Pengukuran Arus dan Tegangan pada Sistem
Penganalisis Komponen Frekuensi Harmonisa
Arus Beban Peralatan Listrik
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro
disusun oleh:
Frederik Erik NIM : 045114071
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the SARJANA TEKNIK Degree
in Electrical Engineering
by: Frederik Erik
Student Number : 045114071
ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
”
Segala perkara dapat
ku
tan ggun g di dalam
Dia
yan g m em beri kekuatan kepada
ku
”
(Filipi 4:13)
Kupersembahkan karya tulisku ini kepada:
Tuhan Yesus Kristus, atas kasih karunianya.
Bapak
Ignatius Lias.B
dan Ibunda
Norbetha
S.pd
serta adikku Nikolas Beatus,
Jelita Katrin
terima kasih untuk doa dan pengorbanan kalian,
aku mencintai kalian seumur hidupku.
Seseorang yang jauh disana (
we’.Be2R
) trim’s
semangatnya.
Dango kamuda diri’ (
dKd
)...kuliah nang banar
boh cu’...!
harmonisa yang menyebabkan banyak implikasi pada jala-jala listrik Untuk memperoleh bentuk gelombang arus beban peralatan listrik, sistem menggunakan sensor arus berupa resistor yang akan diambil besaran tegangan pada saat resistor dialiri arus listrik, sedangkan sensor tegangan menggunakan resistor sebagai pembagi tegangan dan dilakukan penguatan tegangan. Sinyal tegangan keluaran penguat dari sensor arus dan tegangan
.Tegangan masukan AC dari keluaran rangkaian sensor arus dan tegangan terlebih dahulu melewati rangkaian penguat inverting yang dapat diatur penguatannya dengan relay sebagai pemilihan saklar agar sesuai dengan jangkauan ADC dan penguat operasional. Keluaran dari penguat inverting akan melewati penyearah presisi sehingga keluaran dari penyearah presisi selalu mempunyai nilai positif. Keluaran penyearah presisi diumpankan menuju ADC yang digunakan agar nilai tegangan masukan ADC bisa diproses oleh mikrokontroler karena sebelumnya merupakan sinyal analog yang perlu diubah terlebih dahulu menjadi sinyal digital.
Dari pengujian dan analisis, Alat dapat mengukur nilai Vrms dengan baik pada jangkauan 195~240 Vrms karena tingkat kesalahan kurang dari 2%. Sensor arus dapat berkerja dengan baik pada saat skala pemilihan gain yang besar (5 Ampere), sedangkan skala kecil (0,5A dan 0,05 A) akan terjadi tegangan offset. Tegangan Offset tidak berpengaruh di pengukuran besar tapi pengukuran yang kecil saja. Untuk pengukuran arus terbaik, disarankan agar alat ini digunakan pada jangkauan masukan maksimal 5Vp (peak arus).
Kata kunci:. Harmonisa, ADC, gain, listrik non linear.
ABSTRACT
The use of non linear load in electric equipment causing the current wave was not in the same form with the voltage wave. The current’s wave form that was not sinusoidal generations the components of harmonic.That cause multiplications in electric power line. In order to produc the current’s electricity wave form, the system used resistor as the current censor, where the voltage will be produced when the resistor receives electric current.
AC voltage input, which was the output of current and voltage censors, firstly passed the inverting amplifier circuit where the gain could be regulated with relay as the switch witch is optional in order to be conformed with the ADC range and operation. The output from the inverting amplifier will pass through the precision rectifier, so that the output from the precision rectifier will always have positive values. The precision rectifier output was put toward ADC, which was used to allow the ADC input voltage so that it is able to be processed by microcontroller since it was the analog signal that firstly needed to be inverted into digital signal.
From the observation and anallysis, the device was abel to measure the Vrms at the voltage range of 195 - 240 Vrms since the error level is below 2 percent. Current censor was capable to work well when the gain optional scale was substantial (5Ampere), while in the small scale (0,5 Ampere and 0,05 Ampere) the offset voltage will be produced. This offset voltage has no impact on substantial measurement, but only on the small one. In order to get the best current measurement, it was recommended to use this device in maximum range input 5 Vp (peak current).
Keywords: Harmonic, ADC, gain, non linear load.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul
Pengukuran Arus dan Tegangan pada Sistem Penganalisis Komponen Frekuensi
Harmonisa Arus Beban Peralatan Listrik.
Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma.
Penulisan skripsi ini didasarkan pada hasil-hasil yang penulis dapatkan selama
tahap perancangan, pembuatan dan pengujian alat.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan semangat dan doa yang tak
pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Martanto, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I karya tulis yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis.
3. Bapak A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng., selaku dosen pembimbing II karya
tulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk
membimbing penulis.
4. Ibu Bernadeta Wuri Harini S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T, M.T Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu penulis dalam pengerjaan
karya tulis ini: Guntur TE’03 , Uci TE’03, Zainal TE’04.
7. Segenap dosen dan laboran Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma.
8. Segenap karyawan sekretariat Fakultas Teknik.
9. Teman-teman mahasiswa jurusan Teknik Elektro dan semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu atas setiap bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dari
penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak dan dapat
menjadi bahan kajian lebih lanjut.
Yogyakarta, 24 Januari 2009
Penulis
HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS
... iiHALAMAN PENGESAHAN OLEH PEMBIMBING
... iiiHALAMAN PENGESAHAN OLEH PENGUJI
... ivPERNYATAAN KEASLIAN KARYA
... vLEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
... viPERSEMBAHAN DAN MOTTO
... viiINTISARI
... viiiABSTRACT
... ixKATA PENGANTAR
... xDAFTAR ISI
... xiiDAFTAR GAMBAR
... xvDAFTAR TABEL
... xviiDAFTAR LAMPIRAN
... xixBAB I. PENDAHULUAN
... 11.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 3
1.4 Batasan Masalah ... 4
1.5 Metodologi Penelitian ... 4
1.6 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II. DASAR TEORI
... 62.1 Pengukuran ... 6
2.1.1 Pengukuran Tegangan dan Pengukuran Arus ... 7
2.2 Nilai rms (root-mean square) ... 9
2.3 Penguat Operasional (Op-Amp) ... 12
2.3.1 Penguat Operasional sebagai penguat inverting... 12
2.3.2 Penguat Operasional sebagai Penyearah Gelombang Penuh ... 13
2.3.3 Penguat Operasional sebagai Penyangga Tegangan ... 15
2.4 Relay ... 15
2.5 Transistor sebagai Saklar ... 16
2.6 Dioda Memancarkan Cahaya (Light Emitting Diode) ... 19
2.7 Phototransistor ... 20
2.8 Pembagi Tegangan……….. 21
2.9 Pengubah Analog ke Digital………... 22
BAB III. PERANCANGAN RANGKAIAN
... 263.1 Diagram Blok ... 26
3.2 Perancangan Perangkat keras... 27
3.2.1 Rangkaian Sensor Arus ... 27
3.2.2 Rangkaian Sensor Tegangan ... 29
3.2.3 Rangkaian Penguat inverting dengan Gain = 1 ... 30
3.2.4 Rangkaian Penguat inverting dengan Relay sebagai Saklar………... 31
3.2.5 Otocopler………. 34
3.2.6 Transustor sebagai Pengaktif Relay……… 36
3.2.7 Rangkaian Penyangga………. 37
3.2.8 Rangkaian Penyearah Presisi……….. 38
3.2.9 Hubungan Sinyal Terkondisi dengan ADC0804……… 39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
... 414.1 Sensor Tegangan ... 42
4.1.1 Rangkaian Penguat inverting dengan Gain = 1 ... 44
4.1.2 Rangkaian Penyearah Presisi ... 45
4.1.3 Hubungan Sinyal Terkondisi dengan ADC0804... 46
4.3 Rangkaian Penguat Inverting dan Relay sebagai Saklar... 52
4.4 Rangkaian Penyearah Presisi... 55
4.4.1 Rangkaian Penyearah Presisi dengan Skala 5 Ampere... 56
4.4.2 Rangkaian Penyearah Presisi dengan Skala 0,5 Ampere... 57
4.4.3 Rangkaian Penyearah Presisi dengan Skala 0,05 Ampere... 58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
