STUDI DESKRIPTIF MENGENAI BRAND IMAGE
STUDI MENGENAI GAMBARAN ASPEK-ASPEKBRAND IMAGE KOSMETIK ORGANIK JENISSKIN CAREMEREK THE BODY SHOPPADA MAHASISWI UNIVERSITAS PADJADJARAN
The Body Shop is one of the best-selling cosmetics brand in Indonesia. A
brand which constantly holds a favorable image by the public, would gain a better
position in the market, sustainable competitive advantage, and increase market
share (Park, 1986). Stanton (1987) states that brand image is an overall
perception formed through the information and experience obtained by the
consumer to a brand includes products characteristics, price, place, promotion,
and service. The aim of this study is to describe aspects of brand image of The
Body Shops organic type of skin care cosmetics in female students at University of
Padjadjaran.
The study was conducted on 70 female students at the University of
Padjadjaran. The study used non-experimental research design by using a
descriptive study method. Measuring instruments used in this study were the
brand image questionnaire adopted from Osgood (1957)
The results indicate that female students at the University of Padjadjaran
have a positive brand image of The Body Shops organic type of skin care
cosmetics on all aspects like product, place, price, promotion, and service.
“Product” is the most considered aspect, and “Promotion” is the least
¹Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran yang membimbing
Pendahuluan
Industri kosmetik adalah industri yang inovatif dan serba cepat baik dalam
tingkat penjualan maupundemanddari konsumen. Pengeluaran tahunan di seluruh
dunia pada industri kosmetik diperkirakan mencapai 18 miliar US$ (Khraim,
2011). Dalam 20 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan industri kosmetik secara
global telah tumbuh sebesar 4.5% setiap tahunnya (Barbalova, 2011).
Semenjak tahun 1998, segmen terbesar dalam industri kosmetik adalah
perawatan rambut atau hair care, namun saat ini segmen skin care mengambil
tempat pertama dalam penjualan kosmetik global. Berdasarkan data yang
didapatkan dari “Euromonitor International” pada tahun 2013, skin care adalah
segmen yang paling signifikan dengan memiliki pertumbuhan hampir mencapai
7% dari total penjualan global dalam industri kosmetik (Global 2013, 5).
Dalam beberapa tahun terakhir kesadaran dan kebutuhan akan produk
kosmetik organik muncul dari konsumen untuk kesejahteraan mereka dan
tanggung jawab terhadap lingkungan (Gloria, 2008). Hal ini membuat beberapa
perusahaan kosmetik memilih untuk membuat kosmetik organik (Bendell et al.,
2009).
Di Indonesia sendiri, industri kosmetik merupakan salah satu industri
dengan tingkat pertumbuhan sales yang tinggi. Data dari Kementerian
Perindustrian Indonesia melalui “Indonesia Finance Today” mengumumkan
pada tahun 2012 dengan terus mengalami pertumbuhan yang solid (Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia, 2013).
Persaingan di industri kosmetik ini pun tidak hanya berasal dari
perusahaan asal Indonesia, tapi juga perusahaan yang berasal dari luar negeri.
Meningkatnya nilai impor dari tahun ke tahun menunjukkan kebutuhan yang
tinggi terhadap produk dari luar negeri. Menurut data yang didapat dari Perkosmi
(Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia), jumlah perusahaan kosmetik yang
terdapat di Indonesia berjumlah sekitar 744 perusahaan. Hal ini pun menunjukkan
banyaknya perusahaan yang bermain di industri kosmetik, khususnya di
Indonesia.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh lembaga survey “Clicktop10”
pada tahun 2013, terdapat sepuluh perusahaan kosmetik yang dinilai memiliki
penjualan terbaik di Indonesia (Clicktop10, 2013) Lembaga survey tersebut setuju
bahwa pemimpin pasar untuk industri kosmetik di Indonesia adalah “L’Oreal
Group” dengan membawahi brand – brand ternama seperti “Garnier”,
“Maybelline”, “The Body Shop”, dan berbagai brand lainnya.
