• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI PADA PEMANDU KARAOKE SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP DIRI PADA PEMANDU KARAOKE SKRIPSI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP DIRI PADA PEMANDU KARAOKE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Ferra Setyoningtyas Sutanto

059114100

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

KONSEP DIRI PADA PEMANDU KARAOKE

Disusun Oleh :

Ferra Setyoningtyas Sutanto 059114100

Telah disetujui dan diterima baik oleh :

Dosen Pembimbing

(3)

iii

SKRIPSI

KONSEP DIRI PADA PEMANDU KARAOKE

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Ferra Setyoningtyas Sutanto

059114100

Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 13 Maret 2012

dan dinyatakan memenuhi syarat.

Susunan Panitia Penguji :

Nama Lengkap Tanda tangan

1. V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. ... 2. Prof. Dr. Agustinus Supraktiknya ... 3. Debri Pritinella S.Psi., M.Si. ...

Yogyakarta, Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Dekan,

(4)

iv

The old star you’ve been wishing on is shining mighty bright

But it’s the fire inside your heart that gonna lead you to the light

Failure isn’t failure if a lesson from it is learned

Love isn’t love without a risk of being burned

How you ever gonna know what is like to dance,

If you never take a chance?

How you ever gonna what it feels to fly,

If you never really try?

How you ever gonna know that you’re the best,

If you never put it on the test?

How you ever gonna know what living means,

If you never chase the dream?

(5)

v

This script is dedicated to :

My Lord Jesus Christ

My beloved fams

My real tough partner

(6)

vi

HALAMAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, pengecualian yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Maret 2012 Penulis

(7)

vii

KONSEP DIRI PADA PEMANDU KARAOKE

Ferra Setyoningtyas Sutanto

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri pada pemandu karaoke dan stigma yang terjadi pada pemandu karaoke. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang pemandu karaoke yang bekerja di wilayah Yogyakarta. Mereka dipilih secara berantai dengan menggunakan tekniksnowball sampling. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemandu karaoke memiliki konsep diri yang cenderung negatif. Konsep diri yang negatif ini terlihat dari gambar diri dan evaluasi diri yang negatif, baik dalam konteks pekerjaan, keluarga, masyarakat, dan gambaran diri umum. Pemandu karaoke melihat bahwa diri mereka mendapat stigma dari masyarakat, baik berupa pandangan, label, dan perlakuan yang negatif. Stigma ini berkaitan dengan status sosial dan perilaku yang mereka lakukan. Pandangan masyarakat ini pula yang dipakai oleh pemandu karaoke dalam menilai diri sehingga mereka memiliki konsep diri yang cenderung negatif dan merasa gagal dalam segala hal.

(8)

viii

THE SELF-CONCEPT OF KARAOKE GUIDE

Ferra Setyoningtyas Sutanto

ABSTRACT

This research aimed to find out the self-concept and stigma of karaoke guides. The participants of this research were three karaoke guides who work in Yogyakarta. They are selected in sequence by snowball sampling technique. This research included in the kind of qualitatif descriptive.. Data is obtained using the method of semi structured interview. Data analysis method used in this research is a content analysis. The result showed that the karaoke guides tend to have negative concept. The negative concept is showed in negative self-images and self evaluation, either in the context of work, family, society, and general self-image. Karaoke guides see that themselves got stigma from society, either in the form of view, labels, and negative treatment. This stigma is related to social status and behavior that they do. The society view was also used by karaoke guides in judging themselves so that their self-concept tend to be negative and they fail in everything.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Penulis mengartikan penyusunan skripsi ini hampir sama seperti “berperang”. Layaknya memulai peperangan dengan satu batalion pasukan untuk menyerang pertahanan musuh. Di medan perang ada pasukan yang gugur di tengah peperangan, ada yang melarikan diri, dan ada yang sudah berhasil memasuki pertahanan musuh. Dalam peperangan pun ada saat dimana kita tertinggal dari pasukan. Meskipun tertinggal jauh, kita tetap berjuang untuk menyelesaikan misi peperangan. Di saat jauh dan terpisah dari teman sepasukan dan hanya tinggal sendiri di titik tertentu, ada rasa kesepian dan kurang bersemangat dalam menyelesaikan misi. Akan tetapi, sebagai seorang prajurit berkewajiban untuk menyelesaikan misi walaupun harus berjuang seorang diri. Kesendirian bukan menjadi alasan untuk menyerah dan kalah. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran teman juga menjadi bagian yang penting dalam sepanjang perjalanan hidup. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada :

1. Tonggak Hidupku yang membuatku terus maju dengan langkah tegap.

2. Segenap keluarga atas segala bentuk doa dan dukungannya, terutama papa, mama, malaikat-malaikat kecil, dan kakak-kakakku semua.

(11)

xi

4. V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktu untuk penulis hingga skripsi ini bisa terselesaikan.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan dukungan dan perhatian agar penulis dengan segera menyelesaikan skripsinya.

6. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Doni, Mas Muji, dan Pak Gie terima kasih atas keramahan dan kebaikan kalian.

7. Leo ‘babi’ atas perhatian dan semangatnya.

8. Sahabat-sahabat Angel Monk : Kun, Mikhael, Chachan, Edo, Diah, dan semua partisipan penelitian.

9. Teman-temanku yang paling special : Silvi, Agnes, Via, Agung, Mathel, Sherly, dan Ucie.

10. Temen-temen seperjuangan : Ane, Jessi, Hanes, Tristan, Puput, Reni, Heni, dan Anggoro

11. Teman-teman Psikologi USD dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semuanya

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT...viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR SKEMA...xvi

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

(13)

xiii

A. Konsep Diri ... 7

1. Diri... 7

2. Pengertian Konsep Diri ... 9

3. Komponen Konsep Diri... 11

4. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri... 13

B. Stigma Sosial... 16

C. Pemandu Karaoke ... 17

D. Stigma dalam Pembentukan Konsep Diri pada Pemandu Karaoke ... 19

E. Pertanyaan Penelitian ... 21

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian... 23

B. Metode Pemilihan Partisipan Penelitian ... 23

C. Fokus Penelitian ... 24

D. Metode Pengambilan Data ... 25

1. Persiapan Penelitian... 25

2. Pelaksanaan Penelitian ... 27

E. Prosedur Analisis Data ... 28

F. Kredibilitas Penelitian ... 29

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 30

A. Deskripsi Hasil Temuan Setiap Partisipan ... 30

1. Partisipan 1 ... 30

2. Partisipan 2 ... 35

(14)

xiv

B. Hasil Temuan Seluruh Partisipan dan Pembahasan ... 45

1. Gambar diri general ... 45

2. Diri dalam konteks pekerjaan ... 46

3. Diri dalam konteks keluarga... 48

4. Diri dalam konteks masyarakat ... 49

5. Stigma pada pemandu karaoke ... 51

6. Stigma dalam proses pembentukan konsep diri ... 55

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan... 56

1. Konsep diri pemandu karaoke... 56

2. Stigma pada pemandu karaoke... 57

3. Stigma dalam pembentukan konsep diri ... 58

B. Keterbatasan Penelitian ... 58

C. Saran... 59

DAFTARA PUSTAKA ... 61

(15)

xv

DAFTAR TABEL

(16)

xvi

DAFTAR SKEMA

HALAMAN

Skema 1 : Struktur Diri Burns... 9

Skema 2 : Konsep Diri Pemandu Karaoke... 22

Skema 3 : Konsep Diri Partisipan 1 ... 34

Skema 3 : Konsep Diri Partisipan 2 ... 39

Skema 4 : Konsep Diri Partisipan 3 ... 44

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tempat hiburan yang banyak diminati oleh masyarakat saat ini adalah karaoke. Tampaknya, bernyanyi di tempat karaoke kini sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat di kota besar maupun di kota kecil. Oleh karena itu, tak heran jika sekarang banyak berdiri rumah karaoke dengan segmen pasar masing-masing, seperti untuk anak muda, keluarga, dan kelas menengah ke atas. Pelayanan yang memuaskan kepada setiap pengunjung atau tamu, selalu dijadikan nilai tambah bagi tempat usaha karaoke. Servis tersebut diantaranya adalah dengan menjaga privasi tamu, keramahtamahan, dan pelayanan yang memuaskan kepada pengunjung (Karaoke Ekspresikan, 2008). Selain itu, adapula tempat karaoke yang menyediakan pemandu-pemandu karaoke yang siap untuk menjamu dan menemani tamu saat menikmati layanan karaoke. Pekerjaan sebagai pemandu karaoke mungkin jarang diketahui oleh banyak orang karena profesi ini muncul seiring dengan berkembangannya tempat hiburan yang menyediakan sarana untuk berkaraoke. Oleh karena itu, untuk mengetahui gambaran mengenai pekerjaan tersebut, berikut sebuah contoh kasus mengenai suka duka seorang pemandu karaoke.

