• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kepuasan pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Puskesmas Ngemplak I Sleman periode Februari 2013 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis kepuasan pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Puskesmas Ngemplak I Sleman periode Februari 2013 - USD Repository"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEPUASAN PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN RAWAT JALAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

(JAMKESMAS) DI PUSKESMAS NGEMPLAK I SLEMAN PERIODE FEBRUARI 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Maya Nuswantari

NIM : 098114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS KEPUASAN PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN RAWAT JALAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

(JAMKESMAS) DI PUSKESMAS NGEMPLAK I SLEMAN PERIODE FEBRUARI 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Maya Nuswantari

NIM : 098114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii

Persetujuan Pembimbing

ANALISIS KEPUASAN PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN RAWAT JALAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

(JAMKESMAS) DI PUSKESMAS NGEMPLAK I SLEMAN PERIODE FEBRUARI 2013

Skripsi yang diajukan oleh :

Maya Nuswantari

NIM : 098114027

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama

(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 14 Juni 2013

Penulis

(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Maya Nuswantari

Nomor Mahasiswa : 098114027

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS KEPUASAN PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN RAWAT JALAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI PUSKESMAS NGEMPLAK I SLEMAN PERIODE FEBRUARI 2013

Beserta perangkat yang saya perlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangakalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 17 Juli 2013

Yang menyatakan

(7)

vi

Halaman Persembahan

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar

membangun kesempatan untuk berhasil” (Mario Teguh).

Kupersembahkan Karya ini untuk :

 Yesus Kristus dan Bunda Maria yang memberikan rahmat berlimpah dan selalu membimbingku setiap saat.

 Kedua orangtuaku HB Kuntjoro dan ES Sayu Jatiningsih untuk cinta dan kasih sayangnya.

 Kedua adikku yang terkasih Beni dan Dendi.

(8)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Kepuasan Pelayanan Kefarmasian Pada Pasien Rawat Jalan Peserta

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Puskesmas Ngemplak I Sleman

Periode Februari 2013”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S.Farm.), program Studi Farmasi.

Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami

permasalahan, kesulitan, suka dan duka. Namun, dengan adanya dukungan,

perhatian dan semangat dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

2. Pemerintah Kabupaten Sleman (BAPPEDA) yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian ini.

3. Ibu dr Anna Ratih, selaku Kepala Puskesmas Ngemplak I Sleman yang telah

memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas

Ngemplak I Sleman.

4. Bapak Sunarto, selaku Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Ngemplak I

Sleman yang telah membantu perijinan penelitian di Puskesmas Ngemplak I

(9)

viii

5. Ibu Nirma Atin, S.Si., Apt., selaku Apoteker/Penanggung Jawab Pelayanan

Obat Puskesmas Ngemplak I Sleman yang telah membantu penulis selama

pengambilan data.

6. Ibu Nura, Ibu Fitri, Ibu Ratna dan petugas Puskesmas Ngemplak I Sleman yang

telah membantu penulis selama pengambilan data.

7. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. sebagai dosen pembimbing yang telah

memberi dukungan, perhatian, semangat dan bimbingan dalam mengarahkan

penulis dari awal hingga selesai pembuatan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Djaman G. Manik, Apt., dan Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.

selaku dosen penguji atas waktu, bimbingan dan saran yang telah diberikan.

9. Seluruh dosen pengajar dan staf di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan melalui materi

kuliah kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.

10. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2009 dan kelas FKK A 2009, yang

telah memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu,

memberikan doa, dukungan dan perhatian bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terjadi kesalahan

dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan

pembaca.

(10)
(11)

x

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………...

A. Puskesmas...………...

1. Definisi………

2. Tujuan...………...

3. Fungsi..………

4. Puskesmas Ngemplak I...………..

B. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)...

1. Latar Belakang Jamkesmas………...……….

2. Tujuan...………...

3. Sasaran...………...

4. Kebijakan Operasional.………...

5. Kepesertaan.………...………....

6. Pelayanan Kesehatan...………...

7. Pelayanan Rujukan...………...

C. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Puskesmas…………...……....

1. Pengelolaan Sumber Daya……...……...

a. Sumber Daya Manusia...

b. Prasarana dan Sarana...

c. Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan...…...…..

d. Administrasi...

2. Pelayanan Farmasi Klinik...

a. Pelayanan Resep...

b. Pelayanan Informasi Obat...

(12)

xi

D. Kualitas Pelayanan………...…………....….

1. Penilaian Kualitas Pelayanan ...

2. Model Kualitas Pelayanan ...

E. Diagram Kartesius.………...………...

F. Keterangan Empiris...………...

BAB III METODE PENELITIAN...

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...

B. Variabel penelitian...

C. Definisi operasional………...……...

D. Tempat dan Waktu Penelitian ...

E. Bahan Penelitian...

b. Uji reliabilitas ...

3. Pengolahan Data ...

4. Tahap analisis data...

1) Karakteristik demografi...

2) Analisis gap...

3) Analisis tingkat kepuasan pasien...

(13)

xii

5) Analisis hasil wawancara...

H.Kelemahan Penelitian...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

A. Karakteristik Demografi Responden………...

1. Responden berdasarkan jenis kelamin…………...

2. Responden berdasarkan usia...………...

3. Responden berdasarkan tingkat pendidikan……...…...

4. Responden berdasarkan jumlah kunjungan ke

Puskesmas…...…...

5. Responden berdasarkan gratis tidaknya biaya pelayanan

kesehatan...…………...

6. Responden berdasarkan pernah tidaknya melakukan

rujukan di Puskesmas...

B. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas di Puskesmas

Ngemplak I………...………..

2. Analisis tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

kefarmasian di Puskesmas Ngemplak I...

(14)

xiii

3. Diagram kartesius...

a. Kuadran I (Prioritas utama)...

b. Kuadran II (Pertahankan prestasi)...

c. Kuadran III (Prioritas rendah)...

d. Kuadran IV (Berlebihan)...

C. Kesesuaian Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Ngemplak I

dengan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Puskesmas tahun

2006...

1. Pengelolaan Sumber Daya...

a. Sumber Daya Manusia (SDM)...

b. Prasarana dan sarana...

c. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan...

d. Administrasi...

2. Pelayanan Farmasi Klinik...

a. Pelayanan resep...

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian oleh Krisnawati

2010………...

Tabel II. Alternatif jawaban kuesioner pada harapan dan kenyataan ...

Tabel III. Jenis pernyataan favorabledalam kuesioner ………

Tabel IV. Klasifikasi kesenjangan (gap)………...

