• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran dengan metode problem solving secara perorangan dan kelompok di SMA Negeri 1 Gondang Sragen pada topik usaha - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pembelajaran dengan metode problem solving secara perorangan dan kelompok di SMA Negeri 1 Gondang Sragen pada topik usaha - USD Repository"

Copied!
245
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBELAJARAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING SECARA

PERORANGAN DAN KELOMPOK DI SMA NEGERI 1 GONDANG

SRAGEN PADA TOPIK USAHA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

Lusia Tatik Kartikawati

NIM. 061424022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

PEMBELAJARAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING SECARA

PERORANGAN DAN KELOMPOK DI SMA NEGERI 1 GONDANG

SRAGEN PADA TOPIK USAHA

Disusun oleh :

Lusia Tatik Kartikawati

NIM. 061424022

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Dr. Paul Suparno, S.J., MST

(3)

iii

SKRIPSI

PEMBELAJARAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING SECARA PERORANGAN DAN KELOMPOK DI SMA NEGERI 1 GONDANG

SRAGEN PADA TOPIK USAHA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Lusia Tatik Kartikawati

NIM. 061424022

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 24 Mei 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Atmadi, M.Si. ………

Sekertaris : Dwi Nugraheni R, S.Si, M.Si. ………

Anggota : 1. Dr. Paul Suparno, S.J., MST. ……… : 2. Drs. Domi Severinus, M.Si. ……… : 3. Drs. R. Rohandi, M.Ed., Ph.D. ………

Yogyakarta, 24 Mei 2011

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Rencana Tuhan Indah Pada WaktuNya”

Kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu bersamaku

Keluargaku tercinta

Sahabat, Almamaterku Tercinta

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Mei 2011

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Lusia Tatik Kartikawati Nomor Mahasiswa : 061424022

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Karya ilmiah saya yang berjudul :

PEMBELAJARAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING SECARA

PERORANGAN DAN KELOMPOK DI SMA NEGERI 1 GONDANG

SRAGEN PADA TOPIK USAHA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 24 Mei 2011

Yang menyatakan

(7)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan prestasi belajar siswa dengan metode problem solving secara perorangan pada topik usaha, (2) peningkatan prestasi belajar siswa dengan metode problem solving secara kelompok pada topik usaha, (3) perbedaan prestasi belajar siswa dengan metode problem solving secara perorangan dan kelompok pada topik usaha, (4) peningkatan pemahaman konsep siswa dengan metode problem solving secara perorangan pada topik usaha, (5) peningkatan pemahaman konsep siswa dengan metode problem solving secara kelompok pada topik usaha.

Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA N 1 Gondang Sragen yang terdiri dari 117 siswa. Siswa tersebut terbagi dalam 3 kelas yaitu, 38 siswa diajar dengan metode ceramah, 39 siswa dengan metode problem solving secara kelompok dan 40 siswa dengan metode problem solving secara perorangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes (pretest dan postest). Metode analisis data dilakukan dengan SPSS dan metode pengkodingan.

(8)

viii

ABSTRACT

The research is qualitative and quantitative study. The study aims to determine : (1) the improvement of student learning achievement with individual problem solving methods on topics of work, (2) the improvement of student learning achievement with group problem solving methods on work topic, (3) differences of student learning achievement with problem solving method individually and group on those topics, (4) the improvement of student concept using individual problem solving methods on work topic, (5) the improvement of student concept with group problem solving method on work topic.

The research samples were the student of XI IPA in SMA N 1 Gondang Sragen which consist 117 students. Students were divided into 3 classes, i.e. 38 students were taught with lecture method, 39 students with group problem solving method and 40 students with individual problem solving method. The data was collected using testing method (pretest and posttest). Data analysis method was performed by SPSS and coding method.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal sampai akhir penyusunan skripsi saya yang berjudul “Pembelajaran Dengan Metode Problem Solving Secara Perorangan Dan Kelompok Di SMA Negeri 1 Gondang Sragen Pada Topik Usaha”

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari keterlibatan pihak lain. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Paul Suparno, S.J., MST selaku dosen pembimbing skripsi dengan sabar membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.

2. Segenap dosen program studi Pendidikan Fisika USD yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat berguna bagi masa depan penulis. Serta staff non akademik atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

3. Bapak Drs. Supono, MPd selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Gondang Sragen yang telah berkenan memberikan izin penelitian.

4. Ibu Suparni S.Pd selaku guru SMA Negeri 1 Gondang Sragen yang telah berkenan memberikan bantuan dan saran dalam penelitian ini.

5. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Gondang Sragen yang telah memberikan dukungan dalam perolehan data penelitian’’ the best buat kalian’’

6. Bapak F. Sugiarto dan Ibu Christina, serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan, semangat, kasih sayang, dan doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Mbakku elisabet dan adik-adik ku (yohanes ria & petrus bangun) “akhirnya lulus juga,,, ayoo berikutnya siapa??”.

(10)

x

selanjutnya’’, Nana, Ary, Suster Yulian, Rudy, Miranda, Desi, Lia, Ratna, Enita, Nani, Mas era, Alex Cs, Helen Cs ‘‘sebuah cerita indah, makasih kawan’’

9. Mb nit (TI), Mz ovi ((TI), Mz sony (TI), Mz bengs (TI) ‘‘akhirnya aku lulus matur nuwun mas mbak, sepiiii….’’, Mb bekti (TE), Mb uteen (TE), Mb dona, Nobitoo (Psi), Vie (Psi), Nio (TI), Cuprey (Psi), Pitri (PMAT), Velly (FARM), Tika kecil (MAT), Yuli, Dito, Doan (PBI). Temen-temen UKM Kerawitan, JKMK, PPL dan KKN ‘‘terimakasih buat semangatnya, canda tawa dan persaudaraan yang luar biasa, maap udah ngerepotin kalian….aku sayang kalian semua’’.

10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima kasih untuk segala hal yang dapat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dan akan dipertimbangkan dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini

Yogyakarta, 24 Mei 2011

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

DAFTAR GAMBAR ...xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...5

(12)

xii BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran yang Konstruktivistik ...7

1. Pengertian Belajar ...7

2. Pengertian Mengajar ...9

3. Belajar Secara Perorangan dan Belajar Kelompok ...11

B. Metode Problem Solving ...14

C. Hasil Belajar...17

D. Pemahaman Konsep ...19

E. Usaha...20

1. Pengertian Usaha ...20

2. Usaha dari Gaya Tetap ...22

3. Usaha oleh Beberapa Gaya ...25

F. Kaitan Teori dengan Penelitian...29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...30

B. Desain Penelitian...30

C. Waktu dan Tempat Penelitian ...32

D. Populasi dan Sampel Penelitian ...32

E. Treatment ...33

F. Instrumen ...35

(13)

xiii

H. Metode Analisis ...41 1. Analisis Tes Prestasi Belajar ...41 2. Analisis Untuk Mengetahui Apakah Metode Problem Solving

Secara Perorangan dan Metode Problem Solving Secara Kelompok dapat Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa ...43 3. Analisis Untuk Mengetahui Apakah Ada Perbedaan Prestasi

Belajar Siswa dengan Metode Problem Solving Secara

Perorangan dan Kelompok ...44 4. Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Kelas

dengan Metode Problem Solving Secara Perorangan dan Kelas Metode Problem Solving Secara Kelompok ...45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian ...46 B. Data Penelitian ...48

