• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa teori keagenan mendeskripsikan adanya kontrak antara pemegang saham atau investor sebagai prinsipal dan manajemen yang mengelola perusahaan sebagai agen yang diberikan kewenangan untuk menggunakan dan mengontrol pemberian sumber tersebut. Namun, untuk menciptakan kontrak yang tepat merupakan hal yang sulit diwujudkan.

Teori Keagenan adalah hubungan antara prinsipal (pemilik dan pemegang saham) dan agen (manajemen). Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling, 1976). Inti dari hubungan keagenan adalah terdapat pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Prinsipal akan menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan serta mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan kepada agen. Prinsipal memiliki harapan bahwa agen akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Di lain pihak, agen memiliki kewajiban untuk mengelola perusahaan sesuai dengan keinginan prinsipal. Sebagai wujud dari akuntabilitas manajemen kepada pemilik, setiap periode manajemen memberikan laporan mengenai informasi perusahaan kepada pemiliknya.

(2)

1. Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006), pengertian agency theory adalah sebagai berikut : “Para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, di mana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory)”. Konflik yang sering timbul antara manajemen dengan pemegang saham biasanya berkaitan dengan pembuatan keputusan aktivitas pencairan dana dan bagaimana untuk menginvestasikan dana yang diperoleh.

2. Menurut Anthony dan Govindarajan (2001), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.

Dalam teori agensi, diasumsikan bahwa masing-masing individu cenderung untuk mementingkan diri sendiri. Hal ini menimbulkan adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Prinsipal memiliki kepentingan untuk memaksimalkan keuntungan mereka sedangkan agen memiliki kepentingan untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Konflik akan terus meningkat karena prinsipal tidak dapat mengawasi aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen telah bekerja sesuai dengan keinginan dari prinsipal.

(3)

2.1.2 Teori Corporate Governance

Pengertian Good Corporate Governance

Menurut Daniri (2005), pengertian Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (Direksi, Dewan Komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku. Pedoman umum good corporate governance Indonesia tahun 2006 diatur oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).

Corporate Governance menurut Sutedi (2011) adalah “Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal, Komisaris/dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetapmemperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Berdasarkan uraian mengenai teori keagenan yang menempatkan manajemen sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal, kemudian akan dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan good corporate governance dan komponen yang membentuk good corporate governance. Corporate governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan,

(4)

dan stakeholder internal maupun eksternal lain, mengenai hak dan kewajiban mereka, atau sistem dimana perusahaan diatur (directed) dan dikendalikan (controlled) (Forum for Corporate Governance, 2001).

2.1.3 Prinsip-Prinsip Corporate Governance

Asas-asas dalam pedoman umum good corporate governance Indonesia tahun 2006 menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparency)

Transparansi adalah bahwa setiap proses serta hasil-hasil pekerjaan yang dilaksanakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang penting dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas adalah bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai fungsi dan kompetensi yang dimiliki secara optimal serta bertanggung jawab atas proses dan hasil pekerjaannya. Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

(5)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2.1.4 Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme CG merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan control, pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme CG diarahkan untuk menjamin dan mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisas. Berdasarkan peraturan dan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) diperoleh sebanyak 16 point item yang terdiri dari pemegang saham; dewan komisaris; dewan direksi; komiteaudit; komite nominasi dan remunerasi; komite manajemen risiko; komite-komitelain yang dimiliki perusahaan; sekretaris perusahaan; pelaksanaan pengawasan dan pengendalian internal; manajemen risiko perusahaan; perkara penting yang dihadapi oleh perusahaan, anggota dewan direksi, dan anggota dewan komisaris; akses informasi dan data perusahaan; etika perusahaan; tanggung jawab sosial; pernyataan penerapan good corporate governance; dan informasi penting lainnyayang berkaitan dengan penerapan good

(6)

corporate governance. Dan dari peraturan dan pedoman tersebut mekanisme CG dibagi dua, yaitu internal mechanism (mekanisme internal), seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Lalu mekanisme yang kedua adalah external mechanism (mekanisme eksternal), seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing.

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini mengacu kepada Iskander dan Chamlou (2000) dalam Noviawan dan Septiani (2013) yang meliputi dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, kepemilikan manajerial serta kepemilikan institusional.

1. Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi kontrol yang terdapat dalamsuatu perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh Dewan komisaris merupakan salah satu bentuk praktis dari teori agensi. Di dalam suatu perusahaan, Dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan mengontrol perilaku oportunis manajemen. Dewan komisaris menjebatani kepentingan principal dan manajer di dalam perusahaan.

KNKG (2006) mendefinisikan Dewan komisaris sebagai mekanisme penggendalian internal tertinggi yang bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberi masukan kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Sementara Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI) mendefinisikan Dewan komisaris sebagai intiCorporate Governance (tata kelola perusahaan) yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam

(7)

mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Secara umum dewan komisaris merupakan wakil pemilik kepentingan (shareholder) dalam perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang memiliki fungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menilai apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengelola dan mengembangkan perusahaan, serta menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan.

2. Dewan Direksi

Dewan direksi pihak dalam suatu entitas perusahaan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan operasional dan kepengurusan perusahaan.Anggota dewan direksi diangkat melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berdasarkan Pasal 93 UUPT, yang dapat dingkan menjadi anggota dewan direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota dewan direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah dan menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan keuangan Negara dan atau yang berkaitan dengan sektor keuangan dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatan. Dewan direksi bertanggung hawab atas segala bentuk kegiatan operasional dan pengurusan perusahaan dalam rangka melaksanakan kepentingan dalam pencapaian tujuan perusahaan.dewan direksi juga bertanggung jawab kepada pihak-pihak eksternal yang berhubungan dengan perusahaan, seperti hubungan kepada pemasok, konsumen, regulator dan pihak legal.

(8)

3. Komite Audit

Menurut Collier (1999) dalam Zarkasyi (2008), komite audit adalah suatu komite yang berpandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan, dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen. Sedangkan menurut Arens (2006) dalam Zarkasyi (2008), komite audit adalah suatu komite yang anggotanya merupakan anggota dewan komisaris yang terpilih yang pertanggungjawabannya adalah membantu menetapkan auditor independen terhadap usulan manajemen. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diketahui bahwa komite audit merupakan suatu kelompok yang bersifat independen atau tidak memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki pandangan antara lain bidang akuntansi dan hal-hal lain yang terkait dengan sistem pengawasan internal perusahaan.

4. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Variabel ini digunakan untuk mengetahui manfaat kepemilikan dalam mekanisme mengurangi konflik keagenan, sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

(9)

Shelter dan Vishny (1986) dalam Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis, jika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya prilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen. Sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

5. Kepemilikan Institusional

Menurut Shien (2006) dalam Sekaredi (2011), kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintahan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian, serta institusi lain pada akhir tahun. Dengan adanya kepemilikan institusional, diharapkan dapat mendorong pengawasan yang lebih ketat terhadap manajemen perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. institusi yang dimaksud adalah pemilik perusahaan dalam bentuk lembaga bukan perorangan.

Pada prinsipnya semakin besar kepemilikan oleh institusi maka akan semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan dari institusi untuk mengawasi manajemen, sehingga tuntutan untuk mengoptimalkan kinerja akan lebih besar dan berdampak terhadap keberlangsungan perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham. Hal ini karena pemilik institusional ikut serta dalam

(10)

pengambilan keputusan strategis sehingga mencegah tindakan manajemen laba yang dilakukan manajer.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel penting dalam pengelolaan perusahaan. Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar aset total yang dimiliki perusahaan. Total asset yang dimiliki perusahaan menggambarkan permodalan, serta hak dan kewajiban yang dimilikinya.Semakin besar ukuran perusahaan, dapat dipastikan semakin besar juga dana yang dikelola dan semakin kompleks pula pengelolaannya. Perusahaan besar cenderung mendapat perhatian lebih dari masyarakat luas. Dengan demikian, biasanya perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk selalu menjaga stabilitas dan kondisi perusahaan. Untuk menjaga stabilitas dan kondisi ini, perusahaan tentu saja akan berusaha mempertahankan dan terus meningkatkan kinerjanya.

2.1.6 Kinerja Keuangan Perusahaaan

Kinerja keuangan merupakan suatu alat ukur yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengukur dan menentukan sejauh mana kualitas perusahaan.kinerja perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui keadaan finansial dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu.

Kinerja keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi dari perusahan yang dinilai secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dilihat, baik dari segi pengelolaan, pergerakan maupun tujuannya.Kinerja keuangan perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi para

(11)

pemakai laporan keuangan tersebut.Oleh karena itu, pihak manajemen harus berusaha untuk meningkatkan kinerja dari periode ke periode.

