• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI USAHA WARUNG MAKANAN DALAM EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA OBYEK WISATA KARANG ANYER KABUPATEN SIMALUNGUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI USAHA WARUNG MAKANAN DALAM EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA OBYEK WISATA KARANG ANYER KABUPATEN SIMALUNGUN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI USAHA WARUNG MAKANAN

DALAM EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA OBYEK

WISATA KARANG ANYER KABUPATEN SIMALUNGUN

Mastauli Siregar

Abstract

Tourism activities can stimulate economy activity growth. One of them is the small shop food effort. The small shop food effort gives chance to making effort and labor for people in tourism area, an then it gives a good contribution to household economy. This chance should be used by people to get income and increasing and improvement of their life. Besides as additional income resources, the small shop food effort also can became to as primary income resources by people who live in tourism area.

Keywords: informal economy sector, economy social, household economy

Pendahuluan

Pariwisata tidak hanya menjadi sumber penghasil devisa saja, tetapi juga menjadi sumber kesempatan kerja dan pendapatan bagi masyarakat di daerah obyek wisata. Oleh karena itu pariwisata yang sudah barang tentu tergantung pada kegiatan sektor-sektor lain dalam perekonomian dapat dipandang sebagai sektor yang mempunyai peranan penting seperti halnya sektor-sektor yang lain.

Meski pemerintah mengutamakan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing, namun tidaklah berarti pengembangan wisata domestik diabaikan. Pemerintah berusaha juga menggalakkan wisata domestik. Pada puncak-puncak hari libur, jumlah wisata domestik sedemikian besarnya. Perkembangan wisata domestik berpengaruh baik pada peningkatan pendapatan daerah, pemerataan pendapatan, maupun pengenalan tanah air.

Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang terencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun kultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan

sosial dari suatu negara. Di samping itu rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata sehingga dampak positif bisa dimaksimalkan dan dampak negatif diminimalkan (Geriya 1983: 56-57).

Pengembangan pariwisata akan membawa beberapa keuntungan, antara lain:

1) Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha;

2) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah;

3) Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah;

4) Meningkatkan pembangunan sektor lain;

5) Memperkokoh sifat persatuan dan kesatuan bangsa, serta menimbulkan rasa cinta tanah air Windiyanti (1993: 5-6).

Menciptakan kesempatan kerja dari adanya pariwisata adalah sangat penting, sebab sektor ini dapat memberikan kesempatan kerja bagi orang-orang yang ketiadaan dan kekurangan jam kerja. Di samping itu banyak pekerjaan yang ditimbulkan tidak memerlukan

(2)

pendidikan atau keterampilan yang tinggi. Karena sektor pariwisata sifatnya padat karya, maka sektor ini dapat menyerap kelebihan (surplus) tenaga kerja di sektor pertanian yang keterampilannya rendah, karena banyak keterampilan operasional pada sektor ini relatif sederhana dan cepat dapat dikembangkan oleh masyarakat setempat (Erawan 1994: 30).

Pada hakikatnya pengembangan sektor pariwisata membawa pengaruh pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat karena adanya pengunjung yang bertindak sebagai konsumen jasa-jasa yang terdapat di lokasi tersebut. Jadi dengan adanya pengeluaran wisatawan tersebut dapat merangsang pertumbuhan sektor ekonomi lainnya, misalnya wisatawan tersebut memerlukan makanan, dan lain sebagainya (Geriya, 1983: 24-25).

Spillane menyatakan tentang peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yakni segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi sosial (penciptaan lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan-wisatawan asing). Ketiga segi tersebut tidak saja berlaku bagi wisatawan asing, tetapi juga untuk wisatawan-wisatawan domestik yang kian meningkat peranannya (Spillane 1993: 54).

Peranan sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa-jasa), baik dilihat dari penyerapan tenaga kerja maupun sumbangannya terhadap Pendapatan Asli Daerah meningkat dengan cepat. Dari 658.908 usaha sektor nonpertanian di Sumatera Utara, sektor perdagangan yang terbesar penyerapannya (64,62%) dari usaha yang ada. Dominannya sektor perdagangan tidak terlepas dari kontribusi subsektornya, yakni perdagangan besar 3.397 usaha (0,80%), perdagangan eceran 299.059 usaha (70,23%), dan jasa restoran, rumah makan, bar, dan jasa boga 122.467 usaha (28,76%) serta jasa akomodasi 885 usaha (0,21%) (BPS 1997: 125). Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar setelah pertanian. Dari 1.465.582 orang tenaga kerja sektor nonpertanian, 730.959 orang di antaranya bekerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran (BPS 1998: 127).

Berdasarkan data-data tersebut dapat diduga bahwa peranan sektor pariwisata sangat penting di daerah ini, namun demikian, sejauh ini belum ada penelitian yang mendalam yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

pariwisata terhadap perekonomian daerah. Akhirnya dengan peningkatan pendapatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung tersebut maka pengeluaran untuk konsumsi akan meningkat, dan ini memberikan dorongan lebih lanjut terhadap perekonomian setempat hingga kesempatan kerja dan pendapatan akan meningkat lebih lanjut. Selanjutnya pengaruh tersebut dapat mendorong mereka ini untuk bekerja lebih keras, agar mereka dapat memperbaiki standar hidupnya.

Pengembangan pariwisata yang memiliki pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat tersebut, di antaranya adalah pengaruh di bidang sosial ekonomi masyarakatnya. Demikian juga halnya di Desa Karang Anyer yang memiliki obyek wisata pemandian. Pelaksanaan pengembangan pariwisata di daerah ini telah mulai menunjukkan pengaruhnya terhadap sosial ekonomi masyarakat di sekitar lokasi pariwisata tersebut. Salah satu perubahan yang paling tampak adalah sumber-sumber penghasilan dan pekerjaan mereka.

Obyek wisata pemandian Karang Anyer termasuk salah satu dalam jenis pariwisata rekreasi di mana para pengunjung yang umumnya wisatawan domestik banyak datang untuk beristirahat menyegarkan keletihan dan kelelahan. Banyak pengunjung yang datang baik secara perorangan maupun kelompok (rombongan) terutama di hari-hari besar dan hari-hari libur mengunjungi obyek wisata ini.

Kegiatan di atas merupakan pasar besar bagi industri pariwisata. Pengeluaran wisatawan/pengunjung diharapkan dapat merangsang pertumbuhan sektor ekonomi masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi pemandian dengan mengambil keuntungan dari kunjungan wisatawan. Di antara keuntungan tersebut dapat dilihat dengan banyaknya tumbuh usaha-usaha sektor informal, seperti halnya dengan usaha warung makanan.

Masyarakat sekitar yang umumnya bermata pencaharian petani dan buruh tani banyak yang membuka usaha warung makanan untuk mencari tambahan penghasilan. Namun sayang belum dapat diketahui sejauh mana kontribusi usaha warung makan tersebut berpengaruh terhadap sosial ekonomi rumah tangga masyarakat sekitar lokasi tersebut.

(3)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karang Anyer, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, dengan luas wilayah 349 ha. Wilayah Desa Sangkaran terletak pada ketinggian 834 m dari permukaan laut. Jarak ke pusat kecamatan ± 7 km dan ke pusat kabupaten ± 11 km.

Penelitian ini bersifat eksplanasi yang berupaya membuktikan hipotesis dengan ukuran-ukuran tertentu.

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Karang Anyer berdomisili di sekitar obyek wisata pemandian yang memiliki usaha warung makanan yang berjumlah 65 KK. Dari populasi ini dengan menggunakan teknik sampling bertujuan (purposive sampling)

diambil sampel sebanyak 39 KK.

Data yang dibutuhkan diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan dilengkapi dengan wawancara. Data penelitian dianalisis secara kuantitatif.

Adapun rumusan hipotesis statistiknya adalah:

Ho: Usaha warung makanan tidak

memberikan kontribusi yang positif terhadap sosial ekonomi rumah tangga. H1: Usaha warung makanan memberikan

kontribusi yang positif terhadap sosial ekonomi rumah tangga.

Penelitian ini mengkaji tentang kontribusi usaha warung makanan terhadap sosial ekonomi rumah tangga pada obyek wisata. Konsep usaha warung makanan dioperasionalisasikan ke dalam berbagai item seperti status kepemilikan usaha, siapa yang mengelola usaha, modal usaha, dan khalayak sasaran/konsumen.

Sedangkan konsep sosial ekonomi rumah tangga dioperasionalisasikan ke dalam berbagai item seperti pendapatan, tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan rumah tangga, pendidikan, dan tabungan/ simpanan.

Kontribusi Usaha Warung Makanan terhadap Sosial Ekonomi Rumah Tangga

Tabel 1.

Status Kepemilikan Usaha

No Status Kepemilikan F % 1 2 3 4 Milik sendiri Patungan Menyewa Menumpang 23 1 11 4 58,9 2,6 28,2 10,3 Total 39 100

Sumber: Data Primer

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 39 responden, 28 orang (81,8%) tidak mengeluarkan biaya sewa dan hanya 11 orang (28,2%) yang mengeluarkan biaya sewa untuk mengelola usaha warungnya. Hal ini sudah tentu akan mengurangi beban/biaya yang harus dikeluarkan dalam mengelola usaha warung.

