• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran - Ateng Saraswati Bab II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran - Ateng Saraswati Bab II"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan peristiwa kompleks yang dilakukan sehari-hari di sekolah. Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar merupakan suatu proses dengan bahan belajar berupa lingkungan sekitar, misalnya keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun. Dari segi guru, proses akan tampak dari perilaku belajar siswa sebagai akibat dari tindak mendidik atau kegiatan mengajar. Jadi, proses belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan sebab akibat yang sangat erat antara siswa dan guru untuk mampu mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas (Dimyati & Mudjiono, 2006).

(2)

harus ada empat langkah acara pembelajaran acara pembelajaran yang didalamnya terdapat kegiatan prediksi, eksperimentasi, dan ekspansi.

2.2 Hakekat Belajar Biologi dan Hasil Belajar

2.2.1 Hakekat Belajar Biologi

Biologi merupakan cabang sains yang mempelajari tentang seluk beluk makhluk hidup. Biologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu bios yang berarti hidup dan logos yang berarti ilmu.

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran biologi terdapat isi bahwa biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendididikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

Menurut Nuryani & Rustaman (2003) belajar biologi dapat diartikan sebagai belajar tentang makhluk hidup yang mencakup semua fenomena alam. Belajar biologi berupaya mengenalai diri sendiri sebagai makhluk.

(3)

bawahnya. Dalam hal ini merupakan pokok bahasan ekosistem yang di dalamnya terdapat semua sifat kehidupan.

2. 2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut juga dapat menyentuh pada perubahan pada aspek afektif, termasuk perubahan emosional. Menurut Anunurrahman (2010) menyatakan bahwa perubahan hasil belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir.

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Menurut Sanjaya (2008) menyatakan bahwa hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan yang ada di sekitar tempat belajar.

2.3 Keterampilan Proses

2.3.1 Pengertian Keterampilan Proses

Keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri seseorang. Menurut Dimyati & Mudiyono (2006) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah :

(4)

 fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa,

 interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa.

2.3.2 Jenis-jenis Keterampilan Proses

Ada beberapa keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan-keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills).

Pendekatan keterampilan proses pada dasarnya terdiri dari enam keterampilan, yaitu mengamati (mengobservasi), menggolongkan (mengklasifikasikan), mempredisksi, menganalisis, mengukur, menyimpulkan (sintesis), dan mengkomunikasikan. Depdiknas dalam Dimyati & Mudjiono (2006) menyatakan bahwa keterampilan proses itulah yang harus dikembangkan di dalam kurikulum.

2.3.3 Kemampuan Berpikir Analisis

Menurut Sanjaya (2010) analisis merupakan kemampuan menguraikan atau memecahkan suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur atau bagian-bagian.

(5)

susunannnya atau hierarki gagasan yang ada di dalamnya (Bloom dalam Dimyati & Mudjiono, 2009).

Kemampuan analisis mengakibatkan seseoarang mampu menganalisis informasi yang masuk dan terbagi-bagi atau menstruktur informasi ke dalam bagian yang sangat kecil untuk mengenali pola atau hubungan dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat sebuah skenario yang rumit (Wikipedia, 2014).

2.4 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning atau

PBL)

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan kreatif, keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dasra suatu meteri pembelajaran (Nurhadi, 2004). Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah bagaiamana cara memberikan masalah, mencari masalah, dan bagaimana cara penyelesaiannya agar masalah ini dapat diselesaikan bersama dan memperoleh hasil yang diinginkan. Tujuan utama dari pembelajaran berbasis masalah adalah agar siswa mampu berpikir kritis untuk terhadap suatu masalah yang ada di lingkungannya dan mampu untuk memberikan solusi atas permasalahan tersebut.

(6)

(2000) menguraikan bahwa pembelajaran berbasis masalah mempunyai lima ciri, yaitu pengajuan masalah di awal pembelajaran, berfokus pada keterkaitan antar disisplin, penyelidikan autentik, menghasilkan dan menyajikan hasil karya dan yang terakhir adalah bekerjasama dalam kelompok.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa unsur yang saling berkaiatan satu sama lain dan bahkan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut dapat mempermudah guru dalam menyelesaiakan masalah pembelajaran dan menjadi pedoman bagi guru dalam mengajar. Panduan unsur inkuiri, kooperatif, demokrasi, dan konstruktivisme menjadi mudah digunakan dalam pembelajaran.

Menurut Rusman (2013) karakteristik pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah sebagai berikut :

 permasalahan menjadi starting point dalam belajar,

 permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur,

 permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),

 permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar

(7)

 pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam pembelajaran berbasis masalah (problem based learning),

 belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,

 pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan,

 keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar,

 pembelajarannya melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar

Dari uraian karakteristik pembelajaran berbasis masalah di atas maka akan terdapat keunggulan dan kelemahan dari proses pembelajarannnya. Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran berbasis masalah (PBL) memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut :

2.4.1. Keunggulan

 pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran,

 pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa,

(8)

 pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaiaman mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami maslah dalam kehidupan nyata,

 pemecahan masalah dapat membantu siswa untukk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan,

 melalui pemecahan masalah dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

2. 4.2. Kelemahan

 pada saat siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba,

 keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan,

 tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

2. 4.3. Langkah – langkah pembelajaran berbasis masalah

Menurut Ismail dalam Rusman (2013) mengemukakan bahwa langkah-langkah (sintaks) pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

(9)

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah

Menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut 3 Membimbing pengalaman

individual/ kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Gambar

Tabel 2.1. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah

Referensi

Dokumen terkait

Buku T ematik T erpadu Kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku T ematik T erpadu

Berdasar pada Lampiran III, dari Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, telah dinyatakan bahwa dalam penyusunanRancangan Awal RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021, telah

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 12 siswi di SMK N 1 Purwosari Gunung Kidul, di dapatkan hasil bahwa 1 siswi kelas XI yang menggunakan pantyliner dan 2 siswi kelas XI

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko pekerjaan dengan terjadinya keluhan MSDs pada tukang angkut beban penambang emas di Kecamatan

usaha dan atau aset tertentu yang mendasari penerbitan Sukuk sehingga bertentangan dengan Prinsip"'prinsip Syariah di Pasar Modat maka Sukuk tersebut

Perkolasi, adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar.. Proses perkolasi

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian minyak jintan hitam secara topikal dapat meningkatkan regenerasi jaringan luka pada tikus diabetes dengan cara meningkatkan