• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF TERHADAP TINGKAT DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PENERBIT DAN PERCETAKAN KANISIUS YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF TERHADAP TINGKAT DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PENERBIT DAN PERCETAKAN KANISIUS YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERCETAKAN KANISIUS YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Asih Suryaning Hastuti

041324029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

9 Pencipta dan Pelindungku : Tuhanku YESUS KRISTUS

9 Alm. Ayahanda tercinta yang semasa hidupnya telah memberikan segala-galanya yang tak ternilai dan yang terbaik untukku serta telah mendoakanku di dalam hidupnya yang damai dan kekal di surga.

9 Ibunda tersayang yang telah melahirkan dan dengan kasih sayangnya membesarkanku di dunia ini serta yang tiada henti selalu menyebut namaku di dalam doanya.

9 Kakakku Wahyu Hutomo Putro (My best brother) yang telah menyayangi, menasehati, menyemangati dan mendoakanku.

9 Keluarga besarku di jogja khususnya Alm. Mbah Kakung dan Mbah Putri karangsari yang selalu membimbing, menjaga dan mendoakanku.

9 Someone in My Heart.

9 Semua “My best Friend” yang selalu menemani, menghibur, memberi semangat dan membantuku.

9 Almamaterku tercinta.

(5)

hidup dan hidupnya pakai pikiran

Hidup bukanlah masalah untuk dipecahkan tetapi

kenyataan untuk dialami

(Soren Kierkegaraad)

Kegagalan bukan berarti kehancuran tetapi

jadikanlah kegagalan itu sebagai batu loncatan

menuju sukses

(Pythagoras)

Yang penting bukan yang saya kehendaki,

melainkan yang Allah kehendaki. Jalan Allah

adalah jalan terbaik bagiku dan bukan jalanku.

Sahabat adalah seseorang yang datang mendekat

saat semua orang menjauhinya

(STAR)

(6)

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, Mei 2008

Penulis,

Asih Suryaning Hastuti

(7)

Nama : ASIH SURYANING HASTUTI

Nomor Mahasiswa : 041324029

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN

PARTISIPATIF TERHADAP TINGKAT DISIPLIN KERJA KERYAWAN

PADA PENERBIT DAN PERCETAKAN KANISIUS YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian Pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 23 Mei 2008

Yang menyatakan,

Asih Suryaning Hastuti

(8)

PADA PENERBIT DAN PERCETAKAN KANISIUS YOGYAKARTA

Asih Suryaning Hastuti 041324029

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh motivasi dan gaya kepemimpinan partisipatif terhadap tingkat disiplin kerja karyawan pada Penerbit dan Percetakan Kanisius Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian korelasional yang dilaksanakan di Penerbit dan Percetakan Kanisius Yogyakarta pada bulan Februari – Maret 2008.

Populasi dalam penelitian ini adalah para karyawan yang berada pada posisi strategis langsung di bawah pimpinan atau manajer dalam struktur organisasi perusahaan yang berjumlah 37 orang. Subyek penelitian adalah semua anggota populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan skala likert lima point dan dokumentasi. Dari 37 kuesioner yang dibagikan, hanya 33 kuesioner yang kembali (respond rate 89,2%). Teknik pengujian validitas instrumen menggunakan Korelasi Product Moment Pearson dan uji reliabilitas instrumen dengan Alpha Cronbach. Teknik pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, sedangkan untuk uji linearitas menggunakan uji F. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji multikolinearitas dan heteroskedastisitas dalam regresi. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi linear ganda dua prediktor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi (βM = 0,541, sig = 0,000) dan

gaya kepemimpinan partisipatif (βGKP = 0,434, sig = 0,001) mempengaruhi tingkat

disiplin kerja karyawan pada Penerbit dan Percetakan Kanisius Yogyakarta (F = 27,339, sig = 0,000).

(9)

OF THE EMPLOYEES’ DISCIPLINE IN KANISIUS PRINTING AND PUBLISHING HOUSE YOGYAKARTA

Asih Suryaning Hastuti 041324029

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

This research aims to examine and analyze the influence of motivation and participation leadership style towards the level of discipline of the employees in Kanisius Printing and Publishing House Yogyakarta. This research is a correlation research conducted in Kanisius Printing and Publishing House Yogyakarta in February and March 2008.

The population of this research were 37 employees whose levels of position were very strategic directly under the leader or manager in the structural organization chart of the company. The techniques of gathering the data were questionnaire with five point likert scale and documentation. Only 33 questionaires, out of 37, were returned. The techniques of validity testing instrument were Product Moment Correlation formula by Pearson and Reliability with Alpha Cronbach formula. The technique of normality testing was

Kolmogrov-Smirnov, while for testing the linear was F testing. The classical assumption tests were multicollinearity and heteroscedasticity testing in regression. Double predictors linear regression analysis was applied to test and to analyze the hypotesis.

The results of this research shows that motivation (βM = 0,541, sig =

0,000) and participation leadership style (βGKP = 0,434, sig = 0,001) influences the

level of discipline of the employees in Kanisius printing and Publishing House Yogyakarta (F = 27,339, sig = 0,000).

(10)

anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini

tak terlepas dari partisipasi dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J., selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas

Sanata Dharma.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I

yang telah meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk mendampingi di

setiap proses serta memberikan bimbingan, pengarahan, masukan dan

saran yang membangun kepada penulis dari awal hingga akhir penulisan.

5. Bapak Drs. P. A Rubiyanto, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus

sebagai Dosen Pengampu mahasiswa semester VIII yang telah banyak

(11)

memberikan ilmunya dan setia mendampingi di setiap proses

perkuliahan.

7. Para Karyawan dan Karyawati Sekretariat Program Studi secara khusus

dan Universitas Sanata Dharma secara umum yang telah membantu

dalam segala urusan administrasi penulis.

8. Alm. Ayahanda tercinta (Drs. Suraji N.S) yang semasa hidupnya telah memberikan segala-galanya yang tak ternilai dan yang terbaik untukku

serta telah mendoakanku di dalam hidupnya yang damai di surga.

Engkau adalah sosok ayah yang sempurna. Terima kasih telah menjadi

ayah yang terbaik bagiku.

9. Ibunda tersayang (Theresia Sunarti, Am., Pd) yang telah melahirkan dan

membesarkanku di dunia ini serta selalu menyebut namaku di dalam

doanya. Kasih sayangmu tak akan pernah tergantikan oleh apapun.

Terima kasih telah menjadi ibu yang terbaik bagiku.

10. Kakakku Wahyu Hutomo Putro yang telah memberikan semangat,

nasehat dan doanya. Kau adalah kakak terbaikku yang tak tergantikan

sepanjang masa.

11. Alm. Mbah Kakung Noto Harjono dan Mbah Putri Suyatmi yang selalu

mendoakanku, memperhatikan dan menasehatiku selalu. Segala nasehat

dan ceritamu kan kujadikan guru dan sebuah kisah klasik untuk masa

depan.

(12)

13. Om Gun dan Mbak Retno, Bulek Tatik dan Om Pikres, Om Bronto dan

Tante Uuth serta seluruh keluarga besar di Yogyakarta yang selalu

memperhatikan serta membantuku dari awal sampai akhir proses studiku

di Kampus Sanata Dharma.

14. Keluarga besarku di Sukoharjo, Solo dan sekitarnya yang selalu

mendukungku.

15. Ibu Nita H dan para Karyawan Penerbit dan Percetakan Kanisius yang

telah bersedia membantu dan memberikan informasi untuk pengumpulan

data dalam kegiatan penelitian di Penerbit dan Percetakan Kanisius

Yogyakarta tersebut.

16. Sahabat-sahabatku star di jogja (Ser’Cempluk, Ary’Ndut, dan Ratna’mbokdhe) yang selalu setia menghibur, membantu dan menemani

di setiap tawa dan tangisku. Kalian adalah teman-teman terbaikku dan

semoga persahabatan kita abadi selamanya.

