• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang,"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Modal dan Saham

2.1.1. Pengertian Pasar Modal dan Saham

Pasar modal merupakan penghubung antara investor (pihak yang memiliki dana) dengan perusahaan (pihak yang memerlukan dana jangka panjang) ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang, seperti surat berharga yang meliputi surat pengakuan utang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti hutang, waran (warrant), dan right issue. Pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikan perusahaan kepada masyarakat.

Menurut Sunariyah (2000), pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya.

Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah deviden (bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik saham); capital gain (keuntungan

(2)

yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual saham), dan manfaat nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) saham merupakan suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham. Banyak perusahaan saat ini yang lebih memilih membayar akuisisi dengan saham dari pada uang tunai. Tetapi baik bagi perusahaan yang diakuisisi maupun yang mengakuisisi perlu mengetahui seberapa besar pengaruh dari pemilihan ini terhadap nilai yang akan diperoleh oleh pemegang saham.

2.1.2. Jenis Saham

Jenis saham dapat dibedakan menjadi saham biasa, saham preferen, dan saham treasury.

1. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior. Saham ini tidak memperoleh hak istimewa dan saham biasa ini merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.

2. Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak prioritas dari saham ini adalah hak atas deviden yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Namun saham preferen juga mempunyai persamaan dengan saham biasa yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan

(3)

diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar dividen.

3. Saham treasury merupakan saham milik perusahaan yang sudah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan yang nantinya dapat dijual kembali.

2.1.3. Investasi

Berdasarkan teori datang. Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang, walaupun suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suat dana tersebut dari pada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

Investasi dapat berupa bentuk aset riil (real assets), yaitu investasi dalam bentuk aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia dan sebagainya. Dan juga dapat berupa bentuk surat berharga/sekuritas (marketable securities financial assets), yaitu investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya

(4)

merupakan klaim atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu.

Menurut Hamid dalam Ansor (2009) bahwa investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti investor akan mendapatkan jumlah keuntungan dari hasil penanaman modal. Definisi investasi lain yang menyebutkan bahwa investasi merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari suatu asset selama periode waktu tertentu dengan harapan akan memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi (Jones dalam Ansor, 2009). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan investasi adalah memanfaatkan aset yang dimiliki seseorang untuk hal yang lebih bernilai, yang bertujuan untuk menambah atau meningkatkan kesejahteraan pemilik modal atau aset.

Investasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: real asset dan financial asset. Real asset adalah investasi yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya, seperti: tanah, bangunan, logam mulia, dan klaim perusahaan dari pihak pemilik aset. Klaim tersebut biasanya dinyatakan ke dalam bentuk sertifikat atau surat berharga yang menunjukkan kepemilikan aset keuangan. Dalam penelitian ini yang menjadi bahan analisis adalah penelitian yang bersifat non real atau financial asset. Dimana yang menjadi tujuan dari investasi ini adalah keuntungan yang didapat dari adanya perubahan harga saham yang menciptakan return (kembalian)

(5)

yang berupa capital gain atau capital loss. Jogiyanto (2003), capital gain atau capital loss adalah keuntungan atau kerugian yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital gain akan positif bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya, sedangkan terjadinya capital loss terjadi apabila harga jual saham lebih rendah dari harga beli dari saham sehingga terjadi kerugian.

Jenis investasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung.

1. Investasi langsung (direct investing) diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi/perusahaan tertentu yang secara resmi telah di go public dengan tujuan mendapatkan tingkat keuntungan berupa deviden dan capital gain.

2. Investasi tidak langsung (indirect investing), terjadi apabila suatu surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi sebagai perantara. Kepemilikan aset secara tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar, yang bertindak sebagai perantara. Dalam perannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara mendapatkan deviden seperti halnya dalam investasi langsung serta capital gain atau hasil perdagangan portofolio yang dilakukannya.

(6)

Terdapat beberapa tujuan investasi yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk hemat pajak.

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Dalam melakukan kegiatan penanaman modal atau dalam melakukan investasi investor harus mempunyai satu tujuan, yaitu untuk memperoleh keuntungan yang akan meningkatkan pendapatan yang bertujuan untuk tekanan inflasi. 2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan kegiatan investasi dalam

perusahaan tentunya seseorang dapat menghindarkan kekayaan yang dimilikinya tidak merosot nilainya.

3. Dorongan untuk hemat pajak. Banyak negara di dunia seperti Indonesia, pihak pemerintahnya melakukan kebijaksanaan yang disebut tax holiday dimana tujuannya untuk menarik investor melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.

Dari beberapa tujuan investasi di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari investasi secara garis besar yaitu, untuk mengharapkan pendapatan (return) yang lebih besar di masa yang akan datang tentunya dengan tingkat risiko yang melekat pada investasi yang dilakukan tersebut. Manfaat dari investasi saham yang dapat diperoleh investor melalui kepemilikan saham adalah memperoleh deviden dan memperoleh capital gain.

(7)

1. Deviden adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham, sejumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

2. Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan harga beli atau disebut juga dengan selisih kenaikan kurs. Capital gain terjadi bila pemilik saham atau investor menjual sahamnya dengan kurs yang lebih dibandingkan dengan kurs pada waktu pembelian.

2.1.4. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham. Tetapi dalam praktiknya, tidak semua keutungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan. EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 2003). Rasio keuangan ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai yaitu EPS atau laba per lembar saham. Menurut Hanafi dan Halim (2004), EPS biasa digunakan untuk beberapa macam analisis. Pertama, EPS digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga. EPS mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER). PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) dengan EPS dari saham yang bersangkutan (Ang, 2003).

(8)

EPS dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga EPS tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan antara return saham dan EPS. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel EPS memberikan hubungan yang nyata dengan return saham, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan EPS dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan EPS akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan EPS dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan EPS, yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang.

2.1.5. Price Earning Ratio (PER)

Menurut Jogiyanto (2000), PER merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan

(9)

investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga saham tersebut merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan.

Saham yang memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut memiliki harga yang semakin murah. PER merupakan salah satu segi untuk memandang kinerja harga saham. Dwi dan Rifka (2002) menyatakan bahwa oleh para investor angka ratio PER digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power) di masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah pula.PER menjadi tidak mempunyai makna apabila perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah (abnormal) atau menderita kerugian. Pada keadaan ini, PER perusahaan akan begitu tinggi (abnormal) atau bahkan negatif.

Menurut Smith et.al. (1995), price earning ratio dihitung dengan membagi harga pasar dari suatu saham dengan earnings per share tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung price earnings ratio adalah:

Market Price Per Equity Share Price Earning Ratio =

(10)

2.2. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah merupakan suatu tingkatan prestasi perusahaan itu sendiri atas pendapatan laba perusahan sehingga dapat mengembangkan perusahaan nya ke level yang lebih tinggi lagi atau berkembang sehingga menjadi acuan suatu nilai perusahaan tersebut baik dari segi struktur modal seperti saham<rasio hutang maupun pendapatan lainya yang bersumber dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan itu.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Caringsih (2008) membuktikan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang maksimum di atas nilai buku.

Myers (1997) mengemukakan konsep nilai perusahaan sebagai kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang. Alfredo (2011) menjelaskan bahwa nilai perusahaan (enterprise value/firm value) merupakan konsep penting bagi investor,karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai perusahaan secara keseluruhan. Kusumadilaga (2010) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.

Menurut Myers (1997) beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan sebagai berikut:

1. Nilai buku 2. Nilai appraisal

(11)

3. Nilai pasar saham 4. Nilai “Chop-Shop” 5. Nilai arus kas

1) Nilai Buku

Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai

shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio saham (paidup capital in excess of par value) dan laba ditahan.

2) Nilai Appraisal

Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan sendirinya karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan dalam menghasilkan earnings dan kemudian nilai

going concern dari suatu perusahaan. Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu perusahaan akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan dari nilai

(12)

berdasarkan appraiser independent juga akan menghasilkan pengurangan good-will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal. Good-will

dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya.

3) Nilai Pasar Saham

Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini dapat berubah secara cepat. Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan keputusan pribadi.

4) Nilai “Chop-Shop”

Pendekatan “Chop-Shop” untuk valuasi pertama kali diperkenalkan oleh

Dean Lebaron dan Lawrence Speidell of Batterymarch Financial Management. Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi perusahaan multi industri yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan ini mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva di bawah harga penempatan mereka.

5) Nilai Arus Kas

Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang menawarkan

(13)

sebagai hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.

Menurut Brigham dan Houston (2001) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio (PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR), deviden yield ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan PBV.

Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value

(PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula (Sartono, 2008), secara sederhana menyatakan bahwa price to book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut (Robert, 1997):

(14)

Ps PBV = BVS

Ps merupakan harga pasar saham dan BVS merupakan nilai buku per lembar saham (book value per share). BVS digunakan untuk mengukur nilai

shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut:

1) Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan

2) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation

3) Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi menggunakan price book value ratio (PBV).

2.3. Penelitian Terdahulu

Permana (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan perbankan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur menggunakan Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV) dan Price

(15)

terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk perioda 2004 sampai dengan 2008. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan

Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), Price Earnings Ratio (PER) sebagai variabel independen. Hasil penelitian yang menggunakan metoda regresi berganda sebagai alat analisis data ini menyatakan bahwa Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif secara simultan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, Return on Asset (ROA) dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Dalam penelitiannya, Hadianto (2008) menguji pengaruh EPS dan PER secara parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan dalam sektor perdagangan besar dan ritel. Sampel diambil dengan menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria emiten yang bergerak dalam sektor perdagangan besar dan ritel yang secara konsisten menjadi saham pembentuk indeks LQ 45 di BEI tahun 2000-2005 yang terdiri atas PT Ramayana Santosa Lestari, Tbk. dan PT Matahari Putra Prima, Tbk. Peneliti menggunakan model regresi panel data sebagai metoda analisis data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa EPS dan PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, EPS dan PER juga berpengaruh terhadap harga saham.

Lestari, dkk. (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 rasio keuangan yang terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage

(16)

Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Operating Margin, Return on Investment, Return on Equity, Price Earnings Ratio, dan Price to Book Value. Faktor teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan indeks harga saham individu. Peneliti menggunakan 16 perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 dalam penelitiannya. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio, Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover, Operating Profit Margin, Return on Investment, dan Price Earnings Ratio, serta faktor teknikal yang terdiri volume perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial,

Leverage Ratio, Operating Profit Margin, Price Earnings Ratio, volume perdagangan dan indeks harga saham individu berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Trisnawati (2009) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh

Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham serta untuk mengetahui ukuran kinerja yang berpengaruh paling signifikan terhadap return saham. Sampel penelitian diambil berdasarkan metoda purposive sampling yang terdiri atas 23 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Penelitian ini menggunakan metoda regresi berganda untuk menganalisis data. Hasil empiris menunjukkan

(17)

bahwa semua variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.

Pnelitian Kenedy JSP (2003) meneliti vriabel independen adalah EVA, ROE, Earnings, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan DER variabel dependen return saham, dimana diperoleh hanya variabel Asset Turnover, EVA, ROE, Rasio Leverage, DER, Profit Margin, dan Earnings

memberikan hubungan yang nyata dengan return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu membedakan nilai variabel pada berbagai populasi yang berbeda. Kerangka konseptual penelitian ini seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Earning Per Share (EPS)

(X1)

Nilai Perusahaan (Y)

Price Earning Ratio (PER) (X2)

(18)

2.4.1. Pengaruh EPS terhadap PBV

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham. EPS dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga EPS tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Permana (2010) bahwa EPS berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel EPS memberikan hubungan yang nyata dengan nilai perusahaan, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

2.4.2. Pengaruh PER terhadap PBV

Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Dalam penelitiannya, Hadianto (2008) menguji pengaruh PER terhadap nilai perusahaan dalam sektor perdagangan besar dan ritel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

(19)

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Secara parsial, ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.

H2: Secara parsial, ada pengaruh positif Price Earning Ratio (PER) terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 - 2012

H3: Secara simultan, ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 - 2012

Gambar

Gambar 2.1 Earning Per Share (EPS)

Referensi

Dokumen terkait

Melalui akun media sosial Instagram @visitbogor, masyarakat atau pengguna media dapat dengan mudah mencari informasi mengenai tempat destinasi wisata dan kuliner di Kota Bogor

Konsep hulul, nur Muhammad dan wihdatul adyan adalah merupakan konsep-konsep falsafi al-Hallaj yang merupakan hasil dari kontemplasinya tentang keilmuan dan keadaan

Konsep ini mengacu pada hubungan pengasuhan ibu dan bayi jika hubungan pengasuhan terhadap bayinya cukup baik, maka pada saat bayi itu berkembang melalui 3 tahapan

(1) Dalam hal pengembalian kelebihan pembayaran retribusi daerah dilakukan dengan cara kas tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) dilaksanakan dengan cara

75 Reza Prayuda, “Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Sma”, Artikel Penelitian , Program Studi Pendidikan Ekonomi Bkk Koperasi

pertama tahap awal pembelajaran menunjukan hasil yang cukup dengan persentase sebesar 68,56% dan proses pembelajaran menunjukan hasil yang baik dengan persentase sebesar

perusahaan. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham

Dalam kegiatan pencatatan program pemberian makanan tambahan pemulihan di wilayah kerja Puskesmas Oepoi belum sesuai karena ibu balita tidak melakukan pencatatan harian