• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN SINGLE MULTIPLE JUMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LATIHAN SINGLE MULTIPLE JUMP"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH LATIHAN SINGLE MULTIPLE JUMP DAN DOUBLE MULTIPLE JUMP TERHADAP HASIL TENDANGAN JAUH DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA EKSTRAKURIKULER

SEPAKBOLA SMA NEGERI 8 SEMARANG TAHUN 2006 / 2007

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Nama : Dwi Aristia Dinata NIM : 6301402013 Program Studi : S1

Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

(2)

ii

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu 1) Apakah ada pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006 / 2007 ? 2) Apakah ada pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Tahun 2006 / 2007 ? 3) Manakah yang lebih baik antara latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006 / 2007 ? Tujuan penelitian ini untuk 1) Mengetahui pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, 2) Mengetahui pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, 3) Mengetahui bentuk latihan yang lebih baik antara latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007 ?

Sampel yang digunakan adalah siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA Negeri 8 Semarang sebanyak 30 anak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dengan memberikan tes awal (Pre Test) dengan hasil yang kemudian di matching dengan metode A-B – B-A. Setelah di matching akan didapatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen I yang diberi latihan loncat satu tungkai kanan-kiri dan kelompok eksperimen II yang diberi latihan loncat satu tungkai kanan-kanan kiri-kiri. Kedua kelompok ini diberi perlakuan selama 14 kali pertemuan diakhiri dengan tes akhir (Post Test). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pola M – S, pengolahan data menggunakan statistik dengan rumus t test pendek dengan taraf signifikan 5 % dan derajad kebebasan (db) 14.

Hasil perhitungan statistik diperoleh Mean tes awal kelompok eksperimen I = 29,44 ; Mean tes awal kelompok eksperimen II = 29,43 ; Mean tes akhir kelompok eksperimen I = 35,33 ; Mean tes akhir kelompok eksperimen II = 33,64 ; t hitung lebih besar daripada t tabel (2,827 > 2,145), dan data perbedaan mean kelompok eksperimen I ternyata lebih besar dari mean kelompok eksperimen II yaitu (35,33 > 33, 64).

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu bahwa 1) Ada pengaruh hasil latihan single multiple jump terbukti dengan adanya peningkatan terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007. 2) Ada pengaruh hasil latihan double multiple jump terbukti dengan adanya peningkatan terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa kelas dua

(3)

iii

siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007. Disarankan untuk para pembina, pelatih dan guru olahraga dalam usaha meningkatkan hasil tendangan jauh pada siswa ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang disarankan untuk menggunakan latihan single multiple jump. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perbandingan apabila akan mengadakan penelitian yang sejenis dengan sampel yang berbeda, dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada.

(4)

iv

skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Semarang, Februari 2007

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Kriswantoro, M.Pd Drs. M. Nasution, M. Kes NIP. 131671212 NIP. 131876219

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Drs. Wahadi, M.Pd NIP. 131571551

(5)

v

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Panitia Sekretaris

Drs. Sutardji, MS Drs. Wahadi, M.Pd NIP. 130523506 NIP. 131571551 Dewan Penguji 1. Drs. Tohar, M.Pd NIP. 130340642 2. Drs. Kriswantoro, M.Pd NIP. 131671212 3. Drs. M. Nasution, M. Kes NIP. 131876219

(6)

vi 11).

Skripsi ini saya persembahkan untuk : Ayahanda YF. Setyo yang telah mendukungku sepenuh hati Almarhum ibuku Yohana Ariani Lidya Serra

Teman-teman PKLO angkatan 2002 Sahabat-sahabatku di Safari Kost Almamater UNNES

(7)

vii menyelesaikan skripsi ini.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Jurusan Kepelatihan Olahraga UNNES Semarang

2. Dekan FIK UNNES yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Kriswantoro, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

5. Drs. M. Nasution, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen FIK UNNES Semarang yang telah membimbing saya selama kuliah.

7. Busaeri Cholil, BA selaku pembimbing ekstrakurikuler SMA N 8 Semarang yang telah memberikan ijin untuk mempergunakan siswa ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang sebagai sampel dalam penelitian ini.

(8)

viii penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat pada semua pihak. Amien.

Semarang, Februari 2007

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Alasan Pemilihan Judul... 1

B. Permasalahan... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Penegasan Istilah ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Latihan Plyometric ... 13

1.1 Single Multiple Jump... 14

1.2 Double Multiple Jump... 16

2. Tendangan Jauh Dalam Sepak Bola... 18

3. Tinjauan Ilmu Anatomi ... 25

3.1 Single Multiple Jump dan Double Multiple Jump... 26

3.2 Menendang dengan Punggung Kaki Bagian Dalam ... 26

B Hipotesis... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

(10)

x

1. Tes Tendangan Jauh ... 33

2. Program Latihan... 34

C. Metode Pengumpulan Data ... 35

D. Metode Analisis Data ... 36

E. Langkah-Langkah Penelitian ... 39

1. Tahap Persiapan ... 39

2. Tes Awal ... 39

3. Pelaksanaan Latihan... 40

4. Tes Akhir... 49

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN

(11)

xi

Gambar 2 a Single Multiple Jump... 15

Gambar 2 b Double Multiple Jump... 17

Gambar 3 a Bagian Kaki yang Digunakan untuk Menendang ... 19

Gambar 3 b Letak Kaki Tumpu ... 21

Gambar 3 c Kaki yang Menendang ... 21

Gambar 3 d Sikap Badan Menendang... 22

Gambar 3 e Bagian Bola yang Ditendang ... 23

Gambar 3 f Menendang Bola dengan Ancang-Ancang... 23

Gambar 4 Pengaruh Sudut Elevasi ... 25

Gambar 5 a Otot-Otot Paha Kanan dan Pelvis, Pandangan Anterior... 27

Gambar 5 b Otot-Otot Paha Kanan dan Pelvis, Pandangan Posterior... 28

Gambar 5 c Otot-Otot Superfisial dari Tungkai Kanan, Pandangan Anterior dan Posterior ... 29

Gambar 6 a Tes Tendangan Jauh ... 34

(12)

xii

Tabel 3 Perhitungan Mean ... 47 Tabel 4 Daftar Nilai-Nilai t Taraf Signifikan... 69

(13)

xiii

Lampiran 3 Pengurutan Hasil Tes Awal... 56

Lampiran 4 Hasil Tes Awal yang di-Matching ... 57

Lampiran 5 Hasil Tes Awal Tendangan Jauh Kelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II... 58

Lampiran 6 Hasil Tes Akhir ... 59

Lampiran 7 Perhitungan Statistik ... 60

Lampiran 8 Jadwal latihan... 62

Lampiran 9 Program Latihan ... 63

Lampiran 10 Daftar Petugas Pengambil Data ... 68

Lampiran 11 Daftar Nilai-Nilai t Taraf Signifikan... 69

Lampiran 12 Surat Usul Penetapan Pembimbing... 70

Lampiran 13 Surat Penetapan Dosen Pembimbing ... 71

Lampiran 14 Permohonan Ijin Penelitian Dinas Pendidikan... 72

Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian Kepala Dinas Pendidikan ... 73

Lampiran 16 Permohonan Ijin Penelitian SMA N 8 ... 74

Lampiran 17 Surat Peminjaman Alat ... 75

Lampiran 18 Surat Keterangan Penelitian... 76

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang paling banyak digemari oleh sebagian besar manusia yang ada di bumi ini. Sepakbola digemari oleh semua lapisan masyarakat baik dari tingkat daerah, nasional, dan internasional, dari usia anak-anak, dewasa hingga orang tua, mereka senang memainkan sendiri atau sebagai penonton. Dewasa ini permainan sepakbola tidak sekedar dilakukan untuk tujuan rekreasi dan pengisi waktu luang akan tetapi dituntut suatu prestasi yang optimal. Prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai dengan latihan-latihan yang direncanakan dengan sistematis dan dilakukan secara terus menerus disertai pengawasan dan bimbingan pelatih yang profesional.

