i
VIII SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERMEDIA
FILM DIBANDINGKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE
CERAMAH DAN DEMONSTRASI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh : DWI ASTUTI NIM : 041424023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Siji ora dadi
Loro ora kanggo
Telu mlaku
Papat mufakat
Limo sampurn
o
vii
EEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GAYA UNTUK SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERMEDIA FILM DIBANDINGKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI
Dwi Astuti
Universitas Sanata Dharma 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pendekatan kontekstual bermedia film untuk pembelajaran gaya, mengetahui kekurangan serta kelebihan dari media film yang digunakan sebagai media pembelajaran dan untuk mengetahui hasil pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film yang ditunjukkan dengan minat, sikap, kualitas film, dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten pada bulan Juli 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C dan VIII D yang terdiri dari 72 siswa.
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah film, soal pretest, Lembar Kerja Siswa, soal postest, kuisioner dan wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran fisika.
viii
EFFECTIVENESS LEARNING FORCE FOR CLASS VIII SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN USING CONTEXTUAL APPROACH OF MEDIA FILM
COMPARED WITH METHOD SPEECH AND DEMONSTRATION
Dwi Astuti
Universitas Sanata Dharma 2011
This research aim at developing a contextual approach supported by media film to the study force of, find out shortcomings and strengths of the film media is use as a media of learning and knowing the learning outcomes by using the contextual approach of media film which shown by interest, attitude, quality films, and student learning outcomes in follow the learning process.
This research carried out in SMP Pangudi Luhur 1 Klaten in Juli 2010. The population in this study are all eighth graders while the sampel in this study were students VIII C and VIII D class consisting of 72 students.
Instruments used in this study is to film force, about the pretest, student shett activity, posttest, questionnaire and interviews with subject teacher of physics.
ix
Sembah dan puji pada Allah Bapa di surga, Bunda Maria dan Yesus Kristus yang
telah memberikan berkat dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul ”Pembelajaran Gaya untuk Siswa Kelas VIII SMP Pangudi
Luhur 1 Klaten dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Bermedia Film
Dibandingkan dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Demonstrasi” dengan
lancar dan baik.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan waktu membimbing dengan penuh kesabaran.
2. Bapak Drs. Domi Severius, M. Si selaku kaprodi.
3. Semua dosen yang telah memberi banyak pendidikan dan pengetahuan bagi penulis
selama ini.
4. Bruder Heribertus Triyanto, FIC selaku Kepala Sekolah, Bapak Drs. B. Aris
Siswanto selaku guru bidang studi fisika.
5. Siswa-siswi kelas VIII C dan VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang telah
x
kepercayaan, kesabaran, dan dukungannya sehingga saya dapat menyelesikan studi
ini dan menjadi seperti sekarang ini.
7. Tony Cristy Aby yang sangat kusayangi dan kucintai, terimakasih atas kesabaran,
dorongan, kasih sayang, dan perhatiannya.
8. Kakak dan adikku tersayang, keponakanku yang selalu ngrusui, terimakasih untuk
segala bantuan, dorongan, dan kasih sayangnya.
9. Semua keluarga di Kidul, terimakasih untuk doa dan dukungan semangatnya.
10. Kang Gonot dan Lia, terima kasih atas pinjaman komputer dan laptopnya.
11. Teman-temanku P. Fis’04, Wulan (akhirnya aku nyusul kamu!!), Vera (terimakasih
tumpangannya), Patmi, Wiwik, Lulut, Fitri, dan yang lainnya...
12. Pak Sugeng, Bu Heni dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan
skripsi ini. GBU all.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan manfaat bagi perkembangan
pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. Semua daya upaya serta kemampuan telah penulis
curahkan sepenuhnya demi terselesikannya skripsi ini, namun semuanya tidak lepas dari
segala kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran demi
kebaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Tinjauan Pustaka... 3
1. Teori Belajar... 3
2. Hasil Belajar... 6
3. Pendekatan Kontekstual... 7
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual... 8
b. Prinsip Dasar Pendekatan Kontekstual... 9
4. Minat... 13
5. Sikap... 16
xii
8. Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia Film... 22
C. Rumusan Masalah... 25
D. Tujuan Penelitian... 25
E. Manfaat Penelitian... 26
F. Gaya... 27
1. Pengertian Gaya... 27
2. Resultan Gaya... 27
3. Hukum Newton... 28
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN... 31
A. Desain Penelitian... 31
B. Populasi dan Sampel... 32
1. Populasi... 32
2. Sampel... 32
C. Waktu dan Tempat Penelitian... 32
D. Treatment... 32
E. Instrumen Penelitian... 33
F. Variabel Penelitian... 37
G. Validitas... 37
H. Metode Analisis Data... 38
1. Minat Siswa... 38
2. Sikap Siswa... 39
3. Kualitas Film... 40
a. Menurut Pendapat Siswa... 40
xiii
BAB III. DATA DAN ANALISIS DATA... 46
A. Pelaksanaan Penelitian... 46
B. Data dan Analisis Data... 60
1. Sikap Siswa... 60
2. Minat Siswa... 62
3. Kualitas Film... 64
a. Menurut Pendapat Siswa... 64
b. Menurut Pendapat Guru... 67
4. Hasil Belajar... 71
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 86
A. Kesimpulan... 86
B. Saran... 88
DAFTAR PUSTAKA... 89
xiv
Tabel 1. Format Soal Uraian untuk Materi Gaya... 35
Tabel 2. Format Soal Uraian untuk Materi Hukum Newton... 35
Tabel 3. Format Soal Kuisioner... 36
Tabel 4. Kategori Minat Siswa... 39
Tabel 5. Kategori Sikap Siswa... 40
Tabel 6. Pendapat Siswa Mengenai Menarik atau Tidak Film yang Ditampilkan... 40
Tabel 7. Pendapat Siswa Mengenai Guru Mengajar dengan Mengguanakan Media Film... 41
Tabel 8. Pendapat Siswa Mengenai Tayangan Film... 41
Tabel 9. Pendapat Siswa Mengenai Tulisan dan Gambar Melalui Film Pendapat Siswa Mengenai Tayangan Film... 41
Tabel 10. Pendapat Siswa Mengenai Penjelasan Suara yang Terdapat dalam Film... 41
Tabel 11. Pendapat Siswa Mengenai Volume Suara Penjelasan dalam Film... 42
Tabel 12. Pendapat Siswa Mengenai Alur Tampilan dalam Film... 42
Tabel 13. Kriteria Pemberian Skor... 43
Tabel 14. Skor Sikap Siswa Kelas VIII C... 59
Tabel 15. Skor Sikap Siswa Kelas VIII D... 60
Tabel 16. Skor Minat Siswa Kelas VIII C... 61
xv
Tabel 19. Hasil Data Skor Pretest dan Posttest untuk Materi hukum Newton Siswa Kelas VIII C dan Siswa
Kelas VIII D... 72 Tabel 20. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Materi Gaya... 73 Tabel 21. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Materi Hukum
Newton... 74 Tabel 22. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Sub Pokok
Bahasan Hukum Newton... 76 Tabel 23. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Sub Pokok
Bahasan Gaya... 76 Tabel 24. Analisis Data Kelas Kontrol untuk Sub Pokok Bahasan
Hukum Newton... 77 Tabel 25. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Sub Pokok
