• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pembelajaran gaya untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efektivitas pembelajaran gaya untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i

VIII SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERMEDIA

FILM DIBANDINGKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

CERAMAH DAN DEMONSTRASI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh : DWI ASTUTI NIM : 041424023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Siji ora dadi

Loro ora kanggo

Telu mlaku

Papat mufakat

Limo sampurn

o

(5)
(6)
(7)

vii

EEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GAYA UNTUK SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERMEDIA FILM DIBANDINGKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI

Dwi Astuti

Universitas Sanata Dharma 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pendekatan kontekstual bermedia film untuk pembelajaran gaya, mengetahui kekurangan serta kelebihan dari media film yang digunakan sebagai media pembelajaran dan untuk mengetahui hasil pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film yang ditunjukkan dengan minat, sikap, kualitas film, dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten pada bulan Juli 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C dan VIII D yang terdiri dari 72 siswa.

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah film, soal pretest, Lembar Kerja Siswa, soal postest, kuisioner dan wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran fisika.

(8)

viii

EFFECTIVENESS LEARNING FORCE FOR CLASS VIII SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN USING CONTEXTUAL APPROACH OF MEDIA FILM

COMPARED WITH METHOD SPEECH AND DEMONSTRATION

Dwi Astuti

Universitas Sanata Dharma 2011

This research aim at developing a contextual approach supported by media film to the study force of, find out shortcomings and strengths of the film media is use as a media of learning and knowing the learning outcomes by using the contextual approach of media film which shown by interest, attitude, quality films, and student learning outcomes in follow the learning process.

This research carried out in SMP Pangudi Luhur 1 Klaten in Juli 2010. The population in this study are all eighth graders while the sampel in this study were students VIII C and VIII D class consisting of 72 students.

Instruments used in this study is to film force, about the pretest, student shett activity, posttest, questionnaire and interviews with subject teacher of physics.

(9)

ix

Sembah dan puji pada Allah Bapa di surga, Bunda Maria dan Yesus Kristus yang

telah memberikan berkat dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul ”Pembelajaran Gaya untuk Siswa Kelas VIII SMP Pangudi

Luhur 1 Klaten dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Bermedia Film

Dibandingkan dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Demonstrasi” dengan

lancar dan baik.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak

mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan waktu membimbing dengan penuh kesabaran.

2. Bapak Drs. Domi Severius, M. Si selaku kaprodi.

3. Semua dosen yang telah memberi banyak pendidikan dan pengetahuan bagi penulis

selama ini.

4. Bruder Heribertus Triyanto, FIC selaku Kepala Sekolah, Bapak Drs. B. Aris

Siswanto selaku guru bidang studi fisika.

5. Siswa-siswi kelas VIII C dan VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang telah

(10)

x

kepercayaan, kesabaran, dan dukungannya sehingga saya dapat menyelesikan studi

ini dan menjadi seperti sekarang ini.

7. Tony Cristy Aby yang sangat kusayangi dan kucintai, terimakasih atas kesabaran,

dorongan, kasih sayang, dan perhatiannya.

8. Kakak dan adikku tersayang, keponakanku yang selalu ngrusui, terimakasih untuk

segala bantuan, dorongan, dan kasih sayangnya.

9. Semua keluarga di Kidul, terimakasih untuk doa dan dukungan semangatnya.

10. Kang Gonot dan Lia, terima kasih atas pinjaman komputer dan laptopnya.

11. Teman-temanku P. Fis’04, Wulan (akhirnya aku nyusul kamu!!), Vera (terimakasih

tumpangannya), Patmi, Wiwik, Lulut, Fitri, dan yang lainnya...

12. Pak Sugeng, Bu Heni dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan

skripsi ini. GBU all.

Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan manfaat bagi perkembangan

pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. Semua daya upaya serta kemampuan telah penulis

curahkan sepenuhnya demi terselesikannya skripsi ini, namun semuanya tidak lepas dari

segala kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran demi

kebaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tinjauan Pustaka... 3

1. Teori Belajar... 3

2. Hasil Belajar... 6

3. Pendekatan Kontekstual... 7

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual... 8

b. Prinsip Dasar Pendekatan Kontekstual... 9

4. Minat... 13

5. Sikap... 16

(12)

xii

8. Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia Film... 22

C. Rumusan Masalah... 25

D. Tujuan Penelitian... 25

E. Manfaat Penelitian... 26

F. Gaya... 27

1. Pengertian Gaya... 27

2. Resultan Gaya... 27

3. Hukum Newton... 28

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN... 31

A. Desain Penelitian... 31

B. Populasi dan Sampel... 32

1. Populasi... 32

2. Sampel... 32

C. Waktu dan Tempat Penelitian... 32

D. Treatment... 32

E. Instrumen Penelitian... 33

F. Variabel Penelitian... 37

G. Validitas... 37

H. Metode Analisis Data... 38

1. Minat Siswa... 38

2. Sikap Siswa... 39

3. Kualitas Film... 40

a. Menurut Pendapat Siswa... 40

(13)

xiii

BAB III. DATA DAN ANALISIS DATA... 46

A. Pelaksanaan Penelitian... 46

B. Data dan Analisis Data... 60

1. Sikap Siswa... 60

2. Minat Siswa... 62

3. Kualitas Film... 64

a. Menurut Pendapat Siswa... 64

b. Menurut Pendapat Guru... 67

4. Hasil Belajar... 71

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 86

A. Kesimpulan... 86

B. Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA... 89

(14)

xiv

Tabel 1. Format Soal Uraian untuk Materi Gaya... 35

Tabel 2. Format Soal Uraian untuk Materi Hukum Newton... 35

Tabel 3. Format Soal Kuisioner... 36

Tabel 4. Kategori Minat Siswa... 39

Tabel 5. Kategori Sikap Siswa... 40

Tabel 6. Pendapat Siswa Mengenai Menarik atau Tidak Film yang Ditampilkan... 40

Tabel 7. Pendapat Siswa Mengenai Guru Mengajar dengan Mengguanakan Media Film... 41

Tabel 8. Pendapat Siswa Mengenai Tayangan Film... 41

Tabel 9. Pendapat Siswa Mengenai Tulisan dan Gambar Melalui Film Pendapat Siswa Mengenai Tayangan Film... 41

Tabel 10. Pendapat Siswa Mengenai Penjelasan Suara yang Terdapat dalam Film... 41

Tabel 11. Pendapat Siswa Mengenai Volume Suara Penjelasan dalam Film... 42

Tabel 12. Pendapat Siswa Mengenai Alur Tampilan dalam Film... 42

Tabel 13. Kriteria Pemberian Skor... 43

Tabel 14. Skor Sikap Siswa Kelas VIII C... 59

Tabel 15. Skor Sikap Siswa Kelas VIII D... 60

Tabel 16. Skor Minat Siswa Kelas VIII C... 61

(15)

xv

Tabel 19. Hasil Data Skor Pretest dan Posttest untuk Materi hukum Newton Siswa Kelas VIII C dan Siswa

Kelas VIII D... 72 Tabel 20. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Materi Gaya... 73 Tabel 21. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Materi Hukum

Newton... 74 Tabel 22. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Sub Pokok

Bahasan Hukum Newton... 76 Tabel 23. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Sub Pokok

