• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FINANCIAL DISTRESS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP

FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA 2007-2011

RIEKA SARTIKA HS ALIMUDDIN

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

(2)

ABSTRAK

Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia 2007-2011

The Impact of Audit Committee Characteristics in Financially Distressed Firms of Property and Real Estate Listed in Indonesian Stock Exchange

2007-2011

Rieka Sartika Hs Alimuddin Syarifuddin

Agus Bandang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik komite audit pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Kesulitan keuangan perusahaan menandakan penerapan corporate governance

yang lemah dimana komite audit memegang peranan penting. Karakteristik komite audit yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran komite audit, independensi komite audit, frekuensi pertemuan komite audit dan kompetensi komite audit. Penelitian ini menggunakan satu variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan. Populasi penelitian ini adalah 215 perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh sebanyak 54 perusahaan yang terdiri dari 27 financially distressed firms dan 27 non financially distressed firms. Kriteria

financial distress diukur dengan menggunakan metode interest coverage ratio. Analisis data menggunakan regresi logistik dengan SPSS 20. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil regresi logistik, karakteristik komite audit berpengaruh negatif terhadap kesulitan keuangan perusahaan.

Kata Kunci: kesulitan keuangan, karakteristik komite audit, interest coverage ratio, tata kelola.

(3)

ABSTRACT

Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia 2007-2011

The Impact of Audit Committee Characteristics in Financially Distressed Firms of Property and Real Estate Listed in Indonesian Stock Exchange

2007-2011

Rieka Sartika Hs Alimuddin Syarifuddin

Agus Bandang

This research aims to investigate whether there is any difference in the characteristics of an audit committee between financially distressed firms and non distressed firms listed on Indonesian Stock Exchange. Financial distress is a sign of weak corporate governance of which the audit committee is one of important element. Four characteristics of the audit committee being examined are size of audit committee, independence of audit committee, frequency of audit committee meeting, and competence of audit committee. This study used one control variable is firm size. Population used in this study is 215 property and real estate companies listed in Indonesian Stock Exchange in 2007-2011. Based on purposive sampling, there are 54 samples consist of 27 financially distressed firms and 27 non financially distressed firms. Financial distress criteria is measure by interest coverage ratio method. Data analysis using logistic regression with SPSS 20. Results show that based on logistic regression, audit committee characteristics has a significant negative association with financially distressed firms.

Keywords: financial distress, audit committee characteristics, interest coverage ratio, corporate governance.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era perekonomian global saat ini menuntut perusahaan untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang, terutama bidang yang

berhubungan dengan keunggulan bersaing (competitive advantage). Keunggulan

bersaing dapat diperoleh dengan menerapkan strategi yang tidak mudah diikuti oleh pesaing.

Porter (1991) dalam Wardhani (2006) menyatakan bahwa kesuksesan atau kegagalan suatu perusahaan kemungkinan disebabkan oleh strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Kesuksesan suatu perusahaan banyak ditentukan oleh karakteristik strategis dan manajerial perusahaan tersebut. Salah langkah dalam penerapan strategi perusahaan dapat berdampak langsung pada kondisi

keuangan perusahaan sehingga dapat menyebabkan terjadinya financial

difficulties.

Financial difficulties biasanya terjadi karena serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang tidak tepat, dan kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen (Brigham dan Daves, 2003). Sedangkan Wruck (1990) dalam Whittaker (1999) seperti yang dikutip Fachrudin (2008) menyatakan

bahwa kesulitan keuangan terjadi akibat economic distress, penurunan dalam

(5)

diungkapkan oleh Mackey (1983) adalah karena tidak adanya atau kurangnya upaya mengawasi kondisi keuangan sehingga penggunaan uang tidak sesuai dengan keperluan (Fachrudin, 2008).

Ellomi dan Gueyie (2001) menyatakan bahwa kegagalan berbagai perusahaan di seluruh dunia dalam mencapai tujuan yang diharapkan, atau untuk dapat bertahan dalam dunia usaha, selalu dikaitkan oleh pasar modal internasional, pemakai laporan keuangan, dan profesi akuntan dengan

kelemahan dalam struktur corporate governance yang diterapkan perusahaan.

