• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab X - DOCRPIJM 150ed0d5fe BAB XBAB 10 Aspek Lingkungan dan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab X - DOCRPIJM 150ed0d5fe BAB XBAB 10 Aspek Lingkungan dan Sosial"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Bab X

Aspek Lingkungan dan Sosial

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

1

(2)

10.1 Aspek Lingkungan

Kebijakan nasional penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (UU 24/1992), yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 (UU 26/2007). Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kualitas tata ruang

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

2

(3)

nasional yang semakin baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan kriteria aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Namun, setelah lebih dari 25 tahun diberlakukannya kebijakan tersebut, kualitas tata ruang masih belum memenuhi harapan. Bahkan cenderung sebaliknya, justru yang belakangan ini sedang berlangsung adalah indikasi dengan penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan. Pencemaran

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

3

(4)

dan kerusakan lingkungan bahkan makin terlihat secara kasat mata baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan.

Isu-isu lingkungan hidup yang semakin menguat dewasa ini, termasuk pada aras global, secara substantif merupakan suatu wacana korektif terhadap paradigma pembangunan (developmentalism). Krisis lingkungan hidup yang semakin luas di Indonesia dewasa ini, ditengarai karena antara lain perencanaan pembangunan yang bias pertumbuhan ekonomi ketimbang ekologi. Sehingga sebagai akumulasinya dalam

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

4

(5)

dekade terakhir ini kita seperti menuai bencana lingkungan. Banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, degradasi hutan dan keanekaragaman hayati, serta pencemaran sungai, laut dan udara, datang silih berganti. Sebagai akibatnya, biaya (cost) dampak lingkungan hidup yang harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah jauh lebih besar ketimbang manfaat (benefit) ekonomi yang diperoleh.

Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut, maka tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang menjadi produk dari

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

5

(6)

rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penegasan sanksi atas pelanggaran tata ruang sebagaimana diatur dalam UU 26/2007 menuntut proses perencanaan tata ruang harus diselenggarakan dengan baik agar penyimpangan pemanfaatan ruang bukan disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana tata ruang wilayah. Guna membantu mengupayakan perbaikan kualitas rencana tata ruang wilayah maka Kajian Lingkungan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

6

(7)

Hidup Strategis [KLHS] atau Strategic Environmental Assessment [SEA] menjadi salah satu pilihan alat bantu melalui perbaikan kerangka pikir [framework of thinking] perencanaan tata ruang wilayah untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup.

Pengarusutamaan (mainstreaming) pembangunan berkelanjutan telah ditetapkan sebagai landasan operasional pelaksanaan pembangunan, seperti tercantum dalam RPJP dan RPJM Nasional. Lebih dari itu, selain UUD 45, UU tentang Lingkungan Hidup, UU tentang Penataan Ruang serta UU Otonomi Daerah telah menegaskan arti

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

7

(8)

pentingnya lingkungan hidup. Secara filosofis maupun fenomena riel, pendekatan konsep keruangan sangat identik dengan fenomena lingkungan hidup yang dinamis dan sistemik.

Fenomena ini menjadi dasar argumentasi perhatian pada lingkungan hidup dalam konstelasi pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah melalui implementasi UU Penataan Ruang. Oleh karena itu, setiap proses perumusan visi, misi, tujuan, dan strategi pembangunan sampai dengan pelaksanaannya yang memerlukan alokasi

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

8

(9)

kegiatan disuatu lokasi atau kawasan tertentu akan senantiasa mengandung kepentingan pelestarian lingkungan hidup.

Dalam konteks mekanisme implementasi strategi pembangunan, perhatian pada lingkungan hidup ini seyogyanya ditempatkan sejak awal proses penetapan strategi sampai dengan pelaksanaannya. Sejumlah studi dan upaya untuk mengenalkan serta menerapkan kajian lingkungan hidup strategis telah dilakukan sejak 5 (lima) tahun terakhir atas inisiatif KLH, Bappenas, dan Depdagri. Orientasi kegiatan tidak saja

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

9

(10)

menyangkut pembangunan regional dan pembangunan daerah tetapi juga pembangunan sektoral, serta pengujian konsep, kebijakan, metode, dan teknis analisis.

