KABUPATEN JEMBRANA 2017 III - 1
BAB III
ARAHAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN
3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN
PENATAAN RUANG
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
A . Peraturan Presiden nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 Arahan RPJPN untuk RPJMN 3 Bidang Cipta Karya, meliputi :
a. Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu;
b. Beberapa arahan dalam bidang infrastruktur adalah:
 Terpenuhinya penyediaan air minum & sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat 100% akses air minum dan sanitasi;
 Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel kota tanpa permukiman kumuh.
 Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang;
 Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi;
 Konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-2
Konsep RPJMN Tahun 2015 – 2019 terkait Bidang Cipta Karya :
a. Sasaran Umum : Pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum.
b. Indikator pencapaian (100 : 0 : 100) :
 Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100%;
 Berkurangnya Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0 %;
 Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100%.
B. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019
Berdasarkan Rencana Strategis Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019, Pembangunan infrastruktur permukiman pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals yaitu: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi lokal; b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan kerja; c) meningkatkan kualitas lingkungan, yang bermaksud untuk mengurangi luas kawasan kumuh, meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan meningkatkan pelayanan infrastruktur permukiman.
Untuk itu, pembangunan infrastruktur permukiman juga diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional lainnya seperti penanggulangan kemiskinan, pengembangan kota hijau, dan penataan kawasan strategis. Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Ditjen Cipta Karya turut berkontribusi dengan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat (P2KP, PPIP, Pamsimas, dan Sanimas), serta program pro rakyat klaster 4 sesuai dengan Direktif Presiden RI. Dalam hal pengembangan kota hijau, Ditjen Cipta Karya turut berperan dengan menginisasi penyelenggaraan green waste (TPA Sanitary landfill
dan TPST 3R), green water (IPA Reverse Osmosis dan Pamsimas), green building
dan green open space (revitalisasi kawasan). Ditjen Cipta Karya juga mendapatkan mandat membangun infrastruktur permukiman pada kawasan strategis seperti daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar. Pada kawasan tersebut telah dilaksanakan peningkatan kualitas lingkungan permukiman serta pembangunan prasarana air minum dan sanitasi.
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-3
Persampahan, dan UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Upaya pembinaan dilakukan melalui pendampingan pemerintah daerah dalam merumuskan NSPK daerah serta menyusun dokumen perencanaan seperti RPI2JM, RPKPP, SSK, RISPAM dan RTBL. Untuk fungsi pengawasan, Ditjen Cipta Karya terus melakukan monitoring secara berkala melalui pengembangan sistem informasi (e-Monitoring) dan melakukan evaluasi tahunan dengan menyusun LAKIP.
VISI
Berdasarkan visi, misi dan indikator kinerja outcome yang telah dijabarkan, visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni dan
berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur bidang keciptakaryaan yang terpadu dan inklusif melalui pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum dan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman.”
MISI
Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka misi yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:
1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam bidang Cipta Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan. 2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman serta penataan
bangunan dan lingkungan berdasarkan penataan ruang dan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).
3. Menyediakan infrastruktur air minum dan sanitasi di perkotaan dan perdesaan dalam rangka pemenuhan target RPJMN 2015-2019.
4. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong kemitraan dengan masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance
TUJUAN
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-4
Pencapaian tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu didukung oleh setiap satminkal di lingkungan kementerian salah satunya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dalam pencapaian tujuan tersebut, dukungan Ditjen Cipta Karya adalah melalui penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip “infrastruktur untuk semua”.
Berdasarkan arahan tersebut, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 adalah: Penyelenggaraan dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman yang berkualitas dengan prinsip “infrastruktur untuk semua” melalui pembangunan yang terpadu, inklusif dan berkelanjutan.
SASARAN STRATEGIS
Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target SDGs adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi berkelanjutan bagi semua orang, juga membangun kota dan permukiman warga yang inklusif, aman, dan kukuh. Target tersebut merupakan tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur permukiman adalah memberikan akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia. Target tersebut lebih dikenal sebagai Gerakan Nasional 100-0-100 sebagai aktualisasi visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya bertekad bekerja tidak sekedar business as usual, tidak bisa hanya bekerja berbasis output tanpa penyempurnaan perangkat dan melakukan terobosan. Perlu dilakukan perbaikan baik dari segi fungsi, teknis, kualitas/mutu, administrasi, dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman. Dalam penyelenggaraan gerakan 100-0-100, Ditjen Cipta Karya akan melibatkan semua pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah, dunia usaha, maupun masyarakat, mengingat target yang sangat tinggi dan kebutuhan dana yang sangat besar.
3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Dalam sistem perwilayahan Nasional, struktur ruang merupakan Sistem pusat permukiman yang meliputi PKN, PKW, dan PKL sebagai satu kesatuan sistem yang berhirarki.
A. Arahan RTRWN
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-5
berdasarkan RTRWN adalah II/B, yakni merupakan prioritas pengembangan jangka menengah dengan arahan mendorong pengembangan sentra-sentra Produksi, untuk mendukung arahan tersebut tersebut, fungsi yang diemban oleh Negara sebagai Pusat Kegiatan Wilayah adalah :
1. sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
2. sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
3. sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Gambar 3.1
Arahan Pengembangan Struktur Ruang
Kabupaten Jembrana dalam Rencana Tata Ruang Nasional
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-6
menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana sehingga merubah struktur ruang di Kabupaten Jembrana pada saat ini.
Keterkaitan PKW Negara dengan PKN Denpasar – Bangli - Gianyar - Tabanan (Sarbagita) mempunyai dampak berganda berupa pengaruh ke depan maupun ke belakang, fungsi PKW Negara sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor dan sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, relatif belum berjalan sebagaimana yang telah ditentukan hal ini sebagai dampak dari fungsi dan kecenderungan PKN Sarbagita sebagai Kawasan Strategis Nasional dalam pengembangan kegiatan pariwisata, sehingga fungsi yang berjalan di PKW Negara adalah sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten terutama untuk jalur pariwisata.
Adapun pola pemanfaatan ruang yang diarahkan berdasarkan RTRWN di Kabupaten Jembrana meliputi, kawasan konservasi (Taman Nasional Bali Barat), kawasan lindung dan kawasan budidaya.
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-7 Gambar 3.2
Arahan Pola Ruang Kabupaten Jembrana
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Arahan untuk pengembangan Kawasan Konservasi dan Kawasan Lindung adalah :
1. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan konservasi dan kawasan lindung yang semakin terdesak oleh kegiatan budidaya hingga mencapai luasan minimal 30% dari keseluruhan luas wilayah;
2. Mempertahankan sumber-sumber air dan merehabilitasi daerah resapan air untuk menjaga ketersedian air sepanjang tahun;
3. Mengendalikan pertumbuhan pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan yang berpotensi mengganggu kawasan-kawasan yang rawan bencana serta mengancam keberadaan kawasan lindung dan kawasan produksi pangan melalui pengendalian aspek kependudukan dan kegiatan sosial-ekonominya;
4. Menetapkan kawasan sempadan pantai, sempadan sungai dan kawasan sekitar waduk dan mata air sebagai kawasan berfungsi lindung ;
5. Mengelola kawasan sekitar waduk, danau, dan situ secara bijaksana agar proses pendangkalan waduk dapat dicegah.
Sedangkan untuk kawasan budidaya, arahan pengembangannya antara lain:
1. Mendorong pusat-pusat permukiman perkotaan dalam hal ini PKW Negara sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi sebagai media penjalaran pelayanan dan pengembangan ekonomi kepada kawasan-kawasan belakangnya;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-8
3. Mengendalikan pembangunan kawasan perkotaan secara menerus di sepanjang koridor jaringan jalan primer mendorong pengembangan kota-kota menengah;
4. Membatasi dan merelokasi kawasan-kawasan permukiman yang berada pada kawasan-kawasan berfungsi lindung dan dilindungi;
5. Mendorong pengembangan pusat-pusat permukiman secara berhirarkis dan terkait secara fungsional;
6. Mendorong pertumbuhan pembangunan kota ke arah vertikal dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan;
7. Mempertahankan Pulau Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional melalui berbagai upaya menetapkan dan mempertahankan kawasan produksi pangan; 8. Pemanfaatan potensi keindahan alam dan budaya di kawasan pariwisata
guna mendorong pengembangan pariwisata;
9. Memperhatikan kelestarian nilai budaya, adat-istiadat, serta mutu dan keindahan lingkungan alam dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
B. Arahan RTR Jawa-Bali
RTR Pulau Jawa-Bali merupakan penjabaran struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional ke dalam kebijaksanaan dan strategi pemanfaatan ruang Pulau Jawa-Bali.
