BAB III
- 13.1 Arahan Pembangunan bidang Cipta Karya
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
❖ Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Berisikan arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015
tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 yang
ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di
berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber
daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.
Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan
yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah,
sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara
maju pada 2030.
Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya
saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya
melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh
mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga
mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum & sanitasi untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan
akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses
BAB III
- 2 dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terusmeningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa
permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus
dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian
Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2005-2025
Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015
❖ Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka
menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang
kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil
Presiden (Nawa Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka
panjang, periode 2015-2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik
BAB III
- 3 Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saatini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan
penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya
peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi
peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian
dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar
kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan
pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas,
berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK
dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar
wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan
lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk
tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan
2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung
peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur
permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan
nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing
ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN
2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
dan pemerataan.
Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas
nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat
penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik),
menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan
nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang
seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan
BAB III
- 4 dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasanpermukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk
bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana,
sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan
sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka
meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.
Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN
2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0
persen;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk
Indonesia;
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan
prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang
mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah
domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada
tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk
keserasiannya terhadap lingkungan
Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019
adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali
sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat
investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya
guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;
2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen
BAB III
- 5 untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala globalguna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;
3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali
khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus
urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best
practices) perwujudan kota berkelanjutan;
4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar
kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai
pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan
metropolitan;
5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
❖ Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya
Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal
Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung
jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa
Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan
pembangunan (Bang).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta
Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan
bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
BAB III
- 6a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah
dan drainase lingkungan serta persampahan.
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah
dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan
bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase
lingkungan serta persampahan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,
pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem
pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,
pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem
pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan,
Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun
sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta
memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan
masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan
dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem
BAB III
- 7 Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada PemerintahDaerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan
teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan
masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan
infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan
masyarakat.
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas
pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah
Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat,
dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan,
pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan
melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar,
Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan.
Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan
BAB III
- 8 konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukandalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas
pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga
melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan
Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan
melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta
infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya
juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM
sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya
dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga
bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang
terbangun.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan
pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran
serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas
pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi
target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu
bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
BAB III
- 9 Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR2015-2019
Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan
perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan
(Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik
spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta
potensi daerah.
Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk
mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis
(WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan
prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan
infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam
Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang
merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan
BAB III
- 10 pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadapmaritime
Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16
Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari
Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu
dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru
dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk,
Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau
Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung
Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi
dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).
Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri
Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan
Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang,
Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP:
BAB III
- 11 Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /HalmaheraTimur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).
Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW
dan PKSN/ Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58
PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara
(2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN);
Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11
PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).
Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak
24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau
Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu
Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung
Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit,
Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali
dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar
dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau
Papua (Sorong dan Jayapura).
Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep
perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang
terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur
Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan
keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2-JM Bidang Cipta Karya
disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah
Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPI2-JM, selain
mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga
mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana
Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK),
serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka
BAB III
- 12 Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduanpembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan
keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah
ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No 6/SE/DC/2014.
Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan
pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan
kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran
tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini
mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode
2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan),
mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan
prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi
15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka
pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi
pendanaan tersebut.
Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber
pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu
ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan
pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga
kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode
2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan
dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong
melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan
menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan
BAB III
- 13 Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13%
terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga
akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16%
menjadi 7% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara.
Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder
merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.
Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional
100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya,
antara lain:
❖ Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan
rumah tidak layak
huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;
❖ Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air
baku dan penanganan
kawasan rawan genangan;
❖ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan
perencanaan dalam
upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan
dan permukiman
serta bidang perkotaan dan perdesaan;
❖ Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan
BAB III
- 14❖ Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas
Pemerintah Daerah;
❖ Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan
persampahan;
❖ Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan
permukiman
nelayan/pesisir dan pulau terluar;
❖ Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan
pembangunan berdasarkan
RTRW dan RDTR;
❖ Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait
pengembangan kawasan
perbatasan
3.2 Arahan Penataan Ruang
3.3.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang
wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Kebijakan
Penataan Ruang Kota Tomohon, sebagai berikut: (a) Perwujudan
pembangunan yang berkelanjutan di wilayah Kota Tomohon; (b)
Pengembangan Tomohon sebagai Kota Bunga secara progresif yang
berorientasi pada pengembangan Kota Hijau yang natural; (c)
Pengembangan aktivitas agrikultur dan agroindustri yang bernilai ekonomi
tinggi dan ramah lingkungan; dan (d) Pembangunan dan pengembangan
ekowisata di Kota Tomohon yang berbasis masyarakat dan keunggulan
BAB III
- 17No
Tujuan
Strategi
VII. 7)Mengembangkan sistem energi yang terbarukan dan ramah lingkungan di seluruh wilayah
Kota Tomohon dengan memaksimalkan potensi klimatologi yang dimiliki Kota Tomohon.
VIII. 8)Mempertahankan dan mengembangkan fungsi-fungsi yang telah berkembang dan telah
menjadi bagian dari pencitraan Kota Tomohon yaitu fungsi pendidikan agar lebih dapat ditingkatkan
lagi pada semua aspek fasilitas pendidikan dan melebarkan peran tersebut pada fungsi-fungsi yang
lain seperti kesehatan, keagamaan, dll.
IX. 9)Mengembangkan dan melestarikan keberlangsungan aktivitas industri rumah tradisional
Minahasa dengan menjamin ketersediaan bahan baku industri yang berbahan dasar kayu seperti
menyediakan lahan bagi pengembangan hutan rakyat, dll.
X. 10)Mengembangkan dan menetapkan kawasan-kawasan pusat pelayanan yang terstruktur di Kota
Tomohon.
