• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEDAGANG DALAM MEMBUANG SAMPAH DI PASAR MASARAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEDAGANG DALAM MEMBUANG SAMPAH DI PASAR MASARAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2017"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEDAGANG DALAM MEMBUANG SAMPAH DI PASAR MASARAN

KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2017

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

ZUHROTUS SYARIFAH J410151003

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYRAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEDAGANG DALAM MEMBUANG SAMPAH DI PASAR MASARAN

KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2017

Abstrak

Permasalahan sampah pasar merupakan masalah yang sampai saat ini sangat rumit. Dampak negatif dari sampah pasar tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan, berpotensi menularkan berbagai macam penyakit dan pencemaran lingkungan. Potensi timbulnya penyakit ini berasal dari sampah pasar. Berdasarkan survey pendahuluan di Pasar Masaran Sragen diketahui bahwa masyarakat sekitar merasa terganggu dikarenakan bau yang ditimbulkan oleh sampah yang menumpuk di pinggir jalan, hal tersebut disebabkan pedagang pasar dalam praktik membuang sampah langsung membuang sampah di sekitar tempat berjualan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pedagang yang berada di pasar Masaran sebanyak 420 pedagang dengan sampel sebanyak 220 pedagang. Analisis data menggunakan Uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan pedagang (p=0,000) dan sikap pedagang (p=0,000) dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di pasar Masaran, tetapi tidak ada hubungan kepadatan lalat (p=0,263).

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, kepadatan lalat, perilaku Abstarct

Market waste problem is a problem that until now is very complicated. The negative impacts of market waste can affect health, potentially infecting various diseases and environmental pollution. The potential for this disease comes from market waste. Based on the preliminary survey at Masaran Market Sragen, it is known that the surrounding community is disturbed due to the smell caused by the garbage that accumulate on the roadside, it is caused by the market merchant in the practice of disposing garbage directly throwing garbage around the place of selling. This study aims to determine what factors are related to the behavior of merchant in disposing of waste in the Masaran Market Sragen Year 2017. Type of this study is a survey with cross sectional design. The research population is all merchant in Masaran market 420 with 220 samples of merchants. Data analysis using Chi-square test. The results showed that there was a correlation between the trader's knowledge (p = 0,000) and the merchant attitude (p = 0,000) with the merchant behavior in disposing of garbage in Masaran market, but no relation of fly density (p = 0,263)

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 519/Menkes/SK/VI/2008, pasar tradisional termasuk praktek perdagangan yang masih sederhana dengan kebutuhan dasar sehari-hari yang digunakan untuk praktek perdagangan. Fasilitas infrastukturnya masih sangat sederhana dan belum mengindahkan kaidah kesehatan. Peranan pasar tradisional sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan, terutama bagi golongan masyarakat menengah ke bawah.

Status kesehatan suatu populasi sangat ditentukan oleh kondisi tempat-tempat dimana orang banyak berkativitas setiap harinya, Pasar dapat menjadi jalur utama untuk penyebaran penyakit seperti kasus kolera di Amerika Latin, Sars dan Flu Burung (Avian Influenza) di Asia. Untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat terjadi di pasar, diperlukan pelaksanaan sanitasi lingkungan pasar yang baik sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor: 519/Menkes/SK/VI/2008. Selain sanitasi lingkungan pasar perlu adanya pasar yang menyediakan pangan yang aman, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh produsen, pedagang, konsumen, manajer pasar dan pengelola pasar, oleh karena itu partisipasi mereka sangat penting untuk mengembangkan Pasar Sehat ( Kepmenkes 519/Menkes/SK/VI/2008).

Permasalahan sampah pasar merupakan masalah yang sampai saat ini sangat rumit. Sampah pasar terdiri dari sampah basah dan sampah kering. Karakteristik sampah basah dapat membusuk dan dapat terurai dengan cepat, sampah ini biasanya dihasilkan oleh pedagang sayur ataupun buah atau warung makan. Dampak negatif dari sampah pasar tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan, berpotensi menularkan berbagai macam penyakit dan pencemaran lingkungan. Potensi timbulnya penyakit ini berasal dari sampah pasar. Peran lalat, nyamuk, kecoa dan tikus sangat besar dalam menularkan penyakit penyakit ISPA (air borne disease) (Suyono, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2014) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pedagang dalam upaya pemanfaat fasilitas sanitasi di pasar sayur Magetan didapatkan pengetahuan buruk didapatkan persentase

(7)

3

58,31% dan pengetahuan buruk 41,63%. Sedangkan perilaku pedagang diadapatkan dengan kategori baik sebanyak 41,69% dan kategori buruk 58,31%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan pedagang pasar sayur Magetan rata – rata mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik, tetapi memiliki tindakan dan perilaku yang buruk.

Pengelolaan sampah di pasar dipengaruhi oleh partisipasi pedagang yang bersifat eksternal. Bentuk partisipasi pedagang dapat dilakukan dengan cara melakukan kebiasaan mengumpulkan sampah sisa dagangan, menegur orang membuang sampah sembarangan, memberikan gagasan untuk kegiatan kebersihan, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kondisi kebersihan sampah di tempat usahanya dan menyediakan tempat sampah sementara (Zulkarnaini, 2009).

Salah satu pasar tradisional di Kabupaten Sragen adalah Pasar Masaran yang terletak di Dusun Masaran Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Pasar ini merupakan pasar Tipe C dan pasar yang baru selesai direvitilisasi sehingga kondisi fisik bangunan masih baru. Pasar ini dibuka setiap hari dari pukul 09.00 sampai pukul 12.00 WIB dan komoditas yang digunakan untuk jual beli adalah kebutuhan pokok sehari – hari seperti sayur, buah, jajanan pasar, daging, ikan dan makanan siap saji. Jumlah pedagang yang ada di pasar masaran adalah sebanyak 492 pedagang yang terdiri dari pedagang sayur, ikan, buah, kelontong, penjual nasi sayur. Pasar Masaran banyak dikunjungi oleh pembeli sebab tempatnya yang sangat strategis di pinggir jalan. Banyaknya pengunjung dan pembeli memberikan keuntungan tersendiri bagi pedagang, tetapi juga menimbulkan dampak adanya sampah yang berserakan.

Berdasarkan survey pendahuluan di Pasar Masaran Sragen pada hari Rabu, 8 Maret 2017, diketahui bahwa masyarakat sekitar merasa terganggu dikarenakan bau yang ditimbulkan oleh sampah yang menumpuk di pinggir jalan, hal tersebut disebabkan pedagang pasar dalam praktik membuang sampah langsung membuang sampah di sekitar tempat berjualan, tidak terdapat tempat sampah yang permanen di sekitar tempat berjualan, tidak ada tempat sampah yang disediakan terutama pada los sayur dan buah-buahan sampah

(8)

4

yang menghasilkan sampah yang banyak. Sebagian besar sampah yang dihasilkan adalah sampah basah. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) pada Pasar Masaran yang jauh dari tempat berjualan belum difungsikan dengan baik, pedagang lebih memilih membuang sampah di pinggir jalan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, uraian masalah serta data yang didapatkan pada saat survey pendahuluan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Pasar Masaran Kabupaten Sragen dengan Judul faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional. Waktu penelitian ini selama bulan Januari sampai Mei 2017 di Pasar Masaran Kabupaten Sragen. Populasi penelitian adalah seluruh pedagang yang ada di Pasar Masaran sebanyak 420 pedagang. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 220 pedagang yang diambil secara proportionate stratified random sampling.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas reliabilitas. Analisis data yang digunakan meliputi Analisis deskriptif dan Analisis Analitik. Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan karakteristiksetiap variabel. Analisis Analitik dilakukan dengan analisis statistik yaitu menguji hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan taraf signifikan 0,05 atau derajat kepercayaan 95%.jika nila p ≤ 0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, kepadatan lalat dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen 2017 dan jika nilai p ≥ 0,05 maka tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, kepadatan lalat dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen 2017.

(9)

5 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 GAMBARAN UMUM

Pasar Masaran terletak di wilayah Kelurahan Pringanom, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Pasar Masaran berada di pusat pertumbuhan kota di pinggiran jalan raya Solo-Sragen. Pasar Masaran berdiri sejak tahun 1978 dengan luas kurang lebih 8595 m3.

Pasar Masaran adalah pasar milik pemerintah daerah kabupaten Sragen. Batas wilayah pasar Masaran yaitu Batas Utara Kecamatan Sidoarjo, Batas Timur Kecamatan Kedawung, Batas Selatan Kabupaten Karanganyar, Batas Barat Kecamatan Plupuh. Pasar Masaran baru dibuka kembali setelah di revitalisasi pada tanggal 26 Januari 2017. Pasar ini dibuka setiap hari mulai pukul 04.00 WIB sampai 13.00 WIB.

3.2 HASIL PENELITIAN 3.2.1 Analisis Deskriptif

3.2.1.1Pengetahuan Pedagang Terhadap Sampah

Tabel 1. Frekuensi Pengetahuan Pedagang Terhadap Sampah

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Tinggi 79 35,9

2 Rendah 141 64,1

Jumlah 220 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden terbanyak yang memiliki pengetahuan rendah berjumlah 141 orang (64,1%).

3.2.1.2Sikap Pedagang Terhadap Sampah

Tabel 2.Frekuensi Sikap Pedagang Terhadap Sampah

No Sikap Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 96 43,6

2 Buruk 124 56,4

Jumlah 220 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden terbanyak yang memiliki sikap yang buruk sebanyak 124 orang (56,4%).

3.2.1.3Kepadatan Lalat

Tabel 3. Frekuensi Kepadatan Lalat

No Kepadatan Lalat Frekuensi Persentase (%)

1 Rendah 132 60

2 Tinggi 88 40

(10)

6

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden terbanyak yang memiliki kepadatan lalat rendah sebanyak 132 orang (60%).

3.2.2 Analisis Analitik

3.2.2.1Pengetahuan Pedagamg dengan Perilaku Pedagang dalam membuang Sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017

Tabel 4. Hubungan Antara Pengetahuan Pedagamg dengan Perilaku Pedagang dalam membuang Sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017

Tabel 4 dapat diketahui dari 79 responden yang memiliki pengetahuan tinggi terdapat 46 orang (20,9%) dengan perilaku baik dalam membuang sampah di Pasar Masaran. Pada 141 responden yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 97 orang (44,1%) dengan perilaku buruk dalam membuang sampah.

Berdasarkan data hasil analisis yang diolah secara statistik dengan menggunakan uji chi square pada taraf kesalahan 5% diperolah p-value < 0,001 sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan pedagang dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen.

3.2.2.2Sikap dengan Perilaku Pedagang dalam membuang Sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017

Tabel 5. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Pedagang dalam membuang Sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017

Tabel 5 dapat diketahui dari 96 responden yang memiliki sikap baik terdapat 64 orang (29,1%) dengan perilaku baik dalam membuang sampah di Pasar Masaran. Pada 124 responden yang memiliki 98 orang (44,5%) dengan perilaku buruk dalam membuang sampah. Berdasarkan data hasil analisis yang Pengetahuan

Pedagang

Perilaku pedagang dalam membuang sampah p value Baik Buruk Total

F % F % F % Tinggi 46 20,9 33 15 79 35,9 0,000 Rendah 44 20,0 97 44,1 141 64,1 Total 90 40,9 130 59,1 220 100 Sikap Pedagang

Perilaku pedagang dalam membuang sampah p value Baik Buruk Total

F % F % F %

Baik 64 29,1 32 14,5 96 43,6 0,000 Buruk 26 28,9 98 44,5 124 56,4

(11)

7

diolah secara statistik dengan menggunakan uji chi square pada taraf kesalahan 5% diperolah p-value <0,001 sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap pedagang dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen.

3.2.2.3Kepadatan Lalat dengan Perilaku Pedagang dalam membuang Sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017

Tabel 6. Hubungan Antara Kepadatan Lalat dengan Perilaku Pedagang dalam membuang Sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017

Kepadatan Lalat

Perilaku pedagang dalam membuang sampah p value Baik Buruk Total

F % F % F %

Rendah 58 26,4 74 33,6 132 60 0,263 Tinggi 32 14,5 56 25,5 88 40

Total 88 90 130 59,1 220 100

Tabel 6 dapat diketahui dari 132 responden yang memiliki kepadatan lalat rendah 74 orang (33,6%) mempunyai perilaku buruk dalam membuang sampah. Pada 88 responden yang memiliki kepadatan lalat tinggi 56 orang (25,5%) dengan perilaku buruk dalam membuang sampah.

Berdasarkan data hasil analisis yang diolah secara statistik dengan menggunakan uji chi square pada taraf kesalahan 5% diperolah p-value sebesar 0,263>0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kepadatan lalat dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di pasar Masaran Kabupaten Sragen

3.3 Pembahasan

3.3.1 Hubungan antara pengetahuan pedagang dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan pedagang menunjukkan bahwa sebagian responden mempunyai pengetahuan rendah yaitu berjumlah 141 orang (64,1%) dan responden yang mempunyai pengetahuan tinggi berjumlah 79 orang (35,9%). Berdasarkan kuesioner yang dibagikan, seluruh pedagang sudah mengetahui pengertian sampah dan contoh dari sampah yang dapat membusuk. Pedagang beranggapan bahwa sampah merupakan semua benda yang yang tidak dapat digunakan lagi dan harus dibuang karena sampah yang mudah membusuk

(12)

8

dapat menyebabkan bau yang menyengat, hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari kuesioner tersebut.

Berdasarkan pernyataan yang dibagikan dari 220 responden terdapat 35,9% yang mempunyai pengetahuan tinggi, 20,9% responden diantaranya berperilaku baik dalam membuang sampah dan 15% responden lainnya berperilaku buruk dalam membuang sampah. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi tetapi berperilaku buruk dikarenakan pedagang belum mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam mengelola sampah atau membuang sampah, kesadaran pada kebersihan lingkungan merupakan faktor pendorong terwujudnya perilaku yang baik dalam mengelola sampah. Tanpa kesadaran pada diri sendiri pengetahuan yang tinggi tidak akan mendorong perilaku yang baik dalam membuang sampah. Tempat sampah untuk membuang sampah tidak tersedia di setiap kios ataupun di setiap los dan tidak terdapat peraturan ataupun kebijakan dalam menjaga kebersihan pasar. Pengelola pasar sebaiknya memberikan tempat sampah permanen, dikarenakan ketersediaan fasilitas tempat sampah merupakan langkah awal untuk mengubah perilaku pedagang dalam membuang sampah sehingga diperlukan adanya kesadaran pengelola pasar tersebut untuk menyediakan tempat sampah. Tanpa kesadaran dari salah satu pihak antara pedagang ataupun pengelola pasar maka akan merusak kesehatan lingkungan dan dapat menganggu kesehatan.

Menurut Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku yang baik, sehingga pengetahuan pedagang yang tinggi tidak dapat menentukan perilaku padagang yang baik juga. Pengetahuan adalah sesuatu yang penting dan perlu akan tetapi bukan merupakan faktor yang cukup untuk merubah sikap yang baik. Beradasarkan penelitian Setyowati (2013), sebagian besar ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan dan perilaku yang tidak baik disebabkan karena tidak adanya penyuluhan tentang sampah yang berdampak pada kesehatan langsung, pengetahuan dan pendidikan akan mengubah perilaku ibu rumah tangga dalam mengelola sampah, perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng

(13)

9

daripada yang tidak didasari pengetahuan. Perilaku yang baik juga didasari oleh kesadaran ibu rumah tangga dalam mengelola lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan pedagang dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di pasar Masaran Kabupaten Sragen. Hasil ini didasarkan pada uji chi square diperoleh p-value sebesar 0,012 <0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Susanto (2014), dalam penelitiannya menyatakan adanya hubungan pengetahuan keluarga pasien dengan perilaku membuang sampah di rumah sakit Yarsi Kota Pontianak (nilai p = 0,000). Menurut WHO dalam buku Notoadmodjo (2011) bahwa perubahan perilaku seseorang dapat terjadi karena adanya pengetahuan yang didapatkan dari berbagai informasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut akan menimbulkan kesadaran sehingga dapat menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, perubahan perilaku tersebut akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran bukan karena paksaan.

3.3.2 Hubungan antara sikap pedagang dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen

Sikap pedagang diukur dengan menilai setuju, sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setujunya pedagang terhadap 15 pernyataan tentang pengelolaan sampah. Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap pedagang menunjukkan bahwa sebagian responden mempunyai sikap yang baik yaitu berjumlah 96 orang (43,6%) dan responden yang mempunyai sikap yang buruk berjumlah 124 orang (56,4%). Berdasarkan kuesioner yang dibagikan, 36,81% pedagang sangat tidak setuju bahwa kios atau los adalah tempat pembuangan sementara setelah berjualan hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki respon yang sangat positif terhadap pernyataan bahwa los/ kios adalah tempat pembuangan sampah sementara setelah berjualan hal tersebut disebabkan karena kebanyakan dari pembeli merasa kurang nyaman terhadap sampah yang diletakkan di dekat kios sehingga pedagang menjawab sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut, akan tetapi kenyataan di lapangan perilaku pedagang membuang sampah

(14)

10

di sekitar tempat pedagang tersebut berjualan baik dibuang di tempat sampah yang terbuat dari anyaman bambu atau dibuang begitu saja di sekitar kios/los.

Tempat pembuangan sampah sementara diletakkan di pinggir jalan dalam pernyataan tersebut terdapat 54,09% pedagang setuju dikarenakan tempat pembuangan sampah sementara yang baru saja dibangun letakknya jauh dari area para pedagang berjualan dan para pedagang berangaapan nantinya sampah tersebut diangkut kembali, jadi di pinggir jalan merupakan letak yang bagus untuk memudahkan dalam pengangkutan sampah. Sikap buruk pada pedagang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain melakukan kegiataan yang berulang-ulang dan terus-menerus sehingga lama-kelamaan akan diserap oleh individu (kebiasaan dalam lingkungan), memiliki pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau dari dirinya sendiri, pengalaman semakin lamanya pedagang berjualan maka akan mengerti dan mengetahui mana yang terbaik untuk bersikap dalam pengelolaan sampah

Menurut Kepmenkes Nomor 519/Menkes/SK/VI/2008 dalam pedoman penyelenggaraan pasar sehat seharusnya dalam pengelolaan sampah setiap los atau kios harus tersedia tempat sampah basah dan kering, akan tetapi banyak pedagang yang tidak setuju apabila tersedia tempat sampah yang basah dan kering hal tersebut disebabkan karena para pedagang menganggap semua jenis sampah sama saja nantinya akan dibuang juga di tempat pembuangan sampah sementara, selain itu kurangnya kesadaran para pedagang terhadap pengelolaan sampah dalam perilakunya sebagian besar pedagang tidak mempunyai tempat sampah.

Pedagang sebanyak 220 responden terdapat 56,4% yang mempunyai sikap yang buruk, 28,9% responden diantaranya berperilaku baik dalam membuang sampah dan 44,5% responden lainnya berperilaku buruk dalam membuang sampah. Pedagang yang memiliki sikap yang buruk seharusnya memiliki perilaku membuang sampah yang buruk juga, namun ada beberapa pedagang yang memiliki sikap baik memiliki perilaku membuang sampah buruk, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengalaman para pedagang yang membuang sampah langsung di tempat pedagang tersebut berjualan dan tidak diperingatkan oleh petugas atau pengelola, kurangnya kesadaran pedagang

(15)

11

terhadap pengelolaan sampah hal tersebut diperkuat tidak adanya pemilahan sampah yang dilakukan sebelum dibuang ke TPS, kebiasaan lingkungan sekitar yang memiliki perilaku membuang sampah kurang baik, sehingga untuk menumbuhkan sikap agar mau berubah dengan memberikan contoh yang baik dalam pengelolaan sampah, dilakukan penyuluhan yang dilakukan oleh pengelola pasar dan keikut sertaan pedagang dalam kegiatan pasar sehat yang sering dilakukan oleh Dinas Kesehatan sehingga pedagang termotivasi untuk melakukan perilaku membuang sampah yang baik dan benar. Hal tersebut sesuai dengan teori Azwar (1995) dalam buku Maulana 2009, menyebutkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi, kebuadayaan, orang lain, yang dianggap penting, media massa, dan faktor emosi dalam diri individu tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara sikap pedagang dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di pasar Masaran Kabupaten Sragen. Hasil ini didasarkan pada uji chi square diperoleh p-value<0,001. Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuniar (2010), terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan responden dalam pengelolaan sampah di kawasan wisata pantai Padang Tahun 2010 dengan p-value 0,001. Menurut Yuniar agar sikap tersebut menjadi positif perlu adanya peraturan yang tegas kepada semua pihak tanpa membedakan satu sama lain, apabila didasari oleh pengetahuan, akan lebih memantapkan seseorang untuk bersikap dan bertindak, sedangkan menurut penelitian Kartika (2012), dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi juga akan berpengaruh. Sikap pedagang yang baik dalam pengelolaan sampah akan memberikan keyakinan dan kecenderungan untuk bertindak membentuk sikap yang positif dalam pengelolaan sampah, mengantisipasi sikap dari pedagang yang kurang menudukung terhadap pengelolaan sampah, maka peran petugas kebersihan dan pihak pengelola paguyuban pedagang kaki lima sangat berperan penting.

Upaya untuk mengubah sikap pedagang salah satunya diadakan pendidikan non formal yang diadakan oleh petugas pasar atau dinas kesehatan setempat, pendidikan membuat seseorang menjadi modern, dengan tujuan

(16)

12

mengubah sikap pedagang, pendidikan non formal dapat berupa penyuluhan, di dahului dengan menilai bahwa sikap tersebut mendatangkan manfaat dirinya atau tidak (Kasjono,2016). Menurut teori L.Green dalam buku Notoadmodjo(2007), perlu dilakukan promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling, memberikan sarana dan prasarana, bentuk promosi kesehatan ini adalah dengan memberdayakan pedagang agar para pedagang mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang diberikan, dengan diberikan tempat sampah yang terpisah antara sampah basah dan kering setelah dilakukan pelatihan dan arah-arahan dapat memanfaatkan sampah, sehingga dapat menjadi kebiasaan dan dapat mengubah sikap yang buruk.

3.3.3 Hubungan antara kepadatan lalat dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen

Berdasarkan hasil penelitian kepadatan lalat menujukkan bahhwa dari 132 (60%) responden yang memiliki kepadatan lalat rendah dan 88 (40%) responden yang memiliki kepadatan lalat tinggi. Pengukuran kepadatan lalat dilakukan pada tiga titik pada setiap lorong, jadi hasil pengukuran kepadatan lalat pada setiap pedagang yang berada pada satu lorong akan mempunyai hasil yang sama dikarenakan pengukuran kepadatan lalat dilakukan pada setiap lorong jadi jenis dagangan yang disamping pedagang lainnya yang berada pada satu lorong sangat mempengaruhi hasil kepadatan lalat pedagang lainnya. Pengukuran kepadatan lalat mengugunakan block grill yang di letakkan selama 30 detik sebanyak 10 kali pengulangan kemudian hasilnya di rata-rata. Pengukuran kepadatan lalat dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.00 sampai 10.00 WIB, karena waktu pengukuran lalat juga sangat mempengaruhi hasil, mengingat aktivitas lalat sepenuhnya tergantung pada temperatur dan kelembaban di lokasi. Hasil pengukuran kepadatan lalat bervariasi, hal ini disebabkan karena jenis sampah yang dihasilkan setiap pedagang berbeda, akan tetapi pada setiap lorong yang dilakukan pengukuran terdapat pedagang yang menjual berbagai macam jenis dagangan sehingga jenis dagangan yang dapat mengundang lalat banyak akan mempengaruhi jenis dagangan yang tidak mengundang banyak lalat dikarenakan pasar masaran tidak menempatkan los sesuai dengan jenis dagangan yang

(17)

13

digunakan untuk jual beli. Menurut Sucipto (2011), lalat dewasa aktif pada siang hari dikarenakan penyebaran lalat dipengaruhi oleh cahaya yang lebih terang, jumlah lalat dapat meningkat pada suhu 200C - 250C. Sehingga Kepadatan lalat yang tinggi selain disebabkan oleh sampah yang berserakan waktu, suhu dan kelembaban di lingkungan pasar.

Pedagang sebanyak 220 responden terdapat 40% yang mempunyai kepadatan lalat tinggi, 14,5% responden diantaranya berperilaku baik dalam membuang sampah dan 25,5% responden lainnya berperilaku buruk dalam membuang sampah. Pedagang yang mempunyai kepadatan lalat tinggi seharusnya mempunyai perilaku baik dalam membuang sampah dikarenakan banyak lalat berada di sekitar tempat berdagang menganggu kenyamanan responden dan membuat pedagang memiliki perilaku baik, akan tetapi hal tersebut berbanding terbalik dikarenakan responden yang mempunyai kepadatan lalat tinggi mempunyai perilaku buruk dalam membuang sampah. Menurut Sucipto (2011), lalat dewasa sangat menyukai sampah organik, selain itu lalat dewasa berkembang biak pada sampah, sisa makanan, buah-buahan yang ada di pasar. sehingga sampah yang berserakan dapat mempengaruhi kepadatan lalat yang tinggi. Kepadatan lalat yang tinggi tidak berpengaruh terhadap pedagang dalam berperilaku hal tersebut dikarenakan kebudayaan yang dimiliki oleh pedagang dalam lingkungan pasar, kebudayaan di lingkungan pasar dipengaruhi oleh kondisi kebiasaan pedagang.

Berdasarkan data hasil analisis yang diolah secara statistik dengan menggunakan uji chi square diperolah p-value sebesar 0,263>0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kepadatan lalat dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di pasar Masaran Kabupaten Sragen. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Andri (2009), dimana tidak adanya hubungan antara keadaan kesehataan pengelolaan sampah pada tahap perwadahan sampah dengan kepadatan lalat di pasar “x” Kulon Progo dimana p-value 0,260 > 0,01, kepadatan lalat di perwadahan sampah mempunyai hasil kepadatan lalat yang berbeda-beda tergantung jenis sampah yang dihasilkan cepat membusuk atau tidak. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi kepadatan lalat adalah dengan dilakukan

(18)

14

inspeksi sanitasi oleh Dinas Kesehatan setempat. Menurut Kepmenkes Nomor 519/Menkes/SK/VI/2008 perlunya inspeksi sanitasi di lingkungan pasar untuk mengetahui kondisi kesehatan pasar tersebut, sehingga dapat ditindak lanjuti. Kepadatan lalat yang tinggi dapat dilakukan desinfeski secara menyeluruh satu hari dalam 1 bulan dan bahan yang digunakan untuk desinfeksi tidak mencemari lingkungan sekitar, setelah dilakukan desinfeksi tindak lanjut selanjutnya adalah Dinas Kesehatan mengarahkan pengelola Pasar untuk melakukan Pengawasan terhadap kepadatan lalat dengan melakukan pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan Fly griil setiap 1 bulan sekali dan memperhatikan sanitasi pasar dengan dilakukannya inspeksi sanitasi oleh petugas setempat, agar terputusnya perkembangbiaknya vektor penyakit dan penularan penyakit. disediakan tempat sampah yang kedap air, mempunyai tutup yang mudah dibuka ditutup dan dapat dibersihkan agar tidak menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengerat.

4. PENUTUP

Dapat disimpulkan dari 220 pedagang yang diteliti, memiliki pengetahuan rendah berjumlah 141 orang (64,1%), memiliki sikap yang buruk sebanyak 124 orang (56,4%), memiliki kepadatan lalat tinggi sebanya 88 orang (40%). Ada hubungan antara pengetahuan pedagang dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017 dengan nilai (p = 0,000), ada hubungan antara sikap pedagang dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017 dengan nilai (p = 0,000), serta tidak ada hubungan sikap pedagang dengan perilaku pedagang dalam membuang sampah di pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017 dengan nilai (p = 0,263).

Disarankan bagi Pengelola Pasar Meningkatkan pengawasan perilaku pedagang dalam membuang sampah, jika tidak membuang sampah di tempatnya diberikan sanksi, Hendaknya memberi pengertian dan perhatian kepada pedagang agar mau mengumpulkan sampah karena restribusi yang dibayarkan tidak termasuk dana untuk mengumpulkan sampah. Memberikan penyuluhan kepada para pedagang untuk selalu menjaga kebersihan pasar agar terciptanya pasar sehat

(19)

15

dan memberikan contoh dalam menjaga kebersihan pasar. Melakukan pengawasan terhadap kepadatan lalat dengan melakukan pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan Fly grill setiap 1 bulan sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Ikayanti A. (2009). Kajian Pengelolaan Sampah Pasar “X” di Kulon Progo. Jurnal Sanitasi Kesehatan Lingkungan. ISSN 1978-5763. Vol 7 No 2. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Kasjono, HS dan Endah. (2016). Sedekah Sampah. Yogyakarta. Parama Publishing.

Kasjono, HS. (2016). Pengembangan Modal Sosial Dalam Promosi Kesehatan. Yogyakarta. Prama Publishing.

Kepmenkes RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat. Jakarta.

Maulana. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Nartika EM. (2016). Hubungan Sanitasi dasar dengan tingkat kepadatan lalat di rumah makan pasar Pinangsungkulan Karombasan kota Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.

Notoadmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Sugiarti, SL. (2014). Perilaku Pedagang Tentang Fasilitas Sanitasi Di Pasar Sayur Magetan Tahun Jurnal Gema Kesehatan Lingkungan. ISSN 1693-3761, Vol. XII No 3 Desember 2014.

Suyono. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Kedokteran

Setyowati R. (2013). Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Platik. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 7 No 12.

Yuniar. L.(2010). Perilaku Pengelolaan Sampah pada penjual makanan jajanan dan pengunjung wisata di pantai Padang. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol 4 no 2.

Zulkarnaini, SZ. (2009). Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Pedagang Dalam Pengelolaan Sampah Di Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru. Jurnal of Environmental Science Volume 3 nomor 1.

Gambar

Tabel  3  menunjukkan  bahwa  responden  terbanyak  yang  memiliki  kepadatan lalat rendah sebanyak 132 orang (60%)
Tabel  6.  Hubungan  Antara  Kepadatan  Lalat  dengan  Perilaku  Pedagang  dalam  membuang Sampah di Pasar Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu berbagai macam cara digunakan oleh para arsitek kapal untuk memprediksi besar daya dari suatu kapal dengan hasil seakurat mungkin dengan menentukan

Hasil dan pembahasan pada penelitian ini diawali dengan mengungkap pengetahuan dan konsepsi matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan campuran yang

Yogyakarta, hasil nilai t statistik adalah 2.878 ≥ 1.96 (lihat Tabel 4.16), sehingga disimpulkan terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap

1) Penciptaan kalender oleh para dewata setelah mengalahkan Watugunung merangkap sebagai titik awal dari penetapan larangan atas incest. Itulah pencerahan yang pertama. Sang ibu

Sementara itu guna membantu masyarakat di sekitar lokasi PATS dalam melakukan perawatan sistem tersebut maka perlu diadakan kegiatan pelatihan perawatan instalasi PATS.. Hal

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penyebab tingginya rasio efisiensi adalah: modal luar terlalu besar, beban biaya yang cukup besar, perputaran total

Pada penelitian ini, uji kuat tarik dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh fraksi volume terhadap regangan dan modulus elastisitas yang dimiliki masing-masing

Langkah selanjutnya adalah menentukan hipotesis penelitian yang akan dibuat dalam tugas akhir ini yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban sementara penelitian