Sedangkan tenaga kerja yang digunakan dalam mengelola usaha warung makanan berasal dari kalangan keluarga sendiri seperti dapat dilihat pada tabel 2.

Usaha warung makanan dapat memberikan lapangan kerja bagi kalangan keluarga khususnya. Peranan istri/ibu rumah tangga mengelola usaha warung sebagai upaya memperoleh pendapatan tambahan terasa sangat dominan. Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 36 (92,3%) kaum istri/ibu rumah tangga terlibat langsung dalam mengelola usaha warung.

Tabel 2. Status Pengelola Usaha

No Pengelola Usaha F % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suami

Suami dan isteri Isteri

Isteri dan anak Isteri dan saudara Anak

Anggota keluarga Famili/saudara Teman (orang lain)

1 3 25 1 1 1 6 1 0 2,6 7,6 64,1 2,6 2,6 2,6 15,3 2,6 0 Total 39 100

Sumber: Data Primer

Lantas, besarkah modal awal yang dikeluarkan dan dari manakah sumbernya?

(4)

Marilah kita simak dua buah Tabel 3 dan 4 berikut.

Tabel 3: Modal Awal Pembukaan Usaha

No Modal Awal (Rp) F % 1 2 3 4 < 100.000 100.000-<500.000 500.000-<1.000.000 ≤1.000.000 23 8 4 4 58,9 20,5 10,3 10,3 Total 39 100

Sumber: Data Primer

Usaha warung makanan di lokasi wisata pemandian Karang Anyer tergolong ke dalam usaha kecil dengan rata-rata modal awal untuk membuka usaha warung makanan adalah <100.000 (58,9%). Hal ini tentu merupakan kesempatan/peluang bagi masyarakat kecil (ekolem) untuk dapat berusaha memperoleh pendapatan.

Relatif kecilnya modal awal ini membuat pengelola usaha warung dapat mengusahakan sendiri modalnya tanpa harus berhutang.

Tabel 4. Sumber Modal Usaha

No Sumber Modal F % 1 2 3 4 Modal sendiri Orang tua Teman KUD 34 2 2 1 87,2 5,1 5,1 2,6 Total

Sumber: Data Primer

Hanya seorang yang mengusahakan modal awalnya dengan berhutang ke KUD. Lebih menarik lagi adalah kecilnya modal awal yang dibutuhkan dapat mendorong teman untuk memberikan modal awal tersebut.

Siapa sajakah yang menjadi khalayak sasaran atau konsumen dari usaha ini? Jawabannya dapat kita lihat pada tabel berikut.

Tabel 5.

Khalayak Sasaran/ Konsumen

No Konsumen F % 1 2 3 Pengunjung Masyarakat Setem- pat Pengunjung dan te tangga 23 7 9 58,9 17,9 23,2 Total 39 100

Sumber: Data Primer

Daya tarik obyek wisata pemandian mengundang pengunjung untuk datang dan membelanjakan uangnya di sana. Ini merupakan pasar yang besar dan potensial bagi usaha warung ini sebab biasanya setelah selesai mandi dan menikmati keindahan alam pengunjung akan merasa haus dan lapar.

Keadaan ini merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Di mana pengunjung diuntungkan karena tidak susah lagi mencari makanan dan minuman di lokasi wisata, sementara bagi pengelola warung pengunjung ini merupakan sumber pendapatan.

Lantas, apakah pendapatan dari usaha warung ini merupakan pendapatan utama bagi keluarga? Marilah kita telaah data yang disajikan dalam Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Posisi Hasil Usaha dalam Pendapatan Rumah Tangga

No Posisi Hasil Usaha F % 1 2 3 Sumber utama Sumber tambahan 1 Sumber tambahan 2 18 18 3 46,2 46,2 7,6 Total 39 100

Sumber: Data Primer

Ternyata usaha warung makanan ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap sosial ekonomi rumah tangga. Di mana selain sebagai sumber pendapatan tambahan, usaha ini juga telah dijadikan sebagai sumber mata pencaharian utama (pokok) bagi rumah tangga mereka. Artinya usaha warung ini dapat dijadikan sebagai tumpuan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

(5)

Marilah kita simak berapa besar pendapatan yang mereka peroleh dari usaha warung ini lewat sajian data berikut.

Tabel 7.

Besar Pendapatan dari Usaha Warung Perbulan No Pendapatan (Rp) F % 1 2 3 <300.000 300.000 – 600.000 >600.000 15 20 4 38,5 51,3 10,2 Total 39 100

Sumber: Data Primer

Besar pendapatan yang diperoleh tentu tergantung juga kepada besar modal usaha serta jumlah pengunjung yang berbelanja. Dengan modal yang kecil tentu keuntungan yang diperoleh masih dalam porsi yang kecil juga, dan sebaliknya.

