• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Kepulauan Riau

(2)
(3)

K A T A P E N G A N T A R

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2015 dapat diselesaikan. Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau dilakukan setiap triwulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi Kepulauan Riau secara triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita semua.

Batam, Agustus 2015

KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ttd

Gusti Raizal Eka Putra Deputi Direktur

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL ... 4

1.1. SISI PENGELUARAN ... 4

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga ... 5

1.1.2. Investasi ... 7

1.1.3. Ekspor ... 10

1.1.4. Impor ... 12

1.2. BERDASARKAN LAPANGAN USAHA ... 13

1.2.1. Sektor Industri Pengolahan ... 14

1.2.2. Sektor Konstruksi ... 14

1.2.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor ... 16

1.2.4. Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 17

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU ... 21

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA ... 21

2.1.1. Inflasi Tahunan (yoy) ... 21

2.1.2. Inflasi Triwulanan (qtq) ... 23

2.2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA ... 24

2.3. DISAGREGASI INFLASI ... 26

2.3.1. Inflasi Volatile Food ... 26

2.3.2. Inflasi Administered Price ... 27

2.3.3. Inflasi Inti ... 28

(6)

BAB III

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ... 33

3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN ... 33

3.1.1. BANK UMUM ... 33

3.1.1.1 Aset ... 34

3.1.1.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 35

3.1.1.3 Kredit ... 37

3.1.1.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 40

3.1.1.5 Risiko Kredit ... 40

3.1.2. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) ... 41

3.1.2.1 Aset ... 41

3.1.2.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 42

3.1.2.3 Kredit ... 43

3.1.2.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 44

3.1.2.5 Risiko Kredit ... 45

3.1.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR) ... 45

3.1.3.1 Aset ... 46

3.1.3.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 46

3.1.3.3 Pembiayaan ... 47

3.1.3.4 Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) ... 47

3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 48

3.2.1 TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI ... 48

3.2.1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ... 48

3.2.1.2 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ... 49

3.2.1.3 Uang Rupiah Tidak Asli ... 50

3.2.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI ... 50

3.2.2.1 Kliring Lokal ... 51

3.2.2.2 Real Time Gross Setlement (RTGS) ... 51

3.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) ... 52

3.3.1. Perkembangan Transaksi KUPVA ... 52

3.3.2. Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) ... 53

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 54

4.1. REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU ... 54

(7)

4.1.2. Anggaran dan Realisasi Belanja ... 56

4.1.3. Anggaran dan Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Kepulauan Riau ... 58

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ... 59

5.1. KETENAGAKERJAAN ... 59

5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ... 61

5.2.1. Pendapatan Rumah Tangga ... 61

5.2.2. Nilai Tukar Petani (NTP) ... 62

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL ... 65

6.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI ... 65

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran ... 6

Tabel 1.2. Komoditas Utama Ekspor Non Migas Kepri ... 10

Tabel 1.3. Negara Tujuan Utama Ekspor Kepri ... 11

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha ... 13

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 23

Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 24

Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Menurut Kota ... 25

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Utama Bank Umum ... 34

Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Utama BPR ... 41

Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau ... 45

Tabel 4.1.Realisasi APBD Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2015 ... 55

Tabel 4.2. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Triwulan II 2015 ... 57

Tabel 4.3. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Wilayah Kepri Triwulan II 2015 ... 58

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari 2012 - Agustus 2014 ... 59

Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari 2012 - Agustus 2014 ... 60

Tabel 5.3. Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri ... 62

Tabel 5.4.Perkembangan Indeks Harga Konsumen Pedesaan ... 63

(9)

DAFTAR GRAFIK

Perkembangan Wisatawan Kepri ... 6

Grafik 1.1. Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ... 7

Grafik 1.3 Perkembangan Inflasi (%, yoy) ... 7

Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi ... 8

Grafik 1.5 Pergerakan Suku Bunga ... 8

Grafik 1.6 Perkembangan Impor Barang Modal ... 9

Grafik 1.7 Perkembangan Jredit Investasi ... 9

Grafik 1.8 Likert Scale Liaison ... 9

Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi Investasi ... 9

Grafik 1.10 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas ... 10

Grafik 1.11 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas ... 10

Grafik 1.12 Pertumbuhan Ekspor Komoditas Utama (Non Migas) ... 11

Grafik 1.13 Permintaan Ekspor ke Negara Tujuan Utama (Non Migas) ... 11

Grafik 1.14 Komposisi Impor Migas dan Non Migas ... 12

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Impor Migas dan Migas ... 12

Grafik 1.16 Komposisi Impor Non Migas ... 12

Grafik 1.17 Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%, yoy) ... 13

Grafik 1.18 Kapasitas Utilisasi (Survei Liaison) ... 14

Grafik 1.19 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri ... 14

Grafik 1.20 Perkembangan Konsumsi Semen Kepri ... 15

Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Konstruksi ... 15

Grafik 1.22 Hasil SKDU Sektor Bangunan ... 15

Grafik 1.23 Perkembangan Kunjungan Wisman Kepri ... 16

Grafik 1.24 Volume Bongkar Muat Barang Pelabuhan Batam ... 16

Grafik 1.25 Hasil SKDU Sektor PHR ... 17

Grafik 1.26 Volume Lifting Gas Kepri ... 17

Grafik 1.27 Volume Lifting Minyak Kepri ... 17

Grafik 1.28 Harga Gas Alam ... 18

Grafik 1.29 Harga Minyak ... 18

Grafik 1.30 Volume Ekspor Hasil Pertambangan & Penggalian ... 18

Grafik 2.1 Daerah Sumber Pasokan Cabai Batam ... 22

Grafik 2.2 Inflasi Tw II 2015 (yoy) Regional Sumatera ... 23

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulan II 2015 Kawasan Sumatera ... 23

(10)

Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Batam dan Tanjungpinang ... 25

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Sumatera dan Nasional ... 26

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Komoditas Volatile Food ... 27

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Administred Price ... 28

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Kelompok Inti... 28

Grafik 2.10 Ekspektasi Inflasi Konsumen ... 28

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum (BU) ... 35

Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum ... 35

Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum (BU) ... 35

Grafik 3.4 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya ... 35

Grafik 3.5 Porsi DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) ... 36

Grafik 3.6 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) ... 36

Grafik 3.7 Komposisi DPK Berdasarkan Nominal/Rekening ... 36

Grafik 3.8 Komposisi DPK Berdasarkan Jumlah Rekening ... 36

Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum ... 37

Grafik 3.10 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ... 37

Grafik 3.11 Penggunaan Kredit Konsumsi ... 37

Grafik 3.12 Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna ... 37

Grafik 3.13 Suku Bunga Kredit MK, Investasi dan Konsumsi ... 38

Grafik 3.14 Porsi Kredit Berdasarkan Kelompok Bank ... 38

Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank ... 38

Grafik 3.16 Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral ... 39

Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral ... 39

Grafik 3.18 Kredit UMKM oleh Bank Umum ... 40

Grafik 3.19 Risiko Kredit Bank Umum ... 41

Grafik 3.20 Perkembangan Aset BPR ... 42

Grafik 3.21 Perkembangan DPK BPR ... 43

Grafik 3.22 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya ... 43

Grafik 3.23 Perkembangan Kredit BPR ... 44

Grafik 3.24 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan ... 44

Grafik 3.25 Kredit BPR Secara Sektoral ... 44

Grafik 3.26 Perkembangan Kredit UMKM Oleh BPR ... 44

Grafik 3.27 Perkembangan LDR dan NPL BPR ... 45

Grafik 3.28 Perkembangan Set Perbankan Syariah ... 46

Grafik 3.29 Perkembangan DPK Syariah ... 46

(11)

Grafik 3.31 Perkembangan Pembiayaan Syariah ... 47

Grafik 3.32 Perkembangan Pembiayaan Syariah Berdasarkan Jenisnya ... 47

Grafik 3.33 Perkembangan FDR dan NPF Perbankan Syariah ... 48

Grafik 3.34 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri ... 49

Grafik 3.35 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow ... 49

Grafik 3.36 Perkembangan Pemusnahan UTLE ... 50

Grafik 3.37 Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli ... 50

Grafik 3.38 Perkembangan Kliring Kepri ... 51

Grafik 3.39 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri ... 51

Grafik 3.40 Perkembangan Transaksi RTGS ... 52

Grafik 3.41 Perkembangan Transksi KUPVA ... 53

Grafik 3.42 Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah ... 53

Grafik 3.43 Perkembangan Transaksi PTD... 53

Grafik 3.44 Jenis Transaksi PTD ... 53

Grafik 4.1 Komposisi Realisasi Pendapatan Tw II 2015 ... 55

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda Tw II 2015 ... 55

Grafik 4.3 Komposisi Realisasi Belanja Tw II 2015 ... 56

Grafik 4.4 Realisasi Belanja Pemda Tw II 2015 ... 56

Grafik 4.5 Perkembangan Dana Simpanan Pemda ... 57

Grafik 5.1 Struktur Pekerja Kepri ... 61

Grafik 5.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen ... 62

Grafik 5.3 Perkembangan NTP ... 63

Grafik 5.4 NTP Berdasarkan Subsektor ... 63

Grafik 5.5 Indikator Kemiskinan ... 64

Grafik 5.6 Perkembangan GINI Ratio Kepri ... 64

Grafik 6.1 Data Investasi Kota Batam ... 66

Grafik 6.2 Pola Realisasi Belanja Pemerintah Daerah ... 67

Grafik 6.3 Pola Realisasi Belanja Modal Pemerintah ... 67

Grafik 6.4 Perkiraan Kegiatan Usaha Berdasarkan SKDU ... 68

Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen... 68

(12)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan II 2015

Provinsi Kepulauan Riau

Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau (Kepri) sebesar

5,57% (yoy) melambat dibanding triwulan lalu Perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi melambatnya investasi dan konsumsi rumah tangga

Dari sisi lapangan usaha, sektor ekonomi utama memberikan kontribusi positif meski melambat

Laju inflasi triwulan II 2015 sebesar 8,21% (yoy) lebih tinggi dibanding inflasi nasional sebesar 7,26% (yoy)

Pada triwulan II 2015 Kepri mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,57% (yoy), melambat dibanding triwulan I 2015 sebesar 7,14% (yoy). Sejalan dengan Nasional dan Kawasan Sumatera yang juga melambat sebesar 4,67% (yoy) dan 2,85% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 4,71% (yoy) dan 3,53% (yoy). Melambatnya perekonomian Kepri sangat dipengaruhi oleh perlambatan permintaan global dan domestik.

Dari sisi pengeluaran, melambatnya perekonomian Kepri terutama dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan konsumsi rumah tangga, serta melemahnya ekspor dan impor. Investasi dan konsumsi rumah tangga tumbuh melambat sebesar 1,82% (yoy) dan 7,50% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,30% (yoy) dan 7,76% (yoy). Kinerja investasi melambat terpengaruh oleh penurunan permintaan global dan domestik, serta masih terbatasnya realisasi belanja modal pemerintah.

Sementara, menurunnya pendapatan masyarakat akibat melambatnya kinerja sektor utama ditengah laju inflasi yang meningkat (khususnya komoditas volatile foods), turut mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga berdampak pada tingkat konsumsi. Meski demikian, kinerja net ekspor masih tumbuh menguat sebesar 25,19% (yoy) dengan andil pertumbuhan sebesar 4,20% (yoy).

Dari sisi lapangan usaha, terjadi perlambatan kinerja pada hampir keseluruhan lapangan usaha, antara lain: industri pengolahan (5,05%), konstruksi (5,10%), perdagangan (10,46%) dan pertambangan dan penggalian (4,55%) dibanding periode sebelumnya sebesar (7,31%), (5,92%), (12,71%), dan (5,37%). Sektor industri pengolahan melambat, searah dengan penurunan ekspor, sementara perlambatan sektor konstruksi searah dengan pelemahan investasi dan belanja modal pemerintah. Melemahnya konsumsi masyarakat menekan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor. Di sisi lain, pertambangan dan penggalian melambat dipengaruhi oleh penurunan lifting minyak dan gas serta penurunan harga minyak.

Inflasi tahunan Kepri melaju lebih tinggi dan berada pada urutan ke-2 inflasi tertinggi di Sumatera, juga lebih tinggi dari Nasional. Inflasi Kepri pada triwulan laporan sebesar 8,21% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,66% (yoy). Inflasi Kepri tersebut lebih tinggi dibanding inflasi di regional Sumatera sebesar 7,74% (yoy),

(13)

Perlambatan ekonomi Kepri menekan kinerja perbankan yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit.

Aktivitas sistem pembayaran tunai dan non tunai secara umum meningkat

juga lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 7,26% (yoy).

Secara triwulanan, inflasi Provinsi Kepri pada triwulan II 2015 sebesar 2,05% (qtq), meningkat dibanding periode sebelumnya dengan deflasi 0,64% (qtq). Inflasi Kepri tersebut sedikit lebih rendah dibanding inflasi Sumatera sebesar 2,08% (qtq), namun lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 1,40% (qtq). Andil terbesar inflasi triwulanan disumbang oleh kelompok bahan makanan dengan komoditas utama penyumbang inflasi berasal dari aneka cabai dan beras. Pasokan cabai mulai menurun seiring dengan berakhirnya masa panen serta momen Ramadhan yang jatuh pada pertengahan Juni turut memicu peningkatan permintaan bahan makanan, dan mendorong laju kenaikan harga.

Selain itu, penyesuaian harga bahan bakar (bensin dan solar) masing-masing sebesar 7,3% dan 7,8% mendorong laju inflasi besar pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Inflasi triwulanan pada kelompok tersebut sebesar 1,9% (qtq) dengan total andil terhadap inflasi triwulanan sebesar 0,4%.

Kinerja perbankan secara keseluruhan pada triwulan laporan tercatat melambat, tercermin dari menurunnya indikator aset, DPK dan kredit. Indikator bank umum, total aset, DPK dan kredit pada triwulan II 2015 masing-masing tercatat sebesar Rp47.715 miliar, Rp41.183 miliar dan Rp29.887 miliar tumbuh melambat 4,80% (yoy), 3,48% (yoy) dan 3,62% (yoy) dibandingkan triwulan I 2015 yang tumbuh 7,73% (yoy), 7,13% (yoy) dan 7,58% (yoy) dengan indikator NPL dan LDR tercatat stabil sebesar 2,14% dan 72,57%. Indikator BPR juga melambat, total aset dan DPK dan kredit pada triwulan II 2015 masing-masing tercatat sebesar Rp5.012 miliar, Rp4.092 miliar dan Rp3.806 miliar tumbuh melambat 19,62% (yoy), 23,37% (yoy) dan 17,37% (yoy) dibandingkan triwulan I 2015 yang tumbuh 21,70% (yoy), 23,68% (yoy) dan 18,92% (yoy) dengan indikator NPL dan LDR 3,73% dan 93,01%.

Sebaliknya, perbankan syariah tumbuh menguat, dengan total aset dan DPK tercatat sebesar Rp2.815 miliar dan Rp2.637 miliar tumbuh menguat 2,68% (yoy) dan 4,45% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 2,68% (yoy) dan -17,25% (yoy). Namun pembiayaan tercatat sebesar Rp1.636 miliar atau melambat 9,43% (yoy) dibanding periode sebelumnya 11,34% (yoy) dengan indikator NPL dan FDR 2,27% dan 161,12%.

Secara umum, aktivitas pembayaran (tunai dan non tunai) meningkat yang dipengaruhi peningkatan transaksi di masyarakat dan meningkatnya kebutuhan uang kartal berkenaan dengan momen Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Total inflow senilai Rp598 miliar sementara outflow

sebesar Rp2.720 miliar, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp2.122 miliar. Secara tahunan, inflow dan outflow tumbuh

(14)

Realisasi belanja Pemda dan APBN relatif masih rendah, sementara realisasi pendapatan Pemda menurun. Melambatnya sektor ekonomi utama menyebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan Pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan III 2015 diperkirakan menguat pada kisaran 6,0 6,5% (yoy) dengan laju inflasi

diprakirakan pada kisaran 8,3% 8,6% (yoy)

signifikan sebesar 62,00% (yoy) dan 6,98% (yoy) dibanding triwulan I 2015 yang tumbuh 32,25% (yoy) dan 5,27% (yoy).

Nilai transaksi RTGS pada triwulan II 2015 sebesar Rp24.181 miliar, tumbuh menguat 4,4% (yoy) dibanding triwulan I yang hanya tumbuh 1,21% (yoy). Sementara total nominal transaksi kliring sebesar Rp5.856 miliar melambat 5,56% (yoy) dibanding pada triwulan sebelumnya 21,95% (yoy). Realisasi belanja Pemda sebesar Rp3.521 miliar atau mencapai 27,4%, lebih tinggi dibanding realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp3.200 miliar atau 26,3% dari total anggaran belanja 2014. Sama halnya dengan APBN, meski anggaran APBN Infrastruktur 2015 meningkat signifikan, namun realisasi pada triwulan I 2015 masih sangat rendah yaitu sebesar 8,3%.

Sementara, realisasi pendapatan Pemda pada triwulan II 2015 sebesar Rp3.804 miliar atau hanya mencapai 33,5%, lebih rendah dibanding realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp4.160 miliar atau 38,4% dari total anggaran pendapatan 2014.

Masih lesunya perekonomian baik di level global, nasional dan regional sampai semester I berdampak terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan yang jumlahnya mengalami penurunan sejak 2014. Pada Februari 2015, tercatat jumlah angkatan kerja yang bekerja sebanyak 814.427 orang, menurun 3,6% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain, jumlah angkatan kerja meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, tercatat angkatan kerja tumbuh 0,4% (yoy) atau sebanyak 895.443 orang.

Pada triwulan III 2015 perekonomian Kepri diprakirakan menguat yang ditopang oleh peningkatan realisasi belanja pemerintah. Demikian juga investasi diperkirakan menguat, didukung oleh realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh stabil pada triwulan III 2015 yang akan ditopang oleh peningkatan permintaan masyarakat pada Juli dengan adanya hari raya Lebaran. Hasil Survei Konsumen juga menunjukkan peningkatan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini, setelah pada triwulan kedua sempat menyentuh level pesimis dua bulan berturut-turut. Kinerja ekspor dan impor kemungkinan masih pada trend melambat, seiring dengan pemulihan permintaan global yang berjalan lambat. Singapura sebagai negara tujuan utama ekspor Kepri, mencatatkan perlambatan ekonomi triwulan kedua 2015 terutama disebabkan oleh kontraksi sektor manufaktur sebesar 4,9% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan III 2015 diprakirakan pada kisaran 6,0 6,5% (yoy), sementara untuk keseluruhan 2015 perekonomian Kepri diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,3 6,7% (yoy).

(15)

Laju inflasi berpotensi meningkat pada triwulan III 2015. Peningkatan laju inflasi triwulan ketiga masih akan bersumber dari kelompok volatile food dan administered

price, sementara laju inflasi kelompok inti diperkirakan relatif

stabil. Pada Agustus dan September, inflasi tinggi masih berpotensi terjadi pada kelompok volatile food. Risiko inflasi

volatile food yang paling dikhawatirkan yaitu kemungkinan

penurunan hasil panen sebagai dampak El Nino. Inflasi kelompok administered price juga berpotensi meningkat, searah trend rebound harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi harga harga bahan bakar minyak (BBM). Komoditas inti juga diperkirakan mencatatkan kenaikan harga, namun relatif stabil dibanding triwulan II 2015. Risiko depresiasi nilai tukar dan inflasi

volatile food dan administered price akan berpengaruh pada

komoditas inti. Mencermati perkembangan tersebut, laju inflasi Kepri pada triwulan III 2015 diprakirakan pada kisaran 8,3% 8,6% (yoy), sementara target inflasi keseluruhan tahun 2015 sebesar 4,0±1%. Proyeksi inflasi triwulan III tersebut lebih tinggi dibanding angka inflasi periode yang sama tahun lalu sebesar 4,42% (yoy).

(16)

BAB I

PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tercatat 5,57% (yