• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PELATIH PADA PELATIHAN PRA PURNABAKTI DALAM KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA : Studi Deskriptif di LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PELATIH PADA PELATIHAN PRA PURNABAKTI DALAM KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA : Studi Deskriptif di LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PELATIH PADA PELATIHAN PRA PURNABAKTI DALAM KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA

(Studi Deskriptif di LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Nisa Fadilah 0901514

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 2014

(2)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peran Pelatih Pada

Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan berwirausaha” ini beserta isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, Februari, 2014 Yang membuat pernyataan,

Nisa Fadilah

(3)

Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam

Kemampuan Berwirausaha

(Studi Deskriptif Gegerkalong Girang Baru Bandung)

Oleh Nisa Fadilah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nisa Fadilah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

NISA FADILAH NIM. 0901514

PERAN PELATIH PADA PELATIHAN PRA PURNABAKTI DALAM KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA

(Studi Deskriptif LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : PEMBIMBING I

Dr. H. Elih Sudiapermana, M.Pd NIP. 19611114 198703 1 001

PEMBIMBING II

Dr. H. Uyu Wahyudin, M.Pd NIP. 19600926 198503 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Luar Sekolah

(5)

Nisa Fadilah, 2014

ABSTRAK

Nisa Fadilah, 0901514. Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha (Studi Deskriptif di LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya pegawai yang sudah memasuki dunia pensiun yang tidak memiliki penghasilan yang jelas, maka diadakannya pelatihan pra purnabakti. Peran pelatih dalam pelatihan menentukan keberhasilan pelatihan yang telah diselenggarakan. Oleh karena itu pada pembahasan ini peneliti tertarik untuk meneliti peran trainer pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran, fasiltator pembelajaran, konsultan pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha,2) memperoleh gambaran tentang faktor yang menghambat peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung.

Hasil penelitian menemukan bahwa; 1) dalam perannya pelatih sebagai pengelola pembelajaran, pelatih lebih menempatkan diri pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, sementara pada evaluasi pembelajaran dilakukan oleh pihak lain. 2) peran pelatih sebagai fasilitator memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta pelatihan. 3) peran pelatih sebagai konsultan diantaranya adalah memberikan solusi masalah (pemecah masalah) sehingga peserta pelatihan mendapatkan solusi dari masalah yang sedang mereka hadapi. 4) faktor yang menghambat yaitu sulitnya mengumpulkan SDM, sulitnya mencari pelatihan yang sesuai dengan pelatihan, pelaksanaan evaluasi program dilakukan perusahaan bukan lembaga.

(6)

Nisa Fadilah, 2014

ABSTRACT

Nisa Fadilah, 0901514. Trainer’s Role in Pre-Retirement Training of Entrepreneurship Skill (Descriptive study in LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)

The background of the study is the existence of employees who come to the retirement world and do not have the obvious income. In order to overcome the issue, Pre-Retirement Training is conducted. Trainer’s role in the training determines the success of the conducted training. Moreover, in this discussion, writer is interested in studying the trainer’s role in trainer’s role in pre-retirement training of entrepreneurship skill. The objective of this study is to 1) acquire the

description of the trainer’s role as learning manager, facilitator, and consultant in

pre-retirement training of entrepreneurship skill, 2) acquire the description of

factors which resist the trainer’s role in pre-retirement training of entrepreneurship skill. The method used in this study is descriptive method with qualitative approach. The data collection methods used in the study is observation, interview, documentation, and triangulation. The study is conducted in Institute of Islamic Economics Education and Training (LP2ES) Bandung.

The result of the study shows that; 1) in the role of learning manager, the trainer situates themselves more on planning and implementation of learning,

meanwhile the learning evaluation is conducted by other parties. 2) Trainer’s role

as facilitator presents the motivation and support to the training participants. 3)

Trainer’s role as consultant provides solution of the problem (problem solver) so that the participants get the solution of the problems they face. 4) The resisted factor are the difficulties in collecting the Human Resources, the difficulties in finding the right trainers for the right training, and program evaluation is conducted by the corporate not by the institution.

(7)

Nisa Fadilah, 2014

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Kewirausahaan ... 9

1. Pengertian Kewirausahaan ... 9

1. Kemampuan Berwirausaha ... 10

2. Karakteristik Kewirausahaan ... 11

B. Konsep Pelatihan ... 12

1. Pengertian Pelatihan ... 10

2. Tujuan Pelatihan ... 13

3. Prinsip-Prinsip Pelatihan ... 14

4. Manajemen Pelatihan ... 15

5. Komponen Pelatihan ... 18

6. Peranan ... 20

7. Pengertian Pelatih ... 22

8. Peranan Pelatih dalam Pelatihan ... 22

9. Kompetensi Pelatih ... 23

10.Tugas Pelatih dalam Pembelajaran ... 26

11.Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah ... 29

12.Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 31

13.Ciri-Ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 32

14.Fungsi Pendidikan Luar Sekolah ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35

1. Lokasi Penelitian ... 35

2. Subjek Penelitian ... 35

(8)

viii

Nisa Fadilah, 2014

1. Tahap Pra Lapangan ... 36

2. Tahap Pelaksanaan Lapangan ... 37

3. Tahap Analisis Data ... 37

4. Tahap Penulisan Laporan ... 37

C. Metode Penelitian ... 37

D. Definisi Operasional ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Analisis Data ... 43

1. Reduksi data ... 43

2. Penyajian data ... 43

3. Penarik kesimpulan/Verifikasi ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Sejarah Lembaga Pelatihan Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung ... 46

2. Visi dan Misi Lembaga ... 47

3. Struktur Kepengurusan Lembaga ... 47

B. Gambaran Umum Program Pelatihan Prapurnabakti ... 48

1. Latar Belakang ... 48

2. Tujuan Pelatihan Pra Purnabakti ... 49

3. Waktu Penyelenggaraan ... 49

4. Media Pembelajaran ... 49

5. Data Pengelola Program ... 49

6. Warga Belajar ... 50

7. Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti ... 50

8. Identitas informan Penelitian ... 51

C. Deskripsi Hasil Penelitian 53 1. Peran Pelatih Sebagai Pengelola Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 54

2. Peran Pelatih Sebagai Fasilitator Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 59

3. Peran Pelatih Sebagai Konsultan Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 64

4. Faktor Penghambat Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 67

D. Pembahasan Hasil Penelitian 70 1. Peran Pelatih Sebagai Pengelola Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 71 2. Peran Pelatih Sebagai Fasilitator Pembelajaran Pada

(9)

ix

Nisa Fadilah, 2014

Berwirausaha ... 73 3. Peran Pelatih Sebagai Konsultan Pembelajaran Pada

Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 74 4. Faktor Penghambat Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra

Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 75

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

Nisa Fadilah, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Sebagai makhluk hidup manusia harus bekerja untuk dapat

mempertahankan hidupnya, karena dengan bekerja segala yang berhubungan

dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan akan dapat terpenuhi.

