Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bola basket adalah olahraga yang cukup populer. Penggemarnya yang
berasal dari segala usia membuktikan bahwa bola basket adalah olahraga yang
menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan menyehatkan. Bola basket
dimainkan oleh dua (2) tim yang masing-masing terdiri dari lima (5) pemain.
Tujuan dari masing-masing tim adalah untuk mencetak angka ke keranjang lawan
sebanyak-banyaknya dan berusaha mencegah tim lawan mencetak angka.
Meskipun permainan 5 lawan 5 adalah bentuk permainan bola basket yang paling
populer, selama ini telah berkembang berbagai permainan dan pertandingan
menghibur yang berkaitan dengan bola basket untuk membantu penggemarnya
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar mereka. Jenis permainan
atau pertandingan yang dimainkan tergantung pada peralatan yang tersedia,
tingkat keterampilan pemain, dan jumlah peserta. Apakah untuk tujuan
bersenang-senang atau bertanding, bermain bola basket bisa membuat hidup lebih bermakna
dan memberikan kenikmatan sepanjang hayat bagi para penggemar yang memilih
“membulatkan tekad” dan memainkan olahraga ini. Pertandingan bola basket
dikontrol oleh wasit, petugas meja dan commissioner.
Pertandingan bola basket sering menimbulkan body contact untuk
memperebutkan bola dan mencetak point, oleh karena itu dibutuhkan peran
seorang wasit untuk memimpin pertandingan supaya tercipta pertandingan yang
adil dan kompetitif.
Wasit didalam olahraga bola basket terdiri dari 3 orang wasit yang ada
didalam lapangan yang terdiri dari dari refree, umpire1, dan umpire 2 dan setiap
wasit mempunyai tugas masing-masing didalam lapangan basket. Pada umumnya
pertandingan-pertandingan bola basket tingkat nasional dan resmi menggunakan 3
orang wasit dan untuk pertandingan antar sekolah pada umumnya hanya
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
Mekanicourt diperlukan wasit basket supaya pergerakan atau mobilitas
refree dan umpire menjadi teratur serta dapat melihat kejadian foul atau kesalahan
dari sudut yang tepat seperti yang dijelaskan di atas kebutuhan pentingnya
kebugaran jasmani, hal ini merupakan modal utama bagi wasit dalam memimpin
pertandingan supaya pertandingan basket menjadi seru dan kompetitif.
Wewenang seorang wasit antara lain Wasit akan mempunyai wewenang
untuk membuat keputusan pada suatu penyimpangan peraturan yang dilakukan
oleh pemain baik di dalam atau di luar garis batas termasuk meja pertandingan,
bangku cadangan dan daerah dekat garis belakang, wasit meniupkan peluitnya
ketika terjadi suatu penyimpangan peraturan, suatu periode berakhir atau wasit
menemukan sesuatu yang dianggap perlu untuk menghentikan pertandingan.
Ketika wasit memutuskan suatu persinggungan perorangan atau
pelanggaran pada setiap kejadian, memperhatikan dan mempertimbangkan
prinsip-prinsip dasar menurut PERBASI dalam laws of the games (2010, hlm. 29)
berikut:
1. Semangat dan tujuan dari peraturan dan kebutuhan untuk menjunjung tinggi integritas pertandingan.
2. Konsisten dalam menerapkan konsep‟advantage/diadvantage‟, dengan jalan wasit tidak akan mencari-cari untuk menghentikan jalannya pertandingan yang tidak perlu untuk menghukum persinggungan perorangan yang tidak sengaja dan tidak memberikan keuntungan bagi pemain tersebut ataupun menempatkan lawannya dalam suatu kerugian. 3. Konsisten dalam menerapkan akal sehat pada tiap pertandingan, mengingat
kemauan tentang pemain dan sikap serta tingkah laku mereka selama pertandingan.
4. Konsisten dalam menjaga keseimbangan antara penguasaan pertandingan
dan jalannya pertandingan, mempunyai „kepekaan‟ atas apa yang sedang
diusahakan untuk dilakukan oleh peserta dan memutuskan apa yang benar untuk pertandingan.
Seorang wasit dituntut untuk cepat, tanggap dan tepat dalam mengambil
keputusan dalam berbagai situasi. Terutama situasi yang membutuhkan mobilitas
yang cepat seperti peraturan 8 detik dan strategi fast break oleh karena itu
seorang wasit bola basket membutuhkan kebugaran jasmani yang baik di setiap
pertandingan bola basket yang dipimpinnya.
