• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review RPIJM 2015 – 2019 Kota Tomohon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Review RPIJM 2015 – 2019 Kota Tomohon"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

- 1

3.1 Arahan Pembangunan bidang Cipta Karya

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

❖ Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Berisikan arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015

tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 yang

ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di

berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif

perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber

daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.

Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan

yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah,

sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara

maju pada 2030.

Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya

saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya

melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh

mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga

mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum & sanitasi untuk

memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan

akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses

(2)

BAB III

- 2 dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus

meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa

permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus

dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian

Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2005-2025

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

❖ Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka

menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang

kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil

Presiden (Nawa Cita).

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka

panjang, periode 2015-2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik

(3)

BAB III

- 3 Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat

ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan

penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya

peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi

peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian

dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar

kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan

pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas,

berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK

dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar

wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan

lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk

tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri,

dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan

2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung

peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur

permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan

nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari

pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka

negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing

ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN

2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan

dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas

nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat

penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik),

menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan

nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang

seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan

(4)

BAB III

- 4 dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan

permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk

bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana,

sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan

sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka

meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN

2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0

persen;

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk

Indonesia;

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan

prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang

mendukung;

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah

domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada

tingkat kebutuhan dasar;

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan

Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019

adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali

sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat

investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya

guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;

2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen

(5)

BAB III

- 5 untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global

guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali

khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus

urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best

practices) perwujudan kota berkelanjutan;

4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar

kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi

masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai

pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan

metropolitan;

5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat

Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

❖ Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya

Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal

Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung

jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa

Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan

pembangunan (Bang).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta

Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan

bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan

sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam

(6)

BAB III

- 6

a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan

permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah

dan drainase lingkungan serta persampahan.

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan

permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah

dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan

bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,

pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase

lingkungan serta persampahan;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan

kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,

pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem

pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan

kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,

pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem

pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan,

Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun

sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta

memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan

masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan

dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem

(7)

BAB III

- 7 Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah

Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan

teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan

masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan

infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan

masyarakat.

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas

pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah

Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat,

dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan,

pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan

melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar,

Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan.

Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan

(8)

BAB III

- 8 konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan

dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas

pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga

melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan

Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan

melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta

infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya

juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM

sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya

dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga

bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang

terbangun.

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan

pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran

serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas

pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi

target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya

dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu

bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

(9)

BAB III

- 9 Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR

2015-2019

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan

perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan

(Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik

spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur

Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta

potensi daerah.

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk

mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis

(WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan

prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan

infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam

Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang

merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan

(10)

BAB III

- 10 pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap

maritime

Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16

Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari

Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu

dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru

dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk,

Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau

Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung

Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi

dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri

Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan

Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang,

Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP:

(11)

BAB III

- 11 Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera

Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW

dan PKSN/ Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58

PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara

(2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN);

Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11

PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak

24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau

Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu

Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung

Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit,

Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali

dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar

dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau

Papua (Sorong dan Jayapura).

Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep

perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang

terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur

Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan

keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2-JM Bidang Cipta Karya

disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah

Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPI2-JM, selain

mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga

mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana

Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK),

serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka

(12)

BAB III

- 12 Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan

pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan

mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan

keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah

ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No 6/SE/DC/2014.

Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan

pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan

kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran

tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini

mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode

2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan),

mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan

prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi

15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka

pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi

pendanaan tersebut.

Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber

pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu

ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan

pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga

kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode

2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan

dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong

melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan

menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan

(13)

BAB III

- 13 Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100

swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13%

terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga

akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16%

menjadi 7% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara.

Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder

merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.

Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional

100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya,

antara lain:

❖ Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan

rumah tidak layak

huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;

❖ Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air

baku dan penanganan

kawasan rawan genangan;

❖ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan

perencanaan dalam

upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan

dan permukiman

serta bidang perkotaan dan perdesaan;

❖ Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan

(14)

BAB III

- 14

❖ Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas

Pemerintah Daerah;

❖ Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan

persampahan;

❖ Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan

permukiman

nelayan/pesisir dan pulau terluar;

❖ Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan

pembangunan berdasarkan

RTRW dan RDTR;

❖ Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait

pengembangan kawasan

perbatasan

3.2 Arahan Penataan Ruang

3.3.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang

wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Kebijakan

Penataan Ruang Kota Tomohon, sebagai berikut: (a) Perwujudan

pembangunan yang berkelanjutan di wilayah Kota Tomohon; (b)

Pengembangan Tomohon sebagai Kota Bunga secara progresif yang

berorientasi pada pengembangan Kota Hijau yang natural; (c)

Pengembangan aktivitas agrikultur dan agroindustri yang bernilai ekonomi

tinggi dan ramah lingkungan; dan (d) Pembangunan dan pengembangan

ekowisata di Kota Tomohon yang berbasis masyarakat dan keunggulan

(15)
(16)
(17)

BAB III

- 17

No

Tujuan

Strategi

VII. 7)Mengembangkan sistem energi yang terbarukan dan ramah lingkungan di seluruh wilayah

Kota Tomohon dengan memaksimalkan potensi klimatologi yang dimiliki Kota Tomohon.

VIII. 8)Mempertahankan dan mengembangkan fungsi-fungsi yang telah berkembang dan telah

menjadi bagian dari pencitraan Kota Tomohon yaitu fungsi pendidikan agar lebih dapat ditingkatkan

lagi pada semua aspek fasilitas pendidikan dan melebarkan peran tersebut pada fungsi-fungsi yang

lain seperti kesehatan, keagamaan, dll.

IX. 9)Mengembangkan dan melestarikan keberlangsungan aktivitas industri rumah tradisional

Minahasa dengan menjamin ketersediaan bahan baku industri yang berbahan dasar kayu seperti

menyediakan lahan bagi pengembangan hutan rakyat, dll.

X. 10)Mengembangkan dan menetapkan kawasan-kawasan pusat pelayanan yang terstruktur di Kota

Tomohon.

