• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEST CONTENT FORMALDEHYDE AND BORAX IN MEATBALLS SAMPLES SOLD IN ENVIRONMENT UNIVERSITY CAMPUS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEST CONTENT FORMALDEHYDE AND BORAX IN MEATBALLS SAMPLES SOLD IN ENVIRONMENT UNIVERSITY CAMPUS MUHAMMADIYAH SURAKARTA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

36

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 2 Desember 2017 TEST CONTENT FORMALDEHYDE AND BORAX IN MEATBALLS SAMPLES SOLD IN ENVIRONMENT UNIVERSITY CAMPUS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Retno Setyaningsih1(setyaningsihretno322@gmail.com), Muhammad Nurhadi2(drhmnurhadi@gmail.com), Dyah Susilowati3(dyah_susilowati@yahoo.com)

ABSTRACT

Background: Borax and formaldehyde are prohibited from use in food, but it is still found in some products such as noodles and meatballs. Borax and formaldehyde content test can be done using a flame test methods and test methods color.

Purpose: To find meatballs sold in Surakarta Muhammadiyah University campus environments containing borax and formaldehyde.

Research Method: This study is a descriptive survey with cross sectional design and sampling technique used purposive sampling. The sample in this study amounted to 8 (eight) where each stall investigated two (2) pieces of meatballs.

Result: Borax and formaldehyde content test on the sample meatballs sold in Surakarta Muhammadiyah University campus environment using a flame test methods and test methods showed color negative or undetectable samples contain borax and formaldehyde.

Conclusion: All of the samples tested meatballs that do not contain harmful preservatives, namely borax and formaldehyde. Meatball samples so it meets the requirements in Permenkes No. 033 Year 2012 on Food Additives.

Keywords: Borax, Formalin, meatballs, flame Test, Test color

1

College Student of STIKES Duta Gama Klaten 2

Lecturer I of STIKES Duta Gama Klaten 3

(2)

37

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 2 Desember 2017 PENDAHULUAN

Boraks adalah senyawa berbentuk hablur transparan, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan basa. Boraks merupakan senyawa dengan nama natrium tetraborat (Na2B4O7.10H2O) kelarutan larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih (Farmakope, 1979). Boraks biasanya digunakan untuk bahan pengawet, alat pembersih dan peptisida. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak berakibat buruk secara langsung, tetapi akan terjadi akumulasi (penumpukan) sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Cahyadi (2008) menyebutkan bahwa kandungan boraks dalam makanan dapat menimbulkan gejala mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala, bahkan menimbulkan shock. Selain itu efek penggunaan boraks dapat menyebabkan gangguan kulit, gangguan pada otak, serta hati dan lain-lain (Afrianti, 2010).

Formalin adalah senyawa dengan nama kimia larutan formaldehida yang mengandung formaldehida dan methanol sebagai stabilisator, kadar formaldehida CH2O tidak kurang dari 34,0% dan tidak lebih dari 38,0%. Formalin berbentuk cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk (Depkes, 1979). Formalin sering digunakan dalam proses pengawetan produk makanan, padahal formalin biasanya digunakan

sebagai pembunuh hama, pengawet mayat, bahan desinfektan, sedangkan pada industri plastik, busa, dan resin untuk kertas (Afrianti, 2010).

Formalin berbahaya bagi kesehatan manusia, jika kandungannya dalam tubuh tinggi akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel. Selain itu kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian (Cahyadi, 2008).

Bakso merupakan hidangan yang sangat populer di kalangan masyarakat kita. Hampir di setiap tempat dapat kita jumpai produk ini. Di desa, Kota, pasar-pasar, pinggir jalan, pondokan, pedagang keliling sampai pasar swalayan bahkan ada yang sudah membuka cabang sampai ke luar negeri. Bakso yang biasa kita kenal dikelompokkan menjadi bakso daging, bakso urat dan bakso aci. Bakso daging dibuat dari daging yang sedikit mengandung urat dan dengan penambahan tepung. Bakso urat terbuat dari daging yang mengandung jaringan ikat atau urat, misalnya daging iga (Salma, 2013).