Weinberg (dalam Rusli Ibrahim dan Komarudin, 2007, hlm. 81)
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
|
perfrom a desaired behavior”. Esensi Percaya diri adalah kepercayaan akan
kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki,
serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Percaya diri merupakan penentu kritis pada penampilan, hubungan antara percaya diri dengan penampilan ditunjukan
oleh bentuk kurva ”U” terbalik. Apabila percaya diri rendah prestasi rendah, apabila percaya diri mencapai titik optimal penampilanaka penampilan akan
bagus, apabila percaya diri melebihi titik optimal maka penampilan akan turun. Sifat percaya diri sangat diperlukan untuk memotivasi wasit untuk tampil secara
all out dalam memimpin pertandingan bola basket.
Seringkali intervensi pemain dan pelatih dapat mempengaruhi penampilan
seorang wasit dalam memimpin pertandingan dan membuat mental wasit menjadi
down dan itu berakibat pada pengambilan keputusan yang salah atau mekanicourt
yang kacau.
Sebagai induk organisasi olahraga bola basket, PERBASI setiap tahunnya
mengadakan penataran wasit di setiap wilayah atau pun nasional. Dan disetiap
kurikulum penataran pasti disertakan tes kebugaran jasmani untuk wasit yang
akan mendapatkan lisensi supaya bisa memimpin pertandingan. Untuk menjaga
kebugaran jasmani para wasit, PERBASI mengadakan tes kebugaran sebelum
event bola basket untuk mengetahui apakah wasit tersebut layak atau tidak
memimpin pertandingan bola basket.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah penelitian
merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut, sehingga pada akhirnya akan
smenjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Berdasarkan uraian
latar belakang diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Kenapa wasit sering terlambat pergerakannya saat mengamati pergerakan
pemain ?
2. Mengapa wasit tidak fokus dalam mengamati kejadian yang terjadi
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
3. Kenapa wasit sering salah dalam mengambil keputusan pada saat dalam
keadaan yang penting ?
C. Rumusan Masalah Penelitian
Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut, sehingga
pada akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis
rumuskan adalah :
1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani wasit bola basket?
2. Bagaimana profil percaya diri wasit bola basket?
3. Apakah tingkat kebugaran jasmani wasit bola basket berpengaruh dengan
rasa percaya diri?
D. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan tersebut, penulis merumuskan tujuan dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kebugaran jasmani dengan rasa
percaya diri wasit bola basket
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, maka manfaat yang
diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi
keilmuan bagi seorang wasit bola basket untuk mengetahui hubungan
tingkat kebugaran jasmani dengan rasa percaya diri dalam memimpin
pertandingan .
2. Manfaat secara praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
bagi penulis khususnya, para wasit pada umumnya dalam meningkatkan
kebugaran jasmani dan rasa percaya diri dan dalam memimpin
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
|
F. Struktur Organisasi Skripsi
Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Pendidikan Indonesia (2011) maka sistematika penulisan laporan penelitian
(Skripsi) yang akan disusun adalah sebagai berikut.
Bagian awal, berisi tentang halaman judul, pernyataan keaslian tulisan,
halaman pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, dan daftar lampiran.
Bab I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika skripsi.
Bab II Landasan Teori, membahas teori yang melandasi permasalahan
skripsi yang merupakan kerangka teoritis yang diterapkan dalam skripsi, serta
posisi teoritik peneliti. Pada bab ini berisi tentang konsep diri dan konsep interaksi
sosial.
Bab III Metode Penelitian, bab ini berisis penjabaran rinci mengenai
metode penelitian yang digunakan, termasuk komponen seperti lokasi penelitian,
subjek penelitian, desain , dan prosedur penelitian, serta teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini mengemukakan tentang
hasil penelitian dan pembahasan penelitian.
Bab V Penutup, bab ini berisi tentang simpulan dari hasil penelitian serta
rekomendasi yang diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian.
Bagian akhir, berisi daftar pustaka serta lampiran–lampiran yang
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode
dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya, hal ini
berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan
pengumpulan dan analisis data. Adapun yang dimaksud dengan metode yang tepat
ini sendiri seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1989, hlm.31)
“metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
misalnya untuk menguji hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat
tertentu”.
