UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA
DALAM BELAJAR PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA
KELAS III SDN 1 NGRAKUM KEMUSU BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Program Sarjana (S-1) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh :
GUSWANTA
A.54C 090 027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA DALAM BELAJAR PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS
III SDN 1 NGRAKUM KEMUSU BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode cooperative script dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama dalam belajar PKn pada siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu Boyolali tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah PTK. Subyek yang menerima tindakan adalah siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu Boyolali yang berjumlah 15 siswa. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui tiga langkah yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan kerjasama. Peningkatan keaktifan siswa terlihat dari semakin bertambahnya jumlah siswa yang berpartisipasi dalam proses pembelajaran disetiap siklusnya, dengan jumlah perlakuan sebanyak 2 siklus penelitian tindakan kelas. Hasil siklus I untuk keaktifan adalah 64,2% dan siklus II adalah 83%. Peningkatan kerjasama siswa terlihat dari aktifitas siswa dalam mengerjakan tugas secara kelompok. Hasil siklus I untuk kerjasama adalah 61,4% dan pada siklus II hasilnya adalah 94%.
Kata kunci: cooperative script, keaktifan, kerjasama
PENDAHULUAN
Gagasan mengenai peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sebenar tidak pernah
berhenti, terutama mulai berlakunya kurikulum 1975. Kurikulum 1975 merupakan perbaikan
dari kurikulum berbasis pengetahuan menjadi kurikulum berbasis kognitivisme. Perubahan
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, orientasi pendidikan pada basis kognitivisme
disempurnakan menjadi berbasis ketrampilan proses. Kurikulum 1984 disempurnakan
menjadi kurikulum 1994 yang berbasis ketrampilan proses makin diintensifkan. Pada bagian
akhir dari dasawarsa berlakunya kurikulum 1994 (tahun ajaran 2001-2002) muncul lagi
gagasan pembaharuan dengan diitroduksikannya konsep pendidikan kecakapan hidup (life
skill education), yang ditindaklanjuti dengan terbitnya draft kurikulum berbasis kompetensi.
Perubahan dan perkembangan kurikulum yang didasari oleh berkembangnya pembaharuan
pendidikan demi meningkatnya mutu pendidikan itu seiring dengan perubahan dan
perkembangan paradigma pendidikan yang berlaku secara global. Ini menunjukkan bahwa
upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia secara konseptual tidak ketinggalan
dibandingkan dengan perkembangan gagasan pembaharuan pendidikan di negara-negara
meningkat secara berarti, bahkan banyak kalangan memberi penilaian mutu pendidikan di
Indonesia makin rendah (Susanto, 2002). Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan
Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Isi, untuk dijadikan acuan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) (Mulyasa, 2007).
RUMUSAN MASALAH
Merujuk pada uraian latar belakang di atas dapat dikaji permasalahan yang timbul yaitu:
Bagaimanakah metode cooperative script dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama
dalam pembelajaran PKn siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu Boyolali tahun pelajaran
2012/2013?
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode cooperative script dapat meningkatkan
keaktifan dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran PKn pada siswa kelas III SDN 1
Ngrakum Kemusu Boyolali tahun pelajaran 2012/2013.
LANDASAN TEORI 1. Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran. Keaktifan belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun
mental yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
(Sardiman, 2001:98).
Belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem
pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri.
Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk dapat
mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar
bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi apabila siswa berperan secara aktif
dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajari dan
cara mempelajarinya (Ella Yulaelawati, 2004).
Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing
(1859-1952). Dewey sangat tidak setuju pada Rote Learning atau belajar dengan
prinsip-prinsip Learning by Doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara
spontan. Keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Menurut Dewey, guru berperan
untuk menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta siswa
dan guru dalam belajar aktif akan tercipta suatu pengalaman belajar yang bermakna
sehi gga dapat e be tuk siswa sebagai a usia seutuh ya .
Sesuai dengan persepsi Dewey, peran serta siswa dan guru dalam konteks
belajar aktif menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang
membantu memudahkan siswa belajar, sebagai nara sumber yang mampu mengundang
pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang mampu merancang dan
melaksanakan kegiatan belajar bermakna, dan yang mampu mengelola sumber belajar
yang diperlukan. Siswa juga terlibat dalam proses belajar bersama guru, karena siswa
dibimbing, diajar, dan dilatih menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu,
menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil
perolehannya secara komunikatif.