Bahasan Gaya... 76 Tabel 24. Analisis Data Kelas Kontrol untuk Sub Pokok Bahasan

Hukum Newton... 77 Tabel 25. Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Sub Pokok

(16)

xvi

Gambar 1. Sir Issac Newton... 28 Gambar 2. Siswa VIII D Mengerjakan Soal Pretest... 48 Gambar 3. Siswa kelas VIII C Melakukan Percobaan

Jenis-Jenis Gaya... 51 Gambar 4. Siswa Kelas VIII C Menyaksikan Tayangan Film... 51 Gambar 5. Siswa Kelas VIII C Mengerjakan Soal Posttest... 52 Gambar 6. Siswa Kelas VIII D Melakukan Percobaan

Hukum Newton 1... 55 Gambar 7. Seorang Siswa Kelas VIII C Membantu Peneliti

saat Melakukan Demonstrasi... 57 Gambar 8. Peneliti Melakukan Demonstrasi di

(17)

xvii

Lampiran 1. Soal Pretest... 90

Lampiran 2. Kunci Jawaban Soal Pretest... 94

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa... 96

Lampiran 4. Skenario Film Gaya... 106

Lampiran 5. Skenario Pembelajaran Gaya dengan Metode Ceramah... 112

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 120

Lampiran 7. Kuisioner... 142

Lampiran 8. Skor Pretest dan Posttest... 145

Lampiran 9. Skor minat, sikap dan kualitas film... 149

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan dengan sadar dan

bertujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik dan sesuai

dengan yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar

sanggup menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat, teknologi serta

kehidupan yang semakin kompleks. Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat

penting untuk membekali siswa menghadapi masa depan karena itu proses

pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang

berkualitas. Saat ini Indonesia sedang mengalami krisis sumber daya manusia

yang menguasai ilmu pengetahuan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

menjadi tolok ukur untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Salah satu cara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini dapat dilakukan

dengan pendidikan fisika.

Pada batas – batas tertentu pendidikan fisika dapat mempersiapkan individu

untuk meningkatkan kualitas hidup, mengatasi masalah – masalah sosial yang

ada, membantu individu dalam memilih dan mengembangkan karir, serta

membantu individu untuk mempelajari fisika lebih lanjut. Pada umumnya, orang

– orang yang memiliki latar belakang pengetahuan fisika yang cukup kuat lebih

(19)

itu, pendidikan fisika perlu diberikan kepada para siswa pada setiap satuan

pendidikan.

Oleh karena betapa pentingnya pendidikan fisika di sekolah, maka telah

banyak dilakukan perbaikan – perbaikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

fisika. Perbaikan ini dapat dilihat dari penyediaan perlengkapan alat – alat

pembelajaran sains, penggunaan metode pembelajaran yang jitu, penyempurnaan

kurikulum, penggunaan media pembelajaran yang relevan dan efektif,

peningkatan kualitas guru dan lain – lain. Walaupun sudah banyak hal yang

dilakukan untuk meningkatan kualitas pendidikan fisika di sekolah, pencapaian

hasil belajar fisika di sekolah masih jauh dari harapan.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk

mengefektifkan proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual ini konsep

belajar yang digunakan untuk membantu para guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang mendorong para siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan teori dalam

kehidupan sehari-hari.

Dewasa ini guru tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber

informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya, akan tetapi siswa dapat

memperoleh informasi dari berbagai sumber. Di era informasi ini, segala macam

informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat. Internet adalah salah satu alat

yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang sebanyak – banyaknya.

(20)

dalam pemahaman lebih konkrit, pemanfaatan media yang dipilih guru dalam

proses pembelajaran memegang peranan penting.

Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam

rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa dalam proses

pembelajaran salah satunya adalah dari film pembelajaran. Proses pembelajaran

kontekstual yang disertai penggunaan media film merupakan alternative

pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga diperkirakan dapat

mengoptimalkan kemampuan penalaran dan ketrampilan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti tertarik untuk

mengadakan penulisan penerapan pembelajaran kontekstual bermedia film yang

diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar fisika. Sebagai pembanding dari

pengaruh pembelajaran tersebut tersebut, akan dilihat pengaruh pembelajaran

ceramah dan demonstrasi yang dilakukan secara bersama pada semester I tahun

ajaran 2010/2011.

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan (Hamalik Oemar : 2001). Menurut pengertian ini

belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan

perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah

(21)

menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Paradigma interaksi guru – siswa di

sekolah sekarang telah berubah dari pengajaran (instructional, teaching

-intructional) menjadi pembelajaran (learning), dari guru sebagai subjek (pemain) dan siswa sebagai objek (penonton) menjadi siswa sebagai subjek dan

guru sebagai sutradara. Dalam pengajaran yang berkonotasi aktivitas guru

dengan pola informasi, contoh tanya jawab, latihan, tugas, dan evaluasi

memandang siswa sebagai wadah kosong yang perlu diisi pengetahuan (hanya

sekedar tahu) sebanyak-banyaknya, suka atau tidak suka, senang atau tidak

senang, berminat atau tidak berminat, yang penting materi (tugas) tersampaikan.

Selanjutnya Thursan Hakim (dalam Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno

2007:6) mengatakan bahwa: ”Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam

kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,

pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan

lain-lain kemampuannya.” Sedangkan menurut M. Sobry Sutikno (dalam Pupuh

Fathurrohman dan Sobry Sutikno 2007:5) mengatakan bahwa ”Belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan.” Dari definisi – definisi belajar diatas dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan sesuai

dengan tujuan, yang mana dalam belajar itu membutuhkan kegiatan dan usaha.

Namun, belajar tidak hanya sekedar berubahnya tingkah laku, tetapi perubahan

(22)

dari pengalaman individu dan bukan karena proses pertumbuhan fisik

(Nasution, 2007:2). Chance dalam Nasution (2) mengungkapkan bahwa belajar

adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan

menurut Anderson dalam Nasution (2) menyatakan belajar adalah suatu proses

perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai

hasil dari pengalaman.

Belajar adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh manusia untuk

mendapatkan sesuatu yang belum di mengerti atau yang belum didalami secara

menyeluruh tentang suatu hal. Dengan belajar seseorang akan dapat mengubah

dirinya kearah yang lebih baik, baik dari segi kualitas, maupun kuantitas

pengetahuan yang dimilikinya. Apabila dalam suatu proses belajar seseorang

tidak mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas kemampuan, maka

orang tersebut pada dasarnya belum belajar, atau dengan kata lain gagal dalam

belajar.

Belajar merupakan serangkaian kegiatan aktif siswa dalam membangun

pengertian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam proses belajar siswa harus

di beri waktu yang memadai untuk bisa membangun makna dan pemahaman,

sekaligus membangun ketrampilan dari pengetahuan yang diperolehnya.

Artinya, memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berfikir dalam

menghadapi masalah sehingga siswa dapat membangun gagasannya sendiri

untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Tidak membantu siswa

secara dini, menghormati hasil kerja siswa, dan memberi tantangan kepada

(23)

membentuk siswanya menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab

belajar pada dasarnya berada di tanpgan siswa. Namun demikian bukan berarti

guru tidak mempunyai tanggung jawab apapun. Tanggung jawab guru adalah

menciptakan suasana belajar yang dinamis sehingga siswa terdorong motivasi

belajarnya, sehingga suasana belajar yang kondusif dapat tercipta.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa

keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman

(Nasution, 2004:2). Definisi lain hasil belajar, yaitu tingkat penguasaan suatu

pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan (Soedijarto, dalam

Nasution, 2004:2). Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru (Dimyati dan Mudjiono, 1994:245). Atau

hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah

mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari

pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah

berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang

harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan

dalam tujuan pembelajaran.