Dari kutipan diatas, dapat diartikan kembali bahwa metode merupakan
suatu cara yang dipergunakan teknik dan alat-alat tertentu sehingga memperoleh
hasil yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam suatu penelitian
diperlukan suatu metode. Metode dalam penelitian ini merupakan metode
penelitian kuantitatif, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
teknik pengumpulan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode dalam
penelitian ini adalah bersifat noneksperimen atau penelitian setelah terjadi fakta
dengan tingkat ekplanasi asosiatif, penelitian dimana variabel yang hendak diteliti
(variabel terikat) telah ada pada saat penelitian dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menurut Sugiono (2012 ,hlm.
177) yang menyatakan “penelitian yang hanya melibatkan hubungan satu variabel
pada satu kelompok tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau
membandingkan dengan kelompok lain”.
Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa penelitian
deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang ditunjukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah maupun
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
karakteristik perubahan hubungan kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang
satu dengan fenomena yang lainnya.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian tidak akan lepas dari objek yang akan di teliti karena
melalui objek yang di teliti tersebut akan diperoleh variabel-variabel yang
merupakan permasalahan dalam penelitian dan diperoleh suatu pemecahan
masalah yang akan menunjang keberhasilan penelitian, Menurut Sugiyono (2012
,hlm.80) ‟‟populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk di pelajari, sehingga dapat di tarik kesimpulannya”. Maka dari
penjelasan para ahli tersebut, penulis menetapkan populasi dalam penelitian ini
adalah wasit bola basket PERBASI Jawa Barat yang berlisensi B.
2. Sampel Penelitian
Penarikan atau pembuatan sampel dari populasi untuk mewakili populasi
disebabkan untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku
bagi populasi, Menurut Sugiyono (2012 ,hlm.82) „‟sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jika kita hanya
meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut di sebut penelitian
sampel, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti, di namakan
penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisirkan penelitian
sampel.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan
teknik random sampling, mengenai hal ini Hamid darmadi (2012 ,hal.48),
menyatakan bahwa “random sampling merupakan teknik penentuan sampel acak
adalah dimana elemen sampel nya ditentukan berdasarkan nilai probabilitas dan
pemilihannya dilakukan secara acak, sampel yang diperolehdengan random
sampling disebut random sampel. Berdasarkan penjelasan tersebut dalam
penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 (tiga puluh) orang wasit
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
C. Desain Penelitian
Desain penelitian berfungsi untuk mempermudah langkah yang harus
dilakukan dalam suatu penelitian dan juga dapat dijadikan sebagai suatu pegangan
agar tidak keluar dari ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Desain penelitian yang dibuat harus sesuai dengan variabel-variabel
yang terkandung di dalamnya. Dalam suatu penelitian perlu terdapat suatu desain
penelitian yang sesuai dengan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan dan
hipotesis penelitian untuk diuji kebenarannya. Desain penelitian merupakan
rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara
ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian pada gambar 3.1.
r = hubungan
Gambar 3.1
Desain penelitian
Ket:
X = Kebugaran jasmani
Y = Percaya diri
Jadi disini menggambarkan bahwa apakah x (kebugaran jasmani) hubungan
terhadap Y (percaya diri) pada wasit bola basket PERBASI Jabar .
Adapun langkah-langkah yang disusun adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan populasi dan sampel penelitian.
b. Uji coba alat ukur.
c. Mengumpulkan data dan pelaksanaan tes.
Kebugaran Jasmani
X
Percaya diri
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
d. Mengolah data.
e. Menganalisis data.
f. Menetapkan kesimpulan.
Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas : kebugaran jasmani (X)
2. Variabel terikat (terpengaruh) : kepercayaan diri (Y)
Desain penelitian merupakan proses yang dilakukan dalam merencanaan
proses penelitian, dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya
pengumpulan dan analisa data. Dalam desain penelitian terdapat beberapa proses
yang tercakup didalamnya, yaitu sebagai berikut:
a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.
b. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta
hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya.
c. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari
tujuan, luas jangkauan (scope), dan hipotesis untuk diuji.
d. Membangun penyelidikan atau percobaan.
e. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-veriabel.
f. Memilih prosedur serta teknik sampling yang digunakan.
g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.
h. Membuat coding, serta mengadakan editing dan prosesing data.
i. Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan
generalisasi secara inferensi statistik.
j. Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi, serta
interpretasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta
menganjurkan beberapa saran dan kerja penelitian yang akan datang.