(19)

menemani tamu bernyanyi dan memiliki penghasilan yang lumayan besar. Sebagaian penghasilannya diberikan kepada orangtua karena dia ingin berbakti dan berusaha untuk menyenangkan orangtuanya. Kut merasa bahwa bekerja di dunia hiburan malam sangat beresiko. Berkali-kali dia diajak tidur oleh tamu. Dia mencoba menolak semua ajakan iseng itu sehingga terkadang membuat para tamu itu mengamuk dan marah. Selain itu, dia juga sering minum-minuman keras hingga mabuk ketika menemani tamu. Banyak orang mengatakan bahwa bekerja sebagai pemandu karaoke kalau tidak ‘nyambi’ sekalian ya munafik dan Kut tidak mau berkomentar tentang itu. Seminggu sekali Kut pergi ke salon untuk permak wajah dan rambut karena itu salah satu permintaan bosnya agar penampilannya selalu menarik di mata tamu. Hanya keluarga Kut saja yang tahu ia bekerja di tempat seperti itu. Teman, tetangga, maupun keluarga jauhnya tak ada yang paham ia bekerja apa. Meski lurus-lurus saja, Kut merasa tidak bangga juga bila ketahuan profesi yang ia geluti karena gengsi (Suka Duka, Sabtu 31 Januari 2004).

(20)

mesum. Selain di tempat kerja, mereka juga mendapat tekanan dari masyarakat sekitar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Yuli (dalam Khrisna, 2009) yang bekerja di tempat hiburan malam bahwa ia sering dipandang miring, kerja yang tidak baik oleh kerabat dan tetangganya karena sering pulang pagi. Padahal menurut Yuli tidak semua pekerja hiburan malam ikut terjerumus dalam hal-hal negatif, semua itu tergantung pada pribadi masing-masing.

(21)

rendah sehingga menganggap dirinya paling tidak mampu dibandingkan dengan saudara mereka yang lain.

Salah satu contoh dari stigma sosial adalah praktik prostitusi. Pada umumnya masyarakat memandang praktik prostitusi sebagai suatu tindakan yang tercela serta merusak iman dan moral seseorang. Oleh karena itu, banyak pihak yang memberikan hujatan terhadap pelaku prostitusi, bahkan praktik ini dipandang sebagai penyakit masyarakat yang perlu untuk diberantas (Citra, 2004). Hal yang sama juga ditemukan pada para pemandu karaoke karena bekerja di tempat hiburan malam dan berpakain seksi karena tidak jarang dari mereka yang diwajibkan bekerja dengan mengenakan rok mini dan berdandan agak mencolok. Hal ini membuat para pemandu karaoke sering dipersepsikan negatif oleh masyarakat hanya karena bekerja menemani orang bermabuk-mabukan hingga larut malam. Sejalan dengan hal tersebut Ariyudha (2010) seorang pengamat life style berpendapat bahwa profesi sebagai pemandu karaoke sangat merendahkan derajat wanita.

(22)

dari struktur kepribadian seseorang, yaitu sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku. Menurut hasil penelitian H. S. Sullivan (dalam Rakhmat, 1994) jika dalam interaksi dengan orang lain seseorang selalu direndahkan, ditolak, diberi perlakuan negatif, dan tidak disenangi maka individu tersebut juga akan cenderung untuk melakukan tindakan yang sama terhadap diri mereka. Oleh karena itu, pemandu karaoke diharapkan memiliki pengetahuan mengenai konsep dirinya sehingga mereka memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan nilai sosial yang berkembang di masyarakat.

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana konsep diri para pemandu karaoke ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk 1. Mengetahui konsep diri pada pemandu karaoke.

2. Mengetahui stigma yang terjadi pada pemandu karaoke

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi sosial dan psikologi kepribadian, khususnya mengenai konsep diri pada pemandu karaoke.

2. Manfaat Praktis

Bagi para pemandu karaoke, hasil penelitian ini dapat memberi masukan mengenai konsep diri mereka yang dapat menjadi sumbangan dalam melihat diri sendiri (intropeksi diri), dan menambah informasi tentang tingkah laku mereka sehingga mereka tahu bagaimana tingkah laku mereka baik dalam konteks pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

(24)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Diri

Konsep diri memiliki peranan yang paling utama sebagai faktor di dalam integrasi kepribadian untuk memotivasi tingkah laku dan mencapai kesehatan mental. Konsep diri dapat menentukan bagaimana individu bertingkah laku dalam segala situasi. Pemahaman mengenai konsep diri dapat memudahkan untuk memahami tingkah laku individu. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Meski konsep diri tidak langsung ada ketika individu dilahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh lingkungannya.

1. Diri

(25)

Menurut Mead (Griffin, 2012), self adalah proses mengkombinasikan I dan me. I adalah subyek diri dimana individu bertindak dan memiliki sebuah dorongan spontan untuk memelihara segala sesuatu, kreatif, dan impulsif. Sedangkan me adalah obyek diri yang hadir dalam cermin diri karena reaksi orang lain terhadap individu. Me terbentuk ketika individu mulai berinteraksi dengan lingkungannya. Me merupakan unsur sosial yang di dalamnya mencakup generalized other. Individu memahami apa harapan masyarakat untuk dilakukan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, generalized other mempengaruhi bagaimana bentuk me. Generalized other merupakan suatu set informasi yang terorganisir dalam pikiran individu mengenai apageneral expectation dan bagaimana seharusnya perilaku dalam sebuah kelompok sosial. Generalized other digunakan untuk mengevaluasi segala perilaku individu dalam suatu situasi sosial.

(26)

Berikut ini apa yang kita pi diri yang kita i

ini skema struktur diri menurut Burns (1993) s uraian diatas :

Skema 1. Struktur Diri Burns

demikian. konsep diri atau “me”, merupaka kan oleh individu, konsep dan evaluasi mengenai

mbaran orang lain terhadapnya dan gambaran pkan yang diperoleh dari suatu pengalaman li secara pribadi.

an Konsep Diri

(27)

Cooley (Rakhmat, 1994) menggambarkan konsep diri dengan gejala looking-glass self (diri cermin) dimana konsep diri dipengaruhi oleh apa yang diyakini individu tentang pendapat orang lain mengenai individu tersebut dan seakan-akan menaruh cermin di depan kita. Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti berada dalam cermin. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau kecewa.

Mead (dalam Burns, 1993) berpendapat bahwa konsep diri sebagai obyek timbul di dalam interaksi sosial sebagai suatu hasil perkembangan dari perhatian individu tersebut mengenai bagaimana orang lain berinteraksi kepadanya. Oleh karena itu, individu tersebut dapat mengantisipasi reaksi orang lain agar bertingkah laku dengan pantas dan individu mampu belajar untuk menginterpretasikan lingkungannya sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang lain.

William D. Brooks (Rakhmat, 1994) mendefinisikan konsep diri sebagai ”those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with ourselves that we have derived from experience and our interactions with

others”. Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri yang didapat dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain.

(28)

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Konsep diri terdiri dari bagaimana individu melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana pandangan orang lain tentang diri individu itu sendiri, dan bagaimana individu menginginkan dirinya sendiri menjadi individu yang ideal

3. Komponen Konsep Diri

Komponen konsep diri menurut Bruns (1993) dalam struktur diri adalah citra atau gambaran diri dan evaluasi diri atau penerimaan diri. a. Citra diri atau gambaran diri

Citra diri merupakan pengetahuan individu tentang diri sendiri. Pengetahuan tentang diri sendiri ini mencakup pemahaman seseorang mengenai dirinya sendiri dan diri lainnya atau diri yang individu yakin orang lain persepsikan. Semua aspek tersebut memperlihatkan kualitas diri seseorang baik kelebihan ataupun kelemahannya.

b. Evaluasi diri dan penerimaan diri

(29)

sendiri sebagai seseorang yang relatif sukses ataupun gagal di dalam melakukan apa yang diminta oleh identitasnya.

Mead (dalam Horton & Hunt, 1989) memandang diri dan masyarakat sebagai dua aspek yang saling berkaitan. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, individu memahami apa yang menjadi harapan masyarakat untuk dilakukan (generalized other). Kesadaran individu akangeneralized other berkembang melalui pengambilan peran. Pada individu dewasa, pengambilan peran yang paling menonjol adalah dalam keluarga, pekerjaan, dan masyarakat karena terkait dengan tugas perkembangan mereka. Oleh karena itu, konsep diri akan dilihat dalam 3 konteks kehidupan individu yaitu diri dalam konteks pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

a. Diri dalam konteks pekerjaan

Peran yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menimbulkan perubahan kepribadiaan sehingga terdapat pengaruh timbalbalik dari individu terhadap pekerjaan dan dari pekerjaan terhadap individu. Dengan demikian, pengetahuan dan pengalaman akan pekerjaan yang dilakukan dapat memberikan masukan dalam konsep diri individu tersebut.

b. Diri dalam konteks keluarga

(30)

lingkungan akan menjadi bahan informasi dalam individu menilai siapa dirinya.

c. Diri dalam konteks masyarakat

Yang dimaksud masyarakat disini adalah masyarakat dimana individu tinggal. Penilaian dan sikap orang lain terhadap diri individu akan mempengaruhi konsep diri individu tersebut.