xvi
Gambar 1. Sir Issac Newton... 28 Gambar 2. Siswa VIII D Mengerjakan Soal Pretest... 48 Gambar 3. Siswa kelas VIII C Melakukan Percobaan
Jenis-Jenis Gaya... 51 Gambar 4. Siswa Kelas VIII C Menyaksikan Tayangan Film... 51 Gambar 5. Siswa Kelas VIII C Mengerjakan Soal Posttest... 52 Gambar 6. Siswa Kelas VIII D Melakukan Percobaan
Hukum Newton 1... 55 Gambar 7. Seorang Siswa Kelas VIII C Membantu Peneliti
saat Melakukan Demonstrasi... 57 Gambar 8. Peneliti Melakukan Demonstrasi di
xvii
Lampiran 1. Soal Pretest... 90
Lampiran 2. Kunci Jawaban Soal Pretest... 94
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa... 96
Lampiran 4. Skenario Film Gaya... 106
Lampiran 5. Skenario Pembelajaran Gaya dengan Metode Ceramah... 112
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 120
Lampiran 7. Kuisioner... 142
Lampiran 8. Skor Pretest dan Posttest... 145
Lampiran 9. Skor minat, sikap dan kualitas film... 149
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan dengan sadar dan
bertujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik dan sesuai
dengan yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar
sanggup menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat, teknologi serta
kehidupan yang semakin kompleks. Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat
penting untuk membekali siswa menghadapi masa depan karena itu proses
pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang
berkualitas. Saat ini Indonesia sedang mengalami krisis sumber daya manusia
yang menguasai ilmu pengetahuan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi tolok ukur untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Salah satu cara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini dapat dilakukan
dengan pendidikan fisika.
Pada batas – batas tertentu pendidikan fisika dapat mempersiapkan individu
untuk meningkatkan kualitas hidup, mengatasi masalah – masalah sosial yang
ada, membantu individu dalam memilih dan mengembangkan karir, serta
membantu individu untuk mempelajari fisika lebih lanjut. Pada umumnya, orang
– orang yang memiliki latar belakang pengetahuan fisika yang cukup kuat lebih
itu, pendidikan fisika perlu diberikan kepada para siswa pada setiap satuan
pendidikan.
Oleh karena betapa pentingnya pendidikan fisika di sekolah, maka telah
banyak dilakukan perbaikan – perbaikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
fisika. Perbaikan ini dapat dilihat dari penyediaan perlengkapan alat – alat
pembelajaran sains, penggunaan metode pembelajaran yang jitu, penyempurnaan
kurikulum, penggunaan media pembelajaran yang relevan dan efektif,
peningkatan kualitas guru dan lain – lain. Walaupun sudah banyak hal yang
dilakukan untuk meningkatan kualitas pendidikan fisika di sekolah, pencapaian
hasil belajar fisika di sekolah masih jauh dari harapan.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk
mengefektifkan proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual ini konsep
belajar yang digunakan untuk membantu para guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang mendorong para siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan teori dalam
kehidupan sehari-hari.
Dewasa ini guru tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber
informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya, akan tetapi siswa dapat
memperoleh informasi dari berbagai sumber. Di era informasi ini, segala macam
informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat. Internet adalah salah satu alat
yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang sebanyak – banyaknya.
dalam pemahaman lebih konkrit, pemanfaatan media yang dipilih guru dalam
proses pembelajaran memegang peranan penting.
Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran salah satunya adalah dari film pembelajaran. Proses pembelajaran
kontekstual yang disertai penggunaan media film merupakan alternative
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga diperkirakan dapat
mengoptimalkan kemampuan penalaran dan ketrampilan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti tertarik untuk
mengadakan penulisan penerapan pembelajaran kontekstual bermedia film yang
diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar fisika. Sebagai pembanding dari
pengaruh pembelajaran tersebut tersebut, akan dilihat pengaruh pembelajaran
ceramah dan demonstrasi yang dilakukan secara bersama pada semester I tahun
ajaran 2010/2011.
B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan (Hamalik Oemar : 2001). Menurut pengertian ini
belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan
perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah
menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Paradigma interaksi guru – siswa di
sekolah sekarang telah berubah dari pengajaran (instructional, teaching
-intructional) menjadi pembelajaran (learning), dari guru sebagai subjek (pemain) dan siswa sebagai objek (penonton) menjadi siswa sebagai subjek dan
guru sebagai sutradara. Dalam pengajaran yang berkonotasi aktivitas guru
dengan pola informasi, contoh tanya jawab, latihan, tugas, dan evaluasi
memandang siswa sebagai wadah kosong yang perlu diisi pengetahuan (hanya
sekedar tahu) sebanyak-banyaknya, suka atau tidak suka, senang atau tidak
senang, berminat atau tidak berminat, yang penting materi (tugas) tersampaikan.
Selanjutnya Thursan Hakim (dalam Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno
2007:6) mengatakan bahwa: ”Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan
lain-lain kemampuannya.” Sedangkan menurut M. Sobry Sutikno (dalam Pupuh
Fathurrohman dan Sobry Sutikno 2007:5) mengatakan bahwa ”Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.” Dari definisi – definisi belajar diatas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan sesuai
dengan tujuan, yang mana dalam belajar itu membutuhkan kegiatan dan usaha.
Namun, belajar tidak hanya sekedar berubahnya tingkah laku, tetapi perubahan
dari pengalaman individu dan bukan karena proses pertumbuhan fisik
(Nasution, 2007:2). Chance dalam Nasution (2) mengungkapkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan
menurut Anderson dalam Nasution (2) menyatakan belajar adalah suatu proses
perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai
hasil dari pengalaman.
Belajar adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan sesuatu yang belum di mengerti atau yang belum didalami secara
menyeluruh tentang suatu hal. Dengan belajar seseorang akan dapat mengubah
dirinya kearah yang lebih baik, baik dari segi kualitas, maupun kuantitas
pengetahuan yang dimilikinya. Apabila dalam suatu proses belajar seseorang
tidak mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas kemampuan, maka
orang tersebut pada dasarnya belum belajar, atau dengan kata lain gagal dalam
belajar.
Belajar merupakan serangkaian kegiatan aktif siswa dalam membangun
pengertian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam proses belajar siswa harus
di beri waktu yang memadai untuk bisa membangun makna dan pemahaman,
sekaligus membangun ketrampilan dari pengetahuan yang diperolehnya.