Berdasarkan desain penelitian yang digunakan, maka langkah-langkah dalam
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
Gambar 3.2.
Langkah-Langkah Penelitian (sumber : Arikunto, 2002, hlm.125)
D. Instrumen Penelitian
Untuk pengumpul data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut
instrumen. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes kebugaran jasmani yaitu
tes lari multi tahap dan angket sebagai alat pengumpul datanya.
1. Tes lari multi tahap
Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang
berarti sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yakni: 1) kebugaran statis dalam arti kata
keadaan seseorang yang bebas dari penyakit, 2) kebugaran dinamis dalam arti
kemampuan untuk bekerja efisien yang tidak memerlukan keterampilan, misalnya
berjalan, mengangkat, dan lain-lain, 3) kebugaran motoris dalam arti kemampuan
untuk melakukan kerja dengan keterampilan tinggi dan efisien. populasi
sampel
instrumen
Pengolahan dan analisis data
kesimpulan
Angket kepercayaan diri
Kebugaran jasmani (bleep
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
Bleep Test atau lari multi tahap yang bertujuan untuk mengukur tingkat
efesiensi fungsi jantung dan paru-paru, yang ditunjukan melalui pengukuran
pengambilan oksigen maksimum (maksimum oksigen uptake). Menurut artikel
yang diambil pada halaman www.penjasorkes.com yang ditulis oleh Nazhif
Ghifari M,Pd. bleep test merupakan salah satu item untuk mengetahui tingkat
kebugaran jasmani
Pengukuran kebugaaran jasmani dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu Bleep Test sebagai indikator kebugaran tubuh. Test ini meliputi berlari terus menerus di antara dua garis yang berjarak 20 m selama terdengar suara
beep yang sudah direkam sebelumnya. Itulah sebabnya test ini sering juga
disebut bleep test. Bleep test akan menjadi ukuran kebugaran tubuh. Upaya meningkatkan kebugaran jasmani, perlu dilakukan kegiatan yang dapat menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu olahraga secara teratur dan pengukurannya dapat dilakukan dengan bleep test.
Tes ini bersifat maksimal dan progresif, artinya cukup mudah pada
permulaannya kemudian meningkat dan makin sulit menjelang saat-saat terakhir.
Agar hasil nya cukup valid, peserta tes harus mengerahkan kerja maksimal
sewaktu menjalani tes ini, oleh karena itu peserta tes harus berusaha mencapai
tahap setinggi mungkin sebelum menghentikan tes. Ini berpengaruh pada
kebugaran saat memimpin pertandingan yang seru dan imbang sehingga
membutuhkan stamina yang bagus. Kenapa penulis menggunakan test lari multi
tahap untuk mengukur jebugaran jasmani wasit? Menurut peraturan FIBA yang
dikutip dari www. FIBA.com mengenai kebugaran jasmani wasit.
the test is the FIBA official physical fitness for referee
-two parallel lines 20 metres apart from each other must be clearly visible on
the running surface.
-the participants must touch the line at the sounding of the signal (neither
earlier or later)
-male participants must run strictly following the signal the equivalent
distance as registered against 9.3 mins (76 laps x 20m)
-female participants must run strictly following the signal 1320m (66laps x
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
Menurut kurikulum nasional wasit yang dirancang oleh PB PERBASI wasit
basket menggunakan lari tes multi tahap/bleep test untuk mengukur kebugaran
jasmani sebelum memulai kompetisi pertandingan. Standar yang digunakan
adalah untuk laki-laki harus mencapai level 7 baliakan ke 6 dan untuk perempuan
level 6 balikan ke 8.
2. Angket
Sehubungan angket atau kuesioner dijelaskan oleh Arikunto (2002, hlm. 124)
yang menyatakan bahwa “kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Angket dalam penelitian ini terdiri dari
tiga bagian yang dijabarkan melalui variabel, aspek dan indikator butir pertanyaan
yang dibuat merupakan gambaran mengenai hubungan kebugaran jasmani dengan
rasa percaya diri wasit bola basket. Bentuk angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup.
