PERAN PELATIH PADA PELATIHAN PRA PURNABAKTI DALAM KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA
(Studi Deskriptif di LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Nisa Fadilah 0901514
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 2014
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peran Pelatih Pada
Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan berwirausaha” ini beserta isinya
adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.
Bandung, Februari, 2014 Yang membuat pernyataan,
Nisa Fadilah
Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam
Kemampuan Berwirausaha
(Studi Deskriptif Gegerkalong Girang Baru Bandung)
Oleh Nisa Fadilah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Nisa Fadilah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
NISA FADILAH NIM. 0901514
PERAN PELATIH PADA PELATIHAN PRA PURNABAKTI DALAM KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA
(Studi Deskriptif LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : PEMBIMBING I
Dr. H. Elih Sudiapermana, M.Pd NIP. 19611114 198703 1 001
PEMBIMBING II
Dr. H. Uyu Wahyudin, M.Pd NIP. 19600926 198503 1 003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Luar Sekolah
Nisa Fadilah, 2014
ABSTRAK
Nisa Fadilah, 0901514. Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha (Studi Deskriptif di LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya pegawai yang sudah memasuki dunia pensiun yang tidak memiliki penghasilan yang jelas, maka diadakannya pelatihan pra purnabakti. Peran pelatih dalam pelatihan menentukan keberhasilan pelatihan yang telah diselenggarakan. Oleh karena itu pada pembahasan ini peneliti tertarik untuk meneliti peran trainer pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran, fasiltator pembelajaran, konsultan pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha,2) memperoleh gambaran tentang faktor yang menghambat peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung.
Hasil penelitian menemukan bahwa; 1) dalam perannya pelatih sebagai pengelola pembelajaran, pelatih lebih menempatkan diri pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, sementara pada evaluasi pembelajaran dilakukan oleh pihak lain. 2) peran pelatih sebagai fasilitator memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta pelatihan. 3) peran pelatih sebagai konsultan diantaranya adalah memberikan solusi masalah (pemecah masalah) sehingga peserta pelatihan mendapatkan solusi dari masalah yang sedang mereka hadapi. 4) faktor yang menghambat yaitu sulitnya mengumpulkan SDM, sulitnya mencari pelatihan yang sesuai dengan pelatihan, pelaksanaan evaluasi program dilakukan perusahaan bukan lembaga.
Nisa Fadilah, 2014
ABSTRACT
Nisa Fadilah, 0901514. Trainer’s Role in Pre-Retirement Training of Entrepreneurship Skill (Descriptive study in LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)
The background of the study is the existence of employees who come to the retirement world and do not have the obvious income. In order to overcome the issue, Pre-Retirement Training is conducted. Trainer’s role in the training determines the success of the conducted training. Moreover, in this discussion, writer is interested in studying the trainer’s role in trainer’s role in pre-retirement training of entrepreneurship skill. The objective of this study is to 1) acquire the
description of the trainer’s role as learning manager, facilitator, and consultant in
pre-retirement training of entrepreneurship skill, 2) acquire the description of
factors which resist the trainer’s role in pre-retirement training of entrepreneurship skill. The method used in this study is descriptive method with qualitative approach. The data collection methods used in the study is observation, interview, documentation, and triangulation. The study is conducted in Institute of Islamic Economics Education and Training (LP2ES) Bandung.
The result of the study shows that; 1) in the role of learning manager, the trainer situates themselves more on planning and implementation of learning,
meanwhile the learning evaluation is conducted by other parties. 2) Trainer’s role
as facilitator presents the motivation and support to the training participants. 3)
Trainer’s role as consultant provides solution of the problem (problem solver) so that the participants get the solution of the problems they face. 4) The resisted factor are the difficulties in collecting the Human Resources, the difficulties in finding the right trainers for the right training, and program evaluation is conducted by the corporate not by the institution.
Nisa Fadilah, 2014
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Kewirausahaan ... 9
1. Pengertian Kewirausahaan ... 9
1. Kemampuan Berwirausaha ... 10
2. Karakteristik Kewirausahaan ... 11
B. Konsep Pelatihan ... 12
1. Pengertian Pelatihan ... 10
2. Tujuan Pelatihan ... 13
3. Prinsip-Prinsip Pelatihan ... 14
4. Manajemen Pelatihan ... 15
5. Komponen Pelatihan ... 18
6. Peranan ... 20
7. Pengertian Pelatih ... 22
8. Peranan Pelatih dalam Pelatihan ... 22
9. Kompetensi Pelatih ... 23
10.Tugas Pelatih dalam Pembelajaran ... 26
11.Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah ... 29
12.Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 31
13.Ciri-Ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 32
14.Fungsi Pendidikan Luar Sekolah ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35
1. Lokasi Penelitian ... 35
2. Subjek Penelitian ... 35
viii
Nisa Fadilah, 2014
1. Tahap Pra Lapangan ... 36
2. Tahap Pelaksanaan Lapangan ... 37
3. Tahap Analisis Data ... 37
4. Tahap Penulisan Laporan ... 37
C. Metode Penelitian ... 37
D. Definisi Operasional ... 38
E. Instrumen Penelitian ... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
G. Analisis Data ... 43
1. Reduksi data ... 43
2. Penyajian data ... 43
3. Penarik kesimpulan/Verifikasi ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Sejarah Lembaga Pelatihan Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung ... 46
2. Visi dan Misi Lembaga ... 47
3. Struktur Kepengurusan Lembaga ... 47
B. Gambaran Umum Program Pelatihan Prapurnabakti ... 48
1. Latar Belakang ... 48
2. Tujuan Pelatihan Pra Purnabakti ... 49
3. Waktu Penyelenggaraan ... 49
4. Media Pembelajaran ... 49
5. Data Pengelola Program ... 49
6. Warga Belajar ... 50
7. Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti ... 50
8. Identitas informan Penelitian ... 51
C. Deskripsi Hasil Penelitian 53 1. Peran Pelatih Sebagai Pengelola Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 54
2. Peran Pelatih Sebagai Fasilitator Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 59
3. Peran Pelatih Sebagai Konsultan Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 64
4. Faktor Penghambat Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 67
D. Pembahasan Hasil Penelitian 70 1. Peran Pelatih Sebagai Pengelola Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 71 2. Peran Pelatih Sebagai Fasilitator Pembelajaran Pada
ix
Nisa Fadilah, 2014
Berwirausaha ... 73 3. Peran Pelatih Sebagai Konsultan Pembelajaran Pada
Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 74 4. Faktor Penghambat Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra
Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 75
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Nisa Fadilah, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Sebagai makhluk hidup manusia harus bekerja untuk dapat
mempertahankan hidupnya, karena dengan bekerja segala yang berhubungan
dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan akan dapat terpenuhi.
Bertambahnya usia mengakibatkan seseorang menjadi semakin melemah secara
fisik terutama pada mereka yang berada pada usia lanjut. Hal ini berpengaruh
terhadap produktifitas seseorang di dalam bekerja, sehingga di sebagian
perusahaan diberlakukan yang namanya sistem pensiun. Pensiunan merupakan
masa dimana para karyawan telah menginjak masa tidak produktif bagi suatu
perusahaan. Suatu perusahaan memiliki sebuah kewenangan kepada para
karyawannya, sampai pada usia berapa karyawan perusahaan tersebut masih layak
bekerja di perusahaan bersangkutan. Pensiun pada usia 56 tahun telah ditetapkan
oleh berbagai perusahaan, misalnya PT Mandiri Persero. Hal ini terjadi karena,
pada dasarnya seseorang yang berada pada usia 56 tahun ke atas adalah mereka
yang berada/menginjak suatu kondisi yang dinamakan masa pra-lansia, dimana
pada masa pra-lansia inilah seseorang akan mengalami suatu proses yang
mengubah keadaan yang tadinya sehat menjadi berangsur-angsur melemah
dengan berkurangnya cadangan kemampuan sistem fisiologis dan kerentanan
terhadap penyakit dan diikuti kematian.
Masa pensiun pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu titik dimana
seseorang telah berhenti bekerja yang biasanya disebabkan telah mencapainya
batas umur yang ditetapkan, kondisi fisik sudah tak memungkinkan atau karena pilihan pribadi. Sebagian orang memandang bahwa pensiun sebagai saat yang
tepat untuk memulai aktivitas baru, mengembangkan bakat, minat serta potensi
yang dimiliki, dan memiliki banyak waktu luang untuk dirinya sendiri. Namun
disisi lain sebagian orang memiliki pandangan negatif terhadap pensiun, karena
menganggap pensiun sebagai kehilangan peran yang sangat signifikan, seperti
2
Nisa Fadilah, 2014
pencaharian atau menurutnya pendapatan, adanya bayangan ketakutan akan tak
dihargai lagi setelah pensiun, dan sebagainya.
Masa pensiun sering pula di anggap sebagai suatu kenyataan yang tak
menyenangkan, sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang merasa cemas
membayangkan kehidupan yang akan dijalani selepas pensiun. Salah satu dampak
negatif yang sering kali muncul akibat perspektif yang salah mengenai pensiun
hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (kekuasaan, jabatan,
penghasilan, fasilitas, persepsi, dsb.) dan tak bisa memandang realita atau
menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi saat pensiun. Individu yang
bekerja, baik pada sektor pemerintahan maupun swasta, pada saatnya nanti pasti
akan mengalami suatu klimaks dalam pekerjaannya. Klimaks kerja
masing-masing individu dipengaruhi oleh banyak faktor, dan masing-masing-masing-masing faktor
mempunyai interaksi yang berbeda-beda antara individu satu dengan yang lain.
Meskipun demikian, perubahan kekuatan dan ketahanan kerja, tetap bersifat relatif
pada kehidupan masing-masing individu. Berkaitan dengan fenomena ini maka
perlu adanya program persiapan masa pensiun atau pra purnabakti yang
difasilitasi lembaga untuk menjadi pengingat bahwa pensiun penting untuk mulai
disiapkan dalam Syakhrudin 2013.
Berdasarkan pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1979 bahwa
PNS yang akan mencapai usia 56 tahun dapat di bebaskan dari jabatannya untuk
paling lama 1 (satu) tahun dengan mendapatkan penghasilan berdasarkan
peraturan perundanga-undangan yang berlaku. Berkenaan dengan hal tersebut,
maka sebelum diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negri sipil dengan
hak pensiun kepadanya dapat diberikan tugas masa persiapan pensiun (MPP)
untuk paling lama 1 (satu) tahun sejak yang bersangkutan di berhentikan dari jabatannya, dan mendapat penghasilan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku kecuali tunjangan pejabat.
Pendidikan merupakan sebuah proses yang dipergunakan untuk
mempersiapkan pegawai untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau lebih
tinggi di dalam organisasi. Pendidikan yang dilakukan organisasi berkaitan
3
Nisa Fadilah, 2014
yang berbeda dan lebih tinggi. Pegawai yang memiliki tingkat pendidikan lebih
tinggi akan memiliki kematangan secara emosional dan kemampuan intelektual
yang lebih baik dibanding pegawai yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih
rendah. Pegawai yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan bertindak
lebih terarah karena memiliki kemampuan koseptual yang lebih baik. Dengan
demikian maka pegawai berfikir positif terhadap prestasi kerja. Menurut
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, pasal 1,
ayat 1 menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, pendidikan yang ditempuh dapat berupa pendidikan formal ataupun
pendidikan nonformal. Pendidikan nasional, sebagai salah satu sistem dari supra
sistem pembangunan nasional memiliki tiga subsistem pendidikan yaitu
pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Sebagai
subsistem pertama disebut pendidikan sekolah sedangkan subsistem pendidikan
nonformal dan informal berada dalam cakupan pendidikan luar sekolah serta
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah
menetapkan pendidikan luar sekolah sebagai jalur dalam Sistem Pendidikan
Nasional dan diselenggarakan di dalam masyarakat, lembaga-lembaga dan
keluarga (Djudju Sudjana, 2004).
Satuan pendidikan nonformal, kursus dan pelatihan menyangkut proses
belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem
pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan
menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori. menurut
instruksi presiden no.15 tahun 1974.
4
Nisa Fadilah, 2014
agar mempunyai kemampuan profesional dan kompetensi yang bermutu dan relevan.
Pelatihan sebagai wadah untuk memberikan pengetahuan, di dalam
pelatihan adanya pelatih yang berkompeten. Pelatih berperan sebagai pengelola
pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan dan hasil
pembelajaran dalam pelatihan. Pelatih secara ideal memiliki kemampuan dasar,
akademik, personal dan vokasional. Kemampuan akademik pelatih harus memiliki
penguasaan materi pelatihan yang menjadi tanggung jawab pelatih. Kaitan dengan
metode dan teknik serta media pembelajaran, materi dengan materi lainnya, dan
penilaian hasil pembelajaan dan penilaian program dalam Sudjana (2007:240).
Untuk itu perlu adanya peran secara profesional untuk menuntut pelatihan tersebut
agar memenuhi standar minimal penyelenggaraan termasuk didalamnya adalah
peran pelatih. Karena peran pelatih sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya
kegiatan pelatihan.
