• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL PADA SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN (STUDI KASUS: MACSYS UNIVERSITAS MA CHUNG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL PADA SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN (STUDI KASUS: MACSYS UNIVERSITAS MA CHUNG)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL PADA SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN

(STUDI KASUS: MACSYS UNIVERSITAS MA CHUNG)

Soetam Rizky Wicaksono 1*, Audrey Amelia 2*

1 Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Ma Chung

* Email: soetam.rizky@machung.ac.id

2 Direktorat Manajemen Informasi, Universitas Ma Chung

* Email: audrey.amelia@machung.ac.id

Abstract

Evaluasi teknologi informasi adalah sebuah aktivitas yang kadang dilupakan oleh pihak pengembang. Apalagi jika sebuah sistem aplikasi sudah berjalan cukup jauh, disarankan melakukan evaluasi dari sisi usability. Metode evaluasi yang cocok pada kasus ini salah satunya adalah evaluasi Technology Acceptance Model dimana pada metode ini menggunakan 2 jenis evaluasi yaitu evaluasi Perceived Usefulness dan evaluasi Perceived Ease of Use. Disamping itu pengamatan tingkat kesalahan yang terjadi saat pengguna memakai sistem juga dapat mendukung hasil evaluasi TAM. Frekuensi penggunaan dan hasil wawancara mengenai ketersediaan panduan menjadi bahan tambahan evaluasi TAM. Dari semua hasil pengumpulan dan analisa data tersebut terangkum bahwa pengguna menerima sistem informasi pendidikan sebagai sarana teknologi informasi untuk meningkatkan efektifitas kinerja meskipun sistem masih membutuhkan pengembangan berkala untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

Keywords: Computer Supported Collaborative Learning, Service Learning, Education Technology

1. Pendahuluan

Evaluasi terhadap sistem informasi yang telah diimplementasikan merupakan tahapan yang kerap dilupakan oleh para pengembang

(2)

perangkat lunak. Tahapan evaluasi yang di dalam model spiral merupakan tahapan terakhir [ CITATION Pre01 \l 1033 ] sekaligus sebagai tahapan permulaan untuk pengembangan di level berikutnya, kerap tidak dijalankan oleh pihak pengembang, terutama untuk pengembang perangkat lunak yang berasal dari luar institusi (outsource).

Salah satu aspek yang umumnya dijadikan alibi oleh para pengembang perangkat lunak pada saat melewatkan proses evaluasi adalah keberadaan tenggat waktu (deadline) dari pihak pengguna. Namun demikian pada saat sebuah sistem informasi telah berjalan dalam kurun waktu tertentu, evaluasi secara menyeluruh juga hampir tidak mungkin dilakukan mengingat proses yang telah berjalan di institusi tersebut akan sangat sulit untuk dihentikan meskipun hanya sementara.

Dalam lingkup evaluasi di dalam sebuah sistem informasi yang telah berjalan cukup lama, maka umumnya disarankan untuk mengarahkan evaluasi ke arah usability dengan mengimplementasikan model inspeksi terhadap guidelines yang telah tersedia serta model penerimaan teknologi (technology acceptance model atau TAM) dari para pengguna [ CITATION Cha07 \l 1033 \m Fro08].

Evaluasi tersebut secara umum bisa didapatkan dari (1) respon pengguna berdasarkan angket ataupun (2) pertanyaaan retorik yang tidak diungkapkan dan akan terjawab pada saat pengguna melakukan interaksi secara langsung dengan perangkat lunak [ CITATION Fro08 \l 1033 ]. Cara lain adalah dengan mengukur tingkat kesalahan yang telah dilakukan oleh pengguna dan mengasumsikan hasil tersebut sebagai gangguan atau interruption yang pada akhirnya akan menghasilkan efek negatif yang disebut sebagai cost of interruptions [ CITATION Bai08 \l 1033 ].