Tabel V. Persentase responden atas prosedur dalam mendapatkan

rujukan ke Rumah Sakit yang bekerjasama dengan

program Jamkesmas...………...

Tabel VI. Hasil perhitungan kenyataan, harapan, analisis gap,

kualitas pelayanan dimensi Assurance, dan letak kuadran

diagram kartesius pada pasien Jamkesmas di Puskesmas

Ngemplak I Periode Februari 2013...

Tabel VII. Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap,

Kualitas Pelayanan Dimensi Emphaty, dan letak Kuadran

Diagram Kartesius pada pasien Jamkesmas di Puskesmas

Ngemplak I Periode Februari 2013………

Tabel VIII. Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap,

Kualitas Pelayanan Dimensi Responsiveness, dan letak

Kuadran Diagram Kartesius pada pasien Jamkesmas di

Puskesmas Ngemplak I Periode Februari 2013………….

6

40

40

41

49

51

52

(16)

xv

Tabel IX. Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap,

Kualitas Pelayanan Dimensi Reliability, dan letak Kuadran

Diagram Kartesius pada pasien Jamkesmas di Puskesmas

Ngemplak I Periode Februari 2013………...

Tabel X. Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap,

Kualitas Pelayanan Dimensi Tangible, dan letak Kuadran

Diagram Kartesius pada pasien Jamkesmas di Puskesmas

Ngemplak I Periode Februari 2013…………...

54

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Kartesius...

Gambar 2. Jenis Kelamin Responden Puskesmas Ngemplak I Periode

Februari 2013...

Gambar 3. Usia Responden Puskesmas Ngemplak I Periode Februari

2013...

Gambar 4. Tingkat Pendidikan Responden Puskesmas Ngemplak I

Periode Februari 2013...

Gambar 5. Jumlah Kunjungan Responden Puskesmas Ngemplak I

Periode Februari 2013...

Gambar 6. Gratis atau tidaknya biaya pelayanan kesehatan di

Puskesmas Ngemplak I Periode Februari 2013...

Gambar 7. Pernah atau tidaknya responden melakukan rujukan...

Gambar 8. Diagram Kartesius dari Pernyataan yang mempengaruhi

persepsi Pasien Jamkesmas di Puskesmas Ngemplak I...

26

44

45

46

47

48

49

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Kuesioner Penelitian...

Lampiran 2. Panduan Wawancara untuk Petugas Pelayanan Obat dan

Kepala Puskesmas ………...

Lampiran 3. Hasil wawancara petugas pelayanan obat dan Kepala

Puskesmas...

Lampiran 4. Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas Kuesioner...

Lampiran 5. Tabel harga kritis untuk koefisien korelasi r product

moment...

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap,

Kualitas Pelayanan Semua Dimensi, dan letak Kuadran

Diagram Kartesius pada pasien Jamkesmas di

Puskesmas Ngemplak I Periode Februari 2013...

Lampiran 7. Kategori Penggolongan Kuesioner berdasarkan

Pedoman Pelayanan Kefarmasian Puskesmas 2006...

Lampiran 8. Surat Rekomendasi Penelitian...

Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Penelitian...

81

87

88

90

94

96

98

100

(19)

xviii

Intisari

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya pungutan biaya berobat melalui program Jamkesmas. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan peserta Jamkesmas di Puskesmas Ngemplak I Sleman periode Februari 2013.

Penelitian menggunakan metode observasional dan rancangan cross sectional. Jumlah subyek penelitian 100 pasien Jamkesmas. Ada pun instrumen penelitian berupa kuesioner dan daftar wawancara terhadap Kepala Puskesmas serta petugas pelayanan obat (apoteker dan asisten apoteker).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik demografi pasien jamkesmas didominasi oleh perempuan 58%, yang kemudian disusul oleh kelompok usia 31-45 tahun 44%, tingkat pendidikan SMA 40%, jumlah kunjungan terbanyak lebih dari 10 kali 56%, biaya pelayanan kesehatan gratis 85%, dan pernah melakukan rujukan ke rumah sakit 51%. Analisis gap terbesar dari keseluruhan dimensi RATER yaitu Assurance sebesar -0,210.

Secara keseluruhan kualitas pelayanan di Puskesmas Ngemplak I termasuk klasifikasi gap negatif sebesar -0,179 dengan tingkat kepuasan pasien kurang puas. Namun demikian, untuk pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan oleh Puskesmas Ngemplak I sesuai dengan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Puskesmas 2006.

(20)

xix

Abstract

The background of this research is the cost of treatment trough Health Insurance Participant Program. The goal is to determine the satisfaction level of pharmaceutical care in Health Insurance Participant outpatients at Ngemplak I Sleman Primer Health Care in February 2013.

The study uses observational and cross-sectional design. Number of study subjects 100 Health Insurance Participant outpatients. There are also research instruments such as questionnaires and interviews with the Head of Primer Health Care and also drug services officer (pharmacists and pharmacists assistant).

The results shows that the demographic characteristics of Health Insurance Participant outpatients are dominated by women 58%, which is followed by the age group 31-45 years 44%, education level of Senior High School 40%, the highest number of visits more than 10 times 56%, the cost of free health care 85%, and ever made a referral to the hospital 51%. Gap analysis of the overall dimensions of the RATER is Assurance of -0.210.

Overall quality of pharmaceutical care at Ngemplak I Sleman Primer Health Care including classification negative gap of -0.179 with a dissatisfied patient satisfaction rate. However, for pharmaceutical care which have conducted in Primer Health Care Ngemplak I is accordance to Pedoman Pelayanan Kefarmasian Puskesmas 2006.

(21)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004

menyatakan Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan

dengan menitikberatkan kepada pelayanan masyarakat secara luas untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

perorangan.

Pada tahun 2006 Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik

menyusun Standar Pelayanan Kefarmasian Puskesmas untuk meningkatkan

kinerja apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di masyarakat.

Standar tersebut berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan

apoteker di Puskesmas, serta sebagai upaya penerapan paradigma pelayanan

kefarmasian patient oriented sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Direktorat

Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).

Di Kabupaten Sleman terdapat 25 Puskesmas Induk dan 73 Puskesmas

Pembantu yang merupakan penyedia jasa pelayanan kesehatan di Kabupaten

Sleman (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2010). Kebijakan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Sleman sejak tahun 2005, Puskesmas yang memiliki

(22)

memiliki fasilitas rawat inap meliputi Puskesmas Ngemplak I, Kalasan, Mlati II,

dan Minggir.