Dalam kaitannya dengan hasil belajar tersebut, menurut Bloom hasil belajar

dapat dibagi kedalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah

(24)

kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah afektif

berkaitan dengan tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, nilai

dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.

Ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan motorik, manipulasi bahan

atau obyek. Hasil belajar dalam ranah kognitif tersebut secara rinci mencakup

kemampuan mengingat dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah

dipelajari siswa. Artinya hal ini mencakup kemampuan intelektual yang

merupakan salah satu tugas dari kegiatan pendidikan, yang meliputi

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Keenam hal

tersebut menurut Bloom merupakan bagian dari aspek kognitif. Dalam

penelitian ini aspek kognitif yang dipakai hanya 4 aspek, yaitu pengetahuan,

pemahaman, aplikasi dan analisis.

3. Pendekatan Kontekstual

Sistem pembelajaran saat ini dominan dengan istilah belajar yang diartikan

sebagai kegiatan berupa duduk, mendengarkan, mencatat kemudian pulang

untuk dihafalkan. Melihat kondisi demikian siswa akan merasakan kejenuhan

yang berkepanjangan. Proses pembelajaran yang baik akan tercipta jika

pendekatan dan strategi yang digunakan guru menarik dan sesuai dengan

perkembangan dan lingkungan siswa. Pendekatan konstekstual berlatar

belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan

mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui,

(25)

penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk

memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan prinsip pembelajaran

seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang

siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa

dengan fasilitasi dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri,

mengkontruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu.

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Dewasa ini dikenal sebuah pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan

konteks pembelajaran yang sebenarnya, yakni pendekatan kontekstual atau

Contextual Teaching and Learning. Elaine B. Johnson mengatakan bahwa “CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang

menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan

konteks dari kehidupan sehari-hari siswa” (dalam Sitompul dan Setiawan,

2006: 57). Menurut Johnson (2002) pembelajaran kontekstual adalah sebuah

proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam

materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan

subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.

Berdasarkan hal itu, dapat ditafsirkan bahwa pendekatan kontekstual

merupakan strategi pembelajaran dengan konsep mengajar dan belajar yang

mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong

siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan

(26)

masyarakat. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan strategi CTL memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya

pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam

memecahkan masalah dalam konteks nyata. Dengan kata lain,

pembelajaran diupayakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna

kepada siswa (learning by doing).

3) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan

saling mengoreksi (leaarning in group).

4) Kebersamaan, kerja sama, dan saling memahami satu sama lain, secara

mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran

menyenangkan (learning to know each other deeply).

5) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together). 6) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning

as an enjoy activity).

b. Prinsip Dasar Pendekatan Kontekstual

(27)

ini dikenal sebagai tujuh pilar CTL (Contextual Teaching and Learning), ketujuh prinsip dasar tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) Inquiry

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh bukan hasil

mengingat tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu

merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun

materi yang diajarkannya. Diawali dengan pengamatan untuk

memahami konsep/fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan

kegiatan bermakna untuk menghasilkan rumusan. Dengan

mengembangkan keterampilan berpikir kritis, siklus inquiry adalah sebagai berikut:

(a) mengamati,

(b) bertanya,

(c) meyakinkan dengan sementara,

(d) mengumpulkan data,

(e) menganalisis data,

(f) merumuskan teori.

2) Questioningatau bertanya adalah salah satu strategi pembelajaran CTL yang dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong siswa

mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi,

(28)

kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

pembelajaran berbasisinquriying.

3) Contructivism merupakan landasan filosofis CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri

secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan

terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Dalam proses

pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui

keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran, siswa menjadi pusat

kegiatan bukan guru. Tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut

dengan :

a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri.

c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri.

4) Modelling adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan

bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan

apa yang kita inginkan.

5) Learning Community, konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Metode

pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu

proses pembelajaran di kelas. Dalam CTL, guru disarankan selalu

(29)

dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada

yang pandai dan ada yang kurang pandai supaya terjadi komunikasi dua

arah (Nurhadi, 2002:15).

6) Reflection adalah kegiatan memikirkan apa yang telah kita pelajari, merealisasikan, merespon selama kejadian, aktivitas, atau pengalaman

yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan

perbaikan jika diperlukan. Pada akhir pembelajaran guru menyisakan

waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa :

a) Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.

b) Catatan atau buku jurnal di buku siswa.

c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.

d) Diskusi.

e) Hasil karya.

7) Autentic assessment adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan

siswa, memiliki karakteristik:

a) Mengukur baik proses maupun produk pembelajaran;

b) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa;

c) Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau pengalaman dalam

konteks nyata;

d) Tugas-tugas yang diberikan berkontekstual dan relevan;

e) Penilaian bersifat terbuka, jujur / objektif;

(30)

g) Penilaian dilakukan untuk menunjukan kelebihan siswa untuk

mendorong siswa agar dapat berbuat lebih baik lagi;

h) Termasuk di dalam penilaian otentik adalah refleksi dan

selfassasment.

i) Bentuk-bentuk penilaian otentik di antaranya : portofolio, strong

retell, interview, video tape, evaluation of performance, audio tape,

evaluation of reading, teacher is observations, cloze test, dan

lain-lain.

Dengan memiliki konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan

kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran

lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang

benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran

kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalam pemaknaan belajar dan

proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada

landasan teoritis tentang belajar aktif yang semata-mata menekankan pada

pengetahuan yang bersifat hafalan saja. Siswa harus aktif mencari,

menemukan pengetahuan tersebut dengan ketrampilan secara mandiri.

4. Minat Belajar Fisika

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat

seperti halnya Jersild dan Tasch dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986:

229) menekankan bahwa minat/interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang

(31)

Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) minat adalah gejala psikis yang

berkaitan dengan objek/aktivitas yang menstimulir perasaan senang individu.

Walaupun minat/interest didefinisikan secara berbeda-beda, tetapi minat

senantiasa erat hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas dan

situasi. Selain itu, minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Minat

yang timbul dari kebutuhan anak-anak merupakan faktor pendorong bagi anak

dalam melaksanakan usahanya. Jadi, dapat dilihat bahwa minat sangat penting

dalam pendidikan, sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu

mendapatkan dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup

menarik minatnya. Menurut Sujanto Agus:1981, minat adalah suatu pemusatan

perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan

tergantung dari bakat dan lingkungan. Dalam belajar diperlukan suatu

pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa

dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan terjadilah

perubahan kelakuan.

Aspek-aspek minat dalam belajar adalah kesenangan, kemauan, kesadaran,

dan perhatian. Tanpa adanya aspek-aspek tersebut, hasil belajar siswa tidak

akan optimal. Namun, dalam pengukuran minat, aspek kesenangan tidak

disertakan. Adapun peranan dan fungsi minat dalam belajar adalah:

1. Minat sebagai pendorong yang mengarahkan perbuatan seseorang dalam

beraktivitas.

2. Minat dapat membantu dalam memusatkan perhatian terhadap masalah yang

(32)

3. Minat sebagai pembantu dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang

dalam mencapai suatu kematangan dan kedewasaan serta cita-cita.

Menurut Winkel (1983:30) minat adalah kecenderungan yang agak menetap

dalam subyek merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung pada bidang itu. Perasaan merupakan faktor psikis yang

nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat/gairah belajar.

Dengan melalui perasaannya siswa mengadakan penilaian yang agak spontan

terhadap pengalaman-pengalaman belajar di sekolah.

Minat siswa terhadap fisika bisa dimunculkan dengan cara mengarahkan

atau memberi kesadaran pada siswa tentang pentingnya fisika dalam kehidupan

sehari-hari. Untuk mencapai tujuan ini sebenarnya tidak begitu sulit karena

fisika dapat dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, hanya saja

siswa lebih diarahkan pada hal-hal yang sangat menarik dari

fenomena-fenomena tersebut dan memberitahu manfaat yang bisa diperoleh darinya.

Dengan cara tersebut, diharapkan siswa menjadi tertarik dan senang dengan

fisika sehingga minat siswa terhadap fisika semakin kuat. Minat yang kuat pada

pelajaran fisika akan memacu siswa untuk lebih memusatkan perhatian terhadap

fisika dan mendorong siswa untuk belajar fisika lebih giat. Sehingga setiap kali

siswa memperoleh pelajaran fisika, siswa akan merasa puas karena merasa

(33)

5. Sikap

Sikap, atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara

bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk beraksi dengan

cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana

reaksi seseorang jika ia terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang,

benda-benda, ataupun situasi-situasi yang mengenai dirinya. Dengan kata lain

sikap adalah suatu perbuatan/tingkah laku sebagai reaksi/respon terhadap

sesuatu rangsangan/stimulus yang disertai dengan pendirian atau perasaan orang

lain (Purwanto, 1998: 141).

Sikap dapat dipandang sebagai (1) kesiapan bereaksi terhadap suatu objek

(stimulus) dengan cara-cara tertentu, dan (2) konstelasi dari

komponen-komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik yang saling berinteraksi dalam

memahami, merasakan, dan berperilaku, sedangkan Berkowitz secara khas

mendefinisikannya sebagai suatu respon evaluatif terhadap suatu rangsangan

yang dapat berupa informasi, objek, gejala, atau peristiwa yang dihadapi atau

dialami. Respon evaluatif merupakan suatu reaksi sebagai kulminasi dari

interprestasi dan penilaian pada sesuatu yang diterima berdasarkan

pengalamannya. Respon itu dapat berupa pernyataan atau perilaku sebagai

akibat dari tangkapan nilai, misalnya menyenangkan, membosankan, menarik,

bermanfaat, dan sebagainya. Manifestasi sikap antara lain tampak dari

pernyataan setuju atau tidak, mendukung atau tidak, senang atau tidak;

(34)

kesungguhan, tekun, tidak mudah putus asa, dan melakukannya dengan senang

hati.

Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar

fisika dan pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini sikap

siswa terhadap fisika adalah suatu tingkah laku siswa sebagai reaksi terhadap

suatu rangsangan/stimulus pelajaran fisika yang disertai dengan pendirian atau

perasaan siswa tersebut.

Sikap positif siswa terhadap mata pelajaran fisika yang diberikan

merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap fisika apalagi diiringi dengan

kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa sehingga hasil belajar

yang dicapai siswa kurang memuaskan.

6. Media Pembelajaran

Secara etimologi, kata media berasal dari bahasa Latin medius dan

merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti

perantara atau pengantar. Dalam Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1997) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk penyaluran informasi.

Adapun secara terminologi (istilah), beberapa tokoh mengemukakan

pengertian media pembelajaran sebagai berikut :

1. Menurut Gerlach dan Ely (1980) mengemukakan bahwa media dalam

(35)

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi

visual atau verbal.

2. Menurut Heinich, dkk (1980), media pembelajaran adalah media-media

yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran

atau mengandung maksud-maksud pembelajaran.

3. Menurut Hamalik (1994), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga

dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan si-belajar dalam

kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan,

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

mendorong proses belajar, yang pada akhirnya mampu mengantarkan siswa

dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran memiliki enam

fungsi antara lain:

1. Fungsi atensi : mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi kepada isi

pelajaran yang ditampilkan.

2. Fungsi motivasi : mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

3. Fungsi afeksi : menggugah emosi dan sikap siswa.

4. Fungsi kompensatori : mengakomodasi siswa yang lemah dalam menerima

dan memahami pelajaran yang disajikan secara teks atau verbal.

5. Fungsi psikomotorik : menggerakkan siswa untuk melakukan suatu

(36)

6. Fungsi evaluasi : menilai kemampuan siswa dalam merespon pembelajaran.

Media memiliki jenis dan karakteristik, Rudy Bretz (1971) dalam Miarso, dkk

(1984:54) mengklasifikasikan media menjadi 7 kelompok, yaitu :

1. Media audio visual diam : merupakan media yang menggunakan

kemampuan audio visual.

2. Media audio semi gerak : merupakan media yang mempunyai kemampuan

suara disertai gerakan nyata yang tidak utuh. Misalnya tulisan jauh.

3. Media visual gerak : merupakan media yang mempunyai kemampuan

menampilkan gambar bergerak namun tidak bersuara (bisu). Misalkan film

bisu.

4. Media visual diam : merupakan media yang mempunyai kemampuan

menampilkan visual namun tidak dapat menampilkan suara maupun

gerakan. Misalkan rangkaian foto dan gambar.

5. Media audio : merupakan media yang mempunyai kemampuan untuk

menyampaikan informasi melalui suara. Misalkan audio kaset dan radio.

6. Media cetak : media yang mempunyai kemampuan menyampaikan

informasi melalui tulisan. Contoh buku dan majalah.

7. Media audio visual gerak : merupakan media yang paling lengkap yaitu

menggunakan kemampuan audio visual dan gerak, seperti film, televisi. Hal

– hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan film sebagai media

(37)

a. Bagian-bagian penting dalam film perlu ditampilkan secara berulang

kali ataupun dihentikan sesaat agar siswa dapat melihat dengan jelas dan

paham.

b. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,

menggungkapkan ide dan membuat catatan dengan menghentikan film

untuk sesaat.

c. Siswa perlu mengetahui tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran film.

d. Siswa perlu mengetahui makna dari film secara keseluruhan yang dapat

diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran.

e. Guru mendampingi siswa belajar dan menjalin komunikasi dua arah

dengan siswa agar siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

f. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa sebagai hasil belajar

maka guru perlu memberikan soal pretest pada awal kegiatan

pembelajaran dan posttest pada akhir kegiatan pembelajaran.

g. Guru perlu memberikan pengantar pada awal kegiatan pembelajaran

secara tertulis maupun mengatakannya secara langsung kepada siswa.

Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan pembelajaran berlangsung secara

terarah dan cara untuk mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran.

h. Tampilan film menarik serta dapat meningkatkan perhatian dan motivasi

(38)

7. Kelebihan dan Kelemahan Media Pembelajaran

Kelebihan film menurut Latuheru (!988:96) sebagai media pembelajaran

adalah:

a. Film dapat menampilkan peristiwa sehari-hari yang sulit ditampilkan secara

jelas dan nyata dengan media lain.

b. Film dapat menyajikan suatu proses ketrampilan dengan lebih efektif

dibandingkan media lain misalnya cara membuat bel listrik.

c. Bagian penting dari film dapat dihentikan untuk sesaat atau menampilkan

secara berulangkali agar siswa paham. Film juga dapat disimpan menurut

kebutuhan.

d. Film dapat meningkatkan perhatian, motivasi dan minat belajar siswa.

e. Film dapat menyajikan informasi belajar secara konsisten dan berurutan

serta merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat mengontrol arah

ataupun kecepatan belajar siswa.

f. Guru dapat mengurangi penggunaan kata-kata dalam menyampaikan

informasi dan penjelasan kepada siswa.

Dari kelebihan diatas akan diukur bagaimana film dapat meningkatkan sikap

dan minat belajar siswa melalui kuisioner.

Kelemahan film :

a. Menurut Latuheru (1988:97) secara ekonomis, film membutuhkan banyak

biaya (mahal).

b. Memerlukan peralatan khusus dalam penyimpanannya.

(39)

8. Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia Film

Sesuai dengan silabus untuk kelas VIII semester I, kompetensi dasar yang

ingin dicapai dalam pembelajaran Fisika tentang Gaya adalah siswa dapat

melakukan pengukuran terhadap besaran-besaran dalam gerak secara benar,

mendeskripsikan dan membuat rancangan sederhana tentang dasar-dasar

mekanika, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan

kompetensi dasar tersebut, hasil yang diharapkan adalah siswa dapat memahami

dan menghubungkan konsep tentang gaya serta mampu

mengimplementasikannya dalam suatu karya atau model yang bermanfaat

dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Keberhasilan pembelajaran ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil

belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan

pembelajaran pada aspek kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh

kondisi afektif siswa yaitu minat dan sikap. Siswa yang memiliki minat belajar

dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata

pelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang

optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini akan tetapi di sekolah belum

banyak tindakan dari para guru untuk meningkatkan minat siswa. Oleh

karenanya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru perlu merancang

program pembelajaran, pengalaman belajar, dan penilaian hasil belajar. Oleh

karena itu, perlu diterapkan pendekatan secara kontekstual (CTL). Strategi

(40)

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya

pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam

memecahkan masalah dalam konteks nyata. Dengan kata lain, pembelajaran

diupayakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). 2) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna

kepada siswa (learning by doing).

3) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling

mengoreksi (leaarning in group).

Pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam penelitian ini dengan materi

kegiatan belajar mengajar yang diteliti terbatas pada satu pokok bahasan yaitu

gaya, terfokus pada tiga komponen utama pendekatan kontekstual yaitu :

a. Inquiry (menemukan) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematik.

b. Learning comunity (masyarakat belajar) didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh

komunikasi dengan orang lain.

c. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari

dengan cara mengurutkan dan mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa

pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang

dicapainya baik bernilai positif atau tidak bernilai (negatif).

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan gaya yang

(41)

a. Pendahuluan yaitu memberi apersepsi maupun tanya jawab tentang pokok

bahasan yang akan dipelajari maupun pokok bahasan sebelumnya.

b. Pembagian kelompok secara heterogen.

c. Observasi, yaitu masing-masing kelompok melakukan percobaan dan

mengamati dengan seksama. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu

menemukan sendiri pengetahuan/konsep berdasarkan pengalaman dan

pengetahuan awalnya.

d. Presentasi, yaitu memberi kesempatan setiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukan.

e. Diskusi secara klasikal.

f. Refleksi, yaitu siswa merefleksikan kembali apa yang telah dipelajari untuk

mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap pokok bahasan tersebut.

Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan mampu membuat siswa

belajar secara aktif dan berfikir secara kreatif sehingga mampu menemukan

suatu pengetahuan maupun konsep yang baru berdasarkan hasil pengamatan

langsung terhadap suatu objek. Jadi, fungsi guru di sini hanya sebagai fasilitator

dalam proses belajar mengajar, yaitu:

a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri.

(Nurhadi, 2002: 11).

(42)

aktif dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan aktif siswa, hasil belajar

dapat tercapai secara optimal dan mengalami peningkatan minat terhadap mata

pelajaran Fisika.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah sikap, minat, dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran

gaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film di

bandingkan dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi?

2. Bagaimanakah pendapat siswa dan guru tentang kualitas film yang digunakan

dalam proses pembelajaran ?

3. Apakah kekurangan dan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual bermedia film?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah sikap, minat, dan hasil belajar siswa melalui

pembelajaran gaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia

film dibandingkan dengan metode ceramah dan demonstrasi.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah pendapat siswa dan guru tentang kualitas

(43)

3. Untuk mengetahui apakah kekurangan dan kelebihan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film.

E. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian diatas dapat diperoleh kegunaan atau manfaat.

Adapun manfaat penelitian adalah :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan langsung

dengan pelajaran fisika dengan menggunakan film pembelajaran sebagai

media pembelajaran.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Untuk pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan

pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah terhadap masalah-masalah

yang dihadapi di dunia pendidikan.

b. Bagi sekolah

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan yang berharga

bagi pihak sekolah dan upaya sosialisasi perlunya penggunaan media film

pembelajaran sebagai media pembelajaran alternative mata pelajaran

(44)

c. Bagi fakultas

Dapat dijadikan perbandingan bagi pembaca yang akan mengadakan

penelitian, khususnya tentang pemanfaatan film dalam proses

pembelajaran.

F. MATERI GAYA 1. Pengertian Gaya

Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dikerahkan sebuah benda

terhadap benda lain. Pengaruh Gaya pada benda antara lain sebagai berikut :

a. Menyebabkan perubahan kecepatan gerak benda.

b. Menyebabkan benda diam menjadi bergerak dan sebaliknya.

c. Mengubah arah gerak benda.

d. Mengubah bentuk suatu benda.

Gaya terdiri atas gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Pada gaya sentuh, benda

yang memberikan gaya dan benda yang menerima gaya melakukan kontak

langsung. Contoh gaya sentuh : orang yang menarik orang lain; terjadi

sentuhan tangan antara kedua orang tersebut. Pada gaya tak sentuj, benda

yang memberikan gaya dan benda yang menerima gaya tidak terjadi kontak

langsung. Contoh gaya tak sentuh ; gaya antara magnet dengan besi. Besi bisa

ditarik oleh ,magnet meskipun keduanya terpisah.

2. Resultan Gaya

Dalam Fisika, gaya termasuk besaran vektor. Artinya, gaya adalah suatu

(45)

besaran vektor, maka gaya dapat dilukiskan dengan diagram vektor yang

berupa anak panah. Cara melukiskan gaya digunakan aturan sebagai berikut.

a. Panjang anak panah melukiskan besarnya gaya.

b. Arah anak panah merupakan arah gaya.

c. Pangkal anak panah merupakan titik tangkap gaya.

Resultan gaya adalah perpaduan dua buah gaya atau lebih yang dihasilkan

suatu benda menjadi satu gaya. Secara matematis, resultan gaya dapat

dinyatakan sebagai berikut.

FR=F1+F2... (1)

Dapatkah gaya-gaya berada dalam keadaan setimbang? Suatu benda dikatakan

setimbang jika benda berada dalam keadaan stabil. Secara umum,

kesetimbangan adalah keadaan ketika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol. Benda yang berada dalam keadaan setimbang

tidak mengalami perubahan gerak. Secara matematis, persamaan gaya

setimbang dinyatakan sebagai berikut.

