

2. Pengujian Normalitas dan Linieritas

a. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah

sebaran data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal

atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan berdasarkan uji

Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dapat digunakan untuk uji keselarasan

data yang berskala minimal ordinal. Adapun rumus uji

Kolmogorov-Smirnov dengan rumus sebagai berikut (Sugiono, 2000:150) :

D =F0

( )

XSn

( )

X

Keterangan :

D = Devisi/penyimpangan

( )

X

F0 = Distribusi kumulatif teoritis

n

S = Distribusi frekuensi yang diobservasi

Pengujian ini dengan dua pihak dengan kesalahan. Bila nilai

probabilitas (ρ) yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari taraf signifikansi 5% berarti sebaran data variabel tidak normal.

(58)

perhitungan lebih besar dari taraf signifikansi 5% berarti sebaran data

variabel normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dimaksudkan untuk melihat apakah spesifikasi model

yang digunakan sudah benar atau tidak. Uji lineritas dalam penelitian

ini didasarkan pada persamaan regresi. Pengujian linieritas dilakukan

dengan meregres masing-masing variabel bebas dengan variabel

terikat. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari nilai F sebagai

berikut (Sudjana, 2005:332)

Rumus F = 2

2

e TC

S S

2 TC

S =

( )

2 − k

TC JK

dan Se2 =

( )

k n

E JK

Keterangan :

F = harga bilangan F untuk garis regresi

2 TC

S = varian tuna cocok

2 e

S = varian kekeliruan

JK(TC) = jumlah kuadrat tuna cocok JK(E) = jumlah kuadrat kekeliruan

Untuk distribusi F didasarkan pada dk pembilang = (k-2) dan dk

penyebut = (n-k). Jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada taraf

signifikansi 5%, maka hubungan variabel bebas terhadap variabel

terikat tersebut dapat dikatakan linier. Sebaliknya, jika nilai Fhitung

lebih besar dari Ftabel pada taraf signifikansi 5%, maka hubungan

(59)

3. Pengujuan Hipotesis

a. Hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua

Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati,1995:512) dengan rumus

sebagai berikut :

i

Y = α01X12X23

(

X1X2

)

+U1

Keterangan :

i

Y = variabel prestasi belajar

0

α = konstanta

1

X = variabel kecerdasan emosional

2

X = variabel tingkat pendapatan orang tua

2 1X

X = nilai interaksi antara variabel kecerdasan

emosional dengan variabel tingkat pendapatan orang tua

3 2 1/β /β

β = koefisien regresi (besaran pengaruh)

1

U = pengganggu regresi

Untuk mengukur tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi

variabel

X

1

X

2 terhadap

Y

i, maka dilakukan perbandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (

β

3) dengan taraf signifikasi (

α

) yang

digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini

(60)

signifikasi koefisien regresi (

β

3) lebih rendah dari taraf signifikasi (

α

)

0,05.

Catatan : Pengujian hipotesis 2, 3, dan 4 dilakukan dengan cara yang

(61)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan

September 2007. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 pada 6 SMA di

Kabupaten Bantul. Ke-6 SMA tersebut adalah SMA Negeri 2 Bantul, SMA

Negeri 3 Bantul, SMA PATRIA, SMA BOPKRI Banguntapan, SMA

Muhammadiyah Kasihan dan SMA Stella Duce Bantul. Dari kuesioner

sebanyak 568 kuesioner, yang diisi secara lengkap semua butir

pertanyaannya oleh responden adalah sebanyak 519. Dengan demikian

response rate pengembalian kuesioner adalah sebesar 91,37%. Secara

lengkap sebaran responden penelitian disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Sebaran Responden Penelitian

Nama sekolah Sampel Tidak kembali

Rusak Gagal Responden

SMA Negeri 2 Bantul 276 - 14 7 255

SMA Negeri 3 Bantul 148 - 3 4 141

SMA Negeri PATRIA Bantul 24 - - 1 23

SMA BOPKRI Banguntapan 40 3 3 - 34

SMA Muhammadiyah Kasihan 28 - - - 28

SMA Stella Duce Bantul 52 - 4 10 38

(62)

1 Deskripsi Responden Penelitian

a. Jenis Kelamin

Tabel 4.2

Jenis Kelamin Responden

Laki-laki Perempuan Total No Nama SMA

f fr (%) f f r (%) f fr (%)

1 SMA N 2 Bantul 82 32,2 173 67,8 255 100

2 SMAN 3 Bant

Gambar

Gambar 2.1   Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar
Gambar 2.1 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Balajar
Tabel 3.1 Nama Sekolah dan Jumlah Responden
Tabel 3.3 Operasionalisasi Tingkat Pendapatan Orang Tua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini terdiri dari 1 variabel independen yaitu variabel Work-life balance dan 2 variabel dependen yaitu variabel kepuasan kerja dan pengambilan keputusan etis.

Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau.. membayar

Pada saat kontak dengan media trickling filter , air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang menempel pada permukaan media, dan mikroorganisme inilah yang akan

Istilah dermatitis kontak iritan atau iritasi menunjukkan suatu reaksi yang berubah terhadap suatu bahan tertentu yang tidak melibatkan sistem imun tubuh dapat

Rinitis di lingkungan kerja dibagi menjadi (i) rinitis akibat kerja: disebabkan oleh zat alergen atau iritan di lingkungan kerja pada pekerja yang sebelumnya

CYNTHYA LESTARI RUMAHORBO : Structure and Composition Variety In Agroforestry Systems Based On Kemenyan In Forest Area Batangtoru West Block Adiankoting District of North

Aktifitas lalu lintas sendiri berarti suatu kegiatan dari sistem yang meliputi lalu lintas, jaringan lalu lintas dan angkutan.. jalan, prasarana lalu lintas dan

Iklan Layanan Masyarakat Satuan Lalu Lintas Polres Sleman Versi Light On.