17. Teman-temanku di kampus tercinta Universitas Sanata Dharma,

khususnya Anak-anak Pendidikan Ekonomi angkatan 2004 (Mbak Oca

yang imut dan baik hati, Mbak Sari kawan seperjuangan dan

teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu) terima kasih atas

jalinan persaudaraan kita selama ini. Jangan lupa kita adalah keluarga

(13)

waktu dan rasa sayang yang pernah tercurah untukku dan percayalah

rasa sayangku akan selalu teriring dalam doa. Kita tetap menjadi teman

yang baik selamanya.

19. Teman-teman seperjuangan dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan

(KMPKS, HMJPIPS, INSADHA, PPKM, GAMADA, PSP dan lain-lain)

yang telah bersama-sama mengukir pengalaman yang sangat berharga.

20. Para Mudika di lingkungan Perum Kanisius Yogyakarta yang telah

menjadi sahabat dan selalu membantuku. Akan selalu kukenang

kebersamaan kita selama di jogja.

21. Semua sahabatku di Bumi Rafflesia, Bengkulu yang selalu

menyemangati dan mendoakanku.

22. Guru-guru SD N 8 Padang Jaya, SMP N 1 Padang Jaya dan SMA N 2

Bengkulu di Propinsi Bengkulu yang telah memberi bekal kepadaku

sebelum menjadi mahasiswa.

23. Motor Supra Fitku tercinta, AB 5746 VQ yang selalu setia mengantarku

kemanapun tujuannya.

24. Semua pihak yang telah berpartisipasi dan tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna dan

sangat banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

(14)

pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, Mei 2008

(15)

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

MOTTO……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN……… vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI… vii ABSTRAK……… viii

ABSTRACT………. ix

KATA PENGANTAR………. x

DAFTAR ISI……… xv

DAFTAR TABEL……… xix

DAFTAR GAMBAR……… xx

DAFTAR LAMPIRAN……… xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Batasan Masalah……… . 5

C. Rumusan Masalah……… 6

D. Tujuan Penelitian………. 6

E. Manfaat Penelitian……… 7

BAB II LANDASAN TEORI

(16)

2. Tujuan Pembinaan Disiplin Kerja………. 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja 10 4. Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan……… 11

B. Motivasi Karyawan sebagai Faktor yang Penting Dalam Perusahaan……….. 11

1. Unsur Penggerak Motivasi……… 13

2. Sumber-sumber Motivasi……….. 16

3. Motivasi dan Disiplin Kerja………. 17

C. Kepemimpinan dalam Kerangka Manajemen……… 17

1. Definisi Kepemimpinan ……….. 17

2. Peranan Manajer sebagai Pemimpin……… 18

3. Gaya Kepemimpinan……… 20

4. Gaya Kepemimpinan Partisipatif dan Disiplin Kerja………... 23

D. Penelitian Terdahulu……… 24

E. Kerangka Berpikir dan Hipotesis……… 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……… 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian………. 28

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling………. 28

(17)

G. Teknik Analisis Data……….. 33

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Selintas Sejarah Berdirinya Penerbit dan Percetakan Kanisius……… 45

B. Visi dan Misi Perusahaan………. 46

C. Orientasi Kegiatan Penerbit dan Percetakan Kanisius 47 D. Struktur Organisasi dan Tanggung Jawab…………... 49

E. Karyawan, Trainee, dan Tenaga Kontrak……… 58

F. Jaringan Kemitraan………. 60

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data……….. 62

1. Analisis Kualitatif……… 62

2. Analisis Kuantitatif………. 66

a) Uji Prasyarat Analisis Regresi………. 66

b) Uji Asumsi Klasik………. 68

c) Uji Hipotesis………... 69

B. Pembahasan……… 70

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 76

(18)
(19)

Tabel Halaman

Tabel II.1. Penelitian Terdahulu………... 24

Tabel III.1. Kisi-kisi Instrumen Motivasi……… 30

Tabel III. 2. Kisi-kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan Partisipatif 31

Tabel III. 3. Kisi-kisi Instrumen Disiplin Kerja………. 32

Tabel III. 4. Ringkasan Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi…… 34

Tabel III. 5. Ringkasan Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemim-

pinan Partisipatif……… 35

Tabel III. 6. Ringkasan Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja 36

Tabel III. 7. Ringkasan Hasil Pengujian Reliabilitas……… 37

Tabel IV. 1. Jumlah Pekerja Aktif Menurut Jenis Kelamin……….. 59

Tabel V. 1. Interpretasi Motivasi Kerja Karyawan………. 63

Tabel V. 2. Interpretasi Gaya Kepemimpinan Partisipatif……….. 64

Tabel V. 3. Interpretasi Tingkat Disiplin Kerja Karyawan………. 65

Tabel V. 4. Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas……… 67

Tabel V. 5. Ringkasan Hasil Pengujian Linearitas………. 68

Tabel V. 6. Ringkasan Hasil Pengujian Heteroskedastisitas…….. 69

(20)

Gambar Halaman

Gambar II. 1. Pengertian Motivasi……… 12

Gambar II. 2. Pengaruh Motivasi dan Gaya Kepemimpinan Par-

tisipatif Terhadap Disiplin Kerja Karyawan…… 26

Gambar IV.1. Struktur Organisasi Penerbit dan Percetakan Kani-

sius Yogyakarta……… 50

(21)

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran II. Surat Ijin Penelitian

Lampiran III. Data Penelitian

Lampiran IV. Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran V. Uji Normalitas dan Linearitas

Lampiran VI. Uji Multikolinearitas dan Heteroskedastisitas

Lampiran VII. Analisis Regresi Berganda

Lampiran VIII. Tabel F dan r

(22)

A. Latar Belakang

Setiap organisasi tentu akan melakukan kegiatan seefektif mungkin

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan baik di

bidang produksi barang maupun jasa tidak akan terlepas dengan usaha

tersebut. Perlu diperhatikan bahwa dalam mencapai tujuan perusahaan tidak

hanya menggantungkan pada keunggulan teknologi, modal yang dimiliki

ataupun sarana dan prasarana saja melainkan juga tergantung pada faktor

sumberdaya manusia. Aspek ini sangat berpengaruh terhadap segala

aktivitas perusahaan karena tenaga kerjalah yang pada akhirnya

melaksanakan segala usaha, khususnya di bagian produksi sebagai penghasil

produk.

Di setiap kegiatan usaha terkadang sering terjadi hal-hal yang

dirasakan sebagai tindakan karyawan yang tidak sesuai dengan aturan yang

ada di perusahaan. Dari beberapa kasus, misalnya terjadinya kemangkiran

(absenteeism) yang berlebihan pada diri karyawan yang merupakan dampak kurang taatnya pada asas pedoman normatif atau kurangnya kesadaran dari

karyawan betapa pentingnya masuk kerja secara teratur (Sastrohardiwiryo,

2001: 290). Jika hal ini sering terjadi dalam perusahaan maka kegiatan

produksi tentu akan terganggu kelancarannya sehingga secara tidak langsung

akan merugikan perusahaan itu sendiri.

(23)

Kurangnya penghargaan yang didapatkan karyawan dari atasan, yang

sekalipun mampu menyelesaikan pekerjaannya melebihi target dalam jangka

waktu yang telah ditentukan bahkan para karyawan tidak mendapatkan

penghargaan dari atasannya akan menurunkan semangat kerja karyawan itu

sendiri. Sebaliknya apabila karyawan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan

dalam jangka waktu yang telah ditentukan, para karyawan akan

mendapatkan teguran yang mungkin kurang berkenan dari atasannya.

Akibatnya, dalam melakukan pekerjaan, para karyawan tidak

bersungguh-sungguh. Beberapa wujudnya yaitu tidak tercapainya target yang ditentukan

perusahaan, seringnya karyawan mencuri-curi kesempatan untuk ngobrol

saat bekerja ketika atasan tidak mengawasi, sering datang terlambat ke

tempat kerja, meninggalkan tempat kerja, melanggar aturan dan kebijakan

keselamatan kerja, menolak kerja sama dengan rekan serta melakukan

perusakan peralatan (Muhaimin, 2004: 7). Perilaku lainnya yaitu para

karyawan sering menunda-nunda pekerjaan dalam menyelesaikan tugasnya.