Dengan demikian, konsep diri merupakan gambaran mengenai diri yang meliputi citra diri dan evaluasi diri. Selain itu, konsep diri akan dilihat dalam konteks-konteks kehidupan individu yaitu diri konteks dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

4. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri individu tidak terbentuk secara instan melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup individu dan berkembang sejalan dengan pertumbuhannya, terutama akibat dari hubungan individu dengan individu lain. M.Argyle (dalam Hadry & Heyes, 1988) mengatakan bahwa ada empat faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri, yaitu :

a. Reaksi dari orang lain

(31)

b. Pembandingan dengan orang lain

Konsep diri individu sangat tergantung kepada bagaimana cara individu membandingkan dirinya dengan orang lain.

c. Peranan individu

Setiap individu memainkan peranan yang berbeda-beda dan pada setiap peran tersebut individu diharapkan akan melakukan perbuatan dengan cara-cara tertentu pula. Harapan-harapan dan pengalaman yang berkaitan dengan peran yang berbeda-beda berpengaruh terhadap konsep diri seseorang.

d. Identifikasi terhadap orang lain

Anak-anak mencoba menjadi pengikut orang dewasa dengan cara meniru beberapa nilai, keyakinan dan perbuatan. Proses identifikasi ini menyebabkan individu merasakan bahwa dirinya telah memiliki beberapa sifat dari orang yang dikagumi.

Menurut Stuart dan Sudeen (Salbiah, 2003) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri yaitu :

a. Persepsi diri

(32)

b. Orang lain

Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain. Individu melihat diri sendiri melalui cermin orang lain sehingga diri merupakan interprestasi dari pandangan orang lain terhadap individu tersebut. Significant other ini meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan individu. Mereka mengarahkan tindakan, membentuk pikiran dan menyentuh perasaan secara emosional.

(33)

B. Stigma Sosial

Stigma memiliki konotasi sosial yang menjurus pada hal-hal yang dianggap aib dan kenistaan. Menurut Goffman (1963) stigma merupakan label yang diberikan kepada individu atau kelompok oleh orang lain karena dianggap telah melanggar aturan atau norma yang sangat dihormati. Stigma sosial dapat terjadi pada orang yang berbentuk fisik kurang atau cacat mental, pekerjaan yang bertentangan dengan norma agama, anak diluar nikah, kaum homoseksual, dan etnis. Goffman (1963) membagi tiga jenis stigma yang sering disebutkan, yaitu

a. Stigma pada orang dengan cacat fisik atau tubuh seperti orang buta, orang lumpuh, orang tuli, dan orang bisu.

b. Stigma pada orang dengan cacat karakter, seperti gangguan mental, penjahat, pemabuk, pengangguran, kaum homoseksual, orang yang pekerjaannya bertentangan dengan norma yang ada, dan orang yang pernah mencoba bunuh diri.

c. Stigma suku, ras, bangsa, dan agama.

(34)

hubungan interpersonal pada kelompok ini, seperti sulit mendapat pekerjaan dan kesulitan dalam hubungan interpersonal. Dalam kajian mereka, Crocker dan Mayor (1989) berpendapat bahwa anggota kelompok stigma memiliki self-esteem lebih rendah dari anggota kelompok non-stigma.

Dari pengertian di atas, stigma merupakan label yang diberikan kepada individu atau kelompok oleh orang lain karena dianggap telah melanggar aturan atau norma yang ada dalam masyarakat. Stigma sendiri biasanya terjadi pada orang-orang yang mengalami cacat fisik, cacat karakter, dan perbedaan ras. Pemberian stigma berpengaruh pada keadaan individu karena penilaian atau perlakuan yang tidak adil.

C. Pemandu Karaoke

(35)

penat dan lelah selama bekerja di kantor, namun anak-anak muda seperti mahasiswa dan pelajar pun juga hobi bersenang-senang di tempat karaoke (Jurnalis Pos Kupang, 2009).

Tempat karaoke sendiri merupakan tempat hiburan yang menyediakan sarana untuk berkaraoke, menyediakan makanan dan minuman baik yang tidak beralkohol atau pun berakhohol (Redaksi Simpang 5, 2008). Tempat karaoke tidak bisa terlepas dari peran handal para pemandu karaoke yang selalu siap sedia melayani pengunjung. Pemandu karaoke sendiri digambarkan sebagai seseorang yang bekerja untuk memberikan pelayanan dan menjamu pengunjung tempat karaoke sehingga pengunjung merasa nyaman. Pemandu karaoke biasanya bertugas untuk menemani tamu mengobrol, bernyanyi, dan memandu atau mencarikan lagu untuk tamu (Minggu Pagi, Sabtu 31 Januari 2004).

(36)

cenderung tidak ingin mengakui profesinya kepada orang lain bahkan kepada keluarga sendiri.

Dari pengertian tersebut, maka peneliti dapat menggambarkan bahwa pemandu karaoke merupakan seseorang yang bekerja pada sebuah tempat karaoke dan memiliki tugas untuk menjamu dan melayani tamu yang sedang menikmati hiburan karaoke sehingga tamu merasa nyaman dan terpuaskan ketika berkaraoke. Pemandu karaoke sering mendapat pandangan miring dari masyarakat karena mereka bekerja ditempat hiburan malam, menemani tamu mabuk, dan pulang dipagi hari.

D. Stigma dalam Pembentukan Konsep Diri pada Pemandu Karaoke

(37)

konsep diri berkembang melalui interaksi individu dengan orang lain dan merupakan refleksi dari penilaian orang lain atas diri individu. Jadi, konsep diri merupakan produk kesadaran individu tentang bagaimana orang lain mengevaluasi diri dan bagaimana individu mengadopsi pandangan orang lain tersebut.

. Menurut Mead (dalam Griffin, 2012), self adalah proses mengkombinasikan I dan me. I merupakan subyek diri dimana individu bertindak dan memiliki sebuah dorongan spontan untuk memelihara segala sesuatu, kreatif, dan impulsif. Sedangkan meadalah obyek diri yang hadir di cermin diri karena reaksi orang lain terhadap individu. Misalnya guru berkata kepada seorang murid bahwa nilai-nilainya tidak mencapai standar kelas dan mendapat peringkat terendah di kelas. Oleh karena itu, murid tersebut akan berpikir bahwa dirinya bodoh dan tidak akan naik kelas. Meterbentuk ketika individu mulai berinteraksi dengan orang lain. Dalam individu berinteraksi, ia memahami apa harapan masyarakat untuk dilakukan. Oleh karena itu, generalized other mempengaruhi bagaimana bentuk mekarena mengevaluasi segala perilaku individu dalam suatu situasi sosial. Generalized other membentuk bagaimana individu berpikir dan berinteraksi dalam suatu komunitas.

(38)

sebuah label yang dinamakan efek Pygmalion (Pygmlaion effect) yang merujuk pada harapan-harapan orang lain yang mengatur tindakan individu. Kelompok stigma menyadari bahwa mereka dianggap negatif oleh orang lain. Oleh karena itu, mereka memberikan sikap negatif juga ke dalam konsep diri sehingga menjadi lebih rendah dalam harga diri.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Me merupakan obyek diri yang hadir di cermin diri karena reaksi orang lain terhadap individu. Reaksi ini bisa berupa sikap, perlakuan, pandangan ataupun stigma terhadap diri dari orang lain. Cermin diri ini menunjukkan pentingnya sebuah label terhadap pembentukan konsep diri dan perilaku. Oleh karena itu, stigma yang diterima oleh individu dapat memberikan masukan negatif ataupun positif dalam proses pembentukan konsep diri.

E. Pertanyaan Penelitian

(39)

pekerjaan, dan dalam masyarakat. Konsep diri ini dilihat dari aspek citra diri dan evaluasi diri. Salah satu profesi yang dapat menggambarkan stigma negatif adalah pemandu karaoke karena bekerja ditempat hiburan malam, menemani tamu mabuk, dan pulang di pagi hari. Oleh karena itu, rumusan pertanyaan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana konsep diri pemandu karaoke menurut model konsep diri Burns?

a. Gambaran diri umum

b. Bagaimana konsep diri pemandu karaoke dalam konteks-konteks kehidupan (pekerjaan, masyarakat, dan keluarga)?

2. Bagaimana stigma yang terjadi pada pemandu karaoke menurut Goffman?

Skema 2. Konsep Diri Pemandu Karaoke

Pemandu karaoke

Gambar diri

Faktor yang mempengaruhi : - Persepsi diri

- Orang lain (reaksi dan pembandingan)

- Stigma sosial - Peranan individu

Evaluasi diri

Konsep diri pemandu karaoke

Diri dalam konteks masyarakat

Diri dalam konteks keluarga

Diri dalam konteks pekerjaan

(40)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai situasi-situasi sosial yang terjadi secara faktual apa adanya (Nasution, 2004). Metode kualitatif sendiri menurut Creswell (1998) merupakan suatu proses untuk memperoleh suatu pemahaman yang didasarkan pada metode-metode yang berbeda dalam cara inkuiri untuk mengeksplorasi masalah-masalah manusia atau sosial. Peneliti menyusun suatu gambaran yang menyeluruh, menganalisa kata-kata, melaporkan secara detail pendapat atau pandangan partisipan, dan melaksanakan penelitian tersebut dalam lingkungan alaminya. Penelitian deskriptif kualitatif ini adalah penelitian untuk mengetahui bagaimana konsep diri dan stigma yang terjadi pada partisipan.

B. Metode Pemilihan Partisipan Penelitian

(41)

kenal antar partisipan. Hal ini dimaksudkan agar partisipan dapat merasa lebih nyaman dan mau memberikan keterangan mengenai dirinya secara benar dan jujur mengingat pertanyaan wawancara yang diajukan bersifat personal. Selain itu, tiga partisipan dalam penelitian ini bekerja di tempat karaoke yang berbeda-beda. Hal ini diharapkan mampu memberikan kekayaan data mengenai gambaran konsep diri beserta pengalaman mereka dalam bekerja dan bermasyarakat.

C. Fokus Penelitian

(42)

pentingnya sebuah label terhadap pembentukan konsep diri dan prilaku. Oleh karena itu, stigma yang diterima oleh individu dapat memberikan masukan dalam proses pembentukan konsep diri.

D. Metode Pengambilan Data

Peneliti menggunakan teknik wawancara (interview) untuk mengetahui gambaran tentang konsep diri yang dimiliki oleh para pemandu karaoke. Adapun jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara semi terstruktur. Bentuk wawancara ini memungkinkan peneliti dan partisipan untuk terlibat dalam dialog, dimana pertanyaan-pertanyaan bisa dimodifikasi sesuai dengan jawaban partisipan. Selain itu, pewawancara juga bisa menggali hal-hal yang menarik dan penting, yang muncul dalam wawancara tersebut (Smith, 2006). Peneliti beranggapan bahwa pemilihan tehnik wawancara semi terstruktur dapat membuat partisipan mengutarakan pikiran mereka secara bebas dalam menggambarkan konsep diri dan stigma pada para pemandu karaoke.

1. Persiapan Penelitian

(43)

Data awal itu selanjutnya diubah peneliti menjadi transkrip wawancara. Peneliti kembali mendiskusikan hasil wawancara tersebut dengan dosen yang sama. Tahap selanjutnya adalah mencari partisipan. Dalam tahap ini, peneliti mengandalkan hubungan personal. Peneliti meminta bantuan orang lain yang memiliki hubungan baik dengan beberapa pemandu karaoke. Melalui hubungan personal ini, diharapkan partisipan akan lebih leluasa untuk merespon pertanyaan yang diberikan peneliti. Setelah partisipan menyatakan kesediaanya, maka peneliti segera mengatur pertemuan dengan mereka.

Tabel 1.

Interview GuidePenelitian Konsep Diri Pemandu Karaoke

Aspek Point Pertanyaan

Citra Diri

(pengetahuan individu tentang dirinya sendiri dan diri lainnya atau diri yang individu yakin orang lain mempersepsikannya)

Gambar diri general

Menurut anda, anda orang yang seperti apa? Kelebihan dan kekurangan?

Bagaimana pendapat anda tentang bentuk tubuh dan penampilan anda?

Pekerjaan Menurut anda pekerjaan sebagai pemandu karaoke itu seperti apa?

Apa suka dukanya menjadi pemandu karaoke?

Apa yang membuat anda menjadi pemandu karaoke?

Keluarga Apakah keluarga anda tahu anda bekerja sebagai pemandu karaoke dan bagaimana tanggapannya?

Masyarakat Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sekitar anda?

Bagaimana orang lain memperlakukan anda? Bagaimana tanggapan dan sikap anda dengan perlakuan orang lain tersebut?

Evaluasi diri

(penilaian individu terhadap dirinya sendiri bila

dibandingkan dengan diri ideal dan penilaian masyarakat.}

Gambar diri general

Bagaimana penilaian anda terhadap diri anda sendiri?

Puas atau tidak dengan keadaan anda sekarang?

(44)

Pekerjaan Apakah pekerjaan ini sudah sesuai dengan harapanmu?

Bagaimana penilaian anda mengenai pekerjaaan yang anda lakukan?

Apa sisi positif dan negatifnya dari pekerjaan yang anda lakukan?

Apakah harapan anda mengenai pekerjaan anda sekarang?

Masyarakat Bagaimana orang lain menilai anda?

Bagaimana penilaian anda tentang sikap (pandangan dan perlakuan) masyarakat terhadap anda?

Bagaimanakah harapan anda ingin dipandang atau diperlakukan oleh masyarakat?

2. Pelaksanaan Penelitian

(45)

Tabel 2.

Pelaksanaan Wawancara

No. Partisipan Wawancara I Wawancara II

Tanggal dan Waktu Lokasi Tanggal dan Waktu Lokasi 1. Cinta

E. Prosedur Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diolah dengan menggunakan teknik analisis isi yang bersifat induktif (Poerwandari, 2005). Teknik ini adalah teknik pengolahan data dimana peneliti tidak membatasi penelitian pada upaya menolak atau menerima dugaan-dugaan tetapi memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampakan diri. Data yang diperoleh diolah dengan langkah-langkah sbb :

1. Pengorganisasian data

Pada tahap ini data diorganisasi secara rapi dan sistematis untuk memudahkan peneliti dalam penyusunan data.

2. Pengkodingan data.

(46)

3. Pola hubungan yang telah diperoleh diintegrasikan ke dalam suatu narasi untuk menjelaskan seperti apa konsep diri dan stigma pada setiap partisipan dalam penelitian ini.

4. Menyatukan deskripsi narasi tersebut berdasarkan esensi pengalaman semua partisipan.

F. Kredibilitas Penelitian

(47)

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Temuan Setiap Partisipan

1. Partisipan 1

a. Gambar diri general

Cinta merasa bahwa dirinya merupakan orang yang mudah bergaul. Akan tetapi, ia juga merasa tertutup untuk masalah pribadi karena ia tidak mudah percaya dengan sembarang orang. Oleh karena itu, ia hanya sharingdengan orang yang sudah dekat dan dipercaya.

...gampang bergaul sama orang, tidak memilih-milih teman.. kebiasaan konsultasi dengan orang terdekat.. misalnya masalah keluarga, masalah asmara, dan masalah pribadi lainnya..

Cinta merasa bahwa dirinya selalu mengikuti mode dalam berpakaian. Meskipun demikian, ia masih kurang percaya diri karena memiliki tubuh yang gemuk. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara

...kalau bentuk tubuh mungkin agak kurang, sedikit gemuk.. ya karena mungkin aku selalu membandingkan dengan orang lain.. untuk saat ini karena aku berada di lingkungan yang.. dengan cewek-cewek dengan postur tubuh yang bagus jadi aku agak merasa minder, agak kurang.. biasanya aku diet..

(48)

bagus dan lebih cantik dari dirinya. Hal ini membuat Cinta melakukan modeling terhadap orang tersebut dengan cara melakukan diet.

Cinta merasa kurang puas dengan keadaan dirinya sekarang karena status yang dimiliki dan pekerjaan yang dilakukan. Ia merasa memiliki penghasilan yang tidak halal dari pekerjaan yang dilakukannya. Di sisi lain, bagi Cinta penghasilan yang halal itu merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu, ia merasa gagal dalam segala hal.

Tidak puas.. karena aku mendapatkan penghasilan yang menurutku bukan dari pekerjaan yang halal...tergantung pribadi masing-masing buat aku pribadi harus halal ya..dan suatu saat harus berhenti dari situ. Gagal.. gagal dalam mendidik anak, gagal dalam pekerjaan, gagal dalam segala hal.. masalah status.. status sosial seperti pekerjaan..

b. Diri dalam konteks pekerjaan

Cinta telah bekerja selama 6 tahun sebagai pemandu karaoke dan pekerjaan yang biasa ia lakukan adalah menemani tamu menyanyi dan mengobrol. Ia memilih pekerjaan ini karena ia bisa menyalurkan hobby menyanyinya dan bisa mendapat teman dan pengalaman baru. Selain itu, pekerjaan ini mudah menghasilkan uang karena ia memiliki masalah finansial.

... Sukanya dapat temen baru, kenalan baru, pengalaman baru, bisa menyalurkan hobi nyanyi.. mungkin dari segi materi, di situ carinya gampang terus.. yang pasti semua wanita malam yang bekerja di dunia malam.. termasuk karaoke.. selalu bermasalah dengan masalah finansial..

(49)

ia juga merasa bahwa tamu yang datang pun memandang rendah dirinya dengan melakukan pelecehan terhadapnya.

...banyak pengaruh buruknya.. lingkungan kerja ya.. ya imej jelek wanita yang kerja malam.. apalagi tamu, terlalu memandang remeh cewek malem.. kalau berhadapan tamu-tamu yang nakal pasti itu.. kadang tidak sedikitlah tindakkan pelecehan-pelecehan yang kira-kira kurang pantas..

c. Diri dalam konteks keluarga

Cinta berperan sebagai tulang punggung dalam keluarga, di mana seluruh anggota keluarga bergantung padanya. Ia bekerja sebagai pemandu karaoke untuk mencukupi kebutuhan keluarga karena baginya pekerjaan ini mudah menghasilkan uang. Di sisi lain, ia merasa bahwa pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang tidak pantas. Keluarga Cinta sangat menjunjung tinggi norma sehingga ia tidak mau keluarganya tahu mengenai pekerjaan yang dilakukannya dan memilih tinggal sendiri. Oleh karena itu, ia memiliki keinginan untuk memiliki usaha sendiri agar ia bisa tinggal di rumah bersama keluarga sehingga ia juga bisa mendidik anaknya.