1. Skor Pretest dan Postest Kelas Problem Solving

Secara Perorangan ...48 2. Skor Pretest dan Postest Kelas Problem Solving

(14)

xiv

C. Analisis Data dan Pembahasan ...54

1. Apakah Metode Problem Solving Secara Perorangan Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ...54

2. Apakah Metode Problem Solving Secara Kelompok Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ...55

3. Apakah Metode Ceramah Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ...57

4. Bagaimanakah Perbedaan Prestasi Belajar Siswa SMA N 1 Gondang dengan Metode Problem Solving Secara Perorangan dan Kelompok Pada Topik Usaha ...59

a. Analisis Nilai Pretest...59

b. Analisis Nilai Posttest ...61

5. Apakah Metode Problem Solving Secara Perorangan dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMA N 1 Gondang Pada Topik Usaha ...63

a. Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 3...64

b. Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 7...68

c. Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 8...70

6. Apakah Metode Problem Solving Secara Kelompok dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMA N 1 Gondang Pada Topik Usaha ...73

(15)

xv

b. Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 7...77

c. Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 8...80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...85

B. Saran ...86

DAFTAR PUSTAKA ...88

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian ...31

Tabel 3.2 Soal Pretest dan Postest Berdasarkan Materi dan Kriteria Pemahaman yang Dicapai ... 36

Tabel 3.3 Jumlah Soal Menurut Materi, Kriteria dan Alasan ... 38

Tabel 3.4 Distribusi Soal untuk Pemahaman Konsep ... 39

Tabel 3.5 Penskoran untuk Setiap Kriteria ... 41

Tabel 4.1 Skor Pretest dan Postest Kelas Problem Solving Secara Perorangan ... 48

Tabel 4.2 Skor Pretest dan Postest Kelas Problem Solving Secara kelompok ... 50

Tabel 4.3 Skor Pretest dan Postest Kelas Ceramah ... 52

Tabel 4.4 Analisis Data Kelas Problem Solving Secara Perorangan. ... 54

Tabel 4.5 Analisis Data Kelas Problem Solving Secara kelompok ... 56

Tabel 4.6 Analisis Data Kelas Ceramah ... 57

Tabel 4.7 Analisis Skor Pretest Kelas Metode Ceramah, Metode Problem Solving Secara Perorangan dan Problem Solving Secara Kelompok ... 59

(17)

xvii

Tabel 4.9 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No.3 ... 64

Tabel 4.10 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No.7 ... 68

Tabel 4.11 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No.8 ... 70

Tabel 4.12 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No.3 ... 73

Tabel 4.13 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No.7 ... 77

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ke Sekolah ... 91

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan ... 92

Lampiran 3 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ... 93

Lampiran 4 Soal Pretest dan Posttest ... 94

Lampiran 5 Pedoman Jawaban Pretest dan Posttest ... 96

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa ... 99

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 102

Lampiran 8 Variasi Jawaban Untuk Soal Pretest dan Postest dengan Metode Problem Solving Secara Kelompok ... 129

Lampiran 9 Variasi Jawaban Untuk Soal Pretest dan Postest dengan Metode Problem Solving Secara Perorangan ... 144

Lampiran 10 Perubahan Konsep Usaha Kelas Problem Solving Secara Perorangan ... 157

Lampiran 11 Perubahan Konsep Usaha Kelas Problem Solving Secara Kelompok ... 194

Lampiran 12 Hasil Pekerjaan Siswa ... 217

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gaya sebesar F menyebabkan benda berpindah sejauh s

sehingga menimbulkan usaha ...21

Gambar 2 Gaya F membentuk sudutθterhadap perpindahan s ... 22

Gambar 3 Perpindahan searah gaya sehingga usaha nol ... 24

Gambar 4 Perpindahan tegak lurus arah gaya sehingga usaha nol ... 24

Gambar 5 Perpindahan dan arah gaya saling berlawanan sehingga tidak nol ... 25

Gambar 6 Diagram gerak benda pada permukaan datar yang kasar ...26

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat membantu manusia dalam mengembangkan diri sehingga mampu menghadapi permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya.

Bagi kaum konstruktivis (Suparno, 2007:13), belajar adalah proses yang aktif di mana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Pengetahuan adalah bentukan dari siswa yang sedang belajar. Siswa tidak akan mampu membangun pengetahuannya bila mereka sendiri tidak aktif belajar, menekuni, mencerna bahan, menggeluti serta merumuskan bahan itu (Suparno, 2000:13). Peran seorang guru fisika bukanlah untuk menstransfer pengetahuan yang telah ia punyai kepada siswa, tetapi lebih sebagai mediator dan fasilitator yang membangun siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka secara cepat dan efektif (Suparno, 2007:15).

(21)

Metode mengajar sangat penting karena metode mengajar yang digunakan oleh guru mempengaruhi prestasi belajar siswa. Bila siswa senang dengan metode yang digunakan guru, maka siswa dapat menjadi senang dengan materi yang diajarkan. Pendidik juga harus mengetahui bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda-beda, maka pendidik perlu menggunakan metode yang bervariasi.

Salah satu metode belajar yang konstruktivis dan membuat siswa aktif berpikir adalah metode problem solving. Dalam metode problem solving siswa dihadapkan pada persoalan dan ditantang untuk memikirkan dan memecahkan permasalahan yang ada.

Pendekatan problem solving menempatkan guru sebagai fasilitator dimana kegiatan belajar mengajar akan dititik beratkan pada keaktifan siswa. Kegiatan belajar ini dapat mengasah kemampuan siswa dalam memahami konsep fisika, memecahkan masalah, mengemukakan gagasan atau ide dan mampu berkerjasama. Proses pembelajaran yang mengikut sertakan siswa secara aktif, secara perorangan dan kelompok akan lebih bermakna karena dalam proses pembelajaran siswa mempunyai lebih banyak pengalaman.

(22)

1988), menemukan bahwa pada tahun 1960-an, problem solving terfokus pada bagaimana orang-orang memecahkan teka-teki dan permainan. Sedangkan problem solving dalam fisika terbagi menjadi dua arah: penelitian pemprosesan informasi berkaitan dengan langkah-langkah yang dapat diamati dan terukur dalam menyelesaikan masalah dan penelitian dalam membangun masalah (Omasta dan Lunetta, 1988:625, dalam Blosser, Patricia E: 1988). Sebagian besar penelitian tentang konsep dan perubahan konseptual fisika telah dilakukan dengan latar belakang problem solving di mana siswa berkerja pada masalah yang ditemukan (Watt, 1988:74-79, dalam Blosser, Patricia E: 1988).

(23)

problem solving membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan sikap ilmiah.

Sedangkan penelitian dengan metode problem solving di SMA N 1 Gondang belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti pembelajaran dengan metode problem solving secara perorangan dan kelompok di SMA N 1 Gondang pada topik usaha.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah metode problem solving secara perorangan meningkatkan prestasi belajar siswa SMA N 1 Gondang pada topik usaha?

2. Apakah metode problem solving secara kelompok meningkatkan prestasi belajar siswa SMA N 1 Gondang pada topik usaha?

3. Bagaimanakah perbedaan prestasi belajar siswa SMA N 1 Gondang dengan metode problem solving secara perorangan dan kelompok pada topik usaha?

4. Apakah metode problem solving secara perorangan dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa SMA N 1 Gondang pada topik usaha? 5. Apakah metode problem solving secara kelompok dapat meningkatkan

(24)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Peningkatan prestasi belajar siswa SMA N 1 Gondang yang belajar dengan metode problem solving secara perorangan pada topik usaha. 2. Peningkatan prestasi belajar siswa SMA N 1 Gondang yang belajar

dengan metode problem solving secara kelompok pada topik usaha.

3. Perbedaan prestasi belajar siswa SMA N 1 Gondang yang belajar dengan metode problem solving secara perorangan dan kelompok pada topik usaha.