Pada saat pegawai sudah memasuki dunia pensiun dimana tidak adanya
penghasilan yang jelas, maka peluang untuk mendapatkan penghasilan dengan
berwirausaha. Kewirausahaan bisa disebut dengan enterpteneur dimana dalam
kewirausahaan terletak pada kreativitas dan keinovasian, kreatifitas yang berfikir
mengenai sesuatu yang baru sedangkan inovasi yaitu bertindak melalukan sesuatu
yang baru. Wirausahawan mampu menciptakan sebuah nilai tambahan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menghadapi resiko dan
ketidakpastian melalui proses mengidentifikasi peluang dan sumber daya yang di
perlukan. Kamil (2012:118). Di dalam kewirausahaan terdapat kemampuan
berwirausaha dimana peserta dibekali kemampuan yang harus dimiliki oleh
wirausaha.
Pelatihan yang didasarkan kepada lembaga salah satunya adalah pelatihan
yang berada dalam naungan LP2ES. Lembaga LP2ES learning center merupakan
lembaga yang di gagas oleh koperasi pondok pesantren (kopontren) Daarut
Tauhiid pada bulan oktober 2011 yang bergerak di bidang pendidikan dan
pelatihan sumberdaya manusia. Lembaga ini berkonsentrasi dalam kegiatan
pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship serta leadership
5
Nisa Fadilah, 2014
program yang berkaitan dengan entrepreneurship, leadership dan ekonomi
syariah. Salah satunya LP2ES menyelenggarakan pelatihan pra purnabakti.
Pelatihan pra purnabakti yaitu pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga
LP2ES yang ditujukan kepada pegawai yang sudah mendekati pensiun atau masa
persiapan pensiun, LP2ES mengadakan pelatihan pra purnabakti dimaksudkan
memberikan pemahaman peserta akan arti masa pensiun dan permasalahannya,
sehingga peserta mampu memahami bagaimana cara memahami dan
mengembangkan potensi diri, peserta mendapatkan pemahaman pengetahuan
mengenai kemampuan berwirausaha dan bagaimana mengelola usaha yang
dimilikinya saat ini, membuka usaha dan untuk mempersiapkan pegawai
mewadahi pegawai untuk meminimalisir kesiapan peserta untuk pensiun, dan
peserta dapat memahami cara mengelola dana dan keuangan keluarga yang
efektif. Manfaat dari pelatihan pra purnabakti yaitu menyadari bahwa sikap pada
saat bekerja di perusahaan dengan diluar perusahaan (berwirausaha) berbeda,
sehingga ada perubahan motivasi berwirausaha, memahami kemampuan
berwirausaha, karakteristik wirausaha, kewirausahaan dan ekonomi syariah yang
mengundang barokah, dan memiliki pengetahuan praktis/terapan dalam memulai,
menjalankan dan mengelola kegiatan usaha.
Peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan ini lebih kepada tugas kantor,
keinginan dari dalam diri dan ketentuan dari perusahaan. Perusahaan biasanya
langsung memberikan data peserta ke LP2ES. Dalam pelaksanaan pelatihan pra
purnabakti selama 7 hari. Pelatihan ini menitikberatkan pada kemampuan
berwirausaha untuk mempersiapkan income baru setelah masa pensiun. Tetapi di
dalam pelatihan pra purnabakti yang diselenggarakan LP2ES tidak hanya
kewirausahaan tetapi persiapan pensiun secara psikologis, sosial, kesehatan atau persiapan secara fisik. Peserta pelatihan pra purnabakti diikuti oleh pasangan
suami-istri. Program pelatihan ini tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi
proses pembelajaran dilakukan di luar ruangan atau di luar kelas, sebagai proses
pembelajaran dari pengalaman serta mempunyai ciri khas dalam konteks spiritual.
Pelatih harus memahami program pelatihan secara menyeluruh. Dimulai
6
Nisa Fadilah, 2014
memahami karakteristik peserta pelatihan dan kebutuhannya Kamil (2012:12).
Keberhasilan pelatih dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari hasil pelatihan.
Keberhasilan pelatih dalam pelatihan dari pelatihan pra purnabakti alumni dari
pelatihan pra purnabakti seperti peserta dari PT Semen Gresik dari sejumlah
peserta 192 orang dengan 6 angkatan dimana para alumni tersebut 70 orang sudah
berwirausaha, 16 orang merintis usaha dan 106 merencanakan usaha. Peserta dari
PT pembangunan ancol dari sejumlah 123 orang dengan 4 angkatan dimana para
alumni tersebut 62 orang sudah berwirausaha, 20 orang merintis dan 16 orang
merencanakan wirausaha. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti
pelatihan pra purnabakti alumni sebagian besar merencanakan usaha.
Maka pelatihan pra purnabakti sangat penting untuk membekali pegawai,
agar ketika sudah memasuki pensiun, pegawai tidak perlu cemas dalam
menghadapi pensiun, agar pensiunan tersebut dapat menikmati masa pensiunnya
dengan bahagia.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti merasa
tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai “Peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha”.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka
berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh peneliti adalah
permasalahan hasil identifikasi yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Keberhasilan pelatih dapat dilihat dari hasil pelatihan yaitu sebagian besar
peserta pelatihan merencanakan usaha.
2. Program belajar yang memiliki ciri khas dalam konteks spiritualnya yang
jarang dimiliki oleh lembaga yang lain.
3. Pembelajaran dikemas tidak hanya materi berupa kewirausahaan tetapi materi
yang menyangkut persiapan pensiun secara psikologis, sosial, kesehatan atau
persiapan secara fisik.
Dari hal-hal yang sudah disebutkan diatas, bahwa permasalahan yang akan
7
Nisa Fadilah, 2014
kemampuan berwirausaha” Berdasarkan permasalahan tersebut, dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran pada pelatihan pra
purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?
2. Bagaimana peran pelatih sebagai fasilitator pembelajaran pada pelatihan pra
purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?
3. Bagaimana peran pelatih sebagai konsultan pembelajaran pada pelatihan pra
purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?
4. Apa saja faktor yang menghambat peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti
dalam kemampuan berwirausaha?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan jawaban-jawaban
terhadap masalah yang telah dirumuskan. Maka penulis merumuskan tujuan
penelitain sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai pengelola
pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai fasilitator
pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai konsultan
pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.
4. Untuk memperoleh gambaran tentang faktor yang menghambat peran pelatih
pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.
D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan kajian dan informasi tentang Pendidikan Luar Sekolah khususnya mengenai pelatihan pra
purnabakti di LP2ES dan dapat memperoleh pengetahuan mengenai kemampuan
berwirausaha.
2. Manfaat praktis
Pengalaman praktis bagi peneliti karena dapat mengaplikasikan teori-teori
8
Nisa Fadilah, 2014
E. Struktur Organisasi Skripsi
Pada penyusunan skripsi ini, peneliti memberikan gambaran sistematika
dalam penulisan skripsi untuk mempermudah penyusunan dan pembahasannya
yang terdiri dari:
BAB I : Pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
organisasi skripsi.
BAB II : Kajian pustaka mengenai konsep kewirausahaan dan pelatihan.
BAB III : Metode penelitian, membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.
BAB IV : Hasil penelitian BAB V : Kesimpulan dan saran Daftar Pustaka
Nisa Fadilah, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan Pelatihan Ekonomi Syariah
(LP2ES) yang berlokasi di jalan Geger Kalong Girang Baru No. 4 Bandung 40154.
Lokasi penelitian ini dipilih karena LP2ES merupakan lembaga yang berkonsentrasi
dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship serta
leadership yang berbasis Manajemen Qolbu (MQ).
2. Subjek Penelitian
Menurut Spradley dalam Sugiyono (2013:297) penelitian kualititatif tidak
menggunakan populasi, tetapi dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang
terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (pace),aktor (actors),dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi: didalamnya.
Pada penelitian kualitatif Sugiyono (2013:299) peneliti memasuki situasi sosial
tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan
wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersbut.
Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive,
yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Lebih lanjut Sugiyono
(2013:299) Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah
purporsive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu, yang dimaksud pertimbangan disini misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial
yang diteliti. Selain itu informan merupakan orang-orang yang berkompetensi
dibidangnya masing-masing dan rekomendasi dari lembaga.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah sebanyak enam orang yang
36
Nisa Fadilah, 2014
projject office, tiga orang peserta pelatihan. Jumlah tersebut didasarkan pada
pertimbangan bahwa penelitian kulitatif lebih mementingkan banyaknya informasi yang
mendalam dibandingkan jumlah informannya.
B.Desain Penelitian
Menurut Moleong (2013:127) menyatakan bahwa desain penelitian yang
dimaksud merupakan rancangan peneliti dari awal sampai akhir penelitian yang harus
dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, Desain untuk penelitian
ini terdapat beberapa tahapan penelitian yang dilakukan. Adapun langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu:
1 Tahap Pra Lapangan
Tahap awal ini yang dilakukan peneliti adalah menyusun proposal penelitian
yang diajukan kepada dewan skripsi untuk mendapatkan pembimbung dan persetujuan.
Setelah proposal skripsi disetujui kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Selanjutnya mengurus perizinan yang dimulai dari permohonan surat izin dengan
lembaga dan pihak-pihak yang bersangkutan. Peneliti melakukan observasi langsung ke
lokasi penelitian yang berlokasi di jalan Geger Kalong Girang Baru No. 4 Bandung
40154 agar memperoleh gambaran mengenai permasalahan.
2 Tahap Pelaksanaan Lapangan
Pada Tahap ini, tahap pencarian informasi data secara keseluruhan dengan
menimbang dan memilih data yang akan dijadikan masalah penelitian. Disini peneliti
menentukan subjek penelitian, menyusun instrumen penelitian dan mengumpulkan data.
Kemudian peneliti mengadakan pengamatan terhadap peran pelatih pada pelatihan pra
purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Partisipasi pembelajaran dengan subjek
penelitian dengan melakukan wawancara baik dengan peserta pelatihan, pelatih dan
penyelenggara. Pada tahap ini merupakan kegiatan peneliti dalam tahap pengumpulan data dan menganalisis data dalam menjawab permasalahan penelitian.
3 Tahap Analisis Data
Pada tahap ini merupakan tahap dimana peneliti mencari jawaban dan
menganalisis tentang masalah penelitian. Model yang dipakai peneliti merupakan yang
37
Nisa Fadilah, 2014
yang sudah didapat peneliti dengan lengkap terhadap obyek penelitian. Kemudian
analisis data dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi dengan cara
wawancara, observasi, mengamati, dan dokumentasi, sehingga data yang diperoleh lalu
diolah dengan peneliti menggunakan penelitian kualitatif.
4 Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan ini, peneliti melakukan kegiatan penyusunan data yang
didapat secara keseluruhan pada tahap kegiatan selama penelitian lapangan. Tahap
penulisan laporan merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian. Peneliti
berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan.
C.Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian dalam Semiawan (2012:5) mendefinisikan
metode penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis. Dikatakan sebagai „kegiatan ilmiah‟ karena penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. „Terencana‟ karena penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dan dan aksebilitas
terhadap tempat dan data.
Metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu
menggambarkan atau menerangkan gejala. Sedangkan pendekatan penelitian yang
digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan
pendekatan kualitiatif merujuk pada apa yang diungkapkan Menurut Sugiyono
(2013:15) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,
38
Nisa Fadilah, 2014
yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf
hidup manusia”.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian yang
dilakukan pada obyek yang alamiah dan lebih menekankan makna dari pada
generelisasi. Peneliti disini ingin memperoleh gambaran mengenai peran pelatih pada
pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha yang diadakan LP2ES
Bandung.
D.Definisi Operasional
Peneliti memberikan penjelasan mengenai definisi operasional yang berisi judul
serta yang menjadi fokus peneliti untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam
menafsirkan istilah-istilah dalam penulisan, maka penulis mendefinisikan dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Peranan
Menurut Soekanto (2007:212) perana (role) merupakan aspek dinamis
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Peran didasarkan pada preskripsi
(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Peran pada penelitian
ini adalah peran pelatih dalam pelatihan pra purnabakti.
2. Pelatih
Pelatih/fasilitator/narasumber kegiatan pelatihan adalah orang yang dipilih oleh
penyelenggara yang bertugas untuk menyampaikan material atau bahan pelatihan
kepada para peserta Kamil (2012:158). Pelatih yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pelatih yang memahami bagaimana perannya dalam pelatihan dan memahami bagaimana karakteristik peserta pelatihan dan yang memberikan pelatihan dan
bimbingan teknis kepada pekerja lain.
3. Kemampuan Berwirausaha
Kemampuan menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2011:10)
39
Nisa Fadilah, 2014
berusaha dengan sendirinya.( Diakses tanggal 29/12/2013)[Online] Joseph Schumpeter
dalam Josep Schumpeter dalam Alma (2013:24) yang menyatakan bahwa wirausaha adalah “orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah
bahan baku. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi yang sudah ada.” Yang dimaksud kemampuan berwirausaha pada pelatihan pra purnabakti yaitu peserta pelatihan
memiliki kemampuan dalam hal berwirausaha, agar setelah kegiatan pelatihan selesai,
peserta dapat membuka usaha.
4. Pelatihan
Edwin B. Flippo dalam Kamil (2012:3) mengemukakan bahwa: pelatihan adalah
tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu. Pelatihan pada penelitian ini adalah pelatihan pra
purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.
5. Pra Purnabakti
Pra Purnabakti merupakan masa persiapan pensiun sebuah konsep pelatihan
yang melibatkan peserta yang sudah memasuki masa pensiun. Yang didalamnya
melibatkan kegiatan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship
serta leadership yang berbasis Manajemen Qolbu (MQ) di LP2ES Bandung.
E.Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif, Sugiyono (2008:60) berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya. Dalam
penelitian kualitatif, Nasution (1988) dalam Sugiyono (2008:60) tidak ada pilihan lain
daripada menjadikan manusia sebagai isntrumen penelitian utama, alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
40
Nisa Fadilah, 2014
yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya penelitian itu
sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Berdasarkan paparan diatas maka penelitian kualitatif instrumen utamanya
adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan di kembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan
dapat melengkapi data dan membandingkan data dengan data yang telah ditemukan
melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan akan terjun ke lapangan sendiri, baik
pada ground tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data,
analisis dan membuat kesimpulan. Instrumen penelitian yang peneliti susun terdapat
tiga macam yaitu pedoman wawancara untuk pengelola pelatihan, pelatih dan peserta
pelatihan pra purnabakti.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008:62). Pengumpulan data dapat
dilakukan dalam kondisi alamiah (naturalsetting), berbagai sumber, dan berbagai cara.
Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data :
1. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2013:64) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Sejalan dengan hal itu Marshall dalam Sugiyono (2008:64) melalui observasi,
peneliti belajar tentang prilaku dan makna dari prilaku tersebut.
Sedangkan menurut Sudjana (1992:238) pengamatan atau observasi adalah kegiatan mempelajari suatu gejala dan peristiwa melalui upaya melihat dan mencatat
data atau informasi secara sistematis. Observasi merupakan teknik pengumpulan data
yang tidak menggunakan perkataan. Dilihat dari jenisnya, sudjana mengklasifikasikan
observasi menjadi observasi berpartisipasi, observasi non-partisipatif. Observasi
41
Nisa Fadilah, 2014
kegiatan yang sedang dilakukan atau dialami orang lain, sedangkan orang lain itu
mengetahui bahwa dia atau mereka sedang di observasi. Sedangkan dalam observasi
non-partisipatif yaitu penilai tidak melibatkan diri pada kegiatan yang dilakukan atau
dialami orang lain. Ia tidak berpura-pura sebagai anggota kelompok yang sedang di
observasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi berpartisipasi pasif
dimana peneliti hanya datang ke tempat kegiatan pelatihan yang diamati, tetapi tidak
ikut dalam kegaitan pelatihan itu.
Tabel 3.1
Pelaksanaan Observasi
No. Aspek Tanggal
Observasi
Lama Observasi
Alat
1. Proses Pelatihan 3-02-2014 ± 120 Menit Alat Tulis,
camera dan alat
perekam 4-02-2014 ± 120 Menit
5-02-2014 ± 120 Menit 9-02-2014 ± 120 Menit
Sumber: Pedoman Observasi 2014
2. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2008:72) mendefinisikan wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstrukikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam wawancara ini dilakukan
dalam bentuk tanya jawab dan diskusi yang mengarah pada peran pelatih dalam
meningkatkan kewirausahaan. Wawancara ini diminta agar responden memberikan
informasi sesuai dengan yang dialami, diperbuat atau dirasakan, yang pernah diketahui
ataupun dipelajari yang mengarah pada pelatihan pra purnabakti.
Sedangkan menurut Sudjana (1992:234) wawancara adalah proses pengumpulan
data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak
yang ditanya penjawab (interviewee). Wawancara dilakukan penanya dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Kunci keberhasilan dari
42
Nisa Fadilah, 2014
dimengerti oleh responden ia pun memiliki kecermatan dalam mengikuti jawaban dan
terampil memotivasi responden, penanya dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang
dilakukan penjawab.
Agar tidak menyimpang dari fokus penelitian, maka digunakan pedoman
wawancara yang diangkat dari fokus penelitian. Fokus dari wawancara adalah yang
mengarah pada: 1) pengelolaan pembelajaran 2) fasilitator pembelajaran 3) konsultan
pembelajaran 4) faktor yang menghambat. Kegiatan wawancara dilaksanakan secara
berkala ketika kegiatan pelatihan berlangsung selama 7 hari mulai dari 3-9 Februari.
Tabel 3.2
43
Nisa Fadilah, 2014
Faktor penghambat 5-02-2014 ± 70 Menit Pengelola
pembelajaran Fasilitator
pembelajaran Konsultan
pembelajaran Faktor penghambat
Aula Darul „ilmi
4. Peserta 4-02-2014 ± 20 Menit Pengelola
pembelajaran Fasilitator
pembelajaran Konsultan
pembelajaran
Faktor penghambat
Aula Darul „ilmi
9-02-2014 ± 20 Menit Pengelola
pembelajaran Fasilitator
pembelajaran Konsultan
pembelajaran
Faktor penghambat
Aula Darul „ilmi
Sumber: Pedoman Wawancara 2014
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2008:82) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar hidup, foto, dan lain-lain.
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. Penggunaan teknik dokumentasi ini dengan maksud untuk
44
Nisa Fadilah, 2014
agar hasil penelitian akan lebih kredibel/dapat dipercaya melalui berbagai dokumen
yang dipertanggungjawabkan selama peneliti berada di lapangan.
F. Triangulasi/Gabungan
Sugiyono (2008:83) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Terdapat dua jenis triangulasi, yaitu
1) triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, dan 2) triangulasi
sumber, dimana peneltiti mendapattkan data dari sumber yang berbeda dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang sama. Peneliti menggunakan observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data peran pelatih pada
pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha dengan mengecek kresibilitas
data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
G.Analisis Data
Menurut Bodgan dalam Sugiyono (2008:89) Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan
data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:92-99) sebagai berikut :
1. Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
45
Nisa Fadilah, 2014
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mecarinya bila diperlukan. Data
yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat
secara teliti dan rinci.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2008:95) penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam bentuk
catatan lapangan, sehingga akan mudah dipahami. Untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008:99) adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan
dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan
bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan Sugiyono (2008:99).
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu penarikan kesimpulan secara menyeluruh selama
peneliti menemukan data dilapangan. Sumber data yang terlibat dalam penelitian ini
Nisa Fadilah, 2014
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Sejarah Lembaga Pelatihan Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung
Lembaga Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung merupakan
lembaga yang digagas oleh Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Daarut
Tauhiid pada bulan Oktober 2011 yang bergerak dibidang pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia. Pada awalnya bernama lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Ekonomi Syariah Daarut Tauhiid (LP2ES Daarut Tauhiid), namun
seiring berjalannya waktu dan ruang lingkup garapan yang lebih luas maka
sekarang lebih dikenal dengan nama LP2ES Learning Center. Tageline yang
diangkat yaitu “awal kesuksesan anda”, ini bermakna bahwa LP2ES menjadi
pijakan awal menuju sukses yang ingi diraih oleh alumni, baik sukses dunia
maupun akhirat.
Lembaga ini berkonsentrasi dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan
kewirausahaan atau entrepreneurship serta leadership yang berbasis Manajemen
Qolbu (MQ). Metode pembelajaran yang selalu digunakan dalam semua pelatihan
yaitu GEKAS, yang merupakan akronim dari Gembira, Emosional, Larut, Ajarkan
dan Semangat. Sedangkan prinsip pembelajaran menggunakan prinsip “Gelas
Kosong”, yang mana selalu siap menerima ilmu dengan menempatkan diri selalu
berada dalam kondisi tidak tahu. Desain kurikulum program yang disiapkan
merupakan formula sederhana yang mencakup pemenuhan kebutuhan spiritual,
emosional, leadership dan financial dengan harapan mampu melahirkan individu-individu yang berjiwa leadership entrepreneur yang mampu membangun diri dan
menjalankan bisnis yang berbasis manajemen qolbu dengan mengedepankan
prinsip-prinsip syariah secara profesional.
Program-program yang dikembangkan adalah program yang berkaitan
dengan tema utama yaitu, Entrepreneurship, Leadership dan Ekonomi Syariah.
47
Nisa Fadilah, 2014
milik Kopontren Daarut Tauhiid dan puluhan rekanan pelatihan yang
dikembangkan dan dikelola secara profesional, para peserta pelatihan dapat
mengamati secara langsung bahkan terjun langsung dalam praktek lapangan agar
materi yang disampaikan selama pelatihan dapat diaplikasikan dan lebih
dipahami. LP2ES menyebutnya sebagai experiential learning sistem dengan
materi yang applicable dan jenis usaha yang dapat diadopsi di lingkungan
masing-masing. Leadership adalah satu program yang sangat di banggakan. Disini
akan berikan solusi untuk How To Lead with Learn To Lead. Bukan hanya belajar
menjadi atasan, tetapi juga bisa menjadi pemimpin bagi diri sendiri yang lebih
pentingnya. Ekonomi syariah adalah program yang akan membawa keberkahan
dalam aktivitas. Prinsip ekonomi syariah lebih menjadi solusi dalam
perkembangan dunia pada saat ini. program ini merupakan program masa depan
yang mencerahkan.
2. Visi dan Misi Lembaga a. Visi
Menuju Indonesia yang Mandiri dan Bermartabat.
b. Misi
1) Berperan aktif mensyiarkan wawasan kewirausahaan, kepemimpinan,
dan kesyariahan yang bercirikan nilai-nilai daarut tauhiid.
2) Menyelenggarakan pelatihan entrepreunership, leadership, dan
ekonomi syariah.
3) Menyelenggarakan pendidikan koperasi dan ekonomi syariah.
3. Struktur Kepengurusan Lembaga
Dalam menjalankan aktivitasnya, LP2ES - Learning Center dikelola oleh
15 orang manajemen. Strukturnya terdiri atas Direktur, para Manajer, dan juga Staf. Selain 15 orang pegawai tersebut, dalam pelaksanaan pelatihan, LP2ES -
Learning Center dibantu oleh Fasilitator-Fasilitator yang tergabung dalam
Fasilitator LP2ES Club (FLC). Adapun struktur lengkapnya sebagai berikut :
a. Direktur LP2ES : Abdul Rohim,.S.S
48
Nisa Fadilah, 2014
1) SPV Operasional : Yunus Al Faris
a) Operasional : Andri Permata S,S.E
b) Driver : Asep Suparman
c) Operasional : M.Kholil Wildan
c. Manager Marketing : Sulestiono, A.Md
1) SPV. R&D : Faozan Rahman, S.Pd
a) Desain Multimedia : Dadang Hermansyah, S.S
2) SPV. Marketing : Marhaban Syaiful Hamid, S.Pt
a) Marketing : Zaeni Muslim
b) Telemarketing : Ida Widiawati
B. Gambaran Umum Program Pelatihan Prapurnabakti 1. Latar Belakang
Pada dasarnya, pensiun dapat diartikan sebagai suatu titik dimana
seseorang telah berhenti bekerja yang biasanya disebabkan telah mencapai batas
umur yang sudah ditetapkan, kondisi fisik sudah tak memungkinkan atau karena
pihan pribadi. Sebagian orang memandang bahwa pensiun sebagai saat yang tepat
untuk memulai aktivitas baru, mengembangkan bakat, minat serta potensi yang
dimiliki dan memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri. Namun disisi lain
sebagian orang yang memiliki pandangan negatif terhadap pensiun, karena
menganggap pensiun sebagai kehilangan peran yang sangat signifikan, seperti
kehilangan jabatan dan fasilitas bagi yang memiliki jabatan, kehilangan sumber
mata pencaharian atau menurunnya pendapatan, adanya bayangan ketakuan akan
tak dihargai lagi setelah pensiun, dan sebagainya.
Masa pensiun sering pula dianggap sebagai suatu kenyataan yang tak
menyenangkan, sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang merasa cemas membayangkan kehidupan yang akan dijalani selepas pensiun. Salah satu dampak
negatif yang sering kali muncul akibat perspektif yang salah mengenai pensiun
ialah post power syndrome, yaitu gejala yang terjadi dimana seseorang pensiunan
hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (kekuasaan, jabatan,
49
Nisa Fadilah, 2014
menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi saat pensiun. Pelatihan persiapan
pensiun merupakan suatu yang penting dilaksanakan di PT. Bank Mandiri untuk
membekali pegawai yang akan memasuki masa prapurnabakti untuk
meminimalkan berbagai dampak negatif.
2. Tujuan Pelatihan Pra Purnabakti
1. Peserta memahami arti masa pensiun dan permasalahannya sehingga dapat
siap secara mental spiritual dalam menghadapi dan menjalalin masa
pensiun dengan tetap sehat dan bugar produktif.
2. Peserta memahami bagaimana cara hidup bugar, sehat dan sejahtera (lahir
batin) dimasa lansia.
3. Peseta dapat memahami bagaimana cara menemukan dan mengembangkan
potensi diri.
4. Peserta dapat memahami cara mengelola dana keuangan keluarga yang
efektif.
3. Waktu Penyelenggaraan
Waktu yang digunakan dalam pelatihan pra purnabakti yaitu 7 hari dari
tanggal 3-9 februari 2014. Lokasi pelatihan pra purnabakti dilaksanakan di hotel
Marbella Dago dan hotel MQ Guest House.
4. Media Pembelajaran
Media yang digunakan dalam pelatihan pra purnabakti yang terdiri atas
papan tulis, LCD, layar, laptop, ruangan kelas, dan alat tulis dengan tujuan untuk
mempermudah peserta pelatihan memahami pembelajaran.
