• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar - SUKMO AJI WIDODO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar - SUKMO AJI WIDODO BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dalam keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu tidak semua perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Menurut Djamarah (2002) belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun.

(2)

mengerti, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu, dari memberikan respon yang salah stimulus atau stimulus-stimulus kearah pemberian respon yang benar dan relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

B. Kemampuan Pemecahan Masalah

Menurut Wena (2010) Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis. Pemecahan masalah juga dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru.

Penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah disarankan mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah harus ditunjang oleh kemampuan penalaran, yakni kemampuan melihat hubungan sebab akibat. Kemampuan penalaran memerlukan upaya meningkatkan kemampuan dan mengamati, bertanya, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan lingkungan (Hamalik, 2001). Untuk itu diperlukan beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah antara lain :

1. Memahami masalah

(3)

yang ditanyakan? Informasi apa yang mendukung proses pemecahan masalah?

Dalam pembelajaran kemampuan pemecahan masalah, setelah peserta didik diberi masalah maka biarkan peserta didik mencermati masalah. Beri kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya terkait pemahamannya tentang masalah yang akan diselesaikan. Pertanyaan yang akan diberikan kepada peserta didik. Apakah informasi pada masalah cukup memberi dukungan pemecahan masalah? Atau informasi yang ada berlebihan? Apakah yang akan kamu tanyakan? Seperti apa gambarannya?

2. Memilih Pendekatan atau Strategi Pemecahan.

Misalkan menggambarkan masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui, dan konsep yang relevan untuk membentuk model/kalimat matematika.

3. Menyelesaikan model

(4)

hitung secara benar dalam menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dari masalah.

4. Menafsirkan Solusi

Memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap masalah semula.

C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut (Rusman 2011) model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Dan menurut Ibrahim dan Nur mengemukakan bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untur merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada maslah dunia nyata.

1. Karakteristik

Karakteristik model Pembelajaran Berbasis Masalah antara lain (Rusman 2011) :

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

(5)

b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.

Masalah dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah dirancang benar-benar nyata, agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah tersebut dari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

d. Menghasilkan produk atau karya yang kemudian dipamerkan.

Dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah siswa dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak

dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

e. Kerja sama.

Dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah siswa dituntut untuk bekerja sama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

2. Tujuan model Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu:

(6)

b. Belajar peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata.

c. Menjadi para siswa yang otonom.

3. Langkah-langkah dari model Pembelajaran Berbasis Masalah, adalah sebagai berikut :

a. Mengorintasikansiswa pada masalah

Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah.

b. Mengorganisir siswa untuk belajar

Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

c. Membimbing individu maupun kelompok

Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang dibahas, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

(7)

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada tahap ini guru membantu siswa dalam melakukan evaluasi dan refleksi terhadap penyelidikan dan proses yang digunakan dalam memecahkan masalah.

D. Model pembelajaran Konvensional

Pendidikan yang berorientasi pada guru adalah pendidikan yang konvensional yang hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru. Turmudi (2008 : 61) mengungkapkan model Pembelajaran Tradisional/Konvensional merupakan model pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher centered approach) dan guru berperan sebagai subjek sedangkan siswa sebagai objek pembelajaran. Model Pembelajaran Konvensional biasanya disajikan dengan metode ceramah dan berimplikasi pembelajaran berlangsung hanya satu arah karena siswa hanya objek yang pasif.

Suryobroto (2002) menyatakan bahwa langkah-langkah dari Pembelajaran Konvensional, adalah sebagai berikut :

1. Sebelumnya harus diketahui dengan jelas dan dirumuskan khusus mengenai tujuan pembelajaran atau hal-hal yang hendak dipelajari oleh siswa-siswanya.

2. Bahan pembelajaran disusun sedemikian hingga : a. Dapat dimengerti dengan jelas.

(8)

c. Memperlihatkan kepada siswa bahwa bahan pelajaran yang diperoleh siswa nantinya akan berguna bagi kehidupan mereka.

3. Menanamkan pengertian yang jelas dengan dimulai suatu iktisar ringkasan mengenai pokok-pokok bahasan yang akan diuraikan selanjutkan kebagian utama penguraian dan penjelasannya dan disimpulkan kembali mengenai pokok-pokok penting yang telah diuraikan.

4. Diahiri pembelajaran, siswa diminta memberikan contoh-contoh khusus yang sesuai dengan yang sedang dipelajari, sehingga akan diketahui dengan jelas sampai dimana jelasnya pengertian dan pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari siswa tersebut.

Keuntungan model Pembelajaran Konvensional adalah memudahkan untuk mengefisiensikan akomodasi dan sumber-sumber peralatan dan mempermudah penggunaan jadwal yang efektif. Sedangkan kelemahan model pembelajaran konvensional antara lain.