(18)

BAB III

- 18

No

Tujuan

Strategi

I. 1)Mengembangkan aktivitas florikultura di wilayah Kota Tomohon berdasarkan karakteristik

wilayah yang ada serta berdasarkan hasil kajian untuk menentukan dan menetapkan delineasi

pengembangan kawasan florikultura yang jelas.

II. 2)Mengembangkan citra kota bunga di wilayah Kota Tomohon dengan membangun

gerbang-gerbang kota dengan nuansa dan simbol bunga yang berbeda-beda sekaligus menjadi landmark bagi

kawasan.

III. 3)Mengembangkan sarana-sarana penunjang aktivitas industri bunga di Kota Tomohon dengan

mengembangkan aktivitas yang dapat mengangkat citra kota bunga seperti membangun etalase

bunga, pasar bunga, mempertahankan penyelenggaraan TOFF (

Tournament Of Flower Festival

) yang

rutin diadakan tiap tahun dan meningkatkannya ke taraf internasional, mengembangkan upaya dan

peluang ekspor dari aktivitas industri bunga untuk meningkatkan kesejahteraan petani/masyarakat,

dll.

IV. 4)Mengembangkan RTH di wilayah Kota Tomohon dengan memaksimalkan peran aktivitas

florikultura sebagai bagian dari upaya menciptakan kota hijau yang bersih (

clean and green city

),

selain dengan tetap mempertahankan kawasan-kawasan alami yang hijau sebagai kawasan hutan

kota, jalur hijau, taman kota, dll.

(19)

BAB III

- 19

No

Tujuan

Strategi

I. 1)Menetapkan dan mengembangkan kawasan pertanian, berdasarkan kondisi dan karakteristik

lahan dengan memperhatikan faktor kesesuaian lahan.

II. 2)Menerapkan sistem pertanian organik.

III. 3)Meningkatkan produktivitas pertanian melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian.

IV. 4)Menerapkan sistem pengolahan tanah yang konservatif seperti sistem terasering pada lahan

berkontur, dll.

V. 5)Mengembangkan komoditas prospektif dan bernilai ekonomi tinggi.

VI. 6)Membangun sarana-sarana penunjang pengelolaan hasil pertanian untuk mengembangkan

aktivitas agroindustri.

VII. 7)Mengembangkan klaster pertanian secara integratif.

VIII. 8)Mengembangkan sistem distribusi dan pemasaran hasil produksi pertanian yang terkontrol

dan terkendali yang ditunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang seperti

tersedianya pasar tradisional atau pasar khusus sayuran, cool storage dan pergudangan, sistem

sirkulasi dan transportasi penunjang pasca produksi, dll.

(20)

BAB III

- 20

No

Tujuan

Strategi

I. 1)Mengidentifikasi dan menetapkan ODTW (Objek Daerah Tujuan Wisata) Kota Tomohon, serta

mengembangkannya dalam suatu tatanan masterplan wisata yang tidak hanya melingkupi wilah

Kota Tomohon tetapi juga terpadu dengan kawasan-kawasan wisata lain di wilayah sekitar Tomohon.

II. 2)Melakukan revitalisasi dan mengembangkan ODTW terutama yang berifat unik dan berbasis

lingkungan (alami).

III. 3)Mengembangkan ODTW Kreatif yang berbasis kearifan lokal, alamiah, unik dan partisipatif,

seperti dengan mengembangkan wisata religius di Kota Tomohon yang mengangkat peran sejarah

perkembangkan keagamaan dan keberagaman simbol-simbol religius yang ada.

IV. 4)Membangun dan mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berorientasi pada

aspek pariwisata.

V. 5)Merevitalisasi, merenovasi, dan merehabilitasi objek-objek yang memiliki nilai sejarah tinggi dan

mengembangkannya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pariwisata di Kota

Tomohon.

(21)

BAB III

- 21

3.3.2 Rencana Struktur Ruang

Wilayah Kota Tomohon terbagi kedalam fungsi-fungsi pelayanan yang terdiri

atas fungsi PPK (Pusat Pelayanan Kota), SPPK (Sub Pusat Pelayanan Kota),

dan PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan). Untuk wilayah pusat kota eksisting

saat ini yang ada di wilayah Kecamatan Tomohon Tengah dijadikan sebagai

Pusat Pelayanan Kota (PPK) dan pusat kecamatan yang ada di keempat

wilayah lainnya dijadikan sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK).

Kawasan yang rencananya untuk pengembangan Kawasan Siap Bangun atau

rencana pengembangan kawasan hunian baru yang ada di kawasan

Woloan-Walian-Lansot direncanakan akan dikembangkan sebagai Sub Pusat

Pelayanan Kota (SPPK). Sedangkan untuk kawasan-kawasan lainnya dengan

mengacu pada tujuan pengembangan tata ruang Kota Tomohon akan

dikembangkan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

Tabel 3.2 Rencana Sistem Pusat Pelayanan di Kota Tomohon

Fungsi Kecamatan/ Kawasan

Pusat Pelayanan Kota

(PPK)

Kecamatan Tomohon Tengah – Timur (Matani-Paslaten-Kolongan-Kamasi-Talete)

Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK)

Kecamatan Tomohon Utara (Kinilow) Kecamatan Tomohon Timur (Rurukan) Kecamatan Tomohon Barat (Tara-tara) Kecamatan Tomohon Selatan (Lahendong)

Lokasi Pemerintahan dan Pengembangan Kasiba (Woloan-Walian-Lansot) Diantara Wilayah Kecamatan Tomohon Barat – Selatan

Pusat Pelayanan

Kecamatan Tomohon Tengah Kasuang (Matani Satu) Kecamatan Tomohon Barat Woloan Dua

Kecamatan Tomohon Selatan

Pinaras Tumatangtang Pangolombian Tondangouw

Rencana Struktur Sistem Jaringan Prasarana Kota Tomohon terbagi atas: (a)

Rencana Sistem Prasarana Transportasi Darat; dan (b) Rencana

Pengembangan Sistem Jaringan Jalan. Rencana Sistem Prasarana

(22)

BAB III

- 22 sehingga rencana pengembangan sistem prasarana utama di Kota Tomohon

tidak mencakup rencana sistem transportasi laut, demikian juga dengan

rencana sistem transportasi udara tidak tercakup bagian dari pengembangan

rencana struktur di Kota Tomohon karena wilayah Kota Tomohon secara

geografis yang hanya berjarak 25 km dari Kota Manado dimana terdapat

Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi sehingga tidak memungkinkan

akan dikembangkan suatu bandar udara baru. Dengan demikian maka di

wilayah Kota Tomohon untuk rencana sistem prasarana utama hanya

mengembangkan struktur ruang berdasarkan sistem transportasi darat.