4. Peningkatan pemahaman konsep siswa SMA N 1 Gondang yang belajar dengan metode problem solving secara perorangan pada topik usaha. 5. Peningkatan pemahaman konsep siswa SMA N 1 Gondang yang belajar

(25)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pembelajaran

Memberikan salah satu model pembelajaran siswa untuk membangun pemahamannya sendiri mengenai materi yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa menjadi lebih memahami materi yang diajarkan .

2. Bagi Penelitian

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran yang Konstruktivistik

1. Pengertian Belajar

Menurut kaum konstruktivis (Suparno, 1997:61), belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti, mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut :

 Belajar berarti membentuk makna. Makna diperoleh oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.

 Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomen atau persoalan baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.

 Belajar bukan merupakan kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu perkembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri (Fosnot, 1996, dalam Suparno, 1997:61).

(27)

 Proses belajar sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan(disequilibrium)adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

 Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya (Battencourt, 1989, dalam Suparno, 1997:61).

 Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

(28)

Winkel mendefinisikan pengertian belajar sebagai “suatu kegiatan mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan orang lain dan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relative, konstan dan berbekas” (2007:59).

Chaplin dalamDictionary of Psychologymembatasi belajar dalam dua rumusan. Rumusan pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Sedangkan rumusan kedua menyatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus (Muhibbin Syah, 1995:89).

2. Pengertian Mengajar

(29)

Menurut prinsip konstruktivis (dalam Suparno, 1997:65), seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan baik.

Dalam pembelajaran yang konstruktivistik, diperlukan guru yang konstruktivis yang harus memiliki sikap-sikap, antara lain 1) guru yang selalu mendorong kemandirian siswa; 2) menjadikan siswa sebagai

problem solver bahkan harus ditingkatkan menjadi problem finder; 3) menggunakan gejala alam untuk abstraksi menjadi konsep, hukum, dan teori; 4) lebih banyak menggunakan pertanyaan terbuka; 5) sabar untuk tidak segera menyalahkan dan memberitahukan yang benar; 6) menjadikan kondisi awal siswa sebagai entry point; 7) membiasakan siswa untuk berdialog dalam kelompok; 8) menciptakan kondisi yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa (Brooks, 1993, dalam Kartika Budi, 2000:45).

(30)

Suparno, 1997:68). Mengajar adalah suatu seni yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi (Suparno, 1997:69).

3. Belajar Secara Perorangan dan Belajar Kelompok

Pembelajaran secara perorangan merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip Konstruktivisme dari Piaget. Dalam penelitiannya Piaget mengamati bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentuk pengetahuannya sendiri. Ia menyoroti bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentuk skema, mengembangkan skema, dan mengubah skema. Dengan kata lain Piaget menekankan bagaimana si individu secara sendiri mengkonstruksi pengetahuan dari interaksinya dengan pengalaman dan objek yang dihadapi (Suparno, 2007:10).

(31)

Pembelajaran secara kelompok atau kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip Konstruktivisme dari Vygotsky, yang menganggap bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut bersama dengan temannya. Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar.

Von Glasersfeld, 1989 (dalam Suparno, 1997:63) menjelaskan bagaimana pengaruh konstruktivisme terhadap belajar dalam kelompok. Dalam kelompok belajar siswa harus mengungkapkan bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang akan dibuatnya dengan persoalan itu. Inilah salah satu jalan menciptakan refleksi yang menuntut kesadaran akan apa yang sedang dipikirkan dan dilakukan. Selanjutnya, ini akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk aktif membuat abstraksi. Usaha menjelaskan sesuatu kepada kawan-kawan justru membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan bahkan melihat inkonsistensi

pandangan mereka sendiri.

(32)

Suparno, 1997:46). Model-model berdasarkan pengertian di atas, berhubungan dengan inteligensi interpersonal dan inteligensi intrapersonal.

Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain (Suparno, 2004:39). Inteligensi interpersonal dapat diekspresikan dalam bentuk kegiatan sharing, diskusi kelompok, kerja sama membuat proyek atau praktikum bersama, permainan bersama maupun simulasi bersama.

Inteligensi intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri itu. Termasuk dalam inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri (Suparno, 2004:41).

(33)

B. Metode Problem Solving

Problem Solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan. Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang mau diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu. Ini dapat dilakukan baik dalam kelompok maupun pribadi. Guru sebaiknya minta bagaimana siswa memecahkan persoalan bukan hanya melihat hasil akhirnya (Suparno, 2007:98).

Metode problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin, 2004:1, dalam Nuriana, 2007).

(34)

secara kelompok sama, tetapi yang membedakan metodologi dalam pembelajaran yang dilakukan secara perorangan dan kelompok.

Menurut Reif (dalam Mundilarto, 2004:169) dalam pemecahan soal-soal fisika diperlukan kemampuan dasar sebagai prasyarat utama, yakni kemampuan menginterprestasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika secara tepat, kemampuan mendeskripsikan serta mengorganisasikan pengetahuan fisika secara efektif.

Adapun proses dari metode problem solving, terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Pepkin, 2004:2, dalam Nuriana, 2007) :

1. Klarifikasi masalah

Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan

2. Pengungkapan pendapat

(35)

3. Evaluasi dan Pemilihan

Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini setiap kelompok/perorangan mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah

4. Implementasi

Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkan sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut (Pepkin 2004:2).

Kelebihan dari metodeproblem solvingadalah

1. melatih siswa berpikir secara sistematis, mencari sebab akibat; 2. melatih siswa agar terampil dalam mencari jalan keluar dari

permasalahan yang dihadapi;

3. melatih siswa agar terampil dalam menganalisa suatu masalah dari berbagai aspek;

4. mendidik siswa untuk bertanggung jawab terhadap yang telah ditetapkan dalam memecahkan masalah;

(36)

Sedangkan kelemahan metodeproblem solving

1. memerlukan waktu yang cukup banyak;

2. tidak dapat digunakan pada kelas-kelas rendah, karena memerlukan kecakapan bersoal jawab dan memikirkan sebab akibat;

3. menyebabkan pelajaran tertinggal, sebab satu dua masalah yang dipandang sulit dipecahkan akan memakan waktu yang tidak sedikit.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari (Suparno, 1997:61).

(37)

Prestasi belajar merupakan penilaian yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui proses belajar, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, dan hasil belajar berupa kemampuan-kemampuan kinerja (performance dan perilaku-perilaku) yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, setelah ia berinteraksi dengan guru di sekolah (Sudjana, 1990).

(38)

pemahaman, aplikasi dan analisis. Aspek ini akan digunakan untuk tes dalam pengukuran hasil belajar.

D. Pemahaman Konsep

Menurut Suparno (2005:94-95) proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam memperluas konsep, dari konsep yang belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan lain adalah mengubah dari konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli fisika. Pembelajaran yang hanya membuat konsep statis atau bahkan menjauh dari konsep yang diterima para ahli, dapat dikatakan pembelajaran yang tidak sukses. Sedangkan pembelajaran fisika yang baik adalah yang memungkinkan perubahan konsep itu.

(39)

Menurut Posner dkk (1982, dalam Suparno, 2005:87), dalam proses pembelajaran ada dua proses perubahan konsep. Dalam pembelajaran ada yang disebut asimilasi dan akomodasi. Dalam asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah ada untuk menghadapi gejala baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuian. Dalam akomodasi, siswa harus mengganti atau mengubah konsep-konsep pokok mereka yang lama karena tidak cocok lagi dengan persoalan yang baru. Disini ada perubahan secara drastis dan siswa sungguh-sungguh mengubah konsep yang telah dipunyai.

E. Usaha

Penjelasan mengenai materi usaha yang dibuat dalam skripsi ini diambil dari buku Purwoko Fendi tahun 2006 halaman 80-83.