BAB III
- 18No
Tujuan
Strategi
I. 1)Mengembangkan aktivitas florikultura di wilayah Kota Tomohon berdasarkan karakteristik
wilayah yang ada serta berdasarkan hasil kajian untuk menentukan dan menetapkan delineasi
pengembangan kawasan florikultura yang jelas.
II. 2)Mengembangkan citra kota bunga di wilayah Kota Tomohon dengan membangun
gerbang-gerbang kota dengan nuansa dan simbol bunga yang berbeda-beda sekaligus menjadi landmark bagi
kawasan.
III. 3)Mengembangkan sarana-sarana penunjang aktivitas industri bunga di Kota Tomohon dengan
mengembangkan aktivitas yang dapat mengangkat citra kota bunga seperti membangun etalase
bunga, pasar bunga, mempertahankan penyelenggaraan TOFF (
Tournament Of Flower Festival
) yang
rutin diadakan tiap tahun dan meningkatkannya ke taraf internasional, mengembangkan upaya dan
peluang ekspor dari aktivitas industri bunga untuk meningkatkan kesejahteraan petani/masyarakat,
dll.
IV. 4)Mengembangkan RTH di wilayah Kota Tomohon dengan memaksimalkan peran aktivitas
florikultura sebagai bagian dari upaya menciptakan kota hijau yang bersih (
clean and green city
),
selain dengan tetap mempertahankan kawasan-kawasan alami yang hijau sebagai kawasan hutan
kota, jalur hijau, taman kota, dll.
BAB III
- 19No
Tujuan
Strategi
I. 1)Menetapkan dan mengembangkan kawasan pertanian, berdasarkan kondisi dan karakteristik
lahan dengan memperhatikan faktor kesesuaian lahan.
II. 2)Menerapkan sistem pertanian organik.
III. 3)Meningkatkan produktivitas pertanian melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian.
IV. 4)Menerapkan sistem pengolahan tanah yang konservatif seperti sistem terasering pada lahan
berkontur, dll.
V. 5)Mengembangkan komoditas prospektif dan bernilai ekonomi tinggi.
VI. 6)Membangun sarana-sarana penunjang pengelolaan hasil pertanian untuk mengembangkan
aktivitas agroindustri.
VII. 7)Mengembangkan klaster pertanian secara integratif.
VIII. 8)Mengembangkan sistem distribusi dan pemasaran hasil produksi pertanian yang terkontrol
dan terkendali yang ditunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang seperti
tersedianya pasar tradisional atau pasar khusus sayuran, cool storage dan pergudangan, sistem
sirkulasi dan transportasi penunjang pasca produksi, dll.
BAB III
- 20No
Tujuan
Strategi
I. 1)Mengidentifikasi dan menetapkan ODTW (Objek Daerah Tujuan Wisata) Kota Tomohon, serta
mengembangkannya dalam suatu tatanan masterplan wisata yang tidak hanya melingkupi wilah
Kota Tomohon tetapi juga terpadu dengan kawasan-kawasan wisata lain di wilayah sekitar Tomohon.
II. 2)Melakukan revitalisasi dan mengembangkan ODTW terutama yang berifat unik dan berbasis
lingkungan (alami).
III. 3)Mengembangkan ODTW Kreatif yang berbasis kearifan lokal, alamiah, unik dan partisipatif,
seperti dengan mengembangkan wisata religius di Kota Tomohon yang mengangkat peran sejarah
perkembangkan keagamaan dan keberagaman simbol-simbol religius yang ada.
IV. 4)Membangun dan mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berorientasi pada
aspek pariwisata.
V. 5)Merevitalisasi, merenovasi, dan merehabilitasi objek-objek yang memiliki nilai sejarah tinggi dan
mengembangkannya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pariwisata di Kota
Tomohon.
BAB III
- 213.3.2 Rencana Struktur Ruang
Wilayah Kota Tomohon terbagi kedalam fungsi-fungsi pelayanan yang terdiri
atas fungsi PPK (Pusat Pelayanan Kota), SPPK (Sub Pusat Pelayanan Kota),
dan PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan). Untuk wilayah pusat kota eksisting
saat ini yang ada di wilayah Kecamatan Tomohon Tengah dijadikan sebagai
Pusat Pelayanan Kota (PPK) dan pusat kecamatan yang ada di keempat
wilayah lainnya dijadikan sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK).
Kawasan yang rencananya untuk pengembangan Kawasan Siap Bangun atau
rencana pengembangan kawasan hunian baru yang ada di kawasan
Woloan-Walian-Lansot direncanakan akan dikembangkan sebagai Sub Pusat
Pelayanan Kota (SPPK). Sedangkan untuk kawasan-kawasan lainnya dengan
mengacu pada tujuan pengembangan tata ruang Kota Tomohon akan
dikembangkan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Tabel 3.2 Rencana Sistem Pusat Pelayanan di Kota Tomohon
Fungsi Kecamatan/ Kawasan
Pusat Pelayanan Kota
(PPK)
Kecamatan Tomohon Tengah – Timur (Matani-Paslaten-Kolongan-Kamasi-Talete)
Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK)
Kecamatan Tomohon Utara (Kinilow) Kecamatan Tomohon Timur (Rurukan) Kecamatan Tomohon Barat (Tara-tara) Kecamatan Tomohon Selatan (Lahendong)
Lokasi Pemerintahan dan Pengembangan Kasiba (Woloan-Walian-Lansot) Diantara Wilayah Kecamatan Tomohon Barat – Selatan
Pusat Pelayanan
Kecamatan Tomohon Tengah Kasuang (Matani Satu) Kecamatan Tomohon Barat Woloan Dua
Kecamatan Tomohon Selatan
Pinaras Tumatangtang Pangolombian Tondangouw
Rencana Struktur Sistem Jaringan Prasarana Kota Tomohon terbagi atas: (a)
Rencana Sistem Prasarana Transportasi Darat; dan (b) Rencana
Pengembangan Sistem Jaringan Jalan. Rencana Sistem Prasarana
BAB III
- 22 sehingga rencana pengembangan sistem prasarana utama di Kota Tomohontidak mencakup rencana sistem transportasi laut, demikian juga dengan
rencana sistem transportasi udara tidak tercakup bagian dari pengembangan
rencana struktur di Kota Tomohon karena wilayah Kota Tomohon secara
geografis yang hanya berjarak 25 km dari Kota Manado dimana terdapat
Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi sehingga tidak memungkinkan
akan dikembangkan suatu bandar udara baru. Dengan demikian maka di
wilayah Kota Tomohon untuk rencana sistem prasarana utama hanya
mengembangkan struktur ruang berdasarkan sistem transportasi darat.
Rencana pengembangan struktur jaringan transportasi disusun untuk
mewujudkan pelayanan aksesibilitas yang merata di seluruh wilayah Kota
Tomohon dan mengarahkan struktur kota dengan mempertahankan
keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumberdaya daerah. Pada
pengembangan transportasi di Kota Tomohon hanya dipengaruhi oleh sektor
transportasi darat. Oleh sebab itu, rencana struktur prasarana jalan yang
meliputi rencana pengembangan jaringan jalan arteri primer, arteri
sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder dan lokal memegang peranan
yang sangat penting untuk menciptakan kelancaran sirkulasi transportasi
kota.
Prasarana transportasi fungsinya merupakan media untuk memindahkan
orang dan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam
pengembangan wilayah, sistem transportasi berfungsi menjembatani
keterkaitan fungsional antar kegiatan sosial ekonomi di wilayah Kota
Tomohon. Sesuai dengan fungsi tersebut maka kebijakan pengembangan
sistem transportasi diarahkan untuk menunjang pengembangan tata ruang di
Kota Tomohon dengan tujuan untuk pengembangan sistem transportasi
untuk meningkatkan pertumbuhan di wilayah Kota Tomohon agar dapat
berkembang guna peningkatan akses masyarakat di wilayah kota bersama
dengan wilayah yang ada di sekitarnya. Sasarannya adalah: (a) menunjang
BAB III
- 23 menunjang perkembangan sektor-sektor utama di Kota Tomohon yaknipermukiman, perdagangan/jasa dan pertanian/perkebunan.
Kota Tomohon berada pada Wilayah Sungai (WS) Tondano Likupang,
memiliki beberapa sungai antara lain Sungai Ranowangko, Sungai Sapa,
Sungai Ranoasem, dan Sungai Kinilow. Peranan dari masing-masing sungai
tersebut berbeda satu sama lain tergantung dengan kegunaan saat ini dan
potensi pengembangan di masa yang akan datang. Ada 5 sungai dengan yang
miliki fungsi-fu masing-masing (Tabel 3.3).
Tabel 3.3 Sungai dan Fungsinya
Disamping itu Kota Tomohon juga memiliki tiga danau yaitu Danau Linau,
Danau Pangolombian dan Danau Tampusu. Danau Linau terdapat di
Kelurahan Lahendong kecamatan Tomohon Selatan, danau Pangolombian
terdapat di desa Panglombian kecamatan Tomohon Selatan dan danau
Tampusu terdapat di puncak Gunung Tampusu, desa Tampusu kecamatan
Tomohon Selatan. Ketiga danau tersebut terletak di wilayah kecamatan
Tomohon Selatan.
Pengolahan air bersih di Kota Tomohon awalnya dibangun oleh PDAM
Kabupaten Minahasa, dan saat ini diserahkan pada PDAM unit Tomohon. Ada
3 lokasi yang digunakan sebagai sumber mata air untuk air baku yaitu: (1)
Mata Air Sineleyan kapasitas 100 Lps; (2) Mata Air Sasalak I kapasitas 5
Sungai
- Sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian dan perkebunan; - Sebagai sumber air untuk aktivitas perikanan khususnya rencana
pengembangan kawasan Minapolitan di Tara-tara;
- Sebagai jaringan primer dari sistem drainase di Kota Tomohon khususnya pada wilayah Kecamatan Tomohon Tengah dan Barat. - Sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian dan perkebunan; - Sebagai jaringan primer dari sistem jaringan drainase di wilayah Kota
Tomohon.
- Sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian dan perkebunan di kawasan utara Kota Tomohon;
- Sebagai sumber air untuk aktivitas perikanan khususnya rencana pengembangan kawasan Minapolitan di di Kinilow;
- Sebagai jalur untuk mengantisipasi bencana Gunung Mahawu dimana sungai Kinilow ini menjadi jalur untuk aliran lahar/lava yang menuju ke kawasan Malalayang di wilayah Kota Manado.
- Sebagai jaringan primer dari sistem jaringan drainase Kota Tomohon khususnya pada kawasan utara Kota Tomohon.
Ranowangko
Sapa dan Ranoesem
Kinilow/ Malalayang
BAB III
- 24 Lps; dan (3) Mata Air Sasalak II kapasitas 5 Lps. Disamping sumber-sumbermata air yang tersebut diatas, terdapat sumber-sumber mata air baru yang
belum dikelola dan dimanfaatkan, seperti Mata Air Muung yang berada di
Matani, Mata Air Kalimpesan, Mata Air Pinati. Letak dan lokasi mata air di
Kota Tomohon pada umumnya berada pada daerah-daerah perbukitan, dan
kondisi topografi Kota Tomohon yang berbukit-bukit. Dengan demikian
penyediaan air bersih untuk proses pendistribusiannya dapat dilakukan
dengan cara gravitasi.
Untuk pembangunan dan pengembangan jalur pejalan kaki di wilayah Kota
Tomohon, dilakukan dengan mengacu pada pengembangan
kawasan-kawasan yang menjadi pusat-pusat pelayanan. Untuk itu rencana
pembangunan jalur pejalan kaki (pedestrian way) di wilayah Kota Tomohon
adalah: (a) Kawasan pusat pelayanan kota (PPK); (b) Koridor yang
menghubungkan antara kawasan PPK dengan Sub Pusat Pelayanan Kota
(SPPK) Kinilow; (c) Koridor yang menghubungkan antara kawasan PPK
dengan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Rurukan; (d) Koridor yang
menghubungkan antara kawasan PPK dengan Sub Pusat Pelayanan Kota
(SPPK) Lahendong; (e) Koridor yang menghubungkan antara kawasan PPK
dengan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Tara-tara. Jalur-jalur pedestrian
pada kawasan-kawasan wisata, khususnya pada kawasan wisata alam dan
budaya seperti di kawasan agropolitan Rurukan dan Gunung Mahawu,
kawasan wisata danau, kawasan wisata industri rumah tradisional Minahasa
di Woloan, kawasan wisata alam di Kinilow-Tinoor, kawasan wisata alam di
Tara-tara, dan lain-lain.
Pengembangan jalur dan ruang evakuasi di wilayah Kota Tomohon secara
umum berdasarkan kondisi karakteristik wilayah Kota Tomohon maka
terdapat satu lokasi yang sangat tepat untuk dijadikan sebagai ruang
evakuasi yaitu berada di kawasan Tomohon Selatan atau berada di sekitar
kawasan Tumatangtang yang dikembangkan sebagai kawasan PPL sehingga
BAB III
- 25 Tumatangtang tersebut. Dengan status sebagai kawasan PPL maka secaraotomatis kawasan tersebut telah memiliki kelengkapan untuk ketersediaan
cadangan bahan pangan maupun sandang ketika terjadi proses evakuasi atau
bencana terjadi.
Untuk jalur evakuasi di kawasan utara Tomohon yang meliputi kawasan
Kinilow dan Tinoor yang diarahkan untuk menggunakan jalur evakuasi ke
arah Kota Manado tidak akan bermasalah karena Kota Manado selain
menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Utara juga memiliki ketersediaan bahan
pangan dan sandang yang cukup memberikan jaminan bagi masyarakat yang
mencari perlindungan.
3.3.3 Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan
ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor
452/Kpts-II/99 tanggal 17 Juni 1999 yang termuat dalam Peta Kawasan
Hutan dan Perairan Propinsi Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000, Kota Tomohon
memiliki Hutan Lindung seluas 585 ha. Hutan Lindung terdapat di sekitar G.
Mahawu, G. Masarang, dan G. Tampusu. Saat ini, kawasan hutan lindung ini,
sudah tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sebagian kawasan hutan
telah menjadi lahan pertanian. Kawasan resapan air dalam bentuk
kolam/rawa yang ada saat ini mulai berubah fungsi menjadi kawasan
terbangun seperti di Sineleyan. Sebagian kawasan resapan air di daerah ini
juga termasuk dalam kawasan hutan lindung.
Tabel 3.4 Kawasan Resapan Air di Kota Tomohon
BAB III
- 265 Tomohon Barat 652 34,35
Jumlah 1.898 100,00
A. Kawasan Sempadan Danau
Di daerah perencanaan terdapat tiga buah danau, yakni Danau Linau, Danau
Pangolombian dan Danau Tampusu yang semuanya terletak di kecamatan
Tomohon Selatan. Luas kawasan Sempadan Danau sekitar 52 ha.
Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau bertujuan untuk melindungi
danau dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
danau. Kawasan sekitar danau adalah daratan sepanjang tepian danau yang
lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara
50 – 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Sebagian kawasan
sekitar danau termasuk dalam kawasan resapan air, sehingga delineasi untuk
kawasan sekitar danau hanya sekitar 4 ha.
Di daerah perencanaan (wilayah Kota Tomohon) terdapat beberapa sungai
yang perlu ditetapkan kawasan sempadan sungainya, yaitu S. Ranowangko, S.
Sapa, S, Ranoesem, dan S. Malalayang. Sebagian besar sungai-sungai yang ada
mengalir melewati daerah pertanian dan permukiman sehingga kawasan di
sekitar aliran sungai sudah dijadikan lahan budidaya. Meskipun demikian,
pada ruas-ruas tertentu terutama pada lembah sungai yang curam sempadan
sungai tertutup oleh belukar dan diarahkan untuk menjadi kawasan resapan
air.
B. Kawasan Sempadan Mata Air
Kawasan sempadan mata air adalah kawasan sekurang-kurangnya dengan
jari-jari 200 meter di sekitar mata air. Terdapat 21 lokasi mata air yang ada
di daerah perencanaan. Beberapa mata air ini telah dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai sumber air bersih di samping sebagai sumber air untuk
sawah dan kolam ikan. Lokasi dan debit mata-mata air yang ada di lokasi
BAB III
- 27 Tabel 3.5 Mata Air Yang Ada di Kota TomohonKawasan cagar alam Gunung Lokon ditetapkan berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No. 109/Kpts-II/2003 tanggal 23 Maret 2003 dengan luas 720 ha.
Kawasan ini ditetapkan sebagai cagar alam karena memiliki ekosistem khas
berupa hutan pegunungan dengan gunung berapi yang masih aktif dan
mempunyai dua kepundan yang sangat menarik.
Debit Ukur Lokasi/ (l/det) Kelurahan
1 Mata Air I (?) 5 Kakaskasen 2 Mata Air II (?) 5 Kakaskasen 3 Sineleyan 125 Talete
4 Pancuran 7 Kinilow
5 Maya Porong 5 Kakaskasen 6 Sasala 6 Kakaskasen II 7 Kelong (2 mata air) 3 Kakaskasen II 8 Kolombi 2 Kakaskasen III
9 Pinaras 6 Pinaras
10 Rurukan 1 Rurukan
11 Totombe & Tatahaan (2 mata air) 1 WoloanI 12 Mananumbeng (4 mata air) 1 WoloanII 13 Pamiraan-Tampahan 1,25 WoloanIII 14 Kemer 15 Tara-tara II 15 Meras 10 Tara-tara II 16 Ranowatu 4 Tara-tara II 17 Amian 10 Kumelembuai 18 Mahlimbukar 15 Kakaskasen II 19 Muung 20 l/det Matani 20 Kalimpesan 5 l/det Paslaten 21 Pinati 3 l/det Talete
BAB III
- 28 Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan
dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Perlindungan terhadap kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya
bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan
monumen nasional, dan keragaman bentuk geologi, yang berguna untuk
pengebangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan
oleh alam maupun manusia.
Di Kota Tomohon terdapat beberapa peninggalan sejarah yang perlu
dilindungi antara lain, bekas tempat tinggal A. R. Wallace saat berada di
daerah ini ”Wallace House” dan tempat lahirnya L. N. Palar di Rurukan,
rumah bearsitektur kolonial di Kaaten, Gereja GMIM Sion, waruga di Woloan
dan steleng peninggalan Jepang di Tinoor.
Di daerah perencanaan, kawasan rawan bencana gunung berapi terletak di
sekitar gunung api aktif, yaitu Gunung Lokon dan Gunung Mahawu. Kawasan
rawan bencana gunung berapi (Kawasan Rawan Bencana II untuk Lokon)
adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu (pijar),
hujan abu lebat, dan lahar.
Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun
2008 ditetapkan dengan kriteria: kawasan yang berpotensi dan/atau pernah
mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified
Mercally Intensity (MMI).
Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Rawan Gempa Bumi adalah untuk
melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat terjadinya gempa
bumi maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kota
BAB III
- 29 Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagaiberikut: (a) ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan
RTH privat; (b) proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar
minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%
terdiri dari ruang terbuka hijau privat
Tabel 3.6 Rencana Pengembangan RTH di Kota Tomohon
No Kecamatan
Luas Wilayah
(Ha)
Luas Wilayah Diluar Kawasan Lindung (Ha)
Rencana Kawasan
Luas lahan efektif diluar luas kawasan pertanian (lahan basah dan kering) di
atas, secara umum telah dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan
kapasitas dan daya tampung di wilayah Kota Tomohon, akan tetapi ada
beberapa fungsi lahan yang harus diperhatikan lebih detail lagi untuk
menentukan seberapa besar luas lahan efektif yang benar-benar efektif
menjadi lahan cadangan bagi pembangunan dan pengembangan di wilayah
Kota Tomohon. Beberapa fungsi yang harus diperhatikan tersebut adalah
kawasan pertanian tanaman tahunan dan kawasan peternakan.
Jadi, luas lahan efektif yang menjadi luas bagi cadangan pembangunan
kawasan terbangun dalam hal ini kawasan hunian hanya sekitar 2.982 Ha
atau 20,26 % dari total luas wilayah Kota Tomohon.
Rencana Kawasan Pertanian Lahan Basah (padi sawah) Kota Tomohon 2010
– 2030 akan dikembangkan di 2 (dua) kecamatan yang masuk wilayah Kota
Tomohon, yaitu kecamatan Tomohon Selatan dan kecamatan Tomohon
BAB III
- 30 produksi 18.026 Ton. Wilayah yang memiliki areal persawahan terluassecara berturut-turut adalah terdapat di Kecamatan Tomohon Selatan (875
ha), dan Kecamatan Tomohon Barat adalah 355 ha. Data yang diperoleh dari
Direktorat Sumber Daya Air/Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
Tahun 2008 bahwa terdapat 8 (delapan) Daerah Irigasi (DI) di wilayah Kota
Tomohon, dengan total potensial 1051 Ha dan fungsional 951 Ha. Daerah
Irigasi (DI) tersebut secara rinci diuraikan sebagai berikut: DI. Sukomeras
(potensial 35 Ha, fungsional 35 Ha), DI. Ranowangko (potensial 492 Ha,
fungsional 492 Ha), DI. Kakaskasen (potensial 230 Ha, fungsional 210 Ha), DI.
Kelong (potensial 30 Ha, fungsional 30 Ha), DI. Ranonekoropit (potensial 70
Ha, fungsional 70 Ha), DI. Sapa Pinaras (potensial 104 Ha, fungsional 24 Ha),
DI. Aga (potensial 60 Ha, fungsional 60 Ha), dan DI. Sarulutu (potensial 30 Ha,
fungsional 30 Ha).
Potensi lahan kering/tegalan yang terdapat di Kota Tomohon adalah lebih
besar dibandingkan dengan potensi persawahan. Luas areal lahan
kering/tegalan adalah 4046 ha, yang terdapat pada 5 kecamatan. Luas Lahan
kering/tegalan komoditi jagung secara berurutan terdapat di kecamatan
Tomohon Barat seluas 2.248 ha, kecamatan Tomohon Selatan seluas 777 ha,
kecamatan Tomohon Tengah seluas 628 ha, kecamatan Tomohon Utara
seluas 226 ha dan
Kecamatan Tomohon Timur seluas 167 ha. Disamping komoditi Jagung, juga
komoditi-komoditi lahan kering yang dibudidayakan masyarakat di kota
Tomohon adalah Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, dan Kacang Kedelai.
Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa lahan kering di gunung
Wawo belum termanfaatkan secara maksimal dikarenakan tidak tersedianya
air. Saat ini Pemanfaatan lahan kering di gunung Wawo hanya memanfaatkan
sumber air dari air hujan.
Potensi lahan perkebunan yang terdapat di Kota Tomohon adalah lebih kecil
BAB III
- 31 areal lahan perkebunan Kelapa adalah sekitar 1.131,13 Ha, perkebunanCengkih adalah sekitar 1.629,06 Ha. Rencana Kawasan Pertanian tanaman
perkebunan Kota Tomohon 2010 – 2030 adalah wilayah yang memiliki areal
lahan yang terdapat di kecamatan Tomohon Barat, kecamatan Tomohon
Selatan dan kecamatan Tomohon Utara. Komoditi perkebunan yang telah
dibudidayakan adalah didominasi oleh tanaman kelapa, serta cengkih.
Potensi pertanian perkebunan tidak dapat lagi dikembangkan secara
ekstensifikasi mengingat kondisi wilayah sudah sangat terbatas dalam hal
ketersediaan lahan.
Sistem perikanan darat yang terdapat di Kota Tomohon adalah berupa kolam
(fresh water pond). Budidaya ini terdapat di 5 (lima) kecamatan (kecamatan
Tomohn Selatan, Tomohon Barat, Tomohon Tengah, Tomohon Utara dan
Tomohon Utara). Data Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kota
Tomohon tahun 2008 menunjukkan bahwa produksi ikan menurut areal
pemeliharaan dan kecamatan yaitu kecamatan Tomohon Utara (23,25 ton),
kecamatan Tomohon Barat (21,00 ton), kecamatan Tomohon Tengah (7,00
ton), kecamatan Tomohon Timur (3,75 ton), kecamatan Tomohon Selatan
(1,15 ton). Dari kelima wilayah tersebut, wilayah kecamatan Tomohon Utara
dan kecamatan Tomohon Barat yang memiliki produksi ikan yang lebih besar
dibandingkan dengan tiga wilayah lainnya.
Pembangunan dan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di wilayah
Kota Tomohon dilakukan dengan mengacu pada rencana pengembangan
struktur ruang kota yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.7 Rencana Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kota
BAB III
- 32Pengembangan Sarana Perdagangan dan Jasa
Sarana perdagangan Modern seperti Mall, Plaza, dll. Pusat pelayanan perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Pengembangan sarana pertemuan, kongres, musyawarah, dll, seperti gedung pertemuan, convention centre, dll.
Pengembangan hotel bisnis.
Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan yang terbatas karena adanya keterbatasan lahan.
Pengembangan kawasan perdagangan untuk hasil industri kerajinan tangan yang direlokasi dari kawasan pinggiran jalan Kinilow.
Pengembangan sarana untuk fungsi jasa penginapan dan penunjangnya yang mengacu pada karakteristik lingkungan seperti resort, cottage, dll.
Sarana perdagangan yg menunjang aktivitas agroindustri seperti pasar sayur tradisional dan modern, pusat penjualan sarana perkebunan dan proses pengelolaannya seperti pupuk, alat-alat penyemprotan, dll.
Sarana pengelolaan hasil agroindustri seperti cool storage, pergudangan, Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan.
Pengembangan sarana untuk fungsi jasa penginapan dan penunjangnya yang mengacu pada karakteristik lingkungan seperti resort, cottage, dll.
Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan.
Pengembangan sarana untuk fungsi jasa penginapan dan penunjangnya yang mengacu pada karakteristik lingkungan seperti resort, cottage, dll.
Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan.
Sarana perdagangan dan jasa yang berhubungan dengan aktivitas perkantoran seperti jasa fotocopy dan percetakan, penjualan barang-barang kebutuhan perkantoran, dan usaha sejenisnya.
Pengembangan sarana pertemuan, kongres, musyawarah, dll, seperti gedung pertemuan, convention centre, dll.
Pengembangan hotel bisnis. Sub Pusat Pelayanan Kota
(SPPK)
Kecamatan Tomohon Tengah – Timur
(Matani-Paslaten-Kolongan-Kamasi-Talete)
Kecamatan Tomohon Utara (Kinilow)
Kecamatan Tomohon Timur (Rurukan)
Kecamatan Tomohon Barat (Tara-tara)
Kecamatan Tomohon Selatan (Lahendong)
Lokasi Pemerintahan dan Pengembangan Kasiba (Woloan-Walian-Lansot) Diantara Wilayah Kecamatan Tomohon Barat – Selatan Fungsi Kecamatan/ Kawasan
BAB III
- 33 Pengembangan SaranaPerdagangan dan Jasa
Pengembangan sarana perdagangan florikultura seperti pasar bunga, etalase bunga, bahan-bahan kebutuhan pengelolaan florikultura, dan sarana sejenis lainnya.
Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional.
Pengembangan sarana perdagangan yang berhubungan dengan proses pengelolaan industri rumah tradisional Minahasa.
Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.
Fungsi Kecamatan/ Kawasan
Pangolombian
Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.
Tondangouw
Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.
Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.
Tumatangtang
Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.
Kecamatan Tomohon Utara
Tinoor Satu Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.
Kakaskasen Dua
Wailan Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan
BAB III
- 34 Pembangunan sarana dan prasarana pekuburan umum diarahkan untukdikembangkan pada 2 kawasan, yaitu masing-masing satu di kecamatan
Tomohon Barat dan Selatan. Rencana pengembangan ini disesuaikan dengan
ketersediaan lahan yang ada. Sedangkan untuk luas lahan yang akan
dikembangkan akan dilakukan secara bertahap dimana untuk lokasi taman
pekuburan yang ada di wilayah Kecamatan Tomohon Barat akan
dikembangkan dengan luas awal 1,5 Ha, sedangkan untuk lokasi taman
pekuburan yang ada di wilayah Kecamatan Tomohon Selatan akan
dikembangkan dengan luas awal 2,5 Ha.
Secara umum pengembangan pariwisata di wilayah Kota Tomohon akan
dikembangkan secara terpadu dengan wilayah sekitarnya, terutama adanya
keterpaduan dengan pengembangan pariwisata di Kota Manado. Hal ini perlu
dikembangkan karena di wilayah Kota Tomohon tidak memiliki objek tujuan
wisata yang bertaraf internasional sedangkan di Kota Manado terdapat
Taman Nasional Bunaken yang sudah bertaraf internasional.
Produk Penunjang Utama: Bila konsep “Seisi Kota Untuk Wisatawan” yang
ditonjolkan, maka produk lainnya seperti Air Terjun Pinaras, Obyek wisata
Kinilow, Danau Linow, Pemandian Air Panas di Lahendong, Obyek wisata
Temboan Rurukan, Gunung Mahawu, Gunung Lokon, Woloan dan kawasan
Tinoor akan menjadi produk penunjang utama yang akan memberikan
pengalaman variatif bagi wisatawan. Pengembangan pariwisata
pemandangan di Kota Tomohon direncanakan untuk dikembangkan di
kawasan Kinilow pada kawasan sekitar koridor jalan raya Tomohon-Manado
dengan konsep “resting area” dan di kawasan Gunung Mahawu dengan
konsep gardu pemandangan yang lebih mengandalkan unsur-unsur alam
dalam pengembangannya. Pengembangan wisata budaya di Kota Tomohon
dengan memanfaatkan amphitheatre yang ada di kawasan Woloan, Bukit
BAB III
- 35 Pengembangan wisata buatan berdasarkan kondisi karakteristik alamsebagai upaya memaksimalkan potensi alam yang ada seperti pengembangan
kebun raya di kawasan Tara-tara-Kayawu, dll. Pengembangan kawasan
gerbang kota yang ada di masing-masing SPPK untuk dikembangkan simbol
image tentang Kota Bunga dengan pengembangan yang berbeda-beda simbol
bunga pada setiap gerbang tersebut. Pengembangan kepariwisataan juga
dapat digandengkan atau dibuat terpadu dengan rencana pengelolaan
kawasan agroindustri di Rurukan, kawasan industri rumah tradisional
Minahasa di Woloan, serta industri florikultura di Kakaskasen dan Gunung
Wawo.
3.3.4 Kawasan Strategis
3.1.4.1 Pengertian dan Kriteria Kawasan Strategis
Kawasan strategis kota merupakan bagian wilayah kota yang penataan
ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
Kawasan strategis kota berfungsi:
➢ Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kota;
➢ Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah
kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota
bersangkutan;
➢ Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kota;
➢ Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.
Kawasan strategis kota ditetapkan berdasarkan:
➢ Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;
➢ Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
BAB III
- 36➢ Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan
terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan
lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;
➢ Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota; dan
➢ Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Kawasan strategis kota ditetapkan dengan kriteria:
➢ Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis
provinsi yang ada di wilayah kota;
➢ Kawasan strategis kota dapat berhimpitan dengan kawasan strategis
nasional dan/atau kawasan strategis provinsi, namun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian
kewenangan yang jelas.
➢ Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan
ekonomi yang memiliki:
✓ potensi ekonomi cepat tumbuh;
✓ sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;
✓ potensi ekspor;
✓ dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi;
✓ kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
✓ fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan energi;
➢ Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan sosial budaya seperti:
✓ tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
✓ prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
✓ aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
BAB III
- 37✓ tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman
budaya;
✓ tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial;
✓ hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan
jatidiri maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota;
✓ kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan
pembangunan kota.
➢ Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, antara lain:
✓ kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam
strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;
✓ memiliki sumber daya alam strategis;
✓ memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan
antariksa;
✓ memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;
✓ memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
➢ Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:
✓ tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
✓ kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah
yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
✓ kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna
air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
✓ kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan
iklim makro;
✓ kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas
lingkungan hidup;
BAB III
- 38✓ kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
➢ Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang
sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah kota.
3.1.4.2 Kawasan Strategis Nasional di Kota Tomohon
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
a. Pertahanan dan keamanan;
b. Pertumbuhan ekonomi;
c. Sosial dan budaya;
d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau
e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Gambar 3.1
BAB III
- 39 Kawasan strategis nasional di wilayah Kota Tomohon meliputi kawasanPengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado – Bitung dimana Kota
Tomohon termasuk dari bagian pengembangan tersebut; dan kawasan
Konservasi dan wisata DAS Tondano dimana Kota Tomohon menjadi
kawasan resapan dan tangkapan air.
3.1.4.3 Penetapan Kawasan Strategis Kota Tomohon
Kawasan strategis di wilayah Kota Tomohon ditetapkan dengan kriteria:
➢ Dari sudut kepentingan ekonomi;
BAB III
- 40➢ Dari sudut kepentingan sosial budaya; dan
➢ Dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi.
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi di wilayah Kota
Tomohon, meliputi kawasan Koridor Utama Kota Tomohon di Koridor
Matani – Kakaskasen berdasarkan pertimbangan:
1. sebagai kawasan pusat kota dengan fungsi yang beragam (mix use),
didominasi oleh kawasan perdagangan dan jasa, serta pendidikan;
2. berada pada koridor utama di wilayah Kota Tomohon;
3. tempat pelaksanaan TFF (Tomohon Flower Festival) yang rutin dan
berkala dilaksanakan setiap tahun;
4. kawasan yang memiliki nilai historis sebagai kawasan pusat
pertumbuhan di Kota Tomohon dan terdapat beberapa bangunan
dan kawasan yang menjadi cagar budaya;
5. kawasan yang memiliki nilai historis keagamaan karena tempat
beradanya Gereja Sion sebagai Gereja Pertama di Kota Tomohon
yang ada di Kawasan Talete yang menjadi Cikal Bakal
berkembangnya agama Kristen di Kota Tomohon dan Tanah
Minahasa, dan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus yang dikenal sebagai
“Gereja Besi” di Kelurahan Kolongan; dan
6. terdapat Bukit Inspirasi yang merupakan lokasi tempat pelaksanaan
pagelaran budaya keagamaan Kristen di wilayah Kota Tomohon dan
Tanah Minahasa.
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup di wilayah
Kota Tomohon, meliputi:
1. kawasan agropolitan Rurukan dan sekitarnya dengan pertimbangan:
✓ telah dikenal sebagai kawasan agro, dan menjadi sumber bahan
sayur dan hasil perkebunan untuk wilayah Minahasa, Manado dan
sekitarnya;
BAB III
- 41✓ memiliki potensi wisata alam;
✓ memiliki lokasi wisata budaya/ cagar budaya Rumah Wallace; dan
✓ terdapat kawasan permukiman tradisional masyarakat.
2. kawasan danau di wilayah Kecamatan Tomohon Selatan yang terdiri
atas Danau Linow, Danau Tampusu, dan Danau Pangolombian, yang
menjadi cadangan air Kota Tomohon di masa yang akan datang.
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di wilayah Kota
Tomohon, meliputi kawasan Industri Rumah Panggung Woloan dan
sekitarnya dengan pertimbangan:
1. menjadi salah satu Prime Mover perekonomian unggulan di wilayah
Kota Tomohon dan Provinsi Sulawesi Utara;
2. pengeksport Rumah Panggung Woloan;
3. menyebar tidak hanya di wilayah Woloan saja, tetapi juga sudah
sampai ke kawasan sekitarnya;
4. disekitar kawasan Woloan terdapat banyak kawasan Cagar Budaya
seperti Waruga (lokasi pekuburan tradisional Minahasa),
Amphitheatre (tempat pagelaran budaya dengan konsep di ruang
terbuka), dll;
5. terdapat kawasan permukiman tradisional masyarakat setempat.
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya
alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah Kota Tomohon, meliputi
kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong
dan sekitarnya dengan pertimbangan:
1. terdapat kawasan eksplorasi panas bumi di kawasan Pangolombian,
Tondangow dan Lahendong, yang saat ini dijadikan sebagai sumber
utama kelistrikan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara;
2. terdapat kawasan budidaya pertanian dan perkebunan yang berupa
tanaman padi sawah dan tanaman musiman/ tahunan;
3. terdapat kawasan permukiman tradisional masyarakat; dan
BAB III
- 43 Gambar 3.2BAB III
- 443.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
3.2.1 Visi
Dalam periode 2011-2015, visi pembangunan Kota Tomohon, adalah : “TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA TOMOHON YANG RELIGIUS,
MANDIRI, SEJAHTERA, BERWAWASAN LINGKUNGAN DENGAN KONSEP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN MENDUNIA”
sehingga diharapkan seluruh stakeholder di Kota Tomohon secara bahu
membahu mengoptimalkan seluruh kapasitas yang dimiliki untuk
meningkatkan dan mewujudkan seluruh masyarakat Kota Tomohon lebih
maju dan sejahtera.
Penjelasan Visi
Penjelasan visi ini disusun dan diuraikan berdasarkan kalimat dan kata kunci
pada Visi Kota Tomohon Tahun 2011-2015, yaitu Masyarakat Kota Tomohon
yang Religius, Mandiri, Sejahtera, Berwawasan Lingkungan dengan Konsep
Pembangunan Berkelanjutan dan Mendunia. Berikut ini adalah
penjelasannya :
1. Kalimat “Masyarakat yang Religius”
Merupakan syarat mutlak untuk dapat terwujudnya kehidupan agama
yang menjadikan insan beriman dan taat kepada tuntunan ajaran agama,
yang nanti akan mengembangkan dasar moral yang positif pada setiap
insan. Pembangunan disektor apapun tidak dapat mendatangkan hikmat
dan berkat tanpa dilandasi iman dan kasih.
2. Kalimat “Masyarakat yang Mandiri”
Adalah kemampuan nyata pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam
mengatur dan mengurus kepentingan daerah/ rumah tangganya sendiri,
serta mengupayakan secara bertahap dan bersungguh-sungguh
mengurangi ketergantungan terhadap pihak-pihak lain (luar).
3. Kalimat “Kesejahteraan Masyarakat”
Merupakan pertanda oleh semakin meningkatnya kualitas kehidupan
BAB III
- 45 pokok manusia, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan,dan lapangan pekerjaan yang didukung oleh infrastruktur fisik, sosial
budaya ekonomi dan keamanan yang memadai, yang nantinya akan lebih
difokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan sehingga secara
simultan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Kalimat “Berwawasan Lingkungan”
Merupakan konsep tantangan aktual yang memperhatikan lingkungan
alam dalam mengendalikan dan mengantisipasi bencana-bencana alam
yang akan terjadi. Wawasan lingkungan diintegrasikan ke dalam semua
sektor, yang mendorong masyarakat kearah perilaku yang ramah
lingkungan, perwujudan ekosistem kota yang asri dan serasi, serta
menurunkan tingkat resiko terjadinya bencana alam.
5. Kalimat “Konsep Pembangunan Berkelanjutan”
Adalah konsep pembangunan yang mempertimbangkan serta
memperhitungkan kualitas dan kuantitas ketersediaan sumber daya
alam dan sumber daya manusia sebagai modal pembangunan yang
berkesinambungan secara terus-menerus dari generasi ke generasi.
6. Kata “Mendunia”
Merupakan konsep pembangunan yang memiliki karakter yang mampu
menerima dan mengadopsi budaya modern yang konstruktif,
berkepribadian dinamis, kreatif, inovatif, disiplin dan mampu mewarnai
proses globalisasi, sebagai konsep yang membangun hubungan
kerjasama dengan dunia internasional.
3.2.2 Misi
Sesuai dengan harapan terwujudnya masyarakat Tomohon yang religius,
mandiri, sejahtera, berwawasan lingkungan dengan konsep pembangunan
berkelanjutan dan mendunia, maka perumusan misi pembangunan Kota
Tomohon periode 2011-2015, sebagai berikut :
Misi 1 Mengembangkan dasar-dasar moral yang positif, kreatif dan