• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR SKRIPSI"

Copied!
254
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER

DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI

PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII

DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR

SKRIPSI

oleh :

LISTYA DEVINA

NIM : 131630105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PONTIANAK

(2)

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER

DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI

PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII

DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR

SKRIPSI

Oleh :

LISTYA DEVINA

NIM : 131630105

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Pada Program Studi

Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PONTIANAK

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER

DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI

PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII

DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR

SKRIPSI

Disusun oleh :

LISTYA DEVINA NPM : 131630105

Disetujui untuk disidangkan

Pembimbing I

Ari Sunandar, S.Pd., M.Si NIDN. 1123088501

Pembimbing II

Adi Pasah Kahar, M.Pd. NIDN. 1124068801

Mengetahui,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER

DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI

PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII

DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR

SKRIPSI

Tanggung Jawab Yuridis pada

LISTYA DEVINA

NPM : 131630105

Disetujui

Pembimbing I

Ari Sunandar, S.Pd., M.Si NIDN. 1123088501

Pembimbing II

Adi Pasah Kahar, M.Pd. NIDN. 1124068801

Mengetahui,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak

(5)

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Listya Devina

NPM : 131630105

Program Studi : Pendidikan Biologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test

Untuk Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi FotosintesisKelas

VIII Di MS Al-Hikmah Tayan Hilir

Skripsi ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak, pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 13 Febuari 2018

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1 Ari Sunandar, S.Pd., M.Si ...

Ketua

2 Adi Pasha Kahar,M.Pd ...

Sekretaris

3 Hanum Mukti Rahayu, S.Pd., M.Sc ...

Penguji I

4 Anandita Eka Setiadi., M.Si ...

Penguji II

5 Ari Sunandar, S.Pd., M.Si ...

Pembimbing I

6 Adi Pasha Kahar, M.Pd ...

(6)

i

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Listya Devina

NPM : 131630105

Program Studi : Pendidikan Biologi

Menyatakan dengan sebenarnya bahawa skripsi yang berjudul “ Pengembangan

Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MS Al-Hikmah Tayan Hilir” adalah hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Pontianak, 28 Januari 2018

Peneliti

Listya Devina

(7)

ii MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah

selesai ( dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan

hanya kepada tuhanmulah engkau berharap.

(QS. Surat Al-Insyirah : 6-8 )

Success is no accident. It is hark work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of what you are doing.

(Pele)

Ketika kamu telah berusaha dan hasil yang kamu dapatkan tak sesuai dengan

keinginanmu, maka cobalah lagi, lagi dan lagi. Sampai akhirnya kamu berkata

bahwa “ini yang aku inginkan”.

(Penulis)

Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk

merubah dunia.

(8)

iii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil’alamin.

Di atas segala asa, kupanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,

Dialah puncak segala ketaatan. Akhirnya, teriring penghargaan, terima kasih, cinta

dan ketulusan kupersembahkan sebuah karya sederhana untuk mereka yang

menantikan saat-saat ini:

Mamak dan Bapak Tercinta

Mamak (Rosdiana) dan Bapak (Syahdan) tercinta sebagai tanda bakti, hormat, dan

rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada

Mamak dan Bapak yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, segala dukungan,

dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas. Semoga ini

menjadi langkah awal untuk membuat Mamak dan Bapak bahagia dan menjadi

sebuah hadiah kecil yang indah bagi kalian. Karena, selama ini aku belum bisa

berbuat yang lebih. Untuk Mamak dan Bapak yang selalu membuatku termotivasi

dan selalu mendoakanku,

Terima Kasih Mamak... Terima Kasih Bapak...

Orang-orang Spesial Dalam Hidupku

Untuk abang-abang ku tersayang (Andriansyah, Pebuaretno, Aris Purnama) dan

adikku (Mila Fitriani), terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini, hanya

karya kecil ini yang dapat aku persembahkan.

Untuk sahabat-sahabatku (Ade, Anggi, Aldi, Puput, Wara, dan Wawan ), terima

kasih atas perhatian, kesabaran, doa, semangat dan dukungannya. Walau tidak

selalu bertemu, Semoga persahabatan dan persaudaraan ini semakin erat nantinya.

Finally, thank’s to rekan-rekan biologi 2013 terima kasih atas bantuan, doa, nasihat dan semangat yang telah diberikan.

Terima kasih kepada semua pihak yang setiap hari tidak lupa memberikan semangat

(9)

iv ABSTRAK

LISTYA DEVINA. 131630105. Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier

Diagnostic Test Untuk Mengungkapkan Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MS Al-Hikmah Tayan Hilir. Dibimbing oleh ARI SUNANDAR, S.Pd.,M.Si dan ADI PASAH KAHAR, M.Pd.

Miskonsepsi yang dimiliki siswa akan berdampak pada pemahaman materi dan

kesulitan belajar. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan soal four-tier

diagnostic test pada materi fotosintesis. Pengembangan soal four-tier diagnostic test dengan menentukan kevalidan, reliabilitas, karakteristik butir soal, serta

mendeskripsikan profil miskonsepsi siswa. Jenis penelitian ini adalah Research and

Development (R&D). Subjek uji coba adalah siswa kelas IX dan subjek uji implementasi adalah siswa kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir. Metode yang

digunakan adalah dokumentasi, wawancara, data tes essay, angket, dan four-tier

diagnostic test. Four-tier diagnostic test terdiri atas empat tingkatan, yaitu: pertanyaan dengan satu kunci jawaban dan tiga pengecoh, tingkat keyakinan jawaban, alasan, dan tingkat keyakinan alasan. Instrumen yang dihasilkan terdiri atas kisi-kisi, soal tes, dan kunci jawaban. Pengujian validitas oleh validator ahli menunjukkan instrumen yang dikembangkan valid. Reliabilitas tes yang dilakukan sebanyak tiga kali yang memiliki nilai rata-rata 0,76 yang tergolong kuat. Dari 40 soal yang dinyatakan valid, hanya 18 soal yang dapat digunakan sampai tahap akhir yaitu uji implementasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 41.77% dari 76 siswa yang terbagi atas 3 indikator. Indikator atau sub pokok pembahasan yang mengalami miskonsepsi pada materi fotosintesis terbesar adalah indikator yang membahas tentang menunjukkan bagian daun yang berperan dalam fotosintesis tentang penentuan bagian-bagian daun yang berperan dalam proses fotosintesis dengan rata-rata 43.75% . Dari hasil

pengembangan four-tier diagnostic test didapatkan kesimpulan bahwa produk yang

dikembangkan efektif serta layak digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada materi fotosintesis.

(10)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test Untuk

Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MTS Al-Hikmah

Tayan Hilir”.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Arif Didik Kurniawan, M.Pd Selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah

Pontianak dan Validator yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat

berjalan lancar

2. Ari Sunandar, S.Pd., M.Si Selaku Ketua Prodi Pendidikan Biologi dan

Pembimbing I atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.

3. Adi Pasah Kahar, M.Pd Selaku Pembimbing II atas bimbingan, saran, dan

motivasi yang diberikan.

4. Hanum Mukti Rahayu, S.Pd., M.Sc Selaku Penguji I atas masukan dan saran

yang diberikan.

5. Anandita Eka Setiadi, S.Si., M.Si Selaku Penguji II atas masukan dan saran

yang diberikan.