Penggunaan boraks dan formalin masih banyak terjadi di masyarakat walaupun sudah dilarang menurut

(3)

38

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 2 Desember 2017

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Seperti kasus penyalahgunaan formalin yang terjadi di Banjarnegara, Jawa Tengah yang ditemukan pada puluhan kilo gram bakso sapi dari seorang produsen asal Banjarnegara (Novit, 2013). Suntaka dkk., Tahun 2014 dengan menguji sampel bakso di kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara diperoleh 3,1% bahan berbahaya formalin dari 35 sampel. Ponco (2002) dalam Tubagus dkk., Tahun 2013 menemukan 42,60% dari sampel bakso, yang dijajakan di pasar Perumas Bekasi positif mengandung boraks. Mujianto dkk., Tahun 2005 melaporkan bakso yang mengandung boraks ditemukan di kecematan Pondok Gede Bekasi berasal dari 38 responden (38%).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan metode survei diskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

Purposive sampling. Sampel bakso diambil

dari warung bakso di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta berjumlah 8 tempat, dimana setiap warung diteliti sebanyak 2 buah bakso.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu cawan porselen, tabung reaksi, beaker glass, pisau, batang pengaduk, pipet tetes, penangas spiritus, kertas saring, plastik, penjepit. Bahan-

bahan pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bakso, aquadest, asam sulfat pekat, methanol, asam kromatophat. Prinsip kerja dalam uji kandungan boraks dan formalin pada sampel bakso yang dijual di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta dibatasi uji nyala dan uji warna.

Prosedur uji boraks pada bakso dengan metode uji nyala Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979, yaitu `Ambil sampel bakso dan dipotong kecil-kecil. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam beaker glass kemudian larutkan dengan aquadest kira-kira 20,0 ml sambil diaduk sampai larut selama 5 menit. Lalu disaring dalam cawan porselin. Hasil larutan yang sudah disaring diuapkan di atas penangas spiritus langsung sampai larutan habis atau kering. Setelah didapatkan larutan yang habis atau kering tadi lalu ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 5 tetes, lalu dipijarkan sambil ditambah methanol 3-5 tetes. Jika menghasilkan warna hijau artinya bahan tersebut mengandung boraks.

Prosedur uji formalin pada bakso dengan metode uji warna yaitu Ambil sampel bakso dan dipotong kecil-kecil. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam beaker glass kemudian larutkan dengan aquadest kira-kira 20,0 ml sambil diaduk sampai larut selama 5 menit. Lalu disaring dalam beaker glass. Hasil larutan yang sudah disaring masukkan dalam tabung

(4)

39

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 2 Desember 2017

reaksi, kemudian ditambahkan asam kromatophat melalui dinding tabung reaksi. Jika dihasilkan warna merah keunguan maka dapat disimpulkan bahwa bahan tersebut mengandung formalin.

HASIL PENELITIAN

Hasil uji kandungan boraks dan formalin secara kualitatif pada sampel bakso yang dijual di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta yang dilakukan dengan metode uji nyala dan metode uji warna. Sampel yang akan diuji kandungan boraks dan formalinnya

diberi kode A1-A8, untuk

mempermudahkan dalam pengujian serta mencegah tertukarnya sampel satu dengan sampel lainnya. Hasil uji kandungan boraks pada sampel bakso dengan metode uji nyala dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan hasil uji kandungan formalin pada sampel bakso dengan metode uji warna dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Hasil kandungan boraks pada sampel bakso dengan metode uji nyala.

No Sampel Bakso Pengamatan Hasil

1 Kontrol positif nyala hijau +

2 A1 nyala biru kemerahan -

3 A2 nyala biru kemerahan -

4 A3 nyala biru kemerahan -

5 A4 nyala biru kemerahan -

6 A5 nyala biru kemerahan -

7 A6 nyala biru kemerahan -

8 A7 nyala biru kemerahan -

9 A8 nyala biru kemerahan -_

Keterangan :

A1-A8 : Sampel bakso yang diduga mengandung boraks

(+) : Positif mengandung boraks

(-) : Tidak terdeteksi mengandung boraks

Tabel 2. Hasil kandungan formalin pada sampel bakso dengan metode uji warna

No Sampel Bakso Pengamatan Hasil 1 Kontrol positif Ungu Kehitaman +

2 A1 Pink Muda - 3 A2 Pink Muda - 4 A3 Pink Muda - 5 A4 Pink Muda - 6 A5 Pink Muda - 7 A6 Pink Muda - 8 A7 Pink Muda - 9 A8 Pink Muda - Keterangan :

A1-A8 : Sampel bakso yang diduga mengandung formalin

(+) : Positif mengandung formalin (-) : Tidak terdeteksi mengandung

formalin

PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan karena boraks dan formalin sering disalah gunakan sebagai Bahan Tambahan Pangan, boraks dan formalin tidak diijinkan untuk digunakan dalam makanan yang disesuaikan dengan Permenkes No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP).