... 605.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1. Penempatan Voltmeter pada pengukuran ... 9
Gambar 2-2. Penempatan Ampermeter pada pengukuran ... 9
Gambar 2-3. Gelombang sinusoidal penuh ... 10
Gambar 2-4. Pulsa sinusoidal ... 11
Gambar 2-5. Pulsa kotak ... 11
Gambar 2-6. Gelombang segitiga ... 12
Gambar 2-7. Rangkaian penguat operasional sebagai penguat inverting .... 13
Gambar 2-8. Penyearah presisi gelombang penuh ... 14
Gambar 2-9. Penguat operasional sebagai penyangga tegangan... 15
Gambar 2-10. Relay ... 16
Gambar 2-11. Rangkaian saklar transistor ... 16
Gambar 2-12. Karakteristik keluaran transistor ... 17
Gambar 2-13. Transistor sebagai saklar tertutup ... 18
Gambar 2-14. Transistor sebagai saklar terbuka ... 18
Gambar 2-15. Rangkaian LED ... 19
Gambar 2-16. Rangkaian phototransistor ... 20
Gambar 2-17. Pembagi tegangan ... 21
Gambar 2-18. Diagram blok pengubah analog ke digital ... 22
Gambar 2-19. Pin ADC0804 ... 25
Gambar 3-1. Diagram blok rancangan secara keseluruhan ... 26
Gambar 3-2. Rangkaian sensor Tegangan (a) rangkaian sensor Arus (b)... 30
Gambar 3-3. Rangkaian penguat inverting dengan gain = 1 ... 31
Gambar 3-6. Transistor sebagai pengaktif relay ... 37
Gambar 3-7. Rangkaian penyangga ... 37
Gambar 3-8. Rangkaian penyearah presisi ... 39
Gambar 3-9. Hubungan sinyal terkondisi dengan ADC0804 ... 40
Gambar 4-1. Gelombang keluaran sensor tegangan ... 44
Gambar 4-2. Keluaran penyearah presisi ... 45
Gambar 4-3. Input ADC0804 (multimeter) dan keluaran ADC0804 (LED) 47 Gambar 4-4. Kotak merah sbagai rangkaian uji beban peralatan listrik ... 48
Gambar 4-5. (a) keluaran sensor arus (b) keluaran sensor tegangan dengan gain 1 kali skala 5 Ampere ... 49
Gambar 4-6. (a) keluaran sensor arus (b) keluaran sensor tegangan dengan gain 10 kali skala 0,5 Ampere ... 50
Gambar 4-7. (a) keluaran sensor arus (b) keluaran sensor tegangan dengan gain 100 kali skala 0,05 Ampere ... 51
Gambar 4-8. Bentuk gelombang penyearah presisi (Vp) pada skala 5 Ampere ... 56
Gambar 4-9. Error pada skala 0,5A (Vp) setelah output dari rangkaian penyearah presisi melewati 5,00Vp ... 57
Gambar 4-10. Offset Gain pada skala 0,5A (Vp) ... 57
Gambar 4-11 Offset Gain pada skala 0,05mA (Vp). ... 59
DAFTAR TABEL
Tabel 4-1. Data pengamatan input output sensor tegangan dan
kesalahan pengukuran tegangan (Vrms) ... 53
Tabel 4-2. Data pengamatan input output rangkaian penguat inverting
dengan gain = 1 ... 55
Tabel 4-3. Data pengamatan input output rangkaian penyearah presisi ... 57
Tabel 4-4. Data pengamatan sensor Arus untuk skala 5 Ampere dengan
pemilih skala I untuk 1 kali ... 49-50
Tabel 4-5. Data pengamatan sensor Arus untuk skala 0,5 Ampere
dengan pemilih skala II untuk 10 kali ... 50-51
Tabel 4-6. Data pengamatan sensor Arus untuk skala 0,05 Ampere
dengan pemilih skala III untuk 100 kali ... 52
Tabel 4-7. Data pengamatan input output Rangkaian Penguat Inverting
dan relay sebagai saklar untuk pemilih gain 1 kali ... 53
Tabel 4-8. Data pengamatan input output Rangkaian Penguat Inverting
dan relay sebagai saklar untuk pemilih gain 10 kali ... 54
Tabel 4-9. Data pengamatan input output Rangkaian Penguat Inverting
dan relay sebagai saklar untuk pemilih gain 100 kali ... 55
Tabel 4-10. Data pengamatan pada input output Rangkaian penyearah
presis skala 5 Ampere ... 56-57
Tabel 4-11. Data pengamatan pada input output Rangkaian penyearah
presisi skala 0,5 Ampere ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Datasheet ADC0804 ... L01
Datasheet 4N35 ... L02
Datasheet Relay 5 volt ... L03
Datasheet LF 356 ... L04
Datasheet LM 741
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perubahan kehidupan masyarakat yang semakin beragam,
rasanya tidak mudah untuk terlepas dari perkembangan teknologi yang semakin
pesat pula. Kemajuan dalam bidang elektronika membawa perkembangan dalam
hal peralatan listrik dan peralatan elektronika. Peralatan listrik baik dalam dunia
industri maupun peralatan rumah tangga yang mengarah pada aplikasi elektronika.
dewasa ini telah banyak kemudahan yang telah disumbangkan oleh dunia
teknologi bagi kehidupan manusia, namun semua itu tidaklah menutup
kemungkinan bagi dunia teknologi untuk terus berkembang dan menciptakan
berbagai temuan baru yang bisa menunjang kelancaran kehidupan manusia.
Penggunaan beban peralatan listrik yang non linier, mengakibatkan
bentuk gelombang arus tidak sama dengan bentuk gelombang tegangan pada
komponen elektronika daya peralatan listrik. Bentuk gelombang yang tidak sinus
akan menimbulkan adanya komponen harmonisa selain frekuensi fundamental.
Komponen arus dapat menimbulkan banyak implikasi pada jala-jala daya listrik.
Hal ini menyebabkan timbulnya rugi-rugi daya listrik, selain itu dapat
menginteferensi saluran komunikasi.
Dalam menganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan
listrik diperlukan peralatan yang mampu merekam bentuk gelombang yang
diperoleh dari sumber agar sesuai dengan kenyataan yang nantinya bentuk
2
gelombang dapat terlihat pada unit penampil. Untuk memperoleh bentuk
gelombang arus beban peralatan listrik, sistem menggunakan sensor arus berupa
resistor yang akan diambil besaran tegangan pada saat resistor dialiri arus listrik,
sedangkan sensor tegangan menggunakan resistor sebagai pembagi tegangan dan
dilakukan penguatan tegangan. Sinyal tegangan keluaran penguat dari sensor arus
dan tegangan selanjutnya diolah oleh mikrokontroler II setelah sebelumnya
melalui ADC untuk diketahui nilai Irms dan Vrms sehingga dapat dihitung nilai
Prms. Sinyal tegangan keluaran penguat dari sensor arus kemudian dimasukkan
ke dalam BPF terkendali digital. BPF ditala pada frekuensi tertentu (fundamental
atau harmonisanya), yang dikendalikan oleh mikrokontroler. Tegangan keluaran
filter dimasukkan ke dalam rangkaian yang dapat mengambil nilai puncak
gelombang, yang kemudian dihubungkan ke pengubah tegangan analog menjadi
data digital. Data digital kemudian direkam oleh mikrokontroler I sesuai dengan
komponen frekuensi harmonisa orde tertentu sesuai penalaan BPF. Setiap kali
mengubah frekuensi pusat dari BPF, dilakukan pengukuran terhadap amplitudo
gelombang. Hasil pembacaan amplitudo komponen harmonisa ini dapat langsung
dikirimkan ke PC. Kemudian data diproses lebih untuk menggambarkan grafik
hubungan antara amplitudo arus beban komponen harmonisa sebagai fungsi orde
frekuensi harmonisa listrik jala-jala. Sarana bantu pemrograman menggunakan
Visual Basic.
Pada penelitian yang akan digunakan sensor arus dan tegangan yang
nantinya dapat mengetahui bentuk gelombang tegangan sama dengan bentuk
yang akan memudahkan pemprosesan sinyal untuk level tegangan dan sebelum
dilewatkan pada bagian mikrokontroler sebagai pengontrol pada system
penganalisis komponen frekuensi harmonisa yang keluaranya berupa nilai rms
terlebih dahulu haruslah dilewatkan pada sebuah pengubah sinyal analog menjadi
data digital yang dikenal dengan nama (ADC).
1.2
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Merancang alat ukur berupa sensor arus dan tegangan untuk mengetahui
gelombang dari besaran arus dan tegangan.
2. Merancang dan membuat pengkondisi sinyal yang berfungsi untuk memproses
level tegangan.
3. Menerapkan pengubah tegangan analog menjadi digital (ADC) untuk
mengambil gelombang arus dan tegangan beban.
1.3
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menghasilkan sebuah alat yang dapat mengubah besaran arus menjadi
besaran tegangan, yang akan dianalisis komponen harmonisanya.
2. Mempermudah pengukuran nilai sebuah rms dan komponen harmonisa arus
dan tegangan peralatan listrik.
3. Menambah literature tentang aplikasi mikrokontroler, yaitu alat ukur nilai rms
4
penyedia tegangan DC yang mempresentasikan nilai dari rms pengukuran arus
dan tegangan.
1.4
Batasan Masalah
Pada perancangan perangkat terdapat batasan-batasan sebagai berikut :
1. Terdapat tiga skala untuk pengukuran arus maksimum yaitu 5 Ampere; 0,5
Ampere; 0,05 Ampere.
2. Sensor arus yang digunakan adalah resistor yang akan diambil besaran
tegangan pada saat resistor dialiri arus listrik.