6. H. Syeh Indra, S.E selaku Kepala MTS Al-Hikmah Tayan Hilir yang telah

memberikan izin penelitian.

7. Susi Susanti, S.Pd Selaku Guru IPA MTS Al-Hikmah Tayan Hilir yang telah

memberikan izin penelitian.

8. Dosen dan staf administrasi prodi Biologi Universitas Muhammadiyah

Pontianak yang selalu membantu dan memberikan dukungan.

9. Garuda, S.Pd,. M.Si Selaku Validator yang telah membantu sehingga

(11)

vi

10. Resti Suryani, S.Pd Selaku Validator yang telah membantu sehingga penelitian

ini dapat berjalan lancar.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai

kekurangan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan

perbaikannya sehingga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang

pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut.

Aamiin.

Pontianak, Januari 2018

(12)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... i

MOTTO ... ii

PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Definisi Operasional... 4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Deskripsi Teori ... 6

B. Kerangka Berpikir ... 23

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 25

A. Metode dan Bentuk Penelitian ... 25

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 26

D. Instrumen Penelitian... 26

E. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 54

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(13)

viii

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 Kombinasi Jawaban Four-Tier Test ... 14

Tabel 3. 1 Tingkatan Pemahaman Konseptual ... 28

Tabel 3. 2 Kriteria Penilaian Lembar Validasi... 29

Tabel 3. 3 Kriteria Penilaian Lembar Validasi... 34

Tabel 3. 4 Interprestasi Reliabilitas ... 36

Tabel 3. 5 Interprestasi Taraf Kesukaran ... 37

Tabel 3. 6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 38

Tabel 3. 7 Skala Likert ... 39

Tabel 3. 8 Presentase Kategori Presentase Respons Siswa ... 40

Tabel 4. 1 Hasil Analisis Jawaban Essay Siswa ... 44

Tabel 4. 2 Revisi Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 45

Tabel 4. 3 Hasil Analisis Reliabilitas Secara Keseluruhan ... 47

Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Analisis Tingkat Kesukaran Soal Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Kecil ... 48

Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan Analisis Daya Beda Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Kecil ... 48

Tabel 4. 6 Analisis Angket Respon Siswa Skala Kecil ... 49

Tabel 4. 7 Hasil Perhitungan Analisis Tingkat Kesukaran Soal Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Besar ... 50

Tabel 4. 8 Hasil Perhitungan Analisis Daya Beda Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Besar ... 50

Tabel 4. 9 Analisis Angket Respon Siswa Skala Besar ... 50

Tabel 4. 10 Hasil Perhitungan Analisis Tingkat Kesukaran Soal Four-Tier Diagnostic Test Tes Implementasi ... 51

Tabel 4. 11 Hasil Perhitungan Analisis Daya Beda Four-Tier Diagnostic Test Test Implementasi ... 52

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Desain eksperimen (before-after)... 10

Gambar 2. 2 Desain eksperimen dengan kelompok control (Pretest- postest control group design) ... 10

Gambar 2. 3 Organel yang berperan dalam Fotosintesis ... 19

Gambar 2. 4 Letak kloroplas di dalam daun ... 20

Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir Penelitian ... 24

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A

Lampiran A-1 Daftar Nilai Ulangan VIII 2015/2016 ... 72

Lampiran A-2 Daftar Nilai Ulangan Harian VIII 2016/2017 ... 74

Lampiran A-3 Presentase Nilai Ulangan 2015/2016 dan 2016/2017.... 76

Lampiran A-4 Hasil Wawancara ... 77

Lampiran B Lampiran B-1 Silabus Pembelajaran ... 79

Lampiran B- 2 Pedoman Penskoran Soal Uraian (Essay) ... 82

Lampiran B-3 Daftar Cek Kesesuaian Butir Soal (Uraian) Dengan Indikator Pembelajaran ... 88

Lampiran B- 4 Kisi-Kisi Dan Kunci Jawaban Instrumen Four-Tier Diagnostic Test ... 89

Lampiran B-5 Instrumen Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 93

Lampiran B-6 Pedoman Telaah Butir Soal Pilihan Ganda ... 117

Lampiran B-7 Pedoman Validasi Angket Respon Siswa ... 124

Lampiran B-8 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ... 125

Lampiran B-9 Angket Respon Siswa ... 126

Lampiran C Lampiran C-1 Hasil Analisis Lembar Validasi Instrumen Four Tier Diagnostic Test ... 128

Lampiran C-2 Analisis Butir Soal Essay 2017/2018 ... 132

Lampiran C-3 Perhitungan Reabilitas Four-Tier Diagnostic Test Skala Kecil… ... 135

Lampiran C-4 Perhitungan Kualitas Soal Four-Tier Diagnostic Test Coba Skala Kecil ... 142

Lampiran C-5 Rekap Analisis Butir Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 156

Lampiran C-6 Hasil Analisis Angket Respon Siswa Skala Produk ... 158

Lampiran C-7 Perhitungan Reabilitas Four-Tier Diagnostic Test Uji Skala Besar ... 162

Lampiran C-8 Perhitungan Kualitas Soal Four-Tier Diagnostic Test Uji Coba Skala Luas ... 170

Lampiran C-9 Rekap Analisis Butir Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 183

Lampiran C-10 Hasil Analisis Angket Respon Siswa Skala Besar ... 184

Lampiran C-11 Perhitungan Reabilitas Soal Four-Tier Diagnostic Test Uji Implementasi ... 189

Lampiran C-12 Perangkat Instrumen Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 201

Lampiran C-13 Hasil Implementasi Soal Four-Tier Diagnostic Test ... 215

Lampiran C- 14 Daftar Cek Kesesuaian Butir Soal Four-Tier Diagnostic Test Dengan Indikator Pembelajaran ... 221

Lampiran C- 15 Analisis Butir Soal Tahap Implementasi ... 222

Lampiran D Lampiran D- 1 Surat Pernyataan Validator Materi ... 231

(17)

xii

Lampiran D- 3 Surat Pernyataan Validator Bahasa ... 232 Lampiran D- 4 Surat Izin Penelitian ... 234 Lampiran D- 5 Surat Keterangan Penelitian ... 235

Lampiran E

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa berusaha membentuk pengetahuan

dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk konsepsi awal.

Pembentukan konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan

pengalaman pembelajaran di sekolah maupun dilingkungannya sendiri. Para

pakar di bidang miskonsepsi juga menemukan hal lain yang menjadi penyebab

miskonsepsi pada siswa, diantaranya adalah dari siswa itu sendiri, guru, buku

teks, dan metode pembelajaran yang digunakan (Suparno, 2013 : 4).

Berbagai macam cara dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi

pada siswa diantaranya ialah menggunakan peta konsep, tes pilihan ganda

dengan disertai alasan terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi

dalam kelas, serta praktikum dengan disertai tanya jawab (Suparno, 2013 :

121-128). Tes pilihan ganda disertai alasan terbuka memiliki keunggulan dalam

mengidentifikasi miskonsepsi siswa karena guru dapat menentukan tipe

kesalahan siswa dalam suatu konsep berdasarkan jawaban yang dipilih serta

dapat mengurangi jawaban tebakan siswa (Suyono, 2011 : 31).

Materi fotosintesis merupakan bagian dari pembelajaran biologi yang

dipelajari oleh siswa kelas VIII. Konsep-konsep pada materi ini antara lain

berhubungan dengan studi pustaka untuk merumuskan tentang konsep

fotosintesis dan transformasi fotosintesis, dan mencari informasi tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Agar dapat menguasai materi ini

dengan baik,maka siswa harus paham dan belajar dengan sungguh-sungguh.