“The Body Shop” adalah salah satu brand kosmetik dari “L’Oreal”
sebagai perusahaan kosmetik dengan penjualan terbaik di Indonesia. “The Body
Shop” adalah brand yang pertama kali diperkenalkan oleh Anita Roddick di
Inggris pada tahun 1976 sebagai brand yang memposisikan diri sebagai produk
kosmetik organik. “The Body Shop” berada di ranking ke 35 dalam Most
Valuable Cosmetics Brands in the World yang diadakan oleh “Brand Finance”
target konsumen dari “The Body Shop” sendiri khususnya di Indonesia, sudah
mulai berfokus kepada kalangan remaja dan mahasiswa (www.swa.co.id).
Qualdi dan Wandebori (2013) melakukan penelitian mengenai analisis
strategi marketing “The Body Shop” terhadap kalangan remaja di Kota Bandung.
Hasilnya menunjukkan bahwa dari total responden yang berjumlah 165 orang,
sebanyak 86,5% adalah mahasiswa S1 , 57,7% memiliki uang saku 2 sampai 5
juta rupiah dalam satu bulan dan 55% dari mereka adalah wanita.
Hasil dari penelitian tersebut kemudian berkaitan dengan fenomena yang
ditemukan pada mahasiswi S1 Universitas Padjadjaran mengenai penggunaan
produk kosmetik organik. Melalui observasi dan interview yang terhadap 25
mahasiswi Universitas Padjadjaran yang dilakukan pada tanggal 20 bulan
September tahun 2014 di kampus Universitas Padjadajaran, didapatkan bahwa
sebagian besar dari mereka menggunakan produk kosmetik organik, jenis skin
caredan memilih produk dari suatu brand tertentu yang sama.
Untuk menunjang data yang ditemukan, dilakukanlah survey mengenai
penggunaan kosmetik melalui kuesioner yang disebarkan kepada 160 mahasiswi
Universitas Padjadjaran dari beberapa fakultas pada tanggal 23 bulan September
tahun 2014. Didapatkan hasil bahwa 55% dari mereka memilih untuk
menggunakan kosmetik organik dibandingkan dengan kosmetik sintetis.
Sebanyak 80% menggunakan jenis kosmetik hair treatment (shampoo,
conditioner, dan pewarna rambut), 77% menggunakan make up (lipstik, blush,
foundation,eye shadow, dan cat kuku), 95% menggunakanskin care (pembersih,
menggunakan fragrance (parfum). Dari data ini dapat terlihat bahwa jenis
kosmetik yang paling sering digunakan adalah jenisskin care.
Ketika mereka diminta untuk memilih satu dari beberapa brand kosmetik
organik yang lebih sering mereka gunakan, 87,5% dari mereka memilih “The
Body Shop”. Hal ini menjadi fenomena yang menarik karena hampir lebih dari ¾
dari total jumlah responden memilih produk dari brand “The Body Shop”
dibandingkan produk lainnya. Responden yang memilihbrand “The Body Shop”
dibandingkan dengan brand lain diantaranya karena kualitas produknya baik dan
nyaman di kulit, teknik promosi yang baik, tempat penjualannya banyak dan
mudah dicari, harga sesuai dengan kualitas, dan pelayanan yang diberikan ramah
dan informatif. Alasan-alasan yang diungkapkan responden tersebut berkaitan
dengan aspek – aspek dari brand imageyaitu produk, pelayanan, promosi, harga,
dan tempat yang melekat dalam benak mereka.
Sebuah brand yang memiliki image baik pada masyarakat, pasti akan
mendapatkan posisi yang lebih baik di pasar, keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan, dan meningkatkan pangsa pasar atau kinerja (Park, Jaworski, &
MacInnis, 1986). Menurut Hsieh, Pan, dan Setiono (2004), brand image yang
positif memungkinkan konsumen untuk mengidentifikasi kebutuhannya yang
dapat dipenuhi oleh brand tersebut dan membedakannya dari para pesaingnya,
sehingga meningkatkan kemungkinan konsumen akan membelibrandtersebut.
Melihat fenomena yang terjadi pada mahasiswi Universitas Padjadjaran
sebagai konsumen kosmetik organik berdasarkan survey awal yang telah
aspek-aspek brand image kosmetik organik jenis skin care merek “The Body
Shop” pada mahasiswi Universitas Padjadjaran?
Metode Penelitian
Partisipan
Populasi dalam penelitian ini adalah 165 mahasiswi Universitas
Padjadjaran dengan karakteristik angkatan 2012, kelas ekonomi menengah ke atas
(uang saku 2 – 5 juta per bulan), dan menggunakan produk skin care “The Body
Shop” lebih dari satu kali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
cluster sampling. Untuk mendapatkan jumlah sampel yang cocok untuk
digunakan, peneliti menggunakan rumus slovin dengan taraf kepercayaan 0,1.
Berdasarkan penjumlahan Slovin tersebut maka total subjek penelitian berjumlah
70 orang.
Pengukuran
Dalam penelitian ini digunakan alat ukur yaitu kuesioner brand image
yang disusun peneliti mengacu kepada konsep tentang brand image dari Stanton
(1987). Brand Image diukur menggunakan kuesioner dengan metode semantic
differentialyang dikembangkan oleh Osgood (1957).
Kuesioner body image pada penelitian ini terdiri dari 38 item pernyataan
yang terdiri dari 5 dimensi yaitu produk, pelayanan, promosi, harga, dan tempat
penjualan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skalalikert.Skala dalam alat
sifat yang berlawanan. Adapun dalam setiap pasangan kata sifat tersebut
disediakan 7 skala penilaian. Penilaian diberikan pada satu ruang semantik yang
dianggap paling tepat oleh responden berdasarkan kesan yang dirasakan (Osgood,
1957).
Dari hasil uji dengan metode expert review dan dengan mengkorelasikan
skor tiap item dengan tingkat signifikan r kritis 0,3 (Masrun, 2007) didapatkan
hasil bahwa didapatkan hasil bahwa 36 item dinyatakan valid dan 2 item tidak
valid. Sedangkan nilai reliabiltas alat ukur ini sebesar 0,958 dengan menggunakan
uji Alpha Cronbach dan kriteria Brown. Instrumen yang valid memperlihatkan
bahwa alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel yang hendak diukur itu
valid (Sugiyono, 2013. Reliabilitas digunakan untuk mengetahui keakuratan,
stabilitas dan konsistensi dari suatu alat ukur dalam mengukur variabel yang
Hasil
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai aspek - aspek brand image
kosmetik organik jenis skin care merek “The Body Shop” pada mahasiswi
Universitas Padjadjaran maka diperoleh beberapa hasil sebagai berikut :
1. Mahasiswi Universitas Padjadjaran memiliki brand image yang cenderung
positif terhadap kosmetik organik jenis skin care merek “The Body Shop”.
Semua aspek brand image meliputi produk, pelayanan, tempat penjualan,
harga, dan promosi memiliki skor rata – rata yang termasuk dalam kategori
“tinggi”, dapat diartikan semua aspek tersebut dipertimbangkan oleh
mahasiswi Universitas Padjadjaran.
2. Skor rata – rata brand image kosmetik organik merek “The Body Shop”
paling tinggi berada pada aspek “produk”. Hal ini berarti aspek produk
menjadi aspek yang paling dipertimbangkan oleh sebagian besar Mahasiswi
Universitas Padjadjaran yang menggunakan kosmetik organik jenis skin care
merek “The Body Shop” dibandingkan dengan aspek – aspek lainnya.
3. Sub dimensi dari aspek produk yaitu variasi produk dari kosmetik organik
mahasiswi Universitas Padjadjaran ketika akan membeli produk “The Body
Shop”.
4. Skor rata – rata brand image kosmetik organik merek “The Body Shop”
paling rendah berada pada aspek “promosi”.
Hal ini berarti aspek promosi menjadi aspek yang kurang dipertimbangkan
oleh sebagian besar Mahasiswi Universitas Padjadjaran yang menggunakan
kosmetik organik jenis skin care merek “The Body Shop” dibandingkan
dengan aspek – aspek lainnya.
5. Sub dimensi dari aspek promosi yaitu kegiatan promosi mengenai diskon
menjadi faktor yang kurang dipertimbangkan mahasiswi Universitas
Padjadjaran ketika akan membeli produk kosmetik organik jenis skin care
DAFTAR PUSTAKA
Barbalova I. (2011). Global beauty and personal care: the year in review and
winning strategies for the future. Milan: In-cosmetic.
Eriyanto. (2007). Teknik Sampling Analisis Opini Public. Yogyakarta: LKiS
Pelangi Aksara
Gloria, L. (2008). Treating your skin organically.Retail World, 61 (16), 32.
Hurlock, E.B. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Keller, K. L. (2003). Strategic brand management: Building, measuring, and
managing brand equity (2nd Edition ed.). Upper Saddle River, New Jersey:
Prentice Hall.
Keller, K. L., Apéria, T., & Georgson, M. (2008). Strategic Brand Management.
Harlow: Prentice Hall.
Osgood, C.E., Suci, G., & Tannenbaum, P. (1957).The measurement of meaning.
Roddick, A. (1991).Body and soul. New York: Crown.
Saifuddin Azwar. (2012).Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Santoso, Theresia. (2013). Natural and Organic Skin Care Perception: A Study in
Jakarta. ISBN: 978-979-9234-49-0
Schiffman, L. G. & Kanuk, L.L (2000). Consumer Behavior. 7th Edition. New
Jersey: Prentince Hall.
Sugiyono. (2007).Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Walker R. (2012). Are emerging markets a safe haven for beauty?. Global
Cosmetics Industry.
REFERENSI JURNAL
Bendell, J., Doyle, I., & Irwin, E. (2009). World review. The Journal of
Corporate Citizenship, 36, 7-20.
Ernest R. Cadotte, Robert B. Woodruff, dan Roger L. Jenkins (1987).
Expectations and Norms in Models of Consumer Satisfaction. Journal of
Marketing Research, 305-14.
Khraim, H. S. (2011). The Influence of Brand Loyalty on Cosmetics Buying
behaviourof UAE Female Consumers. International Journal of Marketing
Studies, 3 (2), 123-133.
Siekierski, M. (2008). European principles of natural and organic cosmetics
Wandebori, Harimukti., Qualdi, Qareza. (2013). Maintaining The Body Shop’s
Current Generation Y Customer in Bandung. Journal of Business and
Management, Vol. 2, No.2, 2013: 235-244.
REFERENSI PENELITIAN SEBELUMNYA
Millany, Herlita. (2012).Studi Deskriptif Mengenai Brand Image: Studi Mengenai
Gambaran Aspek-Aspek Brand Image Sepetu Merek Crocs Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.
REFERENSI MEDIA
http://swa.co.id/business-strategy/tren-konsumen-the-body-shop-di-indonesia-bergeser (Diunduh pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 18.05)
http://lifestyle.okezone.com/read/2012/03/12/28/591564/kosmetik-hijau-bukan-mimpi (Diunduh pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 18.34)
http://www.kemenperin.go.id/artikel/5897/Indonesia-Lahan-Subur-Industri-Kosmetik (Diunduh pada tanggal 25 September 2014 pukul 17.00)
http://www.euromonitor.com/skin-care-in-indonesia/report (Diunduh pada tanggal
26 September 2014 pukul 18.00)
http://www.beritasatu.com/gaya-hidup/145046-pasar-industri-kosmetika-indonesia-terus-bertumbuh.html (Diunduh pada tanggal 26 September 2014