• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KARAKTERISTIK PERTANYAAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN IPS TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IV SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KARAKTERISTIK PERTANYAAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN IPS TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IV SD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI

KARAKTERISTIK PERTANYAAN GURU TERHADAP

HASIL BELAJAR KETERAMPILAN IPS TEMA

CITA-CITAKU SISWA KELAS IV SD

Dedek Jesy Yasrina

1

, I Wayan Sujana

2

, Ni Wayan Suniasih

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: punk.pink321@gmail.com

1

, wayan_sujana59@yahoo.com

2

,

wyn_suniasih@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif siswa kelas IV tema cita-citaku SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai. Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan rancangan prates-pascates kelompok statis. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan yang berjumlah 256 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 3 Sanur berjumlah 31 siswa sebagai kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif dan siswa kelas IVA SDN 10 Sanur berjumlah 31 siswa sebagai kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah tes unjuk kerja. Hasil analisis data menggunakan uji-t menunjukkan thitung = 1,14 < ttabel = 2,00 untuk dk = 60 dan taraf

signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Adapun nilai rata-rata hasil belajar keterampilan IPS pada kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif adalah 70,97, sedangkan pada kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif adalah 66,94. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru terhadap hasil belajar keterampilan IPS tema cita-citaku siswa kelas IV SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai.

Kata kunci: Pendekatan saintifik, pertanyaan produktif, pertanyaan tidak produktif, hasil belajar keterampilan IPS.

Abstract

This research aimed to know the significance difference on the students’ IPS Skill learning achievement between students who were through Scientific Approach using productive questions and using unproductive questions with the my ambition theme at fourth grade students of SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai.

This research was an pre experimental research by applying Pre-Test and Post-Test Statistical Group as research design. The population of this research was all of the students at fourth grade of SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai in sounth denpasar totaling 256. The sample was taken by using Random Sampling Technique. The sample of this research was the students at fourth grade of SDN 3 Sanur totaling 31 students who were through by using scientific approach with productive questions, and the students at fourth grade of SDN 10 Sanur totaling 31 students who were through by using scientific approach with unproductive questions. The method of collecting data used in this research was performance assessment. Based on the result of post-test, the data

(2)

analysis was analyzed using t-test showed that thitung = 1,14 < ttabel = 2,00 with

significance degree was 5%. According to the testing criteria so Ho was accepted and Ha was rejected. The mean of post-test on Group who were through by using scientific approach with productive questions was 70,97 and 66,94 on Group who were through by using scientific approach with unproductive questions. Finally, based on the findings and discussion above, it can be concluded that there is no effect of scientific approach on the teachers questions characteristics to social skill learning achievement in the fourth grade students with my ambition theme at SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai. Keywords : Scientific Approach, Productive Questions, Unproductive Questions, Social Skill Learning Achievement

PENDAHULUAN

Berkaitan dengan pendidikan di sekolah, saat ini berkembang kurikulum

baru yakni kurikulum 2013 yang

mensyaratkan bahwa pembelajaran

berpusat pada siswa. Siswa dituntut aktif

dan lebih mendominasi proses

pembelajaran dibanding guru. Maka sangat diperlukan upaya inovatif guru dalam mensiasati pembelajaran di kelas. Kenyataan dilapangan masih banyak guru yang hanya berpaku pada buku dan hanya

memberikan penugasan dalam

membelajarkan siswa, sehingga

pembelajaran terkesan masih didominasi guru. Ini merupakan kenyataan yang menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang ada.

Hal-hal tersebut tentu membutuhkan pembenahan, dikarenakan pembelajaran

seharusnya menumbuhkan suasana

sedemikian rupa sehingga siswa aktif

bertanya, mempertanyakan, dan

mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pebelajar

dalam membangun pengetahuannya,

bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberhasilan sebuah pembelajaran terletak pada seberapa besar peran aktif siswa dikelas yang nantinya akan berdampak pada maksimal atau tidaknya hasil belajar siswa.

Memaksimalkan hasil belajar siswa sangat diperlukan didalam proses pembelajaran dikarenakan tujuan utama siswa belajar yakni demi mencapai hasil belajar yang diinginkan baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Setiap mata pelajaran yang ada harus dikuasai siswa, khususnya dalam mata pelajaran

IPS. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang – cabang ilmu – ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (BSNP, 2006:131). Sementara itu menurut Fajar (2005:110) IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. Berdasarkan hal tersebut tentu dapat dikatakan pendidikan IPS memiliki peranan penting,

seperti yang dikemukakan oleh

Sumaatmadja (2008:1.10) yang

menyebutkan bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan negara.

Hasil belajar yang harus dicapai siswa yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Sudjana (2013:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Sementara itu Kunandar (2014:62) menyatakan “hasil

belajar adalah kompetensi atau

kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar”. Ketiga hasil belajar yang dikemukakan tadi yakni kognitif, afektif dan psikomotor tentu akan mampu dicapai

(3)

siswa dengan baik apabila siswa telah melalui proses belajar dengan baik pula. Melalui proses belajar yang baik tentu siswa akan mampu berkembang dan akhirnya mampu memecahkan persoalan-persoalan yang ia alami baik itu dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat yang nantinya mempengaruhi hasil belajar dari siswa itu sendiri. Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, Slameto (2013: 54) menyatakan adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu: a. Faktor Internal, faktor internal merupakan faktor dari dalam diri. Faktor Internal terdiri dari jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh) dan psikologis ( intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan). b. Faktor Eksternal, faktor Eksternal merupakan faktor yang dipengaruhi dari lingkungan. Faktor Eksternal meliputi: 1) Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan). 2) Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah). 3) Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Namun dalam penelitian ini hasil belajar yang difokuskan adalah hasil belajar keterampilan IPS atau psikomotor. Keterampilan sendiri menurut Kunandar (2014:255) disebut juga psikomotor. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah

seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya adalah keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Hal ini berarti kompetensi keterampilan itu sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan dari siswa. Keterampilan itu sendiri menunjukan tingkat keahlian seseorang dalam tugas atau sekumpulan tugas tertentu.

Menurut Kunandar (2014:260) dalam kurikulum 2013 ranah psikomotorik

tercantum dalam kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan. Semua mata pelajaran memiliki aspek keterampilan sebagai kelanjutan dari aspek pengetahuan (kompetensi inti 3 atau KI 3) yang telah dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, kompetensi inti 3 (pengetahuan) itu untuk menggambarkan bahwa siswa telah tahu tentang kompetensi pengetahuan yang dipelajari, sedangkan kompetensi inti 4 (keterampilan) itu menggambarkan bahwa siswa telah bisa tentang kompetensi keterampilan yang dipelajari. Jadi kompetensi pengetahuan mencerminkan “tahu”, sedangkan kompetensi keterampilan mencerminkan “bisa”. Dengan demikian, ada perubahan yang cukup signifikan dalam kurikulum 2013, yakni kalau kurikulum sebelumnya (KTSP) ranah psikomotorik atau keterampilan itu ditekankan pada mata pelajaran tertentu, seperti pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, seni budaya dan beberapa mata pelajaran sejenisnya, tetapi dalam kurikulum 2013 semua mata pelajaran

mengakomodasi ranah psikomotorik

(keterampilan) yang merupakan satu

kesatuan dengan aspek kognitif

(pengetahuan).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas IV SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai yang dilakukan pada bulan Desember 2014, dalam proses pembelajaran terutama menyangkut bidang IPS masih banyak kelemahan, dimana 70% siswa masih mengalami kendala dalam hasil belajar IPS terutama keterampilannya. Beberapa kelemahan dan kendala tersebut disebabkan karena guru menerapkan pembelajaran hanya berdasarkan buku pegangan. Selain itu, dalam proses pembelajaran kurangnya interaksi sosial antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan sumber belajarnya, sehingga partisipasi aktif siswa sangat kurang. Pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu didesain menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD .

Sebagai langkah untuk memberikan

pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa SD

(4)

kelas IV, maka dalam penelitian ini digunakan suatu pendekatan pembelajaran aktif yaitu pendekatan saintifik dengan menggunakan pertanyaan guru yaitu pertanyaan produktif dan pertanyaan tidak produktif.

Menurut Kosasih (2014:72)

pendekatan saintifik merupakan

pendekatan di dalam kegiatan

pembelajaran yang mengutamakan

kreativitas dan temuan-temuan siswa. pengalaman belajar yang diperoleh tidak bersifat indoktrinisasi, hafalan, dan sejenisnya. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap diperoleh berdasarkan kesadaran

dan kepentingan siswa. Sementara

Menurut Majid (2014:192) disebutkan bahwa pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada

siswa dalam mengenal, memahami

berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta, diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi bukan diberi tahu (modul diklat kurikulum 2013).

Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar siswa mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (siswa diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata). Pendekatan saintifik bercirikan penonjolan,

pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.

Selain penggunaan pendekatan

pembelajaran, guru tentu harus

menyertainya dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan agar siswa menjadi

lebih aktif dalam menjawab dan

mengemukakan idenya. Menurut Sardiman (2012:214) pertanyaan dalam interaksi belajar mengajar adalah penting karena

dapat menjadi perangsang yang

mendorong siswa untuk giat berpikir dan

belajar. Guru dapat menyelidiki

penguasaan siswa, mendorong

pengetahuan, mengarahkan dan menarik perhatian siswa, mengubah pendirian, kepercayaan, atau prasangka yang keliru. Tetapi harus diingat bahwa guru harus tepat dalam merumuskan pertanyaan.

Pertanyaan yang dikemukakan guru sering tidak terjawab oleh siswa bukan karena siswa tidak mampu menjawab tetapi hanya karena gurunya kurang menguasai dalam menyusun pertanyaan. Menurut Usman (2003:75) adapun dasar-dasar pertanyaan yang baik diantaranya 1) Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa, 2) Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan, 3) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu, 4) Berikan waktu yang cukup kepada anak

untuk berpikir sebelum menjawab

pertanyaan, 5) Bagikanlah semua

pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata, 6) Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya, 7) Tuntunlah jawaban siswa sehingga siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar. Disamping harus mengetahui dasar-dasar pertanyaan yang baik, tentu guru juga harus mengetahui tentang faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan guru dalam mengajukan pertanyaan. Sementara menurut Hasibuan (2010:19) adapun faktor – faktor yang harus diperhatikan guru dalam mengajukan pertanyaan antara lain 1) Kejelasan dan Kaitan Pertanyaan. Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain, 2) Kecepatan dan Selang

Waktu. Usahakan menyampaikan

pertanyaan dengan jelas serta tidak tergesa-gesa. Begitu pertanyaan selesai diucapkan, berhentilah sejenak untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir sambil memonitor kelas, apakah sudah ada yang siap menjawab, 3) Arah pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh

kelas, 4) Teknik Reinforcement,

dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada siswa serta meningkatkan

prestasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran sehingga memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang lebih baik.

(5)

Karakteristik pertanyaan guru yang dimaksud yakni karakteristik pertanyaan produktif dan pertanyaan tidak produktif.

Menurut Kosasih (2014:77)

Pertanyaan produktif diartikan sebagai pertanyaan yang hanya dapat dijawab melalui pengamatan, percobaan, atau penyelidikan, contoh pertanyaan produktif adalah “Berapa halaman kertas diperlukan untuk menghabiskan sebuah spidol”?. Sementara pertanyaan tidak produktif diartikan sebagai pertanyaan yang dapat dijawab hanya dengan melihat, tanpa melakukan pengamatan, percobaan, atau penyelidikan, Contoh pertanyaan tidak produktif adalah “Apa nama benda ini”?.

Sehingga dengan diterapkannya

karakteristik pertanyaan yang bersifat produktif diharapkan mampu merangsang siswa untuk secara aktif melakukan kegiatan pembelajaran. Disamping itu juga diterapkan pula pendekatan saintifik dengan menggunakan pertanyaan tidak produktif sehingga terdapat perbedaan

pengaruh terhadap hasil belajar

keterampilan IPS siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul pengaruh pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru terhadap hasil belajar keterampilan IPS tema cita-citaku siswa kelas IV SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai.

METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif dan

siswa yang dibelajarkan melalui

pendekatan saintifik menggunakan

pertanyaan tidak produktif siswa kelas IV tema cita-citaku SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian ini melakukan perlakuan

(Treatment) atau manipulasi variabel.

Perlakuan yang dilakukan terhadap variabel bebas dilihat hasilnya pada variabel terikatnya. Menurut Sugiyono (2010:107) menyatakan bahwa ekperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Rancangan penelitian yang digunakan yakni pra eksperimen yang merupakan model desain eksperimen yang paling lemah. Disebut eksperimen lemah karena tidak ada penyamaan karakteristik (random)

dan tidak ada pengontrolan variabel. Pra

eksperimen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Desain Prates-Pascates Kelompok Statis (The Static

Group Pretest-Postest Design). Menurut

Sukmadinata (2012: 209) model

eksperimen ini merupakan model dimana ada dua kelompok yang diberi perlakuan yang berbeda dalam rumpun yang sejenis. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

pembelajaran manakah yang lebih

berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan IPS.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Pada tahap persiapan eksperimen langkah-langkah yang dilakukan adalah adalah 1) Menyusun media pembelajaran (RPP, media, LKS, dan lain-lain) yang digunakan selama proses pembelajaran pada kelompok eksperimen, 2) Menyusun instrumen penelitian berupa tes unjuk kerja yang disertai rubrik keterampilan IPS siswa, 3) Mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes unjuk kerja yang disertai rubrik. Pada pelaksanaan eksperimen langkah – langkah yang dilakukan yaitu: 1) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia, 2) dari sampel yang telah diambil kemudian diundi

untuk menentukan kelompok yang

dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif dan kelompok yang dibelajarkan melalui

pendekatan saintifik menggunakan

pertanyaan tidak produktif, 3)

melaksanakan penelitian yaitu memberikan perlakuan kepada kelompok berupa pembelajaran melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif dan memberikan perlakuan kepada kelompok berupa pembelajaran melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif. Pada tahap pengakhiran

(6)

eksperimen dilakukan dengan memberikan

pos-test pada akhir penelitian.

Dalam melakukan sebuah penelitian, tentu tidak terlepas dari populasi. Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai di Denpasar Selatan yang terdiri dari SD 3 Sanur, SD 4 Sanur, SD 10 Sanur, dan SD 11 Sanur yang berjumlah 256 orang. Selain populasi, dalam melakukan penelitian juga sangat

penting untuk menentukan sampel

penelitian. Menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penelti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Menurut Agung (2011:48) random sampling adalah teknik dengan cara mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama, semua subjek

mendapat hak yang sama untuk

memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel.

Melalui informasi dari kepala sekolah beserta wali kelas, kelas-kelas yang terdapat pada gugus ini setara. Pengambilan sampel dengan tekhnik

random sampling dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara undian. Cara undian dilakukan dengan menulis semua nama kelas pada masing-masing SD populasi pada kertas, kemudian kertas digulung. Ambil satu gulungan kertas, lalu ambil juga satu gulungan kertas lain, tanpa memasukan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama kelas di masing-masing SD pada kedua gulungan kertas hasil dari random yakni kelas IVA di SDN

10 Sanur, serta kelas IV di SDN 3 Sanur sebagai sampel penelitian. Secara empirik, kesetaraan dapat diketahui dengan cara dilakukan teknik matching. Setelah kedua sampel diketahui setara menggunakan tekhnik matching, selanjutnya dilakukan lagi

random untuk menentukan kelompok kelas

baik itu kelompok kelas produktif dan kelompok kelas tidak produktif. Dan dari hasil random terpilih kelas IV di SDN 3 Sanur sebagai kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif, dan kelas IVA di SDN

10 Sanur sebagai kelompok yang

dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar keterampilan IPS siswa. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar keterampilan IPS siswa adalah metode tes unjuk kerja. Menurut Kunandar (2014:263) penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu menggunakan tes praktik (unjuk kerja) dengan menggunakan lembar observasi. Penilaian perbuatan atau unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri siswa.

Penilaian kinerja atau unjuk kerja dilakukan dengan mengamati berdasarkan rubrik penilaian kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Sementara itu penilaian kinerja juga membutuhkan instrumen. Instrumen merupakan alat yang

dipakai untuk mengukur. Menurut

Permendikbud No. 81A tahun 2013 dijelaskan bahwa penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi dengan rubrik. Menurut Supratiknya (2012: 100) rubrik atau kriteria penskoran merupakan pedoman yang diikuti untuk memastikan atau menjamin bahwa penilaian terhadap respon atau jawaban siswa yang bersifat terbuka dilakukan secara akurat, konsisten dan adil. Penggunaan rubrik sebagai pedoman penilaian menjamin guru mampu melakukan pembedaan secara lebih cermat

(7)

atau lebih teliti terhadap variasi kualitas kinerja atau hasil kerja siswa. Penilaian kinerja yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri. Sebelum penilaian kinerja tersebut digunakan terlebih dahulu di uji validitas isi nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan perhitungan hasil belajar keterampilan IPS siswa diperoleh perhitungan rata-rata (mean) kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif 1

= 70,97

, standar deviasi kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif SD = 15,27 dan varians kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif S12=

233,17, skor maksimum kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif = 100, skor minimum kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif = 50, sedangkan hasil perhitungan rata-rata (mean) kelompok yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif yaitu 2 = 66,94, standar deviasi

kelompok yang dibelajarkan dengan

pendekatan saintifik menggunakan

pertanyaan tidak produktif

SD

= 12,32 , varians kelompok yang dibelajarkan

dengan pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan tidak produktif S22= 151,78, skor maksimum kelompok

yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif 100, dan skor minimum kelompok yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif 50.

Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis meliputi: uji normalitas data dan uji homogenitas varians terhadap kedua kelompok. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji

Chi-square. Berdasarkan hasil analisis uji

normalitas data diperoleh bahwa hasil belajar keterampilan IPS kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif x2 hitung

= 3,49, dan dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% diperoleh x2tabel = 11,07,

karena x2hitung = 3,49 < x2tabel = 11,07, maka

Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat

dikatakan bahwa data hasil belajar

keterampilan IPS kelompok yang

dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan produktif

berdistribusi normal. Sedangkan hasil belajar keterampilan IPS kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif diperoleh x2hitung = 5,83 dan dengan dk = 5

dan taraf signifikansi 5% diperoleh x2tabel =

11,07, karena x2 hitung = 5,83 < x2tabel =11.07,

maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga

dapat dikatakan bahwa data hasil belajar

keterampilan IPS kelompok yang

dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif berdistribusi normal. Hasil belajar keterampilan IPS kedua kelompok terbukti bahwa keduanya berdistribusi normal.

Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungan varians kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif adalah S12 = 233,17 dan varians kelompok yang

dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif adalah S22 = 151,78. Jadi dari hasil

perhitungan diperoleh Fhitung = 1,54 dan

pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang (30) dan db Penyebut (30) diperoleh Ftabel = 1,84. Ini berarti Fhitung =

1,54 < Ftabel = 1,84, maka Ho diterima, ini

berarti kedua kelompok memiliki varians yang homogen.

Berdasarkan hasil pengujian

normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data yang didapatkan dari kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Kriteria pengujian adalah Ho ditolak dan Ha diterima jika thitung > ttabel dengan derajat

kebebasan dk = n1 + n2 -2 dan pada taraf

signifikansi = 5%. Rangkuman hasil analisis uji-t data hasil belajar keterampilan IPS

(8)

Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji-t

No Kelompok N Dk S thitung ttabel

1. Dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif 31 60 60 70,97 233,17 1,14 2,00 2. Dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif 31 66,94 151,78

Berdasarkan uji hipotesis

menggunakan uji-t diperoleh thitung = 1,14 <

ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 5%,

maka hipotesis yang menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif siswa kelas IV tema cita-citaku SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai diterima. Rata-rata hasil belajar keterampilan IPS untuk kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif diperoleh 1 = 70,97

sedangkan rata-rata hasil belajar

keterampilan IPS kelompok yang

dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif diperoleh 2 = 66,94. Dari data tersebut

menunjukkan bahwa kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif memiliki rata-rata hasil belajar keterampilan dalam pembelajaran IPS lebih tinggi dari kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif.

Dari hasil rata-rata hasil belajar keterampilan IPS kedua kelompok yang telah dijabarkan, terlihat kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan produktif memiliki rata-rata yang lebih dibandingkan rata-rata kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif. Namun, selisih rata-rata yang diperoleh oleh kedua kelompok tidak terlalu jauh yaitu hanya 4,03 saja. Hal inilah yang menyebabkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif.

Terdapat faktor yang menyebabkan perbedaan rata-rata nilai post test

kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif dan kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif tidak terlampau jauh. Faktor yang menyebabkan hal tersebut diantaranya adalah langkah-langkah pembelajaran dari kedua kelompok yang memang

benar-benar sama yakni sama-sama

menggunakan pendekatan saintifik. Menurut Permendikbud No 81A tahun 2013 menyebutkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam

kegiatan pembelajaran yang

mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa. Sehingga bagi kedua kelompok, siswa dituntut untuk

(9)

sama-sama aktif dalam memecahkan masalah-masalah yang ada. Disamping itu, secara keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif selalu sama dengan kegiatan pembelajaran di kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif yakni dengan melaksanakan kegiatan 5M yang menjadi pondasi dari pendekatan saintifik yang diantaranya meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Selain itu treatment atau perlakuan yang diberikan kepada kedua kelompok hanya dibedakan dari jenis pertanyaan saja. Sementara kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru merupakan salah satu bagian dari langkah-langkah pembelajaran didalam pendekatan saintifik. Pada kegiatan pembelajaran di kelas, dalam proses bertanya khususnya tidak memungkinkan untuk mengelompokkan pertanyaan dikarenakan dalam kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru tidak

hanya menggunakan satu jenis

pertanyaan saja, melainkan berbagai jenis pertanyaan. Adapun jenis pertanyaan yang diberikan dalam penelitian ini yakni pertanyaan produktif, dan berupa pertanyaan tidak produktif. Pada kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif siswa dituntut menjawab pertanyaan, dimana yang ditekankan adalah cara menjawab siswa yakni

dengan melakukan pengamatan,

penyelidikan atau percobaan. Sementara itu, pada kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif siswa menjawab pertanyaan hanya dengan melihat soal saja dan siswa langsung dapat menjawab. Namun kenyataannya, dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan kedua pertanyaan ini tidak dapat dipisahkan, contohnya ketika memberikan pertanyaan tidak produktif, tetap saja siswa menjawab tidak bisa hanya dengan melihat saja namun tentu selalu melakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap soal yang diberikan sebelum

menjawab. Ditambah lagi pertanyaan guru merupakan sebagian kecil dari desain pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga jika perlakuan yang diberikan hanya berupa pertanyaan, tentu tidak

akan memberikan pengaruh besar

terhadap hasil belajar keterampilan IPS.

Pemaparan tersebut telah

menerangkan bahwa faktor penyebab mengapa penelitian yang dilakukan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan produktif dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak produktif. Hal ini didukung dengan pendapat dari Daryanto (2014:58) yang mengemukakan, Prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran yaitu (a) pembelajaran berpusat pada siswa; (b) pembelajaran membentuk students self concept; (c) pembelajaran terhindar dari verbalisme; (d) pembelajaran memberikan

kesempatan pada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip; (e) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; (f) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru; (g) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi; dan (h) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Dari prinsip pendekatan saintifik yang dikemukakan Daryanto tersebut, mengandung makna bahwa melalui pendekatan saintifik yang diterapkan,

maka akan memberikan pengaruh

terhadap peningkatan kemampuan

berpikir siswa, keterampilan dan komunikasi, serta motivasi belajar siswa. Sehingga jika kedua kelompok sama-sama diterapkan pendekatan saintifik maka tidak akan memberikan perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan IPS siswa.

(10)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru terhadap hasil belajar keterampilan IPS tema cita-citaku siswa kelas IV SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai.

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah, dengan diadakan penelitian ini, Dari hasil penelitian, disarankan di dalam

pembelajaran guru memperhatikan

adanya variasi pembelajaran, baik variasi

model pembelajaran, metode

pembelajaran, pendekatan pembelajaran, karakteristik pertanyaan guru, maupun

media pembelajaran sehingga

memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa salah satunya dapat mempergunakan pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru.

Dengan diterapkannya pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru dalam penelitian ini, disarankan siswa menjadi aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru

serta mampu membangun

pengetahuannya dan keterampilannya agar hasil belajar siswa lebih optimal.

Diharapkan dengan hasil penelitian ini sekolah dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan model-model serta pendekatan-pendekatan pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Bagi peneliti lain disarankan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan. DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A 2011. Metodelogi Penelitian

Pendidikan Suatu Pengantar.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

BSNP. 2006. Standar Kompetensi

Lulusan. Jakarta: Badan Standar

Nasional Pendidikan

Daryanto. 2014. Pendekatan

Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gaya Media

Fajar, Arnie. 2005. Portofolio Dalam

Pelajaran IPS. Bandung. PT

Remaja Rosdakarya

Hasibuan dan Moedjiono. 2010. Proses

Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Kemendikbud. 2013. Buku Tematik

Terpadu Kurikulum 2013 Tema

Cita-Citaku. Jakarta: Kementrian pendidikan dan kebudayaan

Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan

Pembelajaran Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung: Yrama

Widya

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta

Didik Berdasarkan Kurikulum

2013). Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik

terpadu. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi

Kurikulum. Jakarta: Depdikbud

Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi

Belajar mengajar. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persad

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor

yang Mempengaruhi. Jakarta:

Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyono, 2010. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: ALFABETA.

Sukmadinata, Nana. 2012. Metode

Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

(11)

Sumaatmadja, Nursid, dkk. 2008. Konsep

Dasar IPS. Jakarta: Universitas

Terbuka

Supratiknya, A. 2012. Penilaian Hasil

Belajar Dengan Teknik Nontes.

Yoyakarta: Universitas Sanatana Dharma

Usman, Uzer. 2003. Menjadi Guru

Profesional. Bandung: PT Remaja

Gambar

Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji-t

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan format ini dimaksudkan agar komponen controller dapat menemukan lokasi, jenis koneksi dan nama database yang akan diakses dengan menggunakan entitas

Menimbang, bahwa upaya perdamaian yang dilakukan oleh Majelis Hakim dan pihak keluarga telah tidak berhasil, fakta mana dihubungkan dengan sikap Penggugat yang

OPETUS- JA KULTTUURIMINISTERIÖN JULKAISUJA 2017:26 YLIOPISTO-OPISKELIJOIDEN KANSAINVÄLINEN LIIKKUVUUS – LUONTEVA OSA TUTKINTOA.. Opiskelijan vanhempien koulutustaustoilla on

Kegiatan ini merupakan koordinasi awal dengan pihak terkait setempat, dalam hal ini Kelurahan Mangunsuman Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo, Puskesmas Ronowijayan

menelan serta reflek batuk belum sempurna. Sedangkan dismaturitas merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,

Laju perkembangan per lapangan usaha berdasarkan harga berlaku, maka sektor jasa menempati urutan tertinggi dalam pertumbuhan lapangan usaha selama 5 tahun terakhir,

[r]

Penelitian daerah fokus keong dilakukan di tiga wilayah endemis schistosomiasis di Indonesia yaitu Dataran Tinggi Napu dan Bada Kabupaten Poso dan Dataran Tinggi Lindu Kabupaten