3. Sensor tegangan yang digunakan adalah resistor sebagai pembagi tegangan.
4. Mendeteksi tegangan pada nilai 220 v dengan toleransi ±20 v.
5. Perancangan pengkondisi sinyal untuk pemprosesan nilai tegangan dan arus
dari ADC yang digunakan.
1.5
Metodologi penelitian
Adapun metodologi yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini
antara lain :
1. Mengumpulkan literatur dan bahan-bahan dari studi kepustakaan.
2. Menyusun literatur, bahan dan referensi yang ada.
3. Perancangan, pembuatan dan pengujian alat, baik perangkat lunak maupun
keras.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari beberapa bab, yaitu:
BAB 1. Berisi latar belakang penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II. Berisi dasar teori meliputi sensor arus dan tegangan yang
digunakan adalah resistor yang akan diambil besaran tegangan
saat resistor dialiri arus listrik, nilai rms (root-mean-square),
penguat operasional sebagai pengkondisi sinyal, pengubahan
analog menjadi digital (ADC),
BAB III. Berisi perancangan perangkat keras dan perancangan
perangkat lunak.
BAB IV. Berisi data pengamatan dan pembahasan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengukuran
Secara definitif, pengukuran adalah upaya untuk mendapatkan besaran
kuantitatif yang merupakan hasil perbandingan antara suatu yang ingin diketahui
terhadap standarnya.dalam suatu pengukuran diperlukan instrument sebagai suatu
cara fisis untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel. Dengan
demikian, sebuah instrument dapat didefinisikan sebagai sebuah alat yang
digunakan untuk menentukan nilai dari suatu kuantitas atau variabel sehingga
instrument dapat pula disebut alat ukur.
Dalam pengukuran digunakan istilah-istilah yang menentukan
Karakteristik suatu alat ukur :[1]
• Presisi (ketelitian)
Adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
serupa.
• Akurasi (ketepatan)
Merupakan sifat kedekatan pembacaan alat ukur dengan nilai sebenarnya dari
variabel yang diukur.
• Sensitivitas (kepekaan)
Merupakan perubahan terkecil dari masukan yang mempengaruhi keluaran.
• Resolusi (kemampuan pembacaan skala)
Resolusi diartikan sebagai satuan terkecil dari keluaran.
• Repeability (kemampuan mengulangi)
Adalah sebagai ukuran deviasi dari hasil uji nilai rata-rata.
• Threshold
Adalah nilai minimum perubahan masukan yang tidak dapat diamati atau
dideteksi,bila masukanya berangsur-angsur bertambah dari nol.
• Linearitas
Merupakan kemampuan untuk menghasilkan ukuran alat ukur yang
menghasilkan keluaran yang linier.[1]
2.1.1 Pengukuran Tegangan Dan Pengukuran Arus
Suatu cara yang populer untuk pengukuran tahanan adalah menggunakan
metoda voltmeter ampermeter. Jika tegangan V antara ujung-ujung tahanan dan
arus I melalui tahanan tersebut diukur, tahanan Rx yang tidak diketahui dapat
ditentukan berdasarkan hukum ohm:[2]
I
V
R
x=
(2-1)8
R
V
I
=
(2-3)
Persamaan (2-1) berarti bahwa tahanan ampermeter adalah nol dan
tahanan voltmeter tak terhingga.
Dalam gambar 2-1 arus sebenarnya (true current) yang disalurkan ke
beban diukur oleh ampermeter, tetapi voltmeter lebih tepat mengukur tegangan
sumber dari pada tegangan beban nyata. Untuk mendapatkan tegangan yang
sebenanya pada beban, penurunan tegangan di dalam ampermeter harus
dikurangkan dari penunjukan voltmeter. Voltmeter dihubungkan langsung
diantara ujung-ujung tahanan seperti dalam gambar 2-2, sehingga voltmeter
mengukur tegangan beban yang sebenarnya. Tetapi ampermeter menghasilkan
kesalahan (error) sebesar arus yang melalui voltmeter. Dalam pengukuran pada
gambar 2-1 dan gambar 2-2 pengukuran Rx kesalahan akan selalu terjadi. Cara
yang betul untuk menghubungkan voltmeter bergantung pada nilai Rx berserta
tahanan voltmeter dan ampermeter, umumnya tahanan ampermeter adalah rendah
Gambar 2-1.Penempatan voltmeter pada pengukuran.
Gambar 2-2.Penempatan Ampermeter pada pengukuran.
2.2
Nilai Rms (
root-mean-square
)
Nilai rms digunakan untuk menentukan keakuratan penghantaran suatu
alat dan tingkat tegangan suatu alat. Gelombang tegangan yang berupa sinusoidal
yang sederhana atau berbentuk empat persegi panjang yang sederhana sering
menjadi masalah dalam menentukan nilai rms. Nilai rms suatu gelombang dapat
dihitung berdasarkan rumus berikut:[3]
∫
=
T
rms
I
dt
T
I
0 2
.
1
10
Dengan T adalah perioda waktu. Secara umum, nilai rms merupakan akar dari
kuadrat rata-rata suatu gelombang. Apabila gelombang menjadi rusak sampai
pada harmonisanya, nilai rms dapat dihitung secara individual. Nilai rms dari
gelombang nyata hasil dari aproksimasi yang memuaskan dengan
mengkombinasikan nilai rms dari setiap harmonisanya. Nilai rms suatu
gelombang dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:[3]
2 ) ( 2
) 2 ( 2 ) 1 ( 2
... rms n
rms rms
dc
rms I I I I
I = + + + + (2-5)
Dengan: Idc adalah tegangan komponen DC, Irms dan Irms adalah nilai rms
dari frekuensi fundamental dan komponen harmonik ke-n, secara individu.
) 1
( (n)
Berikut ini adalah nilai rms yang berbeda dari bermacam-macam bentuk
gelombang:[3]
• Gelombang sinusoidal penuh
Gambar 2-3. Gelombang sinusoidal penuh.
Nilai rms dari gelombang sinusoidal penuh adalah:
2
p rms
I
• Pulsa sinusoidal
Gambar 2-4. Pulsa sinusoidal.
Nilai rms dari pulsa sinusoidal adalah:
T T I Irms p
2
0
= (2-7)
• Pulsa kotak
Gambar 2-5. Pulsa kotak.
Nilai rms dari pulsa kotak adalah:
T T I Irms p
0
= (2-8)
12
• Gelombang segitiga
Gambar 2-6. Gelombang segitiga.
Nilai rms dari gelombang segitiga adalah:
T T I Irms p
3
2 0
= (2-9)
Nilai puncak (peak) atau nilai maksimum merupakan nilai puncak
gelombang, baik pada bagian positif ataupun negatif. Nilai ini ditunjukkan oleh Ip
pada persamaan 2-5, 2-6, 2-7 dan 2-8.
2.3
Penguat Operasional (op_Amp)
2.3.1
Penguat Operasional sebagai Penguat
Inverting
Rangkaian penguat operasional sebagai penguat inverting terdiri atas
sebuah penguat operasional dan dua buah resistor. Rangkaian ini menggunakan
feedback supaya penguatan dari penguat operasional lebih kecil dibandingkan
dengan penguatan large signal voltage gain sebesar 200.000 untuk ic LM741,
seperti yang tertera pada datasheet. Rangkaian penguat operasional sebagai
Rf
1k
Vo
+
-Vi
Ri
Gambar 2-7.Rangkaian penguat operasional sebagai penguat inverting.
Besarnya penguatan dapat dihitung dengan:
Ri Rf =
Penguatan (2-10)
Rinv = Avinv. Rfinv (2-11)
Besarnya gain dapat dihitung dengan:
Avinv = Vi Vo
(2-12)
2.3.2
Penguat Operasional sebagai Penyearah Presisi Gelombang
penuh
Rangkaian penguat operasional sebagai penyearah presisi gelombang
penuh terdiri atas dua buah penguat operasional, penguat operasional yang
pertama berfungsi sebagai penyearah presisi setengah gelombang dan penguat
operasional yang kedua berfungsi sebagai penjumlah pembalik. Keuntungan
menggunakan penyearah presisi gelombang penuh adalah tegangan keluaran yang
14
dioda, sehingga tegangan dibawah tegangan bias maju dioda juga dapat
disearahkan. Untuk mengatur besarnya penguatan, dapat diatur berdasarkan rumus
berikut :
R Rf =
Penguatan (2-13)
Rfpp = Avpp . Rpp (2-14)
Besarnya gain dapat dihitung dengan:
Avpp = Vi Vo
(2-15)
Rangkaian penguat operasional sebagai penyearah presisi gelombang
penuh ditunjukkan pada gambar 2-8.
D2
R
+
-D1
R
Rf R/2
R
+
-Vo Vi
2.3.3
Penguat Operasional Sebagai Penyangga Tegangan
Penguatan tegangan yang dihasilkan rangkaian penguat operasional
sebagai penyangga tegangan adalah sama dengan satu, sehingga tegangan
keluaran “mengikuti” tegangan masukan. Secara ideal, impedansi inputnya tak
terhingga dan impedansi outputnya sama dengan nol. Dengan demikian,
rangkaian penguat operasional sebagai penyangga tegangan dapat berfungsi
sebagai isolasi antara sumber dan beban sehingga level tegangan sumber dapat
terjaga. Penguat operasional sebagai penyangga mempunyai konfigurasi seperti
ditunjukkan gambar 2-9.