Seiring perkembangan zaman maka sepakbola juga mengalami perubahan terutama terlihat sekali pada peraturan pertandingan, perlengkapan lapangan, kelengkapan pemain, perwasitan, dan organisasi sepakbola. Kesemuanya itu bertujuan agar sepakbola lebih bisa dinikmati, digemari dan menjadi suatu suguhan. Bagi pemain sendiri di lapangan pemain lebih aman dan terlindungi dalam mengekspresikan kemampuannya dalam mengolah bola. Walaupun begitu tetap saja sering terjadi suatu accident yang mengakibatkan pemain cidera sehingga harus keluar dari pertandingan bahkan ada yang menjalani operasi dan harus beristirahat menjalani perawatan yang intensif.

(15)

Sepakbola adalah cabang olahraga permainan yang dilakukan secara beregu atau tim yang terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang, maka suatu tim yang dikatakan baik, tangguh dan kuat adalah kesebelasan yang terdiri dari pemain-pemain yang mampu melakukan permainan tim yang kompak artinya mempunyai kerjasama tim yang baik. Oleh karena itu diperlukan pemain-pemain yang mempunyai ketrampilan teknik-teknik dasar sepakbola yang baik sehingga dapat memainkan bola dalam posisi dan situasi yang tepat dan cepat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu.

Sebagai anggota kesebelasan tiap pemain membawa peranan rangkap. Pemain sepakbola harus memenuhi syarat baik sebagai individu maupun sebagai anggota kesebelasan. Artinya sebagai individu seorang pemain harus dapat menguasai teknik bersepakbola dan sebagai anggota kesebelasan dengan kemampuan dan kemahirannya itu pemain harus dapat bermain bersama-sama membentuk suatu kesebelasan.

Berkenaan sifat kepribadian masing-masing pemain yang pasti berbeda dan tidak tetap pula maka mutlak perlu para pemain harus berlatih agar kerjasama antar pemain dapat selalu terjalin seerat-eratnya. Belajar bermain sepakbola seyogyanya dilakukan sejak masih anak-anak yaitu sejak anak dapat menendang bola dan tahu bermain sepakbola. Beberapa alasan dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Adanya cukup waktu pembentukan fisik seorang pemain memenuhi syarat yang dibutuhkan.

(16)

2. Adanya cukup waktu pembentukan jiwa seorang pemain memenuhi syarat yang dibutuhkan.

3. Adanya cukup waktu dan kesempatan belajar mencapai prestasi setinggi-tingginya. Dengan waktu dan kesempatan belajar yang lebih longgar mungkin sekali pemain bibit yang masih anak-anak itu kelak pada usia sekitar dua puluh tujuh tahun sudah dapat menjadi sepakbolawan kampiun. Sebaliknya, lebih sempit waktu dan kesempatan bertumbuh dan belajar kemungkinan itu pasti lebih kecil pula (Djawad, 1976 : 1)

Tujuan permainan sepakbola adalah pemain memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak kemasukan (Sucipto, 1999 : 7). Sehingga untuk dapat melakukan semuanya itu menendang adalah teknik dasar yang paling dominan agar bola secepat mungkin berada di depan gawang lawan. Dalam permainan sepakbola ada prinsip teknik menendang bola yang harus diketahui yaitu : a) Kaki tumpu, b) Kaki yang menendang, c) Bagian bola yang ditendang, d) Sikap badan, e) Sikap badan (Sukatamsi, 1984 : 45).

Macam-macam teknik-teknik dasar sepakbola terdiri dari teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola yaitu gerakan-gerakan yang dilakukan tanpa bola, yang terdiri dari : a) Lari cepat dan mengubah arah, b) Melompat atau meloncat, c) Gerak tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan, d) Gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang. Teknik dengan bola yaitu semua gerakan-gerakan dengan bola, yang terdiri dari : a) Menendang bola, b) Menerima bola (menghentikan dan

(17)

mengontrol bola), c) Menggiring bola, d) Menyundul bola, e) Melempar bola, f) Gerak tipu dengan bola, g) Merampas atau merebut bola, h) Teknik-teknik khusus penjaga gawang (Sukatamsi, 1984 : 34).

Menendang adalah teknik dasar yang paling dominan dalam permainan sepakbola dari beberapa teknik dasar yang ada, dikarenakan kemampuan menendang bola dengan baik dan benar dapat dipergunakan untuk tujuan : “Memberi operan kepada teman, menembak bola kearah mulut gawang lawan, untuk membuat gol kemenangan, membersih atau menyapu bola di daerah pertahanan (belakang) langsung ke depan (biasa dilakukan oleh para pemain belakang untuk mematahkan serangan lawan), dan untuk melakukan bermacam-macam tendangan khususnya yaitu tendangan bebas, tendangan sudut dan tendangan hukuman atau penalty” (Sukatamsi 1984 : 48).

Menendang dalam permainan sepakbola adalah suatu usaha untuk memindahkan bola dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan kaki. Menendang dalam penelitian ini adalah melakukan tendangan bola jarak jauh melambung menggunakan punggung kaki bagian dalam sejauh-jauhnya. Untuk menghasilkan tendangan yang maksimal selain dibutuhkan penguasaan teknik yang baik, kemampuan fisik juga ikut berperan karena hasil tendangan yang baik selain didapatkan dari penguasaan teknik yang baik juga kondisi fisik yang baik pula.

Latihan fisik adalah latihan yang bertujuan untuk menguatkan kondisi fisik. Beberapa unsur kemampuan fisik dasar yang perlu dikembangkan adalah : kekuatan,

(18)

daya tahan, kelenturan, kelincahan, kecepatan, daya ledak, stamina, koordinasi gerak (Tohar, 2002 : 2).

Usaha untuk meningkatkan prestasi, latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip latihan yang benar dan sudah diterima secara universal. Tanpa berpedoman

pada teori dan prinsip latihan, latihan seringkali menjurus ke mala pelatih (mal-practice) dan latihan yang tidak sistematis-metodis sehingga peningkatan

prestasi tidak akan tercapai. Beberapa prinsip latihan yang paling penting untuk dijadikan pedoman untuk meningkatkan prestasi dan performa dalam olahraga adalah : Pemanasan tubuh, Metode latihan, Berfikir positif, Prinsip beban lebih, Intensitas latihan (Tohar, 2002 : 4).

Prinsip Beban Lebih atau overload principle adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakin berat. Atlet harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu dia lakukan pada saat itu. Setiap bentuk latihan baik latihan untuk ketrampilan fisik, teknik, taktik dan mental sekalipun harus berpedoman dengan prinsip beban lebih. Jika beban latihan terlalu ringan di bawah kemampuan berapa lama latihan itu akan dilakukan dan selalu mengulang-ulang latihan hasilnya tidak akan meningkatkan prestasi. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah beban latihan harus lebih berat tetapi dalam batas kemampuan untuk mengatasi. Bila beban terlalu berat prestasinya juga tidak akan berkembang dengan baik. Selain itu perlu dipertimbangkan dalam mendisain latihan overload. Bompa menyarankan untuk menggunakan sistem step

(19)

type approach atau tangga. Gambar 1 adalah ilustrasi grafis tentang bagaimana melakukan penambahan beban dengan menggunakan sistem tangga tersebut.

Setiap garis vertikal menunjukkan perubahan (penambahan beban) sedangkan garis horisontal adalah tahap adaptasi terhadap beban yang baru dinaikkan. Beban latihan pada 3 anak tangga (cycle) pertama, ditingkatkan secara bertahap. Pada cycle ke 4 diturunkan (tahap unloading phase) yang bermaksud untuk memberi kesempatan pada organisme tubuh untuk melakukan regenerasi (proses pertumbuhan kembali bagian-bagian tubuh yang rusak atau hilang). Maksud dan tujuan regenerasi di sini adalah atlet dapat mengumpulkan tenaga atau mengakumulasi cadangan-cadangan fisiologis maupun psikologis untuk persiapan beban latihan yang lebih berat lagi di anak-anak tangga ke 7 dan 8 dan seterusnya.

12 11 8 10 7 9 6 3 5 2 4 1 Gambar 1

Ilustrasi grafis beban lebih sistem tangga (Tohar, 2002 : 8).

(20)

Hasil tendangan yang baik selain didapatkan dari penguasaan teknik yang baik juga dipengaruhi oleh kondisi fisik yang baik pula, salah satunya adalah daya ledak. Dalam hal ini daya ledak yang dimaksud adalah daya ledak otot tungkai, untuk mendapatkan daya ledak otot tungkai dapat diperoleh dengan bermacam-macam latihan salah satunya adalah latihan loncat. Sedangkan bentuk latihan loncat itu sendiri terdiri dari bermacam-macam variasi loncatan, latihan loncatan dilakukan dengan koordinasi gerakan yang berirama serta kombinasi gerakan.

Latihan meloncat yang bertumpu pada satu kaki dimana loncatan yang dilakukan dengan pola gerakan satu kaki yang biasa dikenal dengan gerakan bounding. Dengan awalan melakukan kekuatan dorongan diusahakan dengan satu kaki dan pendaratan sama dengan menggunakan satu kaki, tindakan ini biasa disebut denganb hop (lompatan). Mengikuti pendaratannya tumit dilipat ke arah pantat diikuti oleh rencana gerakan maju yang cepat pada paha terhadap tempat pendaratan. Pendaratan ini sangat aktif dan dilakukan sangat cepat serta siap untuk memulai lompatan lain sesegera mungkin.

Sedangkan loncatan bisa terdiri dari single atau bermacam-macam lompatan dalam koordinasi gerakan kaki dan lengan yang berirama, aktifitas-aktifitas terakhir bisa disusun dalam bermacam-macam kombinasi dari kaki kiri (L) dan kanan (R) : L – L – R – R – L – R – L – L – R – R dan seterusnya (Bompa, 1994 : 79). Dalam permainan sepakbola dituntut panguasaan teknik dasar yang baik dan benar salah satu teknik dasar yang harus dikuasai dan vital oleh seorang pemain sepak bola adalah teknik menendang bola (A. Sarumpaet, 1991 : 13).

(21)

Menendang bola adalah suatu usaha untuk memindahkan bola dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaki atau bagian kaki, seorang pemain sepak bola yang tidak dapat menguasai teknik menendang bola dengan baik, maka tidak akan mungkin menjadi pesepak bola yang handal dan baik. Kesebelasan yang baik adalah suatu kesebelasan yang semua pemainnya menguasai teknik menendang bola dengan baik, cermat, tepat pada sasaran baik sasaran pada teman yang jauh maupun sasaran pada gawang lawan untuk mencetak gol.

Berdasarkan uraian yang tertulis di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai :

Pengaruh Latihan Single Multiple Jump Dan Double Multiple Jump Terhadap Hasil Tendangan Jauh dalam Permainan Sepakbola Pada Siswa Ekstrakurikuler Sepakbola SMA Negeri 8 Semarang Tahun 2006 / 2007”.

Adapun alasan lain yang mendukung dalam penelitian ini adalah :

1. Latihan single dan double multiple jump merupakan unsur penunjang untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai yang akan digunakan untuk menendang bola.

2. Komponen pendukung hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola salah satunya adalah daya ledak otot tungkai

B. Permasalahan

1. Apakah ada pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Semarang ?

(22)

2. Apakah ada pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Semarang ?

3. Manakah yang lebih baik antara latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Semarang ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan selalu mempunyai tujuan, agar memperoleh gambaran yang jelas serta bermanfaat bagi yang menggunakannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

2. Mengetahui pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

3. Mengetahui bentuk latihan yang lebih baik antara single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

(23)

D. Penegasan Istilah

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Depdikbud, 1989 : 664). Pengertian pengaruh dalam penelitian ini adalah akibat yang timbul dari hasil berlatih loncat satu tungkai kanan-kiri dan kanan-kanan kiri-kiri untuk memperoleh hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola.

2. Latihan

Latihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihan kian bertambah (Tohar, 2002 : 1). Dalam penelitian ini latihan adalah suatu bentuk perlakuan untuk memperoleh hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola dengan latihan loncat satu tungkai.

3. Single Multiple Jump dan Double Multiple Jump.

Jump adalah loncat yaitu lompat dengan kedua atau keempat kaki bersama (Depdikbud, 1989 : 531). Ada dua cara meloncat yaitu meloncat tanpa ancang-ancang dan meloncat dengan ancang-ancang. Tungkai adalah seluruh kaki dari pangkal paha ke bawah (Depdikbud, 1989 : 973).

Loncat satu tungkai adalah suatu loncatan yang bertumpu pada satu tungkai kaki baik kaki kanan atau kaki kiri. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan loncat satu tungkai adalah meloncat dengan koordinasi gerakan kaki dan lengan yang berirama, dengan kombinasi gerakan kaki kanan-kiri. Dalam penelitian ini latihan loncat yang duigunakan yaitu single multiple jump dan double multiple jump.

(24)

Single multiple jump adalah satu lompatan yang berkali-kali, di dalam penelitian ini yang dimaksud adalah suatu lompatan yang dilakukan dengan menggunakan satu tungkai yang bergantian dan dilakukan berkali-kali. Untuk lebih jelasnya teknik loncatan ini dimulai dari sikap awal berdiri kaki kiri ditekuk ke belakang sedikit. Gerakan : mendorong dengan kaki kiri berlawanan dengan tanah, mendorong lutut kaki kanan ke atas arah dada, dan ke depan untuk mendapatkan jarak. Mendarat dengan kaki kanan dan segera pantulkan. Arahkan lutut kiri ke atas kemudian ke depan, lanjutkan dengan melayang di udara. Lanjutkan dengan kaki berganti-ganti (Bompa, 1994 : 83).

Double multiple jump adalah lompatan dobel atau dua kali (lipat) yang berkali-kali, di dalam penelitian ini yang dimaksud adalah suatu lompatan yang dilakukan dengan menggunakan satu tungkai dengan teknik lompatan dobel atau dua kali yang bergantian dan dilakukan berkali-kali. Untuk lebih jelasnya teknik loncatan ini dimulai dari sikap awal berdiri dengan gerakan awal pada kaki kiri, mendorong kaki kanan ke atas, paha horizontal, lengan selaras dengan kaki dan mendarat pada kaki kiri, kaki kanan lebih direndahkan ke tanah dengan melakukan gerakan yang aktif dan mendorong paha kiri ke atas. Dilanjutkan dengan gerakan yang sama secara konstan berganti-ganti kaki dan lengan (Bompa, 1994 : 82)

(25)

4. Tendangan Jauh

Tendangan berasal dari kata tendang yang artinya menyepak atau mendepak (dengan kaki) (Depdikbud, 1989 : 927). Pengertian tendangan dalam penelitian ini adalah memindahkan bola dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan punggung kaki bagian dalam melalui passing melambung sejauh-jauhnya.

E. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi yang menggunakan. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumbangan bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam memilih dan menerapkan bentuk latihan loncat yang efektif untuk mencapai keberhasilan dalam mengajar sepakbola.

2. Memberikan tambahan pengetahuan bagi pengembangan ilmu untuk membantu pelatih maupun guru pendidikan jasmani dan olahraga untuk menerapkan bentuk latihan yang efektif

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Dasar pemikiran yang jelas dari tinjauan penelitian yang akan dilaksanakan agar dapat tercapai dengan baik maka diperlukan landasan teori yang mendukung dari penelitian tersebut.

1. Latihan Plyometric

Latihan plyometric diklasifikasikan pada kategori-kategori sebagai berikut : latihan bertumpu pada satu kaki, bertumpu pada dua kaki, lompatan jatuh/bereaksi, latihan ”bantingan”, latihan-latihan tubuh bagian atas (pangkal lengan) ,permainan beranting dan sederhana (Bompa, 1994 : 77).

Saat menampilkan plyometric, tubuh bagian atas harus dijaga tetap vertikal dan dilemaskan, atau diayunkan ke atas bersama untuk mengangkat pusat gaya berat, atau diayunkan sekali pada saat koordinasi dengan gerakan-gerakan kaki. Dengan cara ini, lengan akan selalu seimbang dan dengan demikian mengimbangi gerakan kaki, menghasilkan gerakan-gerakan yang terkoordinasi dengan baik (Bompa, 1994 : 77).

Loncat satu tungkai yang bertumpu pada satu kaki biasa dikenal dengan latihan bounding. Pada gerakan awal loncatan (kekuatan dorongan) diusahakan dengan satu kaki dan pendaratan sama menggunakan satu kaki, tindakan ini disebut sebagai hop (lompatan) (Bompa, 1994 : 78).