Menyadari bahwa instrumen lingkungan hidup yang tersedia saat ini baru pada tingkat proyek (pelaksanaan AMDAL), maka masih dibutuhkan satu alat kaji pada tingkat strategis, setara dengan strategi pembangunan nasional maupun daerah. Bahkan dalam Peraturan Pemerintah tentang AMDAL dinyatakan bahwa salah satu instrumennya yaitu AMDAL Regional telah dihapuskan, sehingga sebuah format kajian

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

10

(11)

mengenai lingkungan hidup pada aras strategis dalam konteks pembangunan semakin diperlukan.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau yang secara internasional dikenal sebagai Strategic Environmental Assessment (SEA), dalam satu dekade terakhir dapat dikatakan masih dalam tahap awal pengembangan di Indonesia. Yang dimaksud dengan tahap awal adalah bahwa KLHS baru dalam tahap penapisan (screening) dan pelingkupan (scoping) serta masih dalam bentuk kajian yang belum diimplementasikan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

11

(12)

secara riel. Dengan kata lain, KLHS belum menjadi bagian dari kebijakan pembangunan nasional. Namun dari pengalaman selama ini, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa KLHS sudah sampai pada taraf sangat dibutuhkan, dan perlu segera diterapkan secara riel serta diformalkan dalam konteks kebijakan nasional maupun daerah.

Sebagai satu konsep yang baru tetapi sangat dibutuhkan maka sejumlah alternatif mekanisme penerapannya dalam konteks substansi, konstitusi, kelembagaan maupun pendekatan, metode, dan teknis pelaksanaannya telah dicoba untuk dirumuskan.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

12

(13)

Tentunya alternatif-alternatif ini perlu diujicoba pula, khususnya dalam konteks kebijakan penyelenggaraannya.

Memahami permasalahan dan tantangan di atas, maka sasaran pembangunan lingkungan hidup yang ditetapkan pemerintah dapat dirinci sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas air permukaan (sungai, danau, dan situ), sekaligus pengendalian dan pemantauan terpadu antarsektor.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

13

(14)

2. Terkendalinya pencemaran pesisir dan laut melalui usaha konservasi tanah.

3. Meningkatkan kualitas udara, khususnya di daerah perkotaan, melalui kebijakan transportasi yang ramah lingkungan.

4. Pengurangan penggunaan bahan perusak ozon (BPO) secara bertahap. 5. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim global.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

14

(15)

6. Pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan sesuai dengan IBSAP (Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan) 2003–2020.

7. Meningkatkan upaya pengelolaan sampah perkotaan dengan menempatkan faktor lingkungan sebagai penentu kebijakan.

8. Meningkatkan sistem pengelolaan limbah B3.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

15

(16)

9. Tersusunnya informasi dan peta wilayah yang rentan terhadap kerusakan lingkungan dan bencana alam (banjir, kekeringan, gempa bumi, tsunami, dan lainnya).

10. Tersusunnya aturan pendanaan bagi pelestarian lingkungan hidup yang inovatif. 11. Meningkatkan diplomasi internasional.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

16

(17)

12. Meningkatkan kesadaran rakyat akan pentingnya konservasi lingkungan hidup dan sumberdaya alam.

Sementara itu, pembangunan lingkungan hidup secara khusus diarahkan untuk: 1. Mengarusutamakan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke

seluruh bidang pembangunan.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

17

(18)

2. Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup di tingkat nasional dan daerah.

3. Meningkatkan upaya harmonisasi pengembangan hukum lingkungan dan penegakannya secara konsisten terhadap pencemaran lingkungan.

4. Meningkatkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

18

(19)

5. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup, baik di tingkat nasional maupun daerah, terutama dalam menangani permasalahan yang bersifat akumulatif, fenomena alam yang musiman, dan bencana.

6. Membangun kesadaran rakyat agar peduli pada isu lingkungan hidup dan berperan aktif sebagai kontrol-sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup; dan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

19

(20)

7. Meningkatkan penyebaran data dan informasi lingkungan, termasuk informasi wilayah-wilayah rentan dan rawan bencana lingkungan dan informasi kewaspadaan dini terhadap bencana.

Selanjutnya, arah pembangunan di atas dijabarkan dalam program-program pembangunan yang langsung terkait dengan urusan lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Republik

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

20

(21)

Indonesia No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004 – 2009. Program ini bertujuan untuk menjamin kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan dapat terjaga dengan baik. Kegiatan pokok yang tercakup antara lain penyusunan tata ruang dan zonasi untuk perlindungan sumberdaya alam, terutama wilayah-wilayah yang rentan terhadap gempa bumi tektonik dan tsunami, banjir, kekeringan, serta bencana alam lainnya;

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

21

(22)

10.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Mengacu pada UU SPPN, UU Lingkungan Hidup, dan RPJM 2004-2009 serta UU Otonomi Daerah berikut arahan penyelenggaraan pemerintahan daerah dari Dirjen PUOD, konsep KLHS secara filosofis dan konseptual sangat relevan menjadi bagian pokok arah kebijakan pembangunan, dengan mengingat bahwa

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

22

(23)

pembangunan lingkungan merupakan dasar bagi pembangunan berkelanjutan. Konsep KLHS memiliki kapasitas untuk menjadi payung yang mengintegrasikan permasalahan riel dan kebutuhan pembangunan dengan proses pengambilan kebijakan pembangunan yang lebih bersifat holistik dan sistemik bukan kepentingan pragmatis sektoral semata yang sarat dengan konflik dan perilaku eksploitatif sumberdaya alam. Bahkan dari sisi kepentingan politik, penerapan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

23

(24)

konsep KLHS memiliki potensi sebagai integrator kekuatan-kekuatan politik yang berkembang melalui mekanisme dinamika partai politik, yaitu kampanye politik dan sistem pemilihan umum.

Tabel 10. 1.

Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya

No Kriteria Penapisan Penilaian

Uraian Kesimpulan:

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

24

(25)

(1) (2) (3) (4)

1. Perubahan Iklim

2.

Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

25

(26)

3.

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

4.

Penurunan mutu dan

kelimpahan sumber daya alam

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

26

(27)

5.

Peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau lahan,

6.

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

7.

Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

27

(28)

*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup

*)Dalam Pendataan

Namun demikian, permasalahan yang muncul dan menjadi perhatian untuk dicarikan terobosan solusinya dalam kondisi saat ini adalah pada tatanan metode penerapannya, karena dalam acuan struktur kebijakan khususnya dalam kaitannya

dengan institusionalisasinya masih ditemui inkonsistensi, serta belum terdefinisi secara

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

28

(29)

operasional dan sistematik. Belum lagi dengan adanya kemungkinan ketidakserasian antarkebijakan sektoral yang seringkali menimbulkan konflik, dimana masing-masing kebijakan sektoral dipayungi oleh kekuatan hukum yang setara tingkatannya (antar Undang-Undang, Peraturan Presiden hingga Peraturan Daerah).

Mengingat kondisi di atas, terlihat perlunya dilakukan terobosan-terobosan kreatif untuk menghasilkan inovasi dalam merancang kebijakan strategis pembangunan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

29

(30)

melalui pemanfaatan instrumen peraturan perundangan yang berlaku serta legitimasi kelembagaan, dimana keterlibatan rakyat yang secara riel terkait langsung dengan fenomena lingkungan hidup menjadi kuncinya. Pada prakteknya, sesuai dengan definisi yang tertuang dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Tata Ruang (UU No. 26 tahun 2007), di manapun ada kehidupan atau kegiatan manusia pasti terkait secara sistem atau fungsional dengan permasalalan lingkungan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

30

(31)

hidup. Oleh karena itu menjadi semakin mendesak untuk dilakukan terobosan dalam merumuskan development administration KLHS (terkait dengan sistem politik, sosial-budaya-ekonomi dan birokrasi) mengikuti konteks perkembangan kepentingan pembangunan Indonesia masa kini dan mendatang.