Untuk memudahkan dalam penyusunan butiran-butiran pertanyaan angket
serta alternatif jawaban yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan
untuk menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban yang dikemukakan oleh
responden didasarkan pada pendapatnya sendiri atau berdasarkan apa yang
dialami oleh responden itu sendiri. Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan
pada persepsi tentang hubungan kebugaran jasmani dengan rasa percaya diri wasit
bola basket . Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Spesifikasi Data
Dilakukan untuk menjabarkan luang lingkup masalah yang akan diukur
secara terperinci. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data
tersebut.Dalam melakukan tes angket kepercayaan diri wasit bola basket penulis
menggunakan tes kepercayaan diri. Konsep nya adalah untuk menilai tugas-tugas
wasit diatas lapangan, sikap-sikap wasit diatas lapangan dan keputusan-keputusan
wasit pada saat situasi yang kurang mendukung. Disini penulis menggunakan
instrument tes kepercayaan diri menurut Vealey (Trait Sport Confidence
Investory/TSCI) dalam skripsi Ima Frahmawati (2014), untuk menilai
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
Tabel 3.1.
Indikator Tingkat Percaya Diri Wasit Bola Basket
1 Keterampilan-Keterampilan 2 Keputusan selama pertandingan 3 Keputusan menyikapi tekanan 4 Kemampuan menjalankan strategi 5 Konsentrasi
6 Beradaptasi 7 Tujuan 8 Keberhasilan 9 Respon 10 Tantangan 11 Sikap
12 Kepercayaan diri
Angket yang telah disusun harus diuji validitas dan reliabilitas dari setiap
butir pertanyaan-pertanyaan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket
yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpulan data dalam
penelitian ini.
Uji coba angket ini diberikan pada wasit bola basket yang berjumlah 30 (tiga
puluh) orang. peneliti memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisiannya.
Untuk meminimalisir kesalahan dalam penelitian khususnya pengambilan data
atau pengumpulan data maka perlu diperhatikan beberapa langkah sebagai
berikut:
Dalam analisis dan pengolahan data ada kemungkinan kesalahan-kesalahan
yang terjadi seperti:
a. Pengisian angket yang tidak benar, misalnya karena kondisi objek penelitian
atau sampel tidak mengisi dengan benar atau sungguh-sungguh.
b. Adanya kesalahan dalam memasukan data-data kedalam proses analisis data
yang tidak disengaja atau disadari oleh peneliti.
c. Serta adanya kesalahan atau bisa yang lain yang mungkin terjadi selama
penelitian ini.
2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Untuk memperoleh kesahihan dan keajegan dari tiap butir soal, perlu
dilakukannya uji coba angket. Dari uji coba tersebut diharapkan dapat diketahui
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
dilakukan uji coba terlebih dahulu kepada 30 (tiga puluh) orang wasit bola baket
lain, yang tidak diikutkan dalam penelitian yang sebenarnya.
E. Uji Coba Instrumen
Apabila kita telah mengetahui hasil dari uji coba angket dan telah
melakukan pengujian mengenai angket sementara, maka langkah selanjutnya
yaitu pengadaan mengenai uji coba pengolahan data. Adapun sebelum melakukan
uji coba pengolahan data yang harus diperhatikan adalah metode mengenai
pengadaan instrumen. Menurut Arikunto (2002, hlm.166) mengenai metode
pengadaan instrumen yaitu sebagai berikut.
Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menetukan variabel, kategorisasi variabel, Penulisan butir soal atau item kuesioner, penyusunan skala, Penyutingan yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang diperlukan, Uji coba angket, Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran, Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada yang diperoleh.
Sesuai dengan pernyataan di atas maka angket yang telah disusun kemudian
diuji cobakan kepada responden untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas
dari setiap butir pertanyaan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket
yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam
penelitian ini. Karena apabila kita melakukan sebuah penelitian dan menggunakan
alat ukur atau instrumen yang tidak relevan, maka hasil dari penelitian yang
dilakukan juga tidak relevan. Oleh karena itu instrumen dalam sebuah penelitian
harus relevan untuk mencapai penelitian yang baik. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2012 ,hlm. 173) bahwa:
“Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.”