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru IPA (Lampiran

A-4), salah satu mata pelajaran IPA kelas VIII yang bersifat konseptual dan

sering membuat siswa mengalami miskonsepsi terutama di bidang biologi

adalah materi fotosintesis. Guru menganggap bahwa materi ini agak sulit bagi

(19)

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, tidak adanya praktikum pun

menjadi salah satu faktor sehingga anak kurang paham dalam materi fotosintesis.

Dari penjelasan di atas rendahnya persentase nilai pembelajaran biologi

pada materi fotosintesis siswa kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir (Lampiran

A-1 dan Lampiran A-2) kemungkinan di sebabkan adanya miskonsepsi. Oleh

sebab itu, diadakan suatu upaya untuk meminimalisir kesalahan konsep tersebut

yaitu dengan menganalisis proses pembelajaran yang berlangsung, sehingga

dapat merancang suatu proses pembelajaran yang bertolak dari prakonsep atau

konsep awal yang telah ada pada siswa dan melakukan suatu tes diagnostik untuk

mengetahui konsep yang dibentuk oleh siswa setelah proses pembelajaran.

Pembelajaran yang tidak memperhatikan konsepsi siswa akan

menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar dan berakibat pada

rendahnya prestasi belajar siswa (Howe,1993) dalam Aryantha (2013 : 3). Siswa

tersebut memerlukan bantuan secara tepat dan sedini mungkin agar kesulitan

yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan dapat

berhasil dan efektif terlebih dahulu harus dipahami dimana letak kesulitan yang

mereka hadapi. Salah satu teknik untuk membantu mengatasi kesulitan belajar

yaitu dengan tes diagnostik.

Tes diagnostik menurut Arikunto (2012 : 34) merupakan tes yang dilakukan

untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hasil tes

tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. Salah satu tes untuk diagnosis

miskonsepsi yaitu Four tier diagnostic test. Four-tier diagnostic test (tes

diagnostik empat tingkat) merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan

ganda tiga tingkat. Pengembangan tersebut terdapat pada ditambahkannya

tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban maupun alasan. Tingkat

pertama merupakan soal pilihan ganda dengan tiga pengecoh dan satu kunci

jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat ke dua merupakan tingkat keyakinan

siswa dalam memilih jawaban. Tingkat ke tiga merupakan alasan siswa

menjawab pertanyaan, berupa tiga pilihan alasan yang telah disediakan dan satu

alasan terbuka. Tingkat ke empat merupakan tingkat keyakinan siswa dalam

(20)

angka satu sampai enam sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Caleon & Subramaniam (2010 : 315-317).

Keunggulan yang dimiliki tes diagnostik pilihan tingkat adalah melalui tes

diagnostik empat tingkat, guru dapat: (1) membedakan tingkat keyakinan

jawaban dan tingkat keyakinan alasan yang dipilih siswa sehingga dapat

menggali lebih dalam tentang kekuatan pemahaman konsep siswa, (2)

mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa lebih dalam, (3) menentukan

bagian-bagian materi yang memerlukan penekanan lebih, (4) merencanakan

pembelajaran yang lebih baik untuk membantu mengurangi miskonsepsi siswa.

Berdasarkan uraian diatas,peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test

Untuk Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MS

Al-Hikmah Tayan Hilir”. Adapun Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test

diharapkan dapat menjadi suatu alat terbarukan untuk mengidentifikasi

miskonsepsi terutama di materi fotosintesis.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka fokus penelitian

yang diajukan peneliti ini adalah bagaimana pengembangan four-tier diagnostic

test pada materi fotosintesis kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan

four-tier diagnostic test pada materi fotosintesis kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini bersifat teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis,hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

atau masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah kajian

ilmu pengetahuan khususnya biologi. Penelitian ini juga diharapkan dan

(21)

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru IPA, membantu dalam penyusunan tes diagnostik untuk

mengetahui kesulitan belajar siswa

b. Bagi sekolah, Sebagai pertimbangan bagi institusi pendidikan dalam

menentukan kebijakan penggunaan teknik evaluasi yang sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan di lapangan terutama masalah miskonsepsi pada

siswa.

c. Bagi peneliti, dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan diri dan

pengalaman untuk mengetahui letak miskonsepsi yang dimiliki siswa pada

materi fotosintesis

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini dapat memberikan penjelasan

terhadap beberapa pengertian dan istilah-istilah yang dijelaskan oleh peneliti.

Adapun penjelasannya meliputi :

1. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan

produk tersebut (Sugiyono, 2013: 297). Menurut Sugiyono (2013 : 298),

langkah-langkah penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai

berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk,

(4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk,

(8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal. Dalam

penelitian ini, peneliti hanya sampai tahap revisi produk tidak di produksi

massal karena keterbatasan biaya. Produk yang akan dihasilkan adalah tes

diagnostik dengan menerapkan four-tier diagnostic test.

2. Miskonsepsi adalah pemahaman materi/konsep yang tidak sesuai dengan

penertian ilmiah atau pengertian yang di kemukakan oleh para ahli

(Suparno,2013:4). Menurut Depdiknas miskonsepsi dapat di ukur melalui tes

diagnostik (Depdiknas,2007:2). Identifikasi miskonsepsi dapat dilakukan

dengan cara pembuatan peta konsep, tes pilihan ganda dengan alasan

terbuka,tes uraian,wawancara, diskusi dalam kelas dan praktikum melalui

(22)

adalah untuk melihat pemahaman materi/konsep yang terjadi di materi smp

khusus nya di bidang biologi yaitu fotosintesis.

3. Tes diagnostik adalah tes untuk mengetahui kelemahan khusus yang dimiliki

oleh peserta didik yang tidak berhasil, juga untuk mengetahui kelemahan dan

kekuatan peserta didik itu dalam suatu mata pelajaran (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2002). Azwar (2009:11) juga menjelaskan tes diagnostik adalah

tes yang digunakan untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam

belajar,mendeteksi kelemahan–kelemahan siswa yang dapat diperbaiki

segera. Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes diagnostik

adalah tes yang digunakan untuk mengindentifikasi kesulitan belajar siswa

agar dapat diatasi sesuai kesulitannya.

4. Four-tier diagnostic test adalah instrumen yang didasarkan pada pola

Pesman yang menyusun instrumen soal dengan bentuk pengembangan

three-tier disgnostic test tipe semi tertutup pada pilihan jawaban bagian alasan. pengembangan instrumen ini juga mengacu pada penelitian Engelhardt dan

McDermott sebagai ragam kontruksi soal. Format instrumen four-tier

diagnostic test disusun dalam 4 tingkatan, yaitu : tingkat pertama untuk soal pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban,

tingkat ke dua berisi tentang tingkat keyakinan atas jawaban pada tingkat

pertama, tingkat ketiga berisi penyajian alasan dengan tiga pilihan alasan dan

satu pilihan kosong yang dapat disi sendiri,serta tingkat ke empat berisi

tentang keyakinan atas alasan jawaban pada tingkat ketiga.