Demi meminimalkan efek negatif yang mungkin terjadi serta melaksanakan proses evaluasi demi perbaikan sistem informasi ke arah yang lebih baik, maka selayaknya sebuah langkah awal inspeksi dengan angket ataupun TAM dapat dilakukan di sebuah institusi. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi tahap awal dalam lingkup TAM di sistem informasi pendidikan yang berada di Universitas Ma Chung dan lebih umum disebut sebagai MacSys.

Dalam evaluasi tahap awal yang dilakukan adalah dengan melakukan analisa hasil TAM berdasarkan tingkat kesalahan yang

(3)

telah dilakukan pengguna dan memerlukan revisi serta perbaikan secara langsung dari pihak pengembang. Di sisi lain hal tersebut juga dicek ulang dengan ketersediaan panduan (guidelines) yang telah dimiliki oleh pihak pengembang. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan hasil evaluasi tahap awal mengenai PU (Perceived Usefulness) dan PEOU (Perceived Ease Of Use) yang menggambarkan penerimaan pengguna terhadap sistem informasi dan menjadi landasan bagi evaluasi di tahapan berikutnya [ CITATION Cha07 \l 1033 ].

Hasil dari evaluasi TAM juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pengguna (user awareness) mengenai pentingnya pengungkapan PE dan PEOU sebagai umpan balik yang sederhana dan jujur terhadap pengembang. Dalam lingkup penelitian ini, diharapkan bahwa hasil evaluasi TAM dapat menjadi interaksi diam (silent interaction) dari para pengguna dengan pihak pengembang, mengingat bahwa interaksi evaluasi dengan cara think aloud masih sangat sulit dilakukan secara riil di sebuah institusi yang memegang tingkat tata krama tinggi.

2. Technology Acceptance Model (TAM)

TAM sebagai sebuah model yang membantu deskripsi pengguna dalam penerimaan teknologi pada sebuah institusi yang pada akhirnya akan menentukan penggunaan secara nyata dari teknologi tersebut. TAM sendiri di tahapan awal hanya akan menentukan perilaku serta keinginan pengguna untuk tetap menggunakan sebuah sistem di kenyataan yang ada [ CITATION Bur06 \l 1033 ].

TAM sendiri pertama kali diungkapkan oleh Davis [ CITATION Dav86 \l 1033 ] sebagai sebuah teori dalam disertasi yang mengungkap penerimaan pengguna dalam sebuah sistem informasi yang baru. Sehingga pada penelitian berikutnya yang mengadopsi TAM umumnya juga mengevaluasi sistem informasi. Namun demikian TAM juga dapat digunakan sebagai perangkat evaluasi untuk teknologi lain yang bukan termasuk sistem informasi.

Jika digambarkan dalam bentuk diagram, maka TAM dapat dilihat seperti pada Gambar 1:

(4)

Gambar 1. Model TAM [ CITATION Bur06 \l 1033 ]

Penerimaan pengguna untuk menjalankan sebuah teknologi, dalam lingkup ini berupa sistem informasi, bukan berarti bahwa pengguna telah merasa puas terhadap teknologi tersebut [ CITATION Hsu08 \l 1033 ]. Namun penerimaan merupakan titik awal yang dapat dijadikan acuan bahwa teknologi tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut dan diperbaiki.

TAM secara sederhana dapat menghasilkan dua temuan penting di tahap awal yakni frekuensi penggunaan (dalam satuan tertentu seperti jam/hari) serta volume penggunaan (ditandai dengan persepsi kemudahan dari pengguna) dari sebuah teknologi [ CITATION Bur06 \l 1033 ]. Sehingga pada akhirnya akan dapat dijelaskan mengenai hasil TAM oleh pengguna, apakah penggunaan tersebut berdasarkan kebiasaan atau aktivitas yang dikendalikan secara sadar (berupa pekerjaan sehari-hari).

Hasil TAM juga dapat dianggap bias akibat pengaruh sosial (social influence) dari lingkungan sekitar pengguna. Pengaruh tersebut terbagi menjadi dua yakni (1) jika pengguna merasa bahwa efek dari pemakaian teknologi tersebut dapat meningkatkan pengetahuan yang bermanfaat bagi pekerjaan dan (2) jika pengguna merasa bahwa pemakaian teknologi hanyalah cara untuk menghindari hukuman dan mendapatkan imbalan yang lebih [ CITATION Hsu08 \l 1033 ].

Penelitian yang melibatkan TAM pada umumnya dilakukan di sebuah institusi dengan menggunakan pengguna aktif sebagai responden yang dianggap valid [ CITATION Bur06 \l 1033 \m Hsu08 \m Saa05]. Hasil dari TAM juga dapat berubah dan umumnya harus diukur ulang jika pada saat tertentu teknologi tersebut mengalami perubahan atau revisi didalamnya. Sehingga diharapkan evaluasi dengan menggunakan TAM tidak berhenti di satu tahapan tetapi berjalan secara periodik di sebuah institusi.

(5)

3. Hasil dan Pembahasan

Pada tahap ini dijelaskan mengenai hasil analisa dari penerapan teori TAM yaitu PU, PEOU, kesalahan yang terjadi dan frekuensi pengguna terhadap sistem informasi pendidikan khususnya pada Macsys Universitas Ma Chung.

Keterkaitan antara hasil evaluasi PU, PEOU, pengamatan tingkat kesalahan yang terjadi dan rata-rata frekuensi penggunaan macsys adalah bagaimana sistem yang digunakan dapat menyelesaikan pekerjaan pengguna dengan mudah meski kesalahan sistem masih ada saat digunakan. Selain itu hasil rata-rata penggunaan aplikasi setiap harinya juga menentukan pengguna untuk mau menerima aplikasi dan menggunakan aplikasi sebagai sarana pendukung dalam peningkatan kinerja pengguna. Hasil ini akan menjawab, apakah sistem informasi ini layak dikembangkan ke arah yang lebih baik atau justru lebih baik melakukan perombakan secara keseluruhan.

(6)

a. Hasil Evaluasi Perceived Usefulness

Pada evaluasi Perceived Usefulness terdapat 4 jenis evaluasi yaitu penggunaan macsys membantu pengerjaan lebih cepat, meningkatkan efektifitas kerja, meningkatkan kinerja keseluruhan, dan menu di macsys sudah sesuai dengan yang harus dikerjakan.

Dari 4 macam evaluasi tersebut dapat menjawab, apakah pengguna merasa bahwa teknologi informasi yang ada pada sistem pendidikan Universitas Ma Chung khusunya Macsys dapat meningkatkan efektifitas kinerja pengguna. Ringkasan hasil evaluasi PU terlihat pada Tabel 1.

Perceived Usefulness

YA (%) TIDAK (%) TOTAL

No Jenis Evaluasi

1 Penggunaan Macsys membantu pengerjaan lebih cepat 17 94,44% 1 5,56% 18

2 Penggunaan Macsys meningkatkanefektifitas kerja 17 94,44% 1 5,56% 18

3 Pengunaan Macsys meningkatkan kinerja keseluruhan 15 83,33% 3 16,67% 18

4 Menu di Macsys telah sesuai dengan yang harus dikerjakan 14 77,78% 4 22,22% 18

Tabel 1. Hasil Evaluasi PU

Hasil tersebut menjelaskan bahwa 17 dari 18 responden bahwa Macsys membantu pengerjaan lebih cepat dan dapat meningkatkan efektifitas kerja. Selain itu 15 dari 18 responden menyatakan bahwa penggunaan macsys meningkatkan kinerja keseluruhan. Dan 14 dari 18 responden berpendapat bahwa modul sudah sesuai dengan yang dikerjakan.

Maka terangkum bahwa macsys mampu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat namun modul yang ada masih belum lengkap sehingga belum dapat meningkatkan kinerja secara keseluruhan.

(7)

b. Hasil Evaluasi Perceived Ease of Use

Pada evaluasi Perceived Ease of Use terdapat 4 jenis evaluasi juga yaitu penggunaan macsys mudah tanpa training atau petunjuk, mudah membantu penyelesaian sehari-hari, mudah dipahami dan menu baru tidak akan sulit dipelajari.

Dari 4 jenis evaluasi ini dapat menjawab pertanyaan yaitu, apakah sistem yang dibuat dapat diterima oleh pengguna sehingga meningkatkan efektivitas kerja pengguna. Ringkasan hasil evaluasi PEOU ada pada tabel 2.

Perceived Ease of Use Y

A (%) TIDAK (%) TOTAL

N

o Jenis Evaluasi

1 Penggunaan Macsys mudah tanpa training atau petunjuk 15 83,33% 3 16,67% 18

2 Macsys mudah membantu penyelesaian sehari-hari 14 77,78% 4 22,22% 18

3

Interaksi Macsys mudah dipahami 1 5 83,33 % 3 16,67 % 18

4 Menu baru tidak akan sulit dipelajari 15 83,33% 3 16,67% 18

Tabel 2. Hasil Evaluasi PEOU

Berdasarkan hasil evaluasi PEOU, 15 dari 18 responden yang dipilih menyatakan bahwa penggunaan macsys mudah, tanpa training atau petunjuk. Selain itu 15 responden tersebut juga berpendapat bahwa interaksi macsys mudah dipahami dan tidak akan sulit dipelajari jika terdapat menu baru. Kemudian 14 dari 18 responden menyatakan macsys dapat membantu penyelesaian sehari-hari.

Maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa pengguna mau menerima dan menggunakan sistem untuk meingkatkan kinerja pengguna.

(8)

Seperti yang sudah dijelaskan di pendahuluan bahwa evaluasi TAM juga menggunakan metode pengamatan tingkat kesalahan yang terjadi saat pengguna memakai aplikasi sistem tersebut.

Hal ini dilakukan untuk mendukung hasil evaluasi PU dan PEOU agar hasil evaluasi menjadi lebih bermanfaat karena dengan mengetahui tingkat kesalahan ini, pengembang sistem dapat meminimalisir cost of interruptions yang akan terjadi.

Berikut adalah tabel hasil pengamatan kesalahan yang terjadi saat pengguna memakai aplikasi sistem.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Kesalahan

Berdasarkan tabel diatas, jenis kesalahan sistem dan human error tergolong cukup sering terjadi. Namun efek yang timbul tidak begitu besar meski dari beberapa kesalahan tersebut banyak pihak yang merasakan dampaknya terutama mahasiswa.

Walau demikian, untuk melakukan perbaikan sistem dan aplikasi tidak membutuhkan banyak waktu. Rata-rata untuk menyelesaikan kesalahan pada sistem kurang lebih 1 hari. Demikian juga kesalahan dikarenakan human error dapat diselesaikan 1 hari juga.

d. Ketersediaan panduan penggunaan yang dimiliki oleh pihak pengembang.

(9)

Panduan penggunaan (guidelines) sudah tersedia namun pada kenyataannya, pengguna masih mengalami kesulitan untuk menggunakannya. Hal ini dapat dianalisa dari hasil evaluasi PEOU bahwa beberapa pengguna merasa membutuhkan training awal untuk menggunakan macsys meskipun beberapa diantaranya pengguna merasa sudah bisa mengoperasikan macsys sesuai kebutuhannya dalam meningkatkan efektifitas kinerja.

Selain itu berdasarkan pengalaman trainer saat memberikan panduan macsys berpendapat bahwa beberapa dari pengguna merasa tidak mengerti isi dari panduan tersebut sehingga pengguna tidak mengerti apa yang hendak ditanyakan. Beberapa pengguna lainnya juga berpendapat bahwa modul yang dibuat belum dibutuhkan.

e. Rata – rata Frekuensi Penggunaan Macsys.

Dari hasil angket yang sudah disebar muncul angka rata-rata frekuensi pengguna yang memakai macsys yaitu 2 jam dalam satu hari.

Dengan adanya angka rata-rata frekuensi penggunaan, ketersediaan panduan, dan tingkat kesalahan sebagai bahan pendukung evaluasi PU dan PEOU, hasil dari evaluasi ini dapat semakin meruncing sehingga hasilnya tidak hanya berupa jawaban dari sebuah pertanyaan namun juga memberikan alasan dan saran yang jelas untuk perkembangan sistem selanjutnya.

4. Kesimpulan dan Saran

Dari hasil evaluasi berdasarkan angket PE dan PEOU dan juga data pendukung seperti hasil pengamatan tingkat kesalahan yang sudah dilakukan oleh pengguna, ketersediaan panduan dan rata-rata frekuensi penggunaan, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Pendidikan pada studi kasus Macsys Universitas Ma Chung dapat diterima oleh para pengguna dan membantu pengguna dalam menyelesaikan pekerjaan secara komputerisasi. Meskipun dalam pengerjaannya pengguna mengalami beberapa error yang

(10)

menggangu. Selain itu pengguna juga memakai macsys sebagai aktivitas yang dikendalikan secara sadar.

Hal ini dapat dilihat dari jenis evaluasi Perceived Usefulness pada poin pertama dan kedua yaitu penggunaan Macsys membantu pengerjaan lebih cepat dan meingkatkan efektivitas kerja yang di mana kedua poin evaluasi ini memiliki nilai mencapai 94.44%.

Kepustakaan

CITATION Pre01 \l 1033 : , (Pressman, 2001),

CITATION Cha07 \l 1033 \m Fro08: , (Chan & Teo, 2007;

Frokjaer & Hornbaek, 2008),

CITATION Fro08 \l 1033 : , (Frokjaer & Hornbaek, 2008),

CITATION Bai08 \l 1033 : , (Bailey & Iqbal, 2008),

CITATION Cha07 \l 1033 : , (Chan & Teo, 2007),

CITATION Bur06 \l 1033 : , (Burton-Jones & Hubona, 2006),

CITATION Dav86 \l 1033 : , (Davis, 1986),

CITATION Hsu08 \l 1033 : , (Hsu & Lin, 2008),

CITATION Bur06 \l 1033 \m Hsu08 \m Saa05: , (Burton-Jones

& Hubona, 2006; Hsu & Lin, 2008; Saade & Bachli, 2005),

Gambar

Gambar 1. Model TAM [ CITATION Bur06 \l 1033 ]
Tabel 1. Hasil Evaluasi PU
Tabel 2. Hasil Evaluasi PEOU
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kesalahan

Referensi

Dokumen terkait

Penyelarasan RDTRK TEBO TENGAH disesuaikan dengan substansi dalam UU 26 tahun 2007 (al: Jangka waktu perencanaan 20 tahun, RTH 30%, ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang

Entitas anak dan entitas asosiasi luar negeri langsung dan tidak langsung Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 masih berada dalam posisi defisit, kecuali

Jadi yang dimaksud adaptive reuse pada bangunan bersejarah dalam penelitian ini adalah merupakan proses penggunaan kembali bangunan yang mengandung unsur

Oleh karenanya, pengembangan teknologi direalisasikan diantaranya melalui kerjasama, dan untuk menjamin komitmen tersebut di atas dan sesuai dengan perundangan

Pola aktivitas enzim protease dalam medium fermentasi proses deproteinasi kulit udang segar pada berbagai kondisi kombinasi perlakuan tingkat aerasi dan

(2013) menyatakan bahwa tingginya kadar amilopektin pada pati dapat mempermudah proses terjadinya gelatinisasi karena dapat menurunkan tingkat kelarutan pati sehingga bisa

Mendanai kegiatan khusus dalam rangka pencapaian sasaran Prioritas Nasional dengan menu terbatas dan lokus yang ditentukan. *Daerah Tertinggal dan Kawasan Transmigrasi

Pengetahuan dan pemahaman tentang efek dari alkohol dan gejala klinis terhadap gangguan terkait alkohol sangat penting dalam praktek psikiatri/ (ntoksikasi alkohol