5. Data Pengelola Program
Susunan pelaksanaan program pelatihan prapurnabakti yang dilakukan
LP2ES yaitu:
Tabel 4.1
Pengelola Pelatihan Pra Purnabakti
Nama Jabatan
Abdul Rohim, S.S. (Abro) Program Officer
Nano Taryono Project Officer
Feni Administrasi
Ruslan Class leader
50
Nisa Fadilah, 2014
Rahmat Hidayat Support pendamping
Andri Support pendamping
Yuli Support pendamping
Debby Support pendamping
Didi Anton Dokumentasi
Sumber: Pedoman wawancara dengan Operasional pelatihan Prapurnabakti LP2ES Bandung
6. Warga Belajar
Warga belajar pelatihan pra purnabakti adalah peserta yang berasal dari PT
Mandiri Persero, dimana jabatan peserta beragam. Dalam perekrutan peserta
pelatihan pada pelatihan ini yaitu semua karyawan PT Mandiri Persero sebanyak
28 orang dengan berpasangan suami-istri. Dimana ia masih aktif bekerja.
7. Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti Tabel 4.2
Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha
No. Nama Materi
1. Drs. Psy. Yono Budhiono, MBA., MSc.
Switch mental & Konsultasi Psikologi
2. Dr. Puti Rita Liswari, M.Sc.,M.Kes. Manajemen Hidup Sehat di Masa Lansia
3. Budi Prayitno Menghadapi Hidup dengan
Bening Hati
4. Iwan Hartawan - Produktifitas Asset dan Keuangan Keluarga
- Inspirasi Usaha Kecil Menengah 5. H. Ujang Karim - Pengantar Cashflow Quadrant
Game
- Kecerdasan Finansial & Bebas Finansial
6. Abdurrahman Yuri -Membangun Jiwa Enterpreneurship
7. Ahmad Badawi - Kisah Sukses Wirausaha Pensiun
8. Tomy Satyagraha, ST., MM. - Group Discussion Praktek Lapangan
- Penjelasan Tallent Result (Minat Wirausaha) 9. Astoto Slamet - Mandiri Purnabakti 10. Mulyadi Al Fadhil - Keluarga Harmonis
11. Ina Wiyandini - Penjelasan Usaha Kue Kering
51
Nisa Fadilah, 2014
Sumber: Pedoman wawancara dengan Operasional pelatihan Prapurnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha LP2ES Bandung.
8. Identitas Informan Penelitian
Subjek penelitian aspek terpenting dalam penelitian sebagai alat pencari
data atau pencarian jawaban. Subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak enam
orang, yang dijadikan sebagai informan penelitian yaitu dua orang pelatih, tiga
orang alumni pelatihan dan satu orang pengelola pelatihan pra purnabakti.
Tabel 4.3
Identitas Informan Penelitian
No. Nama Umur Pendidikan
Terakhir
Jabatan Kode Informan
1. Nano Taryono 34 SMK Project
Officer
P
2. Dr. Puti Rita Liswari, M.Sc.M.Kes
47 S2 Pelatih T1
3. Tomy
Satyagraha,ST.,MM.
36 S2 Pelatih T2
4. Endah Purwati 50 S1 Peserta PS1
5. Worowuryandari 51 S1 Peserta PS2
6. Latipah Nasution 51 S1 Peserta PS3
Sumber data: Pedoman Wawancara dengan subjek penelitian, Bandung 2014
Alasan peneliti mengambil subjek penelitian yaitu didasarkan pada tujuan
penelitian yang ingin mengetahui peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran,
fasilitator pembelajaran, konsultan pembelajaran dan faktor penghambat pada
pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Selain itu mereka
orang-orang yang berkompetensi dibidangnya masing-masing dan rekomendasi
dari lembaga. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013:299) purporsive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Yang dimaksud pertimbangan disini misalnya orang tersebut yang dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang
52
Nisa Fadilah, 2014
Berdasarkan tabel di atas, gambaran umum tentang akan dipaparkan
sebagai berikut:
a. Informan P
Informan P berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa beliau
berumur 34 tahun dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan lulusan sekolah
menengah kejuruan (SMK). Beliau menjabat sebagai project officer di LP2ES
Bandung.
b. Informan T1
Informan T1 berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa beliau
berumur 47 tahun dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan lulusan S2
kedokteran. Beliau berperan sebagai Pelatih di LP2ES Bandung pada pelatihan
pra purnabakti yang diselenggarakan pada tanggal 3 Februari-9 Februari 2014.
c. Informan T2
Informan T2 berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa beliau
berumur 36 tahun dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan lulusan S2. Beliau
menjabat sebagai direktur utama LP2ES Bandung, selain itu pada pelatihan pra
purnabakti ia berperan seabagi Pelatih.
d. Informan PS1
Informan PS1 berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
diperoleh data bahwa beliau sudah berumur 50 tahun, sudah berkeluarga, PS1
merupakan lulusan S1 beliau merupakan salah satu staf di PT Mandiri Persero.
PS1 mengikuti pelatihan pra purnabakti karena tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan mengikuti pelatihan untuk masa persiapan pensiun.
e. Informan PS2
Informan PS2 berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh data bahwa beliau sudah berumur 51 tahun, sudah berkeluarga, PS2
merupakan lulusan S1 beliau merupakan salah satu staf di PT Mandiri Persero.
PS1 mengikuti pelatihan pra purnabakti karena tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan mengikuti pelatihan untuk masa persiapan pensiun.
53
Nisa Fadilah, 2014
Informan PS3 berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
diperoleh data bahwa beliau sudah berumur 51 tahun, sudah berkeluarga, PS3
merupakan lulusan S1 beliau merupakan salah satu staf di PT Mandiri Persero.
PS3 mengikuti pelatihan pra purnabakti karena tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan mengikuti pelatihan untuk masa persiapan pensiun.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang mengacu pada pertanyaan penelitian
yang merupakan hasil wawancara terhadap informan yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini. Teknik wawancara dan observasi dalam mendeskripsikan hasil
penelitian yang dilakukan terhadap satu orang pengelola, dua orang Pelatih dan
tiga orang alumni peserta pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan
berwirausaha. Dan nama masing-masing informan diberi kode yaitu (P, T1, T2,
PS1, PS2, PS3). Adapun hasil hasil observasi dan wawancara pada pelatihan pra
purnabakti dalam kemampuan berwirausaha sebagai berikut:
Pada pembahasan ini, berdasarkan data yang dihimpun melalui observasi
partisipatif dan wawancara mendalam dengan informan maka diperoleh data dari
hasil observasi dan wawancara. Dari hasil observasi, data-data sebagai berikut:
Pertama, Tempat Pelatihan. Pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan
berwirausaha dilaksanakan di Hotel Marbella Dago tepatnya di aula Marbella
Dago dan Area DT tepatnya di Aula Daarul Ilmi Yang terdapat diruangan aula
adalah 50 kursi, satu buah layar, white board, sound sistem, LCD, 7 meja, yang
diletakan untuk peserta dan untuk narasumber, serta 1 laptop.
Kedua, Pengelola atau Penyelenggara. Pengelola bertugas menyiapkan
segala aktivitas dari mulai perencanaan pelatihan, dari mulai pembentukan kepanitiaan, keterlibatan tim marketing, program, dan menyiapkan tim Pelatih
yang berasal dari luar LP2ES dan dari LP2ES. Pelaksanaan pelatihan, pengeloa
bertugas memonitoring peserta pelatihan dan Pelatih, memberikan kata sambutan
kepada peserta pelatihan dan memonitoring Pelatih dan peserta pelatihan dalam
54
Nisa Fadilah, 2014
pelatihan, menyiapkan evaluasi untuk pemateri dan peserta, dan yang terakhir
mengadakan rapat akhir pelatihan, penutupan pelatihan, serta pembuatan laporan
hasil pelatihan.
Ketiga, Pelatih. Para Pelatih lebih banyak bertugas dan berperan dalam
kegiatan pembelajaran pelatihan, dan Pelatih selalu datang ketempat pelatihan 20
menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam setiap penampilannya
Pelatih selalu mengadakan kegiatan ice breaking hal tersebut dilakukan karena
bertujuan agar peserta tidak bosan dan jenuh di dalam kelas. Dalam penyampaian
materi, Pelatih menyampaikan dengan nyaman dan tidak membuat suasana
menjadi tegang melainkan suasana dikelas menjadi nyaman. Media yang
digunakan Pelatih dalam menyampaikan materi adalah LCD, white board, spidol.
Pelatih menggunakan video-video motivasi dan keberhasil Pelatih dalam
berwirausaha. Sehingga peserta mampu menyerap materi yang disampaikan
Pelatih.
Keempat, Peserta. Pada saat pelaksanaan pelatihan peserta bersemangat
dalam pembelajaran.peserta aktif dalam pembelajaran kelompok dan tanya jawab,
sehingga pelaksanaan pembelajaran lebih terasa hidup. Dipertengahan materi yang
disampaikan Pelatih, peserta sebagaian mengantuk ketika pelatihan berlangsung.
Berdasarkan dari hasil wawancara diperoleh data-data sebagai berikut:
1. Peran Pelatih sebagai Pengelola Pembelajaran pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha.
Pembahasan peran Pelatih sebagai pengelola pembelajaran pada pelatihan
pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha terdapat indikator perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Wawancara
dilaksanakan pada 4 dan 5 februari 2014 di aula Hotel Marbella Dago.
Tabel 4.4
Jawaban Informan untuk Indikator Perencanaan Pembelajaran
No. Pertanyaan Kode Jawaban
1. Siapa saja yang ikut terlibat dalam pembuatan perencanaan pembelajaran?
T1 Pengelola, Pelatih, Peserta T2 Pengelola, Pelatih, Peserta P Pengelola, Pelatih, Peserta PS1 Panitia dan Pelatih.
55
Nisa Fadilah, 2014
PS3 Panitia dan Pelatih. 2. Desain pembelajaran
seperti apa yang Pelatih buat untuk pelatihan ini?
T1 Desain yang sesuai dengan tema yang diminta, Ice breaking, perkenalan, sharing pengalaman, menampilkan video dan simulasi pengecekan darah. T2 Adanya analisis kebutuhan, membuat
alur, pembuatan isi materi yaitu ice breaking, perkenalan, pemberian materi. P Ice breaking, perkenalan, sharing
pengalaman, menampilkan video, simulasi, praktek, sesuai dengan materi yang disampaikan nantinya.
T1 Pelatih berasal dari luar, maka peran Pelatih disini hanya membuat konsep, dan hanya diberi tema dari panitia pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. T2 Pelatih berasal dari LP2ES, peran
Pelatih konten dari team Pelatih P Berperan dalam pembuatan materi
pembelajaran.
Sumber: Pedoman Wawancara dengan informan, 2014
Refleksi:
Dari tabel di atas, peran Pelatih sebagai pengelola pembelajaran dengan
indikator perencanaan pembelajaran, yang terlibat dalam pembuatan perencanaan
pembelajaran T1, T2 dan P mengungkapkan bahwa yang terlibat yaitu Pengelola,
Pelatih, Peserta. PS1, PS2 dan PS3 mengungkapkan Panitia dan Pelatih
Desain yang dibuat oleh Pelatih, T1 mengungkapkan desain yang sesuai
dengan tema yang diminta, ice breaking, perkenalan, sharing pengalaman,
menampilkan video dan simulasi pengecekan darah, T2 mengungkapkan adanya
analisis kebutuhan, membuat alur, pembuatan isi materi yaitu ice breaking,
perkenalan, pemberian materi. P mengungkapkan ice breaking, perkenalan,
sharing pengalaman, menampilkan video, simulasi, praktek, sesuai dengan materi
yang disampaikan nantinya.
Peran Pelatih dalam perencanaan pembelajaran T1 mengungkapkan
Pelatih berasal dari luar, maka peran Pelatih disini hanya membuat konsep, dan
56
Nisa Fadilah, 2014
berwirausaha. T2 mengungkapkan Pelatih berasal dari LP2ES, peran Pelatih
konten dari team Pelatih Dan P mengungkapkan berperan dalam pembuatan
materi pembelajaran.
Tabel 4.5
Jawaban Informan untuk indikator Pelaksanaan Pembelajaran
No. Pertanyaan Kode Jawaban disini saya pemberian materi, simulasi, periksa darah, periksa nadi.
T2 Menyesuaikan kebutuhan peserta, sehingga adanya analisis penelusuran bakat lalu disampaikan dengan menampilkan video yang membangun, sehingga peserta tidak bosan dengan pembelajaran.
P Sharing pengalaman, menampilkan video yang membangun dan praktek. PS1 Sharing pengalaman, menampilkan
video, adannya simulasi praktek oleh Dr dan pemberian motivasi kepada peserta. PS2 Sharing pengalaman, menampilkan
video, adannya simulasi praktek oleh Dr dan pemberian motivasi kepada peserta. PS3 Sharing pengalaman, menampilkan
video, adannya simulasi praktek oleh Dr. 2. Metode apa saja yang
PS1 Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game.
PS2 Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game.
PS3 Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game. disampaikan tidak terlalu awam melainkan lebih ke ilmiah sehingga ratingnya cukup bagus.