Artinya, memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berfikir dalam
menghadapi masalah sehingga siswa dapat membangun gagasannya sendiri
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Tidak membantu siswa
secara dini, menghormati hasil kerja siswa, dan memberi tantangan kepada
membentuk siswanya menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab
belajar pada dasarnya berada di tanpgan siswa. Namun demikian bukan berarti
guru tidak mempunyai tanggung jawab apapun. Tanggung jawab guru adalah
menciptakan suasana belajar yang dinamis sehingga siswa terdorong motivasi
belajarnya, sehingga suasana belajar yang kondusif dapat tercipta.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa
keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman
(Nasution, 2004:2). Definisi lain hasil belajar, yaitu tingkat penguasaan suatu
pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan (Soedijarto, dalam
Nasution, 2004:2). Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru (Dimyati dan Mudjiono, 1994:245). Atau
hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari
pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah
berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang
harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan hasil belajar tersebut, menurut Bloom hasil belajar
dapat dibagi kedalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah
kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah afektif
berkaitan dengan tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, nilai
dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.
Ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan motorik, manipulasi bahan
atau obyek. Hasil belajar dalam ranah kognitif tersebut secara rinci mencakup
kemampuan mengingat dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah
dipelajari siswa. Artinya hal ini mencakup kemampuan intelektual yang
merupakan salah satu tugas dari kegiatan pendidikan, yang meliputi
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Keenam hal
tersebut menurut Bloom merupakan bagian dari aspek kognitif. Dalam
penelitian ini aspek kognitif yang dipakai hanya 4 aspek, yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi dan analisis.
3. Pendekatan Kontekstual
Sistem pembelajaran saat ini dominan dengan istilah belajar yang diartikan
sebagai kegiatan berupa duduk, mendengarkan, mencatat kemudian pulang
untuk dihafalkan. Melihat kondisi demikian siswa akan merasakan kejenuhan
yang berkepanjangan. Proses pembelajaran yang baik akan tercipta jika
pendekatan dan strategi yang digunakan guru menarik dan sesuai dengan
perkembangan dan lingkungan siswa. Pendekatan konstekstual berlatar
belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan
mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui,
penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan prinsip pembelajaran
seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang
siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa
dengan fasilitasi dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri,
mengkontruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu.
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Dewasa ini dikenal sebuah pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
konteks pembelajaran yang sebenarnya, yakni pendekatan kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning. Elaine B. Johnson mengatakan bahwa “CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang
menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan
konteks dari kehidupan sehari-hari siswa” (dalam Sitompul dan Setiawan,
2006: 57). Menurut Johnson (2002) pembelajaran kontekstual adalah sebuah
proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam
materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan
subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Berdasarkan hal itu, dapat ditafsirkan bahwa pendekatan kontekstual
merupakan strategi pembelajaran dengan konsep mengajar dan belajar yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong
siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
masyarakat. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan strategi CTL memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya
pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam
memecahkan masalah dalam konteks nyata. Dengan kata lain,
pembelajaran diupayakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing).
3) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan
saling mengoreksi (leaarning in group).
4) Kebersamaan, kerja sama, dan saling memahami satu sama lain, secara
mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran
menyenangkan (learning to know each other deeply).
5) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together). 6) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning
as an enjoy activity).
b. Prinsip Dasar Pendekatan Kontekstual
ini dikenal sebagai tujuh pilar CTL (Contextual Teaching and Learning), ketujuh prinsip dasar tersebut diuraikan sebagai berikut:
1) Inquiry
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh bukan hasil
mengingat tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun
materi yang diajarkannya. Diawali dengan pengamatan untuk
memahami konsep/fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan
kegiatan bermakna untuk menghasilkan rumusan. Dengan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, siklus inquiry adalah sebagai berikut:
(a) mengamati,
(b) bertanya,
(c) meyakinkan dengan sementara,
(d) mengumpulkan data,
(e) menganalisis data,
(f) merumuskan teori.
2) Questioningatau bertanya adalah salah satu strategi pembelajaran CTL yang dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong siswa
mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran berbasisinquriying.
3) Contructivism merupakan landasan filosofis CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri
secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan
terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Dalam proses
pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran, siswa menjadi pusat
kegiatan bukan guru. Tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan :
a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri.
c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri.
4) Modelling adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan
bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan
apa yang kita inginkan.
5) Learning Community, konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Metode
pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu
proses pembelajaran di kelas. Dalam CTL, guru disarankan selalu
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada
yang pandai dan ada yang kurang pandai supaya terjadi komunikasi dua
arah (Nurhadi, 2002:15).
6) Reflection adalah kegiatan memikirkan apa yang telah kita pelajari, merealisasikan, merespon selama kejadian, aktivitas, atau pengalaman
yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan
perbaikan jika diperlukan. Pada akhir pembelajaran guru menyisakan
waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa :
a) Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.
b) Catatan atau buku jurnal di buku siswa.
c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.
d) Diskusi.
e) Hasil karya.
7) Autentic assessment adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa, memiliki karakteristik:
a) Mengukur baik proses maupun produk pembelajaran;
b) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa;
c) Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau pengalaman dalam
konteks nyata;
d) Tugas-tugas yang diberikan berkontekstual dan relevan;
e) Penilaian bersifat terbuka, jujur / objektif;
g) Penilaian dilakukan untuk menunjukan kelebihan siswa untuk
mendorong siswa agar dapat berbuat lebih baik lagi;
h) Termasuk di dalam penilaian otentik adalah refleksi dan
selfassasment.
i) Bentuk-bentuk penilaian otentik di antaranya : portofolio, strong
retell, interview, video tape, evaluation of performance, audio tape,
evaluation of reading, teacher is observations, cloze test, dan
lain-lain.
Dengan memiliki konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan
kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran
kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalam pemaknaan belajar dan
proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada
landasan teoritis tentang belajar aktif yang semata-mata menekankan pada
pengetahuan yang bersifat hafalan saja. Siswa harus aktif mencari,
menemukan pengetahuan tersebut dengan ketrampilan secara mandiri.
4. Minat Belajar Fisika
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat
seperti halnya Jersild dan Tasch dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986:
229) menekankan bahwa minat/interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang
Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) minat adalah gejala psikis yang
berkaitan dengan objek/aktivitas yang menstimulir perasaan senang individu.
Walaupun minat/interest didefinisikan secara berbeda-beda, tetapi minat
senantiasa erat hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas dan
situasi. Selain itu, minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Minat
yang timbul dari kebutuhan anak-anak merupakan faktor pendorong bagi anak
dalam melaksanakan usahanya. Jadi, dapat dilihat bahwa minat sangat penting
dalam pendidikan, sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu
mendapatkan dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup
menarik minatnya. Menurut Sujanto Agus:1981, minat adalah suatu pemusatan
perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan
tergantung dari bakat dan lingkungan. Dalam belajar diperlukan suatu
pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa
dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan terjadilah
perubahan kelakuan.
Aspek-aspek minat dalam belajar adalah kesenangan, kemauan, kesadaran,
dan perhatian. Tanpa adanya aspek-aspek tersebut, hasil belajar siswa tidak
akan optimal. Namun, dalam pengukuran minat, aspek kesenangan tidak
disertakan. Adapun peranan dan fungsi minat dalam belajar adalah:
1. Minat sebagai pendorong yang mengarahkan perbuatan seseorang dalam
beraktivitas.
2. Minat dapat membantu dalam memusatkan perhatian terhadap masalah yang
3. Minat sebagai pembantu dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang
dalam mencapai suatu kematangan dan kedewasaan serta cita-cita.
Menurut Winkel (1983:30) minat adalah kecenderungan yang agak menetap
dalam subyek merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung pada bidang itu. Perasaan merupakan faktor psikis yang
nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat/gairah belajar.
Dengan melalui perasaannya siswa mengadakan penilaian yang agak spontan
terhadap pengalaman-pengalaman belajar di sekolah.
Minat siswa terhadap fisika bisa dimunculkan dengan cara mengarahkan
atau memberi kesadaran pada siswa tentang pentingnya fisika dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk mencapai tujuan ini sebenarnya tidak begitu sulit karena
fisika dapat dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, hanya saja
siswa lebih diarahkan pada hal-hal yang sangat menarik dari
fenomena-fenomena tersebut dan memberitahu manfaat yang bisa diperoleh darinya.
Dengan cara tersebut, diharapkan siswa menjadi tertarik dan senang dengan
fisika sehingga minat siswa terhadap fisika semakin kuat. Minat yang kuat pada
pelajaran fisika akan memacu siswa untuk lebih memusatkan perhatian terhadap
fisika dan mendorong siswa untuk belajar fisika lebih giat. Sehingga setiap kali
siswa memperoleh pelajaran fisika, siswa akan merasa puas karena merasa
5. Sikap
Sikap, atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara
bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk beraksi dengan
cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana
reaksi seseorang jika ia terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang,
benda-benda, ataupun situasi-situasi yang mengenai dirinya. Dengan kata lain
sikap adalah suatu perbuatan/tingkah laku sebagai reaksi/respon terhadap
sesuatu rangsangan/stimulus yang disertai dengan pendirian atau perasaan orang
lain (Purwanto, 1998: 141).
Sikap dapat dipandang sebagai (1) kesiapan bereaksi terhadap suatu objek
(stimulus) dengan cara-cara tertentu, dan (2) konstelasi dari
komponen-komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik yang saling berinteraksi dalam
memahami, merasakan, dan berperilaku, sedangkan Berkowitz secara khas
mendefinisikannya sebagai suatu respon evaluatif terhadap suatu rangsangan
yang dapat berupa informasi, objek, gejala, atau peristiwa yang dihadapi atau
dialami. Respon evaluatif merupakan suatu reaksi sebagai kulminasi dari
interprestasi dan penilaian pada sesuatu yang diterima berdasarkan
pengalamannya. Respon itu dapat berupa pernyataan atau perilaku sebagai
akibat dari tangkapan nilai, misalnya menyenangkan, membosankan, menarik,
bermanfaat, dan sebagainya. Manifestasi sikap antara lain tampak dari
pernyataan setuju atau tidak, mendukung atau tidak, senang atau tidak;
kesungguhan, tekun, tidak mudah putus asa, dan melakukannya dengan senang
hati.
Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar
fisika dan pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini sikap
siswa terhadap fisika adalah suatu tingkah laku siswa sebagai reaksi terhadap
suatu rangsangan/stimulus pelajaran fisika yang disertai dengan pendirian atau
perasaan siswa tersebut.
Sikap positif siswa terhadap mata pelajaran fisika yang diberikan
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap fisika apalagi diiringi dengan
kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa sehingga hasil belajar
yang dicapai siswa kurang memuaskan.
6. Media Pembelajaran
Secara etimologi, kata media berasal dari bahasa Latin medius dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Dalam Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1997) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk penyaluran informasi.
Adapun secara terminologi (istilah), beberapa tokoh mengemukakan
pengertian media pembelajaran sebagai berikut :
1. Menurut Gerlach dan Ely (1980) mengemukakan bahwa media dalam
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal.
2. Menurut Heinich, dkk (1980), media pembelajaran adalah media-media
yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran
atau mengandung maksud-maksud pembelajaran.
3. Menurut Hamalik (1994), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga
dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan si-belajar dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong proses belajar, yang pada akhirnya mampu mengantarkan siswa
dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran memiliki enam
fungsi antara lain:
1. Fungsi atensi : mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang ditampilkan.
2. Fungsi motivasi : mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
3. Fungsi afeksi : menggugah emosi dan sikap siswa.
4. Fungsi kompensatori : mengakomodasi siswa yang lemah dalam menerima
dan memahami pelajaran yang disajikan secara teks atau verbal.
5. Fungsi psikomotorik : menggerakkan siswa untuk melakukan suatu
6. Fungsi evaluasi : menilai kemampuan siswa dalam merespon pembelajaran.
Media memiliki jenis dan karakteristik, Rudy Bretz (1971) dalam Miarso, dkk
(1984:54) mengklasifikasikan media menjadi 7 kelompok, yaitu :
1. Media audio visual diam : merupakan media yang menggunakan
kemampuan audio visual.
2. Media audio semi gerak : merupakan media yang mempunyai kemampuan
suara disertai gerakan nyata yang tidak utuh. Misalnya tulisan jauh.
3. Media visual gerak : merupakan media yang mempunyai kemampuan
menampilkan gambar bergerak namun tidak bersuara (bisu). Misalkan film
bisu.
4. Media visual diam : merupakan media yang mempunyai kemampuan
menampilkan visual namun tidak dapat menampilkan suara maupun
gerakan. Misalkan rangkaian foto dan gambar.
5. Media audio : merupakan media yang mempunyai kemampuan untuk
menyampaikan informasi melalui suara. Misalkan audio kaset dan radio.
6. Media cetak : media yang mempunyai kemampuan menyampaikan
informasi melalui tulisan. Contoh buku dan majalah.
7. Media audio visual gerak : merupakan media yang paling lengkap yaitu
menggunakan kemampuan audio visual dan gerak, seperti film, televisi. Hal
– hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan film sebagai media
a. Bagian-bagian penting dalam film perlu ditampilkan secara berulang
kali ataupun dihentikan sesaat agar siswa dapat melihat dengan jelas dan
paham.
b. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
menggungkapkan ide dan membuat catatan dengan menghentikan film
untuk sesaat.
c. Siswa perlu mengetahui tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran film.
d. Siswa perlu mengetahui makna dari film secara keseluruhan yang dapat
diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran.
e. Guru mendampingi siswa belajar dan menjalin komunikasi dua arah
dengan siswa agar siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
f. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa sebagai hasil belajar
maka guru perlu memberikan soal pretest pada awal kegiatan
pembelajaran dan posttest pada akhir kegiatan pembelajaran.
g. Guru perlu memberikan pengantar pada awal kegiatan pembelajaran
secara tertulis maupun mengatakannya secara langsung kepada siswa.
Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan pembelajaran berlangsung secara
terarah dan cara untuk mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
h. Tampilan film menarik serta dapat meningkatkan perhatian dan motivasi
7. Kelebihan dan Kelemahan Media Pembelajaran
Kelebihan film menurut Latuheru (!988:96) sebagai media pembelajaran
adalah:
a. Film dapat menampilkan peristiwa sehari-hari yang sulit ditampilkan secara
jelas dan nyata dengan media lain.
b. Film dapat menyajikan suatu proses ketrampilan dengan lebih efektif
dibandingkan media lain misalnya cara membuat bel listrik.
c. Bagian penting dari film dapat dihentikan untuk sesaat atau menampilkan
secara berulangkali agar siswa paham. Film juga dapat disimpan menurut
kebutuhan.
d. Film dapat meningkatkan perhatian, motivasi dan minat belajar siswa.
e. Film dapat menyajikan informasi belajar secara konsisten dan berurutan
serta merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat mengontrol arah
ataupun kecepatan belajar siswa.
f. Guru dapat mengurangi penggunaan kata-kata dalam menyampaikan
informasi dan penjelasan kepada siswa.
Dari kelebihan diatas akan diukur bagaimana film dapat meningkatkan sikap
dan minat belajar siswa melalui kuisioner.
Kelemahan film :
a. Menurut Latuheru (1988:97) secara ekonomis, film membutuhkan banyak
biaya (mahal).
b. Memerlukan peralatan khusus dalam penyimpanannya.
8. Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia Film
Sesuai dengan silabus untuk kelas VIII semester I, kompetensi dasar yang
ingin dicapai dalam pembelajaran Fisika tentang Gaya adalah siswa dapat
melakukan pengukuran terhadap besaran-besaran dalam gerak secara benar,
mendeskripsikan dan membuat rancangan sederhana tentang dasar-dasar
mekanika, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
kompetensi dasar tersebut, hasil yang diharapkan adalah siswa dapat memahami
dan menghubungkan konsep tentang gaya serta mampu
mengimplementasikannya dalam suatu karya atau model yang bermanfaat
dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Keberhasilan pembelajaran ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil
belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan
pembelajaran pada aspek kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh
kondisi afektif siswa yaitu minat dan sikap. Siswa yang memiliki minat belajar
dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata
pelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang
optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini akan tetapi di sekolah belum
banyak tindakan dari para guru untuk meningkatkan minat siswa. Oleh
karenanya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru perlu merancang
program pembelajaran, pengalaman belajar, dan penilaian hasil belajar. Oleh
karena itu, perlu diterapkan pendekatan secara kontekstual (CTL). Strategi
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya
pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam
memecahkan masalah dalam konteks nyata. Dengan kata lain, pembelajaran
diupayakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). 2) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing).
3) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling
mengoreksi (leaarning in group).
Pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam penelitian ini dengan materi
kegiatan belajar mengajar yang diteliti terbatas pada satu pokok bahasan yaitu
gaya, terfokus pada tiga komponen utama pendekatan kontekstual yaitu :
a. Inquiry (menemukan) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematik.
b. Learning comunity (masyarakat belajar) didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh
komunikasi dengan orang lain.
c. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
dengan cara mengurutkan dan mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang
dicapainya baik bernilai positif atau tidak bernilai (negatif).
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan gaya yang
a. Pendahuluan yaitu memberi apersepsi maupun tanya jawab tentang pokok
bahasan yang akan dipelajari maupun pokok bahasan sebelumnya.
b. Pembagian kelompok secara heterogen.
c. Observasi, yaitu masing-masing kelompok melakukan percobaan dan
mengamati dengan seksama. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu
menemukan sendiri pengetahuan/konsep berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan awalnya.
d. Presentasi, yaitu memberi kesempatan setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukan.
e. Diskusi secara klasikal.
f. Refleksi, yaitu siswa merefleksikan kembali apa yang telah dipelajari untuk
mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan mampu membuat siswa
belajar secara aktif dan berfikir secara kreatif sehingga mampu menemukan
suatu pengetahuan maupun konsep yang baru berdasarkan hasil pengamatan
langsung terhadap suatu objek. Jadi, fungsi guru di sini hanya sebagai fasilitator
dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri.
(Nurhadi, 2002: 11).
aktif dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan aktif siswa, hasil belajar
dapat tercapai secara optimal dan mengalami peningkatan minat terhadap mata
pelajaran Fisika.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah sikap, minat, dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran
gaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film di
bandingkan dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi?
2. Bagaimanakah pendapat siswa dan guru tentang kualitas film yang digunakan
dalam proses pembelajaran ?
3. Apakah kekurangan dan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual bermedia film?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah sikap, minat, dan hasil belajar siswa melalui
pembelajaran gaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia
film dibandingkan dengan metode ceramah dan demonstrasi.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pendapat siswa dan guru tentang kualitas
3. Untuk mengetahui apakah kekurangan dan kelebihan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film.
E. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian diatas dapat diperoleh kegunaan atau manfaat.
Adapun manfaat penelitian adalah :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan langsung
dengan pelajaran fisika dengan menggunakan film pembelajaran sebagai
media pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Untuk pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan
pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah terhadap masalah-masalah
yang dihadapi di dunia pendidikan.
b. Bagi sekolah
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan yang berharga
bagi pihak sekolah dan upaya sosialisasi perlunya penggunaan media film
pembelajaran sebagai media pembelajaran alternative mata pelajaran
c. Bagi fakultas
Dapat dijadikan perbandingan bagi pembaca yang akan mengadakan
penelitian, khususnya tentang pemanfaatan film dalam proses
pembelajaran.
F. MATERI GAYA 1. Pengertian Gaya
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dikerahkan sebuah benda
terhadap benda lain. Pengaruh Gaya pada benda antara lain sebagai berikut :
a. Menyebabkan perubahan kecepatan gerak benda.
b. Menyebabkan benda diam menjadi bergerak dan sebaliknya.
c. Mengubah arah gerak benda.
d. Mengubah bentuk suatu benda.
Gaya terdiri atas gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Pada gaya sentuh, benda
yang memberikan gaya dan benda yang menerima gaya melakukan kontak
langsung. Contoh gaya sentuh : orang yang menarik orang lain; terjadi
sentuhan tangan antara kedua orang tersebut. Pada gaya tak sentuj, benda
yang memberikan gaya dan benda yang menerima gaya tidak terjadi kontak
langsung. Contoh gaya tak sentuh ; gaya antara magnet dengan besi. Besi bisa
ditarik oleh ,magnet meskipun keduanya terpisah.
2. Resultan Gaya
Dalam Fisika, gaya termasuk besaran vektor. Artinya, gaya adalah suatu
besaran vektor, maka gaya dapat dilukiskan dengan diagram vektor yang
berupa anak panah. Cara melukiskan gaya digunakan aturan sebagai berikut.
a. Panjang anak panah melukiskan besarnya gaya.
b. Arah anak panah merupakan arah gaya.
c. Pangkal anak panah merupakan titik tangkap gaya.
Resultan gaya adalah perpaduan dua buah gaya atau lebih yang dihasilkan
suatu benda menjadi satu gaya. Secara matematis, resultan gaya dapat
dinyatakan sebagai berikut.
FR=F1+F2... (1)
Dapatkah gaya-gaya berada dalam keadaan setimbang? Suatu benda dikatakan
setimbang jika benda berada dalam keadaan stabil. Secara umum,
kesetimbangan adalah keadaan ketika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol. Benda yang berada dalam keadaan setimbang
tidak mengalami perubahan gerak. Secara matematis, persamaan gaya
setimbang dinyatakan sebagai berikut.
FR=F1+F2=0... (2)
Gambar 1. Sir Isaac Newton (1642-1727), ilmuwan yang tekun dan jenius dari Inggris,merumuskan tiga hukum tentang gerak. Hukum ini
selanjutnya dikenal sebagai Hukum Newton tentang gerak.
Pada tahun 1687, Sir Isaac Newton, ilmuwan Fisika berkebangsaan Inggris, berhasil menemukan hubungan antara gaya dan gerak. Dari hasil
pengamatan dan eksperimennya, Newton merumuskan tiga hukum mengenai
gaya dan gerak yang dikenal dengan Hukum I Newton, Hukum II Newton,
dan Hukum III Newton.
1) Hukum I Newton
Hukum I Newton yang dinyatakan sebagai berikut.
Sebuah benda cenderung mempertahankan keadaanya, yaitu tetap diam atau tetap bergerak dengan kecepatan konstan.
Hukum I Newton juga menggambarkan sifat benda yang selalu
mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya yang
dinamakan inersiaatau kelembaman. Oleh karena itu, Hukum I Newton dikenal juga dengan sebutan Hukum Kelembaman.
2) Hukum II Newton
Newton merumuskan Hukum II Newton sebagai berikut.
Sebuah benda yang dikenai gaya akan mengalami percepatan yang
besarnya berbanding lurus dengan besar resultan gaya dan
berbanding terbalik dengan massa benda.
a = m
F
………..(3)
Keterangan :
∑F= resultan gaya (Newton)
m= massa benda (kg)
a =percepatan benda (Newton/kg)
3) Hukum III Newton
Newton dalam Hukum III Newton yang dinyatakan sebagai berikut :
Setiap ada gaya aksi maka selalu ada gaya reaksi yang besarnya
sama tetapi berlawanan arah
Secara matematis, Hukum III Newton dinyatakan sebagai berikut:
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif di mana penelitian ini
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.
Penelitian ini ditujukan kepada dua kelas. Satu kelas diberikan perlakuan
khusus yaitu penggunaan model pembelajaran fisika dengan pendekatan
kontekstual bermedia film, satu kelas lainnya digunakan sebagai kelas kontrol
yang diberi model pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi.
Kemudian perlakuan disilang pada kelas yang awalnya diberi perlakuan khusus
dijadikan kelas kontrol dan kelas lainnya yang awalnya menjadi kelas kontrol
diberi perlakuan khusus dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia
film. Di sini peneliti berperan sebagai guru dua kelas tersebut yaitu mengajar
pokok bahasan gaya, jadi peneliti terlibat aktif dalam situasi yang akan diteliti.
Sebelum kegiatan pembelajaran pada pokok bahasan gaya dimulai, dua kelas
tersebut terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest). Setelah semua materi selesai
dipelajari siswa kemudian diberi tes akhir (postest) dan diberikan kuisioner minat,
sikap dan kualitas film. Tes awal diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa tersebut, sedangkan tes akhir diberikan untuk mengetahui apakah hasil
belajar siswa meningkat.
B. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998:115).
Dalam penelitian ini populasinya adalah himpunan siswa kelas VIII SMP
Pangudi Luhur 1 Klaten, tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 5 kelas.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi. Sampel adalah sebagian atau
wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1998:117). Dalam penelitian ini
siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten diambil 2 kelas sebagai
sampel, yaitu kelas VIII C dan kelas VIII D dimana kelas VIII C diberi
perlakuan khusus menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film
dengan materi gaya dan kelas VIII D sebagai kontrol diberikan materi yang
sama. Kemudian kelas VIII D yang diberi perlakuan khusus menggunakan
pendekatan kontekstual bermedia film dengan materi hukum newton dan kelas
VIII C sebagai kontrol dengan materi yang sama.
C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu : Juli 2010
Tempat : SMP Pangudi Luhur 1 Klaten
D. TREATMENT
Treatment adalah perlakuan peneliti terhadap subyek yang mau diteliti agar
digunakan pada kelas yang diberi perlakuan khusus adalah model pembelajaran
fisika dengan pendekatan kontekstual bermedia film. Sedangkan treatment yang
digunakan pada kelas kontrol adalah dengan metode ceramah dan demonstrasi.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian (Suparno, 2007: 56). Dalam penelitian ini terdapat dua macam
instrumen yang digunakan yaitu instrumen untuk melakukan kegiatan
pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen untuk kegiatan
pembelajaran meliputi film gaya sebagai media pembelajaran yang dibuat oleh
peneliti dan Lembar Kerja Siswa pada pokok bahasan Gaya. Instrumen untuk
memperoleh umpan balik atau mengumpulkan data yaitu : (1) soal pretest-soal
posttest, (2) kuisioner yang memuat pertanyaan berkaitan dengan minat, sikap,
pendapat siswa mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media
film, cara guru mengajar, pendapat siswa mengenai film gaya yaitu menyangkut
tayangan penjelasan melalui tulisan, tayangan rekaman, penjelasan melalui suara
dalam film, dan alur tampilan film.
1. Film Gaya
Film ini berisi mengenai pengertian gaya yang ditunjukkan dengan
percobaan orang yang menarik buku dan mendorong bola, jenis-jenis gaya
yang ditunjukkan dengan percobaan sederhana misalnya menekan parafin,
resultan gaya yang ditunjukkan dengan orang yang mendorong meja, hukum
bebas kertas agar spidol tidak jatuh, hukum newton 2 yang ditunjukkan
dengan rekaman orang yang menendang bola, dan hukum newton 3 yang
ditunjukkan dengan percobaan sederhana membuat roket sederhana dari
balon.
2. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa ini digunakan sebagai panduan bagi siswa dalam
proses belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran film untuk
membangun pemahaman siswa tentang gaya. Lembar Kerja Siswa ini diambil
dari rujukan beberapa buku antara lain : Sains Fisika SMP ( Marthen
Kanginan), IPA Terpadu SMP dan MTS (Mikrajuddin, Saktiyono).
