PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER
DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI
PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII
DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR
SKRIPSI
oleh :
LISTYA DEVINA
NIM : 131630105
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PONTIANAK
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER
DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI
PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII
DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR
SKRIPSI
Oleh :
LISTYA DEVINA
NIM : 131630105
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Pada Program Studi
Pendidikan Biologi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PONTIANAK
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER
DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI
PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII
DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR
SKRIPSI
Disusun oleh :
LISTYA DEVINA NPM : 131630105
Disetujui untuk disidangkan
Pembimbing I
Ari Sunandar, S.Pd., M.Si NIDN. 1123088501
Pembimbing II
Adi Pasah Kahar, M.Pd. NIDN. 1124068801
Mengetahui,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER
DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI
PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII
DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR
SKRIPSI
Tanggung Jawab Yuridis pada
LISTYA DEVINA
NPM : 131630105
Disetujui
Pembimbing I
Ari Sunandar, S.Pd., M.Si NIDN. 1123088501
Pembimbing II
Adi Pasah Kahar, M.Pd. NIDN. 1124068801
Mengetahui,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Listya Devina
NPM : 131630105
Program Studi : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test
Untuk Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi FotosintesisKelas
VIII Di MS Al-Hikmah Tayan Hilir
Skripsi ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak, pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 13 Febuari 2018
TIM PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1 Ari Sunandar, S.Pd., M.Si ...
Ketua
2 Adi Pasha Kahar,M.Pd ...
Sekretaris
3 Hanum Mukti Rahayu, S.Pd., M.Sc ...
Penguji I
4 Anandita Eka Setiadi., M.Si ...
Penguji II
5 Ari Sunandar, S.Pd., M.Si ...
Pembimbing I
6 Adi Pasha Kahar, M.Pd ...
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Listya Devina
NPM : 131630105
Program Studi : Pendidikan Biologi
Menyatakan dengan sebenarnya bahawa skripsi yang berjudul “ Pengembangan
Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MS Al-Hikmah Tayan Hilir” adalah hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Pontianak, 28 Januari 2018
Peneliti
Listya Devina
ii MOTTO
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai ( dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan
hanya kepada tuhanmulah engkau berharap.
(QS. Surat Al-Insyirah : 6-8 )
Success is no accident. It is hark work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of what you are doing.
(Pele)
Ketika kamu telah berusaha dan hasil yang kamu dapatkan tak sesuai dengan
keinginanmu, maka cobalah lagi, lagi dan lagi. Sampai akhirnya kamu berkata
bahwa “ini yang aku inginkan”.
(Penulis)
Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk
merubah dunia.
iii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil’alamin.
Di atas segala asa, kupanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
Dialah puncak segala ketaatan. Akhirnya, teriring penghargaan, terima kasih, cinta
dan ketulusan kupersembahkan sebuah karya sederhana untuk mereka yang
menantikan saat-saat ini:
Mamak dan Bapak Tercinta
Mamak (Rosdiana) dan Bapak (Syahdan) tercinta sebagai tanda bakti, hormat, dan
rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada
Mamak dan Bapak yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, segala dukungan,
dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas. Semoga ini
menjadi langkah awal untuk membuat Mamak dan Bapak bahagia dan menjadi
sebuah hadiah kecil yang indah bagi kalian. Karena, selama ini aku belum bisa
berbuat yang lebih. Untuk Mamak dan Bapak yang selalu membuatku termotivasi
dan selalu mendoakanku,
Terima Kasih Mamak... Terima Kasih Bapak...
Orang-orang Spesial Dalam Hidupku
Untuk abang-abang ku tersayang (Andriansyah, Pebuaretno, Aris Purnama) dan
adikku (Mila Fitriani), terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini, hanya
karya kecil ini yang dapat aku persembahkan.
Untuk sahabat-sahabatku (Ade, Anggi, Aldi, Puput, Wara, dan Wawan ), terima
kasih atas perhatian, kesabaran, doa, semangat dan dukungannya. Walau tidak
selalu bertemu, Semoga persahabatan dan persaudaraan ini semakin erat nantinya.
Finally, thank’s to rekan-rekan biologi 2013 terima kasih atas bantuan, doa, nasihat dan semangat yang telah diberikan.
Terima kasih kepada semua pihak yang setiap hari tidak lupa memberikan semangat
iv ABSTRAK
LISTYA DEVINA. 131630105. Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier
Diagnostic Test Untuk Mengungkapkan Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MS Al-Hikmah Tayan Hilir. Dibimbing oleh ARI SUNANDAR, S.Pd.,M.Si dan ADI PASAH KAHAR, M.Pd.
Miskonsepsi yang dimiliki siswa akan berdampak pada pemahaman materi dan
kesulitan belajar. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan soal four-tier
diagnostic test pada materi fotosintesis. Pengembangan soal four-tier diagnostic test dengan menentukan kevalidan, reliabilitas, karakteristik butir soal, serta
mendeskripsikan profil miskonsepsi siswa. Jenis penelitian ini adalah Research and
Development (R&D). Subjek uji coba adalah siswa kelas IX dan subjek uji implementasi adalah siswa kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir. Metode yang
digunakan adalah dokumentasi, wawancara, data tes essay, angket, dan four-tier
diagnostic test. Four-tier diagnostic test terdiri atas empat tingkatan, yaitu: pertanyaan dengan satu kunci jawaban dan tiga pengecoh, tingkat keyakinan jawaban, alasan, dan tingkat keyakinan alasan. Instrumen yang dihasilkan terdiri atas kisi-kisi, soal tes, dan kunci jawaban. Pengujian validitas oleh validator ahli menunjukkan instrumen yang dikembangkan valid. Reliabilitas tes yang dilakukan sebanyak tiga kali yang memiliki nilai rata-rata 0,76 yang tergolong kuat. Dari 40 soal yang dinyatakan valid, hanya 18 soal yang dapat digunakan sampai tahap akhir yaitu uji implementasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 41.77% dari 76 siswa yang terbagi atas 3 indikator. Indikator atau sub pokok pembahasan yang mengalami miskonsepsi pada materi fotosintesis terbesar adalah indikator yang membahas tentang menunjukkan bagian daun yang berperan dalam fotosintesis tentang penentuan bagian-bagian daun yang berperan dalam proses fotosintesis dengan rata-rata 43.75% . Dari hasil
pengembangan four-tier diagnostic test didapatkan kesimpulan bahwa produk yang
dikembangkan efektif serta layak digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada materi fotosintesis.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test Untuk
Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MTS Al-Hikmah
Tayan Hilir”.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Arif Didik Kurniawan, M.Pd Selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Pontianak dan Validator yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat
berjalan lancar
2. Ari Sunandar, S.Pd., M.Si Selaku Ketua Prodi Pendidikan Biologi dan
Pembimbing I atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.
3. Adi Pasah Kahar, M.Pd Selaku Pembimbing II atas bimbingan, saran, dan
motivasi yang diberikan.
4. Hanum Mukti Rahayu, S.Pd., M.Sc Selaku Penguji I atas masukan dan saran
yang diberikan.
5. Anandita Eka Setiadi, S.Si., M.Si Selaku Penguji II atas masukan dan saran
yang diberikan.
6. H. Syeh Indra, S.E selaku Kepala MTS Al-Hikmah Tayan Hilir yang telah
memberikan izin penelitian.
7. Susi Susanti, S.Pd Selaku Guru IPA MTS Al-Hikmah Tayan Hilir yang telah
memberikan izin penelitian.
8. Dosen dan staf administrasi prodi Biologi Universitas Muhammadiyah
Pontianak yang selalu membantu dan memberikan dukungan.
9. Garuda, S.Pd,. M.Si Selaku Validator yang telah membantu sehingga
vi
10. Resti Suryani, S.Pd Selaku Validator yang telah membantu sehingga penelitian
ini dapat berjalan lancar.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan
perbaikannya sehingga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut.
Aamiin.
Pontianak, Januari 2018
vii DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ... i
MOTTO ... ii
PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Definisi Operasional... 4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Deskripsi Teori ... 6
B. Kerangka Berpikir ... 23
BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 25
A. Metode dan Bentuk Penelitian ... 25
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 26
C. Populasi dan Sampel ... 26
D. Instrumen Penelitian... 26
E. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Hasil Penelitian ... 43
B. Pembahasan ... 54
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
viii
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Kombinasi Jawaban Four-Tier Test ... 14
Tabel 3. 1 Tingkatan Pemahaman Konseptual ... 28
Tabel 3. 2 Kriteria Penilaian Lembar Validasi... 29
Tabel 3. 3 Kriteria Penilaian Lembar Validasi... 34
Tabel 3. 4 Interprestasi Reliabilitas ... 36
Tabel 3. 5 Interprestasi Taraf Kesukaran ... 37
Tabel 3. 6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 38
Tabel 3. 7 Skala Likert ... 39
Tabel 3. 8 Presentase Kategori Presentase Respons Siswa ... 40
Tabel 4. 1 Hasil Analisis Jawaban Essay Siswa ... 44
Tabel 4. 2 Revisi Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 45
Tabel 4. 3 Hasil Analisis Reliabilitas Secara Keseluruhan ... 47
Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Analisis Tingkat Kesukaran Soal Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Kecil ... 48
Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan Analisis Daya Beda Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Kecil ... 48
Tabel 4. 6 Analisis Angket Respon Siswa Skala Kecil ... 49
Tabel 4. 7 Hasil Perhitungan Analisis Tingkat Kesukaran Soal Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Besar ... 50
Tabel 4. 8 Hasil Perhitungan Analisis Daya Beda Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Besar ... 50
Tabel 4. 9 Analisis Angket Respon Siswa Skala Besar ... 50
Tabel 4. 10 Hasil Perhitungan Analisis Tingkat Kesukaran Soal Four-Tier Diagnostic Test Tes Implementasi ... 51
Tabel 4. 11 Hasil Perhitungan Analisis Daya Beda Four-Tier Diagnostic Test Test Implementasi ... 52
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Desain eksperimen (before-after)... 10
Gambar 2. 2 Desain eksperimen dengan kelompok control (Pretest- postest control group design) ... 10
Gambar 2. 3 Organel yang berperan dalam Fotosintesis ... 19
Gambar 2. 4 Letak kloroplas di dalam daun ... 20
Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir Penelitian ... 24
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A
Lampiran A-1 Daftar Nilai Ulangan VIII 2015/2016 ... 72
Lampiran A-2 Daftar Nilai Ulangan Harian VIII 2016/2017 ... 74
Lampiran A-3 Presentase Nilai Ulangan 2015/2016 dan 2016/2017.... 76
Lampiran A-4 Hasil Wawancara ... 77
Lampiran B Lampiran B-1 Silabus Pembelajaran ... 79
Lampiran B- 2 Pedoman Penskoran Soal Uraian (Essay) ... 82
Lampiran B-3 Daftar Cek Kesesuaian Butir Soal (Uraian) Dengan Indikator Pembelajaran ... 88
Lampiran B- 4 Kisi-Kisi Dan Kunci Jawaban Instrumen Four-Tier Diagnostic Test ... 89
Lampiran B-5 Instrumen Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 93
Lampiran B-6 Pedoman Telaah Butir Soal Pilihan Ganda ... 117
Lampiran B-7 Pedoman Validasi Angket Respon Siswa ... 124
Lampiran B-8 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ... 125
Lampiran B-9 Angket Respon Siswa ... 126
Lampiran C Lampiran C-1 Hasil Analisis Lembar Validasi Instrumen Four Tier Diagnostic Test ... 128
Lampiran C-2 Analisis Butir Soal Essay 2017/2018 ... 132
Lampiran C-3 Perhitungan Reabilitas Four-Tier Diagnostic Test Skala Kecil… ... 135
Lampiran C-4 Perhitungan Kualitas Soal Four-Tier Diagnostic Test Coba Skala Kecil ... 142
Lampiran C-5 Rekap Analisis Butir Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 156
Lampiran C-6 Hasil Analisis Angket Respon Siswa Skala Produk ... 158
Lampiran C-7 Perhitungan Reabilitas Four-Tier Diagnostic Test Uji Skala Besar ... 162
Lampiran C-8 Perhitungan Kualitas Soal Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Luas ... 170
Lampiran C-9 Rekap Analisis Butir Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 183
Lampiran C-10 Hasil Analisis Angket Respon Siswa Skala Besar ... 184
Lampiran C-11 Perhitungan Reabilitas Soal Four-Tier Diagnostic Test Uji Implementasi ... 189
Lampiran C-12 Perangkat Instrumen Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 201
Lampiran C-13 Hasil Implementasi Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 215
Lampiran C- 14 Daftar Cek Kesesuaian Butir Soal Four-Tier Diagnostic Test Dengan Indikator Pembelajaran ... 221
Lampiran C- 15 Analisis Butir Soal Tahap Implementasi ... 222
Lampiran D Lampiran D- 1 Surat Pernyataan Validator Materi ... 231
xii
Lampiran D- 3 Surat Pernyataan Validator Bahasa ... 232 Lampiran D- 4 Surat Izin Penelitian ... 234 Lampiran D- 5 Surat Keterangan Penelitian ... 235
Lampiran E
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa berusaha membentuk pengetahuan
dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk konsepsi awal.
Pembentukan konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan
pengalaman pembelajaran di sekolah maupun dilingkungannya sendiri. Para
pakar di bidang miskonsepsi juga menemukan hal lain yang menjadi penyebab
miskonsepsi pada siswa, diantaranya adalah dari siswa itu sendiri, guru, buku
teks, dan metode pembelajaran yang digunakan (Suparno, 2013 : 4).
Berbagai macam cara dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi
pada siswa diantaranya ialah menggunakan peta konsep, tes pilihan ganda
dengan disertai alasan terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi
dalam kelas, serta praktikum dengan disertai tanya jawab (Suparno, 2013 :
121-128). Tes pilihan ganda disertai alasan terbuka memiliki keunggulan dalam
mengidentifikasi miskonsepsi siswa karena guru dapat menentukan tipe
kesalahan siswa dalam suatu konsep berdasarkan jawaban yang dipilih serta
dapat mengurangi jawaban tebakan siswa (Suyono, 2011 : 31).
Materi fotosintesis merupakan bagian dari pembelajaran biologi yang
dipelajari oleh siswa kelas VIII. Konsep-konsep pada materi ini antara lain
berhubungan dengan studi pustaka untuk merumuskan tentang konsep
fotosintesis dan transformasi fotosintesis, dan mencari informasi tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Agar dapat menguasai materi ini
dengan baik,maka siswa harus paham dan belajar dengan sungguh-sungguh.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru IPA (Lampiran
A-4), salah satu mata pelajaran IPA kelas VIII yang bersifat konseptual dan
sering membuat siswa mengalami miskonsepsi terutama di bidang biologi
adalah materi fotosintesis. Guru menganggap bahwa materi ini agak sulit bagi
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, tidak adanya praktikum pun
menjadi salah satu faktor sehingga anak kurang paham dalam materi fotosintesis.
Dari penjelasan di atas rendahnya persentase nilai pembelajaran biologi
pada materi fotosintesis siswa kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir (Lampiran
A-1 dan Lampiran A-2) kemungkinan di sebabkan adanya miskonsepsi. Oleh
sebab itu, diadakan suatu upaya untuk meminimalisir kesalahan konsep tersebut
yaitu dengan menganalisis proses pembelajaran yang berlangsung, sehingga
dapat merancang suatu proses pembelajaran yang bertolak dari prakonsep atau
konsep awal yang telah ada pada siswa dan melakukan suatu tes diagnostik untuk
mengetahui konsep yang dibentuk oleh siswa setelah proses pembelajaran.
Pembelajaran yang tidak memperhatikan konsepsi siswa akan
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar dan berakibat pada
rendahnya prestasi belajar siswa (Howe,1993) dalam Aryantha (2013 : 3). Siswa
tersebut memerlukan bantuan secara tepat dan sedini mungkin agar kesulitan
yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan dapat
berhasil dan efektif terlebih dahulu harus dipahami dimana letak kesulitan yang
mereka hadapi. Salah satu teknik untuk membantu mengatasi kesulitan belajar
yaitu dengan tes diagnostik.
Tes diagnostik menurut Arikunto (2012 : 34) merupakan tes yang dilakukan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hasil tes
tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. Salah satu tes untuk diagnosis
miskonsepsi yaitu Four tier diagnostic test. Four-tier diagnostic test (tes
diagnostik empat tingkat) merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan
ganda tiga tingkat. Pengembangan tersebut terdapat pada ditambahkannya
tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban maupun alasan. Tingkat
pertama merupakan soal pilihan ganda dengan tiga pengecoh dan satu kunci
jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat ke dua merupakan tingkat keyakinan
siswa dalam memilih jawaban. Tingkat ke tiga merupakan alasan siswa
menjawab pertanyaan, berupa tiga pilihan alasan yang telah disediakan dan satu
alasan terbuka. Tingkat ke empat merupakan tingkat keyakinan siswa dalam
angka satu sampai enam sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Caleon & Subramaniam (2010 : 315-317).
Keunggulan yang dimiliki tes diagnostik pilihan tingkat adalah melalui tes
diagnostik empat tingkat, guru dapat: (1) membedakan tingkat keyakinan
jawaban dan tingkat keyakinan alasan yang dipilih siswa sehingga dapat
menggali lebih dalam tentang kekuatan pemahaman konsep siswa, (2)
mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa lebih dalam, (3) menentukan
bagian-bagian materi yang memerlukan penekanan lebih, (4) merencanakan
pembelajaran yang lebih baik untuk membantu mengurangi miskonsepsi siswa.
Berdasarkan uraian diatas,peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test
Untuk Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MS
Al-Hikmah Tayan Hilir”. Adapun Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test
diharapkan dapat menjadi suatu alat terbarukan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi terutama di materi fotosintesis.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka fokus penelitian
yang diajukan peneliti ini adalah bagaimana pengembangan four-tier diagnostic
test pada materi fotosintesis kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan
four-tier diagnostic test pada materi fotosintesis kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini bersifat teoritis dan praktis.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis,hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
atau masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah kajian
ilmu pengetahuan khususnya biologi. Penelitian ini juga diharapkan dan
2. Manfaat praktis
a. Bagi Guru IPA, membantu dalam penyusunan tes diagnostik untuk
mengetahui kesulitan belajar siswa
b. Bagi sekolah, Sebagai pertimbangan bagi institusi pendidikan dalam
menentukan kebijakan penggunaan teknik evaluasi yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan di lapangan terutama masalah miskonsepsi pada
siswa.
c. Bagi peneliti, dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan diri dan
pengalaman untuk mengetahui letak miskonsepsi yang dimiliki siswa pada
materi fotosintesis
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat memberikan penjelasan
terhadap beberapa pengertian dan istilah-istilah yang dijelaskan oleh peneliti.
Adapun penjelasannya meliputi :
1. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut (Sugiyono, 2013: 297). Menurut Sugiyono (2013 : 298),
langkah-langkah penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai
berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk,
(4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk,
(8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal. Dalam
penelitian ini, peneliti hanya sampai tahap revisi produk tidak di produksi
massal karena keterbatasan biaya. Produk yang akan dihasilkan adalah tes
diagnostik dengan menerapkan four-tier diagnostic test.
2. Miskonsepsi adalah pemahaman materi/konsep yang tidak sesuai dengan
penertian ilmiah atau pengertian yang di kemukakan oleh para ahli
(Suparno,2013:4). Menurut Depdiknas miskonsepsi dapat di ukur melalui tes
diagnostik (Depdiknas,2007:2). Identifikasi miskonsepsi dapat dilakukan
dengan cara pembuatan peta konsep, tes pilihan ganda dengan alasan
terbuka,tes uraian,wawancara, diskusi dalam kelas dan praktikum melalui
adalah untuk melihat pemahaman materi/konsep yang terjadi di materi smp
khusus nya di bidang biologi yaitu fotosintesis.
3. Tes diagnostik adalah tes untuk mengetahui kelemahan khusus yang dimiliki
oleh peserta didik yang tidak berhasil, juga untuk mengetahui kelemahan dan
kekuatan peserta didik itu dalam suatu mata pelajaran (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002). Azwar (2009:11) juga menjelaskan tes diagnostik adalah
tes yang digunakan untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam
belajar,mendeteksi kelemahan–kelemahan siswa yang dapat diperbaiki
segera. Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes diagnostik
adalah tes yang digunakan untuk mengindentifikasi kesulitan belajar siswa
agar dapat diatasi sesuai kesulitannya.
4. Four-tier diagnostic test adalah instrumen yang didasarkan pada pola
Pesman yang menyusun instrumen soal dengan bentuk pengembangan
three-tier disgnostic test tipe semi tertutup pada pilihan jawaban bagian alasan. pengembangan instrumen ini juga mengacu pada penelitian Engelhardt dan
McDermott sebagai ragam kontruksi soal. Format instrumen four-tier
diagnostic test disusun dalam 4 tingkatan, yaitu : tingkat pertama untuk soal pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban,
tingkat ke dua berisi tentang tingkat keyakinan atas jawaban pada tingkat
pertama, tingkat ketiga berisi penyajian alasan dengan tiga pilihan alasan dan
satu pilihan kosong yang dapat disi sendiri,serta tingkat ke empat berisi
tentang keyakinan atas alasan jawaban pada tingkat ketiga.
5. Fotosintesis adalah materi SMP kelas VIII yang termasuk ke dalam materi
semester ganjil kurikulum 2013. Materi fotosintesis dilaksanakan selama
2 jam 1 kali pertemuan. Materi fotosintesis terdiri dari studi pustaka untuk
merumusukan tentang konsep fotosintesis daan transformasi energi,
melakukan percobaan proses fotosintesis dan mencari informasi tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Deskripsi Teori
1. Tes Diagnostik
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat
untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam
pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi
dan sebagainya. (Widoyoko, 2010:45). Menurut Mardapi (2008:67) tes
merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang
secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus
atau pertanyaan. Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang
harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang
dikenai tes.
Ditinjau dari segi tujuannya ada empat macam tes yang digunakan di
lembaga pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif dan
tes sumatif. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat diberikan perlakuan yang tepat (Arikunto, 2012:34). Tes
diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi
peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep (Widoyoko, 2010:
29).
Tes diagnostik adalah pengukuran terhadap sasaran didik untuk
mengetahui latar belakang dan keadaannya pada suatu saat tertentu, agar
dapat didesain pelajaran dan strategi mengajar yang sesuai dengan
karakteristiknya (Daryanto, 2010:152). Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa tes diagnostik adalah tes yang dibuat untuk mengetahui dalam
hal-hal apa siswa tertentu mempunyai kelemahan dan dalam hal-hal apa ia sudah
mempunyai dasar yang kuat, dengan demikian anak tersebut dapat diberikan
Di samping itu, tes diagnostik juga dapat dipakai untuk mengetahui
apakah bantuan yang diberikan kepada sasaran didik sudah mengena, apabila
seorang siswa telah menerima suatu bantuan tertentu yang berhubungan
dengan materi belajar, maka untuk mengetahui sejauh mana manfaat tersebut
perlu dilakukan tes diagnostik.
Tes diagnostik ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa
sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum
dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini berisi materi yang
dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung
rendah (Mardapi, 2008:69).
2.Pendekatan dan Penyusunan Tes Diagnostik
Tahap penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran dapat
dianalisis dari serangkaian tugas pendidik dalam menjalankan tugak
pokoknya yaitu mulai dari merancang, melaksanakan, sampai dengan
mengevaluasi pembelajaran. Sistem pembelajaran yang dikembangkan
bermakna luas, karena system terdiri dari komponen input, proses, dan output.
Komponen input pembelajaran terdiri dari karakteristik peserta didik,
karakteristik guru, sarana prsarana, dan perangkat pendukung pembelajaran.
Komponen output berupa hasil dan dampak pembelajaran dapat memilih
salah satu dari komponen sistem yang lain (Mulyatiningsih, 2012).
Ada beberapa model penelitian pengembangan dalam bidang
pendidikan, salah satunya model Sugiyono. Menurut Sugiyono (2011:298),
langkah-langkah penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai
berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk,
(4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk,
(8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal.
Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat dijelaskan
a. Potensi dan Masalah
Penelitian berawal dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah
segala sesuatu yang bila digunakan akan memiliki nilai tambah. Contoh
dalam bidang khasanah budaya dan pendidikan adalah Indonesia kaya
akan budaya dari setiap propinsi seperti cerita rakyat, permainan
tradisional, tarian tradisional, rumah adat dan masing-masing jenis
kearifan lokal tersebut jika dieksplor dapat digunakan sebagai konteks
untuk mengajarkan materi biologi di sekolah.
Selanjutnya, menurut Sukardi (2011:299) masalah adalah
penyimpangan antara yang diharapkan dengan relita yang terjadi. Masalah
juga dapat dijadikan potensi apabila dapat mendayagunakannya. Misalnya
limbah yang dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat atau
masalah rendahnya keaktifan dan hasil belajar matematika siswa yang
dinggap sebagai masalah nasional. Masalah ini dapat diatasi dengan
melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu
model, pola, atau system penanganan terpadu efektif yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini
akan ditemukan dan dapat diaplikasikan secara efektif jika dilakukan
melalui penelitian dan pengembangan. Tahap pertama adalah melakukan
penelitian untuk menghasilkan informasi. Berdasarkan data yang
diperoleh selanjutnya dapat dirancang model penanganan yang efektif.
Untuk mengetahui efektivitas model tersebut maka perlu diuji. Pengujian
dapat menggunakan metode eksperimen. Setelah model teruji maka dapat
diaplikasikan untuk mengatasi masalah yang dimaksud.
Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus
ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak
harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain,
atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu
b. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan up
to date, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yag dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Metode yang akan
digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan
yang ingin dicapai.
c. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian research and development
bermacam-macam. Untuk menghasilkan sistem kerja baru maka peneliti
harus membuat rancangan kerja baru yang dibuat berdasarkan penilaian
terhadap sistem kerja lama, sehingga dapat ditemukan
kelemahan-kelemahan terhadap sistem tersebut. Selain itu, peneliti harus
mengadakan penelitian terhadap unit lain yang dipandang sistem kerjanya
bagus. Selain itu harus mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan
sistem kerja yang modern berikut indikator system kerja yang baik.
Hasil akhir dari kegiatan tersebut berupa desain produk baru yang
lengkap dengan spesifikasinya. Desain ini masih bersifat hipotetik.
Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti, dan akan dapat
diketahui setelah melalui pengujian pengujian. Desain produk harus
diwujudkan dengan gambar atau bagan, sehingga akan memudahkan
pihak lain untuk memahaminya.
d. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan
lebih efektif dari yang lama. Dikatakan secara rasional karena validasi
disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum
merupakan fakta di lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan
beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai
desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan
kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi.
Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai
ditemukan desain tersebut, sekaligus keunggulannya.
e. Perbaikan Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para pakar
dan ahli lainnya, selanjutnya dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan
tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki
desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang hendak
menghasilkan produk tersebut.
f. Uji Coba Produk
Uji coba produk dapat dilakukan melalui eksperimen, yaitu
membandingkan efektifitas dan efisiensi keadaan sebelum dan sesudah
memakai sistem baru (before-after) atau dengan membandingkan dengan
kelompok yang tetap menggunakan sistem lama. Dalam hal ini kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga model eksperimen pertama
dan kedua dapat digambarkan seperti gambar 2.1 berikut :
Gambar 2. 1 Desain eksperimen (before-after)
Keterangan: O1 nilai sebelum treatmen, O2 nilai sesudah treatment, dan X adalah treatmen.
Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan bahwa eksperimen
dilakukan dengan membandingkan hasil observasi O1 dan O2. Model
eksperimen yang kedua ditunjukkan oleh gambar 2.2 berikut ini :
Gambar 2. 2 Desain eksperimen dengan kelompok control
(Pretest-postest control group design)
Keterangan:
O2 : nilai kemampuan kelompok eksperimen setelah menggunakan
treatment baru
O3 : nilai kemampuan awal kelompok kontrol
O4 : nilai kemampuan kelompok kontrol dengan tetap menggunakan
treatment lama
Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan sebagai berikut.
Sebelum treatmen baru diujicobakan, dipilih kelompok kerja tertentu
yang akan menggunakan treatment tersebut. Bila kelompok tersebut
jumlahnya banyak, eksperimen dilakukan pada sampel yang dipilih
secara random. Kelompok pertama yang akan menggunakan metode baru
disebut kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tetap
menggunakan metode lama disebut kelompok kontrol. R berarti
pengambilan kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan secara
random. Kedua kelompok tersebut selanjutnya diberi pretes atau melalui
pengamatan untuk mengetahui posisi kemampuan kedua kelompok
tersebut. Bila kedua kelompok tersebut mempunyai kemamuan yang
sama atau tidak berbeda secara signifikan maka kelompok terseut sudah
sesuai untuk dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Bila posisi
kemampuan kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan maka
pengambilan kelompok perlu diulang sampai diperoleh posisi
kemampuan tidak berbeda secara signifikan.
Pengujian signifikansi efektivitas dan efisiensi treatment baru, bila
data berbentuk interval dan dilakukan pada dua kelompok maka dapat
menggunakan t-test berpasangan (related), sedangkan bila dilakukan
pada lebih dari dua kelompok dapat menggunakan Analisis Varians
(Anava). Selanjutnya, menurut Sugiyono (2011:307), untuk
membuktikan signifikansi perbedaan tindakan lama dan baru tersebut,
perlu diuji secara statistic dengan test berkorelasi (related). Rumus yang
Keterangan: :
: Rata-rata sampel 1 (tindakan lama)
: Rata-rata sampel 2 (tindakan baru)
S1 : Simpangan baku sampel 1 (tindakan lama)
S2 : Simpangan baku sampel 2 (tindakan baru)
: Varians sampel 1
: Varians sampel 2
r : Korelasi antara data dua kelompok
g. Revisi Produk
Pengujian produk pada sampel yang terbatas menunjukkan bahwa
kinerja tindakan baru tersebut lebih baik dari tindakan lama.
h. Uji coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada revisi
yang tidak terlalu penting.
i. Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata
terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya
pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam
hal ini adalah sistem kerja atau tindakan.
j. Pembuatan Produk Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah
diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi massal.
3.Pengembangan instrument Four Tier Diagnostic Test format
Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki
jumlah alternatif jawaban lebih dari satu (Widoyoko, 2010:59). Pada
jumlah alternatif tersebut tidak boleh terlalu banyak. Bila alternatif lebih dari
lima maka akan sangat membingungkan peserta tes, dan juga akan sangat
menyulitkan penyusunan butir soal. Tipe tes ini dalam bahasa Inggris dikenal
dengan nama multiple choice item (butir soal pilihan majemuk atau ganda).
Tipe tes ini adalah yang paling popular dan banyak digunakan dalam
kelompok tes objektif karena banyak sekali materi yang dapat dicakup.
Pengembangan instrumen four tier test didasarkan pada pola Pesman
(Pesman, 2005:7) yang menyusun instrumen soal dengan bentuk
pengembangan dari three tier test tipe semi tertutup pada pilihan jawaban
bagian alasan. Four-tier diagnostic test (tes diagnostik empat tingkat)
merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat.
Pengembangan tersebut terdapat pada ditambahkannya tingkat keyakinan
siswa dalam memilih jawaban maupun alasan. Tingkat pertama merupakan
soal pilihan ganda dengan tiga pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus
dipilih siswa. Tingkat ke dua merupakan tingkat keyakinan siswa dalam
memilih jawaban. Tingkat ke tiga merupakan alasan siswa menjawab
pertanyaan, berupa tiga pilihan alasan yang telah disediakan dan satu alasan
terbuka. Tingkat ke empat merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih
alasan. Tingkat keyakinan yang dikembangkan berada pada rentang angka
satu sampai enam sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Caleon
& Subramaniam, 2010:315-317).
Keunggulan yang dimiliki tes diagnostik pilihan tingkat adalah melalui
tes diagnostik empat tingkat guru dapat (Qisthi,dkk, 2015:42) :
a.membedakan tingkat keyakinan jawaban dan tingkat keyakinan alasan yang
dipilih siswa sehingga dapat menggali lebih dalam tentang kekuatan
pemahaman konsep siswa,
b.mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa lebih dalam,
c.menentukan bagian-bagian materi yang memerlukan penekanan lebih,
d.merencanakan pembelajaran yang lebih baik untuk membantu mengurangi
Salah satu tes untuk diagnosis miskonsepsi yaitu Four tier test. Four tier
test merupakan pengembangan dari three tier test yang dipadukan dengan
Confidence Rating pada alasan jawaban, sehingga lebih akurat tingkat keyakinan atas jawaban dan alasan jawaban. Adapun kategori dari kombinasi
jawaban Four tier test yaitu pada tabel berikut ( Aldi,dkk, 2017:46) :
TABEL 2. 1 Kombinasi Jawaban Four Tier Test
Tier-1 Tier-2 Tier-3 Tier-4 Level
konsepsi
1 Y 1 Y U
1 Y 1 TY
1 TY 1 Y
1 TY 1 TY
1 Y 0 Y
1 Y 0 TY
1 TY 0 Y PU
1 TY 0 TY
0 Y 1 Y
0 Y 1 TY
0 TY 1 Y
0 TY 1 TY
0 Y 0 Y M
0 Y 0 TY
0 TY 0 Y NU
0 TY 0 TY
Terdapat tier yang tidak dijawab atau menjawab lebih dari
satu pilihan yang tersedia UC
Sumber : (Aldi,dkk, 2017) Keterangan :
1 = Jawaban benar
2 = Jawaban salah
Y = Yakin TY = Tidak Yakin
U = understand (siswa memiliki konsepsi yang baik)
PU = Partial Understanding ( siswa yang memiliki konsepsi yang tidak
utuh)
M = Misconception (miskonsepsi)
NU = Not Understanding (siswa tidak paham konsep)
UC = Uncode ( tidak dapat dilakukan coding)
4. Miskonsepsi
a. Definisi Miskonsepsi
Miskonsepsi merupakan kesalahan pemahaman suatu peristiwa atau
dibangunnya tidak sesuai dengan pengertian ilmiah para ahli dalam bidang
itu. Miskonsepsi dapat berupa konsep awal yang salah dan kesalahan
dalam menghubungkan konsep-konsep. Menurut Feldsine miskonsepsi
adalah suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara
konsep-konsep (Suparno, 2005:4).
Miskonsepsi adalah kepercyaan yang tidak sesuai dengan penjelasan
yang diterima umum dan terbukti sahih tentang suatu fenomena atau
peristiwa. Dalam pelajaran sains, misalnya, miskonsepsi siswa mungkin
bertentangan dengan data hasil penelitian ilimiah yang terkumpul selama
puluhan bahkan ratusan tahun (Jeanne, 2009:338).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan siswa-siswa tingkat
sekolah menengah untuk menemukan miskonsepsi dalam topik-topik:
“light, electric and simple circuits, heat and temperature, force and motion, the gaseous state, the particulate nature of matter in the gaseous phase, beyond appearances: the conservation of matter under physical and chemical transformations”, Driver (1985) mengemukakan hal-hal berikut (Ratna, 2011:154) :
1). Miskonsepsi bersifat pribadi
Bila dalam suatu kelas anak-anak disuruh menulis tentang
percobaan yang sama, mereka memberikan berbagai interpretasi. Setiap
anak “melihat” dan menginterpretasikan eksperimen itu menurut caranya sendiri. Setiap anak menngkonstruksi kebermaknaannya
sendiri.
2). Miskonsepsi memiliki sifat yang stabil
Kerap kali terlihat bahwa gagasan anak yang berbeda dengan
gagasan ilmiah ini tetap dipertahankan anak, walaupun guru sudah
berusaha memberikan suatu kenyataan yang berlawanan.
3). Menyangkut koherensi
Bila menyangkut koherensi anak tidak merasa butuh pandangan
yang koheren sebab interpretasi dan prediksi tentang
akan koherensi dan kriteria untuk koherensi menurut persepsi anak
tidak sama dengan yang dipersepsi ilmuan.
b. Penyebab Miskonsepsi
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya miskonsepsi
pada siswa. Faktor tersebut dapat berupa dari dalam diri siswa maupun dari
luar. Penyebab miskonsepsi secara garis besar dapat disebabkan karena
beberapa hal sebagai berikut (Suparno, 2005:29) :
1) Siswa
Kesalahan pada siswa dapat berupa kesalahan pemahaman awal
(prakonsepsi) siswa mengenai suatu fenomena/peristiwa tertentu,
kemampuan siswa dalam memahami suatu peristiwa, tahap
perkembangan, minat siswa dalam suatu hal yang akhirnya dapat
mempengaruhi cara berpikir siswa, kesalahan siswa dalam menarik
kesimpulan yang terkadang hanya berdasarkan pada apa yang mereka
lihat, dan teman yang dapat mempengaruhi siswa dalam memahami
berbagai hal.
2) Guru
Kesalahan dari guru biasanya disebabkan karena ketidakmampuan
guru dalam menjelaskan suatu konsep kepada siswa, sehingga siswa
sulit untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru. Pemahaman
konsep guru yang kurang, cara mengajar yang kurang tepat atau sikap
guru yang kurang baik dalam berhubungan dengan siswa. Padahal jika
guru bersikap ramah dan terbuka terhadap siswa, siswa tidak akan segan
untuk bertanya mengenai materi yang belum mereka pahami.
3) Buku teks
Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya diakibatkan karena
kesalahan dalam memberikan penjelasan, kurangnya gambar yang
dimuat di buku teks yang dapat menyebabkan siswa harus
menggambarkan sendiri dalam pikirannya tentang suatu fenomena
tertentu dan terkadang gambaran yang dibuat tidak sesuai dengan
4) Konteks
Kesalahan konteks dalam hal ini dapat berupa masyarakat sekitar,
budaya, agama, dan bahasa sehari-hari yang digunakan siswa.
Penggunaan ungkapanungkapan yang umum dalam bahasa terkadang
salah menginterprestasikan makna sebenarnya dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi.
5) Metode mengajar
Beberapa guru kurang variatif dalam mengajar. Metode yang
digunakan pun monoton dan tidak melibatkan siswa dalam
pembelajaran, yang akhirnya pembelajaran hanya berpusat pada guru,
siswa hanya mendengarkan apa yang guru sampaikan. Sehingga
membuat siswa jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran yang akhirnya siswa tidak memahami apa yang
dijelaskan oleh guru. Metode mengajar yang digunakan guru yang
hanya menekankan kebenaran dari satu sisi sering memunculkan
kesalahan pemahaman pada siswa.
c. Teknik Mendeteksi Miskonsepsi
Terdapat beberapa teknik dalam mendeteksi miskonsepsi, yaitu: peta
konsep, tes uraian tertulis, wawancara klinis, dan diskusi dalam kelas yang
dapat dijelaskan sebagai berikut (Suparno, 2013:121-128) :
1) Peta Konsep
Novak, J. D. & Growin, D. B. (1984) mennyatakan bahwa peta
konsep sebagai suatu alat skematis untuk mempresentasikan suatu
rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu rangkaian proposisi.
Peta itu mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara
konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta konsep
disusun secara hirarkis, konsep esensial akan berada pada bagian atas
peta.Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan melihat hubungan antara
2) Tes Uraian Tertulis
Tes uraian adalah tes yang terdiri dari butir-butir tes dimana
masing-masing butir tes berupa suatu pertanyaan atau suatu suruhan
yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif
panjang. Guru dapat mempersiapkan tes uraian yang memuat beberapa
konsep yang mau diajarkan atau sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat
diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah pengertian
dalam bidang apa.
3) Wawancara Klinis
Wawancara klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada
siswa. Guru memilih beberapa konsep yang dperkirakan sulit
dimengerti sisw, atau beberapa konsep yang esensial dari bahan yang
mau diajarkan. Kemudian, siswa diajak untuk mengekspresikan
gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat
dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang ada dan
sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh miskonsepsi
tersebut.
4) Diskusi dalam Kelas
Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan
mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan.
Dari diskusi tersebut, guru atau peneliti dapat mengerti konsep-konsep
alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih cocok digunakan pada
kelas yang besar dan juga sebagai penjajakan awal. Miskonsepsi
sangatlah resisten dalam pembelajaran bila tidak diperhatikan dengan
seksama oleh guru.
5. Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan
yang berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam
bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan
NADPH). Energi kimia ini akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat
tanaman disintesa dari energi dan adanya organisme hidup lainnya
tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk
berfotosintesis (Devlin, 1975).
Gambar 2. 3 Organel yang berperan dalam Fotosintesis ( sumber :
Biologi, raven and Johnson, 2001)
Klorofil merupakan pigmen hijau tumbuhan dan merupakan pigmen
yang paling penting dalam proses fotosintesis. Sekarang ini, klorofil dapat
dibedakan dalam 9 tipe : klorofil a, b, c, d, dan e. Bakteri klorofil a dan b,
klorofil chlorobium 650 dan 660. klorofil a biasanya untuk sinar hijau biru.
Sementara klorofil b untuk sinar kuning dan hijau. Klorofil lain (c, d, e)
ditemukan hanya pada alga dan dikombinasikan dengan klorofil a. bakteri
klorofil a dan b dan klorofil chlorobium ditemukan pada bakteri fotosintesin
(Devlin, 1975).
Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b.
perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada
protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena
adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin,
serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol (Santoso, 2004).
Kloroplas berasal dari proplastid kecil (plastid yang belum dewasa,
kecil dan hampir tak berwarna, dengan sedikit atau tanpa membran dalam).
Pada umumnya proplastid berasal hanya dari sel telur yang tak terbuahi,
berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas ketika daun dan batang
terbentuk. Kloroplas muda juga aktif membelah, khususnya bila organ
mengandung kloroplas terpajan pada cahaya. Jadi, tiap sel daun dewasa
sering mengandung beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas
mudah dilihat dengan mikroskop cahaya, tapi struktur rincinya hanya bias
dilihat dengan mikroskop electron (Salisbury dan Ross, 1995).
Gambar 2. 4 Letak kloroplas di dalam daun (sumber : Botani,1995)
Struktur klorofil berbeda-beda dari struktur karotenoid, masing-masing
terdapat penataan selang-seling ikatan kovalen tunggal dan ganda. Pada
klorofil, sistem ikatan yang berseling mengitari cincin porfirin, sedangkan
pada karotoid terdapat sepasang rantai hidrokarbon yang menghubungkan
struktur cincin terminal. Sifat inilah yang memungkinkan molekul-molekul
menyerap cahaya tampak demikian kuatnya, yakni bertindak sebagai
pigmen. Sifat ini pulalah yang memungkinkan molekul-molekul menyerap
energi cahaya yang dapat digunakan untuk melakukan fotosintesis (Santoso,
2004).
Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada
berbagai daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan
hutan hujan tropika, sangat berbeda. Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh
adanya keragaman cahaya, suhu, dan ketersediaan air, tapi tiap spesies
menunjukkan perbedaan yang besar pada kondisi khusus yang optimum bagi
mempunyai kapasitas fotosintesis yang jauh lebih tinggi daripada spesies
yang tumbuh pada lingkungan dengan persediaan air, hara, dan cahaya yang
terbatas (Salisbury dan Ross, 1995).
Laju fotosintesis ditingkatkan tidak hanya oleh naiknya tingkat radiasi,
tapi juga oleh konsentrasi CO2 yang lebih tinggi, khususnya bila stomata
tertutup sebagian karena kekeringan (Salisbury dan Ross, 1995).
Semua klorofil atau karotenoid terbenam atau melekat pada molekul
protein oleh ikatan nonkovalen. Secara keseluruhan, pigmen-pigmen
kloroplas meliputi separuh dari kandungan kandungan lipida total pada
membran tilakoid, sisanya adalah galaktolipida dan sedikit fosfolipida.
Sterol sangat jarang dijumpai pada membran tilakoid (Lakitan, 1993).
Di dalam kloroplas ditemukan DNA, RNA, ribosom, dan berbagai
enzim. Semua molekul ini sebagian besar terdapat di stroma, tempat
berlangsungnya transkripsi dan translasi. DNA kloroplas (genom) terdapat
dalam 50 atau lebih lingkaran jalur ganda melilit dalam tiap plastid. Berbagai
gen plastid menyandi semua molekul RNA-pemindahan (sekitar 30), dan
molekul RNA-ribosom (empat) yang digunakan oleh plastid untuk translasi.
Kira-kira 85 gen seperti ini menyandi protein yang terlibat dalam transkripsi,
translasi, dan fotosintesis. Tapi, sebagian besar protein disandi oleh gen
nukleus (Salisbury dan Ross, 1995).
Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di
dalam kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang
menggerakkan sitesis molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas
ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian
dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam daun, dan oksigen keluar,
melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata (Campbell, dkk, 2002).
Fotosintesis hanya berlangsung pada sel yang memiliki pigmen
fotosintetik. Di dalam daun terdapat jaringan pagar dan jaringan bunga
karang, pada keduanya mengandung kloroplast yang mengandung
klorofil/pigmen hijau yang merupakan salah satu pigmen fotosintetik yang
Cahaya putih mengandung semua warna spektrum kasat mata dari
merahviolet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap
dengan baik secara merata oleh klorofil. Adalah mungkin untuk menentukan
bagaimana efektifnya setiap panjang gelombang (warna) diserap dengan
menggunakan suatu larutan klorofil dengan cahaya monokromatik (cahaya
berwarna satu) (Kimball, 2000).
Penambatan CO2 paling banyak terjadi sekitar tengah hari ketika
tingkat cahaya paling tinggi. Cahaya sering membatasi fotosintesis terlihat
juga dengan menurunnya laju penambatan CO2 ketika tumbuhan terkena
bayangan awan sebentar (Salisbury dan Ross, 1995).
Dilihat dari strukturnya, kloroplas terdiri atas membran ganda yang
melingkupi ruangan yang berisi cairan yang disebut stroma. Membran
tersebut membentak suatu sistem membran tilakoid yang berwujud sebagai
suatu bangunan yang disebut kantung tilakoid. Kantung-kantung tilakoid
tersebut dapat berlapis-lapis dan membentak apa yang disebut grana Klorofil
terdapat pada membran tilakoid dan pengubahan energi cahaya menjadi
energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa
sebagai produk akhir fotosintetis berlangsung di stroma (Santoso, 2004).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara
lain gen, bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki
klorofil. Cahaya, beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil
memerlukan cahaya, tanaman lain tidak memerlukan cahaya. Unsur N, Mg,
Fe merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil.
Air, bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil (Santoso, 2004).
Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang
berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil
ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi
energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a.
Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua
Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a
terdapat sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman
adalah sekitar 1% basis kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat
bersama-sama dengan protein dan lemak yang bergabung satu dengan yang
lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus fitol-nya sedangkan
dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-nya. Rumus
empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg
(klorofil b) (Santoso, 2004).
B.Kerangka Berpikir
Salah satu jenis tes hasil belajar adalah tes diagnostik, yaitu tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa, serta
mengidentifikasi kesulitan belajar mereka. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan tes diagnostik pilihan ganda dengan menerapkan
Four-tier diagnostic test tes diagnostik empat tingkat) merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat. Pengembangan
tersebut terdapat pada ditambahkannya tingkat keyakinan siswa dalam memilih
jawaban maupun alasan. Tingkat pertama merupakan soal pilihan ganda dengan
tiga pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat ke dua
merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban. Tingkat ke tiga
merupakan alasan siswa menjawab pertanyaan, berupa tiga pilihan alasan yang
telah disediakan dan satu alasan terbuka. Tingkat ke empat merupakan tingkat
keyakinan siswa dalam memilih alasan. Untuk menghasilkan sebuah Instrumen
four-tier diagnostic test yang terdiri atas kisi-kisi soal tes, petunjuk pengerjaan
soal, soal tes, kunci jawaban, lembar jawab, pedoman penskoran, dan pedoman
interpretasi hasil. Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini
Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Bentuk Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan suatu alat ukur berupa tes
diagnostik pilihan ganda empat tingkat (Four Tier Diagnostic Test) yang dapat
mengungkap miskonsepsi siswa dalam materi Jaringan Tumbuhan. Merujuk
pada tujuan penelitian maka metode penelitian ini dikembangkan berdasarkan
metode Research and Development (R&D). Metode R & D dilakukan untuk
mengembangkan dan validasi produk pendidikan dalam hal ini berupa alat ukur
tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat (Four Tier Diagnostic Test) yang
mampu mengungkap pemahaman siswa. Pada penelitian ini, tahapan metode
R&D sepenuhnya dilakukan namun hanya dilakukan sampai aplikasi skala
akhir dari produk akhir. Menurut Sugiyono (2013 : 298), langkah-langkah
penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai berikut: (1) Potensi
dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3)Desain produk, (4) Validasi desain, (5)
Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian,
(9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal. Adapun bagan langkah-langkah
penelitiannya seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 3. 1 Langkah-langkah pengembangan Metode Research and
B.Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dari langkah ujicoba produk sampai produksi masal (uji
implementasi) ini dilakukan pada semester Ganjil pada bulan September-
Oktober 2017, tahun ajaran 2017/2018. Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu
bertempat di MS Al-Hikmah Tayan Hilir.
C.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII dari MS
Al-Hikmah Tayan Hilir. Penarikan dan pemilihan sample sangat penting. Dalam
penelitian ini pengambilan sampel pada tahap awal menggunakan teknik Simple
Random Sampling di kelas IX dan pengambilan jumlah sampel siswa dilakukan
menurut Qisthi, 2015. Penggunaan Simple Random Sampling digunakan saat uji
coba skala kecil yang melibatkan 12 siswa kelas IX C. Dan uji skala besar
menggunakan satu kelas IX A. Sedangkan implementasi produk soal Four-tier
diagnostic test menggunakan seluruh siswa kelas VIII dari MS Al-Hikmah Tayan Hilir.
D.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa Four Tier Diagnostic
Test yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada siswa.
Setiap butir soal yang digunakan dalam instrumen penelitian ini memiliki 4
pilihan jawaban dan 4 pilihan alasan disertai tingkat keyakianan
masing-masing. Instrumen penelitian ini berfungsi untuk mendiagnosis/
mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
Penelitian ini dirancang dengan desain penelitian Research and
Development (R&D). Research And Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan
produk tersebut (Sugiyono,2013). Pada penelitian ini dibatasi pelaksanaannya
hanya sampai tahap dihasilkannya intrumen four-tier diagnostic test ( test
diagnostik tingkat empat) yang telah layak serta valid dan tidak dilakukan
produksi masal. Tidak dilaksanakan produksi masal karena pertimbangan
biaya dan kemampuan peneliti. Langkah-langkah dalam penelitian R&D
1. Potensi dan masalah
Pada langkah pertama ini peneliti melakukan observasi ke MS
Al-Hikmah Tayan Hilir. Dari hasil observasi ini peniliti mendapat izin dari
kepala sekolah untuk mengambil data siswa dan mengarahkan peneliti
berkomunikasi dengan guru mata pelajaran biologi mengenai data-data
siswa yang diinginkan. Selanjutnya adalah melihat daftar nilai ulangan
siswa kelas VIII tahun ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran fotosintesis
( Lampiran A-1 dan Lampiran A-2 ). Dari nilai ulangan yang didapat,
bahwa ada beberapa siswa yang masih belum paham akan materi
fotosintesis. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang masih belum
tuntas pada materi fotosintesis.
2. Mengumpulkan data
Dalam langkah ini peneliti mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.
Data tersebut kemudian dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan.
Terbagi menjadi dua yaitu :
a. Pra penelitian
Pra penelitian adalah suatu tindakan mengumpulkan informasi
pokok. Pra penelitian berupa pengamatan masalah di lapangan.
1) Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam pemahaman fotosintesis dan kesulitan guru dalam mengajar
materi fotosintesis ( Lampiran A-4 )
b. Analisis kebutuhan
Analisis Kebutuhan Suatu proses yang yang sistematis untuk
menentukan tujuan, mengidentifikasi ketidaksesuaian antara kenyataan
dan kondisi yang diinginkan. Meliputi kajian pustaka, pengamatan atau
observasi kelas dan persiapan laporan awal. Penelitian awal atau analisis
kebutuhan sangat penting dilakukan guna memperoleh informasi awal
untuk melakukan pengembangan. Ini bisa dilakukan misalnya melalui
1) Data Tes Essay
Data tes essay digunakan adalah hasil jawaban ulangan harian
pada materi fotosintesis tahun ajaran 2017/2018. Semua jawaban di
analisis secara independen oleh peneliti. Adapun langkah yang
dilakukan adalah:
a) Menganalisis jawaban tes essay siswa.
Analisis yang digunakan untuk jawaban tes essay ini di
kembangkan dari analisis yang telah dilakukan oleh Musa
(2009). Menggunakan kerangka coding yang telah di siapkan
oleh Musa (2009) yang terdiri dari lima tingkatan pemahaman
konseptual dan telah dikembangkan oleh peneliti, sehingga lima
tingkatan yang di gunakan adalah :
TABEL 3. 1 Tingkatan Pemahaman Konseptual
Level Kategori Keterangan
Level 1 Tidak Ada
Jawaban
“siswa tidak tahu, “ atau tak ada
jawaban yang di berikan kepada pertanyaan itu
Level 2 Jawaban
yang Salah
Siswa berusaha menjawab, namun jawaban nya salah atau bukan jawaban yang di inginkan oleh
peneliti.
Level 3 Jawaban
Miskonsepsi
Siswa menjawab tetapi jawaban
yang diberikan menunjukkan
beberapa kesalahpaham konsep
Level 4 Jawaban
Partial
Siswa menjawab namun jawaban yang di berikan memiliki konsep yang tidak utuh/belum lengkap.
Level 5 Jawaban
Lengkap
Siswa menjawab dengan jawaban yang utuh secara konsep yang telah ada dan menunjukkan pemahan yang baik pada soal yang diberikan.
b) Mengelompokan jawaban siswa.
Setelah jawaban siswa selesai di analisis,jawaban siswa di
kelompokkan sesuai level yang telah di tentukan. Ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengumpulan data awal di
c) Daftar Cek
Daftar cek digunakan untuk mengetahui kesesuaian atau
kualitas butir soal esaay dengan indikator dalam pembelajaran
didalam silabus. Agar memiliki kesesuaian yang ingin diukur
oleh peneliti (Lampiran B-4).
2) Lembar Validasi
Dalam penelitian ini untuk uji ahli digunakan lembar validasi.
Lembar validasi ini berisi penilaian validitas isi, bahasa, penulisan
soal, dan tampilan instrumen. Dalam lembar validasi ini digunakan
lima pilihan.
TABEL 3. 2 Kriteria penilaian lembar validasi
Kategori Nilai
Sangat baik 5
Baik 4
Cukup 3
Kurang 2
Sangat kurang 1
Uji ahli dilakukan supaya four-tier diagnostic test yang dihasilkan
mempunyai validitas isi yang baik, berdasarkan standar konstruksi,
materi, dan Bahasa. Ahli yang dilibatkan dalam penelitian ini
adalah dosen ahli materi, ahli evaluasi dan guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia MS Al-Hikmah Tayan Hilir. Setelah dilakukan
validasi oleh ahli maka produk tersebut direvisi sesuai dengan
masukan-masukan yang diberikan. Soal-soal four-tier diagnostic
test yang sudah divalidasi telah memiliki validitas isi yang baik,
sehingga layak digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang
mengalami understand, partial understanding, misconception, dan
3) Metode Tes
Setelah produk divalidasi oleh ahli dihasilkan perangkat