Begitupun pendapatan usaha warung ini juga sudah dapat membantu dalam membiayai pendidikan anak-anak mereka, seperti yang tersaji dalam data berikut.

Tabel 8.

Dapat Tidaknya Usaha Membantu Biayai Pendidikan Anak

No Tanggapan F % 1 2 Ya Tidak 27 12 69,2 30,8 Total 39 100

Sumber: Data Primer

Usaha warung makanan ini ternyata memberikan kontribusi yang positif terhadap sosial ekonomi rumah tangga mereka. Lewat usaha ini mereka dapat terbantu dalam membiayai pendidikan anak-anak mereka. Jawaban tidak diberikan responden umumnya karena mereka belum mempunyai anak, anak belum memasuki usia sekolah, atau anak telah berkeluarga atau bekerja.

Dengan demikian kegiatan ekonomi melalui usaha warung ini tidak terlepas dari tujuan untuk membantu kelangsungan pendidikan anak.

Selain itu apakah mereka dapat menabung, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.

Dapat Tidaknya Mereka Menabung

No Tanggapan F % 1 2 Ya Tidak 19 20 48,7 51,3 Total 39 100

Sumber: Data Primer

Tabel 9 menunjukkan proporsi yang hampir seimbang. Kemampuan menabung ini menunjukkan bahwa usaha warung makanan ini memberikan prospek yang lebih cerah apabila ditangani secara lebih profesional. Pemerintah diharapkan supaya lebih memperhatikan kelangsungan kegiatan pariwisata di desa tersebut. Ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan yang bagus dan fasilitas umum lainnya dapat menjadi faktor penarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut.

Kesimpulan

Pertumbuhan dan konsentrasi kegiatan ekonomi di suatu daerah seperti kegiatan kepariwisataan akan memberikan peluang kesempatan kerja sehingga masyarakat akan memperoleh penghasilan serta perbaikan taraf hidup mereka.

Usaha warung makanan memberikan kesempatan berusaha bagi masyarakat khususnya rumah tangga, sehingga memberikan kontribusi terhadap sosial ekonomi rumah tangga, seperti sumber mata pencaharian, pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak.

Daya tarik obyek wisata merupakan modal potensial yang dapat dimanfaatkan secara optimal melalui kegiatan kepariwisataan ataupun kegiatan ekonomi yang mendukung pada sektor ini untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

(6)

Daftar Pustaka

BPS, SUSENAS 1996 dan 1997, Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga

(berdasarkan Persepsi Masyarakat), BPS,

Jakarta.

BPS, Sensus Ekonomi 1996, 1998, Hasil

Pencacahan Lengkap, BPS Propinsi

Sumatera Utara, Medan.

Erawan, I. Nyoman, 1994, Pariwisata dan Pengembangan Ekonomi (Bali sebagai

Kasus), Upada Sastra, Denpasar: 30..

Geriya, Wayan, 1983, Pariwisata dan Segi-Segi

Sosial Budaya Masyarakat Bali, Udayana,

Denpasar: 24-25;56-57.

Spillane, James J., 1993, Ekonomi Pariwisata,

Sejarah dan Prospeknya, Kanisius,

Yogyakarta: 54.

Windiyanti, Dara, 1993, Dampak Pengem bangan Pariwisata terhadap Kehidu pan Sosial di Daerah Timor-Timur, P&K, Dili: 5-6.

Gambar

Tabel 2.  Status Pengelola Usaha
Tabel 4.   Sumber Modal Usaha

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana manajeman kearsipan yang dilaksanakan oleh Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Bima (NTB). Penelitian ini merupakan

Penjelasan Undang-undang Nomor. Maharani Tri Utama Mandiri Semarang mempunyai maksud sebagai tempat pemberangkatan TKI yang dianggap perlu, PT. Maharani Tri Utama Mandiri

Penerapan intervensi keperawatan pemberdayaan keluarga (family empowerment) untuk meningkatkan koping keluarga dengan diabetes militus tipe-2 masih sangat jarang dilakukan

Hal yang memotivasi semangat kerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasan baik materiil maupun nonmaterial yang diperolehnya sebagai

Pengaruh Masa Kerja Terhadap Pembentukan Mikronukleus Akibat Paparan Timbal Pada Pedagang Kaki Lima

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Artinya

penyelesaian secara mediasi dimana mediasi merupakan salah satu penyelesaian wanprestasi yang dapat dipilih oleh kedua belah pihak yang bersengketa sesuai

Setelah penulis melakukan analisi, matan hadis tersebut tidak mengandung kejanggalan (Sh&gt;ad)} dan tidak dijumpai kecacatan pada matan. Bahasa serta lafal