• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kesehatan Kartika 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Kesehatan Kartika 10"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika

10

HUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR IBU DENGAN PELAKSANAAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PADA BAYI 6-12 BULAN DIDESA CIDADAP WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGADEN BARAT

KABUPATEN SUBANG PERIODE JANUARI – JULI 2011

Oleh : Tri Setiowati

Stikes Jenderal A. Yani Cimahi

ABSTRAK

Di Kabupaten Subang pada tahun 2010 untuk program pemberian ASI Eksklusif memiliki target yaitu 80%,

sementara pada tahun 2009 untuk program pemberian ASI Eksklusif hanya dapat tercapai 61,13%

sehingga untuk program pemberian ASI eksklusif memiliki kesenjangan yaitu 18,87 %. Berdasarkan data

dari Puskesmas Pagaden Barat pemberian ASI Eksklusif yang paling rendah yaitu Di Desa Cidadap

sebanyak 51% dari 110 bayi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Faktor –

Faktor Ibu Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 6 – 12 Bulan Di Desa Cidadap

Wilayah Kerja Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang Periode Januari – Juli Tahun 2011.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik korelatif dengan pendekatan

cross sectional.

Populasinya yaitu 114 responden dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional

samplingsehingga sampel yang di gunakan 89responden, data diperoleh dengan cara wawancara

menggunakan angket/kuesioner dan dianalisis secara bivariat menggunakan uji statistik chi square.

Faktor resiko yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan value 0,000), sikap

(p-value 0,004), pekerjaan (p-(p-value 0,000), dan dukungan suami (p-(p-value 0,021) terdapat hubungan dengan

pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.

Kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap,pekerjaan dan dukungan

suami dengan pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.

Disarankan pada Ibu menyusui harus lebih menambah pengetahuannya atau mendapatkan informasi

tentang ASI Eksklusif dan tehnik menyusui yang benar, baik dari media cetak dan elektronik maupun

mengikuti penyuluhan kesehatan yang khusus tentang ASI Eksklusif.Puskesmas pada umumnya sudah

mempunyai Program pemberian ASI eksklusif, namun perlu ditingkatkan kembali dibagian promosi

karena dari 89 responden memiliki pengetahuan kurang tentang pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.

A.

PENDAHULUAN

Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta

pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Oleh karena itu pembangunan di bidang kesehatan harus

dilaksanakan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang erat kaitannya dengan

peningkatan mutu sumber daya manusia yang merupakan modal dasar dalam melaksanakan

pembangunan. (Saleha, 2009)

Indikator untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat Indonesia adalah ditandai dengan

tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang mempunyai

pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan nasional.Di samping itu peningkatan kualitas

(2)

Jurnal Kesehatan Kartika

11

manusia harus dimulai sedini mungkin menjadi faktor yang memegang peranan penting dalam

peningkatan kualitas manusia melalui pemberian ASI.ASI merupakan makanan penting bagi bayi

dalam memulai kehidupannya. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada bayi, akan

meningkatkan derajat kesehatan, sehingga mengurangi AKB dan terbentuknya manusia yang

berkualitas. (Saleha, 2009)

Pemberian ASI secara eksklusif adalah istilah untuk menyebutkan bayi yang hanya diberi ASI

selama 6 bulan, tanpa makanan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air

putih dan tanpa makanan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

nasi, tim, atau makanan lain selain ASI. Dari hasil penelitian diperkirakan 8 dari 10 ibu yang sudah

melahirkan mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara

penuh tanpa makanan tambahan selama 6 bulan pertama. (Nur Khasanah, 2011)

Menurut dr. Utami Roesli,SpA.,MBA.,CIMI, bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif diantaranya yaitu pengetahuan dan sikap ibu terhadap

pemberian ASI eksklusif, dukungan suami dan aktivitas ibu/ibu dengan bekerja.(Roesli,2005)