Siswa dibimbing agar mampu menentukan kebutuhannya, menganalisis
informasi yang diterima, menyeleksi bagian-bagian penting, dan memberi arti pada
informasi baru. Siswa juga diharapkan mampu memodifikasi pengetahuan yang baru
diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yang pernah diterimanya. Selain itu,
siswa juga dibina untuk memiliki keterampilan agar dapat menerapkan dan
memanfaatkan pengetahuan yang pernah diterimanya pada hal-hal atau
masalah-masalah baru yang dihadapinya. Dengan demikian, siswa mampu belajar mandiri.
Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan
kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk
bersama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan serta pengalaman.
2. Kerjasama
Kerjasama adalah kegiatan yang dilakukan oleh beberapa lembaga atau orang
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan (Badudu dan Zain, 2001). Menurut
Soekanto (1989:60) kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kerjasama adalah bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktifitas tertentu
yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling
memahami terhadap aktifitas masing-masing.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kerjasama adalah melakukan
suatu kegiatan atau usaha yang ditangani oleh dua orang (pihak) atau lebih dengan
saling membantu, saling mengurus kepentingan bersama dalam rangka mencapai tujuan
bersama.
Dalam penelitian ini kerjasama yang dimaksud adalah bentuk proses sosial yang
dilakukan anak satu dengan anak lainnya dalam sebuah kelompok belajar untuk saling
membantu, berbagi pengalaman, berkomunikasi untuk saling bertukar pikiran dan
bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugas kelompok.
3. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar. Belajar adalah proses suatu perilaku menurut Skinner (dalam
Dimyati dan Mudjiono , 2006:9). Belajar adalah suatu proses di mana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman menurut Gagne (dalam
Ratna Wilis Dahar,1989:11). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang.
b. Pengertian Pembelajaran. Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari
istilah pengajaran dan istilah belajar. Dalam kamus besar Bahas Indonesia, kata
pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses cara menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang
berarti berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku,
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Corey dalam Miarso dalam
Nyimas Aisyah dkk (2007:1.3) memberikan pengertian bahwa pembelajaran adalah
suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran merupakan sub-set khusus
pendidikan. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau
yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar (M.Djauhar Siddiq,2009:1.9).
Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan
kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk
empat pola pembelajaran.(1) Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa
menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalambentuk alat peraga.Pola
pembelajaran ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan
pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.(2) Pola
(guru + alat bantu) dengan siswa.Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu
oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam
menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak. (3) Pola (guru+
media) dengan siswa.Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan
keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar.Guru
dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang
dapat menggantikan guru dalam pembelajaran. Jadi pola ini pola pembelajaran
bergantian antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa. Konsekuensi
pola pembelajaran ini adalah harus disiapkan bahan pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran.(4) Pola media dengan siswa atau pola
pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang
disiapkan.Berdasarkan pola-pola pembelajaran tersebut ,maka membelajarkan itu
tidak hanya sekedar mengajar (seperti pola satu),karena membelajarkan yang
berhasil harus memberikan banyak perlakuan kepada siswa.Peran guru dalam
pembelajaran lebih dari sekedar sebagai pengajar/informator belaka,tetapi guru
harus memiliki multi peran dalam pembelajaran.Dan agar pola pembelajaran yang
diterapkan juga dapat bervariasi,maka bahan pembelajarannya harus dipersiapkan
secara bervariasi juga.Secara konseptual,pembelajaran merupakan suatu
sistem.Suatu organisme, suatu organisasi,sebuah sekolah dan suatu pembelajaran
merupakansuatu sistem.Kesemua sistem tersebut memiliki batasan sendiri-
sendiri,dan berbeda antara sistem satu dengan sistem lainnya,meskipun antar
sistem juga dapat saling mempengaruhi.Secara umum,setiap sistem termasuk
sistem pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Tujuan artinya setiap
sistem harus memiliki tujuan yang jelas. (2) Fungsi artinya dengan adanya tujuan
yang akan dicapai menghendaki terlaksananya berbagai fungsi yang diperlukan
untuk menunjang usaha mencapai tujuan.(3) Komponen artinya demi terlaksananya
fungsi yang menunjang usaha pencapaian tujuan di dalam sistem ada bagian-bagian
Interaksi atau saling hubungan.Artinya semua komponen dalam suatu sistem saling
berhubungan,saling mempengaruhi,dan saling membutuhkan.(5) Jalinan
keterpaduan.Artinya sistem bukan hanya kumpulan komponen yang
terpisah-pisah,akan tetapi merupakan jalinan komponen yang terpadu.(6) Proses
transformasi.Artinya bahwa keterpaduan tersebut bukan keterpaduan yang
berhenti dan mati.Keterpaduan tersebut terjadi dalam aktifitas/proses merubah
input menjadi output.(7) Umpan balik.Artinya sistem dalam proses kadang berhasil
kadang gagal.Oleh sebab itu sistem membutuhkan umpan balik.Itulah sebabnya
dalam pembelajaran ada komponen evaluasi pembelajaran,yang salah satu
fungsinya adalah untuk memberikan umpan balik.(8)Lingkungan.Artinya bahwa
sistem memiliki batasan lingkungan sendiri-sendiri yang mampu membedakan
batasan antara sistem yang satu dengan yang lain.Misalnya,pembelajaran yang satu
berbeda dengan pembelajaran yang lain karena batasan/lingkungannya berbeda.
c. Hakekat PKn. Hakekat PKn adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia,
dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945 (Mulyasa, E. 2007).
d. Karakteristik Pembelajaran PKn. Karakter Pembelajaran PKn yaitu program
pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam
kehidupan sehari-hari para siswa baik sebagai individu sebagai calon guru/pendidik,
anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Permendiknas no
22 tahun 2006).
4. Metode Cooperative Script dalam Pembelajaran PKn
a. Proses Pembelajaran PKn. PKn merupakan salah satu bidang kajian yang
mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia
koridor value-based education. Konfigurasi atau kerangka sistematik PKn dibangun
atas dasar paradigma sebagai berikut: Pertama, PKn secara kurikuler dirancang
sebagai subyek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas,
subyek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan
spikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam
konteks subtansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang
demokratis dan bela negara. Ketiga, PKn secara pragmatik dirancang sebagai subyek
pembelajaran yang menekankan pada isu yang mengusung nilai-nilai dan
pengalaman belajar dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih dari
ide, nilai konsep, dan moral Pancasila kewarganegaraan yang demokratis dan bela
negara (Budimansyah 2002).
b. Hakekat MetodeCooperative Script. Pembelajaran cooperative script adalah
pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa
dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan
masyarakat yang lebih luas (Schank dan Abelson dalam Hadi, 2007). Pembelajaran
cooperative script adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan siswa
dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi.
c. Kemampuan Metode Cooperative Script Dalam Meningkatkan Keaktifan dan
Kerjasama. Danserau dalam Hadi (2007) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam
pembelajaran cooperative script sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa untuk
berpasangan, 2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
peran membuat ringkasanya, 3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar, 4)
Pembicara membacakan ringkasannya, sementara pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya, 5) Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya dan, 6) Guru membantu siswa
menyusun kesimpulan. Langkah-langkah pembelajaran cooperative script oleh
Danserau dalam penelitian ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran
Kajian Penelitan yang Relevan
Pada kajian yang relevan penulis mengambil pembanding yang ditulis oleh Nudiansah. Dia
2008 jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang dengan pembimbing Drs
Susetyoadi Setyo, M.Pd. dan Dr Abdul Ghofur, M.Si. Adapun judulnya adalah Penerapan
Metode Pembelajaran Kooperatif Model Cooperative Script Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis dan Ketuntasan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII-A SMPN 21 Malang. Dari penelitian
yang dilakukan oleh Nudiansah hasilnya adalah: ada peningkatan hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang setalah diterapkan
metode pembelajaran kooperatif model cooperative script.
Kerangka Pemikiran
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Guru masih
menggunakan metode yang konvensional. Ceramah, tanya-jawab dan pemberian tugas.
Keaktifan dan kerjasama siswa masih rendah, tingkat keaktifan siswa baru mencapai 33,3% dan 40% untuk kerjasama.
Guru menggunakan metode cooperative script dalam
pembelajaran PKn.
HIPOTESIS
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka pelaksanaan
pembelajaran melalui metode cooperaive script dapat meningkatkan keaktifan dan
kerjasama pada siswa kelas III SD Negeri 1 Ngrakum Kemusu Boyolali Tahun Pelajaran
2012/2013.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas
dilakukan untuk meningkatkan tindakan dalam pelaksanaan pembelajaran serta pemecahan
persoalan pembelajaran. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif.
1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2012. Subjek penelitian
adalah siswa kelas III semester I di SD Negeri 1 Ngrakum Kemusu Boyolali. Jumlah siswa
sebanyak 15 orang, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan perempuan berjumlah 7 siswa.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2012. Subjek penelitian
adalah siswa kelas III semester I di SD Negeri 1 Ngrakum Kemusu Boyolali. Jumlah siswa
sebanyak 15 orang, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan perempuan berjumlah 7 siswa.
3. Indikator Kinerja
Indikator kerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya keaktifan
dari 33,3% menjadi 80% dari jumlah kehadiran siswa dan kerjasama dari 40% menjadi
86,6% dalam pelajaran PKn siswa kelas III semester I SD N 1 Ngrakum Kemusu Boyolali
tahun pelajaran 2012/2013.