Pengukuran kinerja keuangan menggunakan CFROA. Cash Flow Return On Asset (CFROA) merupakan rasio keuangan lain yang digunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan. CFROA menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja peusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan saham (Cornettt et al dalam Sekaredi, 2011).

Dikutip dari ( Sekaredi , 2011)

Penelitian yang menguji earning management, Corporate Governancedan true financial performance pernah dilakukan oleh Cornettt, dkk. (2006) dan menemukan adanya pengaruh mekanisme good Corporate Governance terhadap penurunan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif dengan CFROA. Hasil ini dinterprestasikan sebagi indikasi bahwa CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme good corporate governance. Mekanisme good Corporate Governance dapat mengurangi dorongan manajer melakukan earning management, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya.

Sebagian peneliti menganggap Tobin’s Q lebih mampu menjelaskan keadaan perusahaan sebenarnya. Namun volatilitas harga saham yang tinggi akibat pengaruh berbagai faktor makro ekonomi dapat berpengaruh besar dapat mempengaruhi hasil perhitungan. Hal ini tidak akan terjadi jika kita menggunakan CFROA. Karena pertimbangan tersebut penelitian ini menggunakan CFROA sebagai indikator penilaian kinerja.

(12)

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Review Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel

Independen

Kesimpulan

Signifikan Tidak Signifikan 1 Noviawan dan Septiani (2013) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja. Ukuran Dewan Komisaris v Dewan Komisaris Independen v Ukuran Dewan Direksi v Ukuran Komite Audit v Kepemilikan Institusional v Kepemilikan Manajerial v 2 Muntiah (2013) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Dewan Komisaris v Proporsi Dewan Komisaris Independen v Komite Audit v Kepemilikan Institusional v Kepemilikan Manajerial v 3 Hissamudin dan Tirta (2011) Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dewan Direksi v Dewan Komisaris v Dewan Komisaris Independen v Dewan Pengawas Syariah v Kepemilikan Institusional v Komite Audit v 4 Pamungkas (2013) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Good Corporate Governance Rating (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Laporan

Profitabilitas v Konsentrasi v Kepemilikan v Ukuran Perusahaan v Rasio Laverage v Pertumbuhan v Umur Perusahaan v

(13)

Indeks CGPI Tahun 2009-2011 Negara Operasional v Nilai Perusahaan v 5 Lusiyati dan Salsiyah (2012) Analisis pengaruh Laverage, Umur

perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada BEI

Leverage v Umur Perusahaan v Ukuran Perusahaan v 6 Arifani (2013) Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia) Komite Audit v Kepemilikan Manajerial v Kepemilikan Institusional v Dewan Komisaris Independen v 7 Bukhori (2012) Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010)

Dewan Direksi v

Dewan Komisaris v

Ukuran Perusahaan v

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah.

Noviawan dan Septiani (2013) meneliti mengenai pengaruh mekanisme corporat governance dan struktur kepemilikan terhadap kinerja. Variabel dependen penelitian ini adalah kinerja keuangan sedangkan variabel independen adalah ukuran dewan komisaris, dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Hasil penelitian ini adalah Terdapat pengaruh positif signifikan dari variabel ukuran dewan direksi dan kepemilikan institusional terhadap ROA. Untuk ukuran dewan komisaris dan Kepemilikan manajerial berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja. Sedangkan untuk komisaris independen

(14)

dan komite berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusaahaan yang berupa ROA

Muntiah (2013) meneliti mengenai Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan sedangkan variabel independen adalah Dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Hasil penelitian ini adalah Variabel kepemilikan institusional berpengaruh negative dan signifikan. Untuk variable kepemilikan manjerial dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja keuangan, sedangkan proporsi dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan

Hissamudin dan Tirta (2011) meneliti menngenai Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah. Variabel dependen penelitian ini adalah Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA dan ROE), sedangkan variabel independen adalah dewan direksi, dewan komisaris, dewan komisaris independen, dewan pengawas syariah, kepemilikan institusional, dan komite audit. Hasil penelitian ini adalah Dari hasil pengujian yang telah dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara good corporate governance terhadap kinerja keuangan bank umum syariah tidak ditolak. Dengan kata lain, praktik good corporate governance yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan sendiri dan umumnya good

(15)

corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang berdampak terhadap kinerjanya

Pamungkas (2013) meneliti mengenai Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi good corporate governance rating (studi kasus pada perusahaan yang terdaftar dalam Laporan Indeks CGPI tahun 2009-2011). Variabel dependen adalah Corporate Governance Rating sedangkan variabel independen adalah Profitabilitas, konsentrasi, kepemilikan, ukuran perusahaan, rasio laverage, pertumbuhan, umur perusahaan, negara operasional, dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini adalah Variabel profitabilitas, laverage, pertumbuhan dan negara operasional tidak berpengaruh signifikan terhadap GCG rating. Konsentrasi kepemilikan, nilai perusahaan, berpengaruh signifikan negatif terhadap GCG rating. Variabel karakteristik perusahaan berpengaruh simultan terhadap GCG rating.Sedangkan variabel ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap GCG Rating

Lusiyati dan Salsiyah (2012) meneliti mengenai Analisis pengaruh Laverage, Umur perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada BEI. Variabel dependen adalah Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA) sedangkan variabel independen adalah Leverage, Umur perusahaan dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini adalah Variabel leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan umur perusahaan tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap ROA.

(16)

Arifani (2013) meneliti mengenai Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia). Variabel Dependen adalah Kinerja Keuangan sedangkan variabel Independen adalah Komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen. Hasil penelitian ini adalah Terdapat pengaruh positif signifikan dari variabel komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris terhadap kinerja keuangan.

Bukhori (2012) meneliti Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010). Variabel Dependen adalah Kinerja Keuangan Perusahaan sedangkan Independen adalah Dewan direksi, dewan komisaris, ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini adalah Variabel ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan

(17)

2.3 Kerangka Pemirikan

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran Penelitian Dewan Komisaris

Independen Ukuran Dewan Direksi

Komite Audit Kepemilikan Manajerial Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA) H1 (+) H2 (+) H3 (+) H4 (+) H5 (+) Kepemilikan Institusional Ukuran Perusahaan H6 (+)

(18)

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Keuangan

Teori keagenan menyatakan bahwa konflik kepentingan dan asimetri informasi yang timbul dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan dari berbagai pihak dalam perusahaan. Mekanisme ini dapat dilakukan dengan menerapkan corporate governance. Penerapan corporate governance dapat memberikan kepercayaan kepada pemilik perusahaan terhadap kemampuan manajemen dalam mengelola kekayaan yang dimiliki oleh pemilik (pemegang saham), sehingga dapat meminimalisasi konflik kepentingan dan biaya keagenan (agency cost). Good corporate governance menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen sudah selaras dengan kepentingan pemegang saham (Susiana dan Herawaty, 2007 dalam Putra 2012).

Salah satu bentuk mekanisme corporate governance adalah ukuran dewan komisaris. Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Menurut Bukhori (2012) dengan semakin banyaknya anggota dewan komisaris,

(19)

pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang akan didapat direksi akan jauh lebih banyak.

Penelitian Noviawan dan Septiani (2013) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris terbukti berpengaruh positif terhadap tingkat good corporate governance dan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama penelitian ini adalah sebagai berikut : H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

2.4.2 Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan

Salah satu asumsi dasar yang melandasi teori keagenan adalah asumsi tentang keorganisasian (Eisenhardt, 1989 dalam Noviawan, 2013). Dalam suatu organisasi, terdapat konflik antar anggota yang mungkin timbul dan dapat memengaruhi produktivitas perusahaan dan juga arus informasi kepada pihak eksternal. Pfeffer dan Salancik (dalam Sekaredi, 2011) menjelaskan bahwa semakin besar kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif, maka kebutuhan akan dewan dalam jumlah besar akan semakin tinggi. Oleh karena itu, ukuran dewan direksi berperan dalam kinerja perusahaan dan dapat mengurangi konflik keagenan yang terjadi di perusahaan. Efektifitas direksi dalam menghasilkan kinerja akan berbeda bagi perusahaan yang sehat secara keuangan dibandingkan dengan perusahaan yang sedang dalam masalah keuangan.

Penelitian Noviawan dan Septiani (2013) membuktikan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua penelitian ini adalah :

(20)

H2: Ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan 2.4.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan

Permasalahan keagenan yang dapat muncul dalam hubungan antara agent dengan principal adalah moral hazard, dimana manajer atau agent tidak melaksanakan tugas sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja (Jensen dan Meckling, 1976). Salah satunya adalah kemungkinan kecurangan dalam menyusun laporan keuangan.

Sam’ani (2008) menyatakan bahwa komite audit memiliki peran penting dan strategis dalam memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan perusahaan seperti halnya menjaga berjalannya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta penerapan good corporate governance. Dengan berjalannya fungsi komite audit yang efektif, maka fungsi pengawasan terhadap perusahaan akan lebih baik dan dapat mencegah konflik keagenan, juga dapat meningkatkan kinerja keuangan.

Penelitian yang dilakukan Sekaredi (2011) komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ketiga penelitian ini adalah :

H3: Komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan 2.4.4 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan

Teori keagenan menjelaskan bahwa asimetri informasi antara manajer dengan pemilik saham dapat membuka peluang bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba yang menguntungkan dirinya sendiri, tetapi apabila ada

(21)

pihak-pihak manajemen yang memiliki saham perusahaan, hal ini dapat menjadi suatu fungsi pengendalian yang efektif.

Herawaty (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan sarana pengawasan yang efektif sehingga dapat mengurangi tindaka manajemen laba dari manajer. Harapan dari adanya kepemilikan manajerial adalah bahwa para manajer puncak dapat lebih konsisten dalam menjalankan perusahaan, sehingga tercipta keselarasan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan (Syafruddin, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keempat penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan 2.4.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan

Menurut Jensen dan Meckling (1976) kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan (agency conflict). Keberadaan investor institusional dapat menunjukan mekanisme corporate governance yang kuat dan dapat digunakan untuk memonitor manajemen perusahaan. Pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan para pemegang saham Sekaredi (2011).

Dalam penelitian Noviawan dan Septiani (2013) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Dengan asumsi bahwa kepemilikan institusional dalam corporate governance

(22)

mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, maka hipotesis kelima penelitian ini adalah:

H5: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

2.4.6 Pengaruh ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan

Dalam teori keagenan, dijelaskan bahwa perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum (Marwata, 2001 dalam Sawitri, 2011). Oleh karena itu perusahaan besar secara sukarela akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan.

Perusahaan dengan ukuran lebih besar cenderung memiliki hubungan yang lebih kompleks dengan para pemangku kepentingan. Hubungan yang lebih kompleks ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah, jenis, dan tuntutan pemangku kepentingan. Dengan meningkatnya kompleksitas tersebut, maka perusahaan berusaha menyediakan informasi-informasi yang relevan. Selanjutnya, sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa setiap keputusan, kepentingan, dan aktivitas bisnis perusahaan dipengaruhi sekaligus mempengaruhi pemangku kepentingan, maka perusahaan yang memiliki hubungan lebih kompleks akan mempunyai tuntutan yang lebih besar. Untuk mengakomodasi tuntutan-tuntutan tersebut, maka perusahaan akan mengungkapkan informasi corporate governance dengan lebih luas.

Variabel ini hasilnya cukup konsisten berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian-penelitian sebelumnya

(23)

Pamungkas(2013) serta Lusiyati dan Salsiyah (2012). Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis kedelapan penelitian ini adalah sebagai berikut :

H6: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai tujuan integrasi kurikulum yang telah dipaparkan di atas baik tujuan pendidikan nasional secara umum maupun yang dirumuskan pondok pesantren secara khusus, akankah

Jihad Akbar, Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan, Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan Umum Yang Terdaftar di

Perbedaan kecepatan operasi ini telah menyebabkan perbedaan besar kapasitas lapang efektif herbiciding, yaitu berturut-turut sebesar (0,098 - 0,111) ha/jam, 0,204 ha/jam, dan 2,657

Kemampuan komunikasi matematis untuk subjek dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi memenuhi lima indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu indikator ke-1

Tumpuan kajian ialah mengenalpasti profil remaja dan belia yang melepak, tingkah laku devian dan faktor yang berkait dengan lepak seperti aspek keluarga dan

56 mengukur keterampilan proses sains saja; (2) Instrumen tes yang telah diujicobakan dan di analisis ini dapat dimanfaatkan sebagai soal untuk mengukur kemampuan

Jika Penawar yang Berjaya ingkar dalam mematuhi mana-mana syarat di atas atau membayar apa-apa wang yang harus dibayar, maka Pihak Pemegang Serahhak/Pemberi Pinjaman boleh (tanpa

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IV SD 4 Muryolobo dapat disimpulkan bahwa penggunaan model group investigation dapat meningkatkan hasil