Pendapat yang sama diungkapkan oleh Lizal (2002) yang mengelompokkan penyebab-penyebab kesulitan dan menamainya dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Penyebab Kesulitan Keuangan. Menurutnya, ada tiga alasan yang mungkin menyebabkan perusahaan menjadi bangkrut, yaitu : (1)

neoclassical model, (2) financial model, dan (3) corporate governance model.

Corporate governance didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan (Forum for Corporate Governance in Indonesia).

Cadbury (Sutedi, 2011: 1) menyatakan bahwa good corporate governance

mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan

antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Penerapan corporate

governance tidak terlepas dari empat pilar yang melandasinya, sebagai hasil

pengembangan Organization for Economic Corporation and Development

(OECD), yaitu : fairness (keadilan), transparancy (transparansi), responsibility

(6)

Belakangan ini, istilah corporate governance semakin populer. Hal ini disebabkan berbagai skandal kasus korporasi dunia pada perusahaan besar seperti Enron, Tyco, Xerox, WorldCom, mengindikasikan bahwa kegagalan bisnis perusahaan tersebut akibat tata kelola perusahaan yang buruk (Meryana, 2011).

Banyak ahli yang berpendapat bahwa kelemahan di dalam penerapan

corporate governance merupakan salah satu sumber kerawanan ekonomi yang menyebabkan memburuknya perekonomian negara-negara Asia pada tahun 1997 dan 1998 (Husnan, 2001). Ho dan Wong (2001) dalam Anggarini (2010) menyatakan bahwa krisis keuangan di Asia tidak hanya disebabkan oleh hilangnya kepercayaan diri dari investor tetapi lebih penting juga disebabkan

adanya kemunduran corporate governance yang efektif. Penelitian yang

dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis

ekonomi di negara Asia, termasuk Indonesia, adalah mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite audit (audit committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan pengelolaan perusahaan yang belum profesional (Sutedi, 2011: 2). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk. dan

PT. Kimia Farma Tbk. merupakan contoh dari lemahnya penerapan corporate

governance dalam perusahaan Indonesia. Selain itu McKinsey & Company

memberi indikasi bahwa para manajer dana di Asia akan membayar 26-30%

lebih untuk saham-saham perusahaan dengan corporate governance yang baik

ketimbang untuk saham-saham dengan perusahaan dengan corporate

governance yang meragukan (Sutedi, 2011:4). Pada tahun 1999, Price Waterhouse Coopers melakukan survei terhadap investor internasional di Asia dan menunjukkan bahwa Indonesia dinilai sebagai salah satu yang terburuk dalam bidang standar-standar akuntansi dan penaatan, pertanggungjawaban

(7)

terhadap para pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan transparansi serta proses-proses kepengurusan perusahaan. Suatu kajian lain menunjukkan bahwa tingkat perlindungan investor di Indonesia merupakan yang terendah di Asia Tenggara (Sutedi, 2011: 5). Oleh karena itu, penerapan konsep

corporate governance di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan

profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders.

Salah satu prasyarat impelementasi good corporate governance di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Perusahaan Publik Indonesia adalah keberadaan komite audit di dalam organisasi perusahaan. Komite audit merupakan salah satu bagian dari mekanisme tata kelola perusahaan dalam melakukan pengendalian internal karena memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan

keuangan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance

(Audit Committee Effectiveness : What works best, A Research Report prepared by PricewaterhouseCoopers, The Institute of Internal Auditors Research Foundation).

Bagi BUMN, pada awal Agustus 2002 telah dikeluarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang

Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN/BUMD. Bagi

perusahaan publik, Bapepam telah mengeluarkan Surat Edaran No.SE-03/PM/2000 dan Direksi BEJ telah mengeluarkan Surat Direksi No.Kep. 339/BEJ/07-2001 yang kemudian dipaparkan lebih rinci dalam Peraturan Pencatatan Efek Nomor 1-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa. Berdasarkan rujukan tersebut, BUMN dan Perusahaan Publik wajib memiliki Komite Audit sebagai sub-komite dari fungsi Dewan Komisaris

(8)

dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal auditor.

Komite audit bertugas memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, pelaporan keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal, serta auditor independen (FCGI). Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif (2002) menyatakan bahwa tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit adalah untuk melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit eksternal, memberikan pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol serta melaksanakan

pengawasan independen atas proses pelaksanaan corporate governance.

Mekanisme corporate governance yang baik penting untuk mengoptimalkan

check and balances demi menghindari permasalahan keuangan.