Vo
+
-Vi
Gambar 2-9. Penguat operasional sebagai penyangga tegangan.
2.4
Relay
Relay adalah suatu komponen elektronika yang akan bekerja bila ada arus
yang melalui kumparannya. Sebuah relay terdiri dari kumparan yang dililitkan
pada inti besi dan kontak-kontak penghubung. Apabila kumparan yang melilit inti
besi dilalui arus listrik maka akan menimbulkan induksi medan magnet, dan
induksi ini akan menarik kontak-kontak penghubung relay. Diagram relay
16
Common
Kumparan
3 5
4 1
2
NC
NO
Gambar 2.10 Relay
Kontak penghubung relay terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Kontak NC (Normally Closed)
Kontak penghubung dalam kondisi menutup atau terhubung bila relay tidak
mendapat masukan tegangan pada kumparannya. Tetapi bila diberi tegangan
yang mencukupi pada kumparannya maka kontak penghubung menjadi
terbuka.
2. Kontak NO (Normally Open)
Kontak penghubung dalam kondisi terbuka bila relay tidak mendapat
tegangan pada kumparannya. Tetapi bila diberi tegangan yang mencukupi
pada kumparannya maka kontak penghubung menjadi tertutup.
2.5 Transistor Sebagai Saklar
Rangkaian saklar transistor ditunjukkan oleh gambar 2-11.
Rc
Vcc
Q VBB
IB Ic
Rb
Sedangkan karakteristik keluaran transistor ditunjukkan oleh gambar 2-12
Gambar 2-12 Karakteristik keluaran transistor.
Tansistor berada dalam keadaan saturasi/jenuh saat IB = IB0. Pada keadaan
ini, beda potensial antara kolektor dan emitter (Vce) adalah sangat kecil, yaitu
sama dengan Vce(sat), sedangkan arus kolektor IC yang mengalir hampir sama
dengan Vcc/Rc. Jika arus basis diperbesar menjadi IB1 atau IB2 atau lebih besar lagi,
nilai Vce dan IC tidak mengalami perubahan. Nilai Vce = Vce(sat) dan nilai IC =
Vcc/Rc. Hal inilah yang disebut dengan keadaan saturasi sebab nilai IC dan Vce
tidak berubah walaupun arus basis bertambah besar.
Nilai arus basis tergantung dari tegangan VBB yang digunakan untuk
meng-on-kan /mengaktifkan transistor dan juga pada hambatan Rb yang
dihubungkan seri dengan basis. Arus basis IB diperoleh berdasarkan persamaan :
b be BB B
R V V
I = − (2-16)
Arus colector Ic diperoleh berdasarkan persamaan :
= c
I
c cc
R V
18
Jika arus basis lebih dari 0 atau semakin besar maka transistor menjadi on
sehingga dapat berfungsi sebagai saklar tertutup. Transistor sebagai saklar tertutup
ditunjukkan oleh gambar 2-13.
Rc
Vcc
Q VBB
Vcc
IB > 0 Ic
Rc
Rb
Gambar 2-13 Transistor sebagai saklar tertutup
Sedangkan jika arus basis sama dengan 0, maka dapat dikatakan transistor
bekerja di daerah cut-off sehingga transistor menjadi off dan berfungsi sebagai
saklar terbuka. Transistor sebagai saklar tebuka ditunjukkan oleh gambar 2-14.
Vcc
Rb
Rc
Q VBB
Ib = 0
Ic Rc
Vcc
Gambar 2-14 Transistor sebagai saklar terbuka
2.6 Dioda Memancarkan Cahaya (
Light Emitting Diode
)
Pada dioda yang diberi prategangan maju, elektron bebas melintasi
persambungan dan jatuh ke dalam lubang (hole). Pada saat elektron ini jatuh dari
memancarkan energi. Pada dioda-dioda biasa, energi ini keluar dalam bentuk
panas. Tetapi pada Light Emitting Diode (LED), energi memancar sebagai cahaya.
LED telah menggantikan lampu-lampu pijar dalam beberapa pemakaian karena
tegangannya yang rendah, umurnya yang panjang, dan switch mati-hidupnya yang
cepat.
Gambar 2-15 memperlihatkan lambang skematis untuk LED. Resistor
LED dapat dihitung sebagai berikut :
led led
I
V
Vcc
Rx
=
−
(2-18)Dengan ILED adalah arus yang melalui LED, Vcc adalah tegangan catu daya, VLED
adalah tegangan pada LED, dan Rx adalah resistansi yang diseri dengan LED
20
2.7 Phototransistor
Phototransistor adalah sebuah transistor yang titik kerjanya dipengaruhi
oleh cahaya tertentu, cahaya yang memancar ke transistor tersebut akan
menyebabkan timbulnya arus basis (Ib), sehingga transistor tersebut on. Dalam
phototransistor untai basisnya dibiarkan terbuka sehingga bila tidak ada cahaya,
transistor ini akan off.
Rangkaian phototransistor sebagai sensor cahaya ditunjukkan pada
Gambar 2-16 sebagai berikut.
Vo
Ic
Ie Rc
QSD123
1
2
0 VCC 5V
Gambar 2-16 Rangkaian Phototransistor
Arus kolektor yang tepat menimbulkan saturasi adalah:
IC(sat) =
C CC
R V
(2-19)
Ic Vcc
Rc= (2-20)
Sedangkan,
Dan,
IC = βIB (2-22)
2.8 Pembagi Tegangan
Rangkaian pembagi tegangan dapat dilihat pada gambar 2-17 berikut ini
Gambar 2-17 Pembagi tegangan
Dari gambar 2-17 diatas, nilai V0 bisa dihitung sebagai berikut:
xVL R R
R Vo
2 1
2
+
= (2-23)
Sedangkan nilai VL sendiri adalah sebagai berikut:
22
2.9
Pengubahan Analog ke Digital
Pengubahan sinyal analog ke system digital disebut pengkode atau encoder.
Gambar 2-18 memperlihatikan diagram blok pengubah analog ke digital yang
dapat memberikan gambaran kepada kita mengenai pengubahan sinyal analog ke
digital.
MSB LSB
Pengubah analog ke digital
D C B A
Masukkan analog
Gambar 2-18. Diagram blok pengubah analog ke digital.
Dari diagram blok gambar 2-18,memperlihatkan masukkan berupa sinyal
listrik analog yang harus diubah menjadi keluaran biner dari bit paling rendah
(LSB) sampai bit yang paling tinggi (MSB).
Pengubah analog ke digital yang digunakan oleh penulis adalah ADC0804
yang dibuat untuk dapat langsung berhubungan dengan mikroprosesor baik Zilog
80, 8080, atau mikroprosesor 8 bit lainnya. IC ini merupakan CMOS 8 bit yang
mendekati pengubah analog ke digital. Sinyal masukkan maupun sinyal keluaran
dari IC ini, sesuai untuk MOS dan TTL. IC ADC0804 mempunyai waktu
pengubahan 100µS terhadap pengubahan masukkan dan mengeluarkan dalam
analog berkisar 0volt sampai 5 volt. Macam-macam pin (kaki) yang dimiliki oleh
IC ADC 0804.
a. CS
Berfungsi sebagai masukkan. Pin ini sebagai chip select dari kontrol
mikroprosesor.
b. RD
Berfungsi sebagai masukkan. Pin ini sebagai kontrol untuk membaca data dari
mikroprosesor.
c. WR
Berfungsi sebagai masukkan. Pin ini sebagai kontrol untuk menulis data ke
mikroprosesor.
d. CLK IN
Berfungsi sebagai masukkan. Pin ini sebagai pengatur detak.
e. INTR
Berfungsi sebagai keluaran. Pin ini sebagai sarana untuk memberikan
interupsi pada masukkan interupsi mikroprosesor.
f. VIN (+)
Berfungsi sebagai masukkan. Pin ini merupakan jalan masuk bagi sinyal
analog masukkan positif.
g. VIN (-)
Berfungsi sebagai masukkan. Pin ini merupakan jalan masuk bagi sinyal
24
h. A GND
Berfungsi sebagai masukkan daya. Pin ini sebagai pembulatan analog.
i. VREF/2
Berfungsi sebagai masukkan. Pin ini merupakan jalan masuk bagi tegangan
acuan yang lain (±).
j. D GND
Berfungsi sebagai keluaran. Pin ini sebagai pembulatan digital.
k. DB7-DB0
Berfungsi sebagai keluaran. Pin ini merupakan jalan keluaran bagi data
keluaran bit7 sampai bit0.
l. CLKR
Berfungsi sebagai masukkan. Pin ini sebagai pengatur detak dengan
menghubungkannya ke resistor eksternal.
m. VCC(Or ref)
Berfungsi sebagai masukkan daya. Pin ini sebagai jalan masuk untuk catu
daya +5 volt dan tegangan acuan primer.
