• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUHU TERHADAP MUTU FISIK DAN STABILITAS ZAT WARNA EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caessalpinia sappan L) DALAM CAT KUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SUHU TERHADAP MUTU FISIK DAN STABILITAS ZAT WARNA EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caessalpinia sappan L) DALAM CAT KUKU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUHU TERHADAP MUTU FISIK DAN STABILITAS ZAT WARNA EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caessalpinia sappan L)

DALAM CAT KUKU

Nofita Sari Dewi, Dosen : Dra. Wigang Solanjdari Akademi Analis Farmasi dan Makanan

ABSTRAK

Kayu secang (Caesalpinia Sappan L) telah diketahui memiliki kandungan senyawa brazilin yang memiliki warna kuning kemerahan, sehingga kayu secang dapat digunakan sebagai zat warna alami pada bahan pangan maupun kosmetik.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L) dapat digunakan sebagai zat pewarna pada formulasi cat kuku sehingga daya guna kayu secang (Caesalpinia sappan L) lebih meningkat serta mengetahui kestabilan zat warna ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L) terhadap pengaruh suhu.

Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah pembuatan sediaan cat kuku dengan menggunakan pewarna dari kayu secang (Caesalpinia sappan L) dalam formulasinya. Tahap kedua yaitu melakukan uji stabilitas sediaan cat kuku yang telah dibuat terhadap suhu. Hasil pengamatan organoleptik terhadap cat kuku perlakuan pertama (suhu 30oC) berbentuk semi padat, berwarna kuning pucat dan sedikit beraroma kamfer. Sedangkan cat kuku dengan perlakuan kedua (suhu 40oC) berbentuk semi padat, berwarna orange dan sedikit beraroma kamfer.

Kemudian dilakukan uji stastitik (one way anova) untuk mengetahui adanya perbedaan antara ekstrak dan ekstrak dalam cat kuku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka signifikan lebih besar dari pada Ho artinya tidak ada perbedaan signifikan antar ekstrak dan ekstrak dalam cat kuku.

Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa kayu secang (Caesalpinia sappan L) dapat digunakan sebagai pewarna alami. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk dilakukan uji stabilitas zat warna ekstrak kayu secang dalam sediaan cat kuku terhadap faktor lain.

Kata kunci : Zat Warna, Ekstrak Kayu Secang, Cat Kuku, Stabilitas, Suhu. ABSTRACT

TEMPERATURE EFFECT ON PHYSICAL QUALITY AND STABILITY SUBSTANCE COLOUR EXTRACT OF SECANG WOOD (Caessalpinia sappan L)

IN NAIL POLISH

Secang wood (Caesalpinia Sappan L) has been known to contain compounds that have brazilin yellow to reddish color, so that the secang wood can be used as natural dyes in food and cosmetics.

The purpose of this study was to determine extract of secang wood (Caesalpinia sappan L) can be used as a coloring agent in the formulation so that the nail polish to the

(2)

secang wood (Caesalpinia sappan L) be increased as well as determine the stability of the dye extracts wooden cup (Caesalpinia sappan L) against the effects of temperature.

This study consists of two step. The first sstep is making preparations to use nail polish from secang wood dye (Caesalpinia sappan L) in the formulation. The second step that is doing nail polish stability test preparations that have been made on the temperature. The results of organoleptic nail polish first treatment temperature (30oC) compact semi solid, pale yellow in color and slightly aromatic kamfer. While the nails polish with a second treatment temperature (40oC) semi solid form, colored orange and slightly aromatic kamfer.

Then statistik test (one way ANOVA) to determine the difference between extract and extract the nail polish. The results showed that a significantly greater number than in Ho it means that there is no significant difference between extract and extract the nail polish. From these results it can be concluded that the secang wood (Caesalpinia sappan L) can be used as a natural dye. Based on this study is recommended to test the stability of the dye extracts secang wood in the preparation of nail polish against other factors.

Keyword : Substance color, Secang wood extract, Nail polish, Stability, Temperature

PENDAHULUAN

Kosmetik merupakan satu hal yang identik dengan wanita karena wanita mendambakan untuk selalu dapat tampil cantik dan menarik. Kosmetik merupakan salah satu alat yang digunakan untuk memoles diri serta mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin. Melihat peluang tersebut maka, produsen kosmetik saling berlomba untuk menciptakan produk kosmetik.

Banyak produsen kosmetik yang menggunakan keunggulan produk mereka untuk menarik perhatian konsumen terhadap produk mereka. Namun, tidak semua perusahaan kosmetik mengandalkan keunggulan produk mereka, banyak juga produsen yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan bahan-bahan yang dilarang penggunaanya dalam kosmetik.

Penambahan pewarna sintetik ini bertujuan untuk menambah daya tarik konsumen karena pada kenyataannya konsumen lebih menyukai kosmetika yang memiliki warna mencolok. Salah satu produk kosmetik yang paling diminati adalah cat kuku. Tahun 2011 menurut pimpinan indutri kosmetik raksasa Estee Lauder kepada majalah Times cat kuku mampu menggeser posisi lipstik sebagai kosmetik paling banyak dibeli. Hal ini disebabkan karena cat kuku merupakan jenis kosmetik yang tidak mengenal usia, karena dapat digunakan oleh semua usia.

Cat kuku selain harus terbuat dari bahan aman, juga harus memiliki tampilan yang menarik. Tampilan menarik ditinjau dari kemasan dan warna. Cat kuku merupakan pigmen yang diendapkan dengan pelarut yang mudah menguap untuk menutupi warna alami kuku.

Alasan penggunaan pewarna sintetik oleh industri kosmetik karena harganya lebih murah dan mudah didapat. Pewarna sintetik mulai dibatasi penggunaannya karena ditemukan sebagian besar pewarna sintetik tersebut tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan memiliki sifat karsinogenik. Didalam peraturan menteri kesehatan nomor 239 tahun 1985 telah dijelaskan penggunaan pewarna sintetik dalam industri terutama

(3)

industri obat, makanan dan kosmetik. Oleh karena itu, pemanfaatan bahan alami sebagai pewarna alami seperti kulit kayu secang (Caessalpinia sappan L) dapat digunakan sebagai alternatif lain sebagai pengganti pewarna sintetik.

Kayu secang (Caessalpinia sappan L) merupakan tumbuhan semak atau pohon rendah dan banyak tumbuh di Jawa, terutama pegunungan yang tidak terlalu dingin. Kayu secang telah dipercaya oleh masyarakat digunakan untuk obat tradisional. Namun pemanfaatannya sebagai zat warna pada kosmetik belum banyak digunakan.

Zat warna brazilin (C16H14O5) merupakan kristal berwarna kuning yang terdapat

dalam batang kayu secang, akan tetapi jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna merah kecoklatan dan dapat larut dalam air. Brazilin akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar matahari.

Warna yang dapat terbentuk dari brazilin ini dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami cat kuku. Zat warna brazilin diperoleh dengan maserasi kulit kayu secang (Caessalpinia sappan L) dengan ethanol 70%. Metode maserasi dipilih berdasarkan tingkat kemudahan dan banyaknya zat warna yang terekstrasi.

Namun, pewarna alami kurang stabil jika dibandingkan dengan pewarna sintetik. Maka penelitian ini bertujuan mengetahui mutu fisik dan pengaruh suhu terhadap stabilitas zat warna ekstrak kayu secang (Caessalpinia sappan L) dalam sediaan cat kuku dengan metode spektrofotometri.

METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN

Penelitian ini dilaksanakan pada February-Juni 2013, mulai persiapan sampai dengan penulisan laporan. Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Akademi Analis Putra Indonesia Malang. Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan untuk membuat produk dan bahan untuk analisis. Bahan yang digunakan untuk membuat produk terdiri dari nitroselulosa, dioktil adipat, trietil fosfat, kamfer, aseton, etilen glikol, dan pewarna untuk pembuatan cat kuku serta kayu secang, dan etanol.

Alat-alat yang digunakan pisau stainless steel, evaporator, neraca analitik, sentrifus, Spektrometer UV-vis, batang pengaduk, botol coklat, lampu UV, aluminium foil, dan peralatan gelas kimia.

B. METODE

1. Ekstraksi zat warna ekstrak kayu secang

Ekstraksi kulit kayu secang diawali dengan memperbesar luas permukaan kulit kayu secang dengan cara memotong kulit kayu tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 60oC selama 3 jam. Langkah kedua dengan melakukan penimbangan bahan (kulit kayu secang) sebanyak 35 gram, kemudian dimaserasi dengan etanol 70% hingga simplisia terendam dengan perbandingan seperti pada tabel 1 selama 24 jam.

(4)

pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstraks pigmen brazilin.

2. Pembuatan cat kuku dengan menggunakan ekstrak kayu secang

Bahan yang digunakan untuk pembuatan cat kuku dengan menggunakan ekstrak kayu secang adalah nitroselulosa, dioktil adipat, trietil fosfat, kamfer, etilen glikonometileter, aseton dan zat warna ekstrak.

Proses pembuatan cat kuku diawali dengan mencampur dioktila dipat dan trietil fosfat. Sambil diaduk tambahkan zat warna kedalam campuran. Kemudian digiling hingga homogen (larutan A). Larutkan nitroselulosa dan kamfer dalam etilenglikomonometileter, kemudian tambahkan larutan A. tambahkan bahan yang lain dan aduk hingga homogen dan masukkan kedalam beberapa wadah.

3. Uji mutu fisik dan stabilitas ekstrak dan ekstrak dalam cat kuku 3.1 Prosedur Evaluasi Fisik Cat kuku.

Pada cat kuku dilakukan 2 perlakuan berbeda, perlakuan pertama cat kuku disimpan dalam suhu 30oC dan perlakuan kedua cat kuku disimpan dalam suhu 40oC. Kemudian dilakukan evaluasi mutu fisik cat kuku meliputi :

3.1.1 Uji organoleptik

Cat kuku yang dihasilkan diamati meliputi bentuk, warna, dan aroma. 3.1.2 Uji homogenitas

Sampel cat kuku dioleskan pada lempeng kaca secara merata, kemudian diamati ada atau tidaknya partikel kasar pada sediaan cat kuku.

3.1.3 Uji pH

Sampel cat kuku yang dihasilkan diukur dengan menggunakan pH universal yang telah dicelupkan dalam sampel, warna yang muncul dibandingkan dengan warna yang ada pada kertas pembanding pH.

3.2 UJI STABILITAS EKSTRAK DAN EKSTRAK DALAM CAT KUKU Cat kuku yang telah dihasilkan dimasukkan kedalam wadah cat kuku, kemudian 2 wadah diletakkan pada suhu berbeda yaitu, 30oC dan suhu 40oC selama 48 jam. Dilakukan analisis stabilitas warna terhadap cat kuku dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Visible dan dihitung absorbansinya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan stabilitas antara ekstrak dan ekstrak dalam cat kuku maka dilakukan uji anova.

HASIL PENELITIAN

(5)

1. Ekstrak kayu secang

2. Uji organoleptis cat kuku

Organoleptis

Hasil pengamatan Perlakuan I (disimpan dalam

suhu 30oC)

Perlakuan II (disimpan dalam suhu 40oC) Tekstur Semi padat dan sedikit

lembut

Semi padat dan sedikit lembut

Warna Kuning pucat Orange

Aroma Sedikit Aroma kamfer Sedikit aroma kamfer

3. Penentuan panjang gelombang maksimal ekstrak dan ekstrak dalam cat kuku Panjang gelomb ang (nm) Absorbansi (kontrol) Absorbansi

(sampel suhu penyimpanan 30oC) Absorbansi (sampel suhu penyimpanan 40oC) Repli kasi I Repli kasi II Rata-rata Replika si I Replika si II Rata-rat a Repli kasi I Repli kasi II Rata-rata 530 0,032 0,027 0,027 0,022 0,017 0,0195 0,022 0,027 0,0245 535 0,027 0,027 0,025 0,027 0,022 0,0245 0,022 0,032 0,027 540 0,046 0,032 0,041 0,032 0,027 0,0295 0,027 0,036 0,0315 545 0,032 0,027 0,029 0,029 0,017 0,023 0,025 0,022 0,0235 550 0,027 0,027 0,025 0,022 0,013 0,0175 0,022 0,022 0,022 Dari pengamatan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kontrol, sampel 1, dan sampel 2 mempunyai panjang gelombang maksimal pada 540 nm.

4. Analisis data menggunakan metode anova

Hasil analisis data menggunakan SPSS dengan metode uji one way anova untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan anatar ekstrak dan ekstrak dalam cat kuku. Rumusan hipotesis sebagai berikut :

HO = µ1 = µ2 = µ3  Tidak terdapat perbedaan secara bermakna dari pengujian stabilitas

ekstrak dalam cat kuku.

(6)

Ha ≠ µ1 = µ2 = µ3  Terdapat perbedaan secara bermakna dari pengujian stabilitas ekstrak dalam cat kuku.

One way anova

Langkah awal dilakukan pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang akan dilakukan pengujian normal atau tidak. Jika angka signifikan > 0.05 maka dilanjutkan dengan uji beda yaitu uji anova. Jika nilai signifikan dari uji anova < 0,05 maka Ho ditolak, > 0,05 maka Ho diterima. Nilai signifikan stabilitas dari uji anova sebesar 0,466 maka dapat disimpulkan Ho diterima artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari stabilitas ekstrak maupun cat kuku.

KESIMPULAN

(7)

berwarna kuning pucat dengan tekstur semi padat, dan beraroma sedikit kamfer. Sedangkan hasil mutu fisik cat kuku dengan perlakuan kedua (disimpan dalam suhu 40oC ) yaitu cat kuku berwarna orange dengan tekstur semi padat, dan beraroma sedikit kamfer. Dari kedua perlakuan tersebut didapatkan hasil terbaik. Terjadinya perbedaan warna antara kedua perlakuan tersebut akibat terbentuknya zat warna brazelein akibat oksidasi brazilin oleh suhu. Dari perbedaan yang terjadi tersebut cat kuku dikatakan tidak stabil dalam suhu tersebut.

Sedangkan hasil uji stabilitas maka dapat disimpulkan bahwa zat warna ekstrak kayu secang (Caesalpinia Sappan L) serta zat warna ekstrak dalam cat kuku dalam suhu 30oC dan 40oC memiliki nilai absorbansi yang sama. Hal ini disebabkan spektrofotometri visibel tidak mampu membaca perbedaan struktur yang terjadi artinya metode spektrofotometri ini kurang cocok digunakan untuk mengetahui stabilitas zat warna ekstrak kayu secang.

SARAN

Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka dapat disarankan untuk dilakukan uji stabilitas dengan menggunakan metode HPLC untuk mengetahui perbedaan struktur antara brazilin dan brazelein. Ekstrak kayu secang dimanfaatkan sebagai zat warna pada sediaan lain misalnya lipstik.

DAFTAR RUJUKAN

Djulaika, Retno. 2011. Pencarian dan pengomptimuman sidik jari kromatografi cair kinerja tinggi ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kristie, Amelia. 2008. Efek pencampuran ekstrak zat warna kayu secang dengan beberapa sumber antosianin terhadap kualitas warna merah dan sifat mikrobanya. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Padmaningrum, Regina Tutik. 2012. Karakter ekstrak zat warna kayu secang (Caesalpinia Sappan L) sebagai indicator titrasi asam basa. Laporan Penelitian. Yogyakarta: FMIPA UNY

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian didapatkan hanya sebagian kecil kegiatan persiapan pada hari pemulangan klien yang dilakukan diantaranya: memberikan kesempatan pada klien dan

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan, tidak disukai bahkan matematika dianggap sebagai pembelajaran yang menakutkan

Uji coba kelompok kecil (small group) , Uji coba kelompok kecil dilakukan setelah melakukan revisi produk awal. Uji coba ini melibatkan subjek yang lebih banyak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan brushing rubber dan silika dari sabut kelapa sebagai bahan pengisi dalam pembuatan kompon genteng karet, serta

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999, Cet.. menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. Di dalam ilmu ini juga dibahas tentang

Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan

Secara garis besar kegiatan utama Publik Relation pada Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan dengan melakukan komunikasi. Publik Relation sebagai

Dengan demikian F hitung lebih besar dari F tabel yaitu 4.273&gt;3.138, hal ini memberikan arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel gaya kepemimpinan,