Selanjutnya Penulis menguji cobakan angket kepercayaan diri wasit bola
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
pada sampel angket, yaitu wasit basket sebanyak 20 (dua puluh) orang yang
sering terlibat dalam berbagai kegiatan bola basket
1. Uji Validitas Instrumen
Setelah pelaksanaan uji coba instrumen, selanjutnya penulis menentukan
tingkat validitas dan reliabilitas terhadap setiap butir pernyataan dari responden.
Menurut Arikunto (2002 ,hlm.168):
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu Instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.
Mengenai validitas ini pula Arikunto (2002 ,hlm.145) mengemukakan
bahwa:
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam mencari validitas
adalah sebagai berikut:
a. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.
b. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.
c. Merangking skor responden dari skor yang tertinggi sampai yang terendah.
d. Menetapkan 50% responden kelompok atas (kelompok yang memperoleh skor
tinggi).
e. Menetapkan 50% responden kelompok bawah (kelompok yang memperoleh
skor rendah).
f. Mencari skor rata-rata dari setiap butir penyataan, baik untuk kelompok atas
maupun kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑
Keterangan:
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Σ X = Jumlah skor
n = Jumlah sampel
g. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan baik untuk kelompok
atas maupun untuk kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
h. Mencari simpangan baku gabungan untuk setiap butir pernyataan antara
kelompok atas dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Sgab = Simpangan baku gabungan
n1 = Banyaknya responden kelompok atas
n2 = Banyaknya responden kelompok bawah
S1 = Simpangan baku kelompok atas
S2 = Simpangan baku kelompok bawah
i. Mencari nilai t-hitung untuk tiap butir pernyataan dengan menggunakan
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
Sgab = Simpangan baku gabungan
n1 = Banyaknya responden kelompok atas
n2 = Banyaknya responden kelompok bawah
j. Penentuan nilai t tabel dalam taraf signifikansi 0,05 atau tingkat
kepercayaan 95% dengan derajat kesahihan = n1+n2-2
k. Menetukan kriteria yaitu t hitung lebih besar dari pada t tabel maka valid.
2. Uji Reliabilitas Angket
Setelah menghitung validitas dari setiap butir pernyataan, maka selanjutnya
menentukan reliabilitas, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor ganjil
dan soal yang bernomor genap.
b. Skor dari butir-butir soal yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi
variabel X dan skor dari butir-butir soal genap dijadikan variabel Y.
c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor ganjil dengan
butir-butir soal yang bernomor genap, dengan menggunakan rumus teknik
korelasi Pearson Product Moment.
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ( ∑ ∑ )
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
rxy = koefisien kolerasi yang dicari
XY = jumlah perkalian skor X dan skor Y
∑X = Jumlah skor X
∑Y = Jumlah skor Y
n = jumlah banyaknya soal
d. Mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan menggunakan
rumus Spearman Brown.
Keterangan:
rii = koefisien yang dicari
2.rxy = dua kali koefisien korelasi
1+rxy = satu tambah koefisien korelasi
e. Menentukan r-tabel dengan pendekatan Product Moment sehingga diketahui
kriteria penentuan kesimpulan r-hitung lebih besar dari r-tabel, hal ini
menunjukan instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.
F. Prosedur Pengolahan Data
Setelah uji coba angket dilakukan maka langkah berikutnya adalah
melakukan pengolahan data.Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan
rumus-rumus statistik dari Nurhasan (2007). Sesuai dengan rumusan masalah,
hipotesis dan jumlah variabel yang akan diteliti, maka teknik pengolahan data
yang akan digunakan adalah teknik korelasi dengan skor berpasangan dan korelasi
ganda. Sesuai pendapat Nurhasan (2007, hlm. 50) bahwa korelasi adalah
“hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya”. Sebelum teknik pengolahan data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian
persyaratan analisis yaitu sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan pendekatan uji Liliefors Nurhasan (2007,
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari nilai pengamatan yang
paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.
b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan
Z-skor yaitu:
X = Skor yang diperoleh seseorang
X = Nilai rata-rata S = Simpangan baku
Σ = Menerangkan jumlah n = Jumlah sampel
c. Untuk setiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal
baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai
Z (Fzi) dengan ketentuan: jika nilai Z negatif, maka dalam menentukan
Fzi-nya adalah 0,5 - luas daerah disribusi Z pada tabel.
d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat
kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan
banyaknya sampel.
e. Menghitung selisih antara F(Zi) – S(Zi) dan tentukan harga mutlaknya.