5. Fotosintesis adalah materi SMP kelas VIII yang termasuk ke dalam materi

semester ganjil kurikulum 2013. Materi fotosintesis dilaksanakan selama

2 jam 1 kali pertemuan. Materi fotosintesis terdiri dari studi pustaka untuk

merumusukan tentang konsep fotosintesis daan transformasi energi,

melakukan percobaan proses fotosintesis dan mencari informasi tentang

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teori

1. Tes Diagnostik

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat

untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam

pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi

dan sebagainya. (Widoyoko, 2010:45). Menurut Mardapi (2008:67) tes

merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang

secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus

atau pertanyaan. Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang

harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat

kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes.

Ditinjau dari segi tujuannya ada empat macam tes yang digunakan di

lembaga pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif dan

tes sumatif. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan

tersebut dapat diberikan perlakuan yang tepat (Arikunto, 2012:34). Tes

diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi

peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep (Widoyoko, 2010:

29).

Tes diagnostik adalah pengukuran terhadap sasaran didik untuk

mengetahui latar belakang dan keadaannya pada suatu saat tertentu, agar

dapat didesain pelajaran dan strategi mengajar yang sesuai dengan

karakteristiknya (Daryanto, 2010:152). Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa tes diagnostik adalah tes yang dibuat untuk mengetahui dalam

hal-hal apa siswa tertentu mempunyai kelemahan dan dalam hal-hal apa ia sudah

mempunyai dasar yang kuat, dengan demikian anak tersebut dapat diberikan

(24)

Di samping itu, tes diagnostik juga dapat dipakai untuk mengetahui

apakah bantuan yang diberikan kepada sasaran didik sudah mengena, apabila

seorang siswa telah menerima suatu bantuan tertentu yang berhubungan

dengan materi belajar, maka untuk mengetahui sejauh mana manfaat tersebut

perlu dilakukan tes diagnostik.

Tes diagnostik ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa

sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum

dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini berisi materi yang

dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung

rendah (Mardapi, 2008:69).

2.Pendekatan dan Penyusunan Tes Diagnostik

Tahap penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran dapat

dianalisis dari serangkaian tugas pendidik dalam menjalankan tugak

pokoknya yaitu mulai dari merancang, melaksanakan, sampai dengan

mengevaluasi pembelajaran. Sistem pembelajaran yang dikembangkan

bermakna luas, karena system terdiri dari komponen input, proses, dan output.

Komponen input pembelajaran terdiri dari karakteristik peserta didik,

karakteristik guru, sarana prsarana, dan perangkat pendukung pembelajaran.

Komponen output berupa hasil dan dampak pembelajaran dapat memilih

salah satu dari komponen sistem yang lain (Mulyatiningsih, 2012).

Ada beberapa model penelitian pengembangan dalam bidang

pendidikan, salah satunya model Sugiyono. Menurut Sugiyono (2011:298),

langkah-langkah penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai

berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk,

(4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk,

(8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal.

Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat dijelaskan

(25)

a. Potensi dan Masalah

Penelitian berawal dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah

segala sesuatu yang bila digunakan akan memiliki nilai tambah. Contoh

dalam bidang khasanah budaya dan pendidikan adalah Indonesia kaya

akan budaya dari setiap propinsi seperti cerita rakyat, permainan

tradisional, tarian tradisional, rumah adat dan masing-masing jenis

kearifan lokal tersebut jika dieksplor dapat digunakan sebagai konteks

untuk mengajarkan materi biologi di sekolah.

Selanjutnya, menurut Sukardi (2011:299) masalah adalah

penyimpangan antara yang diharapkan dengan relita yang terjadi. Masalah

juga dapat dijadikan potensi apabila dapat mendayagunakannya. Misalnya

limbah yang dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat atau

masalah rendahnya keaktifan dan hasil belajar matematika siswa yang

dinggap sebagai masalah nasional. Masalah ini dapat diatasi dengan

melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu

model, pola, atau system penanganan terpadu efektif yang dapat

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini

akan ditemukan dan dapat diaplikasikan secara efektif jika dilakukan

melalui penelitian dan pengembangan. Tahap pertama adalah melakukan

penelitian untuk menghasilkan informasi. Berdasarkan data yang

diperoleh selanjutnya dapat dirancang model penanganan yang efektif.

Untuk mengetahui efektivitas model tersebut maka perlu diuji. Pengujian

dapat menggunakan metode eksperimen. Setelah model teruji maka dapat

diaplikasikan untuk mengatasi masalah yang dimaksud.

Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus

ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak

harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain,

atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu

(26)

b. Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan up

to date, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yag dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang

diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Metode yang akan

digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan

yang ingin dicapai.

c. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian research and development

bermacam-macam. Untuk menghasilkan sistem kerja baru maka peneliti

harus membuat rancangan kerja baru yang dibuat berdasarkan penilaian

terhadap sistem kerja lama, sehingga dapat ditemukan

kelemahan-kelemahan terhadap sistem tersebut. Selain itu, peneliti harus

mengadakan penelitian terhadap unit lain yang dipandang sistem kerjanya

bagus. Selain itu harus mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan

sistem kerja yang modern berikut indikator system kerja yang baik.

Hasil akhir dari kegiatan tersebut berupa desain produk baru yang

lengkap dengan spesifikasinya. Desain ini masih bersifat hipotetik.

Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti, dan akan dapat

diketahui setelah melalui pengujian pengujian. Desain produk harus

diwujudkan dengan gambar atau bagan, sehingga akan memudahkan

pihak lain untuk memahaminya.

d. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah

rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan

lebih efektif dari yang lama. Dikatakan secara rasional karena validasi

disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum

merupakan fakta di lapangan.

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai

(27)

desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan

kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi.

Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai

ditemukan desain tersebut, sekaligus keunggulannya.

e. Perbaikan Desain

Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para pakar

dan ahli lainnya, selanjutnya dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan

tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki

desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang hendak

menghasilkan produk tersebut.

f. Uji Coba Produk

Uji coba produk dapat dilakukan melalui eksperimen, yaitu

membandingkan efektifitas dan efisiensi keadaan sebelum dan sesudah

memakai sistem baru (before-after) atau dengan membandingkan dengan

kelompok yang tetap menggunakan sistem lama. Dalam hal ini kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga model eksperimen pertama

dan kedua dapat digambarkan seperti gambar 2.1 berikut :

Gambar 2. 1 Desain eksperimen (before-after)

Keterangan: O1 nilai sebelum treatmen, O2 nilai sesudah treatment, dan X adalah treatmen.

Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan bahwa eksperimen

dilakukan dengan membandingkan hasil observasi O1 dan O2. Model

eksperimen yang kedua ditunjukkan oleh gambar 2.2 berikut ini :

Gambar 2. 2 Desain eksperimen dengan kelompok control

(Pretest-postest control group design)

Keterangan:

(28)

O2 : nilai kemampuan kelompok eksperimen setelah menggunakan

treatment baru

O3 : nilai kemampuan awal kelompok kontrol

O4 : nilai kemampuan kelompok kontrol dengan tetap menggunakan

treatment lama

Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan sebagai berikut.

Sebelum treatmen baru diujicobakan, dipilih kelompok kerja tertentu

yang akan menggunakan treatment tersebut. Bila kelompok tersebut

jumlahnya banyak, eksperimen dilakukan pada sampel yang dipilih

secara random. Kelompok pertama yang akan menggunakan metode baru

disebut kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tetap

menggunakan metode lama disebut kelompok kontrol. R berarti

pengambilan kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan secara

random. Kedua kelompok tersebut selanjutnya diberi pretes atau melalui

pengamatan untuk mengetahui posisi kemampuan kedua kelompok

tersebut. Bila kedua kelompok tersebut mempunyai kemamuan yang

sama atau tidak berbeda secara signifikan maka kelompok terseut sudah

sesuai untuk dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Bila posisi

kemampuan kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan maka

pengambilan kelompok perlu diulang sampai diperoleh posisi

kemampuan tidak berbeda secara signifikan.

Pengujian signifikansi efektivitas dan efisiensi treatment baru, bila

data berbentuk interval dan dilakukan pada dua kelompok maka dapat

menggunakan t-test berpasangan (related), sedangkan bila dilakukan

pada lebih dari dua kelompok dapat menggunakan Analisis Varians

(Anava). Selanjutnya, menurut Sugiyono (2011:307), untuk

membuktikan signifikansi perbedaan tindakan lama dan baru tersebut,

perlu diuji secara statistic dengan test berkorelasi (related). Rumus yang

(29)

Keterangan: :

: Rata-rata sampel 1 (tindakan lama)

: Rata-rata sampel 2 (tindakan baru)

S1 : Simpangan baku sampel 1 (tindakan lama)

S2 : Simpangan baku sampel 2 (tindakan baru)

: Varians sampel 1

: Varians sampel 2

r : Korelasi antara data dua kelompok

g. Revisi Produk

Pengujian produk pada sampel yang terbatas menunjukkan bahwa

kinerja tindakan baru tersebut lebih baik dari tindakan lama.

h. Uji coba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada revisi

yang tidak terlalu penting.

i. Revisi Produk

Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata

terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya

pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam

hal ini adalah sistem kerja atau tindakan.

j. Pembuatan Produk Masal

Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah

diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi massal.

3.Pengembangan instrument Four Tier Diagnostic Test format

Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki

jumlah alternatif jawaban lebih dari satu (Widoyoko, 2010:59). Pada

(30)

jumlah alternatif tersebut tidak boleh terlalu banyak. Bila alternatif lebih dari

lima maka akan sangat membingungkan peserta tes, dan juga akan sangat

menyulitkan penyusunan butir soal. Tipe tes ini dalam bahasa Inggris dikenal

dengan nama multiple choice item (butir soal pilihan majemuk atau ganda).

Tipe tes ini adalah yang paling popular dan banyak digunakan dalam

kelompok tes objektif karena banyak sekali materi yang dapat dicakup.

Pengembangan instrumen four tier test didasarkan pada pola Pesman

(Pesman, 2005:7) yang menyusun instrumen soal dengan bentuk

pengembangan dari three tier test tipe semi tertutup pada pilihan jawaban

bagian alasan. Four-tier diagnostic test (tes diagnostik empat tingkat)

merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat.

Pengembangan tersebut terdapat pada ditambahkannya tingkat keyakinan

siswa dalam memilih jawaban maupun alasan. Tingkat pertama merupakan

soal pilihan ganda dengan tiga pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus

dipilih siswa. Tingkat ke dua merupakan tingkat keyakinan siswa dalam

memilih jawaban. Tingkat ke tiga merupakan alasan siswa menjawab

pertanyaan, berupa tiga pilihan alasan yang telah disediakan dan satu alasan

terbuka. Tingkat ke empat merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih

alasan. Tingkat keyakinan yang dikembangkan berada pada rentang angka

satu sampai enam sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Caleon

& Subramaniam, 2010:315-317).

Keunggulan yang dimiliki tes diagnostik pilihan tingkat adalah melalui

tes diagnostik empat tingkat guru dapat (Qisthi,dkk, 2015:42) :

a.membedakan tingkat keyakinan jawaban dan tingkat keyakinan alasan yang

dipilih siswa sehingga dapat menggali lebih dalam tentang kekuatan

pemahaman konsep siswa,

b.mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa lebih dalam,

c.menentukan bagian-bagian materi yang memerlukan penekanan lebih,

d.merencanakan pembelajaran yang lebih baik untuk membantu mengurangi

(31)

Salah satu tes untuk diagnosis miskonsepsi yaitu Four tier test. Four tier

test merupakan pengembangan dari three tier test yang dipadukan dengan

Confidence Rating pada alasan jawaban, sehingga lebih akurat tingkat keyakinan atas jawaban dan alasan jawaban. Adapun kategori dari kombinasi

jawaban Four tier test yaitu pada tabel berikut ( Aldi,dkk, 2017:46) :

TABEL 2. 1 Kombinasi Jawaban Four Tier Test

Tier-1 Tier-2 Tier-3 Tier-4 Level

konsepsi

1 Y 1 Y U

1 Y 1 TY

1 TY 1 Y

1 TY 1 TY

1 Y 0 Y

1 Y 0 TY

1 TY 0 Y PU

1 TY 0 TY

0 Y 1 Y

0 Y 1 TY

0 TY 1 Y

0 TY 1 TY

0 Y 0 Y M

0 Y 0 TY

0 TY 0 Y NU

0 TY 0 TY

Terdapat tier yang tidak dijawab atau menjawab lebih dari

satu pilihan yang tersedia UC

Sumber : (Aldi,dkk, 2017) Keterangan :

1 = Jawaban benar

2 = Jawaban salah

Y = Yakin TY = Tidak Yakin

U = understand (siswa memiliki konsepsi yang baik)

PU = Partial Understanding ( siswa yang memiliki konsepsi yang tidak

utuh)

M = Misconception (miskonsepsi)

NU = Not Understanding (siswa tidak paham konsep)

UC = Uncode ( tidak dapat dilakukan coding)

4. Miskonsepsi

a. Definisi Miskonsepsi

Miskonsepsi merupakan kesalahan pemahaman suatu peristiwa atau

(32)

dibangunnya tidak sesuai dengan pengertian ilmiah para ahli dalam bidang

itu. Miskonsepsi dapat berupa konsep awal yang salah dan kesalahan

dalam menghubungkan konsep-konsep. Menurut Feldsine miskonsepsi

adalah suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara

konsep-konsep (Suparno, 2005:4).

Miskonsepsi adalah kepercyaan yang tidak sesuai dengan penjelasan

yang diterima umum dan terbukti sahih tentang suatu fenomena atau

peristiwa. Dalam pelajaran sains, misalnya, miskonsepsi siswa mungkin

bertentangan dengan data hasil penelitian ilimiah yang terkumpul selama

puluhan bahkan ratusan tahun (Jeanne, 2009:338).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan siswa-siswa tingkat

sekolah menengah untuk menemukan miskonsepsi dalam topik-topik:

“light, electric and simple circuits, heat and temperature, force and motion, the gaseous state, the particulate nature of matter in the gaseous phase, beyond appearances: the conservation of matter under physical and chemical transformations”, Driver (1985) mengemukakan hal-hal berikut (Ratna, 2011:154) :

1). Miskonsepsi bersifat pribadi

Bila dalam suatu kelas anak-anak disuruh menulis tentang

percobaan yang sama, mereka memberikan berbagai interpretasi. Setiap

anak “melihat” dan menginterpretasikan eksperimen itu menurut caranya sendiri. Setiap anak menngkonstruksi kebermaknaannya

sendiri.

2). Miskonsepsi memiliki sifat yang stabil

Kerap kali terlihat bahwa gagasan anak yang berbeda dengan

gagasan ilmiah ini tetap dipertahankan anak, walaupun guru sudah

berusaha memberikan suatu kenyataan yang berlawanan.

3). Menyangkut koherensi

Bila menyangkut koherensi anak tidak merasa butuh pandangan

yang koheren sebab interpretasi dan prediksi tentang

(33)

akan koherensi dan kriteria untuk koherensi menurut persepsi anak

tidak sama dengan yang dipersepsi ilmuan.

b. Penyebab Miskonsepsi

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya miskonsepsi

pada siswa. Faktor tersebut dapat berupa dari dalam diri siswa maupun dari

luar. Penyebab miskonsepsi secara garis besar dapat disebabkan karena

beberapa hal sebagai berikut (Suparno, 2005:29) :

1) Siswa

Kesalahan pada siswa dapat berupa kesalahan pemahaman awal

(prakonsepsi) siswa mengenai suatu fenomena/peristiwa tertentu,

kemampuan siswa dalam memahami suatu peristiwa, tahap

perkembangan, minat siswa dalam suatu hal yang akhirnya dapat

mempengaruhi cara berpikir siswa, kesalahan siswa dalam menarik

kesimpulan yang terkadang hanya berdasarkan pada apa yang mereka

lihat, dan teman yang dapat mempengaruhi siswa dalam memahami

berbagai hal.

2) Guru

Kesalahan dari guru biasanya disebabkan karena ketidakmampuan

guru dalam menjelaskan suatu konsep kepada siswa, sehingga siswa

sulit untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru. Pemahaman

konsep guru yang kurang, cara mengajar yang kurang tepat atau sikap

guru yang kurang baik dalam berhubungan dengan siswa. Padahal jika

guru bersikap ramah dan terbuka terhadap siswa, siswa tidak akan segan

untuk bertanya mengenai materi yang belum mereka pahami.

3) Buku teks

Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya diakibatkan karena

kesalahan dalam memberikan penjelasan, kurangnya gambar yang

dimuat di buku teks yang dapat menyebabkan siswa harus

menggambarkan sendiri dalam pikirannya tentang suatu fenomena

tertentu dan terkadang gambaran yang dibuat tidak sesuai dengan

(34)

4) Konteks

Kesalahan konteks dalam hal ini dapat berupa masyarakat sekitar,

budaya, agama, dan bahasa sehari-hari yang digunakan siswa.

Penggunaan ungkapanungkapan yang umum dalam bahasa terkadang

salah menginterprestasikan makna sebenarnya dari peristiwa-peristiwa

yang terjadi.

5) Metode mengajar

Beberapa guru kurang variatif dalam mengajar. Metode yang

digunakan pun monoton dan tidak melibatkan siswa dalam

pembelajaran, yang akhirnya pembelajaran hanya berpusat pada guru,

siswa hanya mendengarkan apa yang guru sampaikan. Sehingga

membuat siswa jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti

pembelajaran yang akhirnya siswa tidak memahami apa yang

dijelaskan oleh guru. Metode mengajar yang digunakan guru yang

hanya menekankan kebenaran dari satu sisi sering memunculkan

kesalahan pemahaman pada siswa.

c. Teknik Mendeteksi Miskonsepsi

Terdapat beberapa teknik dalam mendeteksi miskonsepsi, yaitu: peta

konsep, tes uraian tertulis, wawancara klinis, dan diskusi dalam kelas yang

dapat dijelaskan sebagai berikut (Suparno, 2013:121-128) :

1) Peta Konsep

Novak, J. D. & Growin, D. B. (1984) mennyatakan bahwa peta

konsep sebagai suatu alat skematis untuk mempresentasikan suatu

rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu rangkaian proposisi.

Peta itu mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara

konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta konsep

disusun secara hirarkis, konsep esensial akan berada pada bagian atas

peta.Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan melihat hubungan antara

(35)

2) Tes Uraian Tertulis

Tes uraian adalah tes yang terdiri dari butir-butir tes dimana

masing-masing butir tes berupa suatu pertanyaan atau suatu suruhan

yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif

panjang. Guru dapat mempersiapkan tes uraian yang memuat beberapa

konsep yang mau diajarkan atau sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat

diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah pengertian

dalam bidang apa.

3) Wawancara Klinis

Wawancara klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada

siswa. Guru memilih beberapa konsep yang dperkirakan sulit

dimengerti sisw, atau beberapa konsep yang esensial dari bahan yang

mau diajarkan. Kemudian, siswa diajak untuk mengekspresikan

gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat

dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang ada dan

sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh miskonsepsi

tersebut.

4) Diskusi dalam Kelas

Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan

mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan.

Dari diskusi tersebut, guru atau peneliti dapat mengerti konsep-konsep

alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih cocok digunakan pada

kelas yang besar dan juga sebagai penjajakan awal. Miskonsepsi

sangatlah resisten dalam pembelajaran bila tidak diperhatikan dengan

seksama oleh guru.

5. Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan

yang berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam

bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan

NADPH). Energi kimia ini akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat

(36)

tanaman disintesa dari energi dan adanya organisme hidup lainnya

tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk

berfotosintesis (Devlin, 1975).

Gambar 2. 3 Organel yang berperan dalam Fotosintesis ( sumber :

Biologi, raven and Johnson, 2001)

Klorofil merupakan pigmen hijau tumbuhan dan merupakan pigmen

yang paling penting dalam proses fotosintesis. Sekarang ini, klorofil dapat

dibedakan dalam 9 tipe : klorofil a, b, c, d, dan e. Bakteri klorofil a dan b,

klorofil chlorobium 650 dan 660. klorofil a biasanya untuk sinar hijau biru.

Sementara klorofil b untuk sinar kuning dan hijau. Klorofil lain (c, d, e)

ditemukan hanya pada alga dan dikombinasikan dengan klorofil a. bakteri

klorofil a dan b dan klorofil chlorobium ditemukan pada bakteri fotosintesin

(Devlin, 1975).

Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b.

perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada

protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena

adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin,

serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol (Santoso, 2004).

Kloroplas berasal dari proplastid kecil (plastid yang belum dewasa,

kecil dan hampir tak berwarna, dengan sedikit atau tanpa membran dalam).

Pada umumnya proplastid berasal hanya dari sel telur yang tak terbuahi,

(37)

berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas ketika daun dan batang

terbentuk. Kloroplas muda juga aktif membelah, khususnya bila organ

mengandung kloroplas terpajan pada cahaya. Jadi, tiap sel daun dewasa

sering mengandung beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas

mudah dilihat dengan mikroskop cahaya, tapi struktur rincinya hanya bias

dilihat dengan mikroskop electron (Salisbury dan Ross, 1995).

Gambar 2. 4 Letak kloroplas di dalam daun (sumber : Botani,1995)

Struktur klorofil berbeda-beda dari struktur karotenoid, masing-masing

terdapat penataan selang-seling ikatan kovalen tunggal dan ganda. Pada

klorofil, sistem ikatan yang berseling mengitari cincin porfirin, sedangkan

pada karotoid terdapat sepasang rantai hidrokarbon yang menghubungkan

struktur cincin terminal. Sifat inilah yang memungkinkan molekul-molekul

menyerap cahaya tampak demikian kuatnya, yakni bertindak sebagai

pigmen. Sifat ini pulalah yang memungkinkan molekul-molekul menyerap

energi cahaya yang dapat digunakan untuk melakukan fotosintesis (Santoso,

2004).

Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada

berbagai daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan

hutan hujan tropika, sangat berbeda. Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh

adanya keragaman cahaya, suhu, dan ketersediaan air, tapi tiap spesies

menunjukkan perbedaan yang besar pada kondisi khusus yang optimum bagi

(38)

mempunyai kapasitas fotosintesis yang jauh lebih tinggi daripada spesies

yang tumbuh pada lingkungan dengan persediaan air, hara, dan cahaya yang

terbatas (Salisbury dan Ross, 1995).

Laju fotosintesis ditingkatkan tidak hanya oleh naiknya tingkat radiasi,

tapi juga oleh konsentrasi CO2 yang lebih tinggi, khususnya bila stomata

tertutup sebagian karena kekeringan (Salisbury dan Ross, 1995).

Semua klorofil atau karotenoid terbenam atau melekat pada molekul

protein oleh ikatan nonkovalen. Secara keseluruhan, pigmen-pigmen

kloroplas meliputi separuh dari kandungan kandungan lipida total pada

membran tilakoid, sisanya adalah galaktolipida dan sedikit fosfolipida.

Sterol sangat jarang dijumpai pada membran tilakoid (Lakitan, 1993).

Di dalam kloroplas ditemukan DNA, RNA, ribosom, dan berbagai

enzim. Semua molekul ini sebagian besar terdapat di stroma, tempat

berlangsungnya transkripsi dan translasi. DNA kloroplas (genom) terdapat

dalam 50 atau lebih lingkaran jalur ganda melilit dalam tiap plastid. Berbagai

gen plastid menyandi semua molekul RNA-pemindahan (sekitar 30), dan

molekul RNA-ribosom (empat) yang digunakan oleh plastid untuk translasi.

Kira-kira 85 gen seperti ini menyandi protein yang terlibat dalam transkripsi,

translasi, dan fotosintesis. Tapi, sebagian besar protein disandi oleh gen

nukleus (Salisbury dan Ross, 1995).

Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di

dalam kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang

menggerakkan sitesis molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas

ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian

dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam daun, dan oksigen keluar,

melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata (Campbell, dkk, 2002).

Fotosintesis hanya berlangsung pada sel yang memiliki pigmen

fotosintetik. Di dalam daun terdapat jaringan pagar dan jaringan bunga

karang, pada keduanya mengandung kloroplast yang mengandung

klorofil/pigmen hijau yang merupakan salah satu pigmen fotosintetik yang

(39)

Cahaya putih mengandung semua warna spektrum kasat mata dari

merahviolet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap

dengan baik secara merata oleh klorofil. Adalah mungkin untuk menentukan

bagaimana efektifnya setiap panjang gelombang (warna) diserap dengan

menggunakan suatu larutan klorofil dengan cahaya monokromatik (cahaya

berwarna satu) (Kimball, 2000).

Penambatan CO2 paling banyak terjadi sekitar tengah hari ketika

tingkat cahaya paling tinggi. Cahaya sering membatasi fotosintesis terlihat

juga dengan menurunnya laju penambatan CO2 ketika tumbuhan terkena

bayangan awan sebentar (Salisbury dan Ross, 1995).

Dilihat dari strukturnya, kloroplas terdiri atas membran ganda yang

melingkupi ruangan yang berisi cairan yang disebut stroma. Membran

tersebut membentak suatu sistem membran tilakoid yang berwujud sebagai

suatu bangunan yang disebut kantung tilakoid. Kantung-kantung tilakoid

tersebut dapat berlapis-lapis dan membentak apa yang disebut grana Klorofil

terdapat pada membran tilakoid dan pengubahan energi cahaya menjadi

energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa

sebagai produk akhir fotosintetis berlangsung di stroma (Santoso, 2004).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara

lain gen, bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki

klorofil. Cahaya, beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil

memerlukan cahaya, tanaman lain tidak memerlukan cahaya. Unsur N, Mg,

Fe merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil.

Air, bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil (Santoso, 2004).

Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang

berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil

ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi

energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a.

Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua

(40)

Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a

terdapat sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman

adalah sekitar 1% basis kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat

bersama-sama dengan protein dan lemak yang bergabung satu dengan yang

lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus fitol-nya sedangkan

dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-nya. Rumus

empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg

(klorofil b) (Santoso, 2004).

B.Kerangka Berpikir

Salah satu jenis tes hasil belajar adalah tes diagnostik, yaitu tes yang

digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa, serta

mengidentifikasi kesulitan belajar mereka. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan tes diagnostik pilihan ganda dengan menerapkan

Four-tier diagnostic test tes diagnostik empat tingkat) merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat. Pengembangan

tersebut terdapat pada ditambahkannya tingkat keyakinan siswa dalam memilih

jawaban maupun alasan. Tingkat pertama merupakan soal pilihan ganda dengan

tiga pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat ke dua

merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban. Tingkat ke tiga

merupakan alasan siswa menjawab pertanyaan, berupa tiga pilihan alasan yang

telah disediakan dan satu alasan terbuka. Tingkat ke empat merupakan tingkat

keyakinan siswa dalam memilih alasan. Untuk menghasilkan sebuah Instrumen

four-tier diagnostic test yang terdiri atas kisi-kisi soal tes, petunjuk pengerjaan

soal, soal tes, kunci jawaban, lembar jawab, pedoman penskoran, dan pedoman

interpretasi hasil. Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini

(41)

Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir Penelitian

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Bentuk Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan suatu alat ukur berupa tes

diagnostik pilihan ganda empat tingkat (Four Tier Diagnostic Test) yang dapat

mengungkap miskonsepsi siswa dalam materi Jaringan Tumbuhan. Merujuk

pada tujuan penelitian maka metode penelitian ini dikembangkan berdasarkan

metode Research and Development (R&D). Metode R & D dilakukan untuk

mengembangkan dan validasi produk pendidikan dalam hal ini berupa alat ukur

tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat (Four Tier Diagnostic Test) yang

mampu mengungkap pemahaman siswa. Pada penelitian ini, tahapan metode

R&D sepenuhnya dilakukan namun hanya dilakukan sampai aplikasi skala

akhir dari produk akhir. Menurut Sugiyono (2013 : 298), langkah-langkah

penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai berikut: (1) Potensi

dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3)Desain produk, (4) Validasi desain, (5)

Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian,

(9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal. Adapun bagan langkah-langkah

penelitiannya seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 3. 1 Langkah-langkah pengembangan Metode Research and

(43)

B.Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dari langkah ujicoba produk sampai produksi masal (uji

implementasi) ini dilakukan pada semester Ganjil pada bulan September-

Oktober 2017, tahun ajaran 2017/2018. Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu

bertempat di MS Al-Hikmah Tayan Hilir.

C.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII dari MS

Al-Hikmah Tayan Hilir. Penarikan dan pemilihan sample sangat penting. Dalam

penelitian ini pengambilan sampel pada tahap awal menggunakan teknik Simple

Random Sampling di kelas IX dan pengambilan jumlah sampel siswa dilakukan

menurut Qisthi, 2015. Penggunaan Simple Random Sampling digunakan saat uji

coba skala kecil yang melibatkan 12 siswa kelas IX C. Dan uji skala besar

menggunakan satu kelas IX A. Sedangkan implementasi produk soal Four-tier

diagnostic test menggunakan seluruh siswa kelas VIII dari MS Al-Hikmah Tayan Hilir.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa Four Tier Diagnostic

Test yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada siswa.

Setiap butir soal yang digunakan dalam instrumen penelitian ini memiliki 4

pilihan jawaban dan 4 pilihan alasan disertai tingkat keyakianan

masing-masing. Instrumen penelitian ini berfungsi untuk mendiagnosis/

mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

Penelitian ini dirancang dengan desain penelitian Research and

Development (R&D). Research And Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

produk tersebut (Sugiyono,2013). Pada penelitian ini dibatasi pelaksanaannya

hanya sampai tahap dihasilkannya intrumen four-tier diagnostic test ( test

diagnostik tingkat empat) yang telah layak serta valid dan tidak dilakukan

produksi masal. Tidak dilaksanakan produksi masal karena pertimbangan

biaya dan kemampuan peneliti. Langkah-langkah dalam penelitian R&D

(44)

1. Potensi dan masalah

Pada langkah pertama ini peneliti melakukan observasi ke MS

Al-Hikmah Tayan Hilir. Dari hasil observasi ini peniliti mendapat izin dari

kepala sekolah untuk mengambil data siswa dan mengarahkan peneliti

berkomunikasi dengan guru mata pelajaran biologi mengenai data-data

siswa yang diinginkan. Selanjutnya adalah melihat daftar nilai ulangan

siswa kelas VIII tahun ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran fotosintesis

( Lampiran A-1 dan Lampiran A-2 ). Dari nilai ulangan yang didapat,

bahwa ada beberapa siswa yang masih belum paham akan materi

fotosintesis. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang masih belum

tuntas pada materi fotosintesis.

2. Mengumpulkan data

Dalam langkah ini peneliti mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.

Data tersebut kemudian dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan.

Terbagi menjadi dua yaitu :

a. Pra penelitian

Pra penelitian adalah suatu tindakan mengumpulkan informasi

pokok. Pra penelitian berupa pengamatan masalah di lapangan.

1) Wawancara

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam pemahaman fotosintesis dan kesulitan guru dalam mengajar

materi fotosintesis ( Lampiran A-4 )

b. Analisis kebutuhan

Analisis Kebutuhan Suatu proses yang yang sistematis untuk

menentukan tujuan, mengidentifikasi ketidaksesuaian antara kenyataan

dan kondisi yang diinginkan. Meliputi kajian pustaka, pengamatan atau

observasi kelas dan persiapan laporan awal. Penelitian awal atau analisis

kebutuhan sangat penting dilakukan guna memperoleh informasi awal

untuk melakukan pengembangan. Ini bisa dilakukan misalnya melalui

(45)

1) Data Tes Essay

Data tes essay digunakan adalah hasil jawaban ulangan harian

pada materi fotosintesis tahun ajaran 2017/2018. Semua jawaban di

analisis secara independen oleh peneliti. Adapun langkah yang

dilakukan adalah:

a) Menganalisis jawaban tes essay siswa.

Analisis yang digunakan untuk jawaban tes essay ini di

kembangkan dari analisis yang telah dilakukan oleh Musa

(2009). Menggunakan kerangka coding yang telah di siapkan

oleh Musa (2009) yang terdiri dari lima tingkatan pemahaman

konseptual dan telah dikembangkan oleh peneliti, sehingga lima

tingkatan yang di gunakan adalah :

TABEL 3. 1 Tingkatan Pemahaman Konseptual

Level Kategori Keterangan

Level 1 Tidak Ada

Jawaban

“siswa tidak tahu, “ atau tak ada

jawaban yang di berikan kepada pertanyaan itu

Level 2 Jawaban

yang Salah

Siswa berusaha menjawab, namun jawaban nya salah atau bukan jawaban yang di inginkan oleh

peneliti.

Level 3 Jawaban

Miskonsepsi

Siswa menjawab tetapi jawaban

yang diberikan menunjukkan

beberapa kesalahpaham konsep

Level 4 Jawaban

Partial

Siswa menjawab namun jawaban yang di berikan memiliki konsep yang tidak utuh/belum lengkap.

Level 5 Jawaban

Lengkap

Siswa menjawab dengan jawaban yang utuh secara konsep yang telah ada dan menunjukkan pemahan yang baik pada soal yang diberikan.

b) Mengelompokan jawaban siswa.

Setelah jawaban siswa selesai di analisis,jawaban siswa di

kelompokkan sesuai level yang telah di tentukan. Ini

dimaksudkan untuk mempermudah pengumpulan data awal di

(46)

c) Daftar Cek

Daftar cek digunakan untuk mengetahui kesesuaian atau

kualitas butir soal esaay dengan indikator dalam pembelajaran

didalam silabus. Agar memiliki kesesuaian yang ingin diukur

oleh peneliti (Lampiran B-4).

2) Lembar Validasi

Dalam penelitian ini untuk uji ahli digunakan lembar validasi.

Lembar validasi ini berisi penilaian validitas isi, bahasa, penulisan

soal, dan tampilan instrumen. Dalam lembar validasi ini digunakan

lima pilihan.

TABEL 3. 2 Kriteria penilaian lembar validasi

Kategori Nilai

Sangat baik 5

Baik 4

Cukup 3

Kurang 2

Sangat kurang 1

Uji ahli dilakukan supaya four-tier diagnostic test yang dihasilkan

mempunyai validitas isi yang baik, berdasarkan standar konstruksi,

materi, dan Bahasa. Ahli yang dilibatkan dalam penelitian ini

adalah dosen ahli materi, ahli evaluasi dan guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia MS Al-Hikmah Tayan Hilir. Setelah dilakukan

validasi oleh ahli maka produk tersebut direvisi sesuai dengan

masukan-masukan yang diberikan. Soal-soal four-tier diagnostic

test yang sudah divalidasi telah memiliki validitas isi yang baik,

sehingga layak digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang

mengalami understand, partial understanding, misconception, dan

(47)

3) Metode Tes

Setelah produk divalidasi oleh ahli dihasilkan perangkat

Gambar

Gambar 2. 3 Organel yang berperan dalam Fotosintesis ( sumber :
Gambar 2. 4 Letak kloroplas di dalam daun (sumber : Botani,1995)  Struktur klorofil berbeda-beda dari struktur karotenoid, masing-masing
Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar 3. 1 Langkah-langkah pengembangan Metode Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari faktor demografi yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan serta ketidakpuasan terhadap

Kemampuan klien harga diri rendah setelah diberikan tindakan keperawatan generalis dan terapi kognitif dari 100% klien yang tidak mampu mengidentifikasi pikiran otomatis

Kata kunci : Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing , Financing to Deposit Ratio... ix

 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari teks cerita pendek yang dibaca atau didengar. 3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Errissya .R melakukkan klasifikasi berita hoaks dan non-hoaks dengan menerapkan algoritma Naïve Bayes menunjukan hasil

Karena variabel respon dalam penelitian ini yakni jenis perceraian terdiri atas dua kategori yaitu cerai talak dan cerai gugat, maka digunakan regresi logistik

Berdasarkan Gambar 2 terlihat ekstrak biji kapas dapat menyebabkan penurunan jum- lah fetus yang terimplantasi yaitu pada perla- kuan 1 berjumlah 8 ekor, perlakuan

This study deals with request strategies used by English teachers of Senior High School in the teaching and learning activities. More specifically, this study is aimed