Tabel 10.2

Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

31

(32)

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan

Contoh Lembaga

(1) (2)

Pembuat keputusan  Bupati/Walikota

 DPRD Penyusun kebijakan, rencana

dan/atau program Dinas PU-Cipta Karya

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

32

(33)

Instansi  Dinas PU-Cipta Karya

 BPLHD

Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)

 Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya

 Asosiasi profesi

 Forum-forum pembangunan berkelanjutan

dan lingkungan hidup

 LSM/Pemerhati Lingkungan hidup

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

33

(34)

 Perorangan/tokoh

 kelompok yang memiliki data dan

informasi berkaitan dengan SDA Masyarakat terkena Dampak Lembaga Adat

 Asosiasi Pengusaha

 Tokoh masyarakat

 Organisasi masyarakat

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

34

(35)

 Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani

dll)

Tabel 10.3

Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

35

(36)

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat

(1) (2)

Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum

Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air

Kota ... mempunyai sumber

air baku dari sungai ... yang sudah

tercemar

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

36

(37)

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang

tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran tanah

oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh

air limbah permukiman

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

37

(38)

Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap ualitas lingkungan

Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas

lingkungan

Ekonomi

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

38

(39)

Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan

lingkungan

Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan

nelayan di pesisir Sosial

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

39

(40)

Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah

penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman

kumuh

**Data Tidak Tersedia

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

40

(41)

Tabel 10.4

Tabel Identifikasi KRP **Data Tidak Tersedia

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

41

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N T A K A L A R PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2015 – 2019

No. Komponen kebijakan /

rencana / program Kegiatan

Lokasi (Kecamatan / Kelurahan (jika ada)

(1) (2) (3) (4)

1.

Pengembangan Permukiman 1).

2). Dst

2.

Penataan Bangunan dan Lingkungan

1). 2). Dst

3.

Pengembangan Air Minum 1).

2). Dst

4.

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1).

(42)

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

Tabel 10.5

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup diSuatu Wilayah

No Komponen

kebijakan, rencana

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan**

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

42

(43)

dan/atau program*

Bobot Lingkungan

Hidup

Bobot Sosial Bobot Ekonomi

Total Bobot

*** Isu 1:

Isu 2:

Isu 1:

Isu 2:

Isu 1:

Isu 2:

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

43

(44)

1. Pengembangan

Permukiman

1).

2). Dst

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

44

(45)

2. Penataan Bangun- an

& Lingkungan

1).

2). Dst

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

45

(46)

3. Pengembangan Air

minum

1).

2). Dst

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

46

(47)

4. Pengembangan

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Ket: *) Program sesuai dengan Renstra Cipta Karya

**) ditentukan melalui diskusi antar pemangku kepentingan, dengan melihat data dan kondisi eksisting seperti peta, data angka, dll.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

47

(48)

**Data Tidak Tersedia

Menyadari banyaknya permasalahan lingkungan hidup yang berskala regional ataupun nasional bahkan lintas negara, dan tidak cukup memadainya instrumen AMDAL yang hanya berorientasi pada skala proyek, kini telah dikembangkan satu instrumen yang berskala regional sampai internasional pada tataran strategis. Instrumen ini

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

48

(49)

kemudian dipopulerkan dengan istilah Strategic Environment Assessment (SEA), yang kemudian diterjemahkan sebagai Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). KLHS kini tidak hanya menjadi perhatian, tetapi juga telah ditetapkan sebagai mandatory atau directive di sejumlah negara di Asia dan Afrika, Australia, dan Selandia Baru, serta beberapa badan dunia seperti Uni Eropa, World Bank, dan Asian Development Bank.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

49

(50)

Mengikuti perkembangan ini, KLH telah berinisiatif untuk mengembangkannya sejak lebih dari lima tahun lalu. Sebagaimana tahap inisiasi pada umumnya, kegiatan yang terkait dengan pemikiran KLHS ini masih lebih dikonsentrasikan pada studi dan pengenalan. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat dikatakan sebagai kegiatan KLHS seutuhnya, sehingga dapat dikatakan masih “nearly SEA”. Namun, sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran dan kebutuhan penyelesaian

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

50

(51)

masalah lingkungan hidup pada tataran regional dan strategis di Indonesia, maka instrumen KLHS ini dituntut untuk segera menjadi acuan dasar dalam mengkaji kebutuhan, perumusan tujuan, dan strategi pembangunan nasional maupun daerah.

Tuntutan ini semakin kuat sejalan dengan UU SPPN (Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional) dan RPJM 2004 – 2009. Sesuai dengan perannya masing-masing, maka KLH, Bappenas, dan Depdagri semakin intensif bekerja untuk

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

51

(52)

merumuskan KLHS ini sebagai satu instrumen nasional dan regional. Bahkan KLHS ini telah diupayakan untuk menjadi pegangan utama dalam merumuskan setiap strategi pembangunan berikut monitoring dan evaluasinya, baik dalam konteks kewilayahan maupun sektoral.

Ada dua definisi KLHS yang lazim diterapkan, yaitu definisi yang menekankan pada pendekatan telaah dampak lingkungan (EIA-driven) dan pendekatan keberlanjutan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

52

(53)

(sustainability-driven). Pada definisi pertama, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. Sedangkan definisi kedua, menekankan pada keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya.

Definisi KLHS untuk Indonesia kemudian dirumuskan sebagai proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

53

(54)

prinsip-prinsip keberlanjutan dalam, pengambilan keputusan yang bersifat strategis [SEA is a systematic process for evaluating the environmental effect of, and for ensuring the integration of sustainability principles into, strategic decision-making].

KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program [KRP].

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

54

(55)

Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah [RTRW]. KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

55

(56)

instrumen metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.

Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya, menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku kepentingan yang

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

56

(57)

strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga disebut “bio-region” dan/atau “bio-geo-region”). Sifat pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu KLHS yang bersifat instrumental, transformatif, dan substantif. Tipologi ini membantu membedakan pengaruh yang diharapkan dari tiap jenis KLHS terhadap

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

57

(58)

berbagai ragam RTRW, termasuk bentuk aplikasinya, baik dari sudut langkah-langkah prosedural maupun teknik dan metodologinya.

Pendekatan KLHS dalam penataan ruang didasarkan pada kerangka bekerja dan metodologi berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada 4 (empat) model pendekatan KLHS untuk penataan ruang, yaitu :

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

58

(59)

1. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup/AMDAL (EIA-Mainframe)KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL yaitu mendasarkan telaah pada efek dan dampak yang ditimbulkan RTRW terhadap lingkungan hidup. Perbedaannya adalah pada ruang lingkup dan tekanan analisis telaahannya pada tiap hirarhi KRP RTRW.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

59

(60)

2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup (Environmental Appraisal KLHS ditempatkan sebagai environmental appraisal untuk memastikan KRP RTRW menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, sehingga bisa diterapkan sebagai sebuah telaah khusus yang berpijak dari sudut pandang aspek lingkungan hidup.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

60

(61)

3. KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan (Integrated Assessment Sustainability Appraisal) KLHS diterapkan sebagai bagian dari uji KRP untuk menjamin keberlanjutan secara holistik, sehingga sudut pandangnya merupakan paduan kepentingan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Dalam prakteknya, KLHS kemudian lebih ditempatkan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

61

(62)

sebagai bagian dari kajian yang lebih luas yang menilai atau menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan hidup secara terpadu.

4. KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Alam (Sustainable Natural Resource Management) atau Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya (Sustainable Resource Management) KLHS diaplikasikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dan a) dilaksanakan sebagai bagian

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

62

(63)

yang tidak terlepas dari hirarki sistem perencanaan penggunaan lahan dan sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian dari strategi spesifik pengelolaan sumberdaya alam. Model a) menekankan pertimbanganpertimbangan kondisi sumberdaya alam sebagai dasar dari substansi RTRW, sementara model b) menekankan penegasan fungsi RTRW sebagai acuan aturan pemanfaatan dan perlindungan cadangan sumberdaya alam.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

63

(64)

Aplikasi-aplikasi pendekatan di atas dapat diterapkan dalam bentuk kombinasi, sesuai dengan : hirarki dan jenis RTRW yang akan dihasilkan/ditelaah, lingkup isu mengenai sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang menjadi fokus, konteks kerangka hukum RTRW yang dihasilkan/ditelaah, kapasitas institusi dan sumberdaya manusia aparatur pemerintah selaku pelaksana dan pengguna KLHS, serta tingkat kemauan politis atas manfaat KLHS terhadap RTRW.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

64

(65)

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

65

(66)

Tabel 10.6

Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

No. Komponen kebijakan, rencana dan/atau program

Alternatif

Penyempurnaan KRP

(1) (2) (3)

1. Pengembangan Permukiman 1).

2). Dst

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

66

(67)

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

1). 2). Dst

3. Pengembangan Air minum 1).

2).

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

67

(68)

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

1) 2) **Data Tidak Tersedia

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Tabel 10.7

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

68

(69)

Kegiatan penapisan menentukan perlu atau tidaknya dilakukan KLHS terhadap sebuah konsep/muatan rencana tata ruang. Langkah ini diperlukan atas alasan-alasan: a) memfokuskan telaah pada KRP yang memiliki nilai strategik, b) memfokuskan telaah pada KRP yang diindikasikan akan memberikan konsekuensi penting pada kondisi lingkungan hidup, dan c) memberikan gambaran umum metodologi pendekatan yang

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

69

(70)

akan digunakan. Karena penyusunan RTRW wajib dilakukan maka tahap penapisan tidak diperlukan, sementara penyusunan RTR dengan tingkat kerincian Kawasan bisa ditapis terlebih dulu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

 Apakah rancangan RTR berpotensi mendorong timbulnya percepatan kerusakan sumber daya alam (hutan, tanah, air atau pesisir) dan pencemaran lingkungan yang kini tengah berlangsung di suatu wilayah atau DAS? dan/atau

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

70

(71)

 Apakah rancangan RTR berpotensi meningkatkan intensitas bencana banjir, longsor, atau kekeringan di wilayah-wilayah yang saat ini tengah mengalami krisis ekologi? dan/atau

 Apakah rancangan RTR berpotensi menurunkan mutu air dan udara termasuk ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh suatu wilayah yang berpenduduk padat? dan/atau

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

71

(72)

 Apakah rancangan RTR akan menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk golongan miskin sebagai akibat adanya pembatasan baru atas akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam yang semula dapat mereka akses? dan/atau

 Apakah rancangan RTR berpotensi mengancam keberlanjutan penghidupan (livelihood sustainability) suatu komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di masa mendatang?

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

72

(73)

Jawaban positif bagi salah satu pertanyaan diatas sudah cukup untuk memberikan alasan bahwa rancangan RTR tersebut memiliki potensi efek penting dan perlu dipertimbangkan untuk dilengkapi dengan KLHS.

Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk mengidentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul berkenaan dengan rencana KRP RTR Wilayah dan Kawasan. Berkat adanya

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

73

Gambar

Tabel 10. 1.Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
Tabel 10.2Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS
Proses Identifikasi Isu Pembangunan BerkelanjutanTabel 10.3 Bidang Cipta Karya
Tabel 10.5Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup diSuatu Wilayah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan perhatian orang tua secara bersama-sama dengan hasil belajar matematika pada siswa kelas X

Agroteknologi menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul “ APLIKASI MIKROBIOTA MULTIFUNGSI PADA TANAH DENGAN BAHAN ORGANIK BERNISBAH C/N TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN

atau memorial, khotbah, pengajaran firman Tuhan, penginjilan, perintisan jemaat baru, pengembangan jemaat, pelayanan doa, penyampaian berkat alkitabiah, penahbisan

yang menggunakan teknologi modern. E-banking ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah, serta memberikan kemudahan bagi para nasabahnya dalam

metode akan diikuti dengan gambar dan suara mulai dari pengenalan huruf abjad, membaca jilid 1, jilid 2, jilid 3. Selain itu akan ada kuis yang berisi suatu contoh soal yang

Akan terdapat dua jenis skala dalam penelitian ini, yaitu skala quality of work life dan skala keterlibatan kerja.. Masing- masing dari skala tersebut akan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan gratitude pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus di Surabaya. Gratitude merupakan suatu perasaan yang bersifat

Tiap perlakuan substrat memberi hasil yang berbeda terhadap panjang dan volume akar serta variabel pengamatan.Substrat yang diberi perlakuan sterilisasi memiliki