1. Keberhasilan belajarnya sangat bergantung pada ketrampilan dan kemampuan guru.

2. Kemungkinan masih banyak salah interpretasi.

3. Metode belajar aktual yang akan diterapkan mungkin tidak sesuai untuk mengajar ketrampilan dan sikap yang diinginkan.

(9)

E. Perbedaan Model Pembelajan Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Konvensional.

Berbasis masalah Konvensional

 Siswa lebih aktif karena guru berperan sebagai fasilator.

 Pembelajaran dengan abstrak dan teoritis.

 Kebenaran bersifat absolute dan pengatahuan bersifat final.

 Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

 prilaku baik berdasarkan ekstrinsik.

F. Materi Luas Permukaan dan Volum Bangun Ruang Sisi Datar 1. Luas Permukaan Kubus dan Balok

Luas permukaan kubus atau balok adalah jumlah luas seluruh permukaan (sisi/bidang) bangun ruang tersebut. Untuk menentukan luas permukaan kubus atau balok, perlu diketahui hal-hal berikut ini: 1. Banyak bidang pada kubus atau balok.

(10)

Kemudian digunakan rumus luas bangun datar yang telah dipelajari, yaitu luas persegi dan luas persegi panjang.

a. Luas Permukaan Kubus

Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh bidang persegi yang membatasi kubus. Luas permukaan kubus dapat ditentukan dengan menghitung luas jaring-jaringnya. Pada Gambar 1, menunjukkan kubus dan jaring-jaringnya dengan panjang rusuk-rusuknya s. Permukaan kubus memiliki enam buah bidang yang ukurannya sama dan tiap bidangnya berbentuk persegi, maka:

Luas permukaan kubus = .

= .

= . b. Luas Permukaan Balok

(11)

Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh bidang yang membatasi balok. Luas permukaan balok dapat ditentukan dengan menghitung luas jaring-jaringnya.

Pada Gambar 2, menunjukkan balok dan jaring-jaringnya yang berukuran panjang = p, lebar = l, dan tinggi = t. Permukaan balok memiliki tiga kelompok sisi yang masing-masing kelompok berukuran sama. Karena bidang-bidang pada balok berbentuk persegí panjang maka: 2. Volume Kubus dan Balok

(12)

Gambar 3.ii menunjukkan kubus dengan panjang rusuk 2 satuan. Kubus satuan yang dapat dimuat sebanyak 8 kubus satuan. Volume kubus =.8 kubus satuan = (2 x 2 x 2) satuan kubik. Gambar 3.iii menunjukkan kubus dengan panjang rusuk 3 satuan. Kubus satuan yang dapat dimuat sebanyak 27 kubus satuan. Volume kubus = 27 kubus satuan = (3 x 3 x 3) satuan kubik.

Jadi, jika sebuah kubus dengan panjang rusuk-rusuknya = s satuan dan volume =V, maka V = s x s x s atau V = s3.

b. Volume Balok

Dengan menggunakan model kubus satuan (kubus 3.i) dapat diketahui volume balok.

Gambar 4.i menunjukkan balok dengan panjang = 3 satuan, lebar = 2 satuan, dan tinggi = 2 satuan.

Volume balok = 12 kubus satuan = (3 x 2 x 2) satuan kubik.

Gambar 4.ii menunjukkan balok dengan panjang = 4 satuan, lebar = 2 satuan, dan tinggi = 3 satuan.

Volume balok = 18 kubus satuan = (4 x 2 x 3) satuan kubik.

Jadi, jika sebuah balok mempunyai panjang = p, lebar = l, dan

p

l

t

Gambar 4

(13)

G. Kerangka Berfikir

Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran matematika. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan salah satu guru mengenai pemecahan masalah matematika bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa masih rendah sehingga hasil prestasi belajar matematika masih rendah.

(14)

H. Hipotesis Penelitian

Gambar

 Gambar 1
 Dengan menggunakan model kubus satuan (kubus 3.i) dapat Gambar 4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dengan topik “Pengaruh Produk Domestik Bruto, Kurs, Cadangan Devisa, Tingkat Suku Bunga Riil, Dan Volatilitas Kurs Terhadap Permintaan Impor di Indonesia tahun 1990-2008

Menurut Tritunggal Pigeon Farm (2010), faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seekor burung merpati untuk terbang tinggi, terbang cepat, dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu

Jika kita melihat korelasi atau hubungan antara terapis dan keluarga seharusnya berada dalam tahap keintiman yang cukup tinggi, dimana ketika seseorang

Puji dan syukur Penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, penyertaan, dan kasih karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi

Kenampakan kedudukan lapisan batuan yang miring ke arah selatan dari satuan Batulempung karbonatan Rambatan pada LP33 ... Kenampakan kedudukan lapisan batuan miring

Chatib Basri untuk memelihara dan mengembangkan hasil melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/ cipta, rasa, karsa, dan karya yang berupa nilai-nilai, PMK.07/2013 tertanggal

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga sampai saat ini penulis masih ditetapkan pada iman dan Islam, serta

Paper ini membahas mengenai sensor yang digunakan sebagai antarmuka dalam perkembangan teknologi gesture (gerak isyarat) untuk masukan sistem komputer yang