(27)

Sedangkan loncatan bisa terdiri dari single atau bermacam-macam lompatan dalam koordinasi gerakan kaki dan lengan yang berirama, aktifitas-aktifitas terakhir bisa disusun dalam bermacam-macam kombinasi dari kaki kiri (L) dan kanan (R) : L – L – R – R – L – R – L – L – R – R dan seterusnya. Seringkali selama lompatan atau melompat, perubahan kecepatan horisontal dapat dibuat menjadi pengangkatan vertikal, atau sebagian besar keadaan yang luas menjadi gerakan maju dan mendatar yang berirama dimana reaksi kecepatan adalah tujuannya (Bompa, 1994 : 79).

Selama program latihan plyometrics ini menyebabkan adaptasi jaringan ikat sendi, urat, dan otot dengan meningkatkan beban latihan secara progresif. Sebagai tambahan untuk olahraga yang membutuhkannya, kumpulan otot juga diperbesar sedikit demi sedikit. Lingkup penekanan dan metode pembangunan tubuh yang dimodifikasi dapat menjadi metode latihan utama untuk digunakan. Beban harus disubmaksimalkan (65% - 80%) tergantung pada jadwal kompetisi dan klasifikasi atlet, masa di fase ini dapat dimana saja antara 4 – 12 minggu. Bagi atlet yang berpengalaman 4 – 5 minggu akan mencukupi (Bompa, 1994 : 61). Dalam penelitian ini latihan dilakukan selama 14 kali pertemuan yang dilaksanakan tiga kali dalam satu minggu, sehingga hasil latihan sudah dapat terlihat.

1.1 Single Multiple Jump

Altenate Leg Bound

SP : standing, left foot slightly bag, M : Push with the left leg against the ground, driving the right knee upward toward the chest, and forward, in order to gain

(28)

distance. Land on right foot, and immediately rebound, driving the left knee upward-forward. Continue alternating take-off leg (Bompa, 1994 : 83)

Lompatan Kaki Yang Berselang-seling

Posisi permulaan : berdiri, kaki kiri mundur ke belakang sedikit. Gerakan : mendorong dengan kaki kiri berlawanan dengan tanah, mendorong lutut kanan ke atas arah ke dada, dan ke depan dalam rangka mencapai jarak. Mendarat dengan kaki kanan dan segera melompat kembali, mendorong lutut kiri ke atas depan. Lanjutkan, permulaan kaki berganti-ganti. (Dapat dilihat pada gambar 2 b).

Gambar 2 a

Single Multiple Jump (Altenate Leg Bound) (Bompa : 1994 : 83)

Gerakan single multiple jump merupakan gerakan melompat dengan satu kaki sebagai tumpuan baik kaki kanan atau kiri. Dalam hal ini lompatan yang dilakukan adalah gerakan melompat dengan kaki yang bergantian yaitu kanan-kiri yang

(29)

berselang-seling. Gerakan dimulai dari kaki kiri sebagai awalan tumpuan tolakan dengan kaki kanan yang bersiap untuk melakukan gerakan selanjutnya yaitu melangkah ke depan untuk bergantian sebagai kaki tumpuan, selanjutnya dengan mendorong kaki kanan ke atas ke arah dada untuk mendapatkan jarak langkah ke depan dan bersiap untuk gerakan selanjutnya yaitu melangkah ke depan. Gerakan selanjutnya kaki kanan berganti sebagai kaki tumpuan lompatan dengan kaki kiri yang bersiap untuk melakukan gerakan selanjutnya yaitu melangkah ke depan dengan gerakan mendorong ke atas ke arah dada dengan tujuan untuk mendapatkan langkah ke depan dan bersiap dengan gerakan selanjutnya melangkah ke depan. Gerakan ini dilakukan diikuti dengan gerakan lengan yang selaras dengan kaki dan dilakukan dengan gerakan yang sama secara konstan berganti-ganti kaki dan lengan, lompatan ini dilakukan dengan jarak kurang lebih 25 sampai 30 meter.

1.2 Double Multiple Jump

Single Leg Hop

SP : Standing. M: Drive right leg up, and then reach forward to gain distance. Land on the same foot, continue the hops, while the left leg is held in stationary position throughout the exercise. Note that the arms are gathered together before landing, and swung upward-forward as the explosive take-off is performed (Bompa : 1994 : 84). Lompatan Satu Kaki

Posisi permulaan : berdiri. Gerakan : mendorong kaki kanan ke atas dan kemudian mencapai ke depan untuk mendapatkan jarak. Mendarat pada kaki yang sama,

(30)

melanjutkan lompatan, saat kaki kiri dipertahankan dengan posisi yang tetap pada seluruh latihan. Catatan bahwa lengan dihimpun bersama sebelum mendarat, dan diayun ke atas-depan seperti pemberangkatan yang siap ditampilkan. (Dapat dilihat pada gambar 2 b).

Gambar 2 b

Double Multiple Jump (Single Leg Hop) (Bompa : 1994 : 84)

Gerakan double multiple jump merupakan gerakan melompat dengan satu kaki sebagai tumpuan baik kaki kanan atau kiri dengan gerakan lompatan ganda (kanan-kanan kiri-kiri). Dalam hal ini lompatan yang dilakukan adalah gerakan melompat dengan kaki yang bergantian yaitu kanan-kanan kiri-kiri yang berselang-seling dengan lompatan ganda. Gerakan dimulai dari kaki kiri sebagai awalan tumpuan tolakan dan gerakan lanjutan kaki kiri sebagai tumpuan berikutnya dengan diikuti gerakan kaki kanan yang bergerak ke atas dengan posisi paha horisontal atau rata-rata

(31)

air diteruskan dengan gerakan kaki kanan yang sedikit rendah dan aktif mengayun guna membantu kaki kiri untuk mendapatkan jarak lompatan.

Pada saat bersamaan paha kaki kiri didorong ke atas untuk melakukan lompatan dan sebagai kaki tumpuan berikutnya. Dilanjutkan gerakan berikutnya kaki kanan bergantian melangkah ke depan dan menjadi tumpuan dengan diikuti gerakan lengan yang selaras dengan kaki. Gerakan ini dilanjutkan dengan gerakan yang sama secara konstan dan berganti-ganti kaki dan lengan dan lompatan ini dilakukan dengan jarak kurang lebih 25 sampai 30 meter.

2. Tendangan Jauh dalam Sepak Bola

Dalam penelitian ini teknik tendangan yang digunakan untuk melakukan tes awal dan tes akhir tendangan jauh yaitu menendang dengan punggung kaki bagian dalam. Macam-macam tendangan dalam permainan sepakbola yang harus diketahui dan dikuasai oleh seorang pemain sepakbola :

1. Atas dasar bagian mana dari kaki yang digunakan untuk menendang bola dengan : kaki bagian dalam, kura-kura kaki bagian luar, kura-kura kaki penuh, ujung jari, kura-kura kaki sebelah dalam, tumit (Sukatamsi, 1984:47) (lihat gambar 3 a)

2. Atas dasar kegunaan atau fungsi dari tendangan : a) Untuk memberikan operan bola kepada teman

b) Untuk menembakkan bola ke arah mulut gawang lawan, untuk membuat gol kemenangan

(32)

c) Untuk membersihkan atau menyapu bola di daerah pertahanan (belakang) langsung ke depan

d) Untuk melakukan bermacam-macam tendangan khusus yaitu untuk tendangan bebas, tendangan sudut, tendangan hukuman (pinalti) (Sukatamsi, 1984 : 48).

Gambar 3 a

Bagian kaki yang digunakan untuk menendang (Sukatamsi, 1984 : 47)

3. Atas dasar tinggi rendahnya lambungan bola

a) Tendangan bola rendah, bola menggukir datar di atas permukaan tanah sampai setinggi lutut

b) Tendangan bola melambung lurus atau melambung sedang, bola melambung paling rendah setinggi lutut dan paling tinggi setinggi kepala

(33)

c) Tendangan bola melambung tinggi, bola melambung paling rendah setinggi kepala (Sukatamsi, 1984 : 48).

4. Atas dasar arah putaran dan jalannya bola a) Tendangan lurus (langsung)

b) Tendangan melengkung (slice) (Sukatamsi, 1984 : 48).