RTR Pulau Jawa-Bali disusun berdasarkan kebijaksanaan berikut:
a. Mempertahankan Pulau Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional melalui berbagai
b. upaya menetapkan dan mempertahankan kawasan produksi pangan;
a. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung yang semakin terdesak oleh,
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-9
c. Mempertahankan sumber-sumber air dan merehabilitasi daerah resapan air untuk menjaga ketersedian air sepanjang tahun;
d. Mengendalikan pertumbuhan pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan yang berpotensi mengganggu kawasan-kawasan yang rawan bencana serta mengancam keberadaan kawasan lindung dan kawasan produksi pangan melalui pengendalian aspek kependudukan dan kegiatan sosial-ekonominya;
e. Mengendalikan secara ketat pengembangan industri hingga ambang batas toleransi lingkungan yang aman bagi keberlanjutan pembangunan;
f. Mengintegrasikan kegiatan industri ke dalam zona-zona dan kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan;
g. Mendorong pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Jawa-Bali;
h. Mengembangkan zona-zona pemanfaatan minyak dan gas untuk wilayah perairan laut dan/atau lepas pantai;
i. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan cagar budaya.
Arahan kebijakan pengembangan dalam RTR Jawa-Bali Yang berkaitan dengan Kabupaten Jembrana khususnya dan Provinsi Bali pada umumnya disajikan pada tabel 3.1 berikut.
Tabel
Kebijakan Pengembangan Kabupaten Jembarana
Dalam RTR Pulau Jawa-Bali
No Kebijakan Pengembangan
1 Mendorong pengembangan Kota Negara
2 Memberdayakan fungsi kota-kota sesuai dengan kedudukannya dalam tatanan sistem
perkotaan;
3
Peningkatan jaringan Jalan Lintas dan Jalan Pengumpan di Pulau Bali untuk mendukung
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-10 Pulau Bali pada ruas-ruas : Gilimanuk – Seririt – Singaraja –Amlapura – Padang Bai, dan
Padang Bai – Semarapura – Gianyar – Denpasar – Tabanan– Negara – Gilimanuk,
Denpasar – Mengwi – Bedugul – Singaraja, Tohpati – Kusamba,Kuta – Tanah Lot, dan
Bringkit – Batuan - Purnama
4 Mengembangkan simpul jaringan penyeberangan lintas antar provinsi denganeksternal
Pulau Jawa-Bali yang memiliki interaksi kuat yakni : Ketapang –Gilimanuk.
5 Pembangunan dan pemeliharaan bendungan-bendungan pada beberapa daerah aliran
sungai
6 Mencegah terjadinya erosi dan/atau sedimentasi pada kota-kota atau kawasan kawasan
budidaya (pertanian, perkebunan, pariwisata, dan industri) khususnya yang berada pada
kelerengan terjal;
7 Mengendalikan luasan hutan lindung Pulau Jawa – Bali sebesar 3.420.325 ha dan 100.200
Ha di Provinsi Bali;
8 Mempertahankan keberadaan zona-zona resapan tinggi
9 Menetapkan kawasan sempadan pantai, sungai, mata air dan sekitar waduk sebagai
kawasan berfungsi lindung padaRTRW Provinsi, Kabupaten, Kota dan Kawasan;
10 Mengelola kawasan sekitar waduk, danau, dan situ secara bijaksana agar
prosespendangkalan waduk dapat dicegah
11 Mengelola Kawasan Cagar Budaya meliputi Situs Gilimanuk
12 Mengendalikan perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya
dariancaman kenaikan muka air laut akibat fenomena pemanasan global, terutama
yangberada di sepanjang Pantai Selatan Bali.
13 Mengembangkan wisata bahari di Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimun Jawa,
14 Mengembangkan paket wisata terpadu Jawa-Bali;
15
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-11 dan nusantara.
16 Menetapkan dan pembatasan eksploitasi air tanah oleh kegiatan industri pada
sekitarkawasan lindung dan/atau kawasan permukiman perkotaan.
17 Membatasi kegiatan permukiman yang sudah ada pada kawasan lindung;
Sumber : RTR Jawa-Bali, 2008
Arahan RTRW Provinsi Bali
Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Bali, terdiri atas :
a. sistem perkotaan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan; dan b. sistem jaringan transportasi sebagai prasarana wilayah.
1. Sistem Perkotaan
Sistem Perkotaan Provinsi Bali ditetapkan sebagai berikut :
a. PKN terdiri dari Kawasan Perkotaan Denpasar–Badung–Gianyar–
Tabanan (Sarbagita);
b. PKW terdiri dari Kawasan Perkotaan Singaraja, Kawasan Perkotaan Semarapura dan Kawasa Perkotaan Negara;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-12 d. PPK terdiri dari atas: kawasan-kawasan perkotaan Gilimanuk,
Melaya, Mendoyo, Pekutatan, Lalanglinggah, Bajera, Megati, Kerambitan, Marga, Baturiti, Penebel, Pupuan, Petang, Nusa Dua, Tampaksiring, Tegalalang, Payangan, Sampalan, Banjarangkan, Dawan, Susut, Tembuku, Kintamani, Rendang, Sidemen, Manggis, Padangbai, Abang, Bebandem, Selat, Kubu, Tianyar, Gerokgak, Busungbiu, Banjar, Pancasari-Candikuning, Sawan, Kubutambahan, Tejakula, Celukan Bawang, Pengambengan.
Dalam konteks RTRWP Bali, implikasi system perkotaan terhadap wilayah perencanaan adalah :
 Terdapat PKW (Kawasan Perkotaan Negara) pada lokasi yang berbatasan langsung dengan wilayah kecamatan dan memiliki kecenderungan menyatu.
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-13 Gambar 3.3
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Bali
Sumber : Perda 16 Tahun 2009
2. Sistem Jaringan Transportasi
Untuk mendukung fungsi sistem perkotaan, maka pengembangan sistem jaringan transportasi sebagai komponen struktur ruang di Provinsi Bali diarahkan sebagai berikut.
1. Pengembangan jaringan transportasi darat diarahkan pada pemeliharaan, peningkatan, pembangunan baru dan studi jalan alternatif, meliputi antara lain :
a. Rencana pengembangan jalan nasional bebas hambatan antar kota, mencakup:
1) Kuta–Tanah Lot–Soka;
2) Canggu–Beringkit–Batuan–Purnama; 3) Tohpati–Kusumba–Padangbai; 4) Pekutatan–Soka;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-14
b. Rencana pengembangan jalan nasional bebas hambatan dalam kota, mencakup:
1) Serangan–Tanjung Benoa; 2) Serangan–Tohpati;
3) Kuta–Bandar Udara Ngurah Rai; dan 4) Kuta–Denpasar–Tohpati.
c. Pemeiharaan jalan nasional fungsi arteri primer, mencakup: 1) Gilimanuk–Negara–Pekutatan–Soka–Antosari–
Tabanan– Mengwitani;
2) Mengwitani–Denpasar–Tohpati–Dawan–Kusamba– Angantelu–Padangbai;
3) Tohpati–Sanur–Pesanggaran–Pelabuhan Benoa; dan 4) Pesanggaran–Tugu Ngurah Rai–Bandara Ngurah Rai. d. Pemeliharaan jalan nasional fungsi kolektor primer, mencakup :
1) Denpasar–Tohpati–Sakah–Blahbatuh–Semebaung– Gianyar–Sidan–Klungkung–Gunaksa;
2) Cekik–Seririt–Singaraja–Kubutambahan–Amed– Amlapura– Angantelu;
3) Mengwitani–Singaraja; dan 4) Soka–Seririt.