Resolusi ADC dengan jumlah bit (n), dapat dihitung dengan rumus berikut:
1 2 −
= Vnmak
ADC0804 6
7
9
11 12 13 14 15 16 17 18 19
4 5 1 2 3
10 8
20
+IN -IN
VREF/2
DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 CLKR
CLKIN INTR CS RD WR
D GND A GND
VCC
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
3.1 Diagram
Blok
Gambar 3-1 menunjukkan diagram blok perancangan alat pengukuran arus
dan tegangan pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban
peralatan listrik.
Gambar 3-1. Diagram blok rancangan secara keseluruhan.
Tegangan masukan AC dari keluaran rangkaian sensor arus dan tegangan
terlebih dahulu melewati rangkaian penguat inverting yang dapat diatur
penguatannya dengan relay sebagai pemilihan saklar agar sesuai dengan
jangkauan ADC dan penguat operasional. Keluaran dari penguat inverting akan
melewati penyearah presisi sehingga keluaran dari penyearah presisi selalu
mempunyai nilai positif. Keluaran penyearah presisi diumpankan menuju ADC
yang digunakan agar nilai tegangan masukan ADC bisa diproses oleh
mikrokontroler karena sebelumnya merupakan sinyal analog yang perlu diubah
terlebih dahulu menjadi sinyal digital.
Mikrokontroler mengambil data keluaran dari ADC sebanyak 8 bit dengan
256 kali pencuplikan dengan kecepatan pengambilan data yang konstan. Nilai
tegangan rms hasil pencuplikan akan diperoses dalam mikrokontroler. Nilai rms
sebanyak 8 bit akan diteruskan mikrokontroler menuju LCD sebagai penampil
setelah disesuaikan dengan pemilihan jangkauan level tegangan pada relay
sebagai saklar. Proses penampillan nilai rms ke LCD membutuhkan 10 bit data
dan 3 bit data dibutuhkan untuk pemilihan jangkauan level tegangan pada relay
sebagai saklar .
3.2
Perancangan Perangkat Keras
3.2.1 Rangkaian Sensor Arus
Rangkaian sensor arus diambil dari 10 buah resistor 10 /5w yang
dipasang secara paralel sehingga didapatkan resistor yang nilai resistansinya 1
Ω
Ω/
5w dimana pemilihan resistansi didasari atas pemilihan skala arus pada alat yang
28
Pemilihan skala tersebut haruslah sesuai dengan besarnya tegangan arus yang
dibutuhkan untuk penguatan pada rangkaian penguat inverting dan relay sebagai
saklar untuk pemilihan gain.
Nilai skala pemilihan arus untuk masukan penguat inverting dan relay
sebagai saklar untuk pemilihan gain, ditentukan sebagai berikut.
Nilai skala pada saat I = 5A diperlukan tegangan Ac sebesar 5 v dengan
Rx=1Ω berdasarkan persamaan 2-2, sehingga didapatkan :
Vx = 5A x 1Ω
= 5 volt
Tegangan pada masukan beban listrik akan terbebani sebesar 5v (peak) dari
tegangan masukan jala-jala 220 2 (peak), sehingga penurunan tegangan pada
beban dihitung sebagai berikut:
Vx : 2
5v : 2 = 3,53v
Didapatkan penurunan tegangan 100 220
53 , 3
x v v
=1,59% terhadap tegangan jala-jala
listrik 220 v 2 , penurunan tegangan sebesar 1,59% dianggap kecil.
Nilai skala pada saat I = 0,5A diperlukan tegangan Ac sebesar 0,5v dengan
Rx=1Ω berdasarkan persamaan 2-2, sehingga didapatkan :
Vx = 0,5A x 1Ω
Tegangan pada masukan beban listrik akan terbebani sebesar 0,5v (peak) dari
tegangan masukan jala-jala 220 2 (peak),penurunan tegangan pada beban
dihitung sebagai berikut:
Vx : 2
0,5v : 2 = 0,35v
Didapatkan penurunan tegangan 100 220
35 , 0
x v
v
=0,15% terhadap tegangan jala-jala
listrik 220 v 2 , penurunan tegangan sebesar 0,15% dianggap kecil.
Nilai skala pada saat I = 0,05A diperlukan tegangan Ac sebesar 0,05v
dengan Rx=1Ω berdasarkan persamaan 2-2, sehingga didapatkan :
Vx = 0,05A x 1Ω
= 0.0 5 volt
Tegangan pada masukan beban listrik akan terbebani sebesar 0,05v (peak) dari
tegangan masukan jala-jala 220 2 (peak), penurunan tegangan pada beban
dihitung sebagai berikut:
Vx : 2
0,05v : 2 = 0,035v
Didapatkan penurunan tegangan 100 220
035 , 0
x v
v
= 0,015% terhadap tegangan
30
3.2.2 Rangkaian Sensor Tegangan
Rangkaian sensor tegangan terdiri dari dua buah resistor yaitu R1 dan R2
sebagai pembagi tegangan. Tegangan maksimum dari beban adalah sebesar
2
240x (peak) dan keluaran sensor yang dinginkan adalah sebesar 5v(peak).
Dengan menentukan R2=10k maka nilai R1 berdasarkan persamaan (2-22)
ditentukan sebagai berikut :
2 1
2
R R
R Vi
Vo
+ =
k R
k
10 1
10
2 240
5
+ =
R1 + 10k = 678,82k
R1 =668,82k
(a) (b)
3.2.3 Rangkaian Penguat
inverting
dengan Gain = 1
Rangkaian penguat inverting digunakan untuk membatasi nilai tegangan.
Masukan maksimum dari ADC yang digunakan yaitu 5 Vp. Keluaran dari
rangkaian pembagi tegangan sebagai sensor tegangan 5 v nantinya akan dikuatkan
dengan rangkaian penguat inverting.
Nilai gain untuk amplitudo masukan tegangan AC maksimum 5 volt
berdasarkan persamaan (2-11) ditentukan sebagai berikut:
Avinv =
5 5
Avinv = 1
Dengan pemilihan Rfinv sebesar 100 kΩ maka nilai Rinv berdasarkan persamaan
(2-10) dapat dihitung
Rinv = 1 . 105
Rinv = 100 kΩ
32
3.2.4
Rangkaian Penguat
Inverting
dan Relay sebagai Saklar
untuk Pemilih Gain.
Penguat inverting ini digunakan untuk membatasi nilai tegangan
masukkan maksimal agar sesuai dengan masukkan ADC 0804 yaitu 5 Vp, saat
tegangan masukkan melebihi tegangan masukkan ADC. Sesuai dengan batasan
masalah maka digunakan 3 gain yaitu dengan tegangan masukkan maksimum 5
Ampere, 0,5 Ampere dan 0,05Ampere. Pemilihan Riinv dan Rfinv, didasarkan pada
kebutuhan gain dengan perhitungan sebagai berikut:
Nilai gain untuk amplitudo masukan tegangan AC maksimum 5 volt
berdasarkan persamaan (2-11 ) ditentukan sebagai berikut :
Avinv1 =
5 5
Avinv1 = 1
Dengan pemilihan Rfinv sebesar 100 kΩ maka nilai Riinv 1 berdasarkan persamaan
(2-10) dapat dihitung:
Riinv1= 1 . 105
Riinv1= 100 kΩ
Nilai gain untuk amplitudo masukan tegangan AC maksimum 0,5 volt
berdasarkan persamaan (2-11 ) ditentukan sebagai berikut :
Avinv2 =
5 , 0
5
Dengan pemilihan Rfinv sebesar 100 kΩ maka nilai Riinv2 berdasarkan persamaan
(2-10) dapat dihitung:
Riinv2 =
10 105
Riinv2 = 10KΩ
Nilai gain untuk amplitudo masukan tegangan AC maksimum 0,05 volt
berdasarkan persamaan (2-11 ) ditentukan sebagai berikut :
Avinv3 =
05 , 0
5
Avinv3 = 100
Dengan pemilihan Rfinv sebesar 100 kΩ maka nilai Riinv3 berdasarkan persamaan
(2-10) dapat dihitung:
Riinv3 =
100 105
Riinv3 = 1KΩ
Rangkaian penguat inverting dan relay sebagai saklar untuk pemilihan gain
34
Gambar 3-4. Rangkaian penguat inverting dan relay sebagai saklar untuk
pemilihan gain.
Dari gambar 3-4, jika penguatan adalah sebesar 1x pada Vo sebagai
rangkaian penguat inverting maka relay1 pada posisi NC, relay1 aktif karena
mendapat masukan pada IN_1 yang berasal dari keluaran mikrokontroler.
Demikian juga untuk relay2 dan relay3 dengan besar penguatan yang berbeda
yaitu 10x dan 100x maka relay2 dan relay3 akan pada posisi NC jika pada IN_2
dan IN_3 mendapat masukan dari mikrokontroler. besarnya penguatan terjadi
karena perbandingan Vo dan Vi, serta besarnya R_inv dan Rf_inv ditentukan
dalam perhitungan.
3.2.5 Optocouplers
Rangkaian optocouplers digunakan sebagai isolator pengaman pada
keluaran ADC dan masukan mikrokontroler. Pada datasheet optocouplers 4N35M
diketahui besarnya Iled 10mA dan Vled 1,1volt sehingga dapat menghitung R. Nilai
= − =390Ω 10
1 , 1 5
mA V V
Sesuai datasheet diketahui Ic 0,5mA sehingga Rc dapat dihitung
berdasarkan persamaan (2-19) sebagai berikut:
mA V
5 , 0
5
=
=10kΩ
Gambar rangkaian optocouplers sebagai isolator dapat dilihat pada gambar 3-5
Gambar 3-5 Rangkaian optocouplers.
Dari gambar 3-5 jika keluaran pada ADC adalah aktif rendah,
mengakibatkan led aktif, hal ini menyebabkan transistor aktif dan IN
mikrokontroler akan bernilai aktif rendah. Jika nilai ADC aktif tinggi,
mengakibatkan led tidak aktif, sehingga transistor tidak aktif dan nilai IN
mikrokontroler akan bernilai aktif tinggi, sehingga data keluaran dari ADC dapat
36
3.2.6 Transistor Sebagai Pengaktif
Relay
Rangkaian Transistor digunakan sebagai pengaktif relay, pada datasheet
diketahui β transistor Fc9012 = 160, dan Rd coil = 125Ω, maka akan didapat nilai
RB melalui perhitungan berdasarkan persamaan (2-16) sebagai berikut :
Ic = Ω
125 5V
Ic = 40 mA
mA I mA I I I I I B B C B C B 25 . 0 160 40 = = = = β β
Berdasarkan persamaan (2-15)maka didapat RB:
RB = B BE cc I V V −
RB =
mA v v 25 . 0 7 . 0 5 −
RB = 17200Ω
= 17.2kΩ
Maka dipilih nilai = 15k agar benar-benar saturasi, gambar rangkaian dari
transistor sebagai pengaktif relay dapat dilihat pada gambar 3-6.
B
Gambar 3-6 transistor sebagai pengaktif relay
3.2.7 Rangkaian Penyangga
Dengan menggunakan rangkaian penyangga, maka tegangan keluaran dari
rangkaian penyangga adalah sama dengan tegangan masukkan dari rangkaian
penyangga baik dalam hal magnitudo maupun polaritasnya.
Rangkaian penyangga juga mempunyai hambatan masukkan yang tinggi sehingga
arus dari tegangan masukkan rangkaian penyangga dapat diabaikan. Rangkaian
penyangga ditunjukkan pada gambar 3-7.
tegangan keluaran pembalik
+
-U2 LF356
3 2
6
tegangan keluaran buf f er
38
3.2.8 Rangkaian Penyearah Presisi
Rangkaian penyearah presisi digunakan sebagai penyearah tegangan
keluaran buffer sehingga didapatkan harga mutlak dari tegangan keluaran
rangkaian penguat inverting dengan gain dan relay sebagai saklar. Tegangan
keluaran maksimum dari rangkaian penguat inverting dengan gain dan relay
sebagai saklar telah sesuai dengan tegangan masukan ADC0804 yaitu 5 Volt,
maka penguatan untuk rangkaian penyearah presisi berdasarkan persamaan (2-14)
ditentukan sebagai berikut :
Avpp =
5 5
Avpp = 1
Dengan mengacu pada gambar 2-8, maka dua buah resistor yang
dibutuhkan adalah sebesar R dan R 2. Resistor yang terdapat dipasaran untuk
memenuhi kedua nilai resistor tersebut tanpa menghubungkan resistor secara seri
maupun paralel, adalah pasangan resistor R sebesar 20 KΩ dan resistor R 2
sebesar 10 KΩ. Dengan pemilihan Rpp sebesar 20 KΩ maka nilai Rfpp berdasarkan
persamaan (2-13) dapat dihitung sebagai berikut:
Rfpp = Avpp . Rpp
Rfpp = 1 . 2.105
Dioda yang digunakan adalah 1N4148 karena gelombang keluarannya bisa
tetap stabil dengan frekuensi tinggi dan mempunyai kecepatan respon yang tinggi.
Rangkaian penyerah presisi ditunjukkan gambar 3-8.
R2 pp
20K
Rf pp
20K
+
-U3 LF356
3 2
6 tegangan keluaran pembalik
D2 pp
1N4148 R1 pp
20K
R pp/2
10K D1 pp
1N4148
+
-U2 LF356
3 2
6
R3 pp
20K
tegangan keluaran peny earah presisi
Gambar 3-8. Rangkaian penyearah presisi
3.2.9 Hubungan Sinyal Terkondisi dengan ADC0804
Pin start conversion ADC (CS ) dihubungkan ke ground agar ADC0804
selalu melakukan konversi data. Pin RD pada ADC 0804 juga dihubungkan ke
ground sehingga ADC selalu membaca data dari mikrokontroler. Pin WR
dihubungkan dengan P0.0 pada Mikrokontroler AT89s51 yang bertujuan agar
penulisan data dari ADC0804 menuju mikrokontroler dapat dikendalikan oleh
mikrokontroler.
Tegangan masukan ADC0804 adalah tegangan keluaran penyearah presisi
yang dihubungkan pada pin +IN. Berdasarkan datasheet, untuk mencapai waktu
konversi ADC0804 sebesar 100 µs, dibutuhkan resistor 10 KΩ dan kapasitor 150
40
tegangan agar saat tegangan masukan ADC0804 bernilai sama dengan tegangan
saturasi penguat operasional, tegangan tersebut tidak merusak IC ADC0804.
CAP ADC 150pf D5 5,1V R ADC 10k 5 Volt
tegangan keluaran peny earah presisi
U4 ADC0804 6 7 9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 4 5 1 2 3 10 8 20 +IN -IN VREF/2 DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 CLKR CLKIN INTR CS RD WR D GND A GND VCC
Gambar 3-9. Hubungan sinyal terkondisi dengan ADC0804.
Tegangan masukan positif dibatasi sebesar 5,1 Volt sesuai dengan nilai
dioda zener, sedangkan tegangan masukan negatif dibatasi sekitar 0,7 Volt, sesuai
dengan tegangan maju dioda silikon. Hubungan sinyal terkondisi dengan ADC
Pada bab ini akan ditampilkan data hasil pengukuran tegangan dan arus
dengan skala yang berbeda-beda. Pengukuran yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui kemampuan, ketelitian dan hasil realisasi rancangan alat. Proses
pengukuran sendiri dilakukan dengan membandingkan nilai rms tegangan dan
arus pada LCD dengan alat ukur referensi, yaitu multimeter digital dengan merek
SANWA CD 800a dan sebuah tang Ampere digital dengan merek CONSTANT
AC600 Terdapat tiga skala untuk pengukuran arus maksimum yaitu 5 Ampere,
0,5 Ampere, 0,05 Ampere, pengukuran tegangan rms juga dilakukan dengan
mendeteksi tegangan pada nilai 220 volt dengan toleransi ±20 volt.
Tahap pengujian meliputi pengukuran tegangan saja, pengukuran arus saja,
pengukuran tegangan dan arus.
Hasil suatu pengamatan sudah tentu memiliki nilai yang menyimpang dari
nilai yang ditinjukkan oleh alat pembanding. Pada sub bab ini, nilai galat untuk
menunjukkan penyimpangan atau kesalahan pada sistem dihitung untuk tampilan
data tegangan rms (Vrms), arus rms (Irms), dan Penyimpangan yang terjadi antara
nilai hasil pengamatan dengan nilai yang ditunjukkan oleh alat pembanding saat
input digital tertentu dapat dihitung dengan menggunakan % galat, yaitu
menggunakan persamaan :
Galat = 100
teori nilai
pengamatan nilai
teori
nilai ×
% (4-1)
42
Jika hasil pengamatan dan nilai yang ditunjukkan oleh alat pembanding
dari data tegangan rms (Vrms), arus rms (Irms), yang terdapat pada tabel 4-1
dimasukkan ke persamaan di atas, maka akan diketahui besarnya tingkat
kesalahan yang dihasilkan oleh alat.
4.1 Sensor Tegangan
Data hasil pengukuran tegangan rms untuk percobaan rangkaian diperoleh
dengan memberikan masukan tegangan AC didapatkan dari keluaran trafo yang
divariabel keluarannya agar mendapatkan nilai masukan yang diinginkan.
Secara umum pengukuran tegangan dilakukan dengan cara seperti ditunjukkan
gambar 3-2 (a)
Dari gambar 3-2 (a), pengukuran dilakukan dengan memberi masukan
tertentu, R1 dan R2 sebagai pembagi tegangan. Kemudian pada V (keluaran
sensor tegangan) akan didapatkan nilai keluaran pembagi tegangan yang sesuai
dengan masukan yang diberikan dan diukur menggunakan alat ukur referensi
(multimeter) untuk kemudian dicari selisihnya.
Analisa data tegangan menggunakan data pada tabel 4-1, dapat terlihat
bahwa alat sudah mampu mengukur tegangan dengan jangkauan 195~240 Vrms
dengan tingkat kesalahan rerata kurang dari 2%.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data pada sensor tegangan
Tabel 4-1
Data pengamatan input output sensor tegangan dan kesalahan pengukuran
tegangan (Vrms)
Sensor Tegangan
Teoritis Terukur
No
VIn sensor
(Rms) (Rms) Vin Vout (Vp) (Rms) vin Vout (Vp)
LCD
(Vrms) (Vrms) Galat
persen Galat
(%)
1 195 2,58 3,66 2,59 2,60 193 2 1,026 2 201 2,66 3,77 2,67 3,80 201 0 0,000 3 205 2,99 4,24 3,00 3,70 206 1 0,488 4 210 3,08 4,36 3,09 3,80 210 0 0,000 5 217 3,17 4,49 3,18 3,90 220 3 1,382 6 220 3,22 4,56 3,23 3,97 224 4 1,818 7 235 3,44 4,87 3,45 4,20 235 0 0,000 8 237 3,45 4,89 3,46 4,28 239 2 0,844 9 240 3,50 4,96 3,51 4,35 241 1 0,417 mean 217,77 3,12 4,42 3,13 3,84 218,77 1,4444 0,664
Dari table 4-1 Perhitungan teoritis berdasarkan persamaan 2-5, sehingga
didapatkan data pada perbandingan antara teoritis dengan data terukur untuk
sensor tegangan yang hampir mendekati nilai perancangan. Diketahui kesalahan
rata-rata galat sebsar 1,4444 Vrms dan persentase kesalahan rerata galat sebesar
(0,664%) dengan persentase kesalahan maksimum 4 Vrms (1.818%). Sedangkan
gambar bentuk glombang dari keluaran sensor tegangan dapat dilihat pada gambar
44
Gambar 4-1 gelombang keluaran sensor tegangan
4.1.1 Rangkaian Penguat Inverting dengan Gain = 1
Pada sub bab ini dilakukan pengukuran tegangan input output pada
rangkaian penguat inverting dan pada pengamatan data didapatkan antara
masukan yang diberikan pada rangkaian adalah sama dengan data yang dihasilkan
pada keluaran, hal ini dikarenakan oleh sifat rangkaian yaitu tegangan masukan
mengikuti tegangan keluaran. Data pengamatan input output rangkaian penguat
inverting dengan Gain = 1 dapat dilihat pada tabel 4-2 dibawah ini.
Tabel 4-2
Data pengamatan input output rangkaian penguat inverting dengan Gain = 1
Vin Vout No
(Vrms) (Vp-p) (Vrms) (Vp-p) A
1 2,59 5,2 2,59 5,2 1
2 2,67 7,6 2,67 7,6 1
3 2,74 7,4 2,74 7,4 1
4 2,81 7,6 2,81 7,6 1
5 2,9 7,8 2,9 7,8 1
6 2,95 7,94 2,95 7,94 1
7 3,12 8,4 3,12 8,4 1
8 3,17 8,56 3,17 8,56 1
Dari tabel 4-2 dapat dilihat bahwa besarnya penguatan yang terjadi adalah = 1,
sehingga sudah sesuai dengan perancangan dan seterusnya sinyal yang dihasilkan
akan diberikan pada penyearah presisi untuk diproses lebih lanjut.
4.1.2 Rangkaian Penyearah Presisi
Pada sub bab ini dilakukan pengamatan untuk keluaran penyearah presisi,
masukan dari penyearah presisi didapatkan dari keluaran sensor tegangan,
sehingga didapatkan bentuk setengah gelombang (Vpeak) dari masukan yang
diberikan dan akan dibaca bentuk gelombang secara keseluruhan, bukan peaknya
saja untuk mendapatkan data pengamatan. Gelombang yang dihasilkan oleh
rangkaian penyearah presisi antara ujung puncaknya tidak sama hal ini disebabkan
oleh sinyal masukan yang tidak murni yang dihasilkan oleh keluaran sensor
tegangan sehingga pada keluaran penyearah presisi nampak pada ujungnya seperti
terpotong atau cacat. Bentuk gambar gelombang dari keluaran penyearah presisi
dapat dilihat pada gambar 4-2.
(a) (b)
Gambar 4-2 (a) gambar Masukan dan (b) gambar keluaran penyearah presisi
Dari beberapa pengujian didapatkan data seperti data tabel 4-3, dimana keluaran
46
Tabel 4-3 Data pengamatan input output rangkaian penyearah presisi
No (Vp-p) Vin Vout (Vp)
1 5,20 2,60 2 7,60 3,80 3 7,40 3,60 4 7,60 3,80 5 7,80 3,90 6 7,94 4,00 7 8,40 4,20 8 8,56 4,30 9 8,70 4,40
Dari tabel 4-3, data yang diambil untuk setengah gelombang (Vpeak) adalah pada
saat puncak gelombang tertinggi, terlihat pada gambar 4-2, yang seterusnya akan
dilanjutkan ke ADC untuk diproses dengan mikrokontroler.
4.1.3 Hubungan Sinyal Terkondisi dengan ADC0804
ADC (Analog to Digital Converter) dalam penelitian ini adalah mengubah
keluaran dari penyearah presisi berupa sinyal analog menjadi bit-bit digital.
Berdasarkan datasheet, ketelitian ADC0804 dibatasi 1 LSB, sehingga kekurang
ketelitian ADC0804 dapat menyebabkan kesalahan sebesar 19,53 mV. Kesalahan
juga didapat dari proses pembulatan yang terjadi karena pemrosesan data secara
digital sehingga didapat resolusi sebesar 20mV. Sebagai pengujian ADC0804,
diperoleh dari masukan catu daya sebesar 1,017v (berdasarkan multimeter merek
SANWA CD800a) dimasukan ke input ADC. Sebagai pengujian keluaran ADC,
menggunakan LED setiap keluaran dianggap sebagai bit-bit keluaran ADC0804.
ADC dikalikan dengan kesalahan pengukuran maksimum (51 x 20mV = 1,02V)
dan didapatkan pengujian sudah sesuai dengan perancangan.
Gambar 4-3 input ADC0804 (multimeter) dan keluaran ADC0804 (LED)
Dari data keluaran ADC0804 selanjutnya akan dikirim ke mikrokontroler
untuk diolah dan diteruskan ke penampil LCD.
4.2 Sensor Arus
Tahap pengukuran arus dilakukan dengan gambar 3-2 (b) mengukur arus
yang melewati beban peralatan listrik seperti ditunjukkan gambar 3-2 (b). Pada
tahap ini juga akan diukur nilai tegangan (Vx) pada keluaran sensor arus Rx 1Ω.
Dari gambar 3-2 (b), pengukuran dilakukan dengan mengubah nilai hambatan dari
rangkaian uji beban peralatan listrik dengan kenaikan tertentu sehingga nilai arus I
yang melewati beban Rx juga akan berubah-ubah. Selanjutnya nilai arus pada Rx
akan diambil nilai teganganya, dan akan dimasukan pada pengkondisi sinyal. Alat
ukur referensi akan mengukur nilai arus, kemudian hasilnya akan dibandingkan
dengan keluaran alat pada tampilan LCD.
Pada sub bab ini akan dibahas tentang analisis pengamatan data yang
48
pengamatan data yang dihasilkan pada masing-masing skala yang digunakan.
Gambar 4-4 adalah rangkaian uji untuk sensor arus dimana yang di dalam kotak
merah adalah rangkaian uji peralatan listrik yang bersumber dari sebuah trafo 5
Ampere tegangan 50 volt AC dengan jumlah hambatan (R) yang Variabel
dipasang secara paralel dengan jumlah R dan besarnya hambatan disesuaikan
dengan skala pengukuran arus, dan kotak biru sendiri adalah rangkaian sensor
arusnya.
Gambar 4-4 kotak merah sebagai rangkaian uji beban peralatan listrik
Pada pengamatan ini akan dilihat bentuk gelombang keluaran sensor arus
dari masing-masing skala sehingga didapatkan bentuk gambar gelombang dari
masing-masing keluaran sensor arus dan keluaran sensor arus dengan gain dan
skala yang berbeda. Terlihat pada gambar 4-5, 4-6, 4-7 bahwa jika semakin kecil
skala yang digunakan maka semakin sinus bentuk gelombang yang dihasilkan hal
ini dipengaruhi oleh besarnya nilai kapasitor yang dipasang pada rangkaian dan
besarnya gain pada pemilih skala yang digunakan. Gambar yang ambil adalah
pada saat bentuk gelombang mencapai 5Vpp atau 2,5Vp dan 2 volt/div dari
pemilih skala yang berbeda.
(a) (b)
Gambar 4-5 (a) keluaran sensor arus, (b) keluaran sensor arus dengan gain 1 kali,
skala 5 Amperepe.
Pengamatan gambar bentuk glombang untuk tiap skala menggunakan
mode masukan Dc coupling.Untuk mengetahui berapa besarnya nilai arus yang
dihasilkan oleh sensor arus skala 5 Ampere, 0,5 Ampere, 0,05 Ampere, dilakukan
Perhitungan nilai arus (Iout) berdasarkan persamaan (2-3) dengan terlebih dahulu
mengetahui nilai hambatan (R=1Ω/5w), sehingga diketahui besarnya nilai Iout
yang dapat dilihat pada tabel 4-4, 4-5, 4-6 untuk masing-masing skala
pengukuran.
Tabel 4-4
Data pengamatan sensor Arus untuk skala 5 Ampere dengan pemilih skala I untuk gain 1 kali.
50
13 9,6 9,6 9,6 14 9,8 9,8 9,8 15 10,0 10,0 10,0 16 10,2 10,2 10,2 17 10,0 10,0 10,0 18 10,0 10,0 10,0 19 10,2 10,2 10,2 20 10,4 10,4 10,4 21 10,6 10,6 10,6 22 10,8 10,8 10,8
Dari tabel 4-4, terlihat bahwa rangkaian keluaran dari sensor arus skala 5 Ampere
sudah mampu bekerja dengan baik sesuai dengan perancangan dengan penguatan
= 1 kali, maka didapatkan Vout adalah sama dengan Vin.
4.2.2 Sensor Arus Pada Skala 0,5 Ampere
(a) (b)
Gambar 4-6 (a) keluaran sensor arus, (b) keluaran sensor arus dengan gain 10
kali, skala 0,5 Ampere.
Tabel 4-5
Data pengamatan sensor Arus untuk skala 0,5 Ampere dengan pemilih
skala II untuk gain 10 kali.
No (Vp-p) Vin (Vp-p) Vout (Ip-p) Iout
1 0,14 1,5 1,5
2 0,24 2,2 2,2
3 0,30 2,8 2,8
4 0,38 3,6 3,6
5 0,44 4,2 2,0
6 0,48 4,6 4,6
7 0,52 5,0 5,0
9 0,64 6,0 6,0 10 0,68 6.6 6.6 11 0,72 7,0 7,0 12 0,76 7,4 7,4 13 0,80 8,0 8,0 14 0,84 8,2 8,2 15 0,88 8,4 8,4 16 0,92 8,8 8,8 17 0,96 9,2 9,2 18 0,98 9,6 9,6
19 1,00 10,0 10,0
20 1,04 10,2 10,2
21 1,06 10,4 10,4
Dari tabel 4-5, terlihat bahwa keluaran yang dihasilkan oleh Vout adalah harus
sama dengan 10 kali Vin, dikarnakan penguatan yang digunakan adalah pemilih
skala II untuk gain 10 kali, dan pada tabel 4-5 data yang di dapatkan sudah
mendekati hasil dari perancangan karna selisih yang dihasilkan antara Vout
dengan Vin tidak terlampau jauh.
4.2.3 Sensor Arus Pada Skala 0,05 Ampere
(a) (b)
Gambar 4-7 (a) keluaran sensor arus, (b) keluaran sensor arus dengan gain 100
kali, skala 0,05 Ampere.
Tabel 4-6
Data pengamatan sensor Arus untuk skala 0,05 Ampere dengan pemilih skala III untuk gain 100 kali.
52
(Vp-p) (Vp-p) (Ip-p)
1 0,004 0,4 0,4
2 0,038 4,0 4,0
3 0,066 6,8 6,8
4 0,089 8,8 8,8
5 0,094 10,0 10,0
6 0,110 12,0 12,0
Dari tabel 4-6, terlihat bahwa keluaran yang dihasilkan oleh Vout adalah harus
sama dengan 100 kali Vin, dikarnakan penguatan yang digunakan adalah pemilih
skala III untuk gain 100 kali, dan pada tabel 4-6 data yang di dapatkan sudah
mendekati hasil dari perancangan karna selisih yang dihasilkan antara Vout
dengan Vin tidak terlampau jauh.
4.3 Rangkaian Penguat Inverting dan Relay sebagai Saklar untuk Pemilih Gain.
Pada sub bab ini akan membahas pemilih gain dan skala dimana transistor
sebagai pengaktif relay pemilih skala untuk menentukan besarnya gain yang
digunakan. Pemilih skala berfungsi untuk pemilihan gain, dalam hal ini adalah
skala 5 Ampere, 0,5 Ampere, 0,05 Ampere yang dipilih oleh mikrokontroler.
Rangkaian ini berupa relay, dalam pengujiannya untuk mengaktifkan pemilih
skala diberi masukan 0 volt atau logika rendah, dan bila diberi masukan 5 volt
atau logika tinggi maka relay tidak aktif. Sebagai contoh, bila menginginkan
keluaran skala 5 Ampere pada pemilih skala1 diberi masukan 0 volt atau logika
rendah maka relay1 untuk pemilih gain sebesar 1 kali akan aktif. Untuk pemilih
skala lainya, digunakan dengan cara yang sama.
Data pengamatan input output Rangkaian Penguat Inverting dan relay
sebagai saklar untuk pemilih gain 1 kali.
No (Vp-p) Vin (Vp-p) Vout A
1 1,9 1,9 1 2 3,1 3,1 1 3 4,2 4,2 1 4 5,2 5,2 1 5 6,0 6,0 1 6 6,8 6,8 1 7 7,4 7,4 1 8 8,0 8,0 1 9 8,2 8,2 1 10 8,4 8,4 1 11 9,2 9,2 1 12 9,3 9,3 1 13 9,6 9,6 1 14 9,8 9,8 1 15 10,0 10,0 1 16 10,2 10,2 1 17 10,0 10,0 1 18 10,0 10,0 1 19 10,2 10,2 1 20 10,4 10,4 1 21 10,6 10,6 1 22 10,8 10,8 1
Pada tabel 4-7 didapatkan bahwa keluaran sensor arus sama dengan keluaran
Rangkaian Penguat Inverting dan relay sebagai saklar untuk pemilih gain 1 kali,
dengan besarnya gain adalah 1 kali yang sesuai dengan skala pemilihan gain.
54
Data pengamatan input output Rangkaian Penguat Inverting dan relay
sebagai saklar untuk pemilih gain 10 kali.
No (Vp-p) Vin (Vp-p) A Vout
1 0,14 1,5 10,714
2 0,24 2,2 9,166
3 0,30 2,8 9,333
4 0,38 3,6 9,473
5 0,44 4,2 9,545
6 0,48 4,6 9,583
7 0,52 5,0 9,615
8 0,60 5,6 9,333
9 0,64 6,0 9,375
10 0,68 6.6 9,705
11 0,72 7,0 9,722
12 0,76 7,4 9,736
13 0,80 8,0 10,000
14 0,84 8,2 9,761
15 0,88 8,4 9,545
16 0,92 8,8 9,565
17 0,96 9,2 9,583
18 0,98 9,6 9,795
19 1,00 10,0 10,000 20 1,04 10,2 9,807 21 1,06 10,4 9,811 mean - - 9,674
Dari tabel 4-8, bahwa keluaran sensor arus harus sama dengan 10 kali keluaran
Rangkaian Penguat Inverting dan relay sebagai saklar untuk pemilih gain 10 kali,
tetapi pada kenyataanya gain yang di dapatkan tidak selalu sesuai dengan gain
yang sesunguhnya, hal ini dipengaruhi oleh ketidaktelitian dalam pengambilan
data (terjadinya nois terlihat pada gambar 4-6 (a) keluaran sensor arus ) yang
menyebabkan pembacaan gambar pengambilan data yang tidak jelas. Dari
beberapa pengambilan data pada tabel 4-8 didapatkan rerata gain sebesar 9,674
dari gain yang di inginkan yaitu 10 kali.
Data pengamatan input output Rangkaian Penguat Inverting dan relay
sebagai saklar untuk pemilih gain 100 kali.
No (Vp-p) Vin (Vp-p) A Vin
1 0,004 0,4 100,00
2 0,038 4,0 105,23
3 0,066 6,8 103,03
4 0,089 8,8 98,87 5 0,094 10,0 106,38 6 0,110 12,0 109,09 mean - - 103,766
Dari tabel 4-9, bahwa keluaran sensor arus harus sama dengan 100 kali keluaran
Rangkaian Penguat Inverting dan relay sebagai saklar untuk pemilih gain 100 kali,
tetapi pada kenyataanya gain yang di dapatkan tidak selalu sama dengan gain
yang sesunguhnya, hal ini dipengaruhi oleh ketidaktelitian dalam pengambilan
data (terjadinya nois terlihat pada gambar 4-7 (a) keluaran sensor arus ) yang
menyebabkan pembacaan gambar pengambilan data yang tidak jelas. Dari
beberapa pengambilan data pada tabel 4-9 didapatkan rerata gain sebesar 103,766
dari gain yang di inginkan yaitu 100 kali.
4.4 Rangkaian Penyearah Presisi
Pada sub bab ini akan membahas ben