Tabel 1 Indikator Pencapaian
KONDISI AWAL KONDISI AKHIR
KEAKTIFAN KERJASAMA KEAKTIFAN KERJASAMA
HASIL PENELITIAN 1. Kondisi Awal
a. Keadaan Guru
Tabel 2 Daftar Guru SDN 1 Ngrakum
No Nama Pendidikan Alamat Jabatan
1 Joko Suyono, S.Pd Sarjana/S1 Karang Mojo Andong Byl Kepala Sekolah 2 Paniyo, S.Pd Sarjana/S1 Sarimulyo Kemusu Byl Guru Kelas VI 3 Sri Haryanto, S.Pd Sarjana/S1 Klewor Kemusu Boyoli Guru Kelas V 4 Sigit Trihartoyo, S.Pd Sarjana/S1 Ngegot Klego Boyolali Guru Kelas IV 5 Guswanta, A.Ma D2 PGSD Kanoman Ngemplak Byl Guru Kelas III 6 Fitriatun D2 PGSD Kedung Rejo Kemusu Byl Guru Kelas II 7 Siti Sumini, S.Pd Sarjana/S1 Kadipaten Andong Byl Guru Kelas I 8 Tukiman, A.Ma D2 PGAI Sambi Boyolali Guru PAI 9 Gusmiyati, S.Pd Sarjana/S1 Munggur Andong Byl Guru Penjaskes
b. Keadaan Ruang Kelas
Di bawah ini keterangan kondisi ruang kelas III.
1. Luas : 8 X 7 m.
2. Bangunan : Permanen.
3. Lantai : Keramik warna putih.
4. Penerangan : Lampu listrik dan Jendela kaca.
5. Meja siswa : 20 .
6. Kursi siswa : 20 .
7. Meja Guru : 1 .
8. Kursi Guru : 1.
9. Almari : 1.
10. Papan Tulis : 1 (white board).
11. Gambar-gambar dinding.
c. Keadaan Siswa
Tabel 3 Daftar Siswa SDN 1 Ngrakum
No Nama L/P
Umur ( Th )
Brt Bdn ( Kg )
Tngg Bdn ( Cm )
1. Satrio L 9 23 124
3. Dea P 9 20 122
Keadaan mental siswa kelas III SDN 1 Ngrakum adalah sebagai berikut: 1 atau 6,6%
orang sangat aktif, 5 atau 33,3% pendiam, dan 9 atau 60% sedang atau wajar.
2. Hasil Rekapitulasi Pembelajaran Kondisi Awal
Tabel 4 Hasil Amatan Keaktifan Kondisi Awal
2. siswa
5. Memberi gagasan yang cemerlang
Tabel 5 Hasil Amatan Kerjasama Kondisi Awal.
teman
2. mampu membagi tugas kepada teman
4 26,6
4. Memanfaatkan potensi anggota kelompok
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase dari amatan kondisi awal
keaktifan dalam belajar PKn dengan 11 macam butir amatan atau deskriptor adalah
37,5%, dan prosentase kerjasama dalam belajar PKn dengan 9 macam butir amatan atau
deskriptor adalah 43,6%.
3. Hasil Observasi Siklus I
a. Hasil Observasi Perilaku Guru Saat Pembelajaran Tindakan Siklus I yaitu: 1) Pada
saat prapembelajaran baru mencapai 60%. 2) Penampilan verbal dan non verbal
baru mencapai 60%. 3) Ketrampilan menggunakan media pembelajaran mencapai
60%. 4) Ketrampilan menerangkan baru mencapai 40%. 5) Ketrampilan bertanya
mencapai 70%. 6) Ketrampilan mengadakan assessment mencapai 100%. 7)
Ketrampilan memberi motivasi baru mencapai 60%. 8) Ketrampilan menutup
pelajaran sudah mencapai 100%.
b. Hasil Observasi Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Tindakan Siklus I yaitu: 1)
pembelajaran mencapi 73,3%. 3) Pemahaman materi pembelajaran mencapai 53,3%
4) Rasa keingintahuan meningkat mencapi 53,3%
c. Hasil Observasi Situasi Kelas Saat Pembelajaran Tindakan Siklus I yaitu: 1 )Suasana
kelas tenang hasilny ya. 2) Pencahayaan cukup hasilnya ya. 3) Siswa gaduh hasilnya
tidak. 3) Meja dan kursi nyaman hasilnya ya. 4) Cuaca mendukung hasilnya ya. 5)
Tulisan di papan tulis jelas hasilnya ya. 6) Sirkulasi udara lancar hasilnya ya. 7)
Pengoperasian perangkat media lancar hasilnya ya.