Puskesmas Ngemplak I merupakan Puskesmas yang memiliki apoteker

dalam pelayanan kefarmasian sejak tahun 2005. Puskesmas Ngemplak I

merupakan Puskesmas di Kecamatan Ngemplak yang bertanggung jawab atas

pelayanan kesehatan masyarakat di Desa Umbulmartani, Sindumartani, dan

Bimomartani. Data penduduk yang dimiliki Puskesmas Ngemplak I, jumlah total

masyarakat yang menjadi tanggung jawab Puskesmas Ngemplak I sebesar 21.897

jiwa yang tersebar di tiga desa di mana 21% di antaranya termasuk dalam

kelompok keluarga miskin yang mendapatkan program yang dibantu Pemerintah

melalui kartu Jamkesmas (Adityasari, 2011).

Data administrasi yang dimiliki Puskesmas Ngemplak I tahun 2012,

menunjukkan bahwa kunjungan pasien Jamkesmas termasuk jumlah kunjungan

terbanyak kedua setelah pasien umum yaitu sebesar 5792 pasien. Selain

jamkesmas, jenis kepesertaan pasien di Puskesmas Ngemplak I meliputi pasien

umum, askes, jamkesda (jaminan kesehatan daerah), dan kunjungan gratis (UKS

SD, SMP, SMA). Data ini menegaskan bahwa Puskesmas merupakan unit

pelaksana kesehatan tingkat pertama yang bersifat pokok dan dibutuhkan oleh

sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya pasien Jamkesmas yang tidak

mempunyai biaya yang cukup untuk berobat ke sarana layanan kesehatan swasta,

seperti klinik atau pun praktek dokter.

Program Jamkesmas bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu

(23)

tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien di

Puskesmas dan Jaringannya. Sasaran Jamkesmas di seluruh Indonesia sejumlah

76,4 juta jiwa keluarga miskin, sedangkan kuota Provinsi DIY per bulan Mei 2012

sebesar 942.129 jiwa dengan kuota Kabupaten Sleman sebesar 168.158 jiwa

(Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2012).

Beberapa permasalahan masih ditemukan dalam pelaksanaan program

Jamkesmas, khususnya pada pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah peserta

Jamkesmas mengeluhkan adanya pungutan biaya berobat untuk memperoleh

pelayanan kesehatan. Melalui hasil penelitian ICW (Indonesia Corruption Watch)

di awal tahun 2009 ditemukan persoalan dalam pelaksanaan program Jamkesmas

khususnya pada pelayanan kesehatan, yaitu adanya pasien Jamkesmas yang

dipungut biaya berobat dan masih buruknya kualitas pelayanan. Penelitian ICW

ini berfokus pada Jamkesmas yang dilakukan di empat kota yaitu Bogor, Depok,

Tangerang, dan Bekasi. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif

dan kualitatif dengan responden sebanyak 868 orang yang diambil secara acak

dari 579.192 peserta Jamkesmas yang terdaftar di PT Askes. Atas hasil penelitian

ini, ICW menuntut adanya perbaikan dari Departemen Kesehatan dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin (Kompas, 2009).

Permasalahan ini bertentangan dengan PERMENKES RI Nomor

2581/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan

Dasar Jamkesmas, menyatakan bahwa “Peserta Jamkesmas tidak boleh dikenakan

urun biaya termasuk tidak boleh menebus resep obat di apotek (dokter tidak boleh

(24)

Jamkesmas untuk beli di apotek)”. Hal ini menunjukkan masih adanya pungutan

biaya berobat bagi peserta Jamkesmas akan memberikan dampak terhadap mutu

pelayanan kefarmasian yang selanjutnya berdampak terhadap mutu pelayanan

kesehatan di Puskesmas.

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, peneliti melakukan

penelitian kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikan apoteker di Puskesmas

Ngemplak I ditinjau dari dimensi RATER yaitu Reliability, Assurance, Tangible,

Emphaty, dan Responsiveness dari persepsi pasien Jamkesmas. Selain itu, peneliti

melakukan penelitian untuk mengidentifikasi kesesuaian kualitas pelayanan

kefarmasian berdasarkan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Puskesmas tahun

2006 dari persepsi petugas pelayanan obatnya.

1. Permasalahan

a. Seperti apa karakteristik demografi pasien rawat jalan peserta Jamkesmas di

Puskesmas Ngemplak I Sleman periode Februari 2013?

b. Bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat jalan peserta Jamkesmas terkait

dimensi RATER (Reliability, Assurance, Tangible, Emphaty, dan

Responsiveness) pada kualitas pelayanan kefarmasian di Puskesmas Ngemplak

I Sleman periode Februari 2013?

c. Apakah kualitas pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan oleh Puskesmas

Ngemplak I Sleman sudah sesuai dengan Pedoman Pelayanan Kefarmasian

(25)

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang telah dilakukan peneliti, penelitian berjudul

“Analisis Kepuasan Pelayanan Kefarmasian Pada Pasien Rawat Jalan Peserta

Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Puskesmas Ngemplak I Sleman

Periode Februari 2013” belum pernah dilakukan. Akan tetapi penelitian serupa

pernah dilakukan oleh Krisnawati (2010) dengan judul “Analisis Kepuasan

Pelayanan Kefarmasian pada Puskesmas di Kota Yogyakarta Sebagai Dasar

Pelayanan Publik Berbasis Citizens Charter”.

Persamaan penelitian ini terletak pada hal kajian pokok yang diteliti,

yaitu mengenai analisis kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian pada

Puskesmas berdasarkan dimensi RATER yang terdiri dari Reliability (keandalan),

Assurance (jaminan), Tangible (keberwujudan), Emphaty (empati), dan

Responsiveness (ketanggapan).

Perbedaan penelitian ini terletak pada metode analisis yang digunakan,

lokasi penelitian, subyek penelitian, waktu penelitian, dan latar belakang

(26)

Tabel I. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian oleh Krisnawati 2010

No Perbedaan Keterangan

1 Metode analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis persentase untuk penyajian data karakteristik demografi, metode analisis gap, penyajian data menggunakan diagram kartesius, dan wawancara sebagai data pendukung.

2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ngemplak I Sleman, sedangkan penelitian terdahulu dilakukan di Puskesmas Induk Yogyakarta meliputi Puskesmas Umbulharjo II, Pakualaman, Ngampilan, dan Wirobrajan.

3

Subyek dan waktu penelitian

Penelitian ini subyeknya adalah pasien rawat jalan peserta Jamkesmas yang menerima pelayanan kefarmasian di Puskesmas Ngemplak I yang ditetapkan dengan metode

purposive sampling per Februari 2013.

Penelitian terdahulu subyeknya adalah pasien rawat jalan yang menerima pelayanan kefarmasian di Puskesmas bersertifikat ISO dan Non-ISO yang ditetapkan dengan metode purposive sampling per Februari 2010.

4

Latar belakang permasalahan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan pelaksanaan program Jamkesmas, yaitu peserta Jamkesmas mengeluhkan adanya pungutan biaya berobat untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Fokus penelitian ini adalah melakukan identifikasi dan menganalisis tingkat kepuasan pasien rawat jalan peserta Jamkesmas pada kualitas pelayanan kefarmasian di Puskesmas Ngemplak I Sleman periode Februari 2013.

Penelitian terdahulu menelaah mengenai berbagai kebutuhan pasien atas pelayanan kefarmasian di Puskesmas untuk mewujudkan pelayanan publik berbasis Citizen’s

Charter. Fokus penelitian terdahulu adalah melakukan identifikasi dan menganalisis berbagai kebutuhan pasien atas pelayanan kefarmasian yang dilihat dari tingkat kepuasan pasien, dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pelayanan publik dibidang kesehatan yang berbasis

(27)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat praktis

1) Bagi puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi apoteker

maupun pihak manajemen Puskesmas Ngemplak I dalam meningkatkan

kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan

pasien Jamkesmas yang lebih baik di masa yang akan datang.

2) Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan kualitas pelayanan

kefarmasian di Puskesmas.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui tingkat kepuasan kualitas pelayanan kefarmasian pada pasien

rawat jalan peserta Jamkesmas di Puskesmas Ngemplak I Sleman periode

Februari 2013.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi pasien rawat jalan peserta Jamkesmas

yang berkunjung di Puskesmas Ngemplak I Sleman periode Februari 2013.

b. Mengetahui tingkat kepuasan pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan

peserta Jamkesmas dilihat dari dimensi RATER (Reliability, Assurance,

(28)

c. Mengetahui kesesuaian kualitas pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan oleh

Puskesmas Ngemplak I Sleman dengan Pedoman Pelayanan Kefarmasian

(29)

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Puskesmas

1. Definisi

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004

menyatakan Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja.

2. Tujuan

Tujuan dibentuk Puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan

pembangunan bidang kesehatan secara nasional, yakni meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di

wilayah kerja Puskesmas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

3. Fungsi

Puskesmas sebagai UPT Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten fungsi

utamanya sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya,

membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan

kemampuan untuk hidup sehat, dan memberikan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya (Departemen

(30)

4. Puskesmas Ngemplak I

Puskesmas Ngemplak I merupakan puskesmas yang telah melibatkan

tenaga apoteker dalam pelayanan kefarmasian sejak tahun 2005. Puskesmas ini

memiliki kebijakan mutu yaitu menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2000 secara efektif dan efisien yang telah ditetapkan semenjak 2005 dan

telah diperbaharui dengan ISO 9001:2008. Harapannya, apoteker dapat

melakukan perubahan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas

sesuai dengan sasaran mutu yang telah ditetapkan.

Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas Ngemplak I, meliputi

pelayanan pengobatan umum, pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan

kesehatan reproduksi, pelayanan konsultasi gizi, konsultasi kesehatan lingkungan,

pelayanan 24 jam terbatas, pelayanan kesehatan ibu dan anak, imunisasi,

penanggulangan penyakit menular, perawatan kesehatan masyarakat, pemeriksaan

laboratorium, dan pelayanan Rawat Inap.

Puskesmas Ngemplak I dalam melaksanakan pelayanan kesehatan

memiliki visi yaitu “Menjadi Puskesmas yang Mandiri, Memiliki Citra Baik dan

Terpercaya”. Selain itu, didukung oleh misi Puskesmas Ngemplak I, yaitu :

a. Memberikan pelayanan medis dasar dengan mengutamakan pelayanan kuratif

dan rehabilitatif dengan pendekatan pasien dan keluarga.

b. Memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif dengan pendekatan kelompok masyarakat melalui

(31)

c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu secara

berkesinambungan, merata, dan terjangkau.

d. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan.

e. Menjalin kemitraan dengan semua pihak y ang terkait dalam pelayanan dan

pembangunan kesehatan.

f. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

g. Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.

B. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

1. Latar belakang Jamkesmas

Kesehatan adalah hak dasar setiap warga negara atas kesehatannya

termasuk masyarakat miskin, sehingga diperlukan suatu sistem yang mengatur

pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat.

Kementerian kesehatan menetapkan kebijakan untuk lebih memfokuskan

perhatian pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu.

Dasar pemikirannya adalah selain memenuhi kewajiban pemerintah, akan terjadi

percepatan perbaikan indikator kesehatan apabila lebih fokus pada pelayanan

kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2010).

Masyarakat miskin yang dimaksud adalah mereka yang berada pada garis

kemiskinan atau di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan batas

(32)

diperlukan tubuh untuk beraktivitas, ditambah dengan kebutuhan non makanan

(perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, transpor dan kebutuhan pokok

lainnya). Namun demikian, data pendapatan tidak tersedia maka dipakai

pendekatan data konsumsi (pengeluaran). Termasuk pengeluaran adalah perkiraan

nilai barang dan jasa yang dikonsumsi berasal dari hasil produksi sendiri dan

pemberian dari pihak lain. Data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Sleman

untuk garis kemiskinan di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 sebesar

Rp247.688,00/ kapita/ bulan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang memiliki

pengeluaran per kapita tiap bulannya sebesar Rp247.688,00 atau di bawahnya

berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan melalui program jamkesmas.

2. Tujuan

a. Umum

Sebagai petunjuk bagi para pelaksana Program Jamkesmas dalam rangka

meningkatkan jangkauan, pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan di

Puskesmas dan Jaringannya.

b. Khusus

1) Terselenggaranya pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya

termasuk pertolongan persalinan bagi peserta program Jamkesmas.

2) Terselenggaranya pengendalian rujukan kasus

3) Terkendalinya mekanisme pembiayaan dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya bagi peserta program

(33)

4) Terselenggaranya manajemen pengelolaan Program Jamkesmas di

Puskesmas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

3. Sasaran

Sasaran Program Jamkesmas 2012 secara nasional adalah masyarakat

miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak

termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

4. Kebijakan operasional

a. Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah,

diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan sejak 2008 dan merupakan

perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat

Miskin/JPKMM atau lebih dikenal dengan program Askeskin yang

diselenggarakan pada tahun 2005 s.d. 2007 (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

b. Pelaksanaan Program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip penyelenggaraan

sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, yaitu :

1) Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata

peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin.

2) Menyeluruh sesuai dengan standar pelayanan medik yang cost effective

(34)

3) Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas, dan

4) Efisien, transparan dan akuntabel.

5. Kepesertaan

Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas meliputi :

a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan

Bupati/Walikota mengacu pada :

1) Data masyarakat miskin sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS)

2008 dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPPS) yang telah

lengkap dengan nama dan alamat yang jelas.

2) Sisa kuota berasal dari total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk

Kabupaten/Kota setempat yang ditetapkan sendiri oleh Kabupaten/Kota

setempat lengkap dengan nama dan alamat yang jelas.

b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang

tidak memiliki identitas.

c. Ibu hamil dan melahirkan serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28 hari)

yang tidak memiliki jaminan kesehatan.

6. Pelayanan kesehatan

Fasilitas kesehatan dalam program Jamkesmas meliputi Puskesmas dan

jaringannya serta fasilitas kesehatan lanjutan (Rumah Sakit dan Balai Kesehatan

Masyarakat), yang telah bekerja sama dalam program Jamkesmas. Perjanjian

Kerja Sama (PKS) dibuat antara fasilitas kesehatan dengan tim pengelola

Jamkesmas Kabupaten/Kota setempat yang diketahui oleh tim pengelola provinsi

(35)

fasilitas kesehatan lanjutan tersebut masih berkeinginan menjadi fasilitas

kesehatan lanjutan program Jamkesmas (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

Ruang lingkup pelayanan kesehatan dasar Rawat Jalan Tingkat Pertama

peserta Jamkesmas di Puskesmas, meliputi konsultasi medis, pemeriksaan fisik

dan penyuluhan kesehatan; laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin);

tindakan medis kecil; pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut atau

tambal; pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita; pelayanan

Keluarga Berencana (alat kontrasepsi disediakan BKKBN), termasuk penanganan

efek samping dan komplikasi; pemberian obat; pelayanan nifas dan bayi baru

lahir; penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi dalam stabilisasi dan

persiapan rujukan pada kasus infeksi, ikterus, kejang; pelayanan KB pasca

persalinan meliputi pil, AKDR, implant, suntik dan komplikasi pemasangan alat

kontrasepsi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Adapun dukungan obat bahan medis habis pakai dan logistik pelayanan

kesehatan untuk Jamkesmas, meliputi obat pelayanan kesehatan dasar; alat dan

obat kontrasepsi; obat untuk penanganan efek samping dan komplikasi disediakan

oleh BKKBN sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan; obat program; vaksin;

reagen dan logistik penunjang (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

7. Pelayanan rujukan

Rujukan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah proses rujukan

kasus maupun rujukan spesimen/ penunjang diagnostik yang dapat berasal dari

(36)

Rumah Sakit atau sarana penunjang medis lainnya. Pelaksanaan rujukan harus

didasarkan pada indikasi medis sehingga Puskesmas harus dapat melakukan

kendali dalam hal rujukan. Pada kondisi tertentu (misal, gawat darurat) rujukan

dapat langsung ke Rumah Sakit. Biaya transportasi dari Puskesmas pembantu ke

Puskesmas atau antar Puskesmas dan dari Puskesmas ke pelayanan rujukan di

tingkat Kabupaten/Kota menjadi tanggung jawab Puskesmas wilayah kerja pasien

tersebut termasuk biaya kesehatan pendamping (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

C. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Puskesmas

Pedoman pelayanan kefarmasian Puskesmas Tahun 2006 disusun oleh

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, berdasarkan Keputusan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Nomor

HK.00.DJ.II.924. Pedoman ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan

kemampuan tenaga farmasi yang bekerja di Puskesmas (Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik, 2006).

Pada saat ini pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan

paradigma dari orientasi obat (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient

oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care)

(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006). Konsekuensi dari

perubahan tersebut, apoteker ataupun asisten apoteker sebagai tenaga farmasi

dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan

(37)

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya dan pelayanan

farmasi klinik dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode

tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Perihal

yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian di atas satu persatu dapat diuraikan

sebagai berikut.

1. Pengelolaan Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun

2009 tentang kesehatan, bahwa sumber daya manusia/tenaga yang berkompeten

untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas adalah apoteker. Apoteker

dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian (sarjana farmasi, ahli madya farmasi,

analisis farmasi, tenaga menengah farmasi/asisten apoteker) dalam melaksanakan

pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2009). Kompetensi yang harus dimiliki oleh apoteker di Puskesmas meliputi :

1) Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

2) Mampu mengambil keputusan secara profesional.

3) Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan

lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal.

4) Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,

sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).

b. Prasarana dan Sarana

Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak

(38)

tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait dengan pelayanan

kefarmasian (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006). Dalam upaya

mendukung pelayanan kefarmasian di Puskesmas diperlukan prasarana dan sarana

yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan Puskesmas, seperti ketersediaan

ruang rawat inap, jumlah petugas, angka kunjungan, dan evaluasi kepuasan

pasien.

Sarana dan prasarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian adalah setidaknya meliputi :

1) Papan nama “apotek” atau “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien.

2) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

3) Peralatan penunjang kefarmasian, diantaranya timbangan gram dan miligram,

mortir-stamper, gelas ukur, corong, dan rak alat-alat.

4) Keberadaan tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam

upaya penyuluhan pasien, sebagai contoh poster, tempat brosur, leaflet, booklet

dan majalah kesehatan.

5) Keberadaan sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk

pelayanan informasi obat, seperti Farmakope Indonesia, Informasi Obat

Indonesia, Informasi Obat Nasional Indonesia.

6) Keberadaan tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.

7) Adanya tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria,

serum, vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan

(39)

8) Ketersediaan kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar

pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat

dipantau dengan baik.

9) Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk

melakukan pelayanan informasi obat.

c. Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan (Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik, 2006).

d. Administrasi

Administrasi adalah serangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan,

pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib

baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep

supaya lebih mudah dimonitor dan dievaluasi (Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik, 2006). Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, secara

rinci dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1) Perencanaan obat

2) Permintaan obat ke Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

3) Penerimaan obat

(40)

5) Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO (Laporan

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat).

Administrasi khusus untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep

berdasarkan kepesertaan pasien (umum, miskin, asuransi), penyimpanan bendel

resep harian secara teratur selama 3 tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi

dengan berita acara. Selain itu, administrasi untuk kesalahan pengobatan

(medication error), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), serta Medication

Record.

2. Pelayanan Farmasi Klinik

a. Pelayanan resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan

kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses

kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai

dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada

pasien yang dilakukan oleh apoteker. Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut :

1) Penerimaan resep

Beberapa hal berikut yang dilakukan seorang apoteker setelah menerima

resep dari dokter.

a) Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu nama dokter, nomor Surat

Izin Praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal, penulisan

resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien,

(41)

b) Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, stabilitas, cara

dan lama penggunaan obat.

c) Pertimbangan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian

dosis.

d) Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau

obatnya tidak tersedia.

2) Peracikan obat

Setelah memeriksa resep, selanjutnya apoteker melakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

a) Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat,

dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat.

b) Peracikan obat

c) Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/ oral dan etiket warna biru

untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat

dalam bentuk larutan.

d) Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang

berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.

3) Penyerahan obat

Berbagai hal yang perlu dilakukan oleh apoteker dalam menyerahkan

obat kepada pasien, yaitu :

a) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali

mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan

(42)

b) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik

dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya

kurang stabil.

c) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.

d) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal lain yang terkait dengan

obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus

dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat.

b. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat sangat diperlukan dalam upaya penggunaan

obat rasional oleh pasien. Sumber informasi obat dapat diperoleh dari Buku

Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat

Nasionan Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta informasi obat yang

diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat (Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik, 2006).

Informasi obat yang diperlukan pasien meliputi :

1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,

apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam, obat diminum sebelum atau

sesudah makan.

2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus

dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan

untuk mencegah timbulnya resistensi.

3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan.

(43)

obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes

telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.

D. Kualitas Pelayanan

1. Penilaian kualitas pelayanan

Kualitas adalah keseluruhan ciri dan sifat suatu produk atau pelayanan

yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang

dinyatakan atau yang tersirat. Kualitas pelayanan mempunyai hubungan yang erat

dengan kepuasan konsumen. Bila kualitas pelayanan yang diberikan baik maka

konsumen akan puas. Tingkat kepuasan bergantung pada perbedaan antara

kenyataan yang diterima konsumen dengan harapan yang dimiliki oleh konsumen.

Apabila harapan sama dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen, maka

konsumen puas, namun bila harapan lebih besar daripada kenyataan maka

konsumen tidak puas (Kotler, 2005).

Perwujudan kepuasan konsumen dapat didefinisikan secara lebih

sederhana melalui lima dimensi kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh

Parasuraman, et al (1985) dalam penelitiannya, yaitu :

a. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

b. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan kesopanan karyawan dan kemampuan

mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan terhadap konsumen.

c. Tangible (keberwujudan) yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil

(44)

d. Emphaty (empati) yaitu syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi

terhadap konsumen.

e. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemampuan untuk membantu konsumen

dan memberikan jasa yang cepat.

2. Model kualitas pelayanan

Parasuraman, et al (1985) membuat visualisasi tentang Konsep Model

Kualitas Jasa (Connceptual Model of Service Quality – The Gap Analysis Model).

Model Service Quality tersebut dikenal dengan istilah Gap Analysis Model.

Analisis gap dilakukan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi antara

pelayanan yang diharapkan konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh

konsumen dari pelayanan yang telah diberikan oleh karyawan di suatu

perusahaan. Nilai gap negatif menunjukkan kualitas pelayanan suatu kriteria

kurang baik, sehingga perlu ditingkatkan. Bila nilai gap positif, maka hal itu

menunjukkan bahwa kenyataan konsumen terhadap kenyataan suatu kriteria

pelayanan melebihi harapannya terhadap kriteria yang sama (Tjiptono dan

Gregorius, 2005).

Perbedaan cara penyampaian dari apa yang dipersepsikan konsumen itu,

menurut Parasuraman, et al (1985), mencangkup lima gap, yaitu :

a. Gap ke-1

Gap ini muncul sebagai akibat dari ketidaktahuan manajemen tentang

kualitas jasa yang sebenarnya diharapkan konsumen. Akibatnya, desain dan

standar jasa yang disampaikan menjadi tidak layak, sehingga perusahaan tidak

(45)

harapan konsumen dengan persepsi manajemen merupakan sumber munculnya

gap-gap lainnya.

b. Gap ke-2

Manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan

konsumen, tetapi mereka tidak menyusun suatu standar kinerja yang jelas. Hal ini

bisa disebabkan tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen

terhadap kualitas jasa, kekurangan sumber daya, atau adanya kelebihan

permintaan.

c. Gap ke-3

Beberapa penyebab terjadinya gap ini, misalnya karyawan kurang

terlatih, beban kerja melampaui batas, tidak dapat memenuhi standar kinerja.

Selain itu, karyawan dihadapkan pada standar-standar yang kadang saling

bertentangan satu sama lain.

d. Gap ke-4

Harapan konsumen sering kali dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan

atau janji yang dibuat oleh perusahaan. Dimana risiko yang dihadapi perusahaan

adalah apabila janji yang diberikan ternyata tidak dapat dipenuhi.

e. Gap ke-5

Gap ke-5 yaitu Gap antara harapan konsumen dengan layanan yang

diterima atau dirasakan. Gap ini dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi

negatif, seperti kualitas yang buruk dan masalah kualitas, komunikasi dari mulut

ke mulut yang negatif, dampak negatif terhadap citra perusahaan, dan kehilangan

(46)

E. Diagram Kartesius

Diagram kartesius merupakan suatu bagan yang dibagi atas empat bagian

yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X ,Y ).

Pada diagram kartesius X merupakan rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau

kinerja seluruh faktor atau atribut dan Y adalah rata-rata skor tingkat kepentingan

seluruh faktor yang mempengaruhi harapan (Supranto, 2001). Kepuasan pasien

dapat dianalisis dari dua dimensi, yaitu dari harapan atas sesuatu yang terletak

pada sumbu Y dan kenyataan yang diterima pasien yang terletak pada sumbu X.

Tingkat unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian

ke dalam diagram kartesius seperti pada Gambar 1. Diagram kartesius dapat

digunakan untuk mengetahui di titik atau area mana konsumen belum puas atau

kecewa dengan kinerja perusahaan (Majid, 2009).

(47)

Keterangan :

1. Kuadran I (Prioritas Utama)

Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi

kepuasan konsumen dan termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting

bagi konsumen. Akan tetapi pihak perusahaan belum melaksanakannya sesuai

dengan keinginan konsumen, sehingga menimbulkan kekecewaan/rasa tidak puas

(Supranto, 2001). Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini perlu

menjadi perhatian perusahaan secara serius.

2. Kuadaran II (Pertahankan Prestasi)

Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap penting oleh

konsumen telah dilaksanakan dengan baik dan dapat memuaskan konsumen, maka

kewajiban dari perusahaan adalah mempertahankan kinerjanya (Supranto, 2001).

3. Kuadran III (Prioritas Rendah)

Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting

oleh konsumen dan pelaksanaan oleh perusahaan biasa-biasa saja (Supranto,

2001). Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini tidak perlu

dipersoalkan walaupun tidak memuaskan konsumen karena konsumen tidak

menganggap penting.

4. Kuadran IV (Berlebihan)

Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting

oleh konsumen tetapi telah dijalankan dengan sangat baik oleh pihak perusahaan.

(48)

F. Keterangan Empiris

Puskesmas merupakan pelayanan dasar tingkat pertama untuk

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Salah satunya pelayanan untuk

mendapatkan rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan (rumah sakit). Hasil

penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik

demografi dan kualitas pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan peserta

Jamkesmas di Puskesmas Ngemplak I Sleman. Dengan demikian, Puskesmas

sebagai salah satu sarana kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan

kefarmasian yang optimal sesuai dengan kebutuhan pasien Jamkesmas, sehingga

(49)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan

cross sectional. Pendekatan cross sectional dilakukan untuk mengobservasi

variabel-variabel pada waktu yang sama (Arikunto, 2006). Subyek penelitian ini

adalah pasien Jamkesmas dan subyek wawancara adalah Kepala Puskesmas dan

Petugas Pelayanan Obat Puskesmas Ngemplak I. Data yang digunakan adalah

data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh berupa hasil

kuesioner kualitas pelayanan kefarmasian terkait RATER (Reliability, Assurance,

Tangibility, Emphaty, dan Responsiveness). Data kualitatif yang diperoleh dari

hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas dan Petugas Pelayanan Obat.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah persepsi kenyataan

dan harapan peserta Jamkesmas terkait RATER (Reliability, Assurance,

Tangibility, Emphaty, dan Responsiveness) pada kualitas pelayanan

kefarmasian di Puskesmas Ngemplak I.

2. Variabel tergantung (dependent) dalam penelitian ini adalah kepuasan peserta

(50)

3. Responsiveness) pada kualitas pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Ngemplak I.

C. Definisi Operasional

1. Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu

selanjutnya disebut peserta Jamkesmas, yang terdaftar dan memiliki kartu dan

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Kepuasan adalah persepsi pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

kefarmasian, yaitu sejauh mana pasien merasa senang karena harapan

pelayanan kefarmasian tersebut terpenuhi oleh tenaga kefarmasian Puskesmas.

Persepsi pasien atas pelayanan kefarmasian dibedakan menjadi kenyataan dan

harapan. Kenyataan adalah penilaian pasien terhadap pelayanan yang telah

diberikan di Puskesmas Ngemplak I. Harapan adalah seberapa penting hal ini

bagi pasien/ tingkat ideal bagaimana seharusnya pelayanan di Puskesmas.

3. Petugas yang dimaksud adalah petugas pelayanan obat terdiri dari apoteker dan

asisten apoteker di Puskesmas Ngemplak I Sleman.

4. Kesesuaian adalah kemampuan petugas pelayanan obat dalam memberikan

pelayanan kefarmasian kepada pasien di Puskesmas Ngemplak I Sleman

dibandingkan dengan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Puskesmas 2006.

5. Kualitas pelayanan kefarmasian yang akan diteliti ditinjau berdasarkan 5

dimensi RATER, meliputi :

a. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan tenaga kefarmasian untuk

(51)

meliputi kedisiplinan dan ketepatan pelayanan sesuai dengan prosedur,

pelayanan informasi obat tentang kegunaan obat, lamanya pemakaian obat,

dan cara penggunaan obat, kecepatan petugas dalam melayani resep obat

nonracikan (non puyer) dan resep obat racikan (obat puyer), waktu yang

diberikan petugas untuk memberikan informasi obat yang diterima pasien,

dan jumlah petugas pelayanan obat.

b. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan kesopanan dan kemampuan petugas

kefarmasian untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan terhadap

pasien. Dimensi ini meliputi ketepatan waktu dalam pelayanan obat,

kenyamanan pasien dalam berobat, adanya nomor urut pada saat antrean

resep, dan pengetahuan petugas pelayanan obat dalam melayani informasi

obat.

c. Tangible (keberwujudan) yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil

dan media komunikasi. Dimensi ini meliputi, tersedianya papan petunjuk

“kamar obat” atau ”apotek”, ketersediaan obat, kerapian penampilan

petugas, ketersediaan fasilitas tempat duduk dan tempat sampah di ruang

tunggu, kebersihan ruangan, ketersediaan fasilitas sebagai informasi obat/

kesehatan, dan ketersediaan nomor antrean pada proses pendaftaran.

d. Emphaty (empati) yaitu syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi terhadap pasien. Dimensi ini meliputi kategori variasi model pelayanan dan

pelayanan pribadi. Dimensi ini meliputi petugas memberikan informasi

yang mudah dimengerti, keramahan petugas dalam melayani pasien,

(52)

dalam mengulang informasi cara penggunaan obat, kesabaran petugas dalam

pelayanan obat, dan ucapan terima kasih diakhir pelayanan.

e. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemampuan tenaga kefarmasian untuk

membantu pasien dan memberikan jasa yang cepat. Dimensi ini meliputi

ketanggapan petugas untuk membantu pasien yang terlihat kebingungan,

ketanggapan petugas dalam menangani kesalahan obat agar obat yang

diterima pasien tepat, pemberian informasi obat dengan jelas dan lengkap,

dan kemudahan pasien dalam prosedur pelayanan obat.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ngemplak I yang beralamat di

Koroulon, Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Pelaksanaan

pengumpulan data dimulai tanggal 1 s.d 28 Februari 2013.

E. Bahan Penelitian

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu:

a. Pasien Jamkesmas yang dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik

untuk mengisi kuesioner.

b. Pasien Jamkesmas baik pria maupun wanita yang berusia 15 s.d 75 tahun,

dengan alasan telah mampu memberikan penilaian.

(53)

d. Pasien Jamkesmas yang berkunjung satu kali atau lebih ke Puskesmas untuk

mendapatkan pelayanan kefarmasian rawat jalan minimal pada tahun 2012.

e. Pasien Jamkesmas yang telah menempuh pendidikan minimal setingkat SD.

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu :

a. Pasien Jamkesmas yang tidak bisa baca tulis.

b. Pasien Jamkesmas yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik, misal

adanya gangguan pendengaran, tidak bisa memahami bahasa Indonesia

dengan baik.

2. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005). Populasi

penelitian ini adalah jumlah kunjungan pasien peserta Jamkesmas yang

berkunjung ke Puskesmas Ngemplak I tahun 2012. Berdasarkan data petugas

administrasi Puskesmas Ngemplak I, jumlah kunjungan pasien Jamkesmas pada

tahun 2012 adalah sebesar 5792 orang.

3. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Purposive

didasarkan atas pertimbangan tertentu dari peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian

(Notoatmodjo, 2002). Menurut Arikunto (2006) pengambilan sampel dengan

(54)

sendiri sehingga dapat mewakili populasi. Sampel yang diambil pada penelitian

ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.

4. Ukuran sampel

Menurut Sarwono (2006) ukuran sampel yang diambil apabila populasi

diketahui, maka rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel :

1

N = jumlah populasi (5792 pasien Jamkesmas dari data petugas administrasi Puskesmas Ngemplak I tahun 2012)

d = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (10%)

Pada penelitian ini digunakan tingkat kelonggaran ketidaktelitian sebesar

10%, maka dengan menggunakan rumus di atas diperoleh sampel sebesar :

1

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh hasil jumlah sampel yang diperlukan

untuk penelitian ini sebanyak 100 responden.

Dalam penelitian kualitatif tidak ada aturan yang baku tentang jumlah

minimal dari responden. Sesuai dengan data yang ingin diambil oleh peneliti,

maka subyek wawancara dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas dan

Petugas Pelayanan Obat yang terdiri dari apoteker dan dua asisten apoteker pada

(55)

F. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data kuantitatif adalah

kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dengan memberikan

pernyataan tertulis tentang persepsi pasien antara harapan dan kenyataan pada

kualitas pelayanan kefarmasian. Instrumen kuesioner terdiri atas 5 aspek utama

dimensi ServQual yaitu Reliability (keandalan), Assurance (jaminan), Tangible

(keberwujudan), Emphaty (empati), dan Responsiveness (ketanggapan) yang

memuat 30 pernyataan dan terdapat pernyataan-pernyataan yang mewakili setiap

aspeknya.

2. Wawancara

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data kualitatif adalah

wawancara. Wawancara dalam penelitian ini berkaitan dengan pelayanan

kefarmasian berdasarkan Pedoman Pelayanan Kefarmasian pada Puskesmas 2006.

Wawancara ini digunakan sebagai data pendukung untuk menilai kepuasan pasien

dan menilai kesesuaian pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan di Puskesmas

Ngemplak I. Pengukuran dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara

dengan Kepala Puskesmas, Apoteker, dan Asisten Apoteker Puskesmas Ngemplak

I Sleman.

3. Dokumen administrasi Puskesmas Ngemplak I

Dokumen administrasi berisikan jumlah pasien Puskesmas Ngemplak I

(56)

populasi pada penelitian ini adalah jumlah pasien rawat jalan peserta Jamkesmas

dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012.

G. Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

Tahap ini mencangkup pembuatan proposal penelitian, penyusunan

kuesioner dan panduan wawancara, serta pengurusan perijinan.

Perijinan dilakukan dengan mengajukan proposal penelitian ke Bappeda

Kabupaten Sleman yang dilampiri dengan surat pengantar dari Fakultas Farmasi

Sanata Dharma Yogyakarta. Surat ijin dari Bappeda ditunjukkan ke Dinas

Kesehatan Kabupaten Sleman untuk mendapatkan surat pengantar ijin penelitian

ke Puskesmas. Selanjutnya dilakukan perijinan ke Puskesmas Ngemplak I dengan

surat rekomendasi dari Kepala Bappeda dan surat pengantar dari Dinas Kesehatan

untuk perijinan tempat mengambil data.

2. Pelaksanaan penelitian

Sebelum pengumpulan data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas kuesioner.

a. Uji validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008). Pada penelitian ini, validitas alat

ukur dipenuhi dengan validitas isi yang menunjuk sejauh mana isi alat ukur

tersebut mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur yang akan diperoleh

(57)

judgment dilakukan oleh apoteker di Puskesmas Kota Yogyakarta. Selain uji

validasi isi peneliti juga melakukan uji validasi dengan menggunakan analisis

Pearson Product Momen pada tingkat kepercayaan 95% yang menunjukkan

validitas hubungan antar butir pernyataan. Uji signifikansi dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2,

dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Pada penelitian ini jumlah sampel (n) = 30

dan besarnya df dapat dihitung 30-2 = 28 dengan df = 28 dan alpha = 0,05 (dua

sisi) didapat r tabel = 0,361. Pada hasil penelitian r hitung lebih besar dari r tabel

dan bernilai positif, maka butir atau pernyataan tersebut dinyatakan valid.

Berdasarkan hasil pengujian validitas, maka kuesioner yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini layak digunakan karena telah memenuhi

persyaratan validitas yaitu telah dilakukan professional judgment dan r hitung >

0,361. Hasil perhitungan untuk uji validasi terlampir pada lampiran 4.

Uji validasi ini dilakukan di Puskesmas Kalasan, Mlati II, dan Minggir

dengan membagikan kuesioner kepada 30 responden. Pemilihan Puskesmas

Kalasan, Mlati II, dan Minggir sebagai tempat uji validasi diharapkan dapat

menggambarkan kondisi karakteristik pasien di Puskesmas Ngemplak I. Hal ini

dimaksudkan walaupun uji validasi dilakukan di puskesmas yang berbeda, namun

memiliki kesamaan dalam sistem pengelolaan Program Jamkesmas pada tiap

Gambar

Tabel II. Alternatif jawaban kuesioner pada harapan dan kenyataan ...
Tabel X. Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap,
Gambar 3. Usia Responden Puskesmas Ngemplak I Periode Februari
Tabel I. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian oleh Krisnawati 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang ada, maka dapat dideskripsikan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan Algoritma SCAM yang

Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada tahun 2010 dengan judul Gedung Pertunjukan Musik Sebagai Rancangan Alternatif di Kawasan

Mengalami kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan yang lain (sebagai contoh, membuat anda harus berusaha lebih kerash. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering

Berjalan menuju kawasan desa Sambi Kereb/ Bantul/ juga dapat dirasakan kealamiannya// Dengan penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai buruh dan petani ini/ mereka cukup merasakan

Ke kakuan dan kediktatoran Virus tak berhenti sampai disitu, ia berupaya agar ketiga pemuda itu tak akan pernah lulus dari universitasnya, dengan berbagai cara, namun cara apapun

Another stage of the work regards the 3D survey with reality- based techniques of all the remains still visible in order to have a starting point for the

Student’s Translation Quality in Translating English Phrasal Verbs Into Indonesian (A Study at Sixth Semester Students Class A of English Department of FKIP

Program/ Kegiatan Sasaran Indikator Kinerja Outcome Output Volume 2 Jumlah lokasi pendampingan dalam rangka percepatan pelaksanaan RAT Meningkatnya pengawasan aparat