• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2010, hal. 3). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2010, hal. 3). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan

1. Defenisi Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2010, hal. 3).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan yang ditandai oleh perubahan dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008, hal. 672).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2012, hal. 37).

2. Proses Berlangsungnya Persalinan

a. Persalinan Spontan

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.

b. Persalinan Buatan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forseps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.

(2)

c. Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

Persalinan normal dapat berlangsung karena adanya kerja sama diantara tiga faktor penting berikut ini:

a. Power:

1) Kekuatan His 2) Kekuatan mengejan b. Passage:

1) Jalan lahir tulang 2) Jalan lahir lunak

c. Pessanger: Janin, plasenta, dan selaput ketuban

Disamping itu terdapat dua faktor lainnya yang ikut menentukan kelangsungan persalinan yaitu:

d. Faktor psikologis :

1) Penerimaan atas kehamilannya

2) Penerimaan terhadap jalannya perawatan antenatal, petunjuk dan persiapan untuk menghadapi persalinan

3) Kemampuannya untuk bekerja sama dengan pemimpin 4) Adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan

e. Penolong persalinan

1) Pengalamannya dan pemimpin persalinan

2) Kesabaran dan pengertiannya dalam menghadapi ibu bersalin, terutama terhadap primipara (Manuaba, 2012, hal. 34).

(3)

3. Sebab-sebab Persalinan

a. Penurunan kadar progesteron

Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun hingga timbul his.

b. Teori oksitosin

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.

c. Kerenggangan otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.

Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim makin rentan.

d. Pengaruh janin

Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.

e. Teori prostaglanndin

Prostaglandin yang dilakukan oleh deciduas, disangka menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan.

4. Tahap Persalinan

a. Kala I

Kala I atau pembukaan adalah periode persalinan yang dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi:

(4)

1) Fase laten, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.

2) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi: a) Fase accelerasi dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2

jam.

b) Fase dilatasi maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.

c) Fase decelerasi dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam. b. Kala II

Kala II atau kala pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

c. Kala III

Kala III atau kala uri adalah periode persalinan yang dimulai dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta.

d. Kala IV

Kala IV merupakan 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas pertimbangan praktis masih diskusi adanya Kala IV persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan (Yanti, 2010, hal. 5).

B. Seksio Sesarea

1. Sejarah Seksio Sesarea

Pertama kali persalinan dengan seksio sesarea dikembangkan sebagai salah satu metode modern di bidang kedokteran untuk membantu menurunkan angka kematian ibu akibat melahirkan. Tindakan seksio sesarea pertama kali dilakukan untuk melahirkan seorang bayi laki-laki kemudian hari menjadi sang Kaisar Roma

(5)

yang terkenal, yaitu Julius Caesar. Seksio sesarea sudah dikenel sejak zaman Julius Caesar. Pada tahun 700 sebelum Masehi, ketika kekaisaran Roma berada di bawah kekuasaan Numa Pompelius, setiap wanita yang meninggal dalam persalinan disebabkan melahirkan bayi melalui sayatan pada perutnya.

Sejarah seksio sesarea dalam sejarah kedokteran pada tahun 1794 Masehi seksio sesarea baru disebut sebagai cara untuk melahirkan bayi, ketika seorang dokter di Virginia Amerika Serikat melakukan operasi pada istrinya. Sejarah kedokteran Amerika mencatat hanya sekitar 10% wanita yang dapat hidup setelah persalinan dengan operasi. Hal ini disebabkan proses operasi yang belum dapat menjamin keselamatan ibu akibat peralatan operasi yang tidak steril, efek obat bius, antibiotic, teknik pembedahan, perdarahan, pemantauan pascaopersi, manajemen, serta control rasa sakit (Kasdu, 2003, hal. 2).

2. Pandangan Masyarakat Tentang Seksio Sesarea

Pada masa lalu, seksio sesarea merupakan persalinan yang menakutkan dan berisiko kematian, hanya dilakukan pada persalinan normal yang membahayakan ibu maupun janinnya. Seiring berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran kebidanan, teknik serta anestesi operasi seksio sesarea semakin sempurna. Pada masa kini, seksio sesarea bisa di jadikan alternatif persalinan tanpa pertimbangan medis.

Seksio sesarea semakin diterima masyarakat sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia sejak awal kelahiran. Dengan pertimbangan sosial dan untuk keharmonisan keluarga di masa-masa yang akan datang, besar kemungkinan terdapat permintaan persalinan dengan seksio sesarea. Untuk ikut serta menjaga keharmonisan keluarga dan harapan kelangsungan hidup wanita dalam menghadapi proses klimakterium dan menopause alami. Demikian seksio sesarea akhirnya menjadi metode pertolongan persalinan yang paling konservatif oleh karena

(6)

mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas yang rendah (Manuaba, 2012, hal. 258).

3. Pengertian Seksio Sesarea

Seksio sesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1.000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012, hal. 259).

Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2005, hal. 133).

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Hakimi, 2010, hlm. 634).

Seksio sesarea merupakan prosedur operatif, yang dilakukan di bawah anestesia sehingga janin, plasenta, dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen dan uterus ( Myles, 2011, hlm. 567).

4. Sebab-sebab Seksio Sesarea

Sebelum keputusan persalinan seksio sesarea, dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan untuk melihat resiko-resiko yang mungkin akan terjadi akibat tindakan operasi. Pertimbangan pemeriksaan ini harus berdasarkan penilaian prabedah secara lengkap dengan syarat-syarat pembedahan dan pembiusan tertentu. Ketentuan tersebut tidak berlaku pada kasus gawat darurat yang memerlukan kecepatan waktu untuk melakukan tindakan pembedahan.

a. Seksio Sesarea Terencana dan Tidak Terencana

Seksio sesarea yang direncanakan dilakukan karena adanya alasan medis. Apabila persalinan dipaksakan secara alami, akan mengancam keselamatan ibu dan bayi. Hal ini terjadi pada kesulitan kehamilan yang sudah terdeteksi sejak dini.

(7)

Seksio sesarea yang tidak direncanakan biasanya diputuskan ketika persalinan berlangsung. Waktu pembedahan dapat ditentukan pada seksio sesarea yang direncanakan, sehingga adanya persiapan yang baik bagi dokter dan paramedis serta pasien. Seksio sesarea yang direncanakan yaitu pembedahan yang dilakukan sebelum persalinan berlangsung dapat menyebabkan segmen bawah rahim belum terbentuk dengan baik, sehingga lebih mudah terjadinya atonia uteri.

b. Penyebab Seksio Sesarea 1) Faktor Janin

a) Bayi Terlalu besar

Berat bayi sekitar 4.000 gr atau lebih menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita kencing manis, dalam ilmu kedokteran disebut bayi besar objektif. Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya.

b) Kelainan letak bayi

Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak lintang. Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala berada di bagian atas rahim dan bokong di bagian bawah rongga rahim. Kelainan letak lintang menyebabkan poros bayi tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Bokong akan berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin. Sementara bahu berada pada bagian atas panggul.

c) Ancaman gawat janin

Janin mendapatkan oksigen melalui plasenta dan tali pusat, apabila terjadi gangguan maka oksigen yang disalurkan ke bayi akan berkurang. Kondisi ini menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan bisa meninggal dalam

(8)

rahim. Keadaan kekurangan oksigen dapat diketahui dari denyut jantung yang dapat dilihat pada kardiotokografi (CTG), aliran darah pada tali pusat yang dipantau dengan alat Doppler sonografi dan adanya mekonium dalam air ketuban.

d) Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan).

e) Bayi kembar

Kelahiran kembar memiliki risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi.

2) Faktor plasenta a) Plasenta previa

Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Hal ini menyebabkan kepala janin tidak bisa turun dan masuk ke jalan lahir. Jenis plasenta previa yaitu plasenta previa marginal, plasenta previa parsial, dan plasenta previa tota Jenis plasenta previa yaitu plasenta previa marginal, plasenta previa parsial, dan plasenta previa total.

b) Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.

c) Plasenta Accreta

Plasenta accreta adalah plasenta yang menempel di otot rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil dan ibu yang pernah operasi.

(9)

d) Vasa previa

Keadaan pembuluh darah di selaput ketuban berada di mulut rahim, jika pecah dapat menimbulkan perdarahan banyak yang membahayakan janin dan ibunya. e) Kelainan tali pusat

Kelainan tali pusat ada dua jenis, yaitu prolapsus tali pusat dan terlilit tali pusat. Prolapsus tali pusat adalah keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat, posisi tali pusat berada di depan atau disamping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di jalan lahir. Sedangkan terlilit tali pusat adalah letak dan posisi tali pusat membuat tubuh janin, baik di bagian kaki, paha, perut, lengan, atau leher.

3) Faktor Ibu a) Usia

Ibu yang melahirkan pertama kali pada usia sekitar 35 tahun memiliki risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita yang usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia.

b) Tulang Panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah lingkar panggul ibu tidak sesuai

dengan ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan lancarnya proses persalinan. Panggul sempit sering terjadi pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. Bentuk panggul yang membantu memudahkan kelahiran adalah panggul ginekoid.

(10)

c) Hambatan jalan lahir

Terdapat gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernapas. Gangguan jalan lahir juga bisa terjadi karena adanya mioma atau tumor. Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat.

d) Kelainan kontraksi rahim

Kontraksi rahim lemah atau tidak terkoordinasi atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancer. e) Ketuban pecah dini

Robeknya ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban adalah cairn yang mengelilingi janin dalam rahim. Air ketuban yang pecah sebelum waktunya akan membuka rahim sehingga memudahkan masuknya bakteri dari vagina, menyebabkan infeksi pada ibu hamil ata janin di dalam kandungannya.

f) Rasa takut kesakitan

Pada saat kontraksi otot-otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Kondisi ini menyebabkan proses rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat (Kasdu, 2003, hal. 11).

5. Persiapan Umum Seksio Sesarea

Keputusan tindakan seksio sesarea diharapkan dapat menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan.

(11)

Persiapan umum meliputi: peningkatan keadaan umum sehingga mampu untuk menerima resiko operasi, perawatan setelah operasi dan kembali kesehatan secara optimal.

a. Pemasangan infus

1) Rehidrasi dengan cairan pengganti, sekitar 2 liter a) Dextrose 5-10%

b) Ringer laktat atau ringer dextrose 2) Memudahkan pemberian tranfusi darah 3) Memudahkan pemberian premedikasi narkose 4) Memudahkan member antibiotika

b. Pemasangan dauer kateter

1) Untuk mengukur keseimbangan cairan 2) Menghindari trauma

3) Meningkatkan kemampuan untuk sembuh c. Posisi dan evaluasi penderita

1) Tidur telentang dengan posisi kepala sedikit direndahkan

2) Tanda-tanda vital diukur, terdiri dari: tekanan darah, nadi, temperature, pernafasan, dan keadaan ekstremitas.

3) Tanda vital kehamilan diperiksa, di antaranya adalah adanya his dan tindakan mengejan, lingkaran bandle, detak jantung janin, dan perdarahan. d. Narkosa perdarahan seksio sesarea

Narkosa pada seksio sesarea dapat dilakukan dengan cara kombinasi, anestesi lumbal, dan anestesi local.

(12)

6. Desinfeksi Lapangan Operasi

Dalam usaha untuk menyucihamakan lapangan operasi diperkenalkan desinfektan yang tidak menimbulkan iritasi dan merusak kulit.

a. Bahan desinfektan

1) Kombinasi yodium – alkohol a) Bahanya murah didapatkan

b) Menyebabkan iritasi kulit dan melekat dengan konsentrasi kuat pada kulit.

2) Betadine

a) Banyak dipakai, harganya murah b) Mudah dibersihkan

c) Di Negara industry yang maju bahan desinfektan telah disiapkan dari pabrik dalam suatu kantong khusus.

b. Teknik desinfektan

Dilakukan dengan cara mencukur rambut pubis menjelang tindakan desinfeksi. Menggunakan

1) Kombinasi yodium – alkohol

a) Larutan yodium dalam alkohol dipaparkan pada lapangan operasi, paha dan sekitar vagina

b) Kemudian dibersihkan dengan alkohol 70% 2) Betadine

a) Betadine dipaparkan di lapangan operasi , sekitar vagina sampai paha bagian atas

(13)

c. Penutup lapangan operasi

Setelah lapangan operasi disucihamakan, lapangan operasi di tutup dengan kain penutup yang suci-hama (duk steril). kain suci-hama difiksir pada kulit abdomen dengan duk klem Backaus. Penutup lapangan operasi disesuaikan dengan insisi yang akan dilakukan.

7. Insisi dan Penutup Abdomen

Ada dua macam bentuk insisi dinding abdomen yang lazim dilakukan pada operasi seksio sesarea adalah:

a. Insisi Menurut Pfannenstiel

Insisi pfannenstiel akan lebih banyak memotong pembuluh darah dan dapat menimbulkan hematoma luka operasi, sehingga perlu diperhatikan, bahwa:

1) Insisi dilakukan suprapubis, pada perbatasan rambut pubis sampai mencapai fasia abdominalis

2) Perdarahan dirawat dengan tindakan ligasi atau termokauter.

3) Fasia dipotong melintang dengan memisahkannya dari muskulus abdominal dan muskulus piramidalis

4) Perdarahan arteria/vena epigastrika inferior dirawat

5) Tepi atas dan bawah fasia dapat diikat pada kulit abdomen

6) Muskulus rektus dan piramidalis dipisahkan pada garis tengah sehingga peritoneum tampak

7) Peritoneum dibuka dengan jalan mengangkat memakai pinset dn dipotong dengan pisau atau gunting. Insisi peritoneum diperlebar hingga uterus tampak. Tepi peritoneum dipegang dengan Mikulicz.

(14)

1) Peritoneum dijahit jelujur, memakai catgut kromik

2) Otot dinding abdomen dapat dipertemukan dengan jahitan simbul plainchomic catgut kecil

3) Fasia abdominalis dijahit dengan jahitan jelujur peston atau jahitan simpul dengan vicryl/monocryl.

4) Kulit dapat dijahit secara: simpul memakai barang sutra, daan berkelanjutan dengan proline atau vicryl

5) Luka operasi ditutup dengan kasa suci-hama bahan khusus

Pada luka proline jahitan dibuka pada hari ke-10, tetapi bila memakai vicryl jahitan tidak perlu dibuka, cukup ujungnya aja yang dipotong. Terdapat suatu modifikasi, insisi pfannenstiel hanya diluarnya saja sedangkan fasia dibuka membujur. Keuntungan insisi Pfannenstiel adalah dari segi kosmetik terjamin, dan kesembuhan luka lebih baik. Adapun kerugiannya adalah perdarahan yang tidak dirawat dapat menimbulkan perdarahan yang lama, perlu dipasang drainase untuk menghindari hematoma dan infeksi.

b. Insisi longitudinal abdomen

1) Insisi dilakukan antara umbilicus sampai supra pubis, berlapis sampai fasia tampak sepanjang 10-12 cm

2) Perdarahan dirawat dengan tindakan ligasi atau kauterisasi

3) Fasia dibuka sepanjang insisi, kemudian di bebaskan dari otot dinding abdomen

4) Otot dinding abdomen dipisahkan ke samping sehingga peritonium tampak 5) Peritonium dibuka

6) Insisi peritoneum diperlebar ke atas – ke bawah hingga seluruh rahim tampak

(15)

Penutupan luka longitudinal/membujur dilakukan secara berlapis, sebagai berikut:

1) Peritonium dijahit jelujur dengan catgut kronik atau plain 2) Otot abdomen dijahit simpul dengan plain/chromic catgut

3) Fasia dijahit jelujur memakai peston atau secara simpul memakai vicryl 4) Kulit dijahit simpul dengan sutra atau vicryl

5) Luka operasi ditutup dengan kasa suci-hama atau bahan hama khusus Keuntungan insisi longitudinal adalah insisi dapat (dengan mudah) diperlebar sampai di atas umbilikus jika diperlukan. Adapun kerugiannya adalah kurang bersifat kosmetik, karena akan tampak dari luar.

8. Jenis-jenis Seksio Sesarea

a. Seksio Sesarea Klasik menurut Sanger

Seksio sesarea klasik menurut sanger lebih mudah dimulai dari insisi segmen bawah rahim, dengan indikasi:

1) Seksio sesarea yang di ikuti dengan sterilisasi

2) Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan segmen bawah rahim dan perdarahan

3) Pada letak lintang

4) Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul 5) Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi

Keuntungan operasi seksio klasik menurut Sanger ini adalah mudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas, dan kerugiannya adalahkesembmudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas, dan kerugiannya adalahkesembuhan luka operasi relatif sulit, kemungkinan rupture uteri pada persalinan berikutnya lebih besar, kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar.

(16)

b. Seksio Sesarea Transperitonial Profunda menurut Kehrer

Seksio sesarea yang merupakan persalinan dengan morbiditas dan mortalitas rendah, adalah persalinan yang paling konsevatif. seksio sesarea ini dapat dilakukan atas dasar indikasi ibu dan janin. Indikasi ibu yaitu gangguan perjalanan persalinan karena mioma uteri dan yang lainnya, kehamilan yang disertai penyakit jantung atau diabetes melitus, dll. Indikasi janin yaitu fetal distress, prolapsus tali pusat, dll.

Keuntungan insisi bawah rahim menurut kehrer adalah segmen bawah rahim lebih tenang, kesembuhan lebih baik, dan tidak banyak menimbulkan perlekatan. Adapun kerugiannya adalah terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin, dan terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan.

c. Seksio Sesarea Histerektomi menurut Porro

Operasi seksio sesarea histerektomi menurut porro dilakukan secara histerektomi supravaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin, dengan indikasi seksio sesarea disertai infeksi berat, atonia uteri dan perdarahan, solusio plasenta, dan disertai tumor pada otot rahim.

d. Seksio Sesarea Ekstraperitoneal

Operasi jarang dilakukan karena perkembangan antibiotika, dan untuk menghindari kemungkinan infeksi yang dapat menimbulkannya. Tujuan dari seksio sesarea ekstraperitoneal adalah menghindari kontaminasi kavum uteri oleh infeksi yang terdapat diluar uterus (Manuaba, 2012, hal. 282). Indikasi seksio sesarea ekstraperitoneal adalah perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal, perdarahan yang tidak bisa di kendalikan pada kasus-kasus plasenta previa dan abruption plasenta tertentu, rupture uteri yang tidak dapat diperbaiki dan lain-lain.

(17)

9. Indikasi Seksio Sesarea Sebelumnya

Sebelum keputusan untuk melakukan persalinan dengan seksio sesarea dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan untuk resiko-resiko yang mungkin terjadi akibat tindakan seksio sesarea, seperti perdarahan, cedera saluran kemih dan usus, atau infeksi. Pertimbangan ini harus berdasarkan penilaian pra bedah secara lengkap, mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan. Ketentuan tersebut tidak selalu berlaku, terutama menghadapi kasus gawat darurat yang memerlukan kecepatan waktu untuk melakukan tindakan. Dalam kasus yang sama bisa terjadi penangan persalinan yang berbeda. Persalinan dengan seksio sesarea tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara seksio sesarea. Seksio sesarea berulang dilakukan jika ada komplikasi yang mengharuskan dilakukannya tindakan seksio sesarea kembali (Kasdu, 2003).

10. Seksio Sesarea Elektif

Seksio sesarea elektif mengidentifikasikan bahwa keputusan melaksanakan prosedur dibuat selama kehamilan, yang berarti sebelum persalinan dimulai. Jika indikasi seksio sesarea bukan seksio sesarea berulang, seperti plasenta previa, pelahiran pervagina setelah seksio sesarea dapat diupayakan. Seksio sesarea berulang mungkin diindikasikan, misalnya pada disproporsi sefalopelvik, atau uterus yang telah mengalami dua kali pembedahan (Myles, 2011).

11.Kunjungan Antenatal Care

Setiap ibu hamil dengan bekas seksio sesarea haruslah melakukan pemeriksaan antenatal karena pada saat antenatal ibu hamil akan mendapat informasi tentang taksiran persalinan, persalinan dengan bekas seksio sesarea haruslah dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, dan kapan waktu yang tepat untuk persalinan ke rumah sakit (Prawirohardjo, 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, peneliti membuat judul “ Pembangunan Aplikasi Penjualan Online pada Toko Jam Tangan AMPM Watch” penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan website yang

(Kintiraki, Papakatsika, Kotronis, Goulis, & Kotsis, 2015) penanganan hipertensi dilakukan dengan konvensional yaitu obat penurun hipertensi, tetapi pengobatan

Penelitian pada pekerja pengecatan di PT X ini menunjukkan bahwa variabel riwayat penyakit paru berhubungan terhadap kejadian gangguan fungsi paru, dan untuk variable

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui fenomena bullying yang terjadi di lingkungan sekolah khususnya SMP PIRI 1

Intent adalah istilah yang digunakan dalam pemrograman Android untuk mengacu pada mekanisme berbagi pesan pemberitahuan atau bertukar data Activity atau untuk

Sebab hanya oleh rahmat-Mu, dan dengan memandang kepada Yesus Kristus, kami bersyukur atas kasih setia dan pengampunan-Mu yang nyata dalam hidup kami sampai

asal Pakistan dan Quraish Shihab. Muhammad Abdul Fatah, dalam penelitiannya yang berjudul Tafsir Al-Qur’an tentang Poligami, mencoba membandingkan penafsiran Muhammad

Di satu sisi, eksekutif membutuhkan kewenangan eksekutif review dalam mengharmonisasikan kebijakan antara pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah, akan tetapi disisi