FR=F1+F2=0... (2)

(46)

Gambar 1. Sir Isaac Newton (1642-1727), ilmuwan yang tekun dan jenius dari Inggris,merumuskan tiga hukum tentang gerak. Hukum ini

selanjutnya dikenal sebagai Hukum Newton tentang gerak.

Pada tahun 1687, Sir Isaac Newton, ilmuwan Fisika berkebangsaan Inggris, berhasil menemukan hubungan antara gaya dan gerak. Dari hasil

pengamatan dan eksperimennya, Newton merumuskan tiga hukum mengenai

gaya dan gerak yang dikenal dengan Hukum I Newton, Hukum II Newton,

dan Hukum III Newton.

1) Hukum I Newton

Hukum I Newton yang dinyatakan sebagai berikut.

Sebuah benda cenderung mempertahankan keadaanya, yaitu tetap diam atau tetap bergerak dengan kecepatan konstan.

Hukum I Newton juga menggambarkan sifat benda yang selalu

mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya yang

dinamakan inersiaatau kelembaman. Oleh karena itu, Hukum I Newton dikenal juga dengan sebutan Hukum Kelembaman.

2) Hukum II Newton

Newton merumuskan Hukum II Newton sebagai berikut.

Sebuah benda yang dikenai gaya akan mengalami percepatan yang

besarnya berbanding lurus dengan besar resultan gaya dan

berbanding terbalik dengan massa benda.

(47)

a = m

F

………..(3)

Keterangan :

∑F= resultan gaya (Newton)

m= massa benda (kg)

a =percepatan benda (Newton/kg)

3) Hukum III Newton

Newton dalam Hukum III Newton yang dinyatakan sebagai berikut :

Setiap ada gaya aksi maka selalu ada gaya reaksi yang besarnya

sama tetapi berlawanan arah

Secara matematis, Hukum III Newton dinyatakan sebagai berikut:

(48)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif di mana penelitian ini

banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

Penelitian ini ditujukan kepada dua kelas. Satu kelas diberikan perlakuan

khusus yaitu penggunaan model pembelajaran fisika dengan pendekatan

kontekstual bermedia film, satu kelas lainnya digunakan sebagai kelas kontrol

yang diberi model pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi.

Kemudian perlakuan disilang pada kelas yang awalnya diberi perlakuan khusus

dijadikan kelas kontrol dan kelas lainnya yang awalnya menjadi kelas kontrol

diberi perlakuan khusus dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia

film. Di sini peneliti berperan sebagai guru dua kelas tersebut yaitu mengajar

pokok bahasan gaya, jadi peneliti terlibat aktif dalam situasi yang akan diteliti.

Sebelum kegiatan pembelajaran pada pokok bahasan gaya dimulai, dua kelas

tersebut terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest). Setelah semua materi selesai

dipelajari siswa kemudian diberi tes akhir (postest) dan diberikan kuisioner minat,

sikap dan kualitas film. Tes awal diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa tersebut, sedangkan tes akhir diberikan untuk mengetahui apakah hasil

belajar siswa meningkat.

(49)

B. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998:115).

Dalam penelitian ini populasinya adalah himpunan siswa kelas VIII SMP

Pangudi Luhur 1 Klaten, tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 5 kelas.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi. Sampel adalah sebagian atau

wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1998:117). Dalam penelitian ini

siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten diambil 2 kelas sebagai

sampel, yaitu kelas VIII C dan kelas VIII D dimana kelas VIII C diberi

perlakuan khusus menggunakan pendekatan kontekstual bermedia film

dengan materi gaya dan kelas VIII D sebagai kontrol diberikan materi yang

sama. Kemudian kelas VIII D yang diberi perlakuan khusus menggunakan

pendekatan kontekstual bermedia film dengan materi hukum newton dan kelas

VIII C sebagai kontrol dengan materi yang sama.

C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Waktu : Juli 2010

Tempat : SMP Pangudi Luhur 1 Klaten

D. TREATMENT

Treatment adalah perlakuan peneliti terhadap subyek yang mau diteliti agar

(50)

digunakan pada kelas yang diberi perlakuan khusus adalah model pembelajaran

fisika dengan pendekatan kontekstual bermedia film. Sedangkan treatment yang

digunakan pada kelas kontrol adalah dengan metode ceramah dan demonstrasi.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian (Suparno, 2007: 56). Dalam penelitian ini terdapat dua macam

instrumen yang digunakan yaitu instrumen untuk melakukan kegiatan

pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen untuk kegiatan

pembelajaran meliputi film gaya sebagai media pembelajaran yang dibuat oleh

peneliti dan Lembar Kerja Siswa pada pokok bahasan Gaya. Instrumen untuk

memperoleh umpan balik atau mengumpulkan data yaitu : (1) soal pretest-soal

posttest, (2) kuisioner yang memuat pertanyaan berkaitan dengan minat, sikap,

pendapat siswa mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media

film, cara guru mengajar, pendapat siswa mengenai film gaya yaitu menyangkut

tayangan penjelasan melalui tulisan, tayangan rekaman, penjelasan melalui suara

dalam film, dan alur tampilan film.

1. Film Gaya

Film ini berisi mengenai pengertian gaya yang ditunjukkan dengan

percobaan orang yang menarik buku dan mendorong bola, jenis-jenis gaya

yang ditunjukkan dengan percobaan sederhana misalnya menekan parafin,

resultan gaya yang ditunjukkan dengan orang yang mendorong meja, hukum

(51)

bebas kertas agar spidol tidak jatuh, hukum newton 2 yang ditunjukkan

dengan rekaman orang yang menendang bola, dan hukum newton 3 yang

ditunjukkan dengan percobaan sederhana membuat roket sederhana dari

balon.

2. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa ini digunakan sebagai panduan bagi siswa dalam

proses belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran film untuk

membangun pemahaman siswa tentang gaya. Lembar Kerja Siswa ini diambil

dari rujukan beberapa buku antara lain : Sains Fisika SMP ( Marthen

Kanginan), IPA Terpadu SMP dan MTS (Mikrajuddin, Saktiyono).

3. Tes Awal (Pretest)

Tes awal (pretest) diberikan bertujuan untuk mengetahui pengetahuan

awal siswa sebelum mengikuti pelajaran. Tes awal digunakan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mengikuti kegiatan

pembelajaran atau digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan

yang dimiliki oleh siswa mengenai gaya. Soal-soal pretest ini diambil dari

rujukan buku Sains Fisika SMP ( Marthen Kanginan), IPA Terpadu SMP dan

MTS (Mikrajuddin, Saktiyono).

Soal dalam tes awal berupa 5 soal uraian. Pada tabel 1 dapat dilihat

(52)

Tabel 1 Format Soal Uraian untuk Materi Pokok Gaya

Aspek yang ditekankan

Soal No. Soal Bobot Soal

Pengetahuan  Pengertian gaya dan jenis-jenis gaya

1 Mudah

Analisis  Menghitung resultan

gaya

2 Sukar

Tabel 2 Format Soal Uraian untuk Materi Pokok Hukum Newton

Aspek yang ditekankan

Soal No. Soal Bobot Soal

Pemahaman  Penerapan hukum

newton 1

1 Mudah

Aplikasi  Aplikasi hukum newton

3 dalam kehidupan

sehari-hari

2 Sedang

Analisis  Menghitung hukum

newton 2

3 Sedang

4. Tes Akhir (Posttest)

Tes akhir (postest) dilakukan setelah setelah kegiatan pembelajaran dalam

penelitian selesai dilaksanakan. Tujuan tes akhir (postes) ini adalah untuk

mengetahui hasil belajar siswa atau sejauh mana peningkatan kemampuan

belajar siswa dan mendapatkan nilai sampel kelompok eksperimen setelah

diberi perlakuan berupa penggunaan pendekatan kontekstual dibanding

dengan tes awal. Jumlah soal dan isi tes akhir sama dengan tes awal.

5. Kuisioner Minat dan Sikap

Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

(53)

atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi, 2006:151). Dalam penelitian ini

kuisioner digunakan untuk mengetahui angket yang digunakan dalam

penelitian minat siswa terhadap fisika. Angket yang digunakan dalam

penelitian ini adalah angket tertutup. Menurut Suparno (2000:25) angket

tertutup adalah angket yang telah disediakan jawabannya sehingga responden

tinggal memilih saja.

Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengetahui pendapat

siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan

kontekstual bermedia film dibandingkan dengan metode ceramah dan

demonstrasi untuk mengukur minat dan sikap siswa. Kuisioner minat

dikembangkan oleh peneliti sendiri, sedangkan untuk kuisioner sikap dan

kualitas film dikembangkan berdasarkan kuisioner dari Sholastica Heti

Varyani yaitu kuisioner sikap no 8 dan Desi Widyawati yaitu kuisioner

kualitas film no 16, 18, dan 20. Angket minat ini terdiri dari 6 pertanyaan.

Untuk tiap-tiap pertanyaan memiliki 4 alternatif jawaban , dimana siswa harus

memilih salah satu jawaban. Semua pertanyaan merupakan item positif

(54)

Tabel 3Format Soal Kuisioner

Kisi – kisi Aspek yang ditanyakan No. soal

Sikap siswa terhadap

Cepat atau lambat media yang ditayangkan

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

F. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian dalam

penelitian (Arikunto, 1996 : 99). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel,

yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat merupakan suatu akibat

dari keadaan yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sedangkan variabel bebas

adalah variabel yang secara sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel

terikat. Dalam penelitian ini variabel penelitiannya adalah :

1. Variabel bebas : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual

bermedia film dan pembelajaran dengan menggunakan metode caramah dan

demonstrasi.

2. Variabel terikat : minat siswa, sikap siswa, dan hasil belajar siswa.

G. VALIDITAS

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan

(55)

dari variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Sutrisno Hadi (1991:1) sebuah

instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur,

mampu mengungkapkan apa yang hendak diungkapkan sebuah instrumen yang

valid berarti memiliki validitas yang tinggi. Pada penelitian ini validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yaitu isi dari

instrumen yang digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang diukur

(Suparno, 2007:62).

Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam

ranah kognitif pada pokok bahasan gaya. Materi yang diberikan pokok bahasan

gaya adalah pengertian gaya, jenis-jenis gaya, resultan gaya, dan hukum Newton.

Soal pretest dan posttest terdiri dari 2 soal uraian untuk sub pokok bahasan gaya

dan 3 soal untuk sub pokok bahasan hukum Newton. Format soal uraian dapat

dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Soal-soal pretest dan posttest tersebut

menunjukkan isi yang akan diukur.

Angket digunakan untuk mengetahui skor minat, sikap siswa dan kualitas film

dalam proses belajar mengajar. Setelah itu dapat diketahui bagaimana minat damn

sikap siswa setelah diberi treatment model pembelajaran fisika dengan pendekatan kontekstual bermedia film dan model pembelajaran dengan metode

ceramah dan demonstrasi. Setiap bagian menunjukkan apa yang akan diukur

seperti pada tabel 3.

F. METODE ANALISIS DATA

(56)

Minat siswa terhadap pembelajaran kontekstual bermedia film yang

digunakan dianalisis melalui dua tahap, yaitu minat setiap siswa dan minat

seluruh siswa pada pembelajaran kontekstual bermedia film . Skor pada setiap

frekuensi, yaitu jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak

setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor terendah 6

sedangkan skor tertinggi adalah 24. Skor maksimum total yang dapat dicapai

oleh keseluruhan siswa/sampel kelas VIII C adalah 864 sebab sampel

berjumlah 36 orang, sedangkan untuk kelas VIII D adalah 816 sebab sampel

berjumlah 34 orang.

Untuk menghitung prosentase jumlah skor perorangan maupun seluruh

siswa/sampel, yaitu dengan cara membagi jumlah skor yang dicapai dengan

skor total dikalikan 100 %. Untuk mengetahui tingkat prosentase minat

perorangan maupun seluruh siswa/sampel digunakan rumus:

%

Tabel 4. Kategori Minat Siswa

Interval (%) Kategori

76 -100 Sangat berminat

51 – 75 Berminat

26 – 50 Kurang berminat

0 – 25 Tidak berminat

2. Sikap Siswa Terhadap Media Pembelajaran Fiska

Sikap siswa terhadap fisika dianalisis dengan tahap-tahap sebagai

(57)

pertanyaan tersedia 4 alternatif jawaban, dimana siswa harus memilih salah

satu jawaban. Semua pertanyaan merupakan item positif (favorabel).

Alternatif jawaban beserta skornya adalah sebagai berikut : sangat setuju = 4,

setuju =3, kurang setuju =2, tidak setuju = 1. Sehingga dengan 7 pertanyaan,

skor terendah yang mungkin dicapai siswa adalah 7 dan skor tertinggi yang

mungkin dicapai siswa adalah 28. Klasifikasi siswa ditetapkan dengan kriteria

sebagai berikut :

Tabel 5 Kategori Sikap Siswa

Interval (%) Kategori

76 -100 Sangat positif

51 – 75 Positif

26 – 50 Netral (Biasa)

0 – 25 Negatif

3. Kualitas Film sebagai Media Pembelajaran

Untuk kuisioner kualitas film menurut siswa tidak diklasifikasikan seperti

pada kuisioner minat dan sikap namun diinterpretasikan setiap nomer.

a. Menurut pendapat siswa

a.1 Saya merasa film yang ditampilkan kurang menarik.

Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)

A Sangat setuju ... ...

B Setuju ... ...

C Kurang setuju ... ... D Tidak setuju ... ... Tabel 6 Pendapat siswa mengenai menarik atau

(58)

a.2 Dalam kegiatan pembelajaran fisika dengan menggunakan media film,

saya merasa guru mengajar.

Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)

A Terlalu cepat ... ...

B Cukup ... ...

C Lambat ... ...

D Terlalu lambat ... ... Tabel 7 Pendapat siswa mengenai guru mengajar dengan

mengguanakan media film

a.3 Tayangan film ini bagi saya.

Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)

A Terlalu cepat ... ...

B Cukup ... ...

C Lambat ... ...

D Terlalu lambat ... ... Tabel 8 Pendapat siswa mengenai tayangan film.

a.4 Tayangan penjelasan melalui tulisan dan gambar yang ditampilkan dalam

film ini menurut saya.

Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)

A Terlalu cepat ... ...

B Cukup ... ...

C Lambat ... ...

D Terlalu lambat ... ... Tabel 9 Pendapat siswa mengenai tulisan dan gambar melalui film

a.5 Penjelasan melalui suara yang terdapat dalam film ini bagi saya.

Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)

A Terlalu cepat ... ...

B Cukup ... ...

C Lambat ... ...

(59)

Tabel 10 Pendapat siswa mengenai penjelasan suara yang terdapat dalam film.

a.6 Penjelasan melalui suara yang terdapat dalam film ini bagi saya.

Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)

A Terlalu nyaring ... ...

B Cukup ... ...

C Pelan ... ...

D Terlalu pelan ... ... Tabel 11 Pendapat siswa mengenai volume suara penjelasan dalm film.

a.7 Alur tampilan media pembelajaran dalam film ini bagi saya.

Pilihan jawaban Keterangan ∑ Prosentase (%)

A Mudah diikuti ... ... B Cukup bisa saya ikuti ... ...

C Bingung ... ...

D Sangat membingungkan ... ... Tabel 12 Pendapat siswa mengenai alur tampilan dalam film.

Prosentase jawaban terhadap masing-masing indikator menunjukkan pendapat

siswa terhadap kualitas film gaya.

b. Menurut Pendapat Guru

Untuk mengetahui pendapat guru mengenai kualitas film pembelajaran

yang digunakan dalam proses pembelajaran peneliti melakukan kegiatan

wawancara dengan guru mata pelajaran fisika kelas VIII.

4. Hasil Belajar Siswa

Pertama, soal pretest dan posttest yang masing-masing terdiri dari 2 soal

untuk sub pokok bahasan gaya dan 3 soal untuk sub pokok bahasan hukum

Newton dinilai. Skor maksimum untuk masing-masing soal yang benar

(60)

Tabel 13 Kriteria Pemberian Skor

a. Kriteria pemberian skor untuk pokok bahasan gaya

Pretest Posttest

Nomer soal Skor Nomer soal Skor

1 20 1 20

2 30 2 30

Jumlah skor 50 50

b. Kriteria Pemberian Skor untuk Pokok Bahasan Hukum Newton

Pretest Posttest

Nomer soal Skor Nomer soal Skor

1 15 1 15

2 20 2 20

3 15 3 15

Jumlah skor 50 50

Pemberian skor disesuaikan dengan jawaban siswa yaitu sempurna

tidaknya jawaban. Misalnya untuk soal mudah dalam bentuk perhitungan

diberi skor 0 jika tidak menuliskan jawaban sama sekali, 3 jika siswa

menjawab tetapi sama sekali salah, 4-13 jika ada pola pengerjaan dan

mengarah benar, 14 jika ada kesalahan perhitungan tetapi siswa sudah

mengerjakan dengan langkah-langkah yang benar, 15 jika jawaban benar

sempurna. Jadi skor disesuaikan dengan sempurna tidaknya jawaban. Untuk

pemberian skor soal sukar dan sedang disesuaikan dengan kelipatan skor soal

mudah.

Kedua, pretest dan posttest dibandingkan dengan menggunakan T test

(61)

test dari Paul Suparno (2000:59) untuk kelompok dipenden dirumuskan

sebagi berikut :

Keterangan : X1= Skor awal (pretest)

X2= Skor akhir (posttest)

D = Perbedaan skor pretest – posttest untuk setiap subjek

N = Jumlah pasang skor

Hasil pretest dan posttest pada kelas dengan perlakuan khusus dan kelas

kontrol juga dibandingkan dengan T test untuk kelompok independen atau

kelompok yang diberi tes awal dan tes akhir. Rumus T test dari Paul

Suparno (2000: 59) untuk kelompok independen dirumuskan sebagai

berikut (n1≠n2) :

Pada penelitian ini T test untuk kelompok dependen dan T test untuk

kelompok independen diuji melalui program SPSS.

(62)

BAB III

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Pelaksanaan Penelitian

Minggu kedua bulan April peneliti menganalisis materi yaitu Gaya dan Hukum

Newton. Setelah selesai menganalisisnya, peneliti kemudian membuat skenario film

yang diperlukan dalam kegiatan pengambilan gambar. Minggu ketiga bulan April

peneliti mulai melakukan uji coba alat yang akan dipergunakan. Pada awal bulan Mei

peneliti mulai melakukan kegiatan pengambilan gambar.

Akhir bulan Mei mulai dilakukan kegiatan editing dan analisis. Pada minggu

pertama bulan Juni, hasil pengambilan gambar dan analisis mulai dimasukkan dalam

film beserta persamaan yang diperlukan yaitu resultan gaya, hukum newton 1, hukum

newton 2, dan hukum newton 3. Minggu kedua bulan Juni, dilakukan dilakukan

pengambilan gambar ulang untuk narasi resultan gaya sehingga editing ulang untuk

resultan gaya .

Minggu ketiga bulan Juni, peneliti melengkapi film dengan pertanyaan

panduan. Adanya pertanyaan tersebut untuk mengajak siswa mengingat kembali

materi yang berkaitan dengan Gaya. Minggu keempat bulan Juni, peneliti melakukan

kegiatan mengisi suara (dubbing) pada bagian-bagian film yang belum dilengkapi

suara serta proses editing akhir. Pada tanggal 3 Juli 2010 film selesai.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22, 27, 29 Juli dan 3 Agustus 2010.

Penelitian dilakukan pada siswa – siswi kelas VIII C dan VIII D SMP Pangudi Luhur

1 Klaten. Kelas VIII C dan VIII D diberikan perlakuan yang sama yaitu sebagai kelas

Gambar

Tabel 20.Analisis Data Kelas Eksperimen untuk Materi Gaya............. 73
Gambar 2.Siswa VIII D Mengerjakan Soal Pretest............................... 48
Gambar 1. Sir Isaac Newton (1642-1727), ilmuwan yang tekun dan
Tabel 1 Format Soal Uraian untuk Materi Pokok Gaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

atau terapi yang yang akan diberikan kepada konseli yaitu menggunakan terapi shalat tahajud. Alasan peneliti memilih terapi shalat tahajud yaitu, saat konseli

$GDSXQ KDVLO SHQJXMLDQ KLSRWHVLV YDULDEHO .HSXDVDQ .RPXQLNDVL WHUKDGDS YD ULDEHO N RP LWPH Q SD GD R UJDQLV DV L PHQXQMXNNDQ EDKZD WHUKLWXQJ OHELK EHVDU GDUL W WDEHO $UWLQ\D

1.81 4 792100,- (salu mllyar delapan ralus empat betas juta lu)uh ralus sembllan puluh dua ribu seratus rupiah), adalah

Women (Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan) yang disahkan dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan

Sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 1979 tentang Penetapan Batas Wilayah Kota Tebing Tinggi bahwa Kota Tebing Tinggi hanya terdiri dari

Perbedaan tersebut hampir sama seperti halnya di lokasi kajian lainnya yaitu: (a) pada usahatani pertanian modern, petani tidak lagi melakukan menyemai dan

Pada unsur kualitas pelayanan kenyamanan lingkungan dan ketersediaan sarana prasarana pelayanan didapatkan hasil bahwa tingkat kinerja yang dilakukan oleh pihak

Maka dengan jelas perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian- penelitian terdahulu sebelumnya adalah, penulis lebih melihat dari upaya Pemerintah Indonesia pada era