d. Hasil Observasi Peningkatan Keaktifan dan Kerjasama Saat Pembelajaran Siklus I
yaitu: Keaktifan baru mencapi 64,2% dan kerjasama mencapai 61,5%
4. Hasil Observasi Siklus II
a. Hasil Observasi Perilaku Guru Saat Pembelajaran Tindakan Siklus II adalah: 1)
Prapembelajaran hasilnya 100%. 2) Penampilan Verbal dan Non Verbal hasilnya
100%. 3) Ketrampilan menggunakan Media Pembelajaran hasilnya 100%. 4)
Ketrampilan memilih Metode pembelajaran hasilnya 100%. 5) Ketrampilan
menerangkan/menjelaskan hasilnya 100%. 6) Ketrampilan Bertanya hasilnya 100%.
7) Ketrampilan Mengadakan Assessment (penjagaan) hasilnya 100%. 8) Ketrampilan
Memberi Motivasi hasilnya 60%. 9) Ketrampilan Menutup Pelajaran hasilnya 100%.
b. Hasil Observasi Perilaku Siswa adalah 1)Ketertarikan mengikuti pembelajaran
hasilnya 100%. 2) Keseriusan mengikuti pembelajaran hasilnya 100 %. 3)
Pemahaman materi pembelajaran hasilnya 80%. 4) Rasa keingintahuan hasilnya
100%.
c. Hasil Observasi Situasi Kelas adalah 1) Suasana kelas tenang hasilnya ya. 2)
Pencahayaan cukup hasilnya ya. 3) Siswa gaduh hasilnya ya. 4) Meja dan kursi
nyaman hasilnya ya. 4) Cuaca mendukung hasilnya ya. 5) Tulisan di papan tulis
hasilnya ya. 6) Sirkulasi udara lancar hasilnya ya. 6) Pengoperasian perangkat media
lancar ya.
d. Hasil Observasi Peningkatan Keaktifan dan Kerjasama pada Siklus II adalah Untuk
Tabel 6
Hasil Amatan Keaktifan dan Kerjasama Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No Indikator Butir Amatan/ Deskriptor
Lanjutan tabel 6
No
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model cooperative script dapat
meningkatkan keaktifan dalam belajar PKn pada siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu
Boyolali semester I tahun pelajaran 2012/2013. Hasil peningkatan keaktifan dalam
belajar PKn dari siklus I ke siklus II adalah dari 64,2% siswa menjadi 83% siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model cooperative script dapat
meningkatkan kerjasama dalam belajar PKn pada siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu
Boyolali semester I tahun pelajaran 2012/2013. Hasil peningkatan kerjasama dalam
belajar PKn dari siklus I ke siklus II adalah dari 61,4% siswa menjadi 94,8% siswa.
IMPLIKASI
Penerapan metode cooperative script ini dapat menghasilkan:
1. Siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran.
2. Siswa menjadi berani berbicara di hadapan orang lain.
3. Siswa menjadi semangat bekerjasama dengan teman.
4. Siswa mampu membuat ringkasan materi.
Adapun langkah-langkah pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagi wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan peran membuat
ringkasanya.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya, sementara pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Aryana, IBP. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar BerdasarkanMasalah Dipandu Strategi Kooperatif Serta Pengaruh Implementasinya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Badudu dan Zain, 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung: Genesindo.
Dimyati & Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Proyek Pembinaan & Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Depdikbud.
Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.
Hadi, S. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran Cooperative Script Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis, Ketrampilan Metakognisi, dan Kemampuan Kognitif Biologi Pada Siswa Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: UNM.
(http://ardhana12.woodpres.com/2009/01/20.indikator-keaktifan-siswa-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk-21)
Jacobs, GM., Lee, G. S., & Ball, J. 1996. Learning Cooperative Learning Via Cooperative Learning : A Sourcebook of Lesson Plants For Teacher Educcation On Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Center.
Johnson, D.W & Johnson, R.T. 1994. Learning Together and Alone Cooperative, Competitive and Individualistic Learning. Boston Allyn and Bacon.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Kemendikbud, 2012. Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Suatu Panduan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, M. & Wikandari, P.R. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Ratna, Wilis, Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga.
Rahayu, S. 1998. Pembelajaran Koopeative dalam Pendidikan IPA. Chinema FMIPA IKIP Malang No.2. Vol.27. Juli 1998.
Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Puataka.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research and Practive Boston: Allyn and Bacon.
Soekanto, Soerjono. 1989. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Susanto, P. 2002. Ketrampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: UNM Biologi MIPA.
Suwandi, Joko. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Classrom Action Research. Surakarta: Qinant.