Berdasarkan hasil pengamatan sampel bakso yang dijual di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan uji kandungan boraks menggunakan metode uji nyala dengan kontrol positif menghasilkan warna hijau, untuk semua sampel yang diuji menghasilkan warna biru kemerahan yang menunjukan bahwa semua sampel tersebut tidak mengandung boraks. Untuk uji kandungan formalin menggunakan metode

(5)

40

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 2 Desember 2017

uji warna dengan kontrol positif menghasilkan merah keunguan (ungu kehitaman) sedangkan pada semua sampel yang diuji menghasilkan pink muda yang menunjukan bahwa sampel bakso yang diuji tidak mengandung formalin.

Hasil dari identifikasi ini, dapat diketahui bahwa pedagang bakso cukup memahami himbauan pemerintah agar tidak menambahkan boraks dan formalin pada bakso sebagai pengawet. Seseorang yang mengkonsumsi bakso yang mengandung boraks sangat berbahaya bagi kesehatan, dosis yang cukup tinggi dalam tubuh akan menyebabkan munculnya gejala pusing, muntah, diare dan dapat menimbulkan shock (Cahyadi, 2008).

Sedangkan bakso yang berformalin akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat didalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel.

KESIMPULAN

Semua sampel bakso yang diuji tidak mengandung bahan pengawet berbahaya yaitu boraks dan formalin. Sehingga sampel bakso yang diambil telah memenuhi persyaratan dalam Permenkes No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan yang tidak diijinkan untuk digunakan yaitu boraks dan formalin. Dan tidak ada penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar kandungan boraks dan formalin menggunakan uji kuantitatif.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian uji kandungan boraks dan formalin pada sampel bakso yang dijual di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta diharapkan para pedagang bakso untuk tetap tidak menggunakan boraks dan formalin untuk mengawetkan bakso maka menghindari bakso yang tidak terjual dianjurkan untuk memproduksi bakso yang tidak terlalu banyak, kepada pemerintah diharapkan untuk sering mengadakan sosialisasi dan pengawasan terhadap pedagang bakso, untuk peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian terhadap sampel bakso yang berada di pasar maupun swalayan dengan metode yang berbeda.

(6)

41

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 2 Desember 2017 DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, H. 2010. Pengawet Makanan

Alami dan Sintetis Cetakan 1.

Bandung. Penerbit Alfabeta.

Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan

Edisi 2 Cetakan I. Jakarta. Bumi

Aksara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen

Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan, 2012.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033

Tentang Bahan Tambahan Pangan.

Jakarta.

Mujianto, B. Purba, A.V., Widada, N.S. dan Martini, R. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Boraks pada Bakso di Kecamatan Pondok Gede Bekasi. Buletin

Penelitian Kesehatan.Volume 33 No.

4 hal 152-161.

Novit, E. 2013. Bakso Sapi Berformalin

Beredar di Pasar Tradisional.

http://daerah.sindonews.com/read/76 1843/22/bakso-sapi-berformalin-

beredar-di-pasar-tradisional-1373984498 tanggal akses 13 Januari 2016.

Salma, M. 2013. Kiat Memulai Bisnis

Bakso. Yogyakarta. Bintang

Cemerlang.

Suntaka, D. F. A. L., Joseph, W. B. S. dan Sondakh, R.C. 2014. Analisis Kandungan Formalin dan Boraks Permanen pada Beberapa Tempat di Kota Bitung. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi.

Tubagus, I., Citraningtyas, G., dan Fatimawali. 2013. Identifikasi dan Penetapan Kadar Boraks dalam

Bakso Jajanan di Kota Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah

Farmasi-UNSRAT. Volume 2 No. 4. hal

Referensi

Dokumen terkait

Theoretically, this research can enrich the study on semiotics especially on the terms of warning icons used on foods and beverages cartons.... Organizations of

penulis, Kak Yanti atas kebaikan selama ini yang sering membantu penulis disaat penulis dalam kesulitan , dan Bang Taufik atas perhatian dan dukungannya, terima kasih atas segala

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi pelaksanaan penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk meningkatkan

mencatat setiap perpindahan limbah B3 baik yang masuk maupun keluar dari tempat penyimpanan limbah, sesuai jenis dan jumlahnya mengggunakan Formulir Kegiatan

Selaras dengan program pembangunan ekonomi pemerintah indonesia, dimana titik tolak diarahkan pada peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan

Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari

Setelah dilakukan penelitian pada KSU Modern Surakarta dengan menghitung rasio keuangan berdasarkan neraca dan perhitungan hasil usaha periode 2006 s/d 2008 diperoleh hasil

Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu kabupaten dengan persentase desa perdagangan sebesar 1.439%, persentase desa jasa sebesar 2.517%, persentase keluarga yang tidak