...dalam keluarga aku sebagai tulang punggung.. untuk menghidupi keluarga, anak, saudara.. ya ngerasa nggak pantes aja.. keluargaku dari keluarga yang selalu menjunjung tinggi norma.. Pengen usaha sendiri, hidup di rumah bersama keluarga, ngurusin anak, bisa nyenengin orang tua.. punya pasangan hidup yang sempurna.. punya pekerjaan tetap dan sayang keluarga

d. Diri dalam konteks masyarakat

(50)

alkohol, dan berpenampilan seksi. Oleh karena itu, Cinta merasa pekerjaan yang ideal atau baik menurut masyarakat adalah pekerjaan pagi sampai siang seperti kerja kantoran dan berpenghasilan halal. Akan tetapi, untuk saat ini ia belum bisa keluar dari pekerjaannya sebagai pemandu karaoke sehingga ia memiliki harapan untuk dipandang selayaknya wanita yang bekerja siang hari.

.. cuman sebagian besar, kebanyakan menganggap itu negatif, “negative thinking”.. dengan penampilan seksi, dengan merokok, kadang harus setiap hari berhadapan dengan alkohol.. lingkunganku sama sekali ga ada yang berubah, monoton..selalu berhubungan dengan negatif dan negatif.. ya pengennya sih orang mandangnya biasa selayak wanita-wanita siang.. cuman imejnya udah susah dirubah.. dan suatu saat harus berhenti dari situ..Pekerjaan normal.. selayaknya orang-orang normal lainnya..

Cinta merasa dipandang negatif oleh masyarakat karena status sosial yang ia miliki dan pekerjaaannya. Selain itu, ia juga mendapat perlakuan yang kurang baik, selalu menjadi bahan perbincang, dan merasa dikucilkan masyarakat. Ia merasa masyarakat disekitarnya memandang rendah dirinya. Pandangan dan perlakuaan masyarakat yang negatif ini membuat Cinta lebih cenderung menutup diri karena tidak ingin mendengar gunjingan dari orang lain. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara

(51)

Partisipan 1

Gambar diri

Diri dalam konteks pekerjaan

Diri dalam masyarakat

Merasa fisik gemuk Dibanding pemandu lain Kurang percaya diri Tertutup

Menemani tamu Dipandang rendah Obyek kesenangan tamu

Berhubungan dengan hal negatif

Bekerja malam Penghasilan tidak halal

Status keluarga Penampilan seksi

Merokok dan minum alkohol Bahan perbincangan masyarakat

Dikucilkan masyarakat

Tulang punggung keluarga Subyek dalam keluarga Tidak puas dengan diri

Gagal dalam segala hal

Sharinghanya dengan orang yang dekat

Stigma negatif masyarakat Memandang diri negatif

Dibanding orang lain Negatif

Konsep Diri

Positif

Diri dalam keluarga

(52)

2. Partisipan 2

a. Gambar diri general

Indah merasa bahwa dirinya senang bergaul dan mempunyai banyak teman. Ia juga merupakan orang yang cuek terhadap urusan orang lain dan lebih suka mementingkan diri sendiri. Meskipun demikian, ia tetap senang membantu orang lain terlebih keluarga. Indah merupakan orang yang sadar akan kekurangan karena ia merasa bahwa dirinya bodoh dan malas untuk belajar hal-hal baru. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara.

...aku hanya suka mengerjakan sesuatu yang aku senangi saja.. aku terlalu bodoh dan malesan.. males belajar itu loh yang paling nggak aku sukai, padahal aku kan perlu belajar banyak...

Indah merasa memiliki bentuk tubuh yang kurang ideal (kegemukan) dan penampilan yang kurang menarik dibanding pemandu karaoke yang lain. Hal ini membuat ia merasa rendah diri dan kurang percaya diri.

...tapi kurang ideal, kurang putih dan kurang langsing.. Menurutku kegemukan.. ya nggak proposional lah, kekurangannya banyak.. ya disamping itu, karena nggak perawatan jadi aku merasa minder, nggak pede.. kalau penampilanku aku rasa biasa saja.. tidak terlalu bagus.. kalau dibandingkan dengan yang lain aku udah kalah.. bagi pemandu karaoke menjaga penampilan itu penting.. ya sebenarnya semua perempuan itu pengen seperti itu, tapi kalau nggak mampu ya jalani aja lah.. aku tuh orangnya gitu.. Ya sebenarnya aku merasa nggak pantas.. ya karena aku menilai diriku sendiri masih banyak kekurangan, misalnya dari segi wajah.. ya apa ajalah..

(53)

suatu keharusan bagi pemandu karaoke. Akan tetapi, ia merasa belum mampu untuk melakukan perawatan.

b. Diri dalam konteks pekerjaan

Indah telah bekerja selama 3 tahun sebagai pemandu karaoke dan pekerjaan yang biasa ia lakukan adalah menemani tamu menyanyi dan mengobrol. Ia memilih pekerjaan ini karena menurutnya pekerjaan ini mudah untuk dipahami, memberikan pengalaman baru dan mudah menghasilkan uang.

... Menemani tamu nyanyi, nyariin lagu, menemani tamu ngobrol.. hanya sebatas jadi pemandu aja.. karna kerja itu cepat dipahami dan membuat senang jadi diteruskan sampai sekarang.. selain itu, juga nyari uang buat hidup..

Indah menggambarkan pekerjaan sebagai pemandu karaoke merupakan pekerjaan yang berat bagi perempuan karena harus bekerja di malam hari dan memiliki banyak saingan. Akan tetapi, semua itu harus ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, ia merasa 90 % orang (masyarakat) menilai pekerjaan sebagai pemandu karaoke itu negatif. Selain itu, ia juga merasa bahwa tamu yang datang pun juga memandang rendah para pemandu karaoke sehingga ia merasa harus ada perlindungan khusus untuk para pemandu karaoke.

(54)

banyak tamu yang nakal.. dan belum tentu semua pemandu karaoke itu jelek.. seharusnya tamu itu tahu kehidupan para pemandu.. kalau sebenernya perlu dibantu..

c. Diri dalam konteks keluarga

Indah merasa tidak puas dengan keadaannya sekarang karena merasa perannya kurang sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga. Ia merasa belum menjadi ibu dan teladan yang baik untuk anak-anaknya. Hal ini dikarenakan ia merasa kurang perhatian terhadap anak, tidak pernah melakukan pekerjaan rumah, dan tidak pernah melakukan ibadah.

..Tidak puas.. Kurang.. kayaknya aku tuh sebagai ibu rumah tangga belum sempurna menurutku.. contohnya satu kurang pernah perhatian sama anak, dua tidak pernah melakukan pekerjaan rumah.. ketiga malah bikin ribut sama suami.. melakukan agama aja nggak pernah.. ya masih banyaklah nilai kurangku.. pengen membuat anakku bisa lebih bagus dari aku, dari orang tuanyalah..

Indah menilai pekerjaan yang ia lakukan sekarang kurang baik dan tidak sesuai harapannya. Ia hanya ingin menjadi ibu rumah tangga pada umumnya, suami yang bekerja dan ia mengurus pekerjaan rumah tangga. Akan tetapi, dalam keluarga ia harus berperan sebagai tulang punggung keluarga untuk menghidupi anak dan membantu orang tuanya sehingga ia tetap bekerja sebagai pemandu karaoke. Hal ini membuat Indah merasa kurang bahagia dengan keadaan keluarganya sekarang dan merasa gagal menjadi ibu rumah tangga dan gagal dalam hal finansial. Oleh karena itu,ia menginginkan masa depan yang lebih baik dari sekarang (tercukupi secara finansial).

(55)

aku jalani.. pengennya bukan pemandu karaoke, pengennya yang normal-normal aja.. tapi mau gimana lagi.. ... karna tulang punggung keluarga.. untuk menghidupi semua keluarga.. anak nomor satu, kedua ingin membantu orang tua.. pengennya aku tuh dirumah aja, suamiku yang kerja aku terima uang, masak, memperhatikan anak.. dan aku yakin suatu saat nggak akan seperti ini.. ya ga munafik semua orang pasti menginginkan bahagia.. secara finansial ya belum cukup..

Indah merasa memiliki orang tua yang sempurna dan selalu mendukungnya. Meskipun orang tuanya tahu bahwa ia bekerja sebagai pemandu karaoke, orang tuanya tidak memarahinya tetapi justru bisa memahaminya dan memberi nasehat yang baik. Akan tetapi, sikap orang tuanya ini justru membuat Indah merasa bersalah. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara

kalau orang tua cuma memberi tahu.. kalau tanggapannya ngertinya aku cuma kerja, cari duit.. ya percaya aja sama anaknya.. ya cuma satu aja pesennya orang tua.. biasa yang namanya orang tua.. hati-hati kalau kerja malam.. jangan sampai mabuk-mabukan, kalau temennya mabuk jangan ikut-ikut yang penting kamu kerja untuk anakmu aja.. ya cuma gitu aja ngasih tahunya.. ya bagiku malah sempurna kalau orang tua ngasih tahunya seperti itu.. nggak harus memarahin, jadi malah masuk ke hati.. aku malah jadi merasa bersalah..

d. Diri dalam konteks masyarakat

(56)

Partisipan 2

Dibanding pemandu lain Kurang percaya diri Penampilan tidak menarik

Merasa bodoh Merasa malas

Bukan teladan yang baik untuk anak

Finansial belum tercukupi Merasa tidak bahagia Tidak puas dengan diri Rendah diri

Gagal dalam perannya sebagai ibu Menemani tamu Dipandang rendah Obyek kesenangan tamu

Bekerja malam Penilaian masyarakat tidak adil

Kurang berbaur dengan masyarakat

Memiliki orang tua yang sempurna Mau menerima keadaan

Subyek dalam keluarga Pekerjaan yang berat untuk wanita

(57)

Indah menilai bahwa pandangan masyarakat ini tidak adil karena masyarakat belum tentu tahu yang dialaminya dan belum tentu semua pemandu karaoke itu buruk. Oleh karena itu, ia berharap agar masyarakat bisa memahami pekerjaannya dan merubah pandangnya menjadi baik seperti pekerjaan pada umumnya (normal).

.. banyak yang masih percaya.. dari pada yang menilai aku buruk.. mereka nggak berubah masih sama seperti ketika aku belum bekerja.. Dengan lingkungan sekitar.. ya aku sendiri jarang kan ikut acara-acara.. ya aku cuma terserah mereka aja.. yang penting aku menyadari aja kalau aku jarang keluar.. ya semoga tetep baik-baik saja.. kalau mau menjelek-jelekan ya nggak papa asal jangan sampai kedengaran aku.. ya namanya masyarakat ya gitu omongannya.. ya mungkin menduga-duga aja, tapi kan belum tentu apa yang dipikir mereka seperti yang aku lakukan.. ya jelas semua begitulah.. namanya perempuan kerja malam pasti pada menduga-duga.. tapi walaupun gitu, didepanku masih pada baik.. nggak terus menghindar atau gimana nggak.. ya penilaian orang-orang yang buruk.. dan banyak yang menilai itu bukan pekerjaan bagus.. seharusnya pekerjaan itu dianggap seperti pekerjaan orang pada umumnya atau pekerjaan normal, nggak dipandang jelek..

3. Partisipan 3

a. Gambar diri general

(58)

aku cuek.. ya intinya kalau di kampung cuek nggak mau dengerin omongan orang.. ya aku orangnya sabar.. bisa menghargai orang.. aku tuh nggak puas.. belum bisa nyenengin orang tua dan bisa ngewujudin cita-cita mereka.. Ya kadang aku nglakuin nggak sesuai jalanku kadang aku harus jalan dengan seorang cowok kaya gitu.. yang mungkin aku nggak dengan hati tapi dia bisa memberi semua yang tak minta..dan semuanya lari ke rumah..

Ika merasa bahwa dirinya memiliki ukuran tubuh yang tidak ideal (pendek) sehingga ia merasa kurang percaya diri. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Ika belum mampu mencapai ideal diri yang diharapkan secara fisik. Ia selalu membandingkan dirinya dengan pemandu lain yang menurutnya memiliki ukuran tubuh lebih tinggi dari dirinya.

..aku ngerasa kecil.. kurang tinggi.. dibanding sesama pemandu karaoke.. jadi aku ngerasa kurang pas..

b. Diri dalam konteks pekerjaan

(59)

...nemenin nyanyi.. bisa menghibur mereka.. ya kalo mereka minum banyak ya kita harus minum banyak.. kebutuhan keuangan buat keluarga sama aku sendiri.. kita bisa seneng-seneng gratis, bisa minum enak, dibayar.. aku bisa dapet duit cepet di situ, aku bisa kasih uang orangtuaku, bisa nyukupi anak-anakku.. dilihatnya kita seneng tapi didalemnya kita juga nggak tahu.. ya intinya nggak sama dengan perasaan kita.. kan kita dituntut untuk buat seneng mereka harus menghibur mereka.. kalau tamu rese kita harus ngemong mereka harus ada dibawah mereka..

Ika menilai pekerjaan yang ia lakukan itu buruk dan tidak benar karena berpenghasilan tidak halal dan menghibur suami orang. Selain itu, pekerjaan tersebut memiliki imej yang buruk dimata masyarakat. Oleh karena itu, ia memiliki harapan untuk berhenti dari pekerjaan dan bekerja seperti orang pada umumnya agar ia tidak dipandang buruk masyarakat.

... kerjaanku nggak bener.. dipandang jelek masyarakat itu pasti.. menghibur suami orang.. banyak pekerjaan yang halal cumankan nggak cukup buat keluargaku jadi aku milih kerja seperti itu.. Kadang aku tuh pengen berhenti dari semua ini.. tapi setelah aku mampu kerja jadi orang biasa..

c. Diri dalam konteks keluarga

(60)

... banyak sih kekurangannya.. ya intinya aku ngerasa udah cacat kaya gitu.. maksudnya kehidupanku.. rumah tanggaku.. aku sudah pisah sama suamiku.. mereka nggak punya pekerjaan gara-gara aku.. jadi ceritanya aku hamil duluan sebelum nikah jadi orang tuaku kehilangan pekerjaan gara-gara itu.. dan sekarang aku bekerja untuk menghidupi mereka..

d. Diri dalam konteks masyarakat

Ika merasa masyarakat di sekitarnya tidak senang terhadapnya dan memandangnya buruk. Pada awalnya, hal tersebut menjadi beban pikiran karena dampaknya berujung pada orang tuanya. Akan tetapi, ia mengatasinya dengan memberi pengertian kepada keluarga. Meskipun demikian, ia merasa ada juga yang masih peduli terhadapnya.

Kalau masyarakat sih.. mereka pandangannya sudah pasti jelek.. intinya udah ngeblacklist aku tuh orang yang nggak bener tapi aku nggak mempermasalahin itu.. Kalau pertama-pertama tak pikirin karna aku mikir endingnya ke orangtuaku kan.. tapi lama-lama aku kasih pengertian ke orangtuaku.. dan mereka bisa mengerti.. Ada yang nggak seneng liatnya ke aku, ada yang bisa ngerti ngasih masukan ngasih dorongan buat aku..

(61)

Partisipan 3

Gambar diri

Diri dalam konteks pekerjaan

Diri dalam masyarakat

Merasa fisikpendek Dibanding pemandu lain Kurang percaya diri Tidak mau mendengar

omongan orang lain Tertutup

Merasa banyak kekurangan

Gagal dalam berumah tangga Pekerjaan buruk Dibanding orang lain Tidak puas dengan diri

Tulang punggung keluarga Subyek dalam keluarga Penampilan seksi

Merokok dan minum alkohol Bahan perbincangan masyarakat

Status keluarga Penghasilan tidak halal

Menemani tamu Dipandang rendah Obyek kesenangan tamu Merasa diri cacat

Jarang pulang

Hamil di luar nikah

Stigma negatif masyarakat Memandang diri negatif

Konsep Diri Negatif

Positif

(62)

baik yang tidak dipandang buruk masyarakat. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara

... menilai aku tuh orangnya nggak bener.. karna aku jarang pulang, rumah tanggaku nggak beres.. Kadang aku mikirnya nggak adil kenapa sih aku yang harus diomong-omongin.. apalagi yang nggak tak lakuin didiomong-omongin.. dijelek-jelekin.. padahal mereka nggak tahu dalemnya aku.. aku seperti itu ya semata-mata buat keluargaku.. aku gagal dalam hal rumah tangga dalam hal menghidupi orangtuaku.. Nggak dipandang jelek dari pekerjaannya.. dari rumah tangganya yang nggak jelas dan cara aku berpakaian..

B. Hasil Temuan Seluruh Partisipan dan Pembahasan

Bruns (1993) dalam struktur diri menunjukkan bahwa konsep diri terdiri dari gambaran diri yang mencakup diri yang dikognisikan dan diri yang orang lain persepsikan, dan evaluasi diri atau penerimaan diri yang mencakup perbandingan diri ideal dan diri yang individu dipersepsikan. Konsep diri berkembang melalui interaksi individu dengan orang lain dan merupakan refleksi dari penilaian orang lain atas diri individu. Oleh karena itu, berikut deskripsi hasil penelitian mengenai konsep diri pemandu karaoke yang dilihat dari gambaran diri general, diri dalam konteks pekerjaan, diri dalam konteks keluarga dan diri dalam masyarakat. Selain itu, akan dilihat pula stigma yang terjadi pada pemandu karaoke.

1. Gambaran diri general

(63)

kekurangan mereka dan merasa memiliki banyak kekurangan sehingga membuat mereka merasa rendah diri. Oleh karena itu, dapat dikatakan pemandu karaoke melihat diri mereka negatif. Sejalan dengan hal tersebut, Burns (1993) mengatakan bahwa konsep diri yang negatif menunjukkan evaluasi diri yang negatif, perasaan rendah diri dan tiadanya penerimaan diri.

Para pemandu karaoke ini belum mampu mencapai ideal diri yang diharapkan secara fisik. Mereka cenderung membandingkan bentuk tubuh dan penampilan mereka dengan pemandu karaoke yang lain. Ideal fisik yang diinginkan pemandu karaoke adalah bentuk tubuh yang langsing, tinggi, berkulit putih. Hal ini membuat sebagian pemandu karaoke merasa minder atau kurang percaya diri akan bentuk tubuh dan penampilannya sehingga mereka melakukan modeling terhadap orang lain dengan cara melakukan diet. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri menurut M.Argyle (dalam Hardy & Heyes, 1988) adalah perbandingan dengan orang lain. Begitu pula pada pemandu karaoke yang membandingkan dirinya dengan orang lain dalam melihat diri mereka. Hal ini terlihat ketika pemandu karaoke memberikan evaluasi dan gambaran fisik mereka yang cenderung membandingkan diri dengan pemandu lain sehingga mereka merasa tidak puas dengan keadaan diri.

2. Diri dalam konteks pekerjaan

(64)

pekerjaan ini karena masalah finansial untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sukanya menjadi pemandu karaoke adalah pekerjaan ini mudah menghasilkan uang dan bisa bersenang-senang gratis sekaligus dibayar. Sedangkan dukanya, pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang berat bagi perempuan karena memiliki banyak saingan, berhadapan dengan alkohol, dan menuntut berpakaian seksi. Oleh karena itu, pekerjaan ini sering dipandang buruk oleh masyarakat. Pemandu karaoke dituntut untuk bisa menghibur tamu dan selalu memposisikan tamu di tempat yang lebih tinggi. Hal ini membuat mereka cenderung dipandang rendah oleh tamu dan mendapat perlakuan yang kurang pantas (pelecehan) dari para tamu tersebut. Oleh karena itu, para pemandu ini merasa menjadi obyek bagi kesenangan tamu dalam mencari hiburan.

(65)

tangga mereka ingin suami yang bekerja, mereka. mengurusi pekerjaan rumah tangga dan anak.

Menurut Mead (Griffin, 2012), ketika berinteraksi individu memiliki generalized otheruntuk mengevaluasi segala perilaku yang dilakukan dalam suatu situasi sosial sehingga individu memahami apa harapan masyarakat untuk dilakukan (general expectation) Para pemandu karaoke sadar bahwa mereka melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan norma masyarakat sehingga mereka memilikigeneralized othermengenai pekerjaan yang ideal atau baik menurut masyarakat. Oleh karena itu, mereka memiliki harapan untuk segera keluar dari pekerjaan sebagai pemandu karaoke dan memiliki pekerjaan yang lebih baik menurut masyarakat.

3. Diri dalam konteks keluarga

(66)

bukan teladan yang baik bagi anak-anaknya, dan gagal dalam membina rumah tangga.

4. Diri dalam konteks masyarakat

Sebagai anggota masyarakat, para pemandu ini merasa bahwa mereka berbeda dengan orang pada umumnya (normal). Hal ini dikarenakan mereka merasa pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan norma masyarakat yang ada. Akan tetapi, untuk saat ini mereka belum bisa keluar dari pekerjaannya sebagai pemandu karaoke karena mereka masih memiliki kebutuhan finansial. Para pemandu sendiri menyadari bahwa mereka juga kurang berbaur dengan masyarakat sehingga mereka bisa mengerti jika ada masyarakat yang memperbincangkannya. Meskipun demikian, mereka tetap merasa bahwa masyarakat memandang diri buruk karena pekerjaan dan status. Mereka menilai bahwa pandangan masyarakat ini tidak adil karena masyarakat belum tentu tahu sebenarnya yang mereka alami dan belum tentu semua pemandu karaoke itu buruk. Oleh karena itu, mereka berharap agar masyarakat bisa memahami pekerjaan mereka dan merubah pandangnya menjadi baik seperti pekerjaan pada umumnya (normal).

(67)

Pemandu

Gagal dalam segala hal

Tulang punggung keluarga

Tidak puas dengan diri Berhubungan dengan hal-hal negatif

Mempunyai banyak kekurangan

Penampilan seksi

Status keluarga

Merokok dan minum alkohol

(68)

yang dipakai oleh pemandu karaoke dalam menilai diri sehingga mereka merasa diri negatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Cooley (Rakhmat) dalam menggambarkan konsep diri dengan gejala looking-glass self (diri cermin) dimana konsep diri seseorang dipengaruhi oleh apa yang diyakini individu tentang pendapat orang lain mengenai individu tersebut. Mereka merasa bahwa penilaian masyarakat ini tidak adil bagi dirinya. Pandangan masyarakat yang buruk ini membuat mereka cenderung untuk menutup diri karena tidak ingin mendengar cemoohan. Oleh karena itu, pemandu karaoke memiliki harapan terhadap masyarakat agar dipandang seperti wanita pada umumnya dan dipandang positif, baik dari pekerjaan dan status sosial yang mereka miliki.

5. Stigma pada pemandu karaoke

.Stigma yang ada dalam pemandu karaoke biasanya berbentuk pandangan atau label yang diberikan oleh masyarakat. Selain itu, bentuk lain dari stigma yang terjadi pada pemandu karaoke adalah perlakuan seperti menjadikan bahan perbincangan, pelecehan, dan pengucilan terhadap mereka. Stigma sendiri merupakan label yang diberikan kepada individu atau kelompok oleh orang lain karena dianggap telah melanggar aturan atau norma yang

(69)
(70)

Tabel 3.

Stigma pada Pemandu Karaoke

Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3

 ..sisi negatifnya imej buruk masyarakat pasti buruk.. apalagi tamu, terlalu memandang remeh cewek malem.. kalau berhadapan tamu-tamu yang nakal pasti itu.. kadang tidak sedikitlah tindakkan pelecehan-pelecehan yang kira-kira kurang pantas.. selain itu, sering dimarah-marahin istri orang, dikucilkan masyarakat.. ya kadang suka diomongin jelek sama orang apalagi ibu-ibu atau apalah kalau dilingkungan masyarakat yang ada perbedaan sikap.. ngerasa aja..

 ..sebagian besar, kebanyakan menganggap itu negatif, dengan penampilan seksi, dengan merokok, kadang harus setiap hari berhadapan dengan alkohol.. kalau masyarakat memandang pekerjaan ini pasti negatif.. dari pulang pagi saja pikiran orang sudah aneh-aneh apalagi berhadapan dengan tamu, alkohol.. kadang nemenin tamu yang kurang baik.. Ya pasti masyarakat memandang negatif.. dari sikap, dari mereka bicara,

 ..Kalau dimata masyarakat pekerjaan seperti itukan buruk.. ya mungkin ada yang menilai bagus, ada yang menilai buruk.. tapi banyak yang buruknya.. mungkin karna aku wanita pekerja malam.. tapi aku orangnya cuek karna mereka belum tentu tahu apa yang aku hadapi.. ya sembilan puluh persen orang menilainya berbeda.. ya mungkin mereka lebih melihat sisi negatifnya dari pada positifny.. Kalau ada perlindungan untuk pemandu karaoke, karna terkadang banyak tamu yang nakal.. dan belum tentu semua pemandu karaoke itu jelek.. seharusnya tamu itu tahu kehidupan para pemandu.. kalau sebenernya perlu dibantu.. seharusnya pekerjaan itu dianggap seperti pekerjaan orang pada umumnya atau pekerjaan normal, nggak dipandang jelek..

 ..tapikan mereka tidak tahu yang namanya pemandu karaoke itu sebenarnya kerja atau apa.. padahal ya kerja beneran disana.. tapi kalau dibelakangku aku juga

 ..negatifnya pekerjaanku nggak bener, dipandang jelek masyarakat itu pasti.. Kalau masyarakat sih.. mereka pandangannya sudah pasti jelek.. intinya udah ngeblacklist aku tuh orang yang nggak bener tapi aku nggak mempermasalahin itu.. yang jelas aku cuma mikir keluargaku.. aku ngasih pengertian orang tuaku dan mereka bisa mengerti.. Kalau liat kerjaan.. ya aku nggak bener.. menghibur suami orang kaya gitu..cuma itu tadi kembali lagi ke tuntutan.. pengen pekerjaan yang lebih baik.. ya kerja seperti biasa kaya mereka-mereka.. dilihatnya kita seneng tapi didalemnya kita juga nggak tahu.. ya intinya nggak sama dengan perasaan kita.. kan kita dituntut untuk buat seneng mereka harus menghibur mereka.. kalau tamu rese kita harus ngemong mereka harus ada dibawah mereka. Kan kalau bisa memilih kan nggak ada yang mau jadi pemandu karaoke..

Bentuk stigma yang terjadi :

 pandangan dan label masyarakat

 perlakuan (selalu menjadi bahan perbincangan, pelecehan, dikucilkan)

Stigma yang muncul :

 stigma terhadap diri : - dipandang buruk (wanita

yang tidak benar) - dipandang rendah

 stigma terhadap pekerjaan - pekerjaan yang buruk

(negatif)

- pekerjaan tidak sesuai norma masyarakat Stigma terjadi karena:

 terkait dengan status sosial (janda dan pekerjaan)

 berpakaian seksi

 merokok

 minum alkohol

 wanita bekerja di malam hari

 pekerjaan menghibur suami orang

(71)

cara memandang.. selalu dipandang jelek sama orang.. masyarakat, tamu.. ya semua orang bahkan keluarga sendiri.. masalah status.. status sosial seperti pekerjaan. Jelek ya karena status janda dan pekerjaan malam.. ya ngerasa nggak pantes aja.. keluargaku dari keluarga yang selalu menjunjung tinggi norma.. tidak pantesnya imej jelek wanita yang kerja malam pasti dipandang jelek, apalagi dari versi keluargaku karena pulang pagi, minum, merokok yang notabene sebagian besar menganggap imej jelek..

 ..Tapi terkadang mempengaruhi juga.. aku jadi membatasi diri bergaul dengan orang-orang tertentu.. apalagi dunia siang.. kadang selalu menutup diri karena tidak mau mendengarkan cemoohan atau tanggapan negatif thinking.. sebetulnya tidak semua wanita malam itu jelek cuman imejnya sekarangkan udah terlalu jelek.. pengennya sih orang mandangnya biasa selayak wanita-wanita siang.. cuman imejnya udah susah dirubah..

nggak tahu seperti apa.. ya namanya masyarakat ya gitu omongannya.. ya mungkin menduga-duga aja, tapi kan belum tentu apa yang dipikir mereka seperti yang aku lakukan.. ya jelas semua begitulah.. namanya perempuan kerja malam pasti pada menduga-duga.. tapi walaupun gitu, didepanku masih pada baik.. nggak terus menghindar atau gimana nggak..

 ..Menurutku penilaian masyarakat kalau menganggap pekerjaan seperti itu buruk atau gimana, bagiku itu nggak adil.. karna mereka belum tentu tahu dan dia tidak pernah mengalami.. jadi nggak seharusnya memandang buruk. Pengen dipandang.. kalau bisa ya baik.. aku pengen buktikan ke mereka kalau aku bisa.. jadi biar mereka pandangnya juga baik..

 ..ya intinya aku ngerasa udah cacat kaya gitu.. maksudnya kehidupanku.. rumah tanggaku.. Kan kalau bisa memilih kan nggak ada yang mau jadi pemandu karaoke.. menilai aku tuh orangnya nggak bener.. karna aku jarang pulang, rumah tanggaku nggak beres..

 ..Kadang aku mikirnya nggak adil kenapa sih aku yang harus diomong-omongin.. apalagi yang nggak tak lakuin diomongin.. dijelek-jelekin.. padahal mereka nggak tahu dalemnya aku.. aku seperti itu ya semata-mata buat keluargaku.. Nggak dipandang jelek dari pekerjaannya.. dari rumah tangganya yang nggak jelas dan cara aku berpakaian.. Ingin jadi orang biasa.. yang jalannya nggak seperti ini.. yang bisa kerja biasa yang nggak dipandang jelek oleh masyarakat dan nggak menghibur suami orang kaya gitu..

perlakuan yang tidak adil karena

 belum tentu benar

 membuat orang yang diberi stigma cenderung untuk menutup diri dan rendah diri (merasa cacat)

(72)

6. Stigma dalam proses pembentukan konsep diri

(73)

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Konsep diri pemandu karaoke

Pemandu karaoke cenderung negatif dalam memberikan gambaran diri dan evaluasi diri. Mereka merupakan orang yang tertutup dan merasa memiliki banyak kekurangan sehingga membuat mereka merasa rendah diri. Mereka juga merasa bahwa diri mereka cacat dan bukan teladan yang baik karena status sosial yang mereka miliki. Para pemandu karaoke cenderung merasa tidak puas dengan keadaan dirinya. Hal ini dikarenakan mereka merasa kurang bahagia dan belum tercukupi secara finansial. Oleh karena itu mereka merasa gagal dalam segala hal. Dalam memberikan gambaran fisik, pemandu karaoke cenderung membandingkan bentuk tubuh dan penampilan mereka dengan pemandu karaoke yang lain. Para pemandu karaoke ini belum mampu mencapai ideal diri yang diharapkan secara fisik. Ideal fisik yang diinginkan pemandu karaoke adalah bentuk tubuh yang langsing, tinggi, berkulit putih. Hal ini membuat sebagian pemandu karaoke melakukan modeling terhadap orang lain dengan cara melakukan diet.

(74)

karena itu, pemandu karaoke merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya buruk dan merupakan pekerjaan yang tidak diinginkan sehingga mereka memiliki keinginan untuk keluar dan mencari pekerjaan yang lebih baik. Selain itu, mereka merasa hanya menjadi obyek kepuasan bagi para tamu dalam mencari hiburan. Hal ini dikarenakan mereka selalu dituntut untuk bisa menomor satukan tamu dalam keadaan apapun dan sering dipandang rendah oleh tamu.

Sebagai anggota masyarakat, pemandu karaoke juga merasa diri negatif karena merasa berbeda dengan orang pada umumnya (normal). Hal ini dikarenakan mereka merasa pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan norma masyarakat yang ada. Selain itu, mereka merasa kurang dapat berbaur dengan masyarakat, dipandang rendah, menjadi bahan perbincangan yang terkadang juga tidak sesuai dengan dirinya, dan dikucilkan oleh masyarakat.

Dalam keluarga, para pemandu ini berperan sebagai tulang punggung dan ibu bagi anak-anaknya. Perannya sebagai tulang punggung keluarga menunjukkan diri positif dari para pemandu ini karena semua anggota keluarga bergantung padanya. Sedangkan perannya sebagai seorang ibu, membuat mereka cenderung merasa diri negatif karena merasa bukan teladan yang baik bagi anak-anaknya.

2. Stigma pada pemandu karaoke

(75)

Stigma pada pemandu karaoke termasuk jenis stigma pada orang dengan cacat karakter karena terkait dengan status sosial (janda dan pekerjaan) dan perilaku mereka. Stigma yang diterima membuat mereka cenderung menutup diri dari pergaulan masyarakat (karena tidak ingin mendengarkan cemoohan) dan merasa rendah diri dari pada yang lain.

3. Stigma dalam pembentukan konsep diri

Pemandu karaoke melihat bahwa diri mereka mendapat stigma dari masyarakat, baik berupa pandangan, label, dan perlakuan yang negatif. Stigma ini berkaitan dengan status sosial (pekerjaan) dan perilaku yang mereka lakukan. Pandangan masyarakat ini pula yang diadopsi oleh pemandu karaoke dalam menilai diri sehingga mereka memiliki konsep diri yang cenderung negatif dan gagal dalam segala hal.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Rapport yang dilakukan peneliti terhadap partisipan tergolong sangat singkat dan hanya terbatas penjelasan mengenai tujuan wawancara dan kerahasian data. Hal ini menghambat peneliti dalam memperoleh gambaran latar belakang partisipan secara lebih mendalam.

(76)

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diajukan beberapa saran berikut ini:

1. Bagi penelitian selanjutnya

a. Penelitian ini mempunyai berbagai kelemahan yang disebabkan karena adanya keterbatasan dari peneliti. Oleh karena itu, bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian semacam ini disarankan agar lebih memperhatikan rapport dan menggunakan teknik pengambilan data yang lebih mendalam supaya tujuan penelitian yang diharapkan tercapai.

b. Penelitian mengenai pemandu karaoke belum banyak dilakukan oleh karena itu masih banyak aspek yang dapat diteliti sehubungan dengan profesi pemandu karaoke. Beberapa hal yang dapat diteliti misalnya pemandu karaoke kaitannya dengan makna dan nilai hidup yang mereka anut atau dapat pula aspek moral mereka terkait dengan pekerjaan dan stigma serta aspek-aspek lainya yang relevan dengan apa yang akan diteliti.

2. Bagi para pemandu karaoke

(77)

b. Lebih membuka diri dan menjalin relasi yang lebih baik dengan masyarakat sekitar agar tidak timbul berbagai stigma negatif mengenai pemandu karaoke dan berbagai aktivitas yang dilakukan. 3. Bagi masyarakat

Gambar

gambar diri dan evaluasi diri yang negatif, baik dalam konteks pekerjaan, keluarga, masyarakat,
Tabel 2 : Pelaksanaan Wawancara....................................................................28
Gambaran diri umum
Interview GuideTabel 1. Penelitian Konsep Diri Pemandu Karaoke
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari keseluruhan tanda visual dan verbal di dalam iklan tersebut (C2) dapat diperoleh sebuah makna konotasi yang pada hakekatnya merupakan benang merah dari iklan

Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi cara atau strategi tertentu yang sifatnya protektif untuk menyelamatkan dan melindungi perekonomian dalam

DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2017 PROVINSI KABUPATEN/KOTA.. KECAMATAN

yang ditanam sesudah padi sawah tanpa olah tanah lebih baik dibandingkan dengan yang tanahnya diolah karena pada tanah yang diolah air menguap lebih cepat sehingga

Bahkan, Pada tahun 2015, melalui Keputusan Nomor: 180/ KEP-DJPB/ 2014, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) menetapkan 101 Lokasi Sentra Produksi Perikanan

Berdasarkan program kerja Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Kudus yang akan mengadakan Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) dan Kursus Banser

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHA TANI JERUK PAMELO MADU BAGENG ( Kasus Kelompok Tani di Desa

keterb erbatas atasan an pen penget getahu ahuan an dan dan pen pengala galaman man say saya, a, jik jika a ter terjadi jadi kes kesalah alahan an dal dalam am