3. Tes Awal (Pretest)
Tes awal (pretest) diberikan bertujuan untuk mengetahui pengetahuan
awal siswa sebelum mengikuti pelajaran. Tes awal digunakan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mengikuti kegiatan
pembelajaran atau digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
yang dimiliki oleh siswa mengenai gaya. Soal-soal pretest ini diambil dari
rujukan buku Sains Fisika SMP ( Marthen Kanginan), IPA Terpadu SMP dan
MTS (Mikrajuddin, Saktiyono).
Soal dalam tes awal berupa 5 soal uraian. Pada tabel 1 dapat dilihat
Tabel 1 Format Soal Uraian untuk Materi Pokok Gaya
Aspek yang ditekankan
Soal No. Soal Bobot Soal
Pengetahuan Pengertian gaya dan jenis-jenis gaya
1 Mudah
Analisis Menghitung resultan
gaya
2 Sukar
Tabel 2 Format Soal Uraian untuk Materi Pokok Hukum Newton
Aspek yang ditekankan
Soal No. Soal Bobot Soal
Pemahaman Penerapan hukum
newton 1
1 Mudah
Aplikasi Aplikasi hukum newton
3 dalam kehidupan
sehari-hari
2 Sedang
Analisis Menghitung hukum
newton 2
3 Sedang
4. Tes Akhir (Posttest)
Tes akhir (postest) dilakukan setelah setelah kegiatan pembelajaran dalam
penelitian selesai dilaksanakan. Tujuan tes akhir (postes) ini adalah untuk
mengetahui hasil belajar siswa atau sejauh mana peningkatan kemampuan
belajar siswa dan mendapatkan nilai sampel kelompok eksperimen setelah
diberi perlakuan berupa penggunaan pendekatan kontekstual dibanding
dengan tes awal. Jumlah soal dan isi tes akhir sama dengan tes awal.
5. Kuisioner Minat dan Sikap
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi, 2006:151). Dalam penelitian ini
kuisioner digunakan untuk mengetahui angket yang digunakan dalam
penelitian minat siswa terhadap fisika. Angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup. Menurut Suparno (2000:25) angket
tertutup adalah angket yang telah disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih saja.
Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengetahui pendapat
siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual bermedia film dibandingkan dengan metode ceramah dan
demonstrasi untuk mengukur minat dan sikap siswa. Kuisioner minat
dikembangkan oleh peneliti sendiri, sedangkan untuk kuisioner sikap dan
kualitas film dikembangkan berdasarkan kuisioner dari Sholastica Heti
Varyani yaitu kuisioner sikap no 8 dan Desi Widyawati yaitu kuisioner
kualitas film no 16, 18, dan 20. Angket minat ini terdiri dari 6 pertanyaan.
Untuk tiap-tiap pertanyaan memiliki 4 alternatif jawaban , dimana siswa harus
memilih salah satu jawaban. Semua pertanyaan merupakan item positif
Tabel 3Format Soal Kuisioner
Kisi – kisi Aspek yang ditanyakan No. soal
Sikap siswa terhadap
Cepat atau lambat media yang ditayangkan
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
F. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian dalam
penelitian (Arikunto, 1996 : 99). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel,
yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat merupakan suatu akibat
dari keadaan yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sedangkan variabel bebas
adalah variabel yang secara sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel
terikat. Dalam penelitian ini variabel penelitiannya adalah :
1. Variabel bebas : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual
bermedia film dan pembelajaran dengan menggunakan metode caramah dan
demonstrasi.
2. Variabel terikat : minat siswa, sikap siswa, dan hasil belajar siswa.
G. VALIDITAS
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan
dari variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Sutrisno Hadi (1991:1) sebuah
instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur,
mampu mengungkapkan apa yang hendak diungkapkan sebuah instrumen yang
valid berarti memiliki validitas yang tinggi. Pada penelitian ini validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yaitu isi dari
instrumen yang digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang diukur
(Suparno, 2007:62).
Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam
ranah kognitif pada pokok bahasan gaya. Materi yang diberikan pokok bahasan
gaya adalah pengertian gaya, jenis-jenis gaya, resultan gaya, dan hukum Newton.
Soal pretest dan posttest terdiri dari 2 soal uraian untuk sub pokok bahasan gaya
dan 3 soal untuk sub pokok bahasan hukum Newton. Format soal uraian dapat
dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Soal-soal pretest dan posttest tersebut
menunjukkan isi yang akan diukur.
Angket digunakan untuk mengetahui skor minat, sikap siswa dan kualitas film
dalam proses belajar mengajar. Setelah itu dapat diketahui bagaimana minat damn
sikap siswa setelah diberi treatment model pembelajaran fisika dengan pendekatan kontekstual bermedia film dan model pembelajaran dengan metode
ceramah dan demonstrasi. Setiap bagian menunjukkan apa yang akan diukur
seperti pada tabel 3.
F. METODE ANALISIS DATA
Minat siswa terhadap pembelajaran kontekstual bermedia film yang
digunakan dianalisis melalui dua tahap, yaitu minat setiap siswa dan minat
seluruh siswa pada pembelajaran kontekstual bermedia film . Skor pada setiap
frekuensi, yaitu jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak
setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor terendah 6
sedangkan skor tertinggi adalah 24. Skor maksimum total yang dapat dicapai
oleh keseluruhan siswa/sampel kelas VIII C adalah 864 sebab sampel
berjumlah 36 orang, sedangkan untuk kelas VIII D adalah 816 sebab sampel
berjumlah 34 orang.
Untuk menghitung prosentase jumlah skor perorangan maupun seluruh
siswa/sampel, yaitu dengan cara membagi jumlah skor yang dicapai dengan
skor total dikalikan 100 %. Untuk mengetahui tingkat prosentase minat
perorangan maupun seluruh siswa/sampel digunakan rumus:
%
Tabel 4. Kategori Minat Siswa
Interval (%) Kategori
76 -100 Sangat berminat
51 – 75 Berminat
26 – 50 Kurang berminat
0 – 25 Tidak berminat
2. Sikap Siswa Terhadap Media Pembelajaran Fiska
Sikap siswa terhadap fisika dianalisis dengan tahap-tahap sebagai
pertanyaan tersedia 4 alternatif jawaban, dimana siswa harus memilih salah
satu jawaban. Semua pertanyaan merupakan item positif (favorabel).
Alternatif jawaban beserta skornya adalah sebagai berikut : sangat setuju = 4,
setuju =3, kurang setuju =2, tidak setuju = 1. Sehingga dengan 7 pertanyaan,
skor terendah yang mungkin dicapai siswa adalah 7 dan skor tertinggi yang
mungkin dicapai siswa adalah 28. Klasifikasi siswa ditetapkan dengan kriteria
sebagai berikut :
Tabel 5 Kategori Sikap Siswa
Interval (%) Kategori
76 -100 Sangat positif
51 – 75 Positif
26 – 50 Netral (Biasa)
0 – 25 Negatif
3. Kualitas Film sebagai Media Pembelajaran
Untuk kuisioner kualitas film menurut siswa tidak diklasifikasikan seperti
pada kuisioner minat dan sikap namun diinterpretasikan setiap nomer.
a. Menurut pendapat siswa
a.1 Saya merasa film yang ditampilkan kurang menarik.
Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)
A Sangat setuju ... ...
B Setuju ... ...
C Kurang setuju ... ... D Tidak setuju ... ... Tabel 6 Pendapat siswa mengenai menarik atau
a.2 Dalam kegiatan pembelajaran fisika dengan menggunakan media film,
saya merasa guru mengajar.
Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)
A Terlalu cepat ... ...
B Cukup ... ...
C Lambat ... ...
D Terlalu lambat ... ... Tabel 7 Pendapat siswa mengenai guru mengajar dengan
mengguanakan media film
a.3 Tayangan film ini bagi saya.
Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)
A Terlalu cepat ... ...
B Cukup ... ...
C Lambat ... ...
D Terlalu lambat ... ... Tabel 8 Pendapat siswa mengenai tayangan film.
a.4 Tayangan penjelasan melalui tulisan dan gambar yang ditampilkan dalam
film ini menurut saya.
Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)
A Terlalu cepat ... ...
B Cukup ... ...
C Lambat ... ...
D Terlalu lambat ... ... Tabel 9 Pendapat siswa mengenai tulisan dan gambar melalui film
a.5 Penjelasan melalui suara yang terdapat dalam film ini bagi saya.
Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)
A Terlalu cepat ... ...
B Cukup ... ...
C Lambat ... ...
Tabel 10 Pendapat siswa mengenai penjelasan suara yang terdapat dalam film.
a.6 Penjelasan melalui suara yang terdapat dalam film ini bagi saya.
Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)
A Terlalu nyaring ... ...
B Cukup ... ...
C Pelan ... ...
D Terlalu pelan ... ... Tabel 11 Pendapat siswa mengenai volume suara penjelasan dalm film.
a.7 Alur tampilan media pembelajaran dalam film ini bagi saya.
Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)
A Mudah diikuti ... ... B Cukup bisa saya ikuti ... ...
C Bingung ... ...
D Sangat membingungkan ... ... Tabel 12 Pendapat siswa mengenai alur tampilan dalam film.
Prosentase jawaban terhadap masing-masing indikator menunjukkan pendapat
siswa terhadap kualitas film gaya.
b. Menurut Pendapat Guru
Untuk mengetahui pendapat guru mengenai kualitas film pembelajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran peneliti melakukan kegiatan
wawancara dengan guru mata pelajaran fisika kelas VIII.
4. Hasil Belajar Siswa
Pertama, soal pretest dan posttest yang masing-masing terdiri dari 2 soal
untuk sub pokok bahasan gaya dan 3 soal untuk sub pokok bahasan hukum
Newton dinilai. Skor maksimum untuk masing-masing soal yang benar
Tabel 13 Kriteria Pemberian Skor
a. Kriteria pemberian skor untuk pokok bahasan gaya
Pretest Posttest
Nomer soal Skor Nomer soal Skor
1 20 1 20
2 30 2 30
Jumlah skor 50 50
b. Kriteria Pemberian Skor untuk Pokok Bahasan Hukum Newton
Pretest Posttest
Nomer soal Skor Nomer soal Skor
1 15 1 15
2 20 2 20
3 15 3 15
Jumlah skor 50 50
Pemberian skor disesuaikan dengan jawaban siswa yaitu sempurna
tidaknya jawaban. Misalnya untuk soal mudah dalam bentuk perhitungan
diberi skor 0 jika tidak menuliskan jawaban sama sekali, 3 jika siswa
menjawab tetapi sama sekali salah, 4-13 jika ada pola pengerjaan dan
mengarah benar, 14 jika ada kesalahan perhitungan tetapi siswa sudah
mengerjakan dengan langkah-langkah yang benar, 15 jika jawaban benar
sempurna. Jadi skor disesuaikan dengan sempurna tidaknya jawaban. Untuk
pemberian skor soal sukar dan sedang disesuaikan dengan kelipatan skor soal
mudah.
Kedua, pretest dan posttest dibandingkan dengan menggunakan T test
test dari Paul Suparno (2000:59) untuk kelompok dipenden dirumuskan
sebagi berikut :
Keterangan : X1= Skor awal (pretest)
X2= Skor akhir (posttest)
D = Perbedaan skor pretest – posttest untuk setiap subjek
N = Jumlah pasang skor
Hasil pretest dan posttest pada kelas dengan perlakuan khusus dan kelas
kontrol juga dibandingkan dengan T test untuk kelompok independen atau
kelompok yang diberi tes awal dan tes akhir. Rumus T test dari Paul
Suparno (2000: 59) untuk kelompok independen dirumuskan sebagai
berikut (n1≠n2) :
Pada penelitian ini T test untuk kelompok dependen dan T test untuk
kelompok independen diuji melalui program SPSS.
BAB III
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian
Minggu kedua bulan April peneliti menganalisis materi yaitu Gaya dan Hukum
Newton. Setelah selesai menganalisisnya, peneliti kemudian membuat skenario film
yang diperlukan dalam kegiatan pengambilan gambar. Minggu ketiga bulan April
peneliti mulai melakukan uji coba alat yang akan dipergunakan. Pada awal bulan Mei
peneliti mulai melakukan kegiatan pengambilan gambar.
Akhir bulan Mei mulai dilakukan kegiatan editing dan analisis. Pada minggu
pertama bulan Juni, hasil pengambilan gambar dan analisis mulai dimasukkan dalam
film beserta persamaan yang diperlukan yaitu resultan gaya, hukum newton 1, hukum
newton 2, dan hukum newton 3. Minggu kedua bulan Juni, dilakukan dilakukan
pengambilan gambar ulang untuk narasi resultan gaya sehingga editing ulang untuk
resultan gaya .
Minggu ketiga bulan Juni, peneliti melengkapi film dengan pertanyaan
panduan. Adanya pertanyaan tersebut untuk mengajak siswa mengingat kembali
materi yang berkaitan dengan Gaya. Minggu keempat bulan Juni, peneliti melakukan
kegiatan mengisi suara (dubbing) pada bagian-bagian film yang belum dilengkapi
suara serta proses editing akhir. Pada tanggal 3 Juli 2010 film selesai.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22, 27, 29 Juli dan 3 Agustus 2010.
Penelitian dilakukan pada siswa – siswi kelas VIII C dan VIII D SMP Pangudi Luhur
1 Klaten. Kelas VIII C dan VIII D diberikan perlakuan yang sama yaitu sebagai kelas