• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan membahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, kegunaan hasil, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

I.1. Latar Belakang

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang cepat dan menyebar luas menyebabkan perubahan sosial di seluruh dunia. Perkembangan TIK dan koneksinya melalui internet telah menyebabkan perubahan aktivitas dan kesempatan pada berbagai tingkat populasi. Dari mulai individu dapat mengakses informasi dengan komputer di rumahnya, perusahaan kecil dengan model bisnisnya dapat mengambil keuntungan melalui e-commerce, perusahaan multinasional dapat mengakses lebih mudah ke pasar global, hingga instansi pemerintah dapat mengubah bentuk interaksi pelayanannya kepada masyarakat luas. Perkembangan TIK tersebut juga telah memungkinkan beraktivitas dengan jangkauan luas yang mungkin sulit dijangkau atau bahkan yang sebelumnya tidak mungkin dijangkau.

Perubahan TIK yang meluas tersebut berdasarkan pada kenyataan bahwa terjadi perubahan yang fundamental pada bentuk komunikasi dasar dan metode sosial yang mempengaruhi interaksi setiap orang atau organisasi dari sangat personal hingga global (tingkat dunia). Kemudahan penggunaan dan ketersediaan informasi di internet mengubah cara individu berinteraksi satu sama lain atau bahkan dengan institusi. Alat komunikasi baru yang mengkombinasikan telepon, faksimile dan sistem komputasi telah memfasilitasi perubahan cara bekerja dan struktur organisasi. Perubahan kontrol dan arus informasi yang dinamis menyajikan tantangan baru bagi pemerintah dalam hal pelayanan publik. TIK

(2)

yang secara drastis mengurangi biaya dalam hal memperoleh informasi dan meningkatkan kemampuan orang-orang di seluruh dunia untuk saling berinteraksi.

Contoh lainnya adalah faktor produksi pertanian di negara bagian Maharashtra, India. Pemerintah negara bagian itu berencana menghubungkan 40.000 desa dengan telecentre Agronet, yaitu suatu paket perangkat lunak yang khusus dirancang untuk para petani dan bertujuan menyediakan informasi-informasi mutakhir tentang pertanian. Misalnya, di sejumlah daerah di India berkali-kali terjadi semua petani panen tomat pada waktu yang bersamaan, sehingga menjatuhkan harga jual tomat di pasaran. Kemudian, ketika tomat sulit diperoleh dan harga melonjak, para petani tidak punya tomat lagi untuk dijual. Sekarang, mereka memanfaatkan jaringan telecentre tersebut untuk mengoordinasikan penanaman, agar tomat selalu ada persediaan di pasar, lebih teratur, dan harga-harga juga normal (2).

Dalam perkembangan TIK yang cepat dan menyebar luas inilah maka kemudian didapat fenomena kesenjangan digital. Fenomena kesenjangan digital ini dicirikan dengan adanya kesenjangan antara warga negara dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda berdasarkan kesempatan dan kemampuan mereka untuk mengakses dan menggunakan TIK (19).

Perkembangan TIK di Indonesia saat ini sedang diakselerasi oleh Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (DTIKN) yang baru berdiri November 2006. Dewan ini merupakan kelompok kerja yang dibentuk untuk meningkatkan perkembangan TIK Indonesia. Sebelumnya, lembaga penggerak TIK serupa yakni Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) sempat mengalami pergantian struktur lembaga sebanyak empat kali, dinilai bahwa TKTI gagal mengemban tugasnya, salah satunya kesenjangan digital Indonesia yang kian melebar (24). Bahkan berdasarkan data Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), tingkat kesenjangan digital (digital divide) di

(3)

Indonesia bukan lagi hanya “sudah tinggi” tetapi “sudah sangat tinggi sekali”. Disebutkan bahwa kesenjangan digital di Indonesia itu lengkap. Jika pergi ke Papua masih ada yang hidup seperti zaman batu, tetapi di Thamrin Jakarta sudah zaman masa kini, sehingga di Indonesia seakan-akan masyarakat berada dalam satu kapsul, tetapi di dalamnya terdapat zaman tani, perdagangan, dan zaman informasi (7).

Perkembangan kesenjangan digital di Indonesia tersebut dapat dilihat dari berbagai sumber. Tahun 2007, dalam E-Readiness yang dikeluarkan The Economist Intelligence Unit, Indonesia berada pada peringkat 67 untuk indikator kemampuan Indonesia memanfaatkan TIK dalam pembangunan ekonomi. Sementara hasil survei PBB, untuk layanan e-government, Indonesia berada pada peringkat 106 dari 189 negara yang disurvei (25). Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah penetrasi komputer sekitar 6 jutaan (6), jumlah ini sangat kecil bila dibandingkan populasi penduduk Indonesia yang hampir 250 juta jiwa. Menurut perkiraan hingga akhir tahun 2007, jumlah pengguna internet di Indonesia baru mencapai 25 juta, sementara pelanggan internet 2 juta (1). Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK telah memiliki komputer. Namun demikian, kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah terhubungkan dengan Internet (11). Kondisi seperti inilah yang membuat Indonesia masih terjadi kesenjangan digital yang sangat tinggi.

Selain permasalahan di atas, data dari Depkominfo pun menyebutkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu kunci penting keberhasilan menuju suatu kemajuan TIK. Survey yang dilakukan Greg Hearn menunjukkan, 70% kegagalan proyek-proyek TIK besar disebabkan oleh masalah SDM, sedang dalam bidang manufaktur, diungkapkan oleh Goran Svensson, hampir 50% kegagalan rantai persediaan (supply chain) disebabkan oleh faktor manusia. Sementara itu, dibandingkan beberapa negara lain, kualitas SDM Indonesia di bidang TIK masih rendah (5).

(4)

Dan berdasarkan data Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), yang masih menjadi permasalahan di Indonesia adalah bagaimana agar SDM Indonesia mempunyai kualitas penguasaan TIK secara merata melalui jalur pendidikan formal dan non formal, maupun pengembangan standar kompetensi yang dibutuhkan dalam pengembangan dan implementasi TIK (26). Terutama bila SDM tersebut berprofesi sebagai guru, yang berperan menyampaikan pendidikan hingga ke seluruh siswa di seluruh pelosok daerah di tanah air Indonesia. Dengan kondisi Indonesia seperti ini, maka pengembangan pendidikan sangat membutuhkan dukungan TIK. Dan salah satu program pemerintah dalam hal pendidikan adalah perwujudan e-learning, yaitu bentuk pembelajaran jarak jauh sehingga dapat diakses oleh siapa pun dan dimana pun, hingga daerah yang sulit terjangkau sekalipun. Untuk kebutuhan tersebut, sangat dibutuhkan SDM yang memiliki kemampuan TIK.

Sementara itu, SDM yang ada saat ini dalam kondisi dan kemampuan yang sangat bervariasi kemampuan TIKnya. Salah satunya adalah di antara para SDM tersebut, ada yang sudah biasa menggunakan komputer, tetapi ada pula yang belum biasa. Terdapat yang sudah menggunakan internet dan ada yang belum. Yang pada akhirnya terjadi kesenjangan digital tingkat individu.

Penelitian ini akan memodelkan pengukuran untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia yaitu dengan menggunakan model pengukuran masyarakat informasi yang dipakai di Eropa yaitu SIBIS (Statistical Indicators Benchmarking the Information Society). Mengingat model pengukuran masyarakat informasi ini dipakai di Eropa, penggunaannya akan disesuaikan sehingga model pengukuran ini cocok diterapkan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini akan mengembangkan model tahapan pengurangan kesenjangan digital di Indonesia, berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhi kesenjangan digital di Indonesia. Penelitian ini mengambil studi kasus pada guru SMU Negeri Kotamadya Bandung.

(5)

I.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang pertama dalam penelitian ini adalah merancang model pengukuran untuk mengurangi kesenjangan digital yang sesuai di Indonesia. Dalam model pengukuran ini akan dianalisis variabel-variabel yang mempengaruhi pengurangan kesenjangan digital tingkat individu/sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini adalah warga negara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kecakapan TIK SDM di Indonesia masih rendah. Permasalahan di Indonesia adalah bagaimana agar SDM Indonesia mempunyai kualitas penguasaan TIK secara merata untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia yang masih sangat tinggi. Setelah variabel-variabel yang diasumsikan mempengaruhi kesenjangan digital ditentukan, kemudian akan ditentukan hipotesis dan dilakukan pengujian terhadap hipotesis tersebut.

Rumusan masalah yang kedua adalah membuat model tahapan pengurangan kesenjangan digital yang sesuai di Indonesia. Dan rumusan masalah yang ketiga adalah menganalisis kondisi kesenjangan digital saat ini dengan membandingkan kondisi keempat variabel bebas di atas.

I.3. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

(1) Merancang model pengukuran untuk mengurangi kesenjangan digital yang sesuai di Indonesia.

(2) Merancang model tahapan pengurangan kesenjangan digital di Indonesia. (3) Mengusulkan strategi untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia.

I.4. Batasan Masalah

Agar pelaksanaan dan tujuan penelitian ini dapat dicapai dengan baik maka model pengukuran dibatasi dengan cara menganalisis kondisi perkembangan TIK di

(6)

Indonesia dan berdasarkan konsep kesenjangan digital. Kemudian menentukan variabel-variabel yang sesuai di Indonesia yang diasumsikan mempengaruhi kesenjangan digital di Indonesia dan memilih indikator-indikator yang sesuai di Indonesia dari instrumen SIBIS. Model pengukuran yang dikembangkan adalah lingkup individu atau warga negara.

I.5. Kegunaan Hasil

Hasil dari penelitian ini adalah suatu model pengukuran untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia. Model pengukuran ini diharapkan dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam mengukur pengurangan kesenjangan digital di Indonesia, terutama lingkup warga negara atau individu.

Penelitian ini juga akan merancang model tahapan pengurangan kesenjangan digital di Indonesia, yang diharapkan mampu memberikan gambaran kepada pemerintah dan pihak sekolah mengenai tingkat kondisi kesenjangan digital yang terjadi. Model tahapan ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk melakukan upaya mengurangi kesenjangan digital.

Selain itu, hasil penelitian ini akan mengusulkan strategi atas permasalahan yang terjadi, yang dapat diterapkan untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia (khususnya di SMU).

I.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian terapan yang bermanfaat untuk memberikan panduan kebijakan dalam program pemerintah dan pihak sekolah untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia. Metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

(7)

(2) Penelaahan kepustakaan (3) Pengumpulan data

(4) Analisis data dan pembahasan (5) Membuat kesimpulan

(6) Membuat laporan penelitian

I.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis adalah terdiri dari 5 bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, berisi penjelasan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, kegunaan hasil, metodologi, dan sistematika pembahasan.

Bab II Studi Pustaka, berisi hasil dari penelaahan kepustakaan mengenai hal-hal mendasar yang berkaitan dengan kesenjangan digital. Topik pembahasan meliputi pengertian kesenjangan digital, konsep kesenjangan digital, perkembangan TIK di Indonesia, kesenjangan digital di Indonesia, indikator-indikator pengukuran SIBIS, faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan kesenjangan digital, dan teknik analisis data.

Bab III Perancangan Penelitian, berisi perancangan penelitian dan perancangan instrumen yang akan digunakan. Perancangan instrumen didasarkan pada hasil studi pustaka yang telah dilakukan sebelumnya.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi mengenai analisis data, hasil penelitian, dan pembahasan.

Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran yang didapatkan dari hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Features fuse protection, LED battery indicators, 2x illumination (green) rings, 1 meter lead and an adaptor for European vehicles Amperage rating 10A for use at 12V only.

Adapun nama wayang pada saat itu adalah wayang beber karena cara pementasaannya yang di beber (digelar dalam bahasa Indonesia). Setelah Islam masuk ke Pulau Jawa

Sebagian besar nasabah tidak mendapatkan tawaran dari Bank lain karena nasabah sudah menggunakan produk Tabungan Pendidikan Anak (Tadika).. Sebagian lagi ada yang

‚Biasanya sih saya tawarkan, untuk tabungan impian ini kan tabungan perencanaan. Nasabah yang punya anak, atau akan merencanakan punya anak atau akan menikah saya

Namun, pada penelitian ini akan dikembangkan lembar kerja eksperimen berbasis inquiry yang dapat mengarahkan siswa terlibat dalam proses mengajukan pertanyaan ilmiah,

Laporan Keuangan Pengadilan Agama Pekanbaru yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan

Jika dilihat dari besarnya nilai persentase mortalitas pada kedua jenis kayu, maka waktu yang efisien sebagai pengujian adalah 4 minggu, karena nilai mortalitas