Rencana pengembangan struktur jaringan transportasi disusun untuk

mewujudkan pelayanan aksesibilitas yang merata di seluruh wilayah Kota

Tomohon dan mengarahkan struktur kota dengan mempertahankan

keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumberdaya daerah. Pada

pengembangan transportasi di Kota Tomohon hanya dipengaruhi oleh sektor

transportasi darat. Oleh sebab itu, rencana struktur prasarana jalan yang

meliputi rencana pengembangan jaringan jalan arteri primer, arteri

sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder dan lokal memegang peranan

yang sangat penting untuk menciptakan kelancaran sirkulasi transportasi

kota.

Prasarana transportasi fungsinya merupakan media untuk memindahkan

orang dan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam

pengembangan wilayah, sistem transportasi berfungsi menjembatani

keterkaitan fungsional antar kegiatan sosial ekonomi di wilayah Kota

Tomohon. Sesuai dengan fungsi tersebut maka kebijakan pengembangan

sistem transportasi diarahkan untuk menunjang pengembangan tata ruang di

Kota Tomohon dengan tujuan untuk pengembangan sistem transportasi

untuk meningkatkan pertumbuhan di wilayah Kota Tomohon agar dapat

berkembang guna peningkatan akses masyarakat di wilayah kota bersama

dengan wilayah yang ada di sekitarnya. Sasarannya adalah: (a) menunjang

(23)

BAB III

- 23 menunjang perkembangan sektor-sektor utama di Kota Tomohon yakni

permukiman, perdagangan/jasa dan pertanian/perkebunan.

Kota Tomohon berada pada Wilayah Sungai (WS) Tondano Likupang,

memiliki beberapa sungai antara lain Sungai Ranowangko, Sungai Sapa,

Sungai Ranoasem, dan Sungai Kinilow. Peranan dari masing-masing sungai

tersebut berbeda satu sama lain tergantung dengan kegunaan saat ini dan

potensi pengembangan di masa yang akan datang. Ada 5 sungai dengan yang

miliki fungsi-fu masing-masing (Tabel 3.3).

Tabel 3.3 Sungai dan Fungsinya

Disamping itu Kota Tomohon juga memiliki tiga danau yaitu Danau Linau,

Danau Pangolombian dan Danau Tampusu. Danau Linau terdapat di

Kelurahan Lahendong kecamatan Tomohon Selatan, danau Pangolombian

terdapat di desa Panglombian kecamatan Tomohon Selatan dan danau

Tampusu terdapat di puncak Gunung Tampusu, desa Tampusu kecamatan

Tomohon Selatan. Ketiga danau tersebut terletak di wilayah kecamatan

Tomohon Selatan.

Pengolahan air bersih di Kota Tomohon awalnya dibangun oleh PDAM

Kabupaten Minahasa, dan saat ini diserahkan pada PDAM unit Tomohon. Ada

3 lokasi yang digunakan sebagai sumber mata air untuk air baku yaitu: (1)

Mata Air Sineleyan kapasitas 100 Lps; (2) Mata Air Sasalak I kapasitas 5

Sungai

- Sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian dan perkebunan; - Sebagai sumber air untuk aktivitas perikanan khususnya rencana

pengembangan kawasan Minapolitan di Tara-tara;

- Sebagai jaringan primer dari sistem drainase di Kota Tomohon khususnya pada wilayah Kecamatan Tomohon Tengah dan Barat. - Sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian dan perkebunan; - Sebagai jaringan primer dari sistem jaringan drainase di wilayah Kota

Tomohon.

- Sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian dan perkebunan di kawasan utara Kota Tomohon;

- Sebagai sumber air untuk aktivitas perikanan khususnya rencana pengembangan kawasan Minapolitan di di Kinilow;

- Sebagai jalur untuk mengantisipasi bencana Gunung Mahawu dimana sungai Kinilow ini menjadi jalur untuk aliran lahar/lava yang menuju ke kawasan Malalayang di wilayah Kota Manado.

- Sebagai jaringan primer dari sistem jaringan drainase Kota Tomohon khususnya pada kawasan utara Kota Tomohon.

Ranowangko

Sapa dan Ranoesem

Kinilow/ Malalayang

(24)

BAB III

- 24 Lps; dan (3) Mata Air Sasalak II kapasitas 5 Lps. Disamping sumber-sumber

mata air yang tersebut diatas, terdapat sumber-sumber mata air baru yang

belum dikelola dan dimanfaatkan, seperti Mata Air Muung yang berada di

Matani, Mata Air Kalimpesan, Mata Air Pinati. Letak dan lokasi mata air di

Kota Tomohon pada umumnya berada pada daerah-daerah perbukitan, dan

kondisi topografi Kota Tomohon yang berbukit-bukit. Dengan demikian

penyediaan air bersih untuk proses pendistribusiannya dapat dilakukan

dengan cara gravitasi.

Untuk pembangunan dan pengembangan jalur pejalan kaki di wilayah Kota

Tomohon, dilakukan dengan mengacu pada pengembangan

kawasan-kawasan yang menjadi pusat-pusat pelayanan. Untuk itu rencana

pembangunan jalur pejalan kaki (pedestrian way) di wilayah Kota Tomohon

adalah: (a) Kawasan pusat pelayanan kota (PPK); (b) Koridor yang

menghubungkan antara kawasan PPK dengan Sub Pusat Pelayanan Kota

(SPPK) Kinilow; (c) Koridor yang menghubungkan antara kawasan PPK

dengan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Rurukan; (d) Koridor yang

menghubungkan antara kawasan PPK dengan Sub Pusat Pelayanan Kota

(SPPK) Lahendong; (e) Koridor yang menghubungkan antara kawasan PPK

dengan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Tara-tara. Jalur-jalur pedestrian

pada kawasan-kawasan wisata, khususnya pada kawasan wisata alam dan

budaya seperti di kawasan agropolitan Rurukan dan Gunung Mahawu,

kawasan wisata danau, kawasan wisata industri rumah tradisional Minahasa

di Woloan, kawasan wisata alam di Kinilow-Tinoor, kawasan wisata alam di

Tara-tara, dan lain-lain.

Pengembangan jalur dan ruang evakuasi di wilayah Kota Tomohon secara

umum berdasarkan kondisi karakteristik wilayah Kota Tomohon maka

terdapat satu lokasi yang sangat tepat untuk dijadikan sebagai ruang

evakuasi yaitu berada di kawasan Tomohon Selatan atau berada di sekitar

kawasan Tumatangtang yang dikembangkan sebagai kawasan PPL sehingga

(25)

BAB III

- 25 Tumatangtang tersebut. Dengan status sebagai kawasan PPL maka secara

otomatis kawasan tersebut telah memiliki kelengkapan untuk ketersediaan

cadangan bahan pangan maupun sandang ketika terjadi proses evakuasi atau

bencana terjadi.

Untuk jalur evakuasi di kawasan utara Tomohon yang meliputi kawasan

Kinilow dan Tinoor yang diarahkan untuk menggunakan jalur evakuasi ke

arah Kota Manado tidak akan bermasalah karena Kota Manado selain

menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Utara juga memiliki ketersediaan bahan

pangan dan sandang yang cukup memberikan jaminan bagi masyarakat yang

mencari perlindungan.

3.3.3 Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan

ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk

fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor

452/Kpts-II/99 tanggal 17 Juni 1999 yang termuat dalam Peta Kawasan

Hutan dan Perairan Propinsi Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000, Kota Tomohon

memiliki Hutan Lindung seluas 585 ha. Hutan Lindung terdapat di sekitar G.

Mahawu, G. Masarang, dan G. Tampusu. Saat ini, kawasan hutan lindung ini,

sudah tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sebagian kawasan hutan

telah menjadi lahan pertanian. Kawasan resapan air dalam bentuk

kolam/rawa yang ada saat ini mulai berubah fungsi menjadi kawasan

terbangun seperti di Sineleyan. Sebagian kawasan resapan air di daerah ini

juga termasuk dalam kawasan hutan lindung.

Tabel 3.4 Kawasan Resapan Air di Kota Tomohon

(26)

BAB III

- 26

5 Tomohon Barat 652 34,35

Jumlah 1.898 100,00

A. Kawasan Sempadan Danau

Di daerah perencanaan terdapat tiga buah danau, yakni Danau Linau, Danau

Pangolombian dan Danau Tampusu yang semuanya terletak di kecamatan

Tomohon Selatan. Luas kawasan Sempadan Danau sekitar 52 ha.

Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau bertujuan untuk melindungi

danau dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi

danau. Kawasan sekitar danau adalah daratan sepanjang tepian danau yang

lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara

50 – 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Sebagian kawasan

sekitar danau termasuk dalam kawasan resapan air, sehingga delineasi untuk

kawasan sekitar danau hanya sekitar 4 ha.

Di daerah perencanaan (wilayah Kota Tomohon) terdapat beberapa sungai

yang perlu ditetapkan kawasan sempadan sungainya, yaitu S. Ranowangko, S.

Sapa, S, Ranoesem, dan S. Malalayang. Sebagian besar sungai-sungai yang ada

mengalir melewati daerah pertanian dan permukiman sehingga kawasan di

sekitar aliran sungai sudah dijadikan lahan budidaya. Meskipun demikian,

pada ruas-ruas tertentu terutama pada lembah sungai yang curam sempadan

sungai tertutup oleh belukar dan diarahkan untuk menjadi kawasan resapan

air.

B. Kawasan Sempadan Mata Air

Kawasan sempadan mata air adalah kawasan sekurang-kurangnya dengan

jari-jari 200 meter di sekitar mata air. Terdapat 21 lokasi mata air yang ada

di daerah perencanaan. Beberapa mata air ini telah dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai sumber air bersih di samping sebagai sumber air untuk

sawah dan kolam ikan. Lokasi dan debit mata-mata air yang ada di lokasi

(27)

BAB III

- 27 Tabel 3.5 Mata Air Yang Ada di Kota Tomohon

Kawasan cagar alam Gunung Lokon ditetapkan berdasarkan SK Menteri

Kehutanan No. 109/Kpts-II/2003 tanggal 23 Maret 2003 dengan luas 720 ha.

Kawasan ini ditetapkan sebagai cagar alam karena memiliki ekosistem khas

berupa hutan pegunungan dengan gunung berapi yang masih aktif dan

mempunyai dua kepundan yang sangat menarik.

Debit Ukur Lokasi/ (l/det) Kelurahan

1 Mata Air I (?) 5 Kakaskasen 2 Mata Air II (?) 5 Kakaskasen 3 Sineleyan 125 Talete

4 Pancuran 7 Kinilow

5 Maya Porong 5 Kakaskasen 6 Sasala 6 Kakaskasen II 7 Kelong (2 mata air) 3 Kakaskasen II 8 Kolombi 2 Kakaskasen III

9 Pinaras 6 Pinaras

10 Rurukan 1 Rurukan

11 Totombe & Tatahaan (2 mata air) 1 WoloanI 12 Mananumbeng (4 mata air) 1 WoloanII 13 Pamiraan-Tampahan 1,25 WoloanIII 14 Kemer 15 Tara-tara II 15 Meras 10 Tara-tara II 16 Ranowatu 4 Tara-tara II 17 Amian 10 Kumelembuai 18 Mahlimbukar 15 Kakaskasen II 19 Muung 20 l/det Matani 20 Kalimpesan 5 l/det Paslaten 21 Pinati 3 l/det Talete

(28)

BAB III

- 28 Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang di

sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan

dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk

pengembangan ilmu pengetahuan. Perlindungan terhadap kawasan cagar

budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya

bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan

monumen nasional, dan keragaman bentuk geologi, yang berguna untuk

pengebangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan

oleh alam maupun manusia.

Di Kota Tomohon terdapat beberapa peninggalan sejarah yang perlu

dilindungi antara lain, bekas tempat tinggal A. R. Wallace saat berada di

daerah ini ”Wallace House” dan tempat lahirnya L. N. Palar di Rurukan,

rumah bearsitektur kolonial di Kaaten, Gereja GMIM Sion, waruga di Woloan

dan steleng peninggalan Jepang di Tinoor.

Di daerah perencanaan, kawasan rawan bencana gunung berapi terletak di

sekitar gunung api aktif, yaitu Gunung Lokon dan Gunung Mahawu. Kawasan

rawan bencana gunung berapi (Kawasan Rawan Bencana II untuk Lokon)

adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu (pijar),

hujan abu lebat, dan lahar.

Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun

2008 ditetapkan dengan kriteria: kawasan yang berpotensi dan/atau pernah

mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified

Mercally Intensity (MMI).

Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Rawan Gempa Bumi adalah untuk

melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat terjadinya gempa

bumi maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kota

(29)

BAB III

- 29 Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai

berikut: (a) ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan

RTH privat; (b) proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar

minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%

terdiri dari ruang terbuka hijau privat

Tabel 3.6 Rencana Pengembangan RTH di Kota Tomohon

No Kecamatan

Luas Wilayah

(Ha)

Luas Wilayah Diluar Kawasan Lindung (Ha)

Rencana Kawasan

Luas lahan efektif diluar luas kawasan pertanian (lahan basah dan kering) di

atas, secara umum telah dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan

kapasitas dan daya tampung di wilayah Kota Tomohon, akan tetapi ada

beberapa fungsi lahan yang harus diperhatikan lebih detail lagi untuk

menentukan seberapa besar luas lahan efektif yang benar-benar efektif

menjadi lahan cadangan bagi pembangunan dan pengembangan di wilayah

Kota Tomohon. Beberapa fungsi yang harus diperhatikan tersebut adalah

kawasan pertanian tanaman tahunan dan kawasan peternakan.

Jadi, luas lahan efektif yang menjadi luas bagi cadangan pembangunan

kawasan terbangun dalam hal ini kawasan hunian hanya sekitar 2.982 Ha

atau 20,26 % dari total luas wilayah Kota Tomohon.

Rencana Kawasan Pertanian Lahan Basah (padi sawah) Kota Tomohon 2010

– 2030 akan dikembangkan di 2 (dua) kecamatan yang masuk wilayah Kota

Tomohon, yaitu kecamatan Tomohon Selatan dan kecamatan Tomohon

(30)

BAB III

- 30 produksi 18.026 Ton. Wilayah yang memiliki areal persawahan terluas

secara berturut-turut adalah terdapat di Kecamatan Tomohon Selatan (875

ha), dan Kecamatan Tomohon Barat adalah 355 ha. Data yang diperoleh dari

Direktorat Sumber Daya Air/Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi I

Tahun 2008 bahwa terdapat 8 (delapan) Daerah Irigasi (DI) di wilayah Kota

Tomohon, dengan total potensial 1051 Ha dan fungsional 951 Ha. Daerah

Irigasi (DI) tersebut secara rinci diuraikan sebagai berikut: DI. Sukomeras

(potensial 35 Ha, fungsional 35 Ha), DI. Ranowangko (potensial 492 Ha,

fungsional 492 Ha), DI. Kakaskasen (potensial 230 Ha, fungsional 210 Ha), DI.

Kelong (potensial 30 Ha, fungsional 30 Ha), DI. Ranonekoropit (potensial 70

Ha, fungsional 70 Ha), DI. Sapa Pinaras (potensial 104 Ha, fungsional 24 Ha),

DI. Aga (potensial 60 Ha, fungsional 60 Ha), dan DI. Sarulutu (potensial 30 Ha,

fungsional 30 Ha).

Potensi lahan kering/tegalan yang terdapat di Kota Tomohon adalah lebih

besar dibandingkan dengan potensi persawahan. Luas areal lahan

kering/tegalan adalah 4046 ha, yang terdapat pada 5 kecamatan. Luas Lahan

kering/tegalan komoditi jagung secara berurutan terdapat di kecamatan

Tomohon Barat seluas 2.248 ha, kecamatan Tomohon Selatan seluas 777 ha,

kecamatan Tomohon Tengah seluas 628 ha, kecamatan Tomohon Utara

seluas 226 ha dan

Kecamatan Tomohon Timur seluas 167 ha. Disamping komoditi Jagung, juga

komoditi-komoditi lahan kering yang dibudidayakan masyarakat di kota

Tomohon adalah Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, dan Kacang Kedelai.

Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa lahan kering di gunung

Wawo belum termanfaatkan secara maksimal dikarenakan tidak tersedianya

air. Saat ini Pemanfaatan lahan kering di gunung Wawo hanya memanfaatkan

sumber air dari air hujan.

Potensi lahan perkebunan yang terdapat di Kota Tomohon adalah lebih kecil

(31)

BAB III

- 31 areal lahan perkebunan Kelapa adalah sekitar 1.131,13 Ha, perkebunan

Cengkih adalah sekitar 1.629,06 Ha. Rencana Kawasan Pertanian tanaman

perkebunan Kota Tomohon 2010 – 2030 adalah wilayah yang memiliki areal

lahan yang terdapat di kecamatan Tomohon Barat, kecamatan Tomohon

Selatan dan kecamatan Tomohon Utara. Komoditi perkebunan yang telah

dibudidayakan adalah didominasi oleh tanaman kelapa, serta cengkih.

Potensi pertanian perkebunan tidak dapat lagi dikembangkan secara

ekstensifikasi mengingat kondisi wilayah sudah sangat terbatas dalam hal

ketersediaan lahan.

Sistem perikanan darat yang terdapat di Kota Tomohon adalah berupa kolam

(fresh water pond). Budidaya ini terdapat di 5 (lima) kecamatan (kecamatan

Tomohn Selatan, Tomohon Barat, Tomohon Tengah, Tomohon Utara dan

Tomohon Utara). Data Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kota

Tomohon tahun 2008 menunjukkan bahwa produksi ikan menurut areal

pemeliharaan dan kecamatan yaitu kecamatan Tomohon Utara (23,25 ton),

kecamatan Tomohon Barat (21,00 ton), kecamatan Tomohon Tengah (7,00

ton), kecamatan Tomohon Timur (3,75 ton), kecamatan Tomohon Selatan

(1,15 ton). Dari kelima wilayah tersebut, wilayah kecamatan Tomohon Utara

dan kecamatan Tomohon Barat yang memiliki produksi ikan yang lebih besar

dibandingkan dengan tiga wilayah lainnya.

Pembangunan dan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di wilayah

Kota Tomohon dilakukan dengan mengacu pada rencana pengembangan

struktur ruang kota yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.7 Rencana Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kota

(32)

BAB III

- 32

Pengembangan Sarana Perdagangan dan Jasa

Sarana perdagangan Modern seperti Mall, Plaza, dll. Pusat pelayanan perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

Pengembangan sarana pertemuan, kongres, musyawarah, dll, seperti gedung pertemuan, convention centre, dll.

Pengembangan hotel bisnis.

Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan yang terbatas karena adanya keterbatasan lahan.

Pengembangan kawasan perdagangan untuk hasil industri kerajinan tangan yang direlokasi dari kawasan pinggiran jalan Kinilow.

Pengembangan sarana untuk fungsi jasa penginapan dan penunjangnya yang mengacu pada karakteristik lingkungan seperti resort, cottage, dll.

Sarana perdagangan yg menunjang aktivitas agroindustri seperti pasar sayur tradisional dan modern, pusat penjualan sarana perkebunan dan proses pengelolaannya seperti pupuk, alat-alat penyemprotan, dll.

Sarana pengelolaan hasil agroindustri seperti cool storage, pergudangan, Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan.

Pengembangan sarana untuk fungsi jasa penginapan dan penunjangnya yang mengacu pada karakteristik lingkungan seperti resort, cottage, dll.

Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan.

Pengembangan sarana untuk fungsi jasa penginapan dan penunjangnya yang mengacu pada karakteristik lingkungan seperti resort, cottage, dll.

Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan.

Sarana perdagangan dan jasa yang berhubungan dengan aktivitas perkantoran seperti jasa fotocopy dan percetakan, penjualan barang-barang kebutuhan perkantoran, dan usaha sejenisnya.

Pengembangan sarana pertemuan, kongres, musyawarah, dll, seperti gedung pertemuan, convention centre, dll.

Pengembangan hotel bisnis. Sub Pusat Pelayanan Kota

(SPPK)

Kecamatan Tomohon Tengah – Timur

(Matani-Paslaten-Kolongan-Kamasi-Talete)

Kecamatan Tomohon Utara (Kinilow)

Kecamatan Tomohon Timur (Rurukan)

Kecamatan Tomohon Barat (Tara-tara)

Kecamatan Tomohon Selatan (Lahendong)

Lokasi Pemerintahan dan Pengembangan Kasiba (Woloan-Walian-Lansot) Diantara Wilayah Kecamatan Tomohon Barat – Selatan Fungsi Kecamatan/ Kawasan

(33)

BAB III

- 33 Pengembangan Sarana

Perdagangan dan Jasa

Pengembangan sarana perdagangan florikultura seperti pasar bunga, etalase bunga, bahan-bahan kebutuhan pengelolaan florikultura, dan sarana sejenis lainnya.

Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional.

Pengembangan sarana perdagangan yang berhubungan dengan proses pengelolaan industri rumah tradisional Minahasa.

Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.

Fungsi Kecamatan/ Kawasan

Pangolombian

Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.

Tondangouw

Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.

Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.

Tumatangtang

Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.

Kecamatan Tomohon Utara

Tinoor Satu Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.

Kakaskasen Dua

Wailan Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan

(34)

BAB III

- 34 Pembangunan sarana dan prasarana pekuburan umum diarahkan untuk

dikembangkan pada 2 kawasan, yaitu masing-masing satu di kecamatan

Tomohon Barat dan Selatan. Rencana pengembangan ini disesuaikan dengan

ketersediaan lahan yang ada. Sedangkan untuk luas lahan yang akan

dikembangkan akan dilakukan secara bertahap dimana untuk lokasi taman

pekuburan yang ada di wilayah Kecamatan Tomohon Barat akan

dikembangkan dengan luas awal 1,5 Ha, sedangkan untuk lokasi taman

pekuburan yang ada di wilayah Kecamatan Tomohon Selatan akan

dikembangkan dengan luas awal 2,5 Ha.

Secara umum pengembangan pariwisata di wilayah Kota Tomohon akan

dikembangkan secara terpadu dengan wilayah sekitarnya, terutama adanya

keterpaduan dengan pengembangan pariwisata di Kota Manado. Hal ini perlu

dikembangkan karena di wilayah Kota Tomohon tidak memiliki objek tujuan

wisata yang bertaraf internasional sedangkan di Kota Manado terdapat

Taman Nasional Bunaken yang sudah bertaraf internasional.

