• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi dalam"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Return Saham

Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi dalam pasar modal. Menurut Brigham et al. (1999), pengertian dari return adalah “measure the financial performance of an investment”. Menurut Horne, Wachowics (2005), pengembalian (return) dari kepemilikan suatu investasi dalam periode tertentu, misalnya 1 tahun adalah pembayaran yang diterima karena hak kepemilikannya, ditambah dengan perubahan dalam harga pasar, yang dibagi dengan harga awal.

Menurut Jogiyanto (1998), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Menurut Halim (2005), return realisasi (realized return) adalah pengembalian yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Sedangkan menurut Horne dan Wachowics (2005), return ekspektasi (expected return) adalah rata-rata tertimbang dari kemungkinan pengembalian, dimana bobotnya adalah probabilitas kejadiannya.

(2)

Dalam Gozali (2010), return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat, misalnya dividen saham yang dibayarkan dalam bentuk saham yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya, sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka pemegang saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan mengalami capital loss (Gozali, 2010).

Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya. Menurut Hartono (2003), risiko dan return mempunyai hubungan positif, semakin tinggi risiko, semakin tinggi pula return yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya

2. Economic Value Added

Dalam perkembangannya muncul banyak pemikiran-pemikiran baru dibidang manajemen keuangan dalam mengukur kinerja keuangan suatu

(3)

perusahaan. Salah satu diantaranya adalah konsep Economic Value Added (EVA) yang mengukur kinerja keuangan perusahaan memperhatikan ekspektasi para penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Economic Value Added merupakan salah satu konsep ukuran kinerja keuangan yang dicetuskan pertama oleh analisis keuangan Stern dan Stewart pada tahun 1990-an dalam usahanya untuk memperoleh jawaban terhadap metode penilaian yang lebih baik. Menurut Stewart III (1991) definisi EVA adalah:

“EVA is a residual income measure that substract the cost of capital from the operating profits generated in the business. It’s measure to account properly for all of the ways in which corporate value may be added or lost. EVA will increase if operating profit can be made to grow without tying up any more capital, if new capital is diverted or liquidated from business activities that do not cover their cost of capital.”

Menurut Rudianto (2006), EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercapai jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). EVA merupakan sebuah pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai yang merefleksikan jumlah absolut nilai kekayaan pemegang saham yang dihasilkan, baik bertambah atau berkurang tiap tahunnya. EVA merupakan alat yang berguna untuk memilih investasi keuangan yang paling menjanjikan dan sekaligus sebagai alat yang cocok untuk mengendalikan operasional perusahaan. Konsep EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perusahaan dan menilai kinerja keuangan perusahaan secara adil yang diukur dengan

(4)

mempergunakan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal awal yang ada (Widayanto,1994).

Laba ekonomis adalah laba yang diperoleh dari suatu tindakan ekonomis bertentangan dengan perspektif akuntansi yang mensyaratkan perusahaan dapat menetapkan tidak hanya biaya operasi tetapi juga biaya modal (Young, 2001). EVA memfokuskan pada efektivitas manajerial dalam satu tahun tertentu. EVA merupakan suatu estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan dan hal ini sangat berbeda dengan laba akuntansi. Yang membedakan EVA dengan laba akuntansi adalah bahwa biaya modal ekuitas dikurangkan ketika menghitung EVA sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa memperhitungkan modal ekuitas (Brigham dan Houston, 2001).

EVA (Economic Value Added) merupakan ukuran nilai tambah ekonomis (value creation) yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya modalnya.

Langkah-langkah dalam menentukan EVA menurut Brigham dan Houston (2006), antara lain:

1. Menghitung laba bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax / NOPAT)

(5)

Menurut Bringham dan Houston (2006 : 64), laba bersih tidaklah selalu mencerminkan kinerja yang sebenarnya dari operasi sebuah perusahaan atau keefektifan dari para manajer operasi dan karyawannya. Ukuran yang lebih baik untuk membandingkan kinerja diantara para manajer adalah laba operasi bersih setelah pajak, yang merupakan jumlah laba yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan jika tidak memiliki utang dan aktiva non operasi. NOPAT atau laba bersih setelah pajak ini dapat dihitung dengan rumus:

NOPAT = EBIT (1- Tax) Keterangan :

EBIT : Earnings Before Interest and Tax atau laba sebelum bunga dan pajak

Tax : Tarif pajak

NOPAT atau laba bersih operasi setelah pajak dapat diketahui dari laporan laba rugi yang dihasilkan perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diketahui dengan melihat komposisi modal yang dimiliki perusahaan, seperti yang tercantum di sisi pasiva yang disajikan perusahaan (Rudianto, 2006).

2. Menghitung Invested Capital

Invested capital adalah penjabaran dari modal, sebagai modal yang diinvestasikan yakni seluruh keuangan perusahaan yang sudah terlepas dari kewajiban jangka pendek yang tidak menanggung bunga. Total kewajiban dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga

(6)

merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha/kewajiban segera, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan lain-lain.

Invested Capital = Total Kewajiban & Ekuitas – Kewajiban Jangka Pendek 3. Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)

Menurut Young (2001:149) Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing – masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan biaya hutang pada struktur modal perusahaan. Dan rumus untuk menghitung WACC :

WACC = {(D x rd) (1 – Tax) + (E x re)} Keterangan :

WACC :Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang

D :Tingkat Modal rd :Biaya hutang

E : Tingkat modal dan ekuitas re : Biaya ekuitas

Tax : Beban Pajak Dimana :

(7)

Biaya Utang (rd) = X 100%

Tingkat Modal & Ekuitas (E) = X 100%

Biaya ekuitas (re) = X 100%

4. Menghitung Capital Charges

Capital charges adalah biaya modal yang memperhitungkan biaya kewajiban yang harus dibayarkan kepada para kreditor, serta biaya ekuitas yang seharusnya dibayarkan kepada para pemegang saham.

Capital Charges = WACC x Invested Capital 5. Menghitung EVA

EVA dapat diukur dengan :

EVA = NOPAT – Capital Charges

Rudianto (2006) mengelompokkan hasil penilaian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan ukuran EVA ke dalam 3 kategori yang berbeda, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif

Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

2. Nilai EVA = 0

Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada dalam titik impas. Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi sekaligus tidak mengalami kemajuan secara ekonomi.

(8)

3. Nilai EVA < 0 atau EVA bernilai negatif

Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses pertambahan nilai ekonomis bagi perusahaan, dalam arti laba yang dihasilkan tidak dapat memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham perusahaan (investor).

Rudianto (2006) mengemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan yang dimiliki EVA. Beberapa keunggulan yang dimiliki EVA antara lain adalah sebagai berikut:

1. EVA dapat menyelaraskan kepentingan manajemen dan pemegang saham dimana EVA digunakan sebagai ukuran operasional dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan di dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor. Ketika manajemen berhasil memilih strategi dan investasi yang memaksimasi nilai pemegang saham, maka manajemen berhak menerima insentif. Dengan kata lain, EVA mendorong para manajer berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian serta dengan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

2. EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba operasi tanpa tambahan dana/modal, mengeksposur pemberian pinjaman (piutang), dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi. 3. EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan operasional sehari-hari.

(9)

Young dan O’Byrne (2001), menyatakan salah satu kebaikan EVA adalah targetnya dapat dialihkan kepada divisi dan departemen. Dengan cara ini, anggaran operasi sebuah perusahaan, bahkan untuk unit-unit yang terdapat di bagian dalam hierarki perusahaan, dapat dengan langsung dihubungkan kepada persyaratan dari pasar modal ketika perusahaan membuat investasi atau strategi yang diharapkan akan memberikan tambahan nilai bagi perusahaan. EVA merupakan alat komunikasi yang efektif, baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk berhubungan dengan pasar modal.

Menurut Rudianto (2006) disamping memiliki keunggulan seperti terlihat di atas, EVA juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

1. Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya biaya modal sendiri. Hal ini disebabkan dana untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber dengan tingkat biaya modal yang berbeda-beda.

2. Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja. kinerja perusahaan perlu di ukur secara optimal berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif.

3. Earnings Per Share

Laba bersih yang diperoleh perusahaan adalah sejumlah dana yang tersisa setelah perusahaan membayar semua pengeluarannya. Untuk melihat perbandingannya secara relevan, ukuran yang biasa digunakan adalah earnings per share atau disingkat EPS. EPS mengukur besarnya laba bersih yang diberikan

(10)

perusahaan kepada setiap pemegang saham perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto, 2001) dan didapat dari pembagian laba bersih dengan jumlah saham yang beredar.

Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan ditunjukkan oleh besarnya EPS dari perusahaan yang bersangkutan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Sedangkan jumlah EPS yang akan didistribusikan kepada investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham, sedangkan EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan belum berhasil memberikan keuntungan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.

Pengetahuan tentang EPS ini sangat penting untuk melakukan penilaian tentang perkiraan pendapatan yang akan diterima jika membeli suatu saham. Karena EPS merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar yang menunjukkan laba bersih yang siap dibagi kepada semua pemegang saham sehingga pemegang saham bisa memperkirakan berapa besar laba yang akan diterimanya bila membeli suatu saham. EPS juga merupakan

(11)

gambaran mengenai kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan bersih dalam setiap lembar saham. Oleh karena itu, EPS mempunyai pengaruh kuat terhadap harga saham dan ketika EPS meningkat maka harga saham juga ikut meningkat demikian pula sebaliknya (Jones, 2000). Karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan, maka semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut akan mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan harga saham akan meningkat. Dengan adanya kenaikan harga saham maka akan memungkinkan terjadinya peningkatan return saham. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

EPS =

4. Return On Assets

ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. ROA mengukur laba bersih yang diperoleh dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran total aktiva. Oleh karena itu, untuk menaikkan ROA, suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan profit margin dan mempertahankan perputaran total aktiva. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan akan mengakibatkan harga saham perusahaan juga akan

(12)

meningkat sehingga semakin tinggi pula return saham yang diperoleh. Perhitungan ROA diformulasikan sebagai berikut:

ROA =

ROA juga menjadi informasi yang penting bagi investor yang akan melakukan transaksi. ROA yang besar menunjukkan laba yang dapat dihasilkan dari seluruh kekayaan yang dimiliki juga besar. ROA yang besar dapat menarik investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 1998). Jika ROA semakin meningkat maka kinerja perusahaan juga semakin membaik karena tingkat pengembalian semakin meningkat (Hardiningsih et. Al., 2002)

5. Laporan Arus Kas

Pada mulanya laporan arus kas belum merupakan bagian dari laporan keuangan karena sebelum tahun 1971 pelaporan keuangan yang direkomendasikan oleh Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) hanya neraca dan laporan laba/rugi. Dalam perkembangan berikutnya yang dilatarbelakangi oleh keinginan investor, kreditor, dan pemakai lainnya muncul laporan dana sebagai bagian dari laporan keuangan. Akhirnya pada tahun 1961, American Institute and Certified Public Accountant (AICPA) mengakui pentingnya penggunaan laporan arus kas dan mensponsori riset mengenai hal ini.

Usaha untuk meningkatkan pengungkapan laporan keuangan di Indonesia, ditandai dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada tanggal

(13)

tanggal 1 Januari 1995. Dalam SAK No. 2 dinyatakan bahwa perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

Pengertian arus kas menurut PSAK No.2 (IAI, 2007 : paragfar 9 dan 10) menjelaskan sebagai berikut:

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktifvitas operasi, investasi, dan pendanaan. Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaaan tersebut. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas atau setara kas.

Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas. Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan arus kas (statement of cash flow) menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas (cash equivalent) dalam periode tertentu. Intinya, apa saja yang ingin diketahui tentang kinerja perusahaan pada suatu periode diikhtisarkan dalam satu laporan. Menurut SAK No.2 paragraf 12:

“Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.”

Dalam Dyckman, Dukes, Davis (2001), laporan arus kas (LAK) atau Statement of Cash Flows (SCF) adalah laporan yang menguraikan arus kas masuk dan keluar menurut kategorinya. Laporan ini menjelaskan perubahan kas selama

(14)

suatu periode. Saat akan meramalkan masa depan, sebuah laporan arus kas adalah alat yang sangat baik untuk menganalisis apakah rencana-rencana operasi, investasi, dan pendanaan konsisten dan dapat dijalankan. Pro forma laporan arus kas adalah sebuah prediksi atas laporan arus kas pada masa depan jika rencana-rencana operasi, investasi, dan pendanaan dilaksanakan.

Kecenderungan arus kas selama beberapa periode memungkinkan dilakukannya penilaian atas fleksibilitas keuangan, yaitu kemampuan menggunakan arus kas untuk memenuhi kebutuhan dan kesempatan yang terduga. Arus kas operasi yang sehat menyiratkan adanya fleksibilitas keuangan.

Menurut Dyckman, Dukes, Davis (2001), kegunaan informasi arus kas antara lain:

1. Informasi arus kas membantu para pemakai untuk memahami hubungan antara laba dan arus kas serta untuk memprediksi arus kas operasi di masa depan.

2. Informasi arus kas juga memberikan umpan balik tentang keputusan yang telah diambil, seperti pengaruh keputusan investasi sebelumnya terhadap arus kas.

3. Informasi arus kas membantu menjelaskan perubahan dalam akun-akun neraca. Pelaporan arus kas memberikan informasi tentang kegiatan investasi dan pembiayaan.

Tujuan laporan arus kas (LAK) adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas. Menurut Dyckman, Dukes, Davis (2001), informasi arus kas membantu pemakai untuk menilai:

(15)

1. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas.

2. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

3. Penyebab terjadinya perbedaan antara laba dan arus kas yang terkait. 4. Pengaruh kegiatan investasi dan pembiayaan yang menggunakan kas

dan yang tidak (nonkas) terhadap posisi keuangan perusahaan

Semua arus kas masuk dan arus kas keluar dalam laporan arus kas diklasifikasikan ke dalam salah satu dari tiga kategori:

1. Operasi

Arus kas operasi dikaitkan dengan kegiatan memproduksi dan meyerahkan barang, menyediakan jasa, serta transaksi lainnya yang diperhitungkan dalam penentuan laba bersih. Arus kas dari kegiatan operasi biasanya di identifikasikan sebagai berikut:

Arus kas masuk – kas yang diterima dari: 1. Pelanggan

2. Piutang bunga

3. Dividen dari investasi

4. Dana yang dikembalikan oleh pemasok Arus kas keluar – kas yang dibayarkan untuk: 1. Pembelian barang untuk dijual kembali 2. Kewajiban bunga

3. Pajak penghasilan 4. Gaji dan upah

(16)

2. Investasi

Arus kas dari kegiatan investasi dikaitkan dengan investasi dalam dan pelepasan (disposisi) aktiva pabrik serta sekuritas hutang dan ekuitas tertentu, memberikan dan menagih pinjaman, serta kegiatan strategis lainnya.

3. Pembiayaan

Arus kas dari kegiatan pembiayaan dikaitkan dengan perolehan sumber daya dari pemilik dan pemberian atas investasi mereka, peminjaman uang, dan pembayaran kembali pokok pinjaman. Seringkali, akun hutang jangka panjang dan ekuitas pemilik terlibat dalam transaksi yang menimbulkan arus kas pembiayaan.

Berdasarkan pembagian arus kas diatas, peneliti menggunakan arus kas operasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap return saham. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Munawir (2002:250), “perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari dua metode berikut ini, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung”.

Metode langsung melaporkan golongan penerimaan kas bruto dari aktivitas operasi dan pengeluaran kas bruto untuk kegiatan operasi. Perbedaan antara penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi akan dilaporkan sebagai arus kas bersih dari aktivitas operasi. Metode langsung mengurangkan

(17)

pengeluaran kas operasi dari penerimaan kas operasi. Metode langsung menghasilkan penyajian laporan penerimaan dan pengeluaran kas secara ringkas. Keunggulan utama dari metode langsung adalah metode ini memperlihatkan laporan penerimaan dan pengeluaran kas lebih konsisten dengan tujuan suatu laporan arus kas. Disamping itu, metode langsung ini lebih mudah dimengerti dan memberikan informasi yang lebih banyak dalam mengambil keputusan.

Metode tidak langsung dimulai dengan laba bersih kemudian dikonversi menjadi arus kas bersih dari kegiatan operasi. Metode ini menyesuaikan laba atau rugi bersih dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Metode ini menyesuaikan laba bersih dari pos-pos yang mempengaruhi pelaporan laba bersih tetapi tidak mempengaruhi kas. Keunggulan utama metode ini adalah bahwa hal ini memusatkan perbedaan antara laba bersih dan aliran kas bersih dari aktivitas operasi.

(18)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan return saham dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel Kesimpulan Yogi Marshal

(2009)

Pengaruh

Economic Value Added, Market Value Added, dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham Dependen = Return Saham Independen = Economic Value Added, Market Value Added, Arus Kas Operasi

EVA, MVA dan Arus Kas Operasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hendrawan Sulistiyo Wibowo (2009) Pengaruh Informasi Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham dengan Earnings Per Share Sebagai Variabel Mediasi Dependen = Return Saham Aktual Independen = Arus Kas Operasi Bersih

Tidak ada pengaruh arus kas operasi terhadap return saham dengan earningss per share sebagai variabel mediasi. Rahman Hakim (2006) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode EVA, ROA, dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta Dependen = Return Saham Independen = Economic Value Added, Return On Asset Tidak terdapat pengaruh secara signifikan kinerja keuangan yang diukur dengan EVA dan ROA terhadap return saham.

Ferawati (2010)

Pengaruh

Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Dependen = Return Saham Independen = Economic Value Added, Return On Assets, Return On Equity, Earnings Variabel Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earnings per Share (EPS) secara simultan

(19)

Bursa Efek Indonesia. yang signifikan terhadap return saham. Gayuh Andang Rachmadianto (2002) Analisis Pengaruh Market Value Added, Operating Income, Earnings Per Share, Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dependen = Return Saham Independen = Market Value Added, Operating Income, Earnings Per Share

Market Value Added, Operating Income, dan Earnings Per Share secara simultan

berpengaruh

terhadap return saham.

Marshal (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam indeks LQ-45 BEI dalam periode Februari-Agustus 2008 dan menggunakan sampel sebanyak 36 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham dan memiliki arah pengaruh yang negatif. MVA dan Arus Kas Operasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham, memiliki arah pengaruh yang positif.

Wibowo (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Informasi Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham dengan Earnings Per Share Sebagai Variabel Mediasi meneliti menguji hubungan tidak langsung antara arus kas operasi dengan return saham melalui earnings per share. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh arus kas operasi terhadap return saham dengan earningss per share sebagai variabel mediasi.

(20)

Hakim (2006) meneliti perbandingan kinerja keuangan perusahaan dengan metode EVA, ROA, dan pengaruhnya terhadap return saham pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa metode ROA memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan metode EVA tidak memiliki pengaruh.

Ferawati (2010) meneliti pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earnings per Share (EPS) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

Rachmadianto (2002), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Market Value Added, Operating Income, Earnings Per Share, Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Market Value Added, Operating Income, dan Earnings Per Share secara simultan berpengaruh terhadap return saham.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Adanya analisis kinerja dengan menggunakan EVA maka akan berdampak lebih baik terhadap return saham, sebagaimana dikatakan bahwa EVA merupakan laba yang tersisa, karena itu semakin tinggi nilai EVA maka akan dapat mempengaruhi return yang diterima oleh investor. EPS menunjukkan laba bersih

(21)

perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham, oleh karena itu semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut dimana hal tersebut akan mengakibatkan permintaan terhadap saham meningkat dan harga saham juga akan meningkat yang selanjutnya akan mempengaruhi return yang diterima pemegang saham. ROA mengukur laba bersih yang diperoleh dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. ROA yang tinggi menunjukkan bahwa laba yang dapat dihasilkan dari seluruh kekayaan yang dimiliki juga tinggi yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham dan return saham. Arus kas bersih yang merupakan cerminan tingkat kesehatan perusahaan akan memberi keyakinan pada pemegang saham atau dengan kata lain bahwa arus kas perusahaan memiliki pengaruh terhadap ketertarikan seorang investor untuk membeli saham suatu perusahaan. Hubungan antarvariabel pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara variabel independen yaitu EVA, EPS, ROA, dan AKO dengan return saham sebagai variabel dependen yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(22)

Variabel Independen (X) Variabel Independen (Y)

Gambar 2.2

Kerangka Konseptual Penelitian 2. Hipotesis Penelitian

Dari tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah economic value added, earnings per share, return on assets, dan arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial.

ECONOMIC VALUE ADDED EARNINGS PER SHARE RETURN ON ASSETS ARUS KAS OPERASI RETURN SAHAM

Referensi

Dokumen terkait

Seorang ilmuan, sastrawan, politisi dan terutama salah seorang penggagas deklarasi kemerdekaan Amerika, Benjamin Franklin pada tahun 1752 kemudian menyatakan bahwa

yang diharapkan. Persepsi Risiko adalah persepsi nasabah Bank Mandiri di Surabaya atas pertimbangan potensi keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari

Dalam penelitian ini terdapat 15.052 positif online review dari 8832 hotel yang terletak pada 10 kota top visited di Asia Pacific dengan membandingkan kelas

Dengan demikian, pertanian Indonesia akan dicirikan oleh dominasi petani pemilik penggarap dengan skala usaha tani yang lebih besar dari pada yang ada sekarang

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui dan memahami pengaruh suhu kalsinasi terhadap kemampuan sukralfat dalam menetralisasi dan mempertahankan pH lambung,

Memeriksa kesesuaian Daftar Arsip Inaktif Permanen yang Dipindahkan dengan arsip dan Berita Acara Pemindahan Arsip Inaktif Permanen. • Berita Acara

Sesuai Perda Nomor 18 Tahun 2012, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang perencanaan

Perbaikan dan Penggantian Instalasi Saluran Udara (Ducting)