Untuk dapat melakukan tendangan jauh dalam sepak bola dengan hasil yang maksimal, disamping membutuhkan kekuatan juga memerlukan penguasaan teknik menendang yang baik. Untuk dapat menghasilkan tendangan jauh yang baik, lebih tepat apabila menggunakan punggung kaki bagian dalam, karena akan menghasilkan lintasan bola yang melambung dan jauh. Teknik-teknik tendangan dengan punggung kaki bagian dalam adalah :

a) Letak Kaki Tumpu

Kaki tumpu adalah kaki yang menumpu pada tanah pada saat persiapan menendang dan merupakan titik berat badan. Posisi kaki tumpu akan menentukan arah lintasan bola. Posisi atau letak kaki tumpu yang baik untuk melakukan tendangan dengan menggunakan punggung kaki bagian dalam adalah kaki tumpu diletakkan di samping belakang bola antara 25 cm - 30 cm, arah kaki tumpu membuat sudut 400 dengan garis lurus arah bola (Lihat gambar 3 b)

b) Kaki Yang Menendang

Kaki yang menendang diangakat ke belakang, kemudian diayunkan ke depan kearah sasaran. Hingga punggung kaki bagian dalam dapat tepat mengenai

(34)

tengah-tengah di bawah bola. Gerak kaki yang menendang dilanjutkan ke depan (gerak lanjutan ke depan) (Lihat gambar 3 c).

Gambar 3 b Letak kaki tumpu

Menendang dengan punggung kaki bagian dalam (Sukatamsi, 1984 : 118)

Gambar 3 c Kaki yang menendang

Menendang dengan punggung kaki bagian dalam (Sukatamsi, 1984 : 118)

(35)

c) Sikap Badan

Pada waktu kaki yang menendang bola diayunkan ke belakang, badan condong ke depan. Pada waktu menendang bola karena posisi kaki tumpu berada di samping belakang bola, sikap badan condong ke belakang. Kedua lengan terbuka ke samping badan untuk menjaga keseimbangan. Karena kaki tumpu berada di samping bola maka panggul berada di atas bola, sikap badan sedikit condong ke depan (Lihat Gambar 3 d).

d) Pandangan Mata

Pada waktu menendang bola, arah pandangan mata pada bola kemudian pada arah sasaran.

Gambar 3 d Sikap Badan

Menendang dengan punggung kaki bagian dalam (Sukatamsi, 1984 : 118)

(36)

e) Bagian Bola yang Ditendang

Tepat di tengah bawah bola, bola akan melambung tinggi (Lihat gambar 3 e ). f) Menendang Bola dengan Ancang-Ancang

Bola dalam keadaan berhenti, pemain berdiri 3 – 5 langkah di belakang samping bola, sehingga letak pemain membuat sudut kurang lebih 400 dengan garis lurus arah sasaran bola (Lihat gambar 3 f ).

Gambar 3 e

Bagian bola yang ditendang (Sukatamsi, 1984 : 118)

Gambar 3 f

Menendang bola dengan ancang-ancang (Sukatamsi, 1984 : 119)

(37)

Kegunaan menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam : a) Untuk operan jarak jauh, untuk operan melambung atas (tinggi). b) Untuk tendangan tepat ke mulut gawang.

c) Untuk tendangan bola melambung.

d) Untuk tendangan kombinasi dengan gerakan lain (Sukatamsi, 1984 : 116).

Demikian halnya untuk mencari jarak atau hasil tendangan bola dengan pengaruh sudut elevasi, yaitu dengan suatu percobaan sederhana selang karet penyiraman kebun dapat dilihat lintasan pancuran airnya jika mulut selang diarahkan pada sudut yang besarnya berbeda-beda. Pada sudut 00 dengan garis vertikal tidak ada garis horisontalnya, yang ada seluruhnya kecepatan vertikalnya. Diantara sudut 00 dan 900, akan terlihat bahwa pada sudut yang berbeda akan terjadi lintasan gerak air yang berbeda pula.

Ada suatu pola hubungan antara sudut elevasi, jarak vertikal dan jarak horisontal dari lintasan geraknya. Dalam gambar 10 terlihat bahwa lintasan A dan lintasan B merupakan jarak horisontal yang paling kecil meskipun jarak horisontalnya sama, tapi jarak vertikalnya sangat berbeda. Sudut elevasi untuk A merupakan penyiku dari sudut elevasi untuk B. Sudut evaluasi untuk A adalah 200 dan sudut elevasi untuk B adalah 700, demikian juga C dan D. Sudut untuk C adalah 600 dan sudut elevasi untuk D adalah 300, dua sudut yang paling menyiku satu sama lain akan menghasilkan jarak horisontal yang sama, tetapi jarak vertikal dari sudut yang lebih besar akan selalu lebih besar. Hubungan ini sedemikian rupa sehingga makin besar perbedaan antara dua sudut itu, maka makin besar pula perbedaan titik-titk tertinggi

(38)

dari lintasan geraknya. Pada lintasan E sudut elevasi adalah 450, sudut dengan komponen vertikal yang sama dengan komponen horisontalnya.

Dengan sudut elevasi 450 akan dihasilkan waktu maksimal di udara dan kecepatan horisontal maksimal. Oleh karenanya, secara teoritis untuk menendang bola merupakan sudut optimal untuk menghasilkan jarak horisontal terbesar. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut ini.

B 700 D 600 E 450 C 300 A 200 200 700 300 600 450 Gambar 4

Pengaruh sudut Elevasi Pada Jarak Horisontal danVertikal (Soedarminto, 1991 : 92)

3 Tinjauan Ilmu Anatomi

Pada dasarnya gerakan menendang bola dan gerakan single multiple jump dan double multiple jump apabila ditinjau dari ilmu anatomi sama, yaitu sama-sama melibatkan anggota gerak tubuh bagian bawah yaitu kerangka dan otot anggota tubuh gerak bagian bawah. Untuk memperjelas bagian-bagian dari anggota gerak tubuh

(39)

bagian bawah yang digunakan yaitu otot-otot dan tulang-tulang yang terlibat dalam gerakan latihan single multiple jump dan double multiple jump serta untuk menendang bola menggunakan punggung kaki bagian dalam akan diuraikan sebagai berikut :

3.1 Single Multiple Jump dan Double Multiple Jump

Dari dua bentuk latihan single multiple jump dan double multiple jump, secara gerak kinesiology dan anatomis otot-otot pada tungkai yang terlibat langsung dalam latihan di atas pada perinsipnya sama.

Gerak flexsi paha (flexion of the thigh) otot yang berperan yaitu : otot sartorius, illiacus dan gracialis.

Gerakan extensi paha atau melururskan paha (extention of the thigh) otot yang berperan yaitu : biceps femoris, semitendinosus (kelompok hamstring) dan juga gluteus maksimus dan minimus (the gluteals).

Gerak extensi lutut (extention of the knee) otot yang berperan yaitu : otot rectus femoris, fastus lateralis, vastus medialis dan intermedius (kelompok guadriceps) Gerakan flexsi pada lutut dan kaki. (flexsion of the knee and foot). Otot yang berperan yaitu : gastrocnemius. Untuk lebih lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5 a, b, dan c.

3.2 Menendang Bola dengan Punggung Kaki Bagian Dalam

Semua gerakan yang dilakukan oleh manusia melibatkan kombinasi gerakan beberapa otot. Kontraksi otot akan menimbulkan suatu gerakan menurut letak dan gerakan apa saja yang dilakukan manusia. Gerakan uyunan kaki menendang bola melibatkan kontraksi otot paha, tungkai dan telapak kaki. Besar kecilnya kontraksi

(40)

otot tergantung pada seberapa besar tenaga dan kekuatan yang digunakan untuk kerja tersebut.

Gambar 5 a

Otot-otot paha kanan dan pelvis, pandangan anterior dan posterior (H. Syaifudin, 1994 : 45 )

Gerakan tungkai bawah saat menendang bola termasuk dalam gerakan rotasi angular, karena tungkai bawah berputar pada sendi panggul. Gerakan rotasi atau angular terjadi bila objek bergerak pada lintasan lingkaran mengelilingi satu titik tetap. Jarak yang ditempuh bisa berupa busur kecil/lingkaran penuh kebanyakan gerakan segmen-segmen tubuh bergerak (kaki ayun) pada satu titik tetap dan

(41)

lintasannya berbentuk suatu busur lingkaran. Otot yang terlibat dalam kegiatan menendang bola yaitu otot tensor fasialata, otot abductor paha, otot gluteus maxsimus, otot vastus lateralis, otot sartorius, otot fibialis anterior, otot rextus femoris, otot gastroxnemius, otot proneus longus, otot soleus, otot extensor digitorum longus, otot abductor, otot paha medial, otot paha lateral (Soedarminto, 1991 : 118). Untuk lebih lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5 a, b, dan c.

Gambar 5 b

Otot-otot paha kanan dan pelvis, pandangan anterior dan posterior (H. Syaifudin, 1994 : 46 )

(42)

Gambar 5 c

Otot-otot superfisial dari tungkai kanan, pandangan anterior dan posterior (H. Syaifudin, 1994 : 47)

B. Hipotesis

Berdasar kajian pada landasan teori di atas serta berdasarkan kelebihan dan kekurangan bentuk latihan loncat satu tungkai kanan-kiri dan loncat satu tungkai

(43)

kanan-kanan kiri-kiri terhadap hasil tendangan jauh pada permainan sepakbola maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

2. Ada pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

3. Ada perbedaan pengaruh hasil antara latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian sebagai mana kita kenal sekarang, memberikan garis-garis yang cermat dan mengajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya adalah untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dalam suatu penelitian dapat mempunyai harga ilmiah yang setinggi-tingginya. Sehingga dalam suatu penelitain metodologi penelitian berbobot atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada pertanggungjawaban dari metodologi penelitiannya. Penggunaan metodologi dalam suatu penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Agar dalam penelitian dapat memperoleh hasil yang baik dan sesuai dengan apa yang penulis harapkan, maka pada bab ini akan diuraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi : a) Metode penentuan obyek penelitian, b) instrument penelitian, c) metode pengumpulan data, d) metode analisis data, e) langkah-langkah penelitian, f) faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian dan cara mengatasinya.

A. Metode Penentuan obyek penelitian

Ada tiga hal yang dibahas dalam penentuan obyek penelitian yaitu : 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998 : 115). Dari pengertian tersebut yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola kelas dua

(45)

SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, semua orang laki-laki yang berjumlah 72 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diselidiki (Suharsimi Arikunto, 1998 : 117). Yang dimaksud sampel dalam penelitian ini adalah sebagian individu yang mempunyai sifat sama untuk diselidiki dan dapat mewakili seluruh populasi. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan purposive sample, artinya pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri segingga dapat mewakili populasi (Suharsimi Arikunto, 1998 : 128). Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah siswa kelas dua yang aktif mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007 sebanyak 30 orang.

3. Variabel

Yang dimaksud variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998 : 99). Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud adalah :

a. Variabel bebas yang terdiri dari :

1. Latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola.

(46)

2. Latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola.

b. Variabel terikat yaitu jauhnya hasil tendangan pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola.

B. Instrumen Penelitian

1. Tes Tendangan Jauh

Instrumen Tes Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes melakukan tendangan sejauh-jauhnya. Tes menendang ini akan diuraikan sebagai berikut. Setiap siswa (obyek) menendang bola dalam keadaan diam sebanyak 3 kali sejauh mungkin dan hasil tendangan yang terjauh yang akan diambil. Jauhnya tendangan akan diukur dari titik dimana bola dalam keadaan diam sebelum ditendang sampai pada titik jatuhnya bola setelah bola ditendang. Tes menendang jauh ini akan dipergunakan untuk melakukan tes awal dan tes akhir (lihat gambar 7 a)

Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan tendangan lambung dari M. Barrow, P.E.D yang mempunyai tujuan untuk mengukur kemampuan tendangan lambung pemain sepak bola. Pelaksanaan tes kemampuan tendangan dari M. Barrow, P.E.D yaitu siswa melakukan tendangan lambung ke dalam lapangan tes lambung, dimulai dari batas bola diam yang berada pada garis tepi. Untuk mengukur tendangan lambung dari batas bola tendang sampai bola jatuh pertama kali di tanah, lalu diukur dalam satuan meter. Dalam tes tendangan lambung ini anak diberi kesempatan tiga kali dan kemudian diambil nilai yang terbaik. Untuk lebih lanjut dapat dilihat gambar 7 b

(47)

Gambar 7 a Tes Tendangan Jauh (Penelitian Lapangan)

0 15 m 20 m 25 m 30 m

Gambar 7 b

Lapangan Tes Tendangan Lambung

(M. Barrow, P. E. D, dalam Aris Setiawan 2004 : Perbandingan Hasil Tendangan Bola antara Tungkai Panjang dan Tungkai Pendek pada Pemain Sepak Bola Senior

Klub Perseba Bangsri Jepara Tahun 2004 ) 2. Program Latihan

Program latihan dalam penelitian ini hanya dilakukan selama 14 kali pertemuan dengan frekuensi tiga kali dalam satu minggu dan jumlah repetisinya mulai dari 8

(48)

kali, 10 kali, 12 kali, sampai 26 kali, sedangkan jumlah setnya tetap setiap pertemuan yaitu 3 set. Untuk lebih jelas program latihan dapat dilihat pada lampiran 9 hal 63.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu kegiatan untuk meneliti sesuatu gejala yang dinamakan latihan atau perlakuan. Dasar penggunaan metode eksperimen adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan terhadap subyek dan diakhiri dengan tes untuk menguji kebenarannya.

Berdasarkan uraian di atas, untuk penelitian ini menggunakan metode eksperimen, pada pola yang digunakan adalah Matching Subject Design yang selanjutnya disebut dengan pola M – S. Subject matching sudah tentu sekaligus group matcing, karena hakekatnya subject metching adalah sedemikian rupa sehingga pemisahan-pemisahan pasangan-pasangan subyek (pair of subjects) masing-masing ke grup eksperimen dan grup kontrol secara otomatis akan menyeimbangkan kedua grup itu (Sutrisno Hadi, 2004 : 511).

Eksperimen dengan pola matching by subject desgn pada prinsipnya ada tiga cara pairing yaitu : 1. Nominal Pairing, 2. Ordinal pairing, 3. Combinednominal and ordinal pairing (Sutrisno Hadi, 2004 : 512). Dalam penelitian ini untuk menyeimbangkan kedua kelompok tersebut dengan cara subject matching ordinal pairing, yaitu subyek yang hasilnya setingkat, kemudian anggota-anggota tiap pasang dipisah yang seorang ke grup eksperimen dan seorang lagi ke grup kontrol (Sutrisno Hadi, 2004 : 512). Karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan grup

(49)

eksperimen I dan grup eksperimen II, maka grup kontrol diganti dengan grup eksperimen II dan grup eksperimen diganti dengan grup eksperimen I.

Untuk memperoleh data-data yang sesuai peneliti menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu kegiatan untuk meneliti sesuatu gejala yang dinamakan latihan atau perlakuan. Dasar penggunaan metode eksperimen adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan terhadap subyek dan diakhiri dengan tes untuk menguji kebenarannya.

D. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data statistik. Data-data yang diperoleh selanjutnya akan dimasukkan tabel, yaitu tabel perhitungan statistik sebagai berikut.

Tabel 1

PERSIAPAN PERHITUNGAN STATISTIK No. Pasangan Subyek Xa Xb D (Xa - Xb) d (D – MD) d2 1 2 3 4 5 6 7 1. 2. 3. 4. 5. dst ΣN ΣXa ΣXb ΣD Σd Σd2 Keterangan :

Xb : Hasil tes akhir kelompok eksperimen I Xa : Hasil tes akhir kelompok eksperimen II D : Perbedaan dari tiap-tiap pasangan

(50)

d : Deviasi perbedaan

d2 : Kuadrat dari deviasi perbedaan

ΣN : Jumlah pasangan subyek Cara pengisian kolom:

1. Catat nomor-nomor subyek pada kolom (1) 2. Pasangan subyek pada kolom (2)

3. Nilai kelompok eksperimen II pada kolom (3) 4. Nilai kelompok eksperimen I pada kolom (4) 5. Selisih nilai Xb dan Xa pada kolom (5)

6. Selisih antara D dan mean perbedaan pada kolom (6) 7. Kuadrat dari deviasi mean perbedaan pada kolom (7)

Untuk menganalisis data selanjutnya dapat digunakan rumus t-tes sebagai berikut:

(

1

)

2 − Σ = N N d MD t N D MD

Dan harus diketahui bahwa :

Σd = Xa – Xb Σd = 0 Keterangan :

MD = Mean perbedaan

Σd2 = Jumlah kuadrat dari deviasi perbedaan mean

(51)

Uji hipotesis kerja I yang menyatakan “Ada pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007” dan Uji hipotesis kerja II yang menyatakan “Ada pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007” diubah menjadi hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepak bola pada siswa ekstra kurikuler sepak bola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007. Diuji dengan taraf signifikan 5 % dan (db) = 14

Uji hipotesis kerja III yang menyatakan “Ada perbedaan pengaruh hasil antara latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007”. Hasilnya digunakan membedakan mean kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kemudian hasil uji hipotesis kerja I dan II terbukti kebenarannya. Perhitungan statistik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 hal 60.

(52)

E. Langkah – Langkah Penelitian

1. Tahap Persiapan

Setelah mendapat surat ijin penelitian dari FIK, peneliti menghadap kepala sekolah SMA N 8 Semarang untuk meminta ijin mengadakan penelitian dengan melampirkan surat ijin penelitian dari DINAS PENDIDIKAN kota Semarang di sekolah tersebut. Setelah mendapat ijin peneliti menghubungi guru pembina ekstrakurikuler sepakbola untuk meminta ijin tentang penggunaan siswanya sebagai subyek penelitian. Setelah didata, penulis mengambil sampel semua siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola sebanyak 30 siswa

2. Tes Awal

Tes awal dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2006 mulai pukul 15.00 WIB sampai selesai di lapangan sepakbola PGSD UNNES Karang Anyar Ngaliyan Semarang. Tujuan diadakan tes awal ini adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa ekstra kurikuler sepakbola dalam melakukan tendangan jauh sebelum diberi perlakuan. Dalam pelaksanaan tes awal penulis dibantu oleh 10 orang yang sebelumnya telah diberi penjelasan tes awal tersebut. Sedangkan alat yang digunakan dalam pelaksanaan tes awal ini yaitu 3 buah bola, meteran, kapur, cone, alat tulis.

Sebelum melakukan tes awal, anak diberi penjelasan mengenai jalannya tes awal tersebut. Langkah-langkah pelaksanaan tes awal adalah sebagai berikut :

a. Setiap testee didipanggil satu-persatu menurut nomor tes masing-masing. b. Testee yang dipanggil masuk ke lapangan dan berdiri di belakang bola.

(53)

c. Testee melakukan tendangan menggunakan awalan, bola dalam keadaan diam dan menendang sejauh-jauhnya sebanyak 3 kali tendangan.

d. Nilai yang diambil adalah hasil dari tendangan yang terjauh.

Dari tes awal ini, sampel yang berjumlah 30 orang dipasang-pasangkan menjadi 15 pasang. Kemudian membagi sampel menjadi dua kelompok, yang kemudian diberi nama kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Setelah terbentuk 2 kelompok, kemudian diadakan undian untuk menentukan bentuk latihan dari masing-masing kelompok. Selanjutnya kedua kelompok diberi perlakuan, kelompok eksperimen I diberi perlakuan latihan. single multiple jump dan kelompok eksperimen II diberi perlakuan untuk latihan double multiple jump.

3. Pelaksanaan Latihan

Latihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihan kian bertambah (Tohar, 2002 : 1). Pada prinsipnya latihan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola, dengan latihan loncat satu tungkai, dengan demikian diterapkan frekuensi latihan 3 kali satu minggu sebanyak 14 kali pertemuan. Setiap pertemuan beban latihan ditambah dalam jumlah repetisinya mulai dari 8 kali, 10 kali, 12 kali, sampai 26 kali, sedangkan jumlah setnya tetap setiap pertemuan yaitu 3 set.

Latihan awal dimulai dari 8 kali karena 80% dari kemampuan maksimal dari 10 kali loncatan dengan jarak kurang lebih 25 meter sampai 30 meter. Tetapi dalam penelitian ini latihan yang dilakukan hanya selama 14 kali pertemuan bukan 16 kali

(54)

pertemuan, dikarenakan selama 14 kali pertemuan itu dianggap sudah cukup memberikan perubahan, sehingga peneliti mencoba mengambil tes akhir setelah latihan yang dilaksanakan selama 4 minggu sesuai dengan batas waktu minimal latihan menurut (Bompa, 1994 : 61)

Latihan ini dimulai pukul 15.00 WIB sampai selesai. Kegiatan ini meliputi tiga bagian pokok yaitu :

a. Pemanasan atau Warming Up

Pemanasan tubuh atau warming-up itu penting dilakukan sebelum berlatih, tujuan pamanasan ialah untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh, guna menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Selain itu juga untuk menghindari diri dari kemungkinan cidera, meningkatkan metabolisme tubuh, mengkoordinasikan gerakan yang mulus, menyesuaikan diri organ tubuh untuk bekerja lebih berat, dan kesiapan mental agar kian meningkat. Pemanasan yang dilakukan dalam latihan ini meliputi : lari keliling lapangan, stretching, latihan kekuatan dan peregangan.

b. Latihan Inti

Latihan inti di sini adalah bentuk latihan yang diteliti untuk dibandingkan. Bentuk latihan yang dilakukan adalah latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh untuk kelompok eksperimen I, dan latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh untuk kelompok eksperimen II.

(55)

c. Pelemasan atau Cooling Down

Pelemasan ini ditujukan untuk memulihkan tubuh ke kondisi sebelum latihan, sehingga ketegangan-ketegangan otot akan berkurang secara berangsur-angsur ke keadaan semula agar tidak ada keluhan sakit setelah latihan.Selain pelemasan atau penenangan yang merupakan aktivitas tubuh, penulis mengadakan koreksi secara klasikal dan secara individual tentang latihan yang telah dilakukan. 4. Tes Akhir

Setelah menjalani latihan selama 4 minggu dengan 14 kali pertemuan, peneliti mencoba mengambil tes data akhir dan hasil dari tes tersebut sudah menunjukkan terjadinya perubahan hasil tendangan jauh, sehingga hasil tes tersebut peneliti ambil. Pada tanggal 14 Agustus 2006 dijadikan tes akhir oleh peneliti, tes akhir yang dilakukan dalam penelitian ini sama dengan yang dilakukan pada tes awal dengan tujuan untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh tiap-tiap anak dari masing-masing kelompok setelah melakukan latihan.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian dan cara mengatasi

Walaupun dalam penelitian telah diusahakan terhindar dari adanya kesalahan, namun diluar kemampuan peneliti dapat terjadi hal-hal yang mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu penulis akan mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi dan usaha untuk mengatasinya. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Faktor kesungguhan hati

Kesungguhan hati dalam melakukan dari tiap-tiap sampel tidak sama sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk menghindari hal itu diusahakan agar

(56)

tiap-tiap anak bersungguh-sunguh dalam melakukan latihan, cara yang ditempuh adalah dengan mengawasi dan mengontrol subyek dalam melakukan latihan.

b. Faktor pemberian materi

Pemberian materi latihan mempunyai peran besar dalam usaha mencapai hasil yang baik. Usaha yang ditempuh agar menyampaikan materi latihan kepada anak dapat diterima dengan baik adalah sebelum latihan dimulai anak diberi petunjuk secara lisan, setelah itu didemonstrasikan dengan baik agar subyek yang merasa belum jelas diberi kesempatan untuk bertanya karena dalam pelaksanaan masih ada kesalahan yang terjadi.

c. Faktor kegiatan anak di luar sekolahan

Selama berlangsung penelitian, kegiatan anak diluar latihan sangat sulit diatasi. Untuk mengatasi hal itu penulis memberi pengertian kepada anak agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang sama diluar penelitian. Hal ini bertujuan untuk menghidari adanya perbedaan porsi latihan.

d. Faktor kemampuan anak

Setiap anak mempunyai kemampuan yang tidak sama dalam menangkap penjelasan dan demonstrasi latihan sehingga kemungkinan melakukan kesalahan masih ada. Untuk itu selalu diadakan koreksi secara keseluruhan setelah anak menyelesaikan semua latihan yang ditentukan.

(57)

e. Faktor kebosanan

Karena setiap kali pertemuan melakukan latihan loncat saja, jelas ini akan menimbulkan kebosanan. Untuk mengatasi hal itu, pada saat latihan diberi fariasi latihan dan setelah melakukan latihan anak diberi kesempatan bermain.

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah mengadakan penelitian lapangan dari siswa ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang diperoleh hasil data yang kemudian akan di masukkan dalam perhitungan statistik sebagai berikut : N = 15 ; ΣXa = 504,60 ; ΣXb = 530 ; ΣD = - 25,4 ; Σd = 0,00 ; Σd2 = 75,07 ; MD = -1,69 ; t = 2,827. Mean tes awal kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) = 29,44 ; Mean tes awal kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump) = 29,43 ; Mean tes akhir kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) = 35,33 ; Mean tes akhir kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump) = 33,64.

Setelah memperoleh data dari hasil tes akhir dari masing-masing kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) dan kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump), maka selanjutnya hasil tersebut dimasukkan ke dalam persiapan perhitungan statistik. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan hasil t – hitung sebesar 2,826592 dibulatkan menjadi 2,827. Setelah dicari nilat t dalam tabel dengan derajat kebebasan (db) 14 dan taraf signifikansi 5 % maka diperoleh nilai t dalam tabel sebesar 2,145. Sehingga dapat diketahui nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel yaitu 2,827 > 2,145.

(59)

TABEL 2

HASIL PERHITUNGAN THITUNG DAN TTABEL

THITUNG TTABEL HASIL Keterangan

2,827 2,145 2,827 > 2,145 Signifikan

Keterangan : Db : 14

Taraf Signifikan : 5 % N (Pasangan Subyek) : 30

Ternyata hasil t hitung lebih besar dari t tabel, berarti hipotesis yang menyatakan ada pengaruh latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, ditolak. Oleh sebab itu hipotesis kerja yang menyatakan ada perbedaan pengaruh hasil antara latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, diterima.

Kemudian untuk mengetahui latihan mana yang lebih baik hasilnya dapat dilihat dari besarnya nilai mean tes akhir dari masing-masing kelompok, adapun hasil mean tes akhir dari masing-masing, mean kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) = 35,33 dan mean untuk kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump) = 33,64

(60)

TABEL 3

PERHITUNGAN MEAN

Kelompok Eksperimen Post – Test Hasil

Eksperimen I Eksperimen II 35,33 33,64 35,33 > 33, 64 atau M EI > M EII

Berdasarkan hasil antara mean tes akhir kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) sebesar 35,33 dan kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump) sebesar 33,64. Dengan demikian maka bentuk latihan single multiple jump lebih baik hasilnya daripada bentuk latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

B. Pembahasan

Hasil tes awal yang dilakukan pada 10 Juli 2006 yang diiukuti oleh 30 orang yaitu siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang dalam hal ini dijadikan sampel penelitian, setelah melaksanakan tes awal tendangan jauh didapatkan hasil sebagai berikut : Mean kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) = 29,44 dan Mean kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump) = 29,43.

Setelah mendapatkan perlakuan latihan single multiple jump dan double multiple jump sesuai kelompok yang sudah dibagi, dilakukan tes akhir pada 14

(61)

Agustus 2006 yaitu tes yang sama dengan tes awal yaitu tes tendangan jauh dengan hasil : Mean kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) = 35,33 dan Mean kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump) = 33,64. Dari hasil ini didapatkan peningkatan hasil tendangan jauh dari kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) dan kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump) terbukti dari peningkatan mean yang didapatkan yaitu : kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) dari 29,44 menjadi 35,33 dan kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen single multiple jump) dari 29,43 menjadi 33,64.

Dengan terbukti hipotesis kerja I yang menyatakan ” Ada pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007” dan hipotesis kerja II yang menyatakan ” Ada pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007” Dan hipotesis kerja II yang menyatakan ”Ada perbedaan pengaruh hasil antara latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007”.

Dilihat dari analisis gerakan, kedua bentuk latihan tersebut di atas adalah sama, yaitu adanya kontraksi pada otot dimana akan terjadi perubahan panjang otot dan gerak pada persendian atau beberapa sendi. Disamping itu juga adanya irama gerakan

(62)

yaitu loncatan ke depan. Pada kedua latihan tersebut terjadi pendekatan otot dan pemanjangan otot, dengan demikian kedua latihan tersebut di atas dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan tungkai sehingga berpengaruh terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini telah terbukti kebenarannya dengan adanya perubahan hasil tendangan setelah dilakukan pada saat tes akhir dilihat dari peningkatan mean kedua kelompok eksperimen. Dengan adanya peningkatan hasil tandangan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang cukup berarti dari latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007. Dan berdasarkan hasil yang ada ternyata kelompok eksperimen I yang mendapatkan latihan single multiple jump lebih berpengaruh daripada kelompok eksperimen II yang mendapatkan latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa kelas dua yang mengikuti ekstra kurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

Hal ini dibuktikan dengan besarnya selisih hasil tendangan dari tes awal dan tes akhir yang dengan hasil kelompok eksperimen I lebih besar daripada kelompok eksperimen II. Hal ini dikarenakan latihan single multiple jump memiliki beban yang lebih berat dibandingkan latihan double multiple jump. Hal itu bisa terjadi karena latihan single multiple jump lebih menyeluruh pengaruhnya pada tungkai, baik tungkai bagian atas dan tungkai bagian bawah dikarenakan latihan single multiple jump membutuhkan tolakan ke atas dan ke depan dalam satu kali loncatan.

(63)

Sebaliknya latihan double multiple jump berpangaruh, tetapi lebih pada tungkai bagian bawah dikarenakan tolakan tungkai lebih cenderung melakukan gerakan loncat ke atas sehingga lebih berpengaruh pada tungkai bagian bawah.

(64)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ada pengaruh hasil latihan single multiple jump terbukti dengan adanya peningkatan terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

2. Ada pengaruh hasil latihan double multiple jump terbukti dengan adanya peningkatan terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

3. Ada perbedaan pengaruh hasil antara latihan single multiple jump dan double multiple jump tebukti dengan perbedaan hasil mean tes akhir antara kelompok eksperimen I yang mendapatkan latihan single multiple jump lebih baik daripada hasil mean tes akhir kelompok eksperimen II yang mendapatkan latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.

(65)

B. Saran

Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Untuk pembina dan pelatih ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang dalam usaha meningkatkan hasil tendangan jauh pada siswa ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang dianjurkan untuk menggunakan latihan daya ledak otot tungkai dengan latihan plyometrik yang salah satunya single multiple jump.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perbandingan bagi peneliti muda atau mahasiswa apabila akan mengadakan penelitian yang sejenis dengan sampel yang berbeda, dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada.

Gambar

Ilustrasi grafis beban lebih sistem tangga  (Tohar, 2002 : 8).
Gambar 3 c  Kaki yang menendang
Gambar 3 d  Sikap Badan
Gambar 7 a  Tes Tendangan Jauh  (Penelitian Lapangan)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah penilaian positif terhadap diri sendiri mengenai kemampuan yang ada dalam dirinya

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi galur kedelai berbiji sedang dan berbiji besar yang adaptif pada lahan kering masam di Sumatera Selatan dan Lampung, serta

TARIKH / MASA KURSUS KOD KURSUS PROGRAM PENSYARAH JUMLAH. CALON

Faktor penghambat yang dihadapi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan tentang pengelolaan sampah Kota Bontang adalah kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai

Berdasarkan hasil uji t, menyatakan bahwa dari lima variabel independen terdapat tiga variabel yang tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu ineffective

Penelitian tersebut sejalan dengan pendapat (Ansauri, 1998: 210) berpendapat bahwa usaha untuk mempertahankan kualitas dari produk yang dihasilkan, supaya sesuai

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah memberikan solusi dengan meluncurkan suatu program yang dinamakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

Strategi Pembelajaran Matematika dalam Meningkatkan Prestasi Belajar.... Pendekatan Pembelajaran matematika dalam Meningkatkan