Efektivitas kinerja dari komite audit dapat diukur melalui karakteristik komite audit antara lain ukuran, independensi, aktivitas serta kompetensi yang dimiliki oleh komite audit. Ukuran komite audit terkait dengan jumlah komite audit yang mendukung fungsi pengawasan terhadap manajemen. Penetapan jumlah anggota komite audit menyiratkan bahwa ukuran komite audit merupakan atribut yang tidak terpisahkan dalam mengontrol proses akuntansi. Krishnan dan

Visanathan (2008) dalam Inaam et al. (2012) menyatakan bahwa tujuan dalam

menentukan ukuran komite audit yang optimal adalah memiliki komite audit yang cukup kecil untuk dikelola tapi cukup besar untuk secara efektif memantau.

Anderson et al. (2004) menyimpulkan bahwa perusahaan dengan ukuran komite

audit yang lebih besar mampu mengawasi pelaporan keuangan dan sistem pengendalian internal. Melalui pernyataan tersebut dapat diasumsikan jika semakin besar ukuran komite audit maka diharapkan mampu menunjukkan transparansi akuntansi yang lebih besar.

(9)

Independensi komite audit terkait dengan keterlibatan anggota komite audit dengan aktivitas perusahaan. Untuk menjaga independensi komite audit,

pedoman corporate governance menyatakan bahwa komite audit terdiri dari

sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lain yang berasal dari luar perusahaan. Klein (2006) menyatakan ada hubungan positif antara independensi komite audit dan integritas pelaporan keuangan. Abbott et al. (2004) dalam Hutchinson (2009) menyatakan bahwa komite audit yang terdiri dari anggota independen dan sekurang-kurangnya satu orang anggota dengan keahlian akuntansi akan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan penyajian kembali laporan keuangan. Pernyataan ini kemudian mendukung pernyataan Garven (2009) yang menyatakan bahwa komite audit memiliki peranan penting dalam menghambat

earnings management.

Aktivitas komite audit berkaitan dengan frekuensi pertemuan formal anggota komite audit dalam setahun. Dalam rapatnya, komite audit dapat meninjau akurasi pelaporan keuangan atau mendiskusikan isu-isu signifikan

yang telah dikomunikasikan dengan pihak manajemen. DeZoort et al. (2002)

dalam Sutaryo dkk (2011) menyatakan bahwa frekuensi rapat yang lebih besar

berhubungan dengan penurunan insiden masalah pelaporan keuangan dan peningkatan kualitas audit eksternal. Oleh karena itu rapat komite audit menjadi penting dalam menjalankan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya.

Sedangkan kompetensi komite audit berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki di bidang audit, akuntansi, dan keuangan serta pengalaman dalam

praktek peraturan dan perundang-undangan corporate governance dalam proses

bisnis industri terkait. Dhaliwal et al. (2007) menyatakan bahwa kompetensi yang dimiliki anggota komite audit akan berdampak positif pada kualitas akrual,

(10)

keahlian khusus yang dimiliki oleh anggota komite audit akan membuat mereka lebih efektif dalam melaksanakan tanggung jawab utama komite audit dan memastikan kualitas pelaporan keuangan yang lebih baik. Diharapkan penerapan karakteristik komite audit yang tepat akan memiliki hubungan negatif dengan kesulitan keuangan perusahaan (Wardhani, 2006).

Carcello dan Neal (2000) dalam penelitiannya mengenai komposisi komite audit dan laporan auditor menyatakan jika kondisi keuangan perusahaan semakin memburuk maka akan semakin besar perusahaan menerima opini audit

going concern dari auditor. McKeown et al. (1991) melakukan penelitian yang

menyatakan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going

concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan (Santosa

dan Wedari, 2007). Hal ini kemudian berkaitan erat dengan kompetensi yang

dimiliki komite audit. McMullen dan Randghun (1996) menyimpulkan adanya hubungan positif antara kompetensi anggota komite audit dengan menurunnya

kemungkinan dilakukannya earnings management atau dengan kata lain

semakin kompeten komite audit maka praktik rekayasa keuangan yang dilakukan pihak manajemen akan semakin berkurang (Warta Warga, 2009).