Bertambahnya usia mengakibatkan seseorang menjadi semakin melemah secara

fisik terutama pada mereka yang berada pada usia lanjut. Hal ini berpengaruh

terhadap produktifitas seseorang di dalam bekerja, sehingga di sebagian

perusahaan diberlakukan yang namanya sistem pensiun. Pensiunan merupakan

masa dimana para karyawan telah menginjak masa tidak produktif bagi suatu

perusahaan. Suatu perusahaan memiliki sebuah kewenangan kepada para

karyawannya, sampai pada usia berapa karyawan perusahaan tersebut masih layak

bekerja di perusahaan bersangkutan. Pensiun pada usia 56 tahun telah ditetapkan

oleh berbagai perusahaan, misalnya PT Mandiri Persero. Hal ini terjadi karena,

pada dasarnya seseorang yang berada pada usia 56 tahun ke atas adalah mereka

yang berada/menginjak suatu kondisi yang dinamakan masa pra-lansia, dimana

pada masa pra-lansia inilah seseorang akan mengalami suatu proses yang

mengubah keadaan yang tadinya sehat menjadi berangsur-angsur melemah

dengan berkurangnya cadangan kemampuan sistem fisiologis dan kerentanan

terhadap penyakit dan diikuti kematian.

Masa pensiun pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu titik dimana

seseorang telah berhenti bekerja yang biasanya disebabkan telah mencapainya

batas umur yang ditetapkan, kondisi fisik sudah tak memungkinkan atau karena pilihan pribadi. Sebagian orang memandang bahwa pensiun sebagai saat yang

tepat untuk memulai aktivitas baru, mengembangkan bakat, minat serta potensi

yang dimiliki, dan memiliki banyak waktu luang untuk dirinya sendiri. Namun

disisi lain sebagian orang memiliki pandangan negatif terhadap pensiun, karena

menganggap pensiun sebagai kehilangan peran yang sangat signifikan, seperti

(11)

2

Nisa Fadilah, 2014

pencaharian atau menurutnya pendapatan, adanya bayangan ketakutan akan tak

dihargai lagi setelah pensiun, dan sebagainya.

Masa pensiun sering pula di anggap sebagai suatu kenyataan yang tak

menyenangkan, sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang merasa cemas

membayangkan kehidupan yang akan dijalani selepas pensiun. Salah satu dampak

negatif yang sering kali muncul akibat perspektif yang salah mengenai pensiun

hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (kekuasaan, jabatan,

penghasilan, fasilitas, persepsi, dsb.) dan tak bisa memandang realita atau

menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi saat pensiun. Individu yang

bekerja, baik pada sektor pemerintahan maupun swasta, pada saatnya nanti pasti

akan mengalami suatu klimaks dalam pekerjaannya. Klimaks kerja

masing-masing individu dipengaruhi oleh banyak faktor, dan masing-masing-masing-masing faktor

mempunyai interaksi yang berbeda-beda antara individu satu dengan yang lain.

Meskipun demikian, perubahan kekuatan dan ketahanan kerja, tetap bersifat relatif

pada kehidupan masing-masing individu. Berkaitan dengan fenomena ini maka

perlu adanya program persiapan masa pensiun atau pra purnabakti yang

difasilitasi lembaga untuk menjadi pengingat bahwa pensiun penting untuk mulai

disiapkan dalam Syakhrudin 2013.

Berdasarkan pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1979 bahwa

PNS yang akan mencapai usia 56 tahun dapat di bebaskan dari jabatannya untuk

paling lama 1 (satu) tahun dengan mendapatkan penghasilan berdasarkan

peraturan perundanga-undangan yang berlaku. Berkenaan dengan hal tersebut,

maka sebelum diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negri sipil dengan

hak pensiun kepadanya dapat diberikan tugas masa persiapan pensiun (MPP)

untuk paling lama 1 (satu) tahun sejak yang bersangkutan di berhentikan dari jabatannya, dan mendapat penghasilan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku kecuali tunjangan pejabat.

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dipergunakan untuk

mempersiapkan pegawai untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau lebih

tinggi di dalam organisasi. Pendidikan yang dilakukan organisasi berkaitan

(12)

3

Nisa Fadilah, 2014

yang berbeda dan lebih tinggi. Pegawai yang memiliki tingkat pendidikan lebih

tinggi akan memiliki kematangan secara emosional dan kemampuan intelektual

yang lebih baik dibanding pegawai yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih

rendah. Pegawai yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan bertindak

lebih terarah karena memiliki kemampuan koseptual yang lebih baik. Dengan

demikian maka pegawai berfikir positif terhadap prestasi kerja. Menurut

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, pasal 1,

ayat 1 menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia, pendidikan yang ditempuh dapat berupa pendidikan formal ataupun

pendidikan nonformal. Pendidikan nasional, sebagai salah satu sistem dari supra

sistem pembangunan nasional memiliki tiga subsistem pendidikan yaitu

pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Sebagai

subsistem pertama disebut pendidikan sekolah sedangkan subsistem pendidikan

nonformal dan informal berada dalam cakupan pendidikan luar sekolah serta

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah

menetapkan pendidikan luar sekolah sebagai jalur dalam Sistem Pendidikan

Nasional dan diselenggarakan di dalam masyarakat, lembaga-lembaga dan

keluarga (Djudju Sudjana, 2004).

Satuan pendidikan nonformal, kursus dan pelatihan menyangkut proses

belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem

pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan

menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori. menurut

instruksi presiden no.15 tahun 1974.

(13)

4

Nisa Fadilah, 2014

agar mempunyai kemampuan profesional dan kompetensi yang bermutu dan relevan.

Pelatihan sebagai wadah untuk memberikan pengetahuan, di dalam

pelatihan adanya pelatih yang berkompeten. Pelatih berperan sebagai pengelola

pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan dan hasil

pembelajaran dalam pelatihan. Pelatih secara ideal memiliki kemampuan dasar,

akademik, personal dan vokasional. Kemampuan akademik pelatih harus memiliki

penguasaan materi pelatihan yang menjadi tanggung jawab pelatih. Kaitan dengan

metode dan teknik serta media pembelajaran, materi dengan materi lainnya, dan

penilaian hasil pembelajaan dan penilaian program dalam Sudjana (2007:240).

Untuk itu perlu adanya peran secara profesional untuk menuntut pelatihan tersebut

agar memenuhi standar minimal penyelenggaraan termasuk didalamnya adalah

peran pelatih. Karena peran pelatih sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya

kegiatan pelatihan.

Pada saat pegawai sudah memasuki dunia pensiun dimana tidak adanya

penghasilan yang jelas, maka peluang untuk mendapatkan penghasilan dengan

berwirausaha. Kewirausahaan bisa disebut dengan enterpteneur dimana dalam

kewirausahaan terletak pada kreativitas dan keinovasian, kreatifitas yang berfikir

mengenai sesuatu yang baru sedangkan inovasi yaitu bertindak melalukan sesuatu

yang baru. Wirausahawan mampu menciptakan sebuah nilai tambahan untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menghadapi resiko dan

ketidakpastian melalui proses mengidentifikasi peluang dan sumber daya yang di

perlukan. Kamil (2012:118). Di dalam kewirausahaan terdapat kemampuan

berwirausaha dimana peserta dibekali kemampuan yang harus dimiliki oleh

wirausaha.

Pelatihan yang didasarkan kepada lembaga salah satunya adalah pelatihan

yang berada dalam naungan LP2ES. Lembaga LP2ES learning center merupakan

lembaga yang di gagas oleh koperasi pondok pesantren (kopontren) Daarut

Tauhiid pada bulan oktober 2011 yang bergerak di bidang pendidikan dan

pelatihan sumberdaya manusia. Lembaga ini berkonsentrasi dalam kegiatan

pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship serta leadership

(14)

5

Nisa Fadilah, 2014

program yang berkaitan dengan entrepreneurship, leadership dan ekonomi

syariah. Salah satunya LP2ES menyelenggarakan pelatihan pra purnabakti.

Pelatihan pra purnabakti yaitu pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga

LP2ES yang ditujukan kepada pegawai yang sudah mendekati pensiun atau masa

persiapan pensiun, LP2ES mengadakan pelatihan pra purnabakti dimaksudkan

memberikan pemahaman peserta akan arti masa pensiun dan permasalahannya,

sehingga peserta mampu memahami bagaimana cara memahami dan

mengembangkan potensi diri, peserta mendapatkan pemahaman pengetahuan

mengenai kemampuan berwirausaha dan bagaimana mengelola usaha yang

dimilikinya saat ini, membuka usaha dan untuk mempersiapkan pegawai

mewadahi pegawai untuk meminimalisir kesiapan peserta untuk pensiun, dan

peserta dapat memahami cara mengelola dana dan keuangan keluarga yang

efektif. Manfaat dari pelatihan pra purnabakti yaitu menyadari bahwa sikap pada

saat bekerja di perusahaan dengan diluar perusahaan (berwirausaha) berbeda,

sehingga ada perubahan motivasi berwirausaha, memahami kemampuan

berwirausaha, karakteristik wirausaha, kewirausahaan dan ekonomi syariah yang

mengundang barokah, dan memiliki pengetahuan praktis/terapan dalam memulai,

menjalankan dan mengelola kegiatan usaha.

Peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan ini lebih kepada tugas kantor,

keinginan dari dalam diri dan ketentuan dari perusahaan. Perusahaan biasanya

langsung memberikan data peserta ke LP2ES. Dalam pelaksanaan pelatihan pra

purnabakti selama 7 hari. Pelatihan ini menitikberatkan pada kemampuan

berwirausaha untuk mempersiapkan income baru setelah masa pensiun. Tetapi di

dalam pelatihan pra purnabakti yang diselenggarakan LP2ES tidak hanya

kewirausahaan tetapi persiapan pensiun secara psikologis, sosial, kesehatan atau persiapan secara fisik. Peserta pelatihan pra purnabakti diikuti oleh pasangan

suami-istri. Program pelatihan ini tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi

proses pembelajaran dilakukan di luar ruangan atau di luar kelas, sebagai proses

pembelajaran dari pengalaman serta mempunyai ciri khas dalam konteks spiritual.

Pelatih harus memahami program pelatihan secara menyeluruh. Dimulai

(15)

6

Nisa Fadilah, 2014

memahami karakteristik peserta pelatihan dan kebutuhannya Kamil (2012:12).

Keberhasilan pelatih dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari hasil pelatihan.

Keberhasilan pelatih dalam pelatihan dari pelatihan pra purnabakti alumni dari

pelatihan pra purnabakti seperti peserta dari PT Semen Gresik dari sejumlah

peserta 192 orang dengan 6 angkatan dimana para alumni tersebut 70 orang sudah

berwirausaha, 16 orang merintis usaha dan 106 merencanakan usaha. Peserta dari

PT pembangunan ancol dari sejumlah 123 orang dengan 4 angkatan dimana para

alumni tersebut 62 orang sudah berwirausaha, 20 orang merintis dan 16 orang

merencanakan wirausaha. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti

pelatihan pra purnabakti alumni sebagian besar merencanakan usaha.

Maka pelatihan pra purnabakti sangat penting untuk membekali pegawai,

agar ketika sudah memasuki pensiun, pegawai tidak perlu cemas dalam

menghadapi pensiun, agar pensiunan tersebut dapat menikmati masa pensiunnya

dengan bahagia.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti merasa

tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai “Peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha”.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka

berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh peneliti adalah

permasalahan hasil identifikasi yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Keberhasilan pelatih dapat dilihat dari hasil pelatihan yaitu sebagian besar

peserta pelatihan merencanakan usaha.

2. Program belajar yang memiliki ciri khas dalam konteks spiritualnya yang

jarang dimiliki oleh lembaga yang lain.

3. Pembelajaran dikemas tidak hanya materi berupa kewirausahaan tetapi materi

yang menyangkut persiapan pensiun secara psikologis, sosial, kesehatan atau

persiapan secara fisik.

Dari hal-hal yang sudah disebutkan diatas, bahwa permasalahan yang akan

(16)

7

Nisa Fadilah, 2014

kemampuan berwirausaha” Berdasarkan permasalahan tersebut, dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran pada pelatihan pra

purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?

2. Bagaimana peran pelatih sebagai fasilitator pembelajaran pada pelatihan pra

purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?

3. Bagaimana peran pelatih sebagai konsultan pembelajaran pada pelatihan pra

purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?

4. Apa saja faktor yang menghambat peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti

dalam kemampuan berwirausaha?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan jawaban-jawaban

terhadap masalah yang telah dirumuskan. Maka penulis merumuskan tujuan

penelitain sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai pengelola

pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai fasilitator

pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.

3. Untuk memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai konsultan

pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.

4. Untuk memperoleh gambaran tentang faktor yang menghambat peran pelatih

pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan kajian dan informasi tentang Pendidikan Luar Sekolah khususnya mengenai pelatihan pra

purnabakti di LP2ES dan dapat memperoleh pengetahuan mengenai kemampuan

berwirausaha.

2. Manfaat praktis

Pengalaman praktis bagi peneliti karena dapat mengaplikasikan teori-teori

(17)

8

Nisa Fadilah, 2014

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pada penyusunan skripsi ini, peneliti memberikan gambaran sistematika

dalam penulisan skripsi untuk mempermudah penyusunan dan pembahasannya

yang terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur

organisasi skripsi.

BAB II : Kajian pustaka mengenai konsep kewirausahaan dan pelatihan.

BAB III : Metode penelitian, membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV : Hasil penelitian BAB V : Kesimpulan dan saran Daftar Pustaka

(18)

Nisa Fadilah, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan Pelatihan Ekonomi Syariah

(LP2ES) yang berlokasi di jalan Geger Kalong Girang Baru No. 4 Bandung 40154.

Lokasi penelitian ini dipilih karena LP2ES merupakan lembaga yang berkonsentrasi

dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship serta

leadership yang berbasis Manajemen Qolbu (MQ).

2. Subjek Penelitian

Menurut Spradley dalam Sugiyono (2013:297) penelitian kualititatif tidak

menggunakan populasi, tetapi dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang

terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (pace),aktor (actors),dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi: didalamnya.

Pada penelitian kualitatif Sugiyono (2013:299) peneliti memasuki situasi sosial

tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan

wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersbut.

Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive,

yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Lebih lanjut Sugiyono

(2013:299) Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah

purporsive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu, yang dimaksud pertimbangan disini misalnya orang tersebut

yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial

yang diteliti. Selain itu informan merupakan orang-orang yang berkompetensi

dibidangnya masing-masing dan rekomendasi dari lembaga.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah sebanyak enam orang yang

(19)

36

Nisa Fadilah, 2014

projject office, tiga orang peserta pelatihan. Jumlah tersebut didasarkan pada

pertimbangan bahwa penelitian kulitatif lebih mementingkan banyaknya informasi yang

mendalam dibandingkan jumlah informannya.

B.Desain Penelitian

Menurut Moleong (2013:127) menyatakan bahwa desain penelitian yang

dimaksud merupakan rancangan peneliti dari awal sampai akhir penelitian yang harus

dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, Desain untuk penelitian

ini terdapat beberapa tahapan penelitian yang dilakukan. Adapun langkah-langkah yang

harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu:

1 Tahap Pra Lapangan

Tahap awal ini yang dilakukan peneliti adalah menyusun proposal penelitian

yang diajukan kepada dewan skripsi untuk mendapatkan pembimbung dan persetujuan.

Setelah proposal skripsi disetujui kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

Selanjutnya mengurus perizinan yang dimulai dari permohonan surat izin dengan

lembaga dan pihak-pihak yang bersangkutan. Peneliti melakukan observasi langsung ke

lokasi penelitian yang berlokasi di jalan Geger Kalong Girang Baru No. 4 Bandung

40154 agar memperoleh gambaran mengenai permasalahan.

2 Tahap Pelaksanaan Lapangan

Pada Tahap ini, tahap pencarian informasi data secara keseluruhan dengan

menimbang dan memilih data yang akan dijadikan masalah penelitian. Disini peneliti

menentukan subjek penelitian, menyusun instrumen penelitian dan mengumpulkan data.

Kemudian peneliti mengadakan pengamatan terhadap peran pelatih pada pelatihan pra

purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Partisipasi pembelajaran dengan subjek

penelitian dengan melakukan wawancara baik dengan peserta pelatihan, pelatih dan

penyelenggara. Pada tahap ini merupakan kegiatan peneliti dalam tahap pengumpulan data dan menganalisis data dalam menjawab permasalahan penelitian.

3 Tahap Analisis Data

Pada tahap ini merupakan tahap dimana peneliti mencari jawaban dan

menganalisis tentang masalah penelitian. Model yang dipakai peneliti merupakan yang

(20)

37

Nisa Fadilah, 2014

yang sudah didapat peneliti dengan lengkap terhadap obyek penelitian. Kemudian

analisis data dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi dengan cara

wawancara, observasi, mengamati, dan dokumentasi, sehingga data yang diperoleh lalu

diolah dengan peneliti menggunakan penelitian kualitatif.

4 Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan ini, peneliti melakukan kegiatan penyusunan data yang

didapat secara keseluruhan pada tahap kegiatan selama penelitian lapangan. Tahap

penulisan laporan merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian. Peneliti

berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan.

C.Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian dalam Semiawan (2012:5) mendefinisikan

metode penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis. Dikatakan sebagai „kegiatan ilmiah‟ karena penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. „Terencana‟ karena penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dan dan aksebilitas

terhadap tempat dan data.

Metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu

menggambarkan atau menerangkan gejala. Sedangkan pendekatan penelitian yang

digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan

pendekatan kualitiatif merujuk pada apa yang diungkapkan Menurut Sugiyono

(2013:15) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,

(21)

38

Nisa Fadilah, 2014

yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf

hidup manusia”.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian yang

dilakukan pada obyek yang alamiah dan lebih menekankan makna dari pada

generelisasi. Peneliti disini ingin memperoleh gambaran mengenai peran pelatih pada

pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha yang diadakan LP2ES

Bandung.

D.Definisi Operasional

Peneliti memberikan penjelasan mengenai definisi operasional yang berisi judul

serta yang menjadi fokus peneliti untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam

menafsirkan istilah-istilah dalam penulisan, maka penulis mendefinisikan dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Peranan

Menurut Soekanto (2007:212) perana (role) merupakan aspek dinamis

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan

kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Peran didasarkan pada preskripsi

(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus

lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka

sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Peran pada penelitian

ini adalah peran pelatih dalam pelatihan pra purnabakti.

2. Pelatih

Pelatih/fasilitator/narasumber kegiatan pelatihan adalah orang yang dipilih oleh

penyelenggara yang bertugas untuk menyampaikan material atau bahan pelatihan

kepada para peserta Kamil (2012:158). Pelatih yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pelatih yang memahami bagaimana perannya dalam pelatihan dan memahami bagaimana karakteristik peserta pelatihan dan yang memberikan pelatihan dan

bimbingan teknis kepada pekerja lain.

3. Kemampuan Berwirausaha

Kemampuan menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2011:10)

(22)

39

Nisa Fadilah, 2014

berusaha dengan sendirinya.( Diakses tanggal 29/12/2013)[Online] Joseph Schumpeter

dalam Josep Schumpeter dalam Alma (2013:24) yang menyatakan bahwa wirausaha adalah “orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah

bahan baku. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi yang sudah ada.” Yang dimaksud kemampuan berwirausaha pada pelatihan pra purnabakti yaitu peserta pelatihan

memiliki kemampuan dalam hal berwirausaha, agar setelah kegiatan pelatihan selesai,

peserta dapat membuka usaha.

4. Pelatihan

Edwin B. Flippo dalam Kamil (2012:3) mengemukakan bahwa: pelatihan adalah

tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk

melaksanakan pekerjaan tertentu. Pelatihan pada penelitian ini adalah pelatihan pra

purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.

5. Pra Purnabakti

Pra Purnabakti merupakan masa persiapan pensiun sebuah konsep pelatihan

yang melibatkan peserta yang sudah memasuki masa pensiun. Yang didalamnya

melibatkan kegiatan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship

serta leadership yang berbasis Manajemen Qolbu (MQ) di LP2ES Bandung.

E.Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif, Sugiyono (2008:60) berfungsi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas

data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya. Dalam

penelitian kualitatif, Nasution (1988) dalam Sugiyono (2008:60) tidak ada pilihan lain

daripada menjadikan manusia sebagai isntrumen penelitian utama, alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus

penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang

diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

(23)

40

Nisa Fadilah, 2014

yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya penelitian itu

sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan paparan diatas maka penelitian kualitatif instrumen utamanya

adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka

kemungkinan akan di kembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan

dapat melengkapi data dan membandingkan data dengan data yang telah ditemukan

melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan akan terjun ke lapangan sendiri, baik

pada ground tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data,

analisis dan membuat kesimpulan. Instrumen penelitian yang peneliti susun terdapat

tiga macam yaitu pedoman wawancara untuk pengelola pelatihan, pelatih dan peserta

pelatihan pra purnabakti.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008:62). Pengumpulan data dapat

dilakukan dalam kondisi alamiah (naturalsetting), berbagai sumber, dan berbagai cara.

Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data :

1. Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2013:64) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Sejalan dengan hal itu Marshall dalam Sugiyono (2008:64) melalui observasi,

peneliti belajar tentang prilaku dan makna dari prilaku tersebut.

Sedangkan menurut Sudjana (1992:238) pengamatan atau observasi adalah kegiatan mempelajari suatu gejala dan peristiwa melalui upaya melihat dan mencatat

data atau informasi secara sistematis. Observasi merupakan teknik pengumpulan data

yang tidak menggunakan perkataan. Dilihat dari jenisnya, sudjana mengklasifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi, observasi non-partisipatif. Observasi

(24)

41

Nisa Fadilah, 2014

kegiatan yang sedang dilakukan atau dialami orang lain, sedangkan orang lain itu

mengetahui bahwa dia atau mereka sedang di observasi. Sedangkan dalam observasi

non-partisipatif yaitu penilai tidak melibatkan diri pada kegiatan yang dilakukan atau

dialami orang lain. Ia tidak berpura-pura sebagai anggota kelompok yang sedang di

observasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi berpartisipasi pasif

dimana peneliti hanya datang ke tempat kegiatan pelatihan yang diamati, tetapi tidak

ikut dalam kegaitan pelatihan itu.

Tabel 3.1

Pelaksanaan Observasi

No. Aspek Tanggal

Observasi

Lama Observasi

Alat

1. Proses Pelatihan 3-02-2014 ± 120 Menit Alat Tulis,

camera dan alat

perekam 4-02-2014 ± 120 Menit

5-02-2014 ± 120 Menit 9-02-2014 ± 120 Menit

Sumber: Pedoman Observasi 2014

2. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2008:72) mendefinisikan wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstrukikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam wawancara ini dilakukan

dalam bentuk tanya jawab dan diskusi yang mengarah pada peran pelatih dalam

meningkatkan kewirausahaan. Wawancara ini diminta agar responden memberikan

informasi sesuai dengan yang dialami, diperbuat atau dirasakan, yang pernah diketahui

ataupun dipelajari yang mengarah pada pelatihan pra purnabakti.

Sedangkan menurut Sudjana (1992:234) wawancara adalah proses pengumpulan

data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak

yang ditanya penjawab (interviewee). Wawancara dilakukan penanya dengan

menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Kunci keberhasilan dari

(25)

42

Nisa Fadilah, 2014

dimengerti oleh responden ia pun memiliki kecermatan dalam mengikuti jawaban dan

terampil memotivasi responden, penanya dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang

dilakukan penjawab.

Agar tidak menyimpang dari fokus penelitian, maka digunakan pedoman

wawancara yang diangkat dari fokus penelitian. Fokus dari wawancara adalah yang

mengarah pada: 1) pengelolaan pembelajaran 2) fasilitator pembelajaran 3) konsultan

pembelajaran 4) faktor yang menghambat. Kegiatan wawancara dilaksanakan secara

berkala ketika kegiatan pelatihan berlangsung selama 7 hari mulai dari 3-9 Februari.

Tabel 3.2

(26)

43

Nisa Fadilah, 2014

Faktor penghambat 5-02-2014 ± 70 Menit Pengelola

pembelajaran Fasilitator

pembelajaran Konsultan

pembelajaran Faktor penghambat

Aula Darul „ilmi

4. Peserta 4-02-2014 ± 20 Menit Pengelola

pembelajaran Fasilitator

pembelajaran Konsultan

pembelajaran

Faktor penghambat

Aula Darul „ilmi

9-02-2014 ± 20 Menit Pengelola

pembelajaran Fasilitator

pembelajaran Konsultan

pembelajaran

Faktor penghambat

Aula Darul „ilmi

Sumber: Pedoman Wawancara 2014

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2008:82) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar hidup, foto, dan lain-lain.

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif. Penggunaan teknik dokumentasi ini dengan maksud untuk

(27)

44

Nisa Fadilah, 2014

agar hasil penelitian akan lebih kredibel/dapat dipercaya melalui berbagai dokumen

yang dipertanggungjawabkan selama peneliti berada di lapangan.

F. Triangulasi/Gabungan

Sugiyono (2008:83) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan

sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Terdapat dua jenis triangulasi, yaitu

1) triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, dan 2) triangulasi

sumber, dimana peneltiti mendapattkan data dari sumber yang berbeda dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang sama. Peneliti menggunakan observasi

partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk mendapatkan data dari

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Bila peneliti melakukan pengumpulan data triangulasi, maka sebenarnya peneliti

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data peran pelatih pada

pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha dengan mengecek kresibilitas

data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

G.Analisis Data

Menurut Bodgan dalam Sugiyono (2008:89) Analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan

data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang

dapat diceritakan kepada orang lain.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:92-99) sebagai berikut :

1. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah

(28)

45

Nisa Fadilah, 2014

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mecarinya bila diperlukan. Data

yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat

secara teliti dan rinci.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2008:95) penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam bentuk

catatan lapangan, sehingga akan mudah dipahami. Untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008:99) adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan

dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan

bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan Sugiyono (2008:99).

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu penarikan kesimpulan secara menyeluruh selama

peneliti menemukan data dilapangan. Sumber data yang terlibat dalam penelitian ini

(29)

Nisa Fadilah, 2014

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Sejarah Lembaga Pelatihan Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung

Lembaga Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung merupakan

lembaga yang digagas oleh Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Daarut

Tauhiid pada bulan Oktober 2011 yang bergerak dibidang pendidikan dan

pelatihan sumber daya manusia. Pada awalnya bernama lembaga Pendidikan dan

Pelatihan Ekonomi Syariah Daarut Tauhiid (LP2ES Daarut Tauhiid), namun

seiring berjalannya waktu dan ruang lingkup garapan yang lebih luas maka

sekarang lebih dikenal dengan nama LP2ES Learning Center. Tageline yang

diangkat yaitu “awal kesuksesan anda”, ini bermakna bahwa LP2ES menjadi

pijakan awal menuju sukses yang ingi diraih oleh alumni, baik sukses dunia

maupun akhirat.

Lembaga ini berkonsentrasi dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan

kewirausahaan atau entrepreneurship serta leadership yang berbasis Manajemen

Qolbu (MQ). Metode pembelajaran yang selalu digunakan dalam semua pelatihan

yaitu GEKAS, yang merupakan akronim dari Gembira, Emosional, Larut, Ajarkan

dan Semangat. Sedangkan prinsip pembelajaran menggunakan prinsip “Gelas

Kosong”, yang mana selalu siap menerima ilmu dengan menempatkan diri selalu

berada dalam kondisi tidak tahu. Desain kurikulum program yang disiapkan

merupakan formula sederhana yang mencakup pemenuhan kebutuhan spiritual,

emosional, leadership dan financial dengan harapan mampu melahirkan individu-individu yang berjiwa leadership entrepreneur yang mampu membangun diri dan

menjalankan bisnis yang berbasis manajemen qolbu dengan mengedepankan

prinsip-prinsip syariah secara profesional.

Program-program yang dikembangkan adalah program yang berkaitan

dengan tema utama yaitu, Entrepreneurship, Leadership dan Ekonomi Syariah.

(30)

47

Nisa Fadilah, 2014

milik Kopontren Daarut Tauhiid dan puluhan rekanan pelatihan yang

dikembangkan dan dikelola secara profesional, para peserta pelatihan dapat

mengamati secara langsung bahkan terjun langsung dalam praktek lapangan agar

materi yang disampaikan selama pelatihan dapat diaplikasikan dan lebih

dipahami. LP2ES menyebutnya sebagai experiential learning sistem dengan

materi yang applicable dan jenis usaha yang dapat diadopsi di lingkungan

masing-masing. Leadership adalah satu program yang sangat di banggakan. Disini

akan berikan solusi untuk How To Lead with Learn To Lead. Bukan hanya belajar

menjadi atasan, tetapi juga bisa menjadi pemimpin bagi diri sendiri yang lebih

pentingnya. Ekonomi syariah adalah program yang akan membawa keberkahan

dalam aktivitas. Prinsip ekonomi syariah lebih menjadi solusi dalam

perkembangan dunia pada saat ini. program ini merupakan program masa depan

yang mencerahkan.

2. Visi dan Misi Lembaga a. Visi

Menuju Indonesia yang Mandiri dan Bermartabat.

b. Misi

1) Berperan aktif mensyiarkan wawasan kewirausahaan, kepemimpinan,

dan kesyariahan yang bercirikan nilai-nilai daarut tauhiid.

2) Menyelenggarakan pelatihan entrepreunership, leadership, dan

ekonomi syariah.

3) Menyelenggarakan pendidikan koperasi dan ekonomi syariah.

3. Struktur Kepengurusan Lembaga

Dalam menjalankan aktivitasnya, LP2ES - Learning Center dikelola oleh

15 orang manajemen. Strukturnya terdiri atas Direktur, para Manajer, dan juga Staf. Selain 15 orang pegawai tersebut, dalam pelaksanaan pelatihan, LP2ES -

Learning Center dibantu oleh Fasilitator-Fasilitator yang tergabung dalam

Fasilitator LP2ES Club (FLC). Adapun struktur lengkapnya sebagai berikut :

a. Direktur LP2ES : Abdul Rohim,.S.S

(31)

48

Nisa Fadilah, 2014

1) SPV Operasional : Yunus Al Faris

a) Operasional : Andri Permata S,S.E

b) Driver : Asep Suparman

c) Operasional : M.Kholil Wildan

c. Manager Marketing : Sulestiono, A.Md

1) SPV. R&D : Faozan Rahman, S.Pd

a) Desain Multimedia : Dadang Hermansyah, S.S

2) SPV. Marketing : Marhaban Syaiful Hamid, S.Pt

a) Marketing : Zaeni Muslim

b) Telemarketing : Ida Widiawati

B. Gambaran Umum Program Pelatihan Prapurnabakti 1. Latar Belakang

Pada dasarnya, pensiun dapat diartikan sebagai suatu titik dimana

seseorang telah berhenti bekerja yang biasanya disebabkan telah mencapai batas

umur yang sudah ditetapkan, kondisi fisik sudah tak memungkinkan atau karena

pihan pribadi. Sebagian orang memandang bahwa pensiun sebagai saat yang tepat

untuk memulai aktivitas baru, mengembangkan bakat, minat serta potensi yang

dimiliki dan memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri. Namun disisi lain

sebagian orang yang memiliki pandangan negatif terhadap pensiun, karena

menganggap pensiun sebagai kehilangan peran yang sangat signifikan, seperti

kehilangan jabatan dan fasilitas bagi yang memiliki jabatan, kehilangan sumber

mata pencaharian atau menurunnya pendapatan, adanya bayangan ketakuan akan

tak dihargai lagi setelah pensiun, dan sebagainya.

Masa pensiun sering pula dianggap sebagai suatu kenyataan yang tak

menyenangkan, sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang merasa cemas membayangkan kehidupan yang akan dijalani selepas pensiun. Salah satu dampak

negatif yang sering kali muncul akibat perspektif yang salah mengenai pensiun

ialah post power syndrome, yaitu gejala yang terjadi dimana seseorang pensiunan

hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (kekuasaan, jabatan,

(32)

49

Nisa Fadilah, 2014

menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi saat pensiun. Pelatihan persiapan

pensiun merupakan suatu yang penting dilaksanakan di PT. Bank Mandiri untuk

membekali pegawai yang akan memasuki masa prapurnabakti untuk

meminimalkan berbagai dampak negatif.

2. Tujuan Pelatihan Pra Purnabakti

1. Peserta memahami arti masa pensiun dan permasalahannya sehingga dapat

siap secara mental spiritual dalam menghadapi dan menjalalin masa

pensiun dengan tetap sehat dan bugar produktif.

2. Peserta memahami bagaimana cara hidup bugar, sehat dan sejahtera (lahir

batin) dimasa lansia.

3. Peseta dapat memahami bagaimana cara menemukan dan mengembangkan

potensi diri.

4. Peserta dapat memahami cara mengelola dana keuangan keluarga yang

efektif.

3. Waktu Penyelenggaraan

Waktu yang digunakan dalam pelatihan pra purnabakti yaitu 7 hari dari

tanggal 3-9 februari 2014. Lokasi pelatihan pra purnabakti dilaksanakan di hotel

Marbella Dago dan hotel MQ Guest House.

4. Media Pembelajaran

Media yang digunakan dalam pelatihan pra purnabakti yang terdiri atas

papan tulis, LCD, layar, laptop, ruangan kelas, dan alat tulis dengan tujuan untuk

mempermudah peserta pelatihan memahami pembelajaran.

5. Data Pengelola Program

Susunan pelaksanaan program pelatihan prapurnabakti yang dilakukan

LP2ES yaitu:

Tabel 4.1

Pengelola Pelatihan Pra Purnabakti

Nama Jabatan

Abdul Rohim, S.S. (Abro) Program Officer

Nano Taryono Project Officer

Feni Administrasi

Ruslan Class leader

(33)

50

Nisa Fadilah, 2014

Rahmat Hidayat Support pendamping

Andri Support pendamping

Yuli Support pendamping

Debby Support pendamping

Didi Anton Dokumentasi

Sumber: Pedoman wawancara dengan Operasional pelatihan Prapurnabakti LP2ES Bandung

6. Warga Belajar

Warga belajar pelatihan pra purnabakti adalah peserta yang berasal dari PT

Mandiri Persero, dimana jabatan peserta beragam. Dalam perekrutan peserta

pelatihan pada pelatihan ini yaitu semua karyawan PT Mandiri Persero sebanyak

28 orang dengan berpasangan suami-istri. Dimana ia masih aktif bekerja.

7. Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti Tabel 4.2

Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

No. Nama Materi

1. Drs. Psy. Yono Budhiono, MBA., MSc.

Switch mental & Konsultasi Psikologi

2. Dr. Puti Rita Liswari, M.Sc.,M.Kes. Manajemen Hidup Sehat di Masa Lansia

3. Budi Prayitno Menghadapi Hidup dengan

Bening Hati

4. Iwan Hartawan - Produktifitas Asset dan Keuangan Keluarga

- Inspirasi Usaha Kecil Menengah 5. H. Ujang Karim - Pengantar Cashflow Quadrant

Game

- Kecerdasan Finansial & Bebas Finansial

6. Abdurrahman Yuri -Membangun Jiwa Enterpreneurship

7. Ahmad Badawi - Kisah Sukses Wirausaha Pensiun

8. Tomy Satyagraha, ST., MM. - Group Discussion Praktek Lapangan

- Penjelasan Tallent Result (Minat Wirausaha) 9. Astoto Slamet - Mandiri Purnabakti 10. Mulyadi Al Fadhil - Keluarga Harmonis

11. Ina Wiyandini - Penjelasan Usaha Kue Kering

(34)

51

Nisa Fadilah, 2014

Sumber: Pedoman wawancara dengan Operasional pelatihan Prapurnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha LP2ES Bandung.

8. Identitas Informan Penelitian

Subjek penelitian aspek terpenting dalam penelitian sebagai alat pencari

data atau pencarian jawaban. Subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak enam

orang, yang dijadikan sebagai informan penelitian yaitu dua orang pelatih, tiga

orang alumni pelatihan dan satu orang pengelola pelatihan pra purnabakti.

Tabel 4.3

Identitas Informan Penelitian

No. Nama Umur Pendidikan

Terakhir

Jabatan Kode Informan

1. Nano Taryono 34 SMK Project

Officer

P

2. Dr. Puti Rita Liswari, M.Sc.M.Kes

47 S2 Pelatih T1

3. Tomy

Satyagraha,ST.,MM.

36 S2 Pelatih T2

4. Endah Purwati 50 S1 Peserta PS1

5. Worowuryandari 51 S1 Peserta PS2

6. Latipah Nasution 51 S1 Peserta PS3

Sumber data: Pedoman Wawancara dengan subjek penelitian, Bandung 2014

Alasan peneliti mengambil subjek penelitian yaitu didasarkan pada tujuan

penelitian yang ingin mengetahui peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran,

fasilitator pembelajaran, konsultan pembelajaran dan faktor penghambat pada

pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Selain itu mereka

orang-orang yang berkompetensi dibidangnya masing-masing dan rekomendasi

dari lembaga. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013:299) purporsive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Yang dimaksud pertimbangan disini misalnya orang tersebut yang dianggap

paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa

sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang

(35)

52

Nisa Fadilah, 2014

Berdasarkan tabel di atas, gambaran umum tentang akan dipaparkan

sebagai berikut:

a. Informan P

Informan P berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa beliau

berumur 34 tahun dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan lulusan sekolah

menengah kejuruan (SMK). Beliau menjabat sebagai project officer di LP2ES

Bandung.

b. Informan T1

Informan T1 berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa beliau

berumur 47 tahun dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan lulusan S2

kedokteran. Beliau berperan sebagai Pelatih di LP2ES Bandung pada pelatihan

pra purnabakti yang diselenggarakan pada tanggal 3 Februari-9 Februari 2014.

c. Informan T2

Informan T2 berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa beliau

berumur 36 tahun dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan lulusan S2. Beliau

menjabat sebagai direktur utama LP2ES Bandung, selain itu pada pelatihan pra

purnabakti ia berperan seabagi Pelatih.

d. Informan PS1

Informan PS1 berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan

diperoleh data bahwa beliau sudah berumur 50 tahun, sudah berkeluarga, PS1

merupakan lulusan S1 beliau merupakan salah satu staf di PT Mandiri Persero.

PS1 mengikuti pelatihan pra purnabakti karena tuntutan pekerjaan yang

mengharuskan mengikuti pelatihan untuk masa persiapan pensiun.

e. Informan PS2

Informan PS2 berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh data bahwa beliau sudah berumur 51 tahun, sudah berkeluarga, PS2

merupakan lulusan S1 beliau merupakan salah satu staf di PT Mandiri Persero.

PS1 mengikuti pelatihan pra purnabakti karena tuntutan pekerjaan yang

mengharuskan mengikuti pelatihan untuk masa persiapan pensiun.

(36)

53

Nisa Fadilah, 2014

Informan PS3 berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan

diperoleh data bahwa beliau sudah berumur 51 tahun, sudah berkeluarga, PS3

merupakan lulusan S1 beliau merupakan salah satu staf di PT Mandiri Persero.

PS3 mengikuti pelatihan pra purnabakti karena tuntutan pekerjaan yang

mengharuskan mengikuti pelatihan untuk masa persiapan pensiun.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang mengacu pada pertanyaan penelitian

yang merupakan hasil wawancara terhadap informan yang telah ditetapkan dalam

penelitian ini. Teknik wawancara dan observasi dalam mendeskripsikan hasil

penelitian yang dilakukan terhadap satu orang pengelola, dua orang Pelatih dan

tiga orang alumni peserta pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan

berwirausaha. Dan nama masing-masing informan diberi kode yaitu (P, T1, T2,

PS1, PS2, PS3). Adapun hasil hasil observasi dan wawancara pada pelatihan pra

purnabakti dalam kemampuan berwirausaha sebagai berikut:

Pada pembahasan ini, berdasarkan data yang dihimpun melalui observasi

partisipatif dan wawancara mendalam dengan informan maka diperoleh data dari

hasil observasi dan wawancara. Dari hasil observasi, data-data sebagai berikut:

Pertama, Tempat Pelatihan. Pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan

berwirausaha dilaksanakan di Hotel Marbella Dago tepatnya di aula Marbella

Dago dan Area DT tepatnya di Aula Daarul Ilmi Yang terdapat diruangan aula

adalah 50 kursi, satu buah layar, white board, sound sistem, LCD, 7 meja, yang

diletakan untuk peserta dan untuk narasumber, serta 1 laptop.

Kedua, Pengelola atau Penyelenggara. Pengelola bertugas menyiapkan

segala aktivitas dari mulai perencanaan pelatihan, dari mulai pembentukan kepanitiaan, keterlibatan tim marketing, program, dan menyiapkan tim Pelatih

yang berasal dari luar LP2ES dan dari LP2ES. Pelaksanaan pelatihan, pengeloa

bertugas memonitoring peserta pelatihan dan Pelatih, memberikan kata sambutan

kepada peserta pelatihan dan memonitoring Pelatih dan peserta pelatihan dalam

(37)

54

Nisa Fadilah, 2014

pelatihan, menyiapkan evaluasi untuk pemateri dan peserta, dan yang terakhir

mengadakan rapat akhir pelatihan, penutupan pelatihan, serta pembuatan laporan

hasil pelatihan.

Ketiga, Pelatih. Para Pelatih lebih banyak bertugas dan berperan dalam

kegiatan pembelajaran pelatihan, dan Pelatih selalu datang ketempat pelatihan 20

menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam setiap penampilannya

Pelatih selalu mengadakan kegiatan ice breaking hal tersebut dilakukan karena

bertujuan agar peserta tidak bosan dan jenuh di dalam kelas. Dalam penyampaian

materi, Pelatih menyampaikan dengan nyaman dan tidak membuat suasana

menjadi tegang melainkan suasana dikelas menjadi nyaman. Media yang

digunakan Pelatih dalam menyampaikan materi adalah LCD, white board, spidol.

Pelatih menggunakan video-video motivasi dan keberhasil Pelatih dalam

berwirausaha. Sehingga peserta mampu menyerap materi yang disampaikan

Pelatih.

Keempat, Peserta. Pada saat pelaksanaan pelatihan peserta bersemangat

dalam pembelajaran.peserta aktif dalam pembelajaran kelompok dan tanya jawab,

sehingga pelaksanaan pembelajaran lebih terasa hidup. Dipertengahan materi yang

disampaikan Pelatih, peserta sebagaian mengantuk ketika pelatihan berlangsung.

Berdasarkan dari hasil wawancara diperoleh data-data sebagai berikut:

1. Peran Pelatih sebagai Pengelola Pembelajaran pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha.

Pembahasan peran Pelatih sebagai pengelola pembelajaran pada pelatihan

pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha terdapat indikator perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Wawancara

dilaksanakan pada 4 dan 5 februari 2014 di aula Hotel Marbella Dago.

Tabel 4.4

Jawaban Informan untuk Indikator Perencanaan Pembelajaran

No. Pertanyaan Kode Jawaban

1. Siapa saja yang ikut terlibat dalam pembuatan perencanaan pembelajaran?

T1 Pengelola, Pelatih, Peserta T2 Pengelola, Pelatih, Peserta P Pengelola, Pelatih, Peserta PS1 Panitia dan Pelatih.

(38)

55

Nisa Fadilah, 2014

PS3 Panitia dan Pelatih. 2. Desain pembelajaran

seperti apa yang Pelatih buat untuk pelatihan ini?

T1 Desain yang sesuai dengan tema yang diminta, Ice breaking, perkenalan, sharing pengalaman, menampilkan video dan simulasi pengecekan darah. T2 Adanya analisis kebutuhan, membuat

alur, pembuatan isi materi yaitu ice breaking, perkenalan, pemberian materi. P Ice breaking, perkenalan, sharing

pengalaman, menampilkan video, simulasi, praktek, sesuai dengan materi yang disampaikan nantinya.

T1 Pelatih berasal dari luar, maka peran Pelatih disini hanya membuat konsep, dan hanya diberi tema dari panitia pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. T2 Pelatih berasal dari LP2ES, peran

Pelatih konten dari team Pelatih P Berperan dalam pembuatan materi

pembelajaran.

Sumber: Pedoman Wawancara dengan informan, 2014

Refleksi:

Dari tabel di atas, peran Pelatih sebagai pengelola pembelajaran dengan

indikator perencanaan pembelajaran, yang terlibat dalam pembuatan perencanaan

pembelajaran T1, T2 dan P mengungkapkan bahwa yang terlibat yaitu Pengelola,

Pelatih, Peserta. PS1, PS2 dan PS3 mengungkapkan Panitia dan Pelatih

Desain yang dibuat oleh Pelatih, T1 mengungkapkan desain yang sesuai

dengan tema yang diminta, ice breaking, perkenalan, sharing pengalaman,

menampilkan video dan simulasi pengecekan darah, T2 mengungkapkan adanya

analisis kebutuhan, membuat alur, pembuatan isi materi yaitu ice breaking,

perkenalan, pemberian materi. P mengungkapkan ice breaking, perkenalan,

sharing pengalaman, menampilkan video, simulasi, praktek, sesuai dengan materi

yang disampaikan nantinya.

Peran Pelatih dalam perencanaan pembelajaran T1 mengungkapkan

Pelatih berasal dari luar, maka peran Pelatih disini hanya membuat konsep, dan

(39)

56

Nisa Fadilah, 2014

berwirausaha. T2 mengungkapkan Pelatih berasal dari LP2ES, peran Pelatih

konten dari team Pelatih Dan P mengungkapkan berperan dalam pembuatan

materi pembelajaran.

Tabel 4.5

Jawaban Informan untuk indikator Pelaksanaan Pembelajaran

No. Pertanyaan Kode Jawaban disini saya pemberian materi, simulasi, periksa darah, periksa nadi.

T2 Menyesuaikan kebutuhan peserta, sehingga adanya analisis penelusuran bakat lalu disampaikan dengan menampilkan video yang membangun, sehingga peserta tidak bosan dengan pembelajaran.

P Sharing pengalaman, menampilkan video yang membangun dan praktek. PS1 Sharing pengalaman, menampilkan

video, adannya simulasi praktek oleh Dr dan pemberian motivasi kepada peserta. PS2 Sharing pengalaman, menampilkan

video, adannya simulasi praktek oleh Dr dan pemberian motivasi kepada peserta. PS3 Sharing pengalaman, menampilkan

video, adannya simulasi praktek oleh Dr. 2. Metode apa saja yang

PS1 Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game.

PS2 Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game.

PS3 Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game. disampaikan tidak terlalu awam melainkan lebih ke ilmiah sehingga ratingnya cukup bagus.

Gambar

Tabel 3.1 Pelaksanaan Observasi
Tabel 3.2 Pelaksanaan Wawancara
Tabel 4.1 Pengelola Pelatihan Pra Purnabakti
Tabel 4.2 Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA OLEH: RONNY IRAWANI. Ks = Rf+ (Rm - Rf) セゥ@ Dengan

Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 diatur pula bahwa penempatan TKI oleh pemerintah di luar negeri hanya dapat dilakukan dengan syarat telah terjadi

Bayi yang hanya diberi ASI menunjukkan angka insidensi mengalami dermatitis popok yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula dan makanan padat..

Penelitian dilakukan dengan dua tahap yaitu uji in-vitro penghambatan ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan jamur patogen yang diisolasi dari benih cabai dan uji

Penerapan Mind Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. Kemampuan

[r]

Mutasi diam (silent mutation), yaitu perubahan suatu pasangan basa dalam gen (pada posisi 3 kodon) yang menimbulkan perubahan satu kode genetik tetapi tidak mengakibatkan

Contoh perhitungan dosis suspensi ekstrak etanol biji petai yang diberikan. secara oral