Pengetahuan yang rendah tentang gangguan pemberian ASI Eksklusif akan membentuk

penilaian negatif, sehingga akan merubah perilaku ibu dalam menyusui. Sedangkan pengetahuan

yang baik tentang gangguan pemberian ASI akan membentuk penilaian positif dengan melakukan

tindakan untuk mengatasi masalah dalam pemberian ASI Eksklusif, karena ibu tahu bahwa ASI

Eksklusif memberikan banyak manfaat dan menyusui merupakan tanggung jawab dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.(Contstance,2005)

Dari pengalaman dr. Utami Roesli,SpA.,MBA.,CIMI selama 15 tahun menggeluti masalah ASI

dapat dipastikan bahwa suami merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan atau kegagalan

menyusui. Masih banyak suami yang berpendapat salah, para suami ini berpendapat bahwa menyusui

adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja

sebenarnya suami mempunyai peran yaang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena

suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let downs)yang sangat dipengaruhi

oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.(Roesli,2005)

Pada dasarnya dukungan emosional suami sangat berarti dalam menghadapi tekanan ibu dalam

menjalani proses menyusui. Dukungan suami dan keluarga membuat ibu merasa tenang sehingga

memperlancar produksi ASI. Jadi,agar proses menyusui lancar, diperlukan breastfeeding father yaitu

ayah membantu ibu agar bisa menyusui dengan nyaman sehingga ASI yang dihasilkan maksimal.(Nur

Khasanah,2011)

Membesarkan dan memberi makan anak adalah tugas bersama ayah dan ibu. Hubungan yang

unik antara ayah dan bayinya merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

seorang anak di kemudian hari. Untuk membantu ibu agar dapat menyusui dengan baik maka ayah

perlu mengerti dan memahami persoalan ASI dan menyusui. (Roesli,2005).

Bayi dapat menolak disusui secara tiba-tiba, bukan secara bertahap seperti pada penyapihan

mandiri (self weaning). Alasan bayi menolak disusui yaitu disebabkan karena adanya perubahan

rutinitas ibu atau aktivitas ibu misalnya ibu meninggalkan rumah untuk kembali bekerja, sehingga bayi

terpaksa diberikan susu formula.(Nur Khasanah, 2011).

(3)

Jurnal Kesehatan Kartika

12

Perempuan diberikan hak untuk memberikan kasih sayang pada buah hatinya. Dengan

manajemen pemberian ASI yang benar, ternyata ibu bekerja pun dapat memberikan ASI nya secara

memadai. Oleh sebab itu, kampanye ASI eksklusif ini tidak hanya sebatas pemberiaan makanan pada

bayi, tetapi bagaimana menempatkan perempuan sesua dengan martabatnya. (Roesli,2005)

Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan,

meski cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan

memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI

secra eksklusif selam 6 bulan.(Roesli,2011)

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 11April 2011Dengan melakukan wawancara

terhadap ibu menyusui bayi yang kurang dari 6 bulan DiDaerah Desa Cidadap Pagaden Barat

Kabupaten Subang ditemukan angka kegagalan pemberian ASI Eksklusif cukup tinggi yaitu 80% dari

10 ibu menyusui. Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara Eksklusif sangat bervariasi.

Namun yang paling sering dikemukakan yaitu ibu bekerja di pabrik, ASI yang keluar sedikit, disuruh

suami dengan alasan bayi rewel.Dari hasil studi pendahuluan diDaerah Desa Cidadap, Pagaden Barat

Kabupaten Subang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI Eksklusif DiDaerah

Desa Cidadap diantaranya disebabkan oleh pengetahuan, sikap, dukungan suami dan aktivitas yang

mana Di Desa Cidadapmasih banyak ibu yang bekerja dalam sehari ± 12 jam sehingga menyebabkan

kegagalan pemberian ASI eksklusif, kebutuhan keluarga yang semakin banyak menyebabkan seorang

ibu melakukan pekerjaan keras.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai

berikut: “Bagaimana Hubungan Faktor – Faktor Ibu Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif

Pada Bayi 6 – 12 Bulan Di Desa Cidadap Wilayah Kerja Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten

Subang Periode Januari – Juli Tahun 2011.”

B.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif yakni bertujuan untuk menentukan

apakah terdapat hubungan antarvariabel,jika hubungan antarvariabel cukup tinggi, kemungkinan sifat

hubungannya merupakan sebab akibat. (Budiman,2010)

Rancangan penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur

penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian, Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan

penelitian Cross Sectional

atau studi potong Lintang, dimana tujuan utama peneliti ingin mengetahui

Hubungan Faktor-Faktor Ibu Dengan Pelaksanaan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan Di

Desa Cidadap Wilayah Kerja Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang Periode Januari - Juli

Tahun 2011.

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional Sampling

yaitu sampel yang dihitung berdasarkan perbandingan. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang

mempunyai bayi dengan usia 6-12 bulan sebanyak 89 orang. Tehnik yang digunakan dalam

pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan

cara mewawancarai langsung responden yang diteliti. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan

(4)

Jurnal Kesehatan Kartika

13

dilakukan analisis data secara univariat dan bivariat, yaitu analisis yang bertujuan untuk mengetahui

distribusi frekuensi dan korelasi antara 2 variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas, adpapun

pada penelitian ini variabel terikatnya yaitu pemberian ASI eksklusif dan variabel bebasnya yaitu

pengaetahuan dan sikap.

C.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk

melihat gambaran distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dan analisis bivariat untuk melihat

hubungan antara variabel dependen dengan independen. Jumlah sampel yang digunakan adalah 86

orang yaitu pasien yang datang ke poliklinik penyakit dalam.

1.

Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Cidadap Wilayah Kerja

Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang Periode Januari - Juli Tahun 2011.

Pemberian ASI Eksklusif

Jumlah

Persentase

Ya

28

31,5

Tidak

61

68,5

Total

89

100

Hasil penelitian diperoleh bahwasebagian besar ibu (68,5%) tidak memberikan ASI secara

Eksklusif dan hanya sebagian kecil (31,5%) yang memberikan ASI secara Eksklusif. Hal tersebut

menjelaskan bahwa pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif di Desa Cidadap Kecamatan Pagaden

Barat Kabupaten Subang tidak sesuai dengan target yang ditetapkan di Kabupaten Subang yaitu 80%,

hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif dimana masyarakat

khususnya ibu-ibu di Desa Cidadap memiliki pengetahuan yang kurang selain itu, banyak mitos-mitos

yang mengenai pemberian ASI dikalangan masyarakat yang tidak ada kebenarannya.

2.

Analisis Bivariat

Tabel 2 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI

Eksklusif Di Desa Cidadap Wilayah Kerja Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang

Periode Januari - Juli Tahun 2011.

Pengetahuan

Ibu

Pelaksanaan Pemberian ASI

Eksklusif

Total

%

p-value

Ya

Tidak

OR

N

%

N

%

Baik

6

85,7

1

14,3

7

100

0.000

Cukup

7

70

3

30

10

100

0,113

Kurang

15

20,8

57

79,2

72

100

Total

28

31,5

28

31,5

89

100

(5)

Jurnal Kesehatan Kartika

14

Dari Tabel 2 dapat diketahui, bahwa dari 89 responden sebagian besar pengetahuan kurang

sehingga ibu tidak memberikan asi eksklusif pada bayinya, yaitu 79,2%. Dan hasil uji analisis diketahui

p value 0,000 yang berarti ada hubungan anatara pengetahuan dengan pemberian asi eksklusif.

Masyarakat dalam hal pemberian ASI Eksklusif ini memandang bahwa jika bayi rewel menandakan

bahwa bayi lapar dan bayi harus segera diberikan susu formula, hal tersebut yang banyak masyarakat

lakuakan khususnya di Desa Cidadap. Selain itu juga aktivitas ibu dimana ibu memiliki pekerjaan diluar

yang selain menjadi ibu rumah tangga yang mengharuskan ibu keluar rumah sehingga mengakibatkan

bayi diberikan susu selain ASI.

Menurut Utami (2004), mengungkapkan bahwa fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif

disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI

eksklusif. beredarnya mitos yang kurang baik, serta kesibukan ibu bekerja dansingkatnya cuti

melahirkan, merupakan alasan yang diungkapkan oleh ibuyang tidak menyusui secara ekslusif sangat

sulit dilaksanakan sesuai harapan.

Berdasarkan penelitian terhadap 115 ibu postpartum pada klinik Pediatrik (1994)

ditemukan keberhasilan menyusui dan pemberian ASI Eksklusif pada kelompok ibu yang tidak

mengerti ASI adalah 26,9% dan pada kelompok yang mengerti ASI adalah 98,1% (Roesli,

2008).

Tabel 3 Hubungan Sikap Ibu Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Cidadap

Wilayah Kerja Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang Periode Januari - Juli Tahun

2011.

Sikap Ibu

Pemberian ASI Eksklusif

Total

%

p-value

Ya

Tidak

OR

N

%

N

%

Positif

20

47,6

22

52,4

42

100

0.004

Negatif

8

17

39

83

47

100

4,432

Total

28

31,5

61

68,5

89

100

Dari Tabel 3 dapat diketahui, bahwa dari 89 responden sebagian besar mempunyai sikap

yang negative dalam memebrikan asi eksklusif (83%). Dan hasil uji analisis diketahui p value

0,004 yang berarti ada hubungan antara sikap dengan pemberian asi eksklusif. Hal ini sesuai

dengan Newcomb bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan suatu tindakan atau aktivitas,akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan bereaksi

terhadap obyek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

(Soekidjo,2007)

(6)

Jurnal Kesehatan Kartika

15

Tabel 4 Hubungan Pekerjaan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Cidadap

Wilayah Kerja Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang Periode Januari - Juli Tahun

2011.

Aktivitas Ibu

Pemberian ASI Eksklusif

Total

%

p-

value

Ya

Tidak

OR

N

%

N

%

Bekerja

7

14,3

42

85,7

49

100

0.000

Tidak Bekerja

21

52,5

19

47,5

40

100

0,151

Total

28

31,5

61

68,5

89

100

Dari Tabel 4 dapat diketahui, bahwa dari 89 responden sebagian besar ibu bekerja

sehingga sebegaian besar tidak memberikan asi secara eksklusif yaitu sebesar (85,7%) .

Dan hasil uji analisis diketahui p value 0,000 yang berarti ada hubungan antara Pekerjaan

dengan pemberian asi eksklusif.

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang

harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan

kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

Tabel 5 Hubungan Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Cidadap

Wilayah Kerja Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang Periode Januari - Juli Tahun

2011.

Dukungan

Suami

Pemberian ASI

Total

%

p-

value

Ya

Tidak

N

%

N

%

Mendukung

23

41,1

33

58,9

56

100

0.021

Tidak

mendukung

5

15,2

28

84,8

33

100

Total

28

31,5

61

68,5

89

100

Dari Tabel 5 dapat diketahui, bahwa dari 89 responden pada keluarga yang tidak

mendukung terhadap pemberian ASI, akan mempengaruhi ibu untuk tidak meberikan asi

secara ekslkusif (84,8%) . Dan hasil uji analisis diketahui p value 0,021 yang berarti ada

hubungan antara dukungan suami dengan pemberian asi eksklusif.

Sesuai dengan Penelitian yang dilkukan Mardeyanti (2007) mengenai hubungan

dukungan keluarga dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif, bahwa 60% ibu yang tidak

mendapatkan dukungan keluarga akan meningkatkan risiko untuk tidak memberikan ASI

(7)

Jurnal Kesehatan Kartika

16

eksklusif. Jadi kesimpulan yang didapatkan bahwa keberhasilan pemberian ASI Ekslusif

dipengaruhi oleh dukungan suami. Menurut Sudiharto (2007) dukungan keluarga mempunyai

hubungan dengan suksesnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga

adalah dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6

bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang

seimbang kepada ibu.

Di Desa Cidadap Kecamatan Pagaden barat Kabupaten Subang ASI Eksklusif masih

kurang diperhatikan oleh masyarakat/ibu-ibu sehingga pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif

kegagalannya cukup tinggi. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi ibu terhadap

pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah sebagai berikut:pengetahuan, sikap, pekerjaan,

dan dukungan suami.

Menurut Utami, bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan

pemberian ASI eksklusif diantaranya yaitu pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian

ASI eksklusif, dukungan suami dan aktivitas ibu/ibu dengan bekerja.(Roesli,2005).

D.

KESIMPULAN dan SARAN

1.

Kesimpulan

a.

Gambaran dari 89 responden sebagian besar responden yaitu sebanyak 61 responden (68,5%)

tidak memberikan ASI secara Eksklusif.

b.

Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai

p

Value sebesar 0,000

c.

Terdapat hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai

p Value

sebesar 0,004

d.

Terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai

p Value

sebesar 0,000

e.

Terdapat hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p

Value sebesar 0,021

2.

Saran

Ibu menyusui harus lebih menambah pengetahuannya atau mendapatkan informasi tentang ASI

Eksklusif dan tehnik menyusui yang benar, baik dari media cetak dan elektronik maupun mengikuti

penyuluhan kesehatan yang khusus tentang ASI Eksklusif.

Puskesmas pada umumnya sudah

mempunyai Program pemberian ASI Eksklusif, namun perlu lebih ditingkatkan lagi promosi

tentang pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.

(8)

Jurnal Kesehatan Kartika

17

DAFTAR PUSTAKA

Diah,dr. 2005, menyusui ASI secara Eksklusif, jakarta :EGC

Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Khasanah, Nur (2011). ASI atau Formula. Jakarta: Flash Book.

Roesli,Utami. 2005.ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : EGC

Constance.2009.Menu menyusui jakarta:EGC

Notoatmodjo, S. (2003).Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka

Cipta.

Gambar

Tabel  1  Distribusi  Frekuensi  Pelaksanaan  Pemberian  ASI  Eksklusif  Di  Desa  Cidadap  Wilayah  Kerja  Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang Periode Januari - Juli Tahun 2011
Tabel 5  Hubungan Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Cidadap  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Pagaden  Barat  Kabupaten  Subang  Periode  Januari  -  Juli  Tahun  2011

Referensi

Dokumen terkait

Penelaah dan Tim Pengembang Penyusunan Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Bidang Peminatan (Kurikulum 2013) Mata Pelajaran bahasa

Dengan adanya program yang dibuat ini maka seluruh proses usaha yang berjalan dapat beralih dari manual ke sistematis, sehingga kelemahan pada sistem manual seperti pembuatan laporan

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan komunikasi guru dengan peserta didik pada standar kompetensi melakukan prosedur administrasi di SMK

• Struktur organisasi Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi... • Standar kebutuhan air bersih

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2011), dengan judul “Analisis pengaruh produk, harga, dan lokasi terhadap keputusan pembelian.. (Studi Kasus pada Toko

Dalam ketetapan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Ruang Isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit resiko yang dapat ditularkan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pemerolehan acqusition bahasa adalah suatu teori siasat yang dimiliki dan dibutuhkan oleh anak-anak untuk

Pengembangan SI UPIK (Sistem Informasi dalam Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan) merupakan salah satu terobosan dalam sistem manajemen pelayanan yang dilakukan