f. Ambilah harga mutlak yang paling besar di antara harga mutlak dari seluruh
sampel yang ada dan berilah simbol Lo.
g. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukan nilai L.
h. Membandingkan nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui diterima
atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria: Terima Ho jika Lo < Lα = Normal
dan Terima Hi jika Lo > Lα = Tidak Normal
2. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dengan ketentuan yang telah disahkan pada saat pengajuan
penelitian bahwa untuk menguji hipotesis menggunakan uji hipotesis dengan uji
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola
a. Menentukan pasangan hipotesis yang akan diuji dengan syarat:
1. Distribusi Normal
2. Variansi Homogen
b. Menentukan tehnik korelasi yang digunakan yaitu dengan tehnik korelasi skor
berpasangan dengan pendekatan statistik adalah sebagai berikut:
= korelasi antara variabel (x) dan variabel (y)
X1 = Perbedaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel (x)
Y1 = Perbedaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel (y)
c. Menentukan Uji Kebermaknaan Koefisien Korelasi, peneliti menggunakan uji
kebermaknaan korelasi tunggal dengan pendekatan statistik sebagai berikut:
1 2
d. Menentukan koefisien korelasi dengan syarat adalah sebagai berikut:
1. Hasil penghitungan korelasi yang diperoleh dalam bentuk desimal berkisar
antara -1,00 atau +1,00. Makin dekat angka yang diperoleh dengan -1,00 atau
+1,00 maka makin kuat korelasi tersebut. Angka positif menunjukkan
hubungan positif dan angka negatif menunjukkan tidak adanya korelasi.
2. Interpretasi angka korelasi.
3. Kriteria pengujian signifikansi korelasi adalah jika –ttabel≤ thitung≤ +ttabel, maka
H0 diterima atau korelasinya tidak signifikan, sedangkan apabila thitung berada
di luar daerah penerimaan H0, maka H0 ditolak atau korelasinya signifikan.
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
1/2α Daerah Penerimaan H0 1/2 α
Gambar 3.3. Uji Dua Pihak
(sumber : Sugiono, 2012, hlm.229)
e. Menentukan kesimpulan berdasarkan hasilhitung yang telah didapat dengan
nilai tabel korelasi menurut Sugiono (2012: 184) yang terdapat dalam Tabel
3.3.
Tabel 3.2
Kategori Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Makna
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,200-0,399 Rendah
0,400-0,599 Sedang
0,600-0,799 Kuat
0,800-1,00 Sangat Kuat
f. Menghitung besarnya presentase pengaruh variabel x dengan variabel y
menggunakan rumus determinan yaitu:
D = r2 x 100%
Hernawan Rosyadi, 2015
Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian teoritis dan hasil pengolahan data terdapat hasil
kesimpulan bahwa tingkat kebugaran wasit bola basket PERBASI Jawa Barat
berada dalam kategori baik dengan presentase 89%. Sedangkan profil
kepercayaan diri wasit bola basket PERBASI Jawa Barat dikatagorikan baik
dengan presentase sebesar 79%.
Tingkat kebugaran jasmani berpengaruh terhadap rasa percaya diri hal ini
ditandai dengan nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,79 dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan atau kuat kebugaran jasmani dengan rasa
percaya diri wasit bola basket PERBASI Jawa barat.
B. Saran-saran
1. Untuk PERBASI Jawa Barat agar dapat menjadi bahan acuan untuk
menugaskan seorang wasit yang baik dalam memimpin pertandingan.
2. Untuk Wasit basket PERBASI Jawa Barat agar dapat mempertahankan serta
meningkatkan tingkat kebugaran jasmani wasit dengan rasa percaya diri yang
tinggi dalam memimpin pertandingan bola basket guna meningkatkan
kualitasnya dalam memimpin pertandingan.
3. Untuk PERBASI daerah Jawa Barat, khususnya komisi wasit agar dapat
menggunakan hasil dari penelitian ini sebagai dasar dalam penentuan dan
penugasan wasit untuk setiap pertandingan atau kompetisi yang dilaksanakan.
4. Untuk penelitian yang akan datang, penulis mengharapkan agar mencoba
melakukan penelitian dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih
banyak dan lebih umum cakupannya, serta memiliki kriteria yang lebih baik,
agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik, dan berguna untuk peningkatan