1. Pengertian usaha

(40)

tersebut. Jadi, meskipun pada benda bekerja gaya yang sangat besar, tetapi jika benda tersebut tidak mengalami perpindahan, tidak ada usaha pada benda tersebut.

Jika seseorang mengambil sebuah buku, mengangkatnya, dan kemudian membacanya dengan berdiri, orang tersebut hanya melakukan usaha saat mengangkat buku saja. Pada saat ia membacanya, ia tidak melakukan usaha meskipun ia mengerjakan gaya pada buku (untuk menahannya agar tidak jatuh).

Gambar 1. Gaya sebesarFmenyebabkan benda berpindah sejauhs

sehingga menimbulkan usaha

Usaha yang dilakukan oleh gaya tetap F sama dengan hasil kali antara besar gaya yang dikerjakan pada buku dengan besarnya perpindahan buku, dan secara matematis dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

S F

(41)

Dalam SI, satuan usaha adalah joule (J), satuan gaya adalah newton dan perpindahan adalah meter, sehingga satu joule sama dengan satu newton meter (Nm).

1 joule = 1 newton meter 1 joule = 107erg

1 Nm = 107erg

Dari hubungan di atas, dapat didefinisikan bahwa satu joule adalah besar usaha yang dilakukan oleh gaya satu newton untuk memindahkan suatu benda searah gaya sejauh satu meter.

2. Usaha dari gaya tetap

Gambar 2. GayaF membentuk sudut θ terhadap perpindahan s

N

W

S F

(42)

Usaha yang dilakukan oleh gaya pada gambar 2 merupakan hasil kali antara komponen gaya yang searah gerak dengan perpindahannya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan:

W = usaha (joule)

F = gaya (newton)

θ = sudut antara arah gaya dengan perpindahan

s = perpindahan (meter)

Rumus tersebut merupakan rumus usaha ketika gaya yang bekerja pada benda membentuk sudut θ. Rumus usaha dengan arah gaya yang lain dapat dirumuskan sebagai berikut:

(43)

a. Jika θ = 00

Gambar 3. Perpindahan searah gaya sehingga usaha nol

b. Jika θ = 900

Gambar 4. Perpindahan tegak lurus arah gaya sehingga usaha nol F

S

F W= F cos 0 . s = F.s

(44)

c. Jika θ = 1800

Gambar 5. Perpindahan dan arah gaya saling berlawanan sehingga tidak nol (ada usaha)

Usaha yang dilakukan oleh gaya F pada gambar 5 bernilai negatif karena arah gaya dan arah gaya dan arah perpindahan saling berlawanan (θ= 1800).

3. Usaha oleh beberapa gaya

Usaha merupakan besaran skalar. Pada suatu benda bekerja n buah gaya yang masing-masing melakukan usaha sebesar W1, W2,W3, …,Wn. Usaha total yang dilakukan gaya-gaya tersebut dapat dihitung

menjumlahkan secara skalar semua usaha yang dilakukan oleh masing-masing gaya, yaitu sebagai berikut:

F

S

W = - F.s

(45)

Gambar 6. Diagram gerak benda pada permukaan datar yang kasar

Pada sistem seperti pada gambar 6, komponen-komponen gaya yang mempengaruhi usaha adalah F dan fk sehingga usaha yang

dilakukan sebagai berikut:

W = F.s

Dimanafk= . N

= .m.g

F

W fk

N

Permukaan kasar

(46)

a. Menghitung Usaha dengan Grafik

Gambar 7. Grafik gaya F sebagai fungsi perpindahan x.

Pada gambar 7 luas daerah yang diarsir antara x = 0 sampai dengan x = s sama dengan F.s, yaitu usaha yang dilakukan oleh gaya F. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan oleh suatu gaya sama dengan usaha yang dilakukan oleh suatu gaya sama dengan luas daerah di bawah grafik gaya terhadap perpindahan.

Jika gaya dan perpindahan keduanya bernilai positif, usahanya juga bernilai positif. Jika gaya dan perpindahan salah satunya bernilai negatif, usahanya bernilai negatif.

F

s

0 x

(47)

b. Usaha merupakan hasil kali (Dot Product) dari Gaya (F) dengan Perpindahan (s)

Usaha merupakan besaran skalar karena hasil perkalian dot product dari vektor gaya (F) dan perpindahan (s).

W = F. s

W = F. s = Fs cos θ

Misalnya F.s = (Fxi + Fyj + Fzk) . (sxi + syj + szk)

F.s = Fx. sx+ Fy. sy+ Fz. sz

Dengan besar gaya dan perpindahan sebagai berikut:

F =

(48)

F. Kaitan Teori dengan Penelitian

Teori yang telah disajikan oleh penulis, akan digunakan untuk mendukung penelitian. Teori-teori tersebut mendasari dalam pembuatan instrumen, treatment, analisa data, dan kesimpulan. Teori tentang pembelajaran yang konstruktivistik, teori tentang metode problem solving, teori tentang hasil belajar, teori tentang pemahaman konsep dan materi pelajaran mendasari pembuatan soalpretestdanpostest.

Treatment dibuat berdasarkan teori tentang metode problem solving dan materi tentang usaha. Dalam pembelajaran dengan metode problem solving siswa diberi kesempatan untuk aktif memecahkan masalah-masalah tentang materi usaha. Di dalam proses pemecahan masalah siswa melakukan memecahkan masalah secara perorangan dan kelompok untuk memahami konsep usaha.

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif tidak dianalisis dengan statistik, tetapi dianalisis dengan membuat koding tentang pemahaman konsep yang dialami siswa baik sebelum diberi treatment maupun sesudah diberi treatment. Termasuk penelitian kuantitatif karena menggunakan data berupa angka-angka yang dianalisis dengan metode statistik. Data berupa angka-angka tersebut diperoleh dari skor jawaban pretest dan postest siswa. Kemudian data tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Penelitian ini juga menggunakan kelas kontrol yang digunakan sebagai kelas pembanding dalam penggunaan metode. Pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan metode ceramah.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga kelas yang disebut sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen terdiri dari dua kelas yaitu kelas yang diajar dengan metode problem solving secara perorangan dan kelas

(50)

yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok. Sedangkan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar dengan metode ceramah. Desain penelitian ditampilkan pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Pre Tes Treatment Post Tes

XI IPA 3 T1 Problem solving secara

perorangan

T11

XI IPA 2 T2 Problem solving secara

kelompok

T21

XI IPA 1 T3 Ceramah T31

(51)

Kemudian siswa diberi pembelajaran sesuai treatment yang telah dibuat. Setelah kegiatan pembelajaran dengan metode problem solving secara perorangan, metode problem solving secara kelompok dan metode ceramah selesai dilaksanakan, maka siswa akan diberikan soal postest. Dari hasil postest dapat dilihat dan diperiksa bagaimana prestasi belajar siswa serta pemahaman konsep siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode problem solving secara perorangan, metode problem solving secara kelompok dan metode ceramah. Dari data pretest dan postest, akan dibandingkan dan kemudian dilihat apakah ada perubahan prestasi belajar siswa dan perubahan pemahaman konsep siswa yang terjadi.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2010.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gondang Sragen

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

(52)

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dipilih tiga kelas yang memiliki kemampuan hampir sama berdasarkan pertimbangan guru yang mengajar bidang studi fisika kelas XI. Untuk kelas metode problem solving secara perorangan dengan jumlah 40 siswa, Kelas metode problem solving secara kelompok 39 siswa dan Kelas Ceramah 38 siswa.

E. Treatment

Pada kelas eksperimen digunakan model pembelajaran menggunakan metode problem solving secara perorangan, metode problem solving secara kelompok dan kelas kontrol menggunakan ceramah. Metode problem solving yang diterapkan pada kelas eksperimen dan metode ceramah pada kelas kontrol tersebut dirancang sebagai berikut:

1. Metode problem solving secara perorangan

a. Peneliti memberikan pertanyaan yang merupakan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa

b. Peneliti hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendampingi siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. c. Semua siswa menyelesaikan masalah yang diberikan. Dan juga

(53)

d. Beberapa siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan hasil pemecahan masalah yang telah mereka dapatkan.

e. Beberapa siswa lain dipersilahkan untuk bertanya atau menanggapi hasil pemecahan siswa yang sedang mempresentasikan hasil pemecahannya.

f. Secara bersama-sama, peneliti dan semua siswa menyimpulkan konsep fisika yang terkandung dalam menyelesaikan pemecahan masalah.

2. Metode problem solving secara kelompok

a. Peneliti mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3 – 4 siswa.

b. Tiap kelompok diberi pertanyaan yang merupakan masalah yang akan didiskusikan oleh tiap kelompok.

c. Semua kelompok memecahkan masalah yang diberikan. Peneliti memberikan lembaran kertas untuk menuliskan hasil pemecahan masalah yang diperoleh dalam kelompok.

d. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk menjelaskan hasil pemecahan masalah yang telah mereka dapatkan.

(54)

f. Secara bersama-sama, peneliti dan semua siswa menyimpulkan konsep fisika yang terkandung dalam menyelesaikan pemecahan masalah.

3. Metode ceramah

a. Peneliti menjelaskan materi yang telah dipersiapkan.

b. Peneliti meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada materi yang belum jelas.

c. Peneliti memberikan contoh soal, kemudian memberikan latihan-latihan soal.

Lembar masalah untuk latihan ini dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 99.

Peneliti sebagai fasilitator yang membantu proses belajar siswa berjalan lancar, dengan menyediakan masalah yang dipecahkan siswa. Selain itu peneliti menanyakan dan memberikan kesempatan kepada siswa bagaimana mereka mendapatkan jawaban itu. Bila siswa kurang mengerti, peneliti merangsang siswa dengan contoh dan menunjukkan apakah sesuai dengan pendapat siswa.

F. Instrumen Penelitian

(55)

Tes awal (Pretest) dilakukan sebelum seluruh kegiatan pembelajaran dalam kelas dimulai. Tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar dan pemahaman konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari. Sedangkan Tes akhir (postest) diberikan setelah dilakukan treatmen. Postest ini diberikan untuk mengetahui prestasi belajar dan pemahaman konsep akhir siswa

Bentuk soal prestest dan postest sama. Jumlah soal tersebut ada 8 butir soal. Soal-soal terdistribusi ke setiap aspek kognitif. Aspek kognitif yang dipakai ada 4 aspek yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis. Kriteria soal untuk pretest dan postest berdasarkan materi dan aspek dapat dilihat pada tabel 3.2. Dan pada tabel 3.3 dituliskan jumlah soal menurut materi dan kriteria.

Tabel 3.2. Soal Pretest dan Postest berdasarkan materi dan

kriteria pemahaman yang dicapai.

Materi Kriteria-kriteria

pemahaman yang

dicapai

Soal

Usaha

1. Ingatan 1. Definisikan apa yang dimaksud dengan usaha?

(56)

perpindahan. Apa yang dimaksud perpindahan? 2. Pemahaman 1. Kapan sebuah gaya

dikatakan melakukan usaha? Jelaskan! 2. Bagaimana hubungan

antara usaha dengan gaya dan perpindahan? 3. Penerapan 1. Apakah perbedaan

usaha dalam fisika dan dalam istilah sehari-hari? Jelaskan dengan contoh!

(57)

beras tersebut? 4. Analisis 1. Bagaimana bila

seseorang dikatakan melakukan usaha secara fisika? Jelaskan dengan contoh! 2. Ketika anda

mendorong sebuah tembok sekuat tenaga hingga bermandikan keringat, tetapi tembok tersebut tidak bergerak. Apakah anda

melakukan usaha? Jelaskan!

Tabel 3.3. Jumlah soal menurut materi, kriteria dan alasan

Konsep Kriteria Jumlah soal Alasan

Usaha

1. Ingatan 2 Untuk setiap konsep

siswa mampu mendefinisikan menurut pengetahuan yang telah diketahui

2. Pemahaman 2 Siswa harus mampu

(58)

kalimat sendiri

3. Penerapan 2 Menerapkan konsep

untuk memecahkan masalah secara teoritis maupun praktis

4. Analisis 2 Dapat menganalisis

hubungan antar konsep dari pemahaman siswa sehingga siswa dapat menjawab soal-soal

Jumlah Soal 8

Dari tabel 3.2 diambil tiga soal untuk mengetahui pemahaman konsep siswa mengenai usaha. Isi soal tersebut sudah mengcakup konsep usaha dan sesuai dengan aspek di atas. Tabel 3.4 berikut adalah distribusi soal untuk pemahaman konsep :

Tabel 3.4. Distribusi soal untuk pemahaman konsep

No Soal

1. Kapan sebuah gaya dikatakan melakukan usaha? Jelaskan!

2. Bagaimana bila seseorang dikatakan melakukan usaha secara fisika? Jelaskan dengan contoh!

(59)

tersebut tidak bergerak. Apakah anda melakukan usaha? Jelaskan!

G. Validitas Instrumen

(60)

H. Metode Analisis

1. Analisis tes prestasi belajar

Pada tabel 3.5 di bawah ini dijelaskan pemberian skor soal pretest dan postest.

Tabel 3.5. Penskoran untuk setiap kriteria

Kriteria Jumlah Soal Skor Maksimum

1 2 4

2 2 8

3 2 12

4 2 16

Jumlah skor 40

Penilaian untuk masing-masing kriteria dan soal diuraikan di bawah ini:

1) Kriteria pertama (soal no 1-2) skor maksimal tiap soal 2. (a) Jika memberikan jawaban definisi yang jelas sesuai

pertanyaan skor 2.

(61)

2) Kriteria kedua (soal no 3-4) skor maksimal tiap soal 4.

(a) Jika memberikan jawaban yang benar dan alasan benar skor 4.

(b) Jika memberikan jawaban yang benar dan alasan salah skor 2.

(c) Jika tidak memberikan jawaban skor 0.

3) Kriteria ketiga (soal no 5-6) skor maksimal tiap soal 6.

(a) Jika memberikan jawaban beserta data, masalah benar dan analisis benar skor 6.

(b) Jika memberikan data, masalah benar dan analisis salah skor 4

(c) Jika memberikan data benar, masalah dan analisis salah skor 2

(d) Jika memberikan data, masalah dan analisis salah skor 0. 4) Kriteria keempat (soal no 7-8) skor maksimal tiap soal 8.

(a) Jika memberikan jawaban beserta data, masalah benar dan analisis benar skor 8.

(62)

(c) Jika memberikan jawaban beserta data, masalah benar dan analisis salah skor 4.

(d) Jika memberikan jawaban beserta data benar, masalah dan analisis salah skor 0.

Skor total adalah jumlah seluruh skor dari jawaban yang benar. Jumlah skor total jawaban benar = 40

2. Untuk mengetahui apakah metode problem solving secara

perorangan dan dengan metode problem solving secara kelompok

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa digunakan:

a. Uji-t dependen dengan level signifikan = 0.05, untuk mengetahui tes awal dan tes akhir siswa yang diajar dengan menggunakan metode problem solving secara perorangan.

b. Uji-t dependen dengan level signifikan = 0.05, untuk mengetahui tes awal dan tes akhir siswa yang diajar dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok.

(63)

Cara perhitungan dengan menggunakan SPPS. Bila hasil perhitungan signifikan maka, ada perbedaan atau ada peningkatan prestasi belajar dan bila tidak signifikan maka, tidak ada peningkatan prestasi belajar.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa

dengan metode problem solving secara perorangan, metode

problem solving secara kelompok dan metode ceramah

a. Uji-F untuk 3 grup independen dengan level signifikan = 0.05, untuk mengetahui tes awal (pretest) siswa yang diajar menggunakan metode problem solving secara perorangan, siswa yang diajar menggunakan metode problem solving secara kelompok dan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah. b. Uji-F untuk 3 grup independen dengan level signifikan = 0.05,

untuk mengetahui tes akhir (postest) siswa yang diajar menggunakan metode problem solving secara perorangan, siswa yang diajar menggunakan metode problem solving secara kelompok, dan yang diajar dengan metode ceramah.

(64)

apakah uji-F nya signifikan atau tidak. Ini dilakukan pada pretest dan postest.

4. Analisis peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelas dengan

metode problem solving secara perorangan dan kelas dengan

metode problem solving secara kelompok

Dianalisis secara kualitatif yaitu dengan membuat koding yang menyatakan perubahan pemahaman konsep yang dialami siswa dari hasil pretest dan postest pada kedua metode pembelajaran yang diterapkan, yaitu metode problem solving secara perorangan dan metode problem solving secara kelompok. Koding diwujudkan dalam suatu kata yang menunjukkan isi dari bagian data tertentu. Data-data yang sama kodingnya disatukan, sehingga akan terlihat pola yang muncul. Pola yang sama itu kemudian diberi nama dengan konsep tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Suparno, 2007:121).

(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gondang pada tanggal 27-30 September 2010. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas yang diajar metode ceramah, kelas XI IPA 2 dengan metode problem solving secara kelompok dan kelas XI IPA 3 dengan problem solving secara perorangan. Sampel di kelas metode ceramah ada 38 siswa, kelas problem solving kelompok 39 siswa, dan kelas problem solving perorangan 40 siswa.

Peneliti melakukan penelitian sebanyak 6 kali pertemuan dalam 3 hari. Setiap kegiatan proses belajar mengajar berlangsung selama 4 x 45 menit (4 jam pelajaran). Mengawali rangkaian pengumpulan data, peneliti memberikan tes awal (pretest) kepada ketiga kelas selama 30 menit. Kegiatan selanjutnya adalah memberikan treatment kepada seluruh sampel. Setelah diberi treatment, keseluruhan sampel kembali diberi tes akhir (posttest) selama 30 menit.

(66)

Berikut jadwal pelaksanaan penelitian:

 27 September 2010: Pada pertemuan pertama peneliti melakukan proses belajar mengajar di 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 3 dan XI IPA 2. Di kelas XI IPA 3 pada jam ke 2-3. Peneliti melakukan 2 kegiatan. Kegiatan pertama, peneliti memberikan soal-soal mengenai usaha sebagai tes awal (pretest). Kemudian kegiatan kedua peneliti melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode

problem solving secara perorangan. Di kelas XI IPA 2 pada jam 5-6 peneliti juga melakukan 2 kegiatan. Kegiatan pertama, peneliti memberikan tes awal (pretest) selama 30 menit. Kemudian kegiatan kedua peneliti melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan metodeproblem solvingsecara kelompok.

(67)

ceramah. Di kelas XI IPA 3 pada jam 7-8, peneliti melakukan 2 kegiatan. Kegiatan pertama, peneliti melanjutkan proses belajar mengajar dengan metodeproblem solvingsecara perorangan. Kegiatan kedua, peneliti memberikan tes akhir (posttest) selama 30 menit.  30 September 2010: Pada pertemuan ketiga peneliti melakukan proses

belajar di kelas XI IPA 1 pada jam 7-8. Peneliti melakukan 2 kegiatan. Kegiatan pertama, peneliti melanjutkan proses belajar mengajar dengan metode ceramah. Kegiatan kedua, peneliti memberikan tes akhir (posttest) selama 30 menit.

B. Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data yang meliputi : skor hasil belajar. Data hasil penelitian sebagai berikut :

1. Skor Pretest dan Postest KelasProblem SolvingSecara Perorangan

Tabel 4.1. Skor Pretest dan Postest

Kelas Problem Solving Secara Perorangan

Kode siswa Skor pretest Skor protest

1 8 36

2 26 34

(68)

4 15 26

5 13 36

6 15 35

7 21 38

8 23 37

9 12 36

10 25 37

11 16 36

12 29 35

13 12 29

14 21 30

15 20 30

16 13 36

17 12 28

18 11 36

19 18 37

20 10 38

21 27 40

22 33 36

23 32 37

24 6 38

25 17 35

26 20 30

27 18 35

28 21 37

29 23 34

(69)

2. Skor Pretest dan Postest KelasProblem SolvingSecara Kelompok

Tabel 4.2. Skor Pretest dan Postest

Kelas Problem Solving Secara Kelompok

31 12 40

32 19 36

33 15 26

34 30 37

35 10 32

36 8 36

37 11 37

38 19 37

39 14 33

40 23 36

Kode siswa Skor pretest Skor protest

1 22 40

2 22 37

3 15 40

4 11 36

5 24 34

6 23 36

7 27 38

8 15 37

(70)

10 26 38

11 9 34

12 19 35

13 26 37

14 10 36

15 10 37

16 25 40

17 26 40

18 28 38

19 8 36

20 14 37

21 7 38

22 11 32

23 17 40

24 16 38

25 23 36

26 17 32

27 18 36

28 12 35

29 8 30

30 14 36

31 11 36

32 21 40

33 28 40

34 11 38

35 19 34

(71)

3. Skor Pretest dan Postest Kelas Ceramah

Tabel 4.3. Skor Pretest dan Postest Kelas Ceramah

37 8 36

38 8 28

39 17 36

Kode siswa Skor pretest Skor protest

1 21 34

2 22 36

3 12 33

4 23 34

5 26 30

6 4 26

7 29 36

8 27 34

9 25 33

10 9 26

11 19 35

12 11 32

13 16 30

14 18 37

15 16 33

16 17 34

17 10 30

(72)

19 23 35

20 14 33

21 22 36

22 10 24

23 17 33

24 14 36

25 27 34

26 10 32

27 18 33

28 19 34

29 18 38

30 15 30

31 22 35

32 17 36

33 15 32

34 25 34

35 23 33

36 15 30

37 24 34

(73)

C. Analisis Data dan Pembahasan

1. Apakah metode problem solving secara perorangan meningkatkan

prestasi belajar siswa SMA N 1 Gondang pada topik usaha

Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar di kelas

problem solving secara perorangan, peneliti menganalisis data pretest dan posttest dengan uji-t dependen. Pada tabel 4.4 dituliskan hasil analisis nilai kelasproblem solvingsecara perorangan.

Tabel 4.4. Analisis Data Kelas Problem Solving Secara

Perorangan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pretest 17.75 40 7.110 1.124 Pair 1

Prosttest 34.70 40 3.502 .554

Paired Samples Correlations

(74)

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed) Pair 1 Pretest

-Prosttest -16.950 7.303 1.155 -19.286 -14.614 -14.679 39 .000

Selisih mean pretest dan posttest adalah -16.950. Uji t menguji : = , memberikan nilai t = -14.679 dengan derajat kebebasan = n-1 = 40-1 = 39. Output SPSS memberikan nilai p-value (sig. 2 tailed) = .000. Nilai p-value lebih kecil dari α = 0.05, sehingga : = ditolak. Kesimpulan, mean pretest dan posttest tidak sama atau dengan kata lain hasilnya signifikan. Jadi pembelajaran dengan metode problem solving secara perorangan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Apakah metode problem solving secara kelompok meningkatkan

prestasi belajar siswa SMA N 1 Gondang pada topik usaha

Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar di kelas

(75)

Tabel 4.5 Analisis Data Kelas Problem Solving

Secara Kelompok

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed) Pair 1 Pretest

-Posttest -19.513 5.817 .931 -21.398 -17.627 -20.949 38 .000

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pretest 16.92 39 6.607 1.058 Pair 1

Posttest 36.44 39 2.732 .437

Paired Samples Correlations

(76)

Selisih mean pretest dan posttest adalah -19.513. Uji t menguji : = , memberikan nilai t = -20.949 dengan derajat kebebasan = n-1 = 39-1 = 38. Output SPSS memberikan nilai p-value (sig. 2 tailed) = 0.000 Nilai p-value lebih kecil dari α = 0.05, sehingga : = ditolak. Kesimpulan, mean pretest dan posttest tidak sama atau dengan kata lain hasilnya signifikan. Jadi pembelajaran dengan metode problem solving secara kelompok mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Apakah metode ceramah meningkatkan prestasi belajar siswa SMA

N 1 Gondang pada topik usaha

Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar di kelas ceramah, peneliti menganalisis data pretest dan posttest dengan uji-t dependen. Pada tabel 4.6 dituliskan hasil analisis nilai kelas ceramah.

Tabel 4.6 Analisis Data Kelas Ceramah

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pretest 18.16 38 5.843 .948 Pair 1

(77)

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed) Pair 1 Pretest

-Posttest -14.658 4.732 .768 -16.213 -13.102 -19.094 37 .000

Selisih mean pretest dan postest adalah -14.658. Uji t menguji : = , memberikan nilai t = -19.094 dengan derajat kebebasan = n-1 = 40-1 = 39. Output SPSS memberikan nilai p- value (sig. 2 tailed) = 0.000. Nilai p-value lebih kecil dari α = 0.05, sehingga : = ditolak. Kesimpulan, mean pretest dan posttest tidak sama atau dengan kata lain hasilnya signifikan. Jadi pembelajaran dengan metode ceramah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Paired Samples Correlations

(78)

4. Bagaimanakah perbedaan prestasi belajar siswa SMA N 1 Gondang

dengan metode ceramah, problem solving secara perorangan dan

kelompok pada topik usaha

Untuk menguji perbedaan prestasi belajar ketiga metode digunakan anova (uji F) independen. Pada tabel 4.7 dituliskan hasil analisis nilai pretest dan tabel 4.8 dituliskan hasil analisis nilai posttest.

a. Analisis Nilai Pretest

Tabel 4.7 Analisis Skor Pretest Kelas Metode Ceramah, Metode

Problem Solving Secara Perorangan Dan Problem Solving Secara

Kelompok

Nilai Descriptives

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 1 38 18.16 5.843 .948 16.24 20.08 4 29 2 39 16.92 6.607 1.058 14.78 19.06 7 28 3 40 17.75 7.110 1.124 15.48 20.02 6 33 Total 117 17.61 6.515 .602 16.41 18.80 4 33

Keterangan : 1 : Metode Ceramah

(79)

ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 30.593 2 15.296 .356 .701 Within Groups 4893.322 114 42.924

Total 4923.915 116

Berdasarkan tabel di atas mean skor pretest kelas ceramah ( ), kelas

problem solving secara kelompok ( ), dan kelas problem solving secara perorangan ( ), yaitu 18.16, 16.92 dan 17.75. Hasil uji F independen untuk hipotesis : = = terhadap : ≠ memberikan nilai F = 0.356 dan p- value (sig.2 tailed) = 0.701. Karena p-value lebih besar dari  = 0.05, maka : = = diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mean skor pretest kelas metode ceramah, metode

(80)

b. Analisis Nilai Posttest

Tabel 4.8 Analisis Skor Posttest Kelas Metode Ceramah, Metode

Problem Solving Secara Perorangan Dan Problem Solving Secara

Kelompok

Nilai Descriptives

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 1 38 32.82 3.109 .504 31.79 33.84 24 38 2 39 36.44 2.732 .437 35.55 37.32 28 40 3 40 34.70 3.502 .554 33.58 35.82 26 40 Total 117 34.67 3.439 .318 34.04 35.30 24 40

Keterangan : 1 : Metode Ceramah

2 : Metode Problem Solving Secara Kelompok 3 : Metode Problem Solving Secara Perorangan

ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 252.300 2 126.150 12.844 .000 Within Groups 1119.700 114 9.822

(81)

Multiple Comparisons

Nilai Tukey HSD

95% Confidence Interval (I) Grup (J) Grup

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 2 -3.620* .714 .000 -5.32 -1.92 1

3 -1.884* .710 .024 -3.57 -.20 1 3.620* .714 .000 1.92 5.32 2

3 1.736* .705 .040 .06 3.41 1 1.884* .710 .024 .20 3.57 3

2 -1.736* .705 .040 -3.41 -.06 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Berdasarkan tabel di atas mean skor posttest kelas ceramah ( ), kelas

problem solving secara kelompok ( ), dan kelas problem solving secara perorangan ( ), yaitu 32.82, 36.44 dan 34.70. Hasil uji F independen untuk hipotesis : = = terhadap : ≠ memberikan nilai F = 12.844 dan p- value (sig.2 tailed) = 0.000. Karena p-value lebih kecil dari  = 0.05, maka : = = ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mean skor posttest kelas metode ceramah, metode

(82)

Dari tabel multiple comparison dapat dilihat grup 1-2 signifikan, grup 1-3 signifikan dan grup 2-3 signifikan. Ketiga mean berbeda, sehingga dapat dikatakan urutannya sebagai berikut :

1. Mean metode problem solving secara kelompok 36.44 2. Mean metode problem solving secara perorangan 34.70 3. Mean metode ceramah 32.82

Dari mean di atas terbukti bahwa metode problem solving secara kelompok lebih baik dari metode problem solving secara perorangan.

5. Apakah metode problem solving secara perorangan dapat

meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa SMA N 1 Gondang

pada topik usaha

(83)

a. Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 3

Dengan pertanyaan : Kapan sebuah gaya dikatakan melakukan usaha? Jelaskan!

Tabel 4.9 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 3

No Urutan

Perubahan Konsep Awal Konsep Akhir

Perubahan

Konsep Keterangan

1 

pabila gaya mengenai suatu benda

 Gaya melakukan usaha ketika benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan

Mengalami perpindahan

6 siswa mengganggap melakukan usaha saat gaya mengenai suatu benda, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan lebih lengkap, yaitu gaya dikatakan melakukan usaha ketika benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan.

2 

etika kita melakukan sesuatu maka kita sudah berusaha

 Gaya dikatakan melakukan usaha apabila gaya

menghasilkan perpindahan

Melakukan usaha apabila gaya

menghasilkan perpindahan

(84)

treatment siswa bisa menjelaskan gaya dikatakan melakukan usaha apabila gaya

menghasilkan perpindahan

3 

etika gaya yang

memerlukan energi

 Gaya melakukan usaha ketika benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan

Melakukan usaha ketika benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan

3 Siswa mengganggap ketika gaya memerlukan energi dikatakan melakukan usaha, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan kapan benda melakukan usaha, yaitu gaya

melakukan usaha ketika benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan

4 

ebuah gaya dikatakan melakukan usaha yang bagus dan tepat

 Gaya dikatakan melakukan usaha apabila gaya

menghasilkan perpindahan

Melakukan usaha apabila gaya

menghasilkan perpindahan

(85)

siswa bisa menjelaskan gaya dikatakan melakukan usaha apabila gaya usaha ketika benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan

Melakukan usaha ketika benda yang dikenai gaya

3 siswa mengganggap gaya dikatakan melakukan usaha apabila gaya

mengalami perpindahan, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan lebih lengkap, yaitu benda yang dikenai gaya

mengalami perpindahan

(86)

ketika kita melakukan sesuatu maka kita sudah melakukan usaha, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan gaya dikatakan melakukan usaha apabila gaya menghasilkan perpindahan. Siswa belum menjelaskan kapan benda melakukan usaha, yaitu ketika benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan.

Selain itu 3 siswa mengganggap ketika gaya memerlukan energi dikatakan melakukan usaha, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan kapan benda melakukan usaha, yaitu gaya melakukan usaha ketika benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan. Tiga siswa mengganggap gaya dikatakan melakukan usaha yang bagus dan tepat, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan gaya dikatakan melakukan usaha apabila gaya menghasilkan perpindahan. Tiga siswa mengganggap gaya dikatakan melakukan usaha apabila gaya mengalami perpindahan, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan lebih lengkap, yaitu benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan.

(87)

b. Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 7

Bagaimana bila seseorang dikatakan melakukan usaha secara fisika? Jelaskan dengan contoh!

Tabel 4.10 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 7

No Urutan

Perubahan Konsep Awal

Konsep Akhir

Perubahan

Konsep Keterangan

1  Seseorang

mendorong almari

 Mendorong benda dari titik A ke titik B sehingga mengalami perpindaha n

Mendorong benda dari titik A ke titik B sehingga mengalami perpindahan

(88)

Berdasarkan deskripsi data dan analisis perubahan konsep yang telah dilakukan ada 32 jenis perubahan konsep yang terjadi (sebagian lampiran dihalaman 165). Perubahan konsep yang paling banyak terjadi, 6 siswa menjawab seseorang mendorong almari itu melakukan usaha, setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan lebih lengkap yaitu seseorang dikatakan melakukan usaha, ketika mengalami perpindahan, yaitu mendorong benda dari titik A ke titik B sehingga mengalami perpindahan.

(89)

c. Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 8

Ketika anda mendorong sebuah tembok sekuat tenaga hingga bermandikan keringat, tetapi tembok tersebut tidak bergerak. Apakah anda melakukan usaha? Jelaskan!

Tabel 4.11 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 8

No Urutan

Perubahan Konsep Awal Konsep Akhir

Perubahan

Konsep Keterangan

1  Y

a, karena ketika seseorang mendorong sebuah tembok maka kita akan mengeluarkan

Tidak, karena tembok tidak mengalami perpindahan

4 siswa mengganggap sudah

melakukan usaha karena ketika seseorang mendorong sebuah tembok maka kita akan mengeluarkan tenaga, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan tidak

melakukan usaha karena tembok tidak mengalami perpindahan

2  I

ya, sudah termasuk

Tidak, karena tembok tidak mengalami perpindahan

3 siswa mengganggap sudah

(90)

perpindahan setelah usaha karena tembok tidak mengalami perpindahan

3  T

idak, karena gaya tersebut tidak

Tidak, karena tembok tidak mengalami perpindahan

3 siswa mengganggap tidak

melakukan usaha karena gaya tersebut tidak

mengalami perpindahan, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan lebih lengkap, tidak

melakukan usaha karena tembok tidak mengalami perpindahan

(91)

mendorong sebuah tembok maka kita akan mengeluarkan tenaga, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan tidak melakukan usaha karena tembok tidak mengalami perpindahan. Selain itu 3 siswa mengganggap sudah melakukan usaha, tetapi setelah diadakan treatment siswa menjelaskan tidak melakukan usaha karena tembok tidak mengalami perpindahan. Tiga siswa mengganggap tidak melakukan usaha karena gaya tersebut tidak mengalami perpindahan, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan lebih lengkap, tidak melakukan usaha karena tembok tidak mengalami perpindahan

(92)

6. Apakah metode problem solving secara kelompok dapat

meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa SMA N 1 Gondang

pada topik usaha

Dari variasi jawaban siswa pretest (konsep awal) dan posttest (konsep akhir) kelas problem solving secara kelompok dilakukan pengkodingan data-data yang diperoleh. Dari pengkodingan akan nampak perubahan konsep usaha dari konsep awal dan konsep akhir siswa. Berikut ditampilkan beberapa hasil analisis data perubahan konsep pada kelas problem solving secara kelompok yang telah dikelompokkan dari lampiran 8 halaman 129.

a. Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No. 3

Dengan pertanyaan: Kapan sebuah gaya dikatakan melakukan usaha? Jelaskan!

Tabel 4.12 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No.3

No Urutan

Perubahan Konsep Awal Konsep Akhir

Perubahan

Konsep Keterangan

1 

ebuah gaya dikatakan melakukan usaha ketika gaya

tersebut mengalami gerak

 Sebuah gaya dikatakan melakukan usaha jika mengalami perpindahan

Melakukan usaha jika mengalami perpindahan

(93)

diadakan treatment siswa bisa menjelaskan benda yang bergerak pasti mengalami perpindahan

2 

etika gaya tersebut mengalami gerak

 Ketika benda yang dikenai gaya

mengalami perpindahan

Benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan

4 siswa mengganggap setiap benda yang bergerak itu melakukan usaha, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan lebih lengkap, yaitu ketika benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan

3 

aat gaya mengalami perubahan bentuk besar dan arah

 Saat benda yang dikenai gaya

mengalami perpindahan

Benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan

4 siswa mengganggap gaya

(94)

ketika benda yang dikenai gaya usaha saat melakukan perpindahan

Melakukan usaha saat melakukan perpindahan

4 siswa mengganggap saat gaya melakukan kegiatan atau tindakan, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan gaya

melakukan usaha saat melakukan perpindahan

5 

aat gaya yang satu dengan gaya lain suatu benda dan

menghasilkan perpindahan

Gaya tersebut mengenai suatu benda dan

menghasilkan perpindahan

3 siswa mengganggap gaya yang satu dengan gaya lain bergabung melakukan usaha, tetapi setelah diadakan treatment siswa bisa menjelaskan kapan benda melakukan usaha, yaitu ketika benda yang dikenai gaya

Gambar

Tabel 4.9 Perubahan Konsep Usaha Untuk Soal No.3 ................................. 64
Gambar 1 Gaya sebesar F menyebabkan benda berpindah sejauh s
Gambar 1. Gaya sebesar F menyebabkan benda berpindah sejauh s
Gambar 2. Gaya F membentuk sudut θ terhadap perpindahan s
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Sekiranya terkena kulit: Jika perekatan berlaku, rendamkan permukaan yang merekat dalam air sabun suam.. Kopek atau gulung permukaannya menggunakan hujung yang tumpul,

Isolasi dan Identifikasi Rizobakteri dari Rizosfer Kacang Tanah dan Uji Efektivitasnya dalam Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Tomat.. Methods in

Akhir dari proses penyidikan kasus kecelakaan tersebut, pihak kepolisian hanya menemukan pernyataan perdamaian antara pihak korban (pihak pertama) dan pemilik truk

Desa Kelemantan Barat Desa Api-Api Desa Pinggir Desa Sungai Batang Desa Tenggayun Desa Semunai Desa Pematang Duku Timur Desa Sepahat Desa Tengganau Desa Damai Desa

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Daratan besar yang akan menjadi daratan Amerika Selatan pada gambar adalah no- mor ..... Bentuk sedimentasi di daerah gurun seperti gambar adalah

Input yang dibutuhkan untuk penerimaan siswa baru, antara lain: data pendatar, tinggi badan, berat badan dan foto pendaftar, data kriteria, data subkriteri,

[r]