Produk Penunjang Utama: Bila konsep “Seisi Kota Untuk Wisatawan” yang

ditonjolkan, maka produk lainnya seperti Air Terjun Pinaras, Obyek wisata

Kinilow, Danau Linow, Pemandian Air Panas di Lahendong, Obyek wisata

Temboan Rurukan, Gunung Mahawu, Gunung Lokon, Woloan dan kawasan

Tinoor akan menjadi produk penunjang utama yang akan memberikan

pengalaman variatif bagi wisatawan. Pengembangan pariwisata

pemandangan di Kota Tomohon direncanakan untuk dikembangkan di

kawasan Kinilow pada kawasan sekitar koridor jalan raya Tomohon-Manado

dengan konsep “resting area” dan di kawasan Gunung Mahawu dengan

konsep gardu pemandangan yang lebih mengandalkan unsur-unsur alam

dalam pengembangannya. Pengembangan wisata budaya di Kota Tomohon

dengan memanfaatkan amphitheatre yang ada di kawasan Woloan, Bukit

(35)

BAB III

- 35 Pengembangan wisata buatan berdasarkan kondisi karakteristik alam

sebagai upaya memaksimalkan potensi alam yang ada seperti pengembangan

kebun raya di kawasan Tara-tara-Kayawu, dll. Pengembangan kawasan

gerbang kota yang ada di masing-masing SPPK untuk dikembangkan simbol

image tentang Kota Bunga dengan pengembangan yang berbeda-beda simbol

bunga pada setiap gerbang tersebut. Pengembangan kepariwisataan juga

dapat digandengkan atau dibuat terpadu dengan rencana pengelolaan

kawasan agroindustri di Rurukan, kawasan industri rumah tradisional

Minahasa di Woloan, serta industri florikultura di Kakaskasen dan Gunung

Wawo.

3.3.4 Kawasan Strategis

3.1.4.1 Pengertian dan Kriteria Kawasan Strategis

Kawasan strategis kota merupakan bagian wilayah kota yang penataan

ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

Kawasan strategis kota berfungsi:

➢ Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam

mendukung penataan ruang wilayah kota;

➢ Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah

kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota

bersangkutan;

➢ Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kota;

➢ Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.

Kawasan strategis kota ditetapkan berdasarkan:

➢ Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;

➢ Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi

(36)

BAB III

- 36

➢ Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan

terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan

lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;

➢ Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota; dan

➢ Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kawasan strategis kota ditetapkan dengan kriteria:

➢ Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis

provinsi yang ada di wilayah kota;

➢ Kawasan strategis kota dapat berhimpitan dengan kawasan strategis

nasional dan/atau kawasan strategis provinsi, namun harus memiliki

kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian

kewenangan yang jelas.

➢ Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut

kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan

ekonomi yang memiliki:

✓ potensi ekonomi cepat tumbuh;

✓ sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

✓ potensi ekspor;

✓ dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan

ekonomi;

✓ kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

✓ fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi

dalam rangka mewujudkan ketahanan energi;

➢ Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut

kepentingan sosial budaya seperti:

✓ tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;

✓ prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

✓ aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;

(37)

BAB III

- 37

✓ tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman

budaya;

✓ tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial;

✓ hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan

jatidiri maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota;

✓ kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan

pembangunan kota.

➢ Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan

sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, antara lain:

✓ kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam

strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

✓ memiliki sumber daya alam strategis;

✓ memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan

antariksa;

✓ memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;

✓ memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

➢ Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut

kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:

✓ tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

✓ kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora

dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah

yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

✓ kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna

air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

✓ kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan

iklim makro;

✓ kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas

lingkungan hidup;

(38)

BAB III

- 38

✓ kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

➢ Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang

sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah kota.

3.1.4.2 Kawasan Strategis Nasional di Kota Tomohon

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

a. Pertahanan dan keamanan;

b. Pertumbuhan ekonomi;

c. Sosial dan budaya;

d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau

e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Gambar 3.1

(39)

BAB III

- 39 Kawasan strategis nasional di wilayah Kota Tomohon meliputi kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado – Bitung dimana Kota

Tomohon termasuk dari bagian pengembangan tersebut; dan kawasan

Konservasi dan wisata DAS Tondano dimana Kota Tomohon menjadi

kawasan resapan dan tangkapan air.

3.1.4.3 Penetapan Kawasan Strategis Kota Tomohon

Kawasan strategis di wilayah Kota Tomohon ditetapkan dengan kriteria:

➢ Dari sudut kepentingan ekonomi;

(40)

BAB III

- 40

➢ Dari sudut kepentingan sosial budaya; dan

➢ Dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau

teknologi tinggi.

a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi di wilayah Kota

Tomohon, meliputi kawasan Koridor Utama Kota Tomohon di Koridor

Matani – Kakaskasen berdasarkan pertimbangan:

1. sebagai kawasan pusat kota dengan fungsi yang beragam (mix use),

didominasi oleh kawasan perdagangan dan jasa, serta pendidikan;

2. berada pada koridor utama di wilayah Kota Tomohon;

3. tempat pelaksanaan TFF (Tomohon Flower Festival) yang rutin dan

berkala dilaksanakan setiap tahun;

4. kawasan yang memiliki nilai historis sebagai kawasan pusat

pertumbuhan di Kota Tomohon dan terdapat beberapa bangunan

dan kawasan yang menjadi cagar budaya;

5. kawasan yang memiliki nilai historis keagamaan karena tempat

beradanya Gereja Sion sebagai Gereja Pertama di Kota Tomohon

yang ada di Kawasan Talete yang menjadi Cikal Bakal

berkembangnya agama Kristen di Kota Tomohon dan Tanah

Minahasa, dan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus yang dikenal sebagai

“Gereja Besi” di Kelurahan Kolongan; dan

6. terdapat Bukit Inspirasi yang merupakan lokasi tempat pelaksanaan

pagelaran budaya keagamaan Kristen di wilayah Kota Tomohon dan

Tanah Minahasa.

b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup di wilayah

Kota Tomohon, meliputi:

1. kawasan agropolitan Rurukan dan sekitarnya dengan pertimbangan:

✓ telah dikenal sebagai kawasan agro, dan menjadi sumber bahan

sayur dan hasil perkebunan untuk wilayah Minahasa, Manado dan

sekitarnya;

(41)

BAB III

- 41

✓ memiliki potensi wisata alam;

✓ memiliki lokasi wisata budaya/ cagar budaya Rumah Wallace; dan

✓ terdapat kawasan permukiman tradisional masyarakat.

2. kawasan danau di wilayah Kecamatan Tomohon Selatan yang terdiri

atas Danau Linow, Danau Tampusu, dan Danau Pangolombian, yang

menjadi cadangan air Kota Tomohon di masa yang akan datang.

c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di wilayah Kota

Tomohon, meliputi kawasan Industri Rumah Panggung Woloan dan

sekitarnya dengan pertimbangan:

1. menjadi salah satu Prime Mover perekonomian unggulan di wilayah

Kota Tomohon dan Provinsi Sulawesi Utara;

2. pengeksport Rumah Panggung Woloan;

3. menyebar tidak hanya di wilayah Woloan saja, tetapi juga sudah

sampai ke kawasan sekitarnya;

4. disekitar kawasan Woloan terdapat banyak kawasan Cagar Budaya

seperti Waruga (lokasi pekuburan tradisional Minahasa),

Amphitheatre (tempat pagelaran budaya dengan konsep di ruang

terbuka), dll;

5. terdapat kawasan permukiman tradisional masyarakat setempat.

d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya

alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah Kota Tomohon, meliputi

kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong

dan sekitarnya dengan pertimbangan:

1. terdapat kawasan eksplorasi panas bumi di kawasan Pangolombian,

Tondangow dan Lahendong, yang saat ini dijadikan sebagai sumber

utama kelistrikan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara;

2. terdapat kawasan budidaya pertanian dan perkebunan yang berupa

tanaman padi sawah dan tanaman musiman/ tahunan;

3. terdapat kawasan permukiman tradisional masyarakat; dan

(42)
(43)

BAB III

- 43 Gambar 3.2

(44)

BAB III

- 44

3.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

3.2.1 Visi

Dalam periode 2011-2015, visi pembangunan Kota Tomohon, adalah : “TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA TOMOHON YANG RELIGIUS,

MANDIRI, SEJAHTERA, BERWAWASAN LINGKUNGAN DENGAN KONSEP

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN MENDUNIA”

sehingga diharapkan seluruh stakeholder di Kota Tomohon secara bahu

membahu mengoptimalkan seluruh kapasitas yang dimiliki untuk

meningkatkan dan mewujudkan seluruh masyarakat Kota Tomohon lebih

maju dan sejahtera.

Penjelasan Visi

Penjelasan visi ini disusun dan diuraikan berdasarkan kalimat dan kata kunci

pada Visi Kota Tomohon Tahun 2011-2015, yaitu Masyarakat Kota Tomohon

yang Religius, Mandiri, Sejahtera, Berwawasan Lingkungan dengan Konsep

Pembangunan Berkelanjutan dan Mendunia. Berikut ini adalah

penjelasannya :

1. Kalimat “Masyarakat yang Religius”

Merupakan syarat mutlak untuk dapat terwujudnya kehidupan agama

yang menjadikan insan beriman dan taat kepada tuntunan ajaran agama,

yang nanti akan mengembangkan dasar moral yang positif pada setiap

insan. Pembangunan disektor apapun tidak dapat mendatangkan hikmat

dan berkat tanpa dilandasi iman dan kasih.

2. Kalimat “Masyarakat yang Mandiri”

Adalah kemampuan nyata pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam

mengatur dan mengurus kepentingan daerah/ rumah tangganya sendiri,

serta mengupayakan secara bertahap dan bersungguh-sungguh

mengurangi ketergantungan terhadap pihak-pihak lain (luar).

3. Kalimat “Kesejahteraan Masyarakat”

Merupakan pertanda oleh semakin meningkatnya kualitas kehidupan

(45)

BAB III

- 45 pokok manusia, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan,

dan lapangan pekerjaan yang didukung oleh infrastruktur fisik, sosial

budaya ekonomi dan keamanan yang memadai, yang nantinya akan lebih

difokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan sehingga secara

simultan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Kalimat “Berwawasan Lingkungan”

Merupakan konsep tantangan aktual yang memperhatikan lingkungan

alam dalam mengendalikan dan mengantisipasi bencana-bencana alam

yang akan terjadi. Wawasan lingkungan diintegrasikan ke dalam semua

sektor, yang mendorong masyarakat kearah perilaku yang ramah

lingkungan, perwujudan ekosistem kota yang asri dan serasi, serta

menurunkan tingkat resiko terjadinya bencana alam.

5. Kalimat “Konsep Pembangunan Berkelanjutan”

Adalah konsep pembangunan yang mempertimbangkan serta

memperhitungkan kualitas dan kuantitas ketersediaan sumber daya

alam dan sumber daya manusia sebagai modal pembangunan yang

berkesinambungan secara terus-menerus dari generasi ke generasi.

6. Kata “Mendunia”

Merupakan konsep pembangunan yang memiliki karakter yang mampu

menerima dan mengadopsi budaya modern yang konstruktif,

berkepribadian dinamis, kreatif, inovatif, disiplin dan mampu mewarnai

proses globalisasi, sebagai konsep yang membangun hubungan

kerjasama dengan dunia internasional.

3.2.2 Misi

Sesuai dengan harapan terwujudnya masyarakat Tomohon yang religius,

mandiri, sejahtera, berwawasan lingkungan dengan konsep pembangunan

berkelanjutan dan mendunia, maka perumusan misi pembangunan Kota

Tomohon periode 2011-2015, sebagai berikut :

Misi 1 Mengembangkan dasar-dasar moral yang positif, kreatif dan

Gambar

Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-
Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pemimpin Kota Medan dalam perspektif Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.. Penelitian ini dapat memperkaya kajian

Kelemahan dari penelitian ini adalah belum diketahuinya secara pasti mekanisme penghambatan kenaikan kadar ALT tikus yang diinduksi dengan parasetamol serta senyawa

Untuk mengantisipasi hal ini, diperlukan suatu pendekatan yang tepat, sehingga dapat menciptakan suatu layanan yang memiliki nilai bagi entitas mahasiswa dan entitas lainnya

Gambut hidrofobik yang semula kadar lengasnya 21 % setelah diperlakukan dengan surfaktan dapat menjerap lagi lengas sampai lebih dari 150 % berat, tetapi setelah titik

This research is mainly aimed to know the students ’ ma stery in writing of the eleventh year students of SMAIT Ibnu Abbas Klaten in academic year of 2018/2019 and to

Berdasarkan hasil penelitian tentang kebutuhan sistem monitoring pasien berbasis fuzzy Control pada rumah sakit, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) dalam melakukan deteksi

Taekwondo Putra Fly (>54-58 kg) Pada Lomba Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) X Politeknik Se-Indonesia.