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari Rahmat et al. (2009) yang menganalisis pengaruh karakteristik komite audit (ukuran, komposisi

direksi, frekuensi pertemuan dan kompetensi) pada perusahaan financial

distressed (PN4) dan non-distressed (Non-PN4) yang terdaftar di Bursa Malaysia. Sampel yang digunakan berasal dari 73 perusahaan distressed dan 73

perusahaan non-distressed pada tahun pertama dibentuknya komite audit di

Malaysia pada tahun 2003. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa keahlian keuangan komtie audit secara signifikan berpengaruh terhadap financial distress.

(11)

Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini akan menambahkan variable kontrol yaitu ukuran perusahaan dalam metode penelitian untuk mengetahui sejauh mana variabel kontrol tersebut mempengaruhi karakteristik komite audit terhadap financial distress. Selebihnya karakterisitik komite audit yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ukuran, independensi, frekuensi pertemuan dan kompetensi. Penelitian ini menggunakan

sampel perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2007-2011. Alasan peneliti memilih objek penelitian perusahaan property dan real estate karena industri property dan real estate

merupakan industri dengan prospek yang cukup baik mengingat semakin pesatnya pertambahan pendapatan masyarakat sehingga mendorong peningkatan permintaan dan penawaran tempat tinggal. Sektor property dan real estate merupakan lahan yang paling strategis untuk berinvestasi jangka panjang dan sebagai aktiva multiguna yang dapat digunakan perusahaan sebagai jaminan karena memiliki struktur modal yang tinggi. Indonesia masih menjadi salah satu negara tujuan yang tepat bagi investasi di sektor property dan real estate karena harganya yang murah serta banyak pilihan yang menjanjikan. Berdasarkan laporan properti Asia, pasar sektor real estate di Indonesia naik 12% mencapai US$ 5 miliar selama pertengahan tahun 2010 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Pitoyo, 2011).

Banyaknya peluang yang ditawarkan akan meningkatkan keunggulan

bersaing (competitive advantage) dari masing-masing perusahaan. Perusahaan

harus berani mengambil langkah yang tepat dalam persaingan tersebut dengan berbagai strategi. Sepanjang tahun 2010-2011 permintaan perumahan di Indonesia mencapai delapan juta unit sedangkan daya beli masyarakat terus meningkat di dorong oleh kredit perbankan yang mengalami penurunan suku

(12)

bunga KPR antara 10-11% (Adhani, 2011). Permintaan properti di Indonesia mencapai 900.000 unit per tahun, sementara pasokan hunian hanya 80.000 unit

dalam setahun mendorong sektor property dan real estate bertumbuh sampai

15% pada tahun 2011 (Prasetyo, 2012). Berdasarkan penjelasan tersebut penulis mengasumsikan bahwa semakin tinggi persaingan antarperusahaan maka akan mengakibatkan semakin tinggi biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut sehingga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Apabila usaha

tersebut tidak dikelola dengan baik maka perusahaan tersebut akan mengalami

kerugian yang pada akhirnya mempengaruhi keuangan perusahaan sehingga menyebabkan terjadinya financial distress. Tahun yang diamati dalam penelitian ini adalah tahun 2007-2011 alasannya karena pada periode tersebut industri

property dan real estate terus mengalami peningkatan setelah tahun 2006 dan tidak mengalami dampak yang signifikan terhadap krisis global di tahun 2008 hingga mencetak pertumbuhan penjualan tertinggi yang mencapai 50% untuk penjualan residensial di tahun 2011 (Prasetyo, 2012).

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pihak manajemen dan pemegang saham akan pentingnya peran komite audit

dalam penerapan corporate governance dalam mencegah terjadinya financial

distress. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan

Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2007-2011”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(13)

1. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya

financial distress pada perusahaan?

2. Apakah proposi anggota komite audit independen berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan?

3. Apakah frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan?

4. Apakah kompetensi anggota komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh ukuran komite audit terhadap kemungkinan terjadinya

financial distress pada perusahaan

2. Mengetahui pengaruh independensi komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan

3. Mengetahui pengaruh frekuensi pertemuan komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan

4. Mengetahui pengaruh kompetensi komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi regulator, hasil penelitian ini dapat menjadi wacana pentingnya

pengawasan terhadap mekanisme corporate governance oleh komite audit.

2. Bagi manajemen, hasil penelitian ini dapat menjadi wacana pentingnya peran komite audit untuk menghindari terjadinya financial distress.

(14)

3. Bagi akademisi dan pihak yang tertarik untuk melakukan penelitian sejenis, hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian teoritis dan referen.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini tersusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara singkat mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan landasan teori yang digunakan, penelitian terdahulu, kerangka penelitian, dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai karakteristik data, analisis data, dan pembahasan hasil analisis data.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan atas pembahasan, saran kepada pihak terkait dan keterbatasan penelitian.

(15)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian beserta analisis dan pembahasannya maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran komite audit yang diproksikan oleh jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap financial distress. Rata-rata ukuran komite audit perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 adalah 3,02. Rata-rata ukuran komite audit tersebut sudah sesuai dengan keputusan Bapepam yang menyatakan komite audit pada perusahaan publik terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan ukuran komite audit terhadap

financial distress karena di perusahaan publik komite audit semata-mata hanya untuk memenuhi tuntuntan regulator (Bapepam dan BEI) sehingga belum efektif dalam menjalankan fungsinya.

2. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa independensi komite audit yang diproksikan oleh proporsi anggota komite audit yang independen dengan total anggota komite audit yang dimiliki perusahaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap financial distress. Keberadaan sebuah komite audit yang independen adalah untuk memellihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan. Selain

(16)

itu, komite audit yang independen mampu memberikan kritik dalam keterkaitannya dengan kebijakan yang dilakukan manajemen.

3. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa frekuensi pertemuan komite audit yang diproksikan oleh jumlah pertemuan komite audit memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap financial distress. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan frekuensi pertemuan komite audit paling sedikit tiga bulan atau minimal empat kali pertemuan dalam satu tahun mampu memberikan mekanisme pengawasan dan mengurangi terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh pihak manajemen.

4. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi komite audit yang diproksikan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja di bidang akuntansi dan keuangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

financial distress. Semakin kompeten dan berpengalaman komite audit perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan berada dalam kondisi kesulitan keuangan karena terciptanya mekanisme pengawasan yang baik. Komite audit dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja akan lebih mudah mendeteksi manipulasi yang dilakukan oleh pihak manajemen dan memastikan kualitas pelaporan keuangan yang lebih baik.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti memberikan beberapa saran baik bagi peneliti selanjutnya dan pihak lain sebagai berikut.

(17)

1. Untuk Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Bursa Efek Indonesia, pengawasan akan kewajiban komite audit pada setiap perusahaan publik harus dilakukan dengan lebih ketat dan tegas.

2. Untuk penelitian selanjutnya, selain menggunakan informasi annual report

perusahaan dapat menggunakan informasi karakteristik komite audit dari data lain sebagai pelengkap data penelitian. Diharapkan pula penggunaan faktor-faktor lainnya seperti kualitas diskusi, hubungan dengan pihak eksternal dan internal perusahaan, dan penilaian mandiri (self assesment) yang mungkin memiliki dampak pada kinerja komite audit.

5.3. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya menggunakan 4 (empat) variabel karakteristik komite audit. Kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen pada model regresi penelitian ini adalah sebesar 49%, ini berarti masih terdapat 51% variasi variabel lain yang belum tercakup dalam model penelitian ini.

2. Indikator yang diambil dari data keuangan dalam penelitian ini hanya total aset yang digunakan sebagai variabel control.

3. Objek penelitian terbatas pada perusahaan property dan real estate

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Miskonsepi terakhir pada tabel ini sesuai dengan data menunjukan bahwa pada mahasiswa tingkat awal mengalami miskonsepsi dengan konsep bahwa Teori kinetik tidak

AICS - Inventarisasi Bahan Kimia Australia; ASTM - Masyarakat Amerika untuk Pengujian Bahan; bw - Berat badan; CERCLA - Undang-Undang Tanggapan, Kompensasi, dan Tanggung Jawab

Fungsi enjambemen disini, yaitu untuk menarik perhatian pembaca. Pada lirik lagu pada bait ke-2 ini enjambemen terjadi pada baris pertama sampai baris kedua. Jadi,

Profitability index atau Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang

Adapun manfaat penelitian ini adalah (1) manfaat teoritisnya dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan untuk menerapkan ilmu dan teori ekonomi,

- Selama setahun terakhir (Agustus 2014-Agustus 2015), sektor yang mengalami penurunan pekerja adalah sektor pertanian dan sektor industri dengan penurunan jumlah

Berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Perbandingan Tingkat Kecerahan Kulit Wajah Pada Penggunaan Vitamin C

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA