• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. TK ini berada di tengah-tengah Kota Gorontalo dan telah banyak menamatkan anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. TK ini berada di tengah-tengah Kota Gorontalo dan telah banyak menamatkan anak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Pertiwi Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontalo. TK ini berada di tengah-tengah Kota Gorontalo dan telah banyak menamatkan anak didiknya. Di Taman Kanak-kanak Pertiwi memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Fasilitas tersebut antara lain berupa APE (alat pendidikan edukatif) dalam dan luar. Berbagai fasilitas tersebut digunakan secara maksimal untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

Jumlah anak didik yang ada di TK Pertiwi Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontalo, yaitu sebanyak 85 orang dengan jumlah kelompok A 33 orang dan kelompok B 52 orang. Jumlah pendidik sebanyak 5 orang terdiri dari PNS 4 orang dan 1 orang tenaga honor daerah.

4.1.2 Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama dua siklus. Pelaksanaan kegiatan pada setiap siklus mengacu pada rencana kegiatan harian serta lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas anak. Penelitian ini akan mengacu pada kedua panduan tersebut, sehingga pelaksanaan proses penelitian berjalan dengan baik.

Sebelum mengadakan kegiatan siklus I dan siklus II, peneliti melakukan observasi awal terhadap subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran awal tentang kondisi penelitian.

1) Observasi Awal

Observasi awal dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 18 November 2013. Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh terdapat 9 orang anak (56%) yang kurang memiliki kemampuan 32

(2)

dasar berhitung dari jumlah anak 16 orang. Adapun hasil observasi awal dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1. Hasil Observasi Awal

Pengamat

Aspek Yang Dinilai

Rata-rata Kemampuan dasar berhitung Kemampuan mengenal bilangan 1-10 Kemampuan menjumlah bilangan 1-10 Kemampuan mengurang bilangan 1-10 M KM TM M KM TM M KM TM M KM TM I 7 9 - 7 9 - 7 9 - 7 9 - II 7 9 - 7 9 - 7 9 - 7 9 - Persentase 44% 56% - 44% 56% - 44% 56% - 44% 56% - Keterangan: M = Mampu KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu

Hasil pengamatan observasi awal menunjukkan bahwa tingkat rata-rata kemampuan dasar berhitung anak belum mencapai standar yang diharapkan. Hal ini memberi arti perlu adanya peningkatan kemampuan dasar berhitung anak. Beberapa fenomena yang menunjukkan belum maksimalnya kemampuan dasar berhitung ditunjukkan alat beberapa hal sebagai berikut: a. Anak kurang berminat pada tema pembelajaran berhitung

b. Anak kurang memberi respons, apabila diajarkan pada penambahan dan pengurangan benda-benda secara sederhana.

c. Anak-anak lebih tertarik bermain di luar kelas.

Berdasarkan temuan dalam kegiatan observasi awal, menunjukkan bahwa kemampuan dasar berhitung belum berkembang secara maksimal, sehingga hal ini menjadi dasar pelaksanaan

(3)

siklus I. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan dasar berhitung melalui bimbingan klasikal dengan teknik bermain.

Adapun tujuan dari pelaksanaan bimbingan klasikal dengan teknik bermain, yakni disesuaikan dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain merupakan kebutuhan dasar anak, melalui teknik bermain, anak diperkenalkan dengan bilangan 1-10, menjumlah maupun mengurang 1-10. Melalui bimbingan klasikal, anak akan diberi petunjuk dan bimbingan, sehingga mereka berminat pada tema berhitung.

2) Siklus I Pertemuan 1

Siklus I pertemuan 1 dilakukan dengan mengacu pada rencana kegiatan harian yang telah direncanakan guru. Kegiatan siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 23 November 2013.

Kegiatan siklus I pertemuan 1 dilakukan dengan cara menyiapkan kelas yang kondusif, menyanyikan lagu yang ada hubungannya dengan tema pembelajaran, selanjutnya memberi motivasi dan apersepsi dan memberi petunjuk cara bermain. Pada siklus I pertemuan 1 anak lebih banyak dibimbing pada mengenal, menjumlah dan mengurang dengan bermain bola. Pada setiap akhir kegiatan, guru memberikan penguatan kepada semua anak.

Berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I pertemuan 1, terjadi peningkatan jumlah anak yang memiliki kemampuan dasar berhitung, yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Siklus I Pengamatan 1

Pengamat

Aspek Yang Dinilai

Rata-rata Kemampuan dasar berhitung Kemampuan mengenal bilangan 1-10 Kemampuan menjumlah bilangan 1-10 Kemampuan mengurang bilangan 1-10 M KM TM M KM TM M KM TM M KM TM I 9 7 - 9 7 - 9 7 - 9 7 -

(4)

II 9 7 - 9 7 - 9 7 - 9 7 -

Persentase 56% 44% - 56% 44% - 56% 44% - 56% 44% -

Keterangan: M = Mampu

KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan 1 memberikan hasil yang cukup signifikan. Dalam hal ini terjadi peningkatan kemampuan dasar berhitung anak dari 7 orang anak atau 44% menjadi 9 orang anak atau 56% pada kriteria mampu dan 7 orang anak pada kriteria kurang mampu atau 44%. Temuan ini menunjukkan bahwa bimbingan klasikal dengan teknik bermain, memberikan hasil yang baik dalam meningkatkan kemampuan dasar berhitung.

3) Siklus I Pertemuan 2

Pelaksanaan kegiatan siklus I pertemuan 2 dilakukan untuk lebih mengoptimalkan tingkat capaian kemampuan dasar berhitung dalam pembelajaran. Kegiatan siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Senin, 25 November 2013. Kegiatan siklus I pertemuan 2 dilakukan dengan cara menyiapkan kelas yang kondusif. Memotivasi anak dengan menyanyikan lagu yang ada kaitannya dengan tema pembelajaran. Memberi contoh mengenal, menjumlah, dan mengurang 1-10 dengan teknik bermain.

Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I pertemuan 2 menunjukkan peningkatan pada kemampuan dasar berhitung. Untuk jelasnya hasil pelaksanaan siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Siklus I Pengamatan 2 Aspek Yang Dinilai

(5)

Pengamat Kemampuan mengenal bilangan 1-10 Kemampuan menjumlah bilangan 1-10 Kemampuan mengurang bilangan 1-10 Rata-rata Kemampuan dasar berhitung M KM TM M KM TM M KM TM M KM TM I 10 6 - 10 6 - 10 6 - 10 6 - II 10 6 - 10 6 - 10 6 - 10 6 - Persentase 63% 37% - 63% 37% - 63% 37% - 63% 37% - Keterangan: M = Mampu KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu

Dari tabel 3 dapat diamati bahwa terjadi peningkatan kemampuan dasar berhitung, yakni kriteria mampu 10 orang atau 63%, dan kriteria kurang mampu 6 orang anak atau 37%. Peningkatan ini terjadi disebabkan beberapa upaya peneliti dan guru mitra untuk banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran melalui teknik bermain.

4) Siklus II Pertemuan 1

Kegiatan siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 26 November 2013. Proses pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 dilaksanakan dengan merefleksi temuan-temuan pada siklus I pertemuan-temuan 1 dan 2. Pada beberapa anak yang belum menunjukkan kemampuan dasar berhitung, diadakan pendekatan dengan menciptakan kelas yang kondusif, dibimbing secara klasikal melalui teknik bermain dengan menggunakan media. Dengan bermain, anak secara bertahap mengenal, menjumlah dan mengurang 1-10.

Dari sisi lain, peneliti bersama guru mitra meninjau kembali rancangan pembelajaran, untuk lebih fokus pada tema pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan dasar

(6)

berhitung anak. Untuk jelasnya hasil pelaksanaan siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Siklus II Pengamatan 1

Pengamat

Aspek Yang Dinilai

Rata-rata Kemampuan dasar berhitung Kemampuan mengenal bilangan 1-10 Kemampuan menjumlah bilangan 1-10 Kemampuan mengurang bilangan 1-10 M KM TM M KM TM M KM TM M KM TM I 12 4 - 12 4 - 12 4 - 12 4 - II 12 4 - 12 4 - 12 4 - 12 4 - Persentase 75% 25% - 75% 25% - 75% 25% - 75% 25% - Keterangan: M = Mampu KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu

Berdasarkan tabel 4 diperoleh aspek kemampuan dasar berhitung yang cukup signifikan. Pada kriteria mampu diperoleh hasil 12 orang atau 75%, kriteria kurang mampu yang 4 orang atau 25%. Siklus II pertamuan 1, anak sudah aktif melakukan permainan dengan menggunakan media, sehingga proses mengenal, menjumlah dan mengurang bilangan 1-10 telah dikuasai dengan baik, walaupun masih terdapat beberapa anak yang masih berada pada kategori kurang mampu.

Kemampuan dasar berhitung yang telah dimiliki anak, tidak terlepas dari bimbingan yang disertai contoh melalui teknik bermain yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra. Namun untuk mencapai hasil yang optimal, pelaksanaan siklus dilanjutkan pada siklus II pertemuan 2.

(7)

Pelaksanaan siklus II pertemuan 2, yakni pada hari Kamis, 28 November 2013. Pada siklus II pertemuan 2, proses pembelajarannya sama dengan siklus-siklus sebelumnya. Temuan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus ditindak-lanjuti pada siklus II pertemuan 2.

Anak pada umumnya telah memiliki kemampuan dasar berhitung, hal ini dapat diamati ketika diberi tugas menjumlah dan mengurang secara individual maupun kelompok, sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk jelasnya hasil siklus II pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Siklus II Pengamatan 2

Pengamat

Aspek Yang Dinilai

Rata-rata Kemampuan dasar berhitung Kemampuan mengenal bilangan 1-10 Kemampuan menjumlah bilangan 1-10 Kemampuan mengurang bilangan 1-10 M KM TM M KM TM M KM TM M KM TM I 14 2 - 14 2 - 14 2 - 14 2 - II 14 2 - 14 2 - 14 2 - 14 2 - Persentase 87% 13% - 87% 13% - 87% 13% - 87% 13% - Keterangan: M = Mampu KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu

Sesuai tabel 5 diperoleh hasil peningkatan jumlah anak yang memiliki kemampuan dasar berhitung, yakni pada kriteria mampu 14 orang atau 87%, kriteria kurang mampu 2 orang atau 13%. Adapun upaya yang dilakukan guru dan peneliti adalah lebih memotivasi dan memberi kesempatan kepada semua anak untuk menggunakan media yang disiapkan dalam menjumlah dan mengurang. Adapun dua orang anak yang kurang memiliki kemampuan dasar berhitung,

(8)

adalah yang sering tidak hadir, kurang berinteraksi dalam kelompok, sehingga belum memperoleh hasil yang diharapkan.

Dari hasil analisis dan refleksi bersama diperoleh hal-hal sebagai berikut: a. Sebagian besar anak sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran.

b. Anak pada umumnya sudah dapat mengenal bilangan 1-10, menjumlah bilangan 1-10 dan mengurang bilangan 1-10.

c. Indikator yang diberi pada pelaksanaan tindakan kelas, secara bertahap telah dapat dilaksanakan dengan baik.

d. Bimbingan klasikal dengan teknik bermain pada penelitian tindakan kelas, sangat memotivasi anak untuk meningkatkan kemampuan dasar berhitung.

Berdasarkan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II, telah menunjukkan secara umum terjadi peningkatan kemampuan dasar berhitung anak melalui bimbingan klasikal dengan teknik bermain. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Mencermati temuan pada siklus II ini, maka pelaksanaan penelitian tidak dilanjutkan ke siklus III.

4.2 Pembahasan

Pembelajaran pada anak usia dini menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema pembelajaran harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas, sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

Kemampuan dasar berhitung merupakan konsep pembelajaran terpadu, di mana anak di samping mengenal konsep bilangan, menjumlah dan mengurang bilangan, juga mereka akan

(9)

mengetahui jumlah benda, jumlah buah dan luas-luas yang ada di sekitar anak, anak-anak tidak sekedar mengenal konsep tetapi dapat menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Selanjutnya penggunaan bimbingan klasikal dengan teknik bermain pada anak usia dini, sangat sesuai karena anak pada dasarnya membutuhkan bimbingan dari guru dan bermain merupakan kebutuhan dasar anak. Kemampuan dasar berhitung perlu diberikan pada anak usia dini, hal ini sesuai dengan pendapat Suyadi (2010:164) bahwa sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan, PAUD pada umumnya, dan TK pada khususnya, tidak hanya menekankan berkembangnya fisik anak semata, melainkan juga harus menumbuhkan kompetensi akademik anak, seperti membaca, menulis dan berhitung atau lebih dikenal dengan calistung. Kompetensi tersebut dimaksudkan agar anak (secara mental maupun intelektual) masuk ke jenjang pendidikan di atasnya, yakni sekolah dasar.

Guru pendidikan anak usia dini bertanggung jawab besar dalam memahami anak didiknya serta membantu perkembangan fisik motorik, sosiao-emosional, kognitif dan mental spiritualnya. Tanggung jawab inilah yang mendorong keharusan akan adanya bimbingan konseling di lembaga PAUD, terutama TK.

Teknik bermain yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Sujiono (2009:164) mengenai prinsip bermain antara lain: bermain harus difokuskan pada proses daripada hasil. Dalam bermain anak harus difokuskan pada proses, bukan hasil yang diciptakan oleh anak. Dalam bermain, anak mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan keterampilan baru, mengembangkan perkembangan anak dan anak memperoleh pengetahuan dari apa yang ia mainkan.

Hasil penelitian terkait dengan peningkatan kemampuan dasar berhitung melalui bimbingan klasikal teknik bermain, menunjukkan hasil yang sangat signifikan. Dari kegiatan

(10)

observasi awal 7 orang anak (44%) dari jumlah anak 16 orang yang memiliki kemampuan dasar berhitung. Realitas ini menunjukkan bahwa pada umumnya anak kurang memiliki kemampuan dasar berhitung.

Kenyataan di lapangan tentang belum maksimalnya kemampuan dasar berhitung anak, antara lain: a) kurang memberi respons pada tema pembelajaran berhitung; b) tidak tertarik pada tema pembelajaran mengenal, penambahan dan pengurangan secara sederhana.

Hal tersebut menjadi dasar untuk melaksanakan tindakan melalui kegiatan siklus I pertemuan 1 yang dilaksanakan guru dengan banyak mengenalkan konsep berhitung melalui bimbingan klasikal dengan teknik bermain. Guru memberi contoh cara bermain dengan menggunakan media, sehingga anak dapat mengenal penjumlahan dan pengurangan.

Berdasarkan hasil analisis dan tindakan pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan peningkatan anak yang memiliki kemampuan dasar berhitung, yakni menjadi 9 orang (56%) pada kategori mampu, dan 7 orang atau 44% pada kategori kurang mampu. Tindakan pada siklus I pertemuan 1 dilanjutkan dengan pertemuan 2. Kelemahan-kelemahan yang ditemui pada siklus I pertemuan 1 seperti sebagian anak lebih tertarik bermain di luar kelas, untuk itu peneliti bersama guru mitra lebih memotivasi anak dengan menyanyikan lagu yang berhubungan dengan tema pembelajaran, sehingga pada siklus I pertemuan 2, anak yang memiliki kemampuan dasar berhitung menjadi 10 orang atau 63% pada kriteria mampu dan 6 orang atau 37% pada kriteria kurang mampu.

Tindakan siklus II dilakukan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada siklus I. Tindakan kelas pada siklus II pertemuan 1, yakni peneliti bersama guru mitra banyak memberi contoh melalui bimbingan klasikal. Cara menjumlah maupun mengurang melalui media kertas warna, kancing baju, biji-bijian dan bola kecil. Anak diberi kesempatan menggunakan media

(11)

tersebut melalui kelompok atau pun individual. Di samping itu, teknik bermain yang digunakan merangsang anak untuk beraktivitas dalam pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut diperoleh peningkatan kemampuan dasar berhitung anak menjadi 12 orang anak atau 75% pada kriteria mampu, dan 4 orang anak atau 25% pada kriteria kurang mampu. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 2 diperoleh hasil 14 orang anak atau 87% pada kriteria mampu, dan 2 orang (13%) anak pada kriteria kurang mampu.

Adapun kemampuan dasar berhitung anak dapat diamati, anak telah mengenal angka 1-10, telah dapat menjumlah misalnya 2 bola ditambahkan 2 bola menjadi 4 bola. Pada aspek mengurang 2 bola dikurangi 1 bola menjadi 1 bola. Hasil penjumlahan dan pengurangan diperoleh anak melalui bimbingan klasikal dengan teknik bermain.

Dari hasil analisis dan refleksi tersebut, diperoleh: a) sebagian besar anak sangat antusias mengikuti bimbingan klasikal dengan teknik bermain; b) anak sudah merespons pertanyaan yang diajukan guru tentang konsep menjumlah dan mengurang; c) anak sudah dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan. Bagi anak yang belum memiliki kemampuan dasar berhitung, akan diberi bimbingan secara kontinu oleh guru.

Untuk jelasnya hasil pelaksanaan siklus, sehubungan dengan meningkatkan kemampuan dasar berhitung bagi anak di TK Pertiwi Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontalo, melalui bimbingan klasikal dengan teknik bermain, dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Siklus

Tahap Penelitian

Aspek Yang Dinilai Kemampuan mengenal bilangan 1-10 Kemampuan menjumlah bilangan 1-10 Kemampuan mengurang bilangan 1-10 M KM TM M KM TM M KM TM Observasi awal 44% 56% - 44% 56% - 44% 56% -

(12)

Siklus I 63% 37% - 63% 37% - 63% 37% -

Siklus II 87% 13% - 87% 13% - 87% 13% -

Keterangan: M = Mampu

KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu

Gambar

Tabel 1. Hasil Observasi Awal
Tabel 3. Hasil Pengamatan Siklus I Pengamatan 2  Aspek Yang Dinilai
Tabel 4. Hasil Pengamatan Siklus II Pengamatan 1
Tabel 5. Hasil Pengamatan Siklus II Pengamatan 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tempat Pemakaman Bukan Umum, adalah area tanah yang disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah baik yang beragama Islam, Kristen/Katolik, dan Budha/hindu yang pengelolanya

Terdapat pengaruh korelasi yang positif dan kuat antara persentase kolonisasi akar dengan semua parameter pertumbuhan bibit (P<0,01), kecuali peubah jumlah daun

Dalam bidang sarana kesehatan di Kampung Baru juga cukup lengkap, dapat dilihat dengan adanya dua unit rumah sakit yang salah satunya sekaligus sebagai rumah bersalin yang

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pergerakan barang dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang dikeluarkan untuk

Tujuan penelitian mengetahui jenis, tingkat, dan kuantitas kerusakan yang terjadi, menganalisis penilaian kondisi perkerasan dengan metode Pavement Condition Index (PCI), dan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran koopertatif

Dalam suatu penelitian selalu terjadi prosedur pegumpulan data. Dan data tersebut terdapat bermacam-macam jenis metode.. yang digunakan dalam pegumpulan data,

Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4, konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman akar wangi pada umur 48