e. Pemeliharaan dan pengembangan jalan provinsi fungsi kolektor primer terdiri atas sebaran ruas jalan yang menghubungkan antar PKW, antar PKW dengan PKL, antar PKL dengan PKL di seluruh wilayah kabupaten/kota.
f. Pelabuhan penyeberangan adalah :
1) pemantapan Pelabuhan Gilimanuk dan Padangbai; 2) rencana pengembangan Pelabuhan Amed; dan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-15
g. Pengembangan angkutan umum dan terminal, mencakup: 1) pengembangan secara bertahap sistem terpadu angkutan
umum massal antar kota dan Kawasan Metropolitan Sarbagita;
2) Pengembangan Terminal Type A Mengwi di Kabupaten Badung dan Terminal Type A Banyuasri di Kabupaten Buleleng dan Terminal tipe B menyebar di tiap kabupaten/kota dan pusat-pusat kegiatan; dan
3) terminal khusus pariwisata dalam bentuk sentral parkir di pusat-pusat kawasan pariwisata yang telah berkembang. h. Pengembangan sistem jaringan transportasi darat lainnya,
mencakup:
1) pengembangan terminal barang dan jaringan lintas angkutan barang; dan
2) pengembangan jaringan perkeretaapian di Kawasan Metropolitan Sarbagita.
2. Jaringan pelabuhan laut diarahkan pada penataan fungsi dan pengembangan pelabuhan yang meliputi:
a. Pelabuhan Benoa, sebagai jaringan transportasi laut untuk pelayanan kapal penumpang, pariwisata, angkutan peti kemas ekspor-impor barang kerajinan, garmen, seni, sembilan bahan pokok dan ekspor ikan;
b. Pelabuhan Celukan Bawang berfungsi sebagai jaringan transportasi laut untuk pelayanan kapal penumpang dan barang; c. Pelabuhan Tanah Ampo sebagai pelabuhan Pariwisata;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-16
e. Pelabuhan Pengambengan dan Kedonganan berfungsi sebagai pelabuhan khusus perikanan;
f. Pelabuhan Sangsit, Pegametan, Kusamba, Buyuk dan Sanur, untuk pelayanan kapal pelayaran rakyat angkutan penumpang dan barang; dan
g. Pelabuhan Labuhan Lalang, untuk pelayanan kapal pelayaran rakyat angkutan penumpang
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-17 Gambar
Rencana Sistem Jaringan Transportasi Provinsi Bali
Sumber : Perda 16 Tahun 2009
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
1. Sistem Jaringan Energi : PLT yang telah ada (interkoneksi tenaga listrik Jawa-Bali, PLTD dan PLTG Pesanggaran, PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron serta interkoneksi PLTD Kutampi (Nusa Penida) dengan PLTD Jungut Batu (Nusa Lembongan), PLT Baru (PLTU Bali Timur, PLTU Celukan Bawang, PLTU Nusa Penida dan di lokasi lainnya setelah melalui kajian; dan Pengembangan PLT Terbarukan beserta Jaringan transmisi tenaga listrik meliputi : Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) serta system jaringan pipa minyak dan gas, setelah melalui kajian
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-18
dan menara telekomunikasi dan Base Transceiven Station (BTS) serta Jaringan satelit
3. Sistem Jaringan Sumber daya Air : Pelesdtarian SDA (sungai, waduk dan danau di Wilayah Sungai Bali–Penida, cekungan air tanah (CAT) lintas kabupaten/kota, Jaringan Irigasi, Jaringan Prasarana air baku
4. Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan : Sebaran Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) TPA Regional Sarbagita di Kota Denpasar, TPA Regional Bangli di Kabupaten Bangli dan sebaran TPA Lainnya, Pengembangan sistem pengelolaan air limbah setempat, perpipaan terpusat skala kota dan sistem pembuangan terpusat skala kecil pada kawasan permukiman padat perkotaan , SPAM Perkotaan dan Perdesaan
Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali
Penetapan kawasan strategis provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan sebarannya pada Gambar 3.5.
Tabel 3.2
Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali
No. Klasifikasi Kawasan Strategis Sebaran Lokasi
1. Kawasan Strategis berdasarkan
kepentingan pertahanan
keamanan/hankam
1.Daerah Latihan Militer Pulaki
2. Kawasan Strategis berdasarkan
kepentingan pertumbuhan
ekonomi.
1. Pelabuhan : Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Padangbai, Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Celukan
Bawang, Pelabuhan Gunaksa, Pelabuhan Amed,
Pelabuhan Sangsit, Pelabuhan Pegametan, Pelabuhan
Pariwisata Tanah Ampo, Pelabuhan Perikanan Pantai
Pengambengan, Pelabuhan Depo Minyak Labuhan
Amuk.
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-19
No. Klasifikasi Kawasan Strategis Sebaran Lokasi
3. Kawasan Pariwisata Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Tuban, Kuta, Sanur, Ubud, Lebih Soka, Perancak,
Candikusuma, Batuampar, Kalibukbuk, Nusa Penida,
Candidasa, Ujung, Tulamben. Air Sanih.
4. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK)
Kintamani, Bedugul-Pancasari, Tanah Lot,
Palasari, Gilimanuk.
5. Kawasan Industri: Kawasan Industri Celukan Bawang, Kawasan Industri Pengambengan.
6. Kawasan Metropolitan Sarbagita dan Civic Center Renon.
7. Kawasan sepanjang jalan Arteri Primer/Nasional.
8. Terminal Penumpang Type A Mengwi. 3. Kawasan Strategis berdasarkan
kepentingan sosial budaya.
1.Kawasan Radius Kesucian Pura Sad Kahyangan dan
Dewata Nawa Sanga berdasarkan Konsepsi Rwa
Bhineda, Tri Guna, Catur Lokapala, Sad
Winayaka/Padma Bhuana meliputi : Pura
Lempuyang Luhur (Puncak Gunung Lempuyang
Kabupaten Karangasem), Pura Andakasa (Puncak
Gunung Andakasa Kabupaten Karangasem), Pura
Batukaru (Lereng Gunung Batukaru Kabupaten
Tabanan), Pura Batur (Tepi Kawah Gunung Batur
Kabupaten Bangli), Pura Goa Lawah (Kabupaten
Klungkung), Pura Luhur Uluwatu (Bukit Pecatu
Kabupaten Badung), Pura Pucak Mangu (Kabupaten
Badung), Pura Agung Besakih (Lereng Gunung
Agung Kabupaten Karangasem), Pura Pusering Jagat
(Pejeng Kabupaten Gianyar), dan Pura Kentel Gumi
di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung.
2.Kawasan Warisan Budaya meliputi : Kawasan
Jatiluwih, Kawasan Taman Ayun dan Kawasan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-20
No. Klasifikasi Kawasan Strategis Sebaran Lokasi
4. Kawasan strategis berdasarkan
kepentingan pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi.
1. Kebun Raya Eka Karya Bedugul.
2. Rencana eksplorasi minyak bumi lepas pantai di Barat Laut Pulau Bali.
5. Kawasan strategis berdasarkan
kepentingan fungsi dan daya
dukunglingkungan hidup.
1.Taman Nasional Bali Barat, Teluk Benoa, Taman
Wisata Alam (TWA) Bawah Laut di Nusa
Lembongan dan Pulau Menjangan, Cagar
Alam/Hutan Lindung Batukaru.
2.Seluruh Kawasan Hutan, Gunung dan
Perbukitan
3.DAS untuk sungai potensial lintas
Kabupaten/Kota.
4.Danau Alam di Provinsi Bali.
5.Potensi Cekungan Air Bawah Tanah
(berdasarkan hidrogeologi/jenis-jenis batuan).
6.Kawasan rawan bencana gunung berapi (Gunung
Agung dan Gunung Batur).
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-21 Rencana Pola Ruang Provinsi Bali
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-22 Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali
Sumber : Perda 16 Tahun 2009
C. RTRW Kabupaten Jembrana
Penataan ruang wilayah kabupaten bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah sebagai pusat pengembangan wilayah Bali Barat sekaligus penyangga pelestarian lingkungan alam Bali yang hijau, lestari, aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, berbasis keterpaduan kegiatan pertanian, perindustrian, sumber daya pesisir dan kelautan yang terintegrasi dengan pariwisata menuju pemerataan pengembangan wilayah dan kesejahteraan masyarakat berlandaskan Tri Hita Karana.
1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Kebijaan Penataan Ruang Wilyah Kabupaten Jembrana adalah :
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-23
2. peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana wilayah untuk mendukung peningkatan produktivitas dan pemerataan pelayanan kepada masyarakat;
3. pemantapan wilayah yang hijau dan lestari sebagai penyangga pelestarian lingkungan Pulau Bali;
4. pemantapan wilayah sebagai pusat kegiatan pertanian, industri dan pendayagunaan sumber daya pesisir dan kelautan dengan konsep agropolitan dan minapolitan
5. pengembangan kepariwisataan berwawasan lingkungan yang terintegrasi dengan pertanian dan potensi sumber daya pesisir dan kelautan; dan
6. peningkatan fungsi kawasan untuk menunjang pertahanan dan keamanan negara.
Beberapa Strategi Prinsip Penataan Ruang Wilyah Kabupaten Jembrana adalah : 1. memantapkan Kawasan Perkotaan Negara yang berfungsi PKW sebagai
pusat kegiatan wilayah Bali Bagian Barat sekaligus ibukota Kabupaten Jembrana yang terintegrasi dangan Pusat Kegiatan Nasional (Kawasan Perkotaan Sarbagita) dan PKW lainnya di Bali (Kawasan Perkotaan Singaraja);
2. mengembangkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah meliputi keterpaduan fungsi Pusat Pusat kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), pusat kegiatan pariwisata, Kawasan Industri, Pelabuhan, Kawasan Agropolitan, Kawasan Minapolitan yang terpadu dan terintegrasi dengan Kawasan Perkotaan Negara (PKW) dan kawasan perdesaan;
3. memantapkan wilayah sebagai pusat kegiatan industri skala nasional berbasis pemanfaatan hasil pertanian dan sumber daya pesisir dan kelautan; 4. meningkatkan kualitas dan keterpaduan pelayanan sistem jaringan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-24
5. meningkatkan keterpaduan perlindungan, pemeliharaan, penyediaan sumber daya air dan distribusi pemanfaatannya untuk irigasi dan air minum secara merata sesuai kebutuhan;
6. meningkatkan pelayanan pengelolaan persampahan dan partisipasi masyarakat untuk mendukung Jembrana bersih; dan
7. mengembangkan sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan. 8. melindungi dan melestarikan kawasan lindung yang telah ditetapkan secara
nasional dan lokal dalam wilayah;
9. mengembangkan partispasi masyarakat dan konsep-konsep kearifan lokal dan budaya Bali dalam pelestarian lingkungan;
10. mempertahankan kawasan pertanian tanaman pangan yang beririgasi (subak) untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan, ketahanan pangan, pelestarian lingkungan dan pelestarian budaya;
11. mengembangkan RTH kawasan Perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan perkotaan; dan
12. mengembangkan sistem mitigasi bencana dan penanggulangan bencana secara terpadu disertai pengembangan jalur-jalur dan tempat evakuasi. 13. memantapkan wilayah sebagai pusat kegiatan industri skala nasional
berbasis pemanfaatan hasil pertanian dan sumber daya pesisir dan kelautan; 14. mengembangkan kawasan agropolitan berbasis komoditas unggulan
perkebunan dan Kawasan Pengambengan sebagai kawasan industri yang terintegrasi dengan pengembangan kawasan minapolitan; dan
15. mengembangkan Kawasan Pariwisata Candikusuma dan Kawasan Pariwisata Perancak didukung daya tarik pantai, ekosistem pertanian dan pesisir yang berwawasan lingkungan;
16. memantapkan dan meningkatkan kegiatan perekonomian perdesaan berbasis pertanian, industri kecil, dan pariwisata kerakyatan yang dilengkapi sarana dan prasarana penunjang;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-25 2. Rencana Struktur Ruang
A. Sistem Perkotaan
(1) Kawasan Perkotaan Negara sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), meliputi:
a. wilayah Kelurahan Lelateng, Kelurahan Loloan Barat, Kelurahan Banjar Tengah, dan Kelurahan Baler Bale Agung di Kecamatan Negara; dan
b. wilayah Kelurahan Loloan Timur, Kelurahan Sangkar Agung, Desa Budeng, Kelurahan Dauhwaru, Kelurahan Pendem, Desa Batu Agung, dan Desa Dangin Tukadaya di Kecamatan Jembrana.
(2) Kawasan Perkotaan Gilimanuk berfungsi Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) mencakup Kelurahan Gilimanuk, di Kecamatan Melaya.
(3) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi:
a. Kawasan Perkotaan Melaya mencakup kawasan perkotaan Desa Melaya, di Kecamatan Melaya;
b. Kawasan Perkotaan Pengambengan mencakup kawasan perkotaan Desa Baluk, kawasan perkotaan Desa Tegal Badeng Barat, kawasan perkotaan Desa Tegal Badeng Timur, kawasan perkotaan Desa Cupel dan kawasan perkotaan Desa Pengambengan, di Kecamatan Negara;
c. Kawasan Perkotaan Mendoyo mencakup Kelurahan Tegalcangkring dan kawasan perkotaan Desa Pergung, di Kecamatan Mendoyo;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-26
e. Kawasan Perkotaan Pekutatan mencakup kawasan perkotaan Desa Pekutatan dan Kawasan Perkotaan Desa Pulukan, di Kecamatan Pekutatan;
B. Sistem Perwilayahan
Pusat Pelayanan Lokal (PPL) sebagai pusatpelayanan antar desa, meliputi:
a. PPL di Kecamatan Melaya terdiri atas :
1. PPL Blimbingsari melayani kawasan perdesaan Desa Blimbingsari;
2. PPL Candiksuma melayani kawasan perdesaan Desa Candikusuma dan Desa Nusasari;
3. PPL Ekasari melayani kawasan perdesaan Desa Ekasari dan Desa Warnasari;
4. PPL Tukadaya melayani kawasan perdesaan Desa Tukadaya dan Desa Tuwed; dan
5. PPL Manistutu melayani kawasan perdesaan Desa Manistutu
b. sebaran PPL di Kecamatan Negara terdiri atas:
1. PPL Kaliakah – Banyubiru melayani kawasan perdesaan Desa Kaliakah, Desa Banyubiru dan Desa Berangbang;
2. PPL Baluk melayani kawasan perdesaan Desa Baluk dan Desa Cupel;
3. PPL Tegal Badeng Barat melayani kawasan perdesaan Desa Tegal Badeng Barat dan Desa Tegal Badeng Timur;
c. sebaran PPL di Kecamatan Jembrana terdiri atas:
1. PPL Perancak melayani kawasan perdesaan Desa Perancak; 2. PPL Yeh Kuning melayani kawasan perdesaan Desa Yeh
Kuning dan Desa Air Kuning;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-27
1. PPL Mendoyo Dauh Tukad melayani kawasan perdesaan Desa Mendoyo Dauh Tukad, Desa Mendoyo Dangin Tukad dan Desa Poh Santen;
2. PPL Penyaringan melayani kawasan perdesaan Desa Penyaringan;
3. PPL Delod Berawah melayani kawasan perdesaan Desa Delod Berawah;
4. PPL Yeh Sumbul melayani kawasan perdesaan Desa Yeh Sumbul
e. sebaran PPL di Kecamatan Pekutatan terdiri atas:
1. PPL Medewi melayani kawasan perdesaan Desa Medewi; 2. PPL Penyaringan melayani kawasan perdesaan Desa
Penyaringan;
3. PPL Gumbrih melayani kawasan perdesaan Desa Pangyangan, Desa Gumbrih dan desa Pengeragoan;
4. PPL Asah Duren melayani kawasan perdesaan Desa Asag Duren dan Desa Manggissari.
C. Prasarana Wilayah :
a. Sistem jaringan prasarana wilayah terdiri atas : sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya.
b. Sistem jaringan prasarana utama meliputi sistem jaringan transportasi.
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-28
2. Jalan kolektor primer 1 (K-1) sebagai jalan nasional : ruas jalan Seririt – Cekik;
3. Jalan kolektor primer 2 (K-2) : ruas Jalan Dr. Sutomo – Jalan Gatot Subroto – Batas Kota Negara, ruas Jalan Ngurah Rai – Jalan Sertu Dwinda; dan bagian dari ruas jalan Pekutatan – Pupuan; Jalan kolektor primer 3 (K-3), ruas jalan : ruas jalan Negara – Pengambengan, ruas Jalan Danau Buyan – batas Kota Negara, ruas jalan Simpang Rambut Siwi – Pura Rambut Siwi; dan ruas jalan Pengambengan – Cupel – Banyubiru sebagai jalan provinsi.
4. Jalan kolektor primer 4 (K-4) : ruas Jalan Tegal Cangkring – Delod Berawah, ruas Jalan Delod Berawah – Air Kuning – Yeh Kuning – Perancak, ruas Jalan Mendoyo Dangin Tukad – Air Kuning, ruas Jalan Lelateng – Pantai Baluk Rening, ruas Jalan Tegal Badeng Timur – Cupel
5. ruas Jalan Candikusume – Bendungan Palasari, ruas Jalan lingkar Gilimanuk, rencana ruas jalan Loloan Timur – Budeng – Hutan Bakau – Perancak sebagai jalan kabupaten
6. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar-ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan pusat desa, dan antardesa serta Jalan sistem sekunder di Kawasan Perkotaan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-29
baru ruas-ruas jalan di kawasan perkotaan; dan pengembangan baru ruas-ruas jalan antar dusun di kawasan perdesaan.
8. Terminal penumpang meliputi : terminal tipe B (Terminal Negara dan Terminal Gilimanuk), terminal tipe C (di Melaya, Mendoyo, Pengambengan dan Pekutatan) dan sentral parkir khusus di pusat-pusat kawasan efektif pariwisata.
9. Terminal angkutan barang : di Kawasan Pengambengan, Kota Negara, dan Gilimanuk.
10. Jaringan penyeberangan merupakan rangkaian kelanjutan sistem jaringan jalan nasional yang melintasi perairan Selat Bali, meliputi Pelabuhan Gilimanuk
11. Sistem jaringan perkeretapian ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Sistem jaringan prasarana lainnya
Meliputi beberapa system jaringan prasarana wilayah, meliputi : 1. Sistem jaringan energi, meliputi pembangkit tenaga listrik
(jaringan interkoneksi tenaga listrik Jawa-Bali, PLTG Gilimanuk, rencana jaringan crossover tenaga listrik Jawa-Bali, Pengembangan PLT Alternatif serta Transmisi tebaga listrik meliputi : jaringan kabel Jawa-Bali, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), rencana jalur lintasan jaringan
crossing Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Jawa-Bali, sistem jaringan LNG (liquid natural gas),
2. Rencana sistem jaringan telekomunikasi, meliputi : Sistem jaringan kabel (STO Negara dan STO Gilimanuk), Sistem jaringan nirkabel dan jaringan satelit pendukung Jimbarwana Network
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-30
a. Wilayah Sungai Bali-Penida terdiri atas 43 (empat puluh tiga) DAS meliputi : DAS lintas wilayah (Tukad Yeh Leh, Tukad Pangyangan, Tukad Yeh Lebah, Tukad Pulukan, Tukad Medewi, Tukad Yeh Satang, Tukad Yeh Sumbul dan 3 (tiga) DAS tanpa nama intermitten; dan DAS dalam wilayah (17 sungai kontinyu dan 1 sungai continue.
b. Cekungan air tanah (CAT) meliputi CAT Negara dan CAT Gilimanuk, Jaringan Irigasi meliputi : 75 DI terdiri atas 3 DI kewenangan pemerintah Provinsi Bali (DI Yeh Leh, DI Benel dan DI Palasari) dan 73 DI kewenangan pemerintah kabupaten, Bendungan Palasari seluas 1.300 ha, Bendungan Benel 1.047 ha, Rencana pengembangan Bendungan Pohsanten, Mendoyo.
4. Sistem prasarana pengelolaan lingkungan, meliputi :
a. SPAM kawasan perkotaan dengan sistem perpipaan meliputi : SPAM Kawasan Perkotaan (Gilimanuk, Melaya, Negara, Pengambengan, Mendoyo, Yeh Embang, Perkotaan, dan Pekutatan) serta SPAM kawasan perdesaan dengan sistem perpipaan maupun bukan perpipaan Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah meliputi : TPA Peh dan TPA Yeh Sumbul, Pembangunan TPS/SPA (Sistem Peralihan Angkut) di Desa Yeh Embang dan Desa Pekutatan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-31
limbah komunal di kawasan-kawasan padat permukiman dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat (Sanimas); d. Sistem jaringan drainase, meliputi pemisahan antara
jaringan drainase dengan jaringan irigasi dan jaringan air limbah, Rehabilitasi sarana dan prasarana pencegah banjir, Peningkatan sistem drainase di Kelurahan Balerbaleagung, Normalisasi Sungai Tukad Ijo Gading, Peningkatan sistem jaringan drainase di Desa Mendoyo Dangin Tukad
5. Jalur evakuasi bencana
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana 2010-2030
D. Rencana Pola Ruang Wilayah
1) Kawasan Lindung
Rencana pengembangan kawasan lindung seluas kurang lebih 44.969 Ha atau 53,4% dari luas wilayah kabupaten, terdiri dari .
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-32
2. Kaw. Yang Memberikan Perlindungan
3. Kawasan Bawahannya; a. Kawasan resapan air. 4. Kawasan Perlindungan Setempat
a. Kaw suci (gunung, campuhan, pantai, laut, mata air. cathus patha Agung)
b. Kawasan tempat suci (DK, KT, Pura lain) c. Kawasan sempadan pantai;
d. Kawasan sempadan sungai; e. Kawasan sempadan jurang; f. Kawasan sekitar bendungan;
5. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, Dan Cagar Budaya
a. kawasan Taman Nasional b. kawasan Pantai Berhutan Bakau c. Taman Wisata Alam
d. kaw konservasi pesisir & pulau2 kecil e. kaw cagar budaya & ilmu pengetahuan 6. Kawasan Rawan Bencana Alam
a. kawasan rawan tanah longsor; b. Kawasan rawan banjir
c. kawasan gelombang pasang 7. Kawasan Lindung Geologi.
a. Kawasan rawan bencana alam geologi (kaw rawan gempa bumi, Kaw. rawan gerakan tanah, kaw rawan tsunami, kawa rawan abrasi)
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah (kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air)
8. Kawasan Lindung Lainnya.
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-33 E. Kawasan Budidaya
Rencana pengembangan kawasan budidaya seluas kurang lebih 39.208 Ha atau 46,7% dari luas wilayah, terdiri dari :
1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi 2. Kawasan Hutan Rakyat
3. Kawasan Peruntukan Pertanian
a. Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan b. Kawasan Peruntukan Hortikultura
c. Kawasan Peruntukan Peternakan d. Kawasan Peruntukan Perkebunan e. Kawasan Peruntukan Perikanan f. kawasan Perikanan Tangkap g. kawasan Budidaya Perkanan
h. kawasan Industri Perikanan dan Kelautan 4. Kawasan Peruntukan Pariwisata
a. kawasan Pariwisata;
b. kawasan Daya tarik Wisata Khusus c. Daya Tarik Wisata
5. Kawasan Peruntukan Permukiman a. kawasan Permukiman Perkotaan; b. kawasan Permukiman Perdesaan
6. Kawasan Peruntukan Fasilitas Penunjang Permukiman
7. Kawasan Peruntukan Kegiatan Pertambangan
8. Kawasan Peruntukan Industri
9. Kawasan Peruntukan Lainnya
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-34 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana 2010-2030
F. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan strategis kabupaten ditetapkan berdasarkan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, sudut kepentingan sosial dan budaya; dan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Kawasan strategis yang terdapat di wilayah kabupaten terdiri atas:
a. kawasan strategis provinsi yang terdapat di wilayah kabupaten; dan
b. kawasan strategis kabupaten.
1) Kawasan strategis provinsi yang terdapat di wilayah kabupaten. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi meliputi
1. Kawasan Perkotaan Negara di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-35
3. Pelabuhan Pengambengan, di Kecamatan Negara;
4. Kawasan Pariwisata Perancak, di sebagian kecamatan Jembrana, Kecamatan Mendoyo dan Kecamatan Pekutatan;
5. KDTWK Palasari, di Kecamatan Melaya; 6. KDTWK Gilimanuk di Kecamatan Gilimanuk;
7. Kawasan Industri Pengambengan di Kecamatan Negara; dan 8. Kawasan sepanjang jalan nasional/arteri primer.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup meliputi: 1. Hutan Lindung di seluruh wilayah Kecamatan;
2. Taman Nasional Bali Barat di Kecamatan Melaya; 3. seluruh kawasan gunung;
4. seluruh pesisir; dan 5. DAS antar kabupaten.
2) Kawasan strategis Kabupaten Jembrana
Kawasan strategis kabupatendari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-36
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya meliputi: 1. Kawasan radius kesucian Pura Dang Kahyangan terdiri atas:
 kawasan Pura Rambut Siwi, Desa Yeh Embang Kangin, Kecamatan Mendoyo;
 kawasan Pura Gede Perancak, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana;
 kawasan Pura Amertasari, Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana;
 kawasan Pura Jati, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara;
 kawasan Pura Majapahit, Desa Baluk, Kecamatan Negara; dan
 kawasan Pura Indra Kusuma, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya
2. Kawasan Museum Manusia Purba Gilimanuk; dan 3. Kawasan Pemerintahan dan Core Budaya Kota Negara
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:
1. Kawasan Taman Wisata Alam Perancak dan sekitarnya; 2. Kawasan pesisir dan laut, di semua kecamatan;
3. Kawasan Bendungan Palasari dan sekitarnya di Kecamatan Melaya; dan
4. Kawasan Bendungan Benel dan sekitarnya di Kecamatan Negara.
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-37 Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
3.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jembrana
Arahan RPJMD Kabupaten Jembrana di Bidang Cipta Karya adalah Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dengan sasaran antara lain :
1. Meningkatnya rasio dan jalan yang baik.
2. Meningkatnya saluran drainase/ gorong-gorong yang baik. 3. Meningkatnya rasio jaringan irigasi yang baik.
4. Meningkatnya penyediaan air baku. 5. Meningkatnya kinerja pengendalian banjir.
6. Meningkatnya pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh. 7. Meningkatnya kualitas infrastruktur pedesaan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-38 3.2.1 Renstra Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana
Visi dan Misi Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana
Perumusan Visi Badan Perencanaan Daerah Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Jembrana, mengacu pada Tugas Pokok dan Fungsi seperti tertuang dalam Peraturan Bupati Jembrana Nomor 55 Tahun 2016 yang menggambarkan : Apa yang ingin dicapai, berorientasi pada masa depan, mempunyai arah dan fokus strategi yang jelas dan mampu menjadi perekat komponen Bappeda Litbang, menumbuhkan komitmen seluruh jajaran serta menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka Visi Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana disusun sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN
LITBANG YANG BERKUALITAS DAN ASPIRATIF GUNA OPTIMALISASI PEMBANGUNAN DEMI KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT JEMBRANA ”.
Penjelasan tentang Visi Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana :
 Perencanaan berarti awal suatu kegiatan yang ingin dilakukan di mana di dalamnya terkandung tujuan, sasaran yang ingin dicapai dan langkah-langkah yang dilakukan.
 Berkualitas mengandung pengertian bahwa suatu proses perencanaan yang dibuat berdasarkan atas rasionalitas untuk mencapai tujuan yang maksimal dan dilaksanakan secara tepat waktu, tepat sasaran dan tepat guna.
 Aspiratif adalah suatu perencanaan yang diproses dengan melibatkan berbagai masukan dan usulan dari semua pihak serta dikoordinasikan dengan seluruh pemangku kepentingan sehingga tercermin perencanaan yang dapat merangkul semua kepentingan.
 Optimalisasi Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan adalah pembangunan dan Litbang yang dilaksanakan memperoleh hasil yang terbaik.
Untuk mewujudkan Visi Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana, maka ditetapkan Misi sebagai berikut:
a) Meningkatkan kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah dengan memberdayakan seluruh komponen pembangunan.
b) Melakukan berbagai inovasi dan membangun jiwa enetrepreneur masyarakat berbasis research dengan pemanfaatan IPTEK
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-39
Berdasarkan pada Visi dan Misi Badan Perencanaan Daerah Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Jembrana Tahun 2016-20021, maka ditetapkan Tujuan. Berikut diuraikan keterkaitan antara Misi dengan Tujuan Prioritas sebagai berikut :
Tabel 3.1
Keterkaitan Misi dan Tujuan Prioritas Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana
Misi Tujuan Prioritas Indikator Tujuan Target
1.Meningkatkan kualitas perencanaan
Pembangunan Daerah dengan
memberdayakan seluruh komponen pembangunan.
1. Meningkatkan perencanaan pembangunan yang berkualitas aspiratif dan efektif membangun jiwa enetrepreneur masyarakat berbasis research dengan pemanfaatan kemajuan IPTEK
Meningkatkan sistem inovasi Daerah (SIDa) dan membangun jiwa entrepreneur masyarakat berbasis research serta
Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan Visi dan Misi. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi, menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang. Tujuan merupakan target yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima tahun ).
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-40
Sasaran akan memberikan fokus pada penyusunan kegiatan bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai.
Tabel 3.2
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana
No. TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET KINERJA SASARAN PADA
TAHUN KE
1 2 3 4 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Meningkatkan perencanaan pembangunan yang berkualitas aspiratif dan efektif
Meningkatnya
kesesuaian RKPD,
RPJMD, RPJPD
dengan Provinsi Bali, Nasional
Tingkat kesesuaian
RKPD, RPJMD,
RPJPD Provinsi dan
RPJPN 99 99 99 99 99
Terlaksananya program pembangunan yang sesuai dengan perencanaan daerah
Persentase kesesuaian pelaksanaan
Program
Pembangunan yang Sesuai dengan perencanaan untuk perencanaan,
10
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-41 penelitian dan
pengembangan
penelitian dan pengembangan
Persentase
ketersediaan data dan informasi pembangunan bidang sarana prasarana dan tata wilayah untuk perencanaan pembangunan daerah
65 70 75 80 85
Prosentase
ketersediaan data dan informasi pembangunan bidang ekonomi untuk perencanaan, penelitian dan pengembangan
65 70 75 80 85
Prosentase
ketersediaan data dan informasi pembangunan bidang sosial
budaya dan
aparatur untuk perencanaan, penelitian dan pengembangan.
ketersediaan SDM Perencana yang paham
perencanaan pembangunan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-42 Meningkatnya sistem
inovasi daerah (SIDa) melalui
membangun jiwa
entrepreneur
masyarakat berbasis
Research dan
Stakeholder dalam proses
Perencanaan Pembangunan Daerah
Persentase Stakeholder yang
Menyampaikan Usulan
90 91 92 93 94
Persentase Kehadiran
Stakeholder dalam Musrenbang
90 91 92 93 94
Struktur Organisasi Bappeda Litbang
Sesuai dengan Tugas Popok, Fungsi dan Rincian Tugas maka Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah penelitian dan pengembangan Kabupaten Jembrana adalah :
a. Sekretariat; b. Bidang; c. Sub Bagian; d. Sub Bidang;
e. Jabatan Fungsional;
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-43 Gambar 3.1
Struktur Organisasi dan Tata Kerja
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-44 3.2.2 Renstra Dinas PUPR PKP Kabupaten Jembrana
Visi dan Misi Dinas PUPRPKP
Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan kawasan Permukiman Kabupaten Jembrana menetapkan Visi : “ TERWUJUDNYA SARANA PRASARANA SERTA PELAYANAN PEKERJAAN UMUM KABUPATEN
JEMBRANA YANG PRIMA , GUNA MENUNJANG KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT JEMBRANA”. Visi yang dirumuskan ini juga menjadi acuan dan penuntun bagi setiap upaya yang akan dikembangkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Jembrana kedepan
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkan rumusan Misi Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan kawasan Permukiman Kabupaten Jembrana sebagai berikut :
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-45 Struktur OrganisasiDinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan Dan Kawasan Permukiman
Gambar 3.2
Bagan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan Dan Kawasan Permukiman
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL SEKRETARIAT
DIN AS
PEKERJAAN UMUM, PEN ATAAN RUAN G,PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PEN GELOLAAN SUMBER DAYA
AIR SEKSI
PEREN CAN AAN DAN PEMBIN AAN SUMBER DAYA AIR
BIDANG SUMBER DAYA AIR BIDANG
PEN GEN DALIAN BIN A MARGA
PEN GAWASAN SUMBER DAYA AIR
SEKSI
PEMAN FAATAN TATA RUAN G
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-46 3.2.3 Renstra Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
Tujuan dan Sasaran Jangka Menegah Dinas Lingkungan Hidup
Tujuan
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan Misi. Tujuan organisasi harus konsisten dengan tugas dan fungsinya. Secara kolektif, tujuan organisasi menggambarkan arah strategis organisasi dan perbaikan – perbaikan yang ingin dicapai sesuai dengan tugas dan fungsinya organisasi. Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan Visi dan Misi. Tujuan akan dicapai dalam jangka waktu 1 - 5 tahun.
Tujuan DINAS LINGKUNGAN HIDUP Kabupaten Jembrana yang ditetapkan lima tahun ke depan meliputi :
1.Meningkatkan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2.Mewujudkan Kota Bersih dengan Meyeimbangkan Penataan RTH
3. Meningkatkan Akuntabel Kinerja pemerintahan
I.Indikator Tujuan I
1.Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
II.Indikator Tujuan II
1.Persentase Pengelolaan RTH Publik
2.Tingkat Layanan Persampahan
3.Nilai Sekolah yang mendapat predikat Adiwiyata
III.Indikator Tujuan
1.Nilai SAKIP
2.
Sasaran
Setelah ditetapkan tujuan Dinas Lingkungan Hidup, selanjutnya ditentukan sasaran dan target sasaran tiap tahunnya sebagai berikut :
1.Meningkatnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
2.Meningkatnya kepuasan pelayanan masyarakat dibidang lingkungan hidup
3.Meningkatnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan pencemaran
4.Meningkatnya Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik
5.Meningktnya Kualitas Layanan Persampahan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-47
n Tujuan sasaran target
uraian indikator targ
e t
uraian indikator satu
a
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-48
3 Meningktakan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-50
6.Terwujudny a Peningka tan Akuntabil itas Kinerja Pemerint ah
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-51 2.
Pemenuh an sarana dan prasaran a
pertaman an
1.Persentase Pengelola an pelayana n persamp ahan 2.Pemenuha
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-52 rekomne
dasi hasil pemeriks aan yang ditindakl anjuti 2. persentase
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-53 Gambar 3.3
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-54 3.3 Arahan Strategis Sanitasi Kota (SSK)
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu kota/kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kota/Kabupaten didukung fasilitasi dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Dalam penyusunan SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:
a. Berdasarkan data actual (Buku Putih Sanitasi)
b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan) c. Disusun sendiri oleh kabupaten/kota dan untuk kabupaten/kota d. Menggabungkan pendekatan top down dengan buttom up
Berikut merupakan strategis Sanitasi Kabupaten Jembrana yang diambil Dari Buku Sanitasi yang diupdate pada tahun 2016
3.3.1 Air Limbah Domestik
Perumusan strategi pengelolaan sanitasi untuk komponen air limbah yang akan dilaksanakan Kabupaten Jembrana untuk pengembangan limbah domestik yaitu sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan ketersediaan sarana prasarana pengelolaan air limbah melalui dukungan dana dari Pusat dan Propinsi
b. Meningkatkan regulasi atau peraturan daerah tentang pengelolaan air limbah seiiring dengan adanya beberapa jasa kuras tangki septik yang beroperasi di wilayah Kabupaten Jembrana
c. Meningkatkan aktivitas pencegahan penurunan kualitas air akibat limbah domestik seiiring dengan adanya gerakan capaian universal acess terhadap sanitasi layak Tahun 2019
d. Meningkatkan kualitas SDM dan kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan air limbah seiring dengan adanya lembaga pengelola sanimas (KSM) dari masyarakat.
e. Mendayagunakan keterlibatan peranan swasta dan masyarakat dalam pengelolaan air limbah sehingga dapat memaksimalkan keterbatasan kemampuan anggaran pemerintah daerah
f. Meningkatkan sistem pengelolaan air limbah skala komunal sehingga jumlah BABS bisa menurun dan kepemilikan jamban sehat meningkat.
3.3.2 Pengelolaan Persampahan
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-55
a. Mengoptimalkan peranan perda mengenai pengelolaan sampah melalui media komunikasi seiring dengan semakin banyak dan mudahnya diakses. b. Mengoptimalkan kinerja TPA Peh melalui dukungan dana dari APBN dan
APBD Provinsi
c. Meningkatkan keberadaan TPS-3R pada daerah yang sulit dijangkau angkutan DKP seiring dengan adanya gerakan pemerintah pusat tentang target capaian universal access sanitasi layak
d. Meningkatkan keberadaan Bank Sampah didukung dengan adanya kumpulan atau komunitas yang peduli sampah serta didukung dengan keberadaan pengepul di Kabupaten Jembrana
e. Mengoptimalkan Perda pengelolaan sampah dan Perda tentang kerjasama dalam pemungutan sampah plastik sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan sampah
f. Meningkatkan sarana prasarana pengelolaan persampahan melalui dukungan dana dari Pusat dan Propinsi dan kontribusi dari pihak swasta dalam pengadaan sarana prasarana persampahan
g. Mengotimalkan upaya 3R melalui keberadaan kumpulan atau komunitas yang peduli sampah serta didukung dengan keberadaan pengepul di Kabupaten Jembrana
h. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan sampah seiring dengan adanya gerakan pemerintah pusat tentang target capaian universal access sanitasi layak
i. Mendayagunakan keterlibatan peranan swasta dan masyarakat dalam pengelolaan persampahan sehingga dapat memaksimalkan keterbatasan kemampuan anggaran pemerintah daerah
3.3.3 Komponen Drainase Perkotaan
Perumusan strategi pengelolaan sanitasi untuk komponen drainase yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan regulasi atau peraturan daerah tentang pengelolaan drainase untuk mencapai target pemerintah pusat tentang universal aceess sanitasi layak Tahun 2019
b. Mengoptimalkan pengembangan perencanaan sistem drainase yang terintergrasi dan komperhensif didukung dengan keberadaan beberapa sungai sebagai pembuang utama dari sistem drainase dan seiiring dengan perkembangan pembangunan perumahan yang pesat oleh developer
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan drainase untuk mencapai target capaian universal access sanitasi layak
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-56
e. Mendayagunakan keterlibatan perananswasta dan masyarakat dalam pengelolaan drainase sehingga dapat memaksimalkan keterbatasan kemampuan anggaran pemerintah daerah
f. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana media penyuluhan melalui ketersediaan sumber dana dari APBN dan APBD Propinsi
g. Mengoptimalkan kualitas tenaga penyuluh PHBS seiring dengan masih terdapatnya beberapa kawasan kumuh di Kabupaten Jembrana
3.4 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Pada bagian ini merupakan program yang bersifat arahan penyediaan macam-macam bangunan, luas bangunan, besaran masa bangunan, kebutuhan ruang terbuka dan fasilitas pelayanan umum. Secara keseluruhan akan diuraikan satu persatu dalam uraian berikut ini.
3.4.1. Macam-macam Bangunan
Macam-macam bangunan di kawasan perencanaan diklasifikasikan menurut ketentuan berdasarkan penggunaannya adalah sebagai berikut :
1. Kelas I, Rumah Tinggal Biasa
Adalah bangunan yang digunakan bagi peruntukkan penghunian tunggal termasuk rumah gandeng tetapi bukan rumah susun.
2. Kelas II, Rumah Tinggal Luar Biasa
Adalah rumah tinggal yang bukan merupakan rumah gandeng, dan direncanakan bagi peruntukan penghuni lebih dari satu rumah (flat), atau bagian dari bangunan bukan dari kelas I digunakan bagi peruntukan rumah tinggal termasuk gedung perkumpulan atau pertemuan lingkungan perumahan, rumah penginapan, dan hotel yang mendapat ijin dari yang berwajib
3. Kelas III, Rumah Tinggal yang bergabung pada Bangunan Lain Kelas Adalah penggabungan toko dan rumah yang direncanakan sebagai rumah tinggal penghuni toko dan kantor tersebut bagian dari bangunan yang direncanakan sebagai rumah tinggal untuk pengawasan bangunan tersebut. Di kawasan perencanaan, rumah tinggal yang digabung dengan toko dan kantor diusulkan luas persil minimum 0,02 Ha.
4. Kelas IV, Bangunan Kantor
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-57
pemancar, gedung kantor dan atau bagian-bagian perkantoran dari bangunan tiap kelas penggunaan atau penghuninya.
5. Kelas V, Bangunan Pertokoan
Adalah bangunan atau bagian dari bangunan yang mendapat ijin dari Kepala Daerah, terdaftar sebagai toko, ruko juga termasuk warung, rumah kopi, rumah makan, bar, pasar, ruang penjualan, bengkel sepeda motor atau mobil dan bangunan penjualan bensin.
6. Kelas VI, Bangunan-bangunan Umum
Klasifikasi ini masuk dalam kategori penggunaan untuk jasa umum. Bangunan umum yang diusulkan bisa dikembangkan di kawasan perencanaan adalah : a. Bangunan peribadatan
b. Gedung pertemuan umum, dan balai umum
c. Gedung sekolah dan gedung pendidikan lainnya. Gedung sekolah yang sudah ada pada kawasan perencanaan dipertahankan dan diusulkan agar tidak dialokasikan untuk pembangunan gedung sekolah baru.
d. Pasar.
3.4.2 Luas Bangunan
Luas bangunan merujuk pada ketentuan KDB dan KLB yang diusulkan studi ini :
1. Perumahan
 Luas lantai dasar memiliki luas maksimum 45 – 60% dari luas kapling
 Luas lantai dua memiliki luas maksimum 100% dari luas lantai dasar
2. Bangunan Kantor
 Luas lantai dasar, maksimum 40 – 50% dari luas kapling
 Luas lantai dua maksimum 100% dari luas lantai dasar.
3. Bangunan Pertokoan:
 Luas lantai dasar, maksimum 50 % dari luas kavling
 Luas lantai 2 maksimum 100% dari luas lantai dasar.
4. Bangunan-bangunan Umum
 Gedung pertemuan umum, dan balai umum
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-58
 Klinik, gedung yatim piatu, latihan kebugaran dan lembaga kesejahteraan lainnya
- Luas lantai dasar maksimumm 40% dari luas persil - Luas lantai 2 maksimum 100% dari lantai dasar
 Bangunan Pendidikan
- Luas lantai dasar maksimum 45 %
- Luas lantai 2 maksimum 100% dari luas lantai dasar.
3.4.3 Kebutuhan Ruang Terbuka
Rancangan ruang terbuka mengusulkan untuk mengendalikan pertumbuhan areal terbangun sehingga pada masa yang akan datang masih terdapat cukup ruang terbuka hijau. Secara garis besar usulan rancangan ruang terbuka adalah sebagai berikut :
a. Penyediaan Ruang Terbuka di Luar Tapak
Melarang penggunaan sempadan jalan untuk bangunan tambahan sehingga ruang terbuka yang ada dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau. Selain itu juga dilakukan pengendalian pertumbuhan areal terbangun sehingga lahan-lahan yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau dapat tetap dipertahankan.
b. Penyediaan Ruang Terbuka di dalam Tapak
Meliputi ruang terbuka yang diperoleh dengan memanfaatkan bagian tapak yang tidak boleh dibangun (misalnya dengan KDB maksimum 60% berarti tersedia 40% bagian tapak yang tersedia untuk ruang terbuka). Ruang terbuka ini bisa dimanfaatkan untuk pelataran parkir, taman, penyediaan tempat untuk PKL, pencahayaan dan penghawaan alami dan lain-lainnya.
KABUPATEN JEMBRANA 2017 III-59
telah tersedia pada koridor wilayah perencanaan, yaitu TNBB, RTH pada sempadan jalan dan tempat parkir yang telah disediakan pada masing-masing persil lahan, serta ruang terbuka lainnya pada koridor wilayah perencanaan. Ruang terbuka tersebut tetap dipertahankan sesuai dengan fungsinya, sehingga tidak berubah menjadi lahan yang terbangun.
b. Pembangunan pada persil bangunan perlu memperhatikan ketentuan mengenai GSB dan KDB yang telah ditentukan, khususnya pada bangunan yang berfungsi sebagai perdagangan, perkantoran, sarana fasilitas pelayanan umum (sarana pendidikan, sarana kesehatan). Dengan berpedoman pada ketentuan mengenai GSB, KDB tersebut diharapkan setiap persil lahan dapat menyediakan ruang terbuka sendiri bagi kegiatan yang terdapat pada bangunan tersebut, misalnya parkir.
3.4.4 Penyediaan Fasilitas Pelayanan Umum
Perkembangan fasilitas pelayanan umum bagi masyarakat di Kawasan Gilianuk sangat penting mengingat Kawasan Gilianuk sendiri telah berkembang, dan tentu saja sangat membutuhkan fasilitas pelayanan umum yang sangat diperlukan oleh masyarakat setempat. Untuk dapat memenuhi perkembangan dari Kawasan Gilianuk sendiri, maka arahan untuk fasilitas pelayanan umumnya memerlukan:
a. Adanya penambahan fasilitas pelayanan umum dari segi kuantitas. Penambahan ini sebagai upaya agar terpenuhinya kebutuhan penduduk Kawasan Gilianuk akan penyediaan fasilitas pelayanan umum. Penambahan ini tentu saja tidak sembarangan, namun disertai dengan pertimbangan apakah penambahan kuantitas fasilitas pelayanan umum yang ada benar-benar dibutuhkan oleh penduduk setempat atau tidak.
b. Pengoptimalan fasilitas pelayanan umum yang ada pada koridor jalan wilayah perencanaan. Pengoptimalan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari fasilitas pelayanan umum yang ada di koridor jalan wilayah perencanaan, dengan jalan perbaikan, perawatan fasilitas yang ada. Perbaikan pedestrian dan pengadaan halte, mempertahankan dan menata RTH yang telah ada, dan lain-lain.