Melihat situasi itu bagian manajemen sumber daya manusia harus peka dan

mencari penyebabnya serta dapat segera mengantisipasi agar tidak

berdampak lebih parah.

Menghadapi era yang penuh dengan persaingan seperti saat ini,

perusahaan memerlukan karyawan yang sungguh memiliki totalitas tinggi

dalam melaksanakan tugasnya. Kesungguhan kerja karyawan perlu diolah

secara baik di dalam perusahaan itu sendiri sehingga nantinya akan tampak

(24)

diminta konsumen dan yang pasti terjamin baik dalam kualitas maupun

kuantitasnya. Untuk itu perusahaan perlu memotivasi karyawan dalam

rangka menumbuhkan sikap-sikap yang positif, salah satunya yaitu

meningkatnya disiplin kerja yang tinggi sehingga diharapkan tidak terjadi

ketidaktaatan para karyawan.

Banyak cara untuk memotivasi karyawan misalnya dengan pemberian

konpensasi yang layak dan adil, pemberian penghargaan, adanya promosi

jabatan dan sebagainya. Hal itu dimaksudkan agar kebutuhan karyawan

dapat terpenuhi sehingga para karyawan dapat bekerja dengan baik dan

selalu merasa senang dengan semua tugasnya. Dengan demikian akan

tercipta situasi kerja yang kondusif yang pada akhirnya menumbuhkan

motivasi bekerja dalam diri para karyawan yang pada akhirnya mendorong

munculnya disiplin kerja.

Adanya motivasi biasanya muncul dari para pemimpin dalam

perusahaan tersebut yang mengharapkan tindakan yang baik dari para

karyawannya. Untuk mengusahakan hal itu, pemimpin sebagai atasan perlu

memperhatikan perilaku ataupun strategi-strategi yang nantinya akan efektif.

Sebagai contoh keteladanan seorang manajer akan dapat membangkitkan

disiplin kerja yang kuat bagi karyawan yang membaktikan diri dibawah

kepemimpinan manajer yang bersangkutan (Sastrohardiwiryo, 2001: 291 ).

Atasan harus dapat memimpin dengan kontrol yang cermat, baik, tegas

dalam mengambil keputusan karena atasan mempunyai fungsi sentral dalam

(25)

yang handal dan menerapkan gaya partisipatif terhadap bawahannya

sehingga dapat diharapkan bagi anak buahnya. Pemimpin dalam suatu

organisasi harus mempunyai jiwa kepemimpinan, harus bisa mempengaruhi

bawahan, harus bisa mengatur, mengelola, memimpin bawahan dengan

power yang dimilikinya sebagai atasan dan juga bisa membuat rencana kedepan dalam memajukan suatu perusahaan. Kepemimpinan merupakan

salah satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan

posisi kunci (key position), karena seorang pemimpin berperan sebagai penyelaras dalam proses kerjasama antar manusia dalam organisasinya.

Dengan memahami teori kepemimpinan khususnya kepemimpinan

partisipatif diharapkan atasan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap

dirinya sendiri, mengetahui beberapa kelemahan, maupun potensi yang ada

dalam dirinya serta akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap

bagaimana seharusnya memperlakukan bawahannya serta bagaimana

meningkatkan motivasi kerja pada bawahan dengan gaya kepemimpinan

partisipatifnya tersebut. Pada umumnya gaya kepemimpinan yang dianggap

ideal adalah gaya yang secara aktif melibatkan bawahan dalam penetapan

tujuan dengan menggunakan teknik-teknik manajemen partisipasif dan

memusatkan perhatian baik terhadap karyawan dan tugas (Handoko, 2003:

306).

Kemampuan suatu perusahaan menghadapi tantangan persaingan

dalam dunia usaha tergantung pada kemampuannya memobilasi sumber

(26)

pengambilan keputusan sehingga nantinya tujuan perusahaan akan dicapai

secara bersama-sama. Kepemimpinan yang baik dapat menjamin suatu

keunggulan atas pesaing-pesaing yang ada. Kualitas hubungan manusiawi

misalnya antara atasan dan bawahan dalam perusahaan sangat

mempengaruhi ketercapaian tujuan ataupun hasil ekonomi pada umumnya.

Penerbit dan Percetakan Kanisius Yogyakarta, sebagai salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan dan percetakan harus

memiliki para karyawan yang berdisiplin tinggi khususnya para karyawan

yang berada pada posisi-posisi penting dalam struktur yang langsung

berhubungan dengan pihak manajerial di berbagai departemen dalam

perusahaan. Adapun pihak-pihak yang dimaksud yaitu misalnya para

supervisor, kepala divisi dan wakilnya pada setiap bidang kerja departemen.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan menguji dan

menganalisis bagaimana motivasi dan gaya kepemimpinan partisipatif

mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan sehingga dapat bekerja secara

baik dalam memproduksi buku-buku untuk memenuhi pesanan dan

kebutuhan para pelanggan secara tepat waktu.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya meneliti tentang motivasi karyawan dan persepsi

karyawan yang berada pada posisi langsung di bawah pimpinan utama atau

manajer tentang gaya kepemimpinan partisipatif atasannya terhadap disiplin

(27)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan

beberapa masalah :

1. Bagaimanakah tingkat motivasi kerja karyawan pada Penerbit dan

Percetakan Kanisius Yogyakarta?

2. Bagaimanakah gaya kepemimpinan partisipatif pada Penerbit dan

Percetakan Kanisius Yogyakarta?

3. Bagaimanakah tingkat disiplin kerja karyawan pada Penerbit dan

Percetakan Kanisius Yogyakarta?

4. Bagaimanakah faktor motivasi dan gaya kepemimpinan partisipatif

mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan pada Penerbit dan

Percetakan Kanisius Yogyakarta ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan pada

Penrbit dan Percetakan Kanisius Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan partisipatif pada

Penerbit dan Percetakan Kanisius.

3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat disiplin kerja karyawan pada

Penerbit dan Percetakan Kanisius Yogyakarta.

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh motivasi dan gaya

kepemimpinan partisipatif terhadap tingkat disiplin kerja karyawan

(28)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penerbit dan Perusahaan Kanisius Yogyakarta

Bagi Penerbit dan Percetakan Kanisius, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan-masukan yang berarti mengenai

upaya-upaya peningkatan disiplin kerja karyawan dengan memperhatikan

faktor motivasi dan gaya kepemimpinan partisipatif.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Bagi Universitas Sanata Dharma, diharapkan hasil penelitian ini

dapat memberikan tambahan referensi dan informasi untuk penelitian

lebih lanjut dengan topik yang serupa.

3. Bagi Penulis

Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk mengetahui

secara mendalam tentang pengaruh faktor motivasi dan gaya

kepemimpinan partisipatif terhadap tingkat disiplin kerja karyawan di

suatu perusahaan khususnya pada perusahaan penerbit dan percetakan

buku dengan melihat praktiknya secara langsung. Selain itu untuk

menerapkan pengetahuan yang dimiliki penulis khususnya dalam ilmu

manajemen sumber daya manusia ke dalam kondisi yang nyata pada

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Disiplin Kerja Karyawan dalam Melaksanakan Tugas Perusahaan 1. Konsep Disiplin Kerja Karyawan

Tindakan inefektif atau pelanggaran terhadap pedoman normatif yang

berlaku merupakan salah satu bentuk nyata dari tindakan ketidakdisiplinan

para tenaga kerja yang tentunya merugikan perusahaan. Oleh kerena itu, agar

kelangsungan perusahaan terjaga dan produktivitas mencapai target yang

diharapkan, para tenaga kerja perlu memperoleh pembinaan disiplin kerja

yang langgeng dan merupakan fungsi yang harus dilaksanakan manajemen

sumber daya manusia maupun manajemen pada semua hierarki perusahaan.

Pembinaan disiplin kerja yang terus-menerus dilakukan manajemen agar

para tenaga kerja termotivasi dan melakukan tindakan disiplin bukan karena

adanya sanksi tetapi didorong oleh kedisiplinan yang timbul dari diri sendiri.

Beberapa ahli memberikan definisi mengenai disiplin kerja.

Sastrohardiwiryo (2001: 291) mengemukakan:

Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Sedangkan disiplin kerja menurut Handoko (1987: 208 ) adalah kegiatan

manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional.

(30)

Handoko (1987: 208-209) juga mengemukakan bahwa ada dua tipe

kegiatan pendisiplinan, yaitu: (a) disiplin preventif: yang dilaksanakan untuk

mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan,

sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah; dan (b) disiplin

korektif: merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran

terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.

2. Tujuan Pembinaan Disiplin Kerja

Sebenarnya sangatlah sulit menetapkan tujuan rinci mengapa pembinaan

disiplin kerja perlu dilakukan oleh manajemen. Secara umum dapat disebutkan

bahwa tujuan utama pembinaan disiplin kerja adalah demi kelangsungan

perusahaan sesuai dengan motif perusahaan.

Sastrohardiwiryo (2001: 292) mengungkapkan tujuan pembinaan

disiplin kerja karyawan yang secara khusus antara lain: (a) agar para tenaga

kerja menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun

peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik tertulis maupun yang

tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen; (b) dapat

melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan

pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan

perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya; (c)

agar dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan

jasa perusahaan dengan sebaik-baiknya; (d) agar dapat bertindak dan

(31)

(e) agar tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai

dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Helmi (1996: 37) mengungkapkan bahwa disiplin kerja merupakan suatu

sikap dan perilaku. Pembentukan perilaku dapat dilihat dari interaksi antara

faktor kepribadian dan faktor lingkungan.

Faktor yang paling penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem

nilai yang dianut. Sistem nilai yang dianut ini berkaitan dengan disiplin.

Sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang dan sikap diharapkan tercermin

dalam perilaku.

Kelman (dalam Helmi, 1996) mengungkapkan tiga tingkatan disiplin

yang merupakan perubahan sikap kedalam perilaku yaitu: a) disiplin karena

kepatuhan yang artinya adalah kepatuhan terhadap aturan-aturan yang

didasarkan atas dasar perasaan takut. Disiplin kerja dalam tingkat ini hanya

semata-mata untuk mendapatkan reaksi positif dari pimpinan atau atasan yang

memiliki wewenang; b) disiplin karena identifikasi, maksudnya adalah adanya

perasaan kekaguman atau penghargaan pada pimpinan; dan c) disiplin karena

internalisasi artinya terjadi karena karyawan mempunyai sistem nilai pribadi

yang menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan.

Mengenai faktor lingkungan, disiplin kerja yang tinggi tidak muncul

begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus-menerus. Supaya

(32)

perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsisten, adil, bersikap positif dan

terbuka. Disiplin kerja dalam hal ini juga terkait dengan bagaimana budaya

disiplin di dalam organisasi yang bersangkutan.

4. Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan

Disiplin merupakan suatu sikap atau perilaku yang sesuai dengan

peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis atau sesuai

standar yang ada. Standar ini maksudnya satuan ukuran yang dipakai sebagai

titik referensi mengukur kuantitatif, kualitatif, hasil kerja, proses dan praktek

atau metode kerja (Reksohadiprodjo & Handoko. 1998: 92). Hal itu bertujuan

agar seseorang dapat bertingkah laku sesuai dengan apa yang disetujui oleh

perusahaan tempatnya bekerja. Jika karyawan memiliki disiplin kerja tinggi

maka karyawan tentu secara otomatis akan melaksanakan tugas sesuai tujuan

perusahaan tersebut sehingga akan menimbulkan hasil yang relevan atau

sebagai bukti kinerja karyawan.

B. Motivasi Karyawan sebagai Faktor yang Penting dalam Perusahaan

Motivasi merupakan hal yang hakiki pada setiap orang. Motivasi adalah

self concept realization, yaitu merealisasikan konsep dirinya. Self concept realization maksudnya bahwa seseorang akan selalu termotivasi jika: (1) ia hidup dalam suatu cara yang sesuai dengan peran yang lebih ia sukai, dan (2)

diperlakukan sesuai dengan tingkatan yang lebih ia sukai dan dihargai dengan

cara yang mencerminkan penghargaan seseorang atas kemampuannya.

Berelson dan Steiner (dalam Sastrohardiwiryo, 2001: 267)

(33)

all those inner striving conditions variously described as wishes, desire, needs, drives, and the like” (motivasi sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan, atau menggerakkan dan mengarahkan atau menyalurkan perilaku, kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan).

Pengertian tersebut jika digambarkan dengan hubungan mata rantai

adalah seperti bagan sebagai berikut (Wahjosumidjo, 1987:178)

Give rise to

Wants Which cause Tensions

Needs

Satisfactions Which result

in Actions

Which give rise to

Gambar II.1 Pengertian motivasi

Dilain pihak, motivasi tampak sebagai kebutuhan dan sekaligus sebagai

pendorong yang dapat menggerakkan semua potensi baik tenaga kerja maupun

sumber daya lainnya. Dilain pihak, motivasi tampak sebagai suatu usaha

positif dalam menggerakkan daya dan potensi tenaga kerja agar secara

produktif berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah

kerja sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang

diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah

pekerjaan dapat diselaesaikan dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan

sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta

orang akan senang melakukan pekerjaannya (Arep, Ishak & Tanjung, 2002:

(34)

1. Unsur Penggerak Motivasi

Motivasi tenaga kerja akan ditentukan oleh perangsangnya. Perangsang

yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi tenaga kerja, sehingga

menimbulkan pengaruh perilaku individu tenaga kerja yang bersangkutan.

Sagir (dalam Sastrohardiwiryo, 2001: 269) mengemukakan unsur-unsur

penggerak motivasi yang juga hampir sama dengan gagasan Herzberg, antara

lain: (a) kinerja: berkaitan dengan kinerja (Achievement) tentu seseorang memiliki keinginan berkinerja sebagai suatu kebutuhan atau needs yang dapat mendorongnya mencapai sasaran; (b) penghargaan (Recognition) atau pengakuan: hal itu merupakan perangsang yang kuat bagi seseorang atas

suatu kerja yang telah dicapai; (c) adanya tantangan (Challenge) dalam perusahaan: suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat

dicapai biasanya tidak mampu menjadi perangsang, bahkan cenderung

menjadi kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan biasanya akan

menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya; (d) tanggungjawab

(Responsibility) diri karyawan: hal itu terlihat dari adanya rasa ikut memiliki

(sense of belonging) yang akhirnya akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab; (e) pengembangan (Development): proses pengembangan kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja atau

kesempatan untuk maju dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja

untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah; (f) keterlibatan (Involvement): hal itu bukan saja menciptakan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab, tetapi

(35)

menghasilkan produk yang lebih bermutu; dan (g) kesempatan (Opportunity): adanya kesempatan untuk maju dalam jenjang karir yang terbuka, dari tingkat

bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan perangsang yang cukup

kuat bagi tenaga kerja. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk meraih

kemajuan atau perbaikan nasib, bukan merupakan perangsang untuk untuk

berkinerja atau bekerja produktif.

Sedangkan menurut teori Herzberg (dalam Manullang & Manullang,

2004: 178) ada dua rangkaian kondisi yang mempengaruhi seseorang di dalam

pekerjaannya. Rangkaian pertama disebut faktor motivator dan rangkaian

kedua yaitu faktor hygiene.

Faktor-faktor yang berperan sebagai faktor motivator terhadap

karyawan, yakni yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk

bekerja lebih baik yang terdiri dari keberhasilan pelaksanaan, pengakuan,

pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab dan pengembangan. Rangkaian

faktor-faktor tersebut menunjukkan hubungan seseorang dengan apa yang

dikerjakannya (job content), yaitu kandungan kerjanya, prestasi yang dicapai dan peningkatan dalam tugasnya.

Faktor hygiene merupakan faktor yang dapat menimbulkan rasa tidak puas kepada karyawan (demotivasi) yang meliputi: supervisi, hubungan antar

pribadi dengan atasan, kebijaksanaan dan administrasi, gaji, serta keadaan

pekerjaan.

Apabila supervisi dilakukan dengan Technical Supervision yang

(36)

pihak atasan, bagaimana caranya men-supervisi dari segi teknis pekerjaan

yang merupakan tanggungjawabnya atau atasan memiliki kecakapan teknis

yang lebih rendah dari yang diperlukan kedudukannya maka untuk mengatasi

hal ini para manajer harus berusaha memperbaiki dirinya dengan mengikuti

latihan dan pendidikan.

Hubungan antar pribadi dengan atasan menunjukkan hubungan

perseorangan antara bawahan dan atasannya, dimana kemungkinan bawahan

merasa tidak dapat bergaul dengan bosnya.

. Berkaitan dengan kebijaksanaan dan administrasi, aspek yang menjadi

sorotan utama dalam hal ini adalah kebijaksanaan personalia. Kebijakan

personalia umumnya dibuat dalam bentuk tertulis dan baik, kerena itu yang

utama ialah bagaimana pelaksanaan dalam praktek. Pelaksanaan

kebijaksanaan dilakukan masing-masing manajer dan agar apa yang ditulis

benar-benar direalisir dalam praktek. Kunci kebijakan personalia terletak pada

keharusan adanya sistem karier dalam organisasi.

Pada umumnya, masing-masing manajer tidak dapat menentukan sendiri

skala gaji yang berlaku di dalam unitnya. Namun demikian, masing-masing

manajer mempunyai kewajiban menilai apakah jabatan-jabatan di bawah

pengawasannya mendapat konpensasi sesuai dengan pekerjaan yang mereka

kerjakan.

Keadaan pekerjaan menyangkut kondisi pekerjaan atau tempatnya

(37)

2. Sumber-sumber Motivasi

Pada umumnya bentuk motivasi yang sering dianut perusahaan meliputi

empat unsur utama, yaitu kompensasi bentuk uang, pengarahan dan

pengendalian, penerapan pola kerja yang efektif, serta kebijakan

(Sastrohardiwiryo, 2001: 270-273).

Kompensasi yang diberikan kepada tenaga kerja biasanya berwujud uang.

Rasa takut kehilangan pekerjaan dan sumber uang merupakan perangsang kerja

yang sangat efektif karena uang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup.

Pengarahan maksudnya menentukan apa yang harus mereka kerjakan atau

tidak mereka kerjakan. Fungsi pengarahan mencakup berbagai proses operasi

standar, pedoman dan buku panduan. Sedangkan pengendalian maksudnya

menentukan bahwa tenaga kerja harus mengerjakan hal-hal yang telah

diinstruksikan. Fungsi pengendalian mencakup penilaian kinerja, pemeriksaan

mutu, dan pengukuran hasil kerja.

Dalam hal penetapan pola kerja yang efektif, ada beberapa teknik yang

harus diperhatikan antara lain: a) memperkaya pekerjaan: yaitu penyesuaian

tuntutan pekerjaan dengan kemampuan tenaga kerja; b) manajemen

partisipatif: yaitu penggunaan berbagai cara untuk melibatkan pekerja dalam

pengambilan keputusan (decision making) yang mempengaruhi pekerjaan mereka; dan c) mengalihkan perhatian para pekerja dari pekerjaan yang

membosankan kepada instrumen waktu luang untuk istirahat atau sarana lain

(38)

Kebijakan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang diambil

dengan sengaja oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap atau perasaan

tenaga kerja. Dengan kata lain, kebijakan merupakan usaha untuk membuat

tenaga kerja bahagia.

3. Motivasi dan Disiplin Kerja

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah berorientasi pada tujuan

dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya dirangsang oleh

keinginan untuk mencapai beberapa tujuan. Satuan dasar dari setiap perilaku

adalah kegiatan sehingga dengan demikian semua perilaku itu adalah

serangkaian aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan (Thoha, 2005: 206).

Pada umumnya orang yang satu berbeda dengan yang lainnya, selain

terletak pada kemampuan mereka untuk bekerja juga tergantung pada

keinginan mereka untuk bekerja atau faktor motivasinya. Motivasi seseorang

tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri. Dorongan itu yang

menyebabkan seseorang berusaha mencapai tujuan-tujauan atau dapat

berdisiplin baik sadar maupun tidak sadar. Dorongan ini pula yang

menyebabkan seseorang itu berperilaku yang dapat mengendalikan dan

memelihara kegiatan-kegiatan dan yang menetapkan arah umum yang harus

ditempuh oleh seseorang terebut.

C. Kepemimpinan dalam Kerangka Manajemen 1. Definisi Kepemimpinan

Terry (dalam Wahjosumidjo, 987: 25) menyatakan bahwa:

(39)

dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok).

Definisi lain tentang kepemimpinan dikemukakan oleh Tennenbaum,

Wischler dan Massarik (dalam Wahjosumidjo, 1987: 25), yang mengatakan:

Leadership as interpersonal influence exercised in a situation and directed, through the communication process, toward the attainment of a specialized goal or goals” (kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi kearah tercapainya sesuatu tujuan ataupun tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan).

Sementara itu, Koontz dan O’Donnell mendefinisikan kepemimpinan

sebagai:“Leadership is influencing people to follow in the achievement of a common goal” (kepemimpinan adalah memepengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum).

2. Peranan Manajer sebagai Pemimpin

Mintzberg (dalam Thoha, 2005: 265) berpendapat bahwa walaupun ada

perbedaan peranan diantara manajer, tetapi pada hakikatnya setiap manajer

memiliki peranan yang sama, yaitu peranan yang bersifat interpersonal,

bersifat informasional dan sebagai pengambil keputusan.

Peranan yang bersifat interpersonal yang meliputi: a) figurehead yaitu suatu peranan yang dilakukan untuk mewakili organisasi yang dipimpinnya di

dalam setiap kesempatan dan persoalan yang timbul secara formal. Misalnya

sebagai pemimpin satuan organisasi kadang-kadang harus tampil dalam

berbagai upacara resmi dan undangan; (b) sebagai leader yaitu seorang pemimpin harus mampu memberi motivasi kepada bawahan; (c) sebagai

(40)

hubungan kerja sama dan berinteraksi, bukan hanya dengan bawahan

melainkan dengan lingkungan kerja di luar satuannya.

Peranan yang bersifat informasional meliputi: (a) peranan sebagai

pemonitor yaitu pemimpin harus selalu mengikuti dan memperoleh segala

macam informasi seluruh proses kegiatan di satuan kerjanya; (b) peranan

sebagai dissiminator yaitu pemimpin harus selalu memberikan informasi

kepada bawahan setiap hal yang berkaitan dengan satuan kerjanya; (c)

berperan sebagai juru bicara (spokesman) yaitu pemimpin itu sendiri yang menyampaikan informasi tentang satuan kerjanya keluar dan tidak dapat

disalurkan melalui orang lain.

Peranan sebagai pengambil keputusan antara lain: a) entrepeneur yaitu pemimpin harus selalu berusaha memperbaiki dan mengembangkan satuan

kerja yang dipimpinnya serta berusaha menciptakan ide atau gagasan baru; (b)

disturbande handle atau penghalau gangguan yakni orang yang mampu mengatasi segala macam kesulitan atau yang bertanggung jawab terhadap

organisasi ketika organisasinya terancam bahaya; (c) resource allocator atau peranan sebagai pengatur segala macam sumber yang ada sehingga

masing-masing sumber dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif dalam

mendukung pencapaian tujuan organisasi; (d) peranan sebagai negosiator,

peranan ini meminta kepada manajer untuk selalu bepartisipasi dalam arena

(41)

3. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan ( style of leadership) dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi

dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu (Ranupandojo &

Husnan, 1989: 224).

Setiap pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda

antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Likert (dalam Thoha, 2005:

314) ada empat gaya kepemimpinan yaitu: explosive atau authoritative/ gaya otoriter, benevolent authoritative/ gaya otoriter yang bijaksana, consultative/ gaya konsultatif dan participatif management/ gaya partisipasif.

Gaya kepemimpinan explosive atau otoriter memiliki bebarapa ciri,

yaitu: a) pemimpin menentukan semua keputusan yang bertalian dengan

seluruh pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan untuk

melaksanakannya; b) pemimpin menentukan standar bagaimana bawahan

melakukan tugas; c) pemimpin memberikan ancaman dan hukuman kepada

bawahan yang tidak berhasil melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan;

d) pemimpin atau manajer kurang percaya terhadap bawahan dan sebaliknya

bawahan tidak atau sedikit sekali terlibat dalam proses pengambilan

keputusan; dan e) atasan dan bawahan bekerja dalam suasana saling

mencurigai.

Gaya kepemimpinan benevolent authoritative/ otoriter yang bijaksana menunjukkan karakteristik seperti: a) manajer atau pemimpin menyampaikan

(42)

sebaliknya bawahan diberi kebebasan untuk memberikan pendapatnya; b)

bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibilitas dalam melaksanakan

tugas-tugas, tetapi dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai prosedur; c)

bawahan yang berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau

penghargaan, disamping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang

berhasil sebagai dorongan; dan d) hubungan antara atasan dan bawahan dalam

suasana yang baik.

Pada gaya kepemimpinan consultative/ konsultatif pemimpin memiliki ciri-ciri: a) Manajer atau pemimpin menentukan tujuan, dan mengemukakan

berbagai ketentuan yang bersifat umum, sesudah melalui proses diskusi

dengan para bawahan; b) Bawahan dapat mengambil keputusan sendiri

terhadap bagaimana melaksanakan tugas-tugasnya dalam batas-batas tertentu,

sedang beberapa hal tertentu sepenuhnya menjadi keputusan atasan; c)

Penghargaan dan hukuman diberikan dalam rangka memberikan dorongan

kepada bawahan; d) Para bawahan merasa bebas untuk berdiskusi dengan

atasan mengenai hal-hal yang bertalian tugas pekerjaanya; e) Manajer atau

pemimpin mempunyai kepercayaan dan keyakinan kepada bawahan untuk

melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik; dan f) Tercipta hubungan dua arah

antara atasan dengan bawahan dengan baik.

Sedangkan beberapa ciri gaya kepemimpinan partisipasif yaitu: a) dalam

rangka penentuan tujuan dan pengambilan keputusan ditentukan oleh

kelompok/bersama; b) apabila pemimpin secara formal perlu mengambil

(43)

bawahan; c) hubungan kerja sama antara atasan dan bawahan terjadi dalam

suasana yang penuh persahabatan dan saling percaya-mempercayai; dan d)

motivasi terhadap bawahan tidak hanya didasarkan atas

pertimbangan-pertimbangan ekonomis, melainkan juga didasarkan atas pentingnya

pengakuan peranan para bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.

Organisasi yang tidak produktif biasanya disebabkan adanya

kecenderungan pemimpin kearah perilaku gaya otoriter dan otoriter yang

bijaksana. Sebaliknya produktivitas tinggi yang dapat dicapai oleh suatu

organisasi banyak ditentukan oleh adanya gaya kepemimpinan yang

konsultatif atau partisipatif.

Gaya partisipasi ditujukan bagi bawahan dengan tingkat perkembangan

dari sedang sampai tinggi. Bawahan dengan tingkat perkembangan seperti ini

memiliki kemampuan tetapi tidak berkemauan. Ketidakmauan mereka pada

umumnya disebabkan karena kurangnya keyakinan atas kemampuan itu.

Apabila bawahan merasa yakin atas kemampuannya tapi tidak mau, maka hal

itu semata-mata merupakan masalah motivasi. Dalam kasus seperti ini

pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah (suportif tinggi) dan secara

aktif mendengar keluhan bawahan serta mendorong bawahan menggunakan

kemampuan yang dimiliki.

Bagi bawahan dengan tingkat perkembangan seperti hal di atas gaya

partisipasi memiliki tingkat efektif paling tinggi. Gaya ini disebut partisipasi

karena antara pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam

(44)

4. Gaya Kepemimpinan Partisipatif dan Disiplin Kerja

Gaya kepemimpinan partisipatif mempengaruhi motivasi maupun

perilaku karyawan. Gaya ini dipakai oleh mereka yang percaya bahwa cara

untuk memotivasi orang-orang adalah dengan melibatkan mereka dalam

proses pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan akan menciptakan rasa

memiliki sasaran dan tujuan bersama. Pemimpin yang memberi kesempatan

kepada karyawan untuk berpartisipasi secara aktif tidak hanya menjamin akses

ke informasi penting tetapi juga memperoleh kesetiaan karyawan. Partisipasi

meningkatkan komitmen karyawan dan mengurangi keinginan mereka untuk

membantah. (Hagemann, 1993: 125).

Partisipasi dalam setiap persoalan yang terjadi berarti suatu kesempatan

untuk realisasi diri. Jika kebutuhan manusiawi ini terpenuhi seseorang akan

termotivasi. Dengan demikian para karyawan akan melakukan segala kegiatan

pada jalur-jalur yang benar sehingga disiplin kerja akan dapat terealisasi

(45)

D. Penelitian Terdahulu

Tabel II.1 Nama Tahun Judul

penelitian Jumlah Sampel Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Wina Andriyani Petrus Canisius Alfanno Anggoro Putra 2003 2005 Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Penyelia Dengan Disiplin Kerja Karyawan Hubungan Antara Persepsi Karyawan Tentang Gaya Kepemimpinan Penyelia Dengan Disiplin Kerja Karyawan 60 karyawan bagian produksi PT. Budi Manunggal di Yogyakarta

11 orang untuk penyelia dan 100 orang untuk bawahan Menggunakan analisis korelasi Spearman Rank Analisis korelasi Spearman a).Gaya kepemimpinan yang diterapkan penyelia yaitu gaya kepemimpinan partisipatif (total skor rata-rata 67,84). b).Ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan penyelia terhadap disiplin kerja karyawan

(thitung>ttabel

yaitu (3,762 > 2,002).

Ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan penyelia dengan disiplin kerja karyawan)

(thitung>ttabel

yaitu

(46)

E. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan

pelaksanaaan yang teratur serta menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja

di dalam sebuah organisasi. Pelaksanaan atau proses tindakan disipliner adalah

dinamik dan berkesinambungan maka hal ini harus selalu diperhatikan oleh

pihak manajemen. Adanya motivasi dan gaya kepemimpinan partisipatif yang

diterapkan para pemimpin dalam lingkungan kerjanya dapat mempengaruhi

tindakan disiplin karyawan itu sendiri.

Faktor motivasi akan sangat mendorong adanya perilaku positif yang

nantinya akan mendorong tindakan disiplin oleh karyawan. Adapun contohnya

yaitu keputusan investasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan dapat

mencegah perusahaan berhubungan dengan karyawan-karyawan yang tidak

kompeten sehingga hal itu dapat membantu karyawan dalam berperilaku

secara lebih baik. Selain itu karyawan yang meyakini bahwa kompensasi

dialokasikan secara tidak adil dapat kehilangan respek terhadap organisasi

Dalam hal kepemimpinan, merupakan tanggung jawab jajaran

manajemen puncak untuk menaruh perhatian serius terhadap kebutuhan akan

pencapaian kondisi disiplin yang sehat di seluruh organisasi. Pihak

manajemen harus menetapkan perilaku seperti apa yang diharapkan dari

kalangan karyawan dan bagaimana mencapainya. Tujuannya adalah untuk

menciptakan bentuk disiplin yang konstruktif dan positif melalui

kepemimpinan yang baik. Para atasan hendaknya memberikan contoh dan

(47)

perusahaan. Selain itu pemimpin juga harus selalu melibatkan karyawan

dalam setiap pengambilan keputusan ataupun dalam menangani

masalah-masalah yang ada dalam peruahaan, khususnya para karyawan pada posisi

strategis yang langsung berada di bawah struktur kepemimpinan manajer.

Adanya komunikasi yang efektif juga dapat mencegah tindakan tidak disiplin

dari para karyawan.

Dengan demikian adanya motivasi yang berupa adanya penghargaan,

tantangan, tanggung jawab,pengembangan, kesempatan, kompensasi serta

gaya kepemimpinan partisipatif yang selalu melibatkan para karyawan dapat

mempengaruhi tindakan disiplin yang dilakukan karyawan dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan demi tercapainya tujuan perusahaan.

Berdasarkan uraian mengenai pengaruh motivasi dan gaya

kepemimpinan partisipatif terhadap disiplin kerja karyawan dapat

disimpulkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Motivasi: Faktor motivator

dan hygiene

Disiplin Kerja Karyawan

Gaya Kepemimpinan

Partisipatif

(48)

Adapun hipotesis yang dirumuskan adalah bahwa motivasi dan gaya

kepemimpinan partisipatif mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan pada

(49)

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berupa penelitian korelasional,

yaitu menguji pengaruh motivasi dan gaya kepemimpinan partisipatif

terhadap tingkat disiplin kerja karyawan pada Penerbit dan Percetakan

Kanisius Yogyakarta. Semua data yang diperoleh adalah data hasil dari

peristiwa yang sudah berlangsung dengan mengangkat fakta yang telah ada

pada responden.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Penerbit dan Percetakan Kanisius Yogyakarta

yang berlokasi di Jln.Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta. Waktu pelaksanaan

penelitian yaitu pada bulan Februari – Maret tahun 2008.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2003:

55). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang barada

pada posisi langsung di bawah pimpinan atau manajer dalam strukturnya

pada Penerbit dan Percetakan Kanisius Yogyakarta yang secara keseluruhan

berjumlah 37 orang.

(50)

2. Sampel dan Teknik Sampling

Karena anggota populasi hanya berjumlah 37 orang maka seluruh

anggota populasi menjadi subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2003: 61)

teknik ini disebut sebagai teknik sampling jenuh.

D. Data Yang Dibutuhkan

1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Data primer ini meliputi motivasi, gaya kepemimpinan partisipatif dan

disiplin kerja karyawan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data yang sudah ada

di perusahaan. Data sekunder meliputi sejarah berdirinya perusahaan dan

struktur organisasi perusahaan.

E. Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan pada variabel dependen. Variabel tersebut adalah motivasi dan

gaya kepemimpinan partisipatif.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel tersebut adalah tingkat

disiplin kerja.

(51)

a. Motivasi

Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai keadaan

kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi,

mendorong kegiatan atau menggerakkan dan mengarahkan atau

menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi

kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Variabel ini diukur

dengan 10 indikator dan 21 item menggunakan skala Likert dengan

5 point. Kisi-kisi instrumen motivasi secara rinci dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel III.1

Kisi-kisi Instrumen Motivasi

Variabel Indikator (+) No Item (-) No Item

Jumlah

Motivasi 1. Kinerja

2. Penghargaan

3. Tantangan

4. Tanggung Jawab

5. Pengembangan

6. Keterlibatan

7. Kesempatan

8. Pekerjaan itu sendiri

9. Kompensasi

10. Kondisi tempat kerja 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1

1 & 3

4 & 6

7

9

11

13 & 14

(52)

b. Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku yang dirancang

untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu

untuk mencapai tujuan tertentu. Gaya kepemimpinan partisipatif

adalah gaya kepemimpinan yang dipakai para pimpinan dengan cara

melibatkan orang-orang atau karyawan dalam proses pengambilan

keputusan. Variabel ini diukur dengan 2 indikator dan 12 item

menggunakan skala Likert 5 point. Kisi-kisi instrumen gaya

kepemimpinan partisipatif tampak seperti tabel berikut:

Tabel III.2

Kisi-kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan Partisipatif Variabel Indikator (+) No

Item (-) No Item Jumlah Gaya Kepemimpi nan Partisipatif

1. Teknik pengambilan keputusan

2. Hubungan antara atasan dan bawahan 2 5 1, 3 & 5 6, 8, 9,10 & 12 2 2 2 & 4 7 & 11 5 7

c. Disiplin Kerja

Disiplin kerja dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu sikap

menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap

peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis serta sanggup

(53)

sanksi-sanksinya apabila karyawan melanggar tugas dan wewenang yang

diberikan kepadanya. Variabel ini diukur dengan 3 indikator dan 12

item seperti kisi-kisi yang tampak pada tabel di bawah ini :

Tabel III.3

Kisi-kisi Instrumen Disiplin Kerja Variabel Indikator (+) No

Item (-) No Item Jumlah Disiplin Kerja

1. Disiplin terhadap peraturan waktu

2. Disiplin terhadap peraturan perilaku terlarang

3. Disiplin terhadap peraturan keselamat an kerja 2 4 2

1 & 2

4, 6, 7 & 8 9 & 12 1 1 2 3 5 10&11 3 5 4

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang berupa daftar

pertanyaan yang disusun sedemikian rupa untuk dijawab responden dan

pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap tentang

motivasi, gaya kepemimpinan partisipatif dan disiplin kerja karyawan.

Dalam penyusunan kuesioner peneliti menggunakan skala Likert dengan

indeks nilai 1-5. Pilihan jawaban yang disediakan yaitu sangat tidak setuju,

(54)

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, agenda yang telah ada di perusahaan. Teknik

ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum

perusahaan misalnya sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi

perusahaan, struktur organisasi dan sebagainya.

G. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Instrumen

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid

memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan.

Pengujian validitas instrumen ini menggunakan teknik korelasi

product moment yang dikemukan oleh pearson:

rXY =

} ) ( { )} ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ Keterangan :

rXY = korelasi motivasi dan gaya kepemimpinan partisipatif terhadap

disiplin kerja karyawan

X = nilai masing-masing butir per item

(55)

N = jumlah responden

α = taraf nyata 5 %

Apabila rhitung > rtabel, maka item tersebut dinyatakan valid karena

menunjukkan adanya korelasi yang nyata antara item dengan variabel

yang diukur dan juga sebaliknya.

Item yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam penelitian.

Sedangkan item yang valid digunakan dalam proses pengumpulan data.

Pengujian dilakukan dengan bantuan sistem komputer program

SPSS 13.0 for Windows. Secara rinci hasil pengujian validitas yang menunjukkan item valid dan item tidak valid dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel III. 4

Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi No Item Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 Item 1 0,4282 0,228 Valid

2 Item 2 0,0924 0,228 Tidak Valid

3 Item 3 0,5064 0,228 Valid

4 Item 4 0,4182 0,228 Valid

5 Item 5 0,4088 0,228 Valid

6 Item 6 0,5400 0,228 Valid

7 Item 7 0,6412 0,228 Valid

8 Item 8 0,4283 0,228 Valid

9 Item 9 0,4350 0,228 Valid

10 Item 10 0,4144 0,228 Valid

11 Item 11 0,4479 0,228 Valid

12 Item 12 0,0997 0,228 Tidak Valid

13 Item 13 0,4668 0,228 Valid

14 Item 14 0,1676 0,228 Tidak Valid

15 Item 15 0,4583 0,228 Valid

16 Item 16 0,5863 0,228 Valid

17 Item 17 0,4303 0,228 Valid

18 Item 18 0,4517 0,228 Valid

(56)

20 Item 20 0,4117 0,228 Valid

21 Item 21 0,4720 0,228 Valid

Pada tabel diketahui besarnya r tabel yaitu 0,228 dengan derajat

kebebasan n-2 atau 33-2 = 31. Jika perhitungan menunjukkan hasil lebih

besar atau sama dengan r tabel dengan taraf signifikan 5 % atau 0,05

maka item tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika hasil menunjukkan

lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan 5 % maka item tersebut

dinyatakan tidak valid.

Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa dari 21 item yang ada,

18 dinyatakan valid dan 3 item tidak valid atau gugur.

Tabel III. 5

Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan Partisipatif

No Item Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 Item 1 0,5318 0,228 Valid

2 Item 2 0,5349 0,228 Valid

3 Item 3 0,5388 0,228 Valid

4 Item 4 0,0554 0,228 Tidak Valid 5 Item 5 0,0535 0,228 Tidak Valid

6 Item 6 0,6302 0,228 Valid

7 Item 7 0,0774 0,228 Tidak Valid

8 Item 8 0,5825 0,228 Valid

9 Item 9 0,6486 0,228 Valid

10 Item 10 0,7547 0,228 Valid

11 Item 11 0,4959 0,228 Valid

12 Item 12 0,4610 0,228 Valid

Pada tabel diketahui besarnya r tabel yaitu 0,228 dengan derajat

kebebasan n-2 atau 33-2 = 31. Jika perhitungan menunjukkan hasil lebih

besar atau sama dengan r tabel dengan taraf signifikan 5 % atau 0,05

(57)

lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan 5 % maka item tersebut

dinyatakan tidak valid.

Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa dari 12 item yang ada,

9 dinyatakan valid dan 3 item tidak valid atau gugur.

Tabel III.6

Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Disiplin Kerja No Item Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 Item 1 0.6650 0,228 Valid

2 Item 2 0,5123 0,228 Valid

3 Item 3 0,5349 0,228 Valid

4 Item 4 0,4783 0,228 Valid

5 Item 5 0,4475 0,228 Valid

6 Item 6 0,4711 0,228 Valid

7 Item 7 0,4447 0,228 Valid

8 Item 8 0,4270 0,228 Valid

9 Item 9 0,4132 0,228 Valid

10 Item 10 0,4746 0,228 Valid

11 Item 11 0,5876 0,228 Valid

12 Item12 0,4901 0,228 Valid

Pada tabel diketahui besarnya r tabel yaitu 0,228 dengan derajat

kebebasan n-2 atau 33-2 = 31. Jika perhitungan menunjukkan hasil lebih

besar atau sama dengan r tabel dengan taraf signifikan 5 % atau 0,05

maka item tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika hasil menunjukkan

lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan 5 % maka item tersebut

dinyatakan tidak valid.

Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa dari 12 item yang ada,

semua item dinyatakan valid.

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya

(58)

objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama pula. Dalam

penelitian ini koefisien akan diukur dengan rumus Alpha:

) 1 )( 1 ( 2 2 11 t b k k r σ σ Σ − − = Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑σb2 = Jumlah varians butir

σ12 = Varians total

Suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha ≥

0,60. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

semua instrumen reliabel karena koefisien α≥ 0,60.

Tabel III.7

Ringkasan Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Alpha (α ) Keterangan

Motivasi 0,8423 Reliabel

Gaya Kepemimpinan Partisipatif

0,8513 Reliabel

Tingkat Disiplin Kerja 0,8294 Reliabel

Berdasarkan pengujian dapat dikatakan bahwa seluruh variabel

bersifat reliabel.

2. Metode Analisis Data

a. Analisis kualitatif

Analisis ini digunakan peneliti untuk mengetahui bagaimanakah

motivasi, gaya kepemimpinan partisipatif dan tingkat disiplin kerja

(59)

sebagai deskripsi data sebelum menganalisis lebih lanjut. Data ini akan

dianalisis dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II dengan

kriteria sebagai berikut:

81% - 100% Sangat tinggi

66% - 80% Tinggi

56% - 65% Cukup

46% - 55% Rendah

Kurang atau sama dengan 45% Sangat Rendah

Adapun kriteria patokan untuk tiap variabelnya (motivasi, gaya

kepemimpinan partisipatif dan disiplin kerja) yaitu:

Motivasi:

Jumlah item : 18

Skor maksimal : 18 X 5 = 90

Skor minimal : 18 X 1 = 18

Kriteria:

72 - 90 Sangat tinggi

59 - 71 Tinggi

50 - 58 Cukup

41 - 49 Rendah

18 – 40 Sangat rendah

Gaya Kepemimpinan Partisipatif:

Jumlah item : 9

(60)

Skor minimal : 9 X 1 = 9

Kriteria:

36 - 45 Sangat tinggi

29 - 35 Tinggi

25 - 28 Cukup

20 - 24 Rendah

9 – 19 Sangat rendah

Disiplin Kerja :

Jumlah item : 12

Skor maksimal : 12 X 5 = 60

Skor minimal : 12 X 1 = 12

Kriteria:

48 - 60 Sangat tinggi

39 - 47 Tinggi

33 - 38 Cukup

27 - 32 Rendah

12 – 26 Sangat rendah

b.Analisis Kuantitatif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana faktor

motivasi (X1) dan gaya kepemimpinan partisipatif (X2) mempengaruhi

tingkat disiplin kerja (Y) karyawan pada Penerbit dan Percetakan

(61)

regresi ganda dua prediktor (Sugiyono, 2003: 250). Sebelum

menggunakan analisis regresi harus dilakukan beberapa pengujian

yaitu:

1). Uji Prasyarat Analisis

a) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah

skor-skor sampel dapat masuk akal dan dianggap berasal dari suatu

populasi distribusi teoritis. Dalam pengujian normalitas peneliti

menggunakan uji kolmogrov-smirnov yang memusatkan pada

penyimpangan terbesar. Uji normalitasnya yaitu:

D=maksimum Fo(X)−Sn(X)

Dimana:

D = Deviasi maksimum

Fo = Fungsi distribusi kumulatif yang ditentukan

Sn(X) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Uji ini dapat menggunakan ketentuan sebagai berikut:

- Jika probabilitas asimptot > 0,05 berarti sebaran data normal

- Jika probabilitas asimptot < 0,05 berarti sebaran data tidak

normal

b) Uji Linearitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah masing-masing variabel

bebas mempunyai hubungan linear atau tidak dengan variabel

(62)

) 1 ( − − = k n JK K JK F res reg Keterangan:

F = Harga bilangan F untuk garis regresi

Jkreg = Jumlah kuadrat terkecil

Jkres = Jumlah kuadrat residu

n-k-1 = Derajat kebebasan

Jika Fhitung < Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat

kebebasan = n-k-1, maka hubungan variabel bebas dengan variabel

terikat bersifat linear. Sebaliknya jika nilai Fhitung > Ftabel pada taraf

signifikan 5% dengan dk=n-k-1, maka hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat bersifat tidak linear.

2) Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya

pelanggaran dalam regresi linear ganda, yaitu:

a) Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan variabel-variabel

bebas diantara sat

Gambar

Gambar II.1 Pengertian motivasi
Tabel II.1
Gambar II. 2 Pengaruh Motivasi dan Gaya Kepemimpinan Partisipatif Terhadap Disiplin Kerja Karyawan
Tabel III.1 Kisi-kisi Instrumen Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diperlukan pemahaman guru pengajar di kelas bahwa anak tuna laras dapat memahami bahasa reseptif di kelas tetapi mengalami kesulitan untuk mengungkapkan dengan bahasa

Alhamdulillahirrobil ’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta kenikmatan yang berupa kesehatan sehingga

Jadi, menggunakan asumsi-asumsi di atas, didapatkan bahwa untuk memproduksi satu liter metanol nuklir dari air laut, dibutuhkan biaya sebesar Rp 2.359, atau kita bulatkan saja jadi

Hasil analisis menunjukkan bahwa galur terung yang memiliki potensi hasil yang paling tinggi adalah galur ‘Bandung’, kandungan vitamin C buah tertinggi pada galur

Buktikan sendiri, segera percayakan kegiatan Outbound Training dan family gathering anda bersama kami, dilengkapi berbagai fasilitas yang sangat mendukung untuk kegiatan

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN SENYAWA METIL PIPERAT DARI EKSTRAK METANOL TUMBUHAN CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl. ) ASAL JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang telah

Dalam Penulisan ilmiah ini dapat di ketahui bahwa laba yang diterima perusahaan terus berubah, karena biaya yang di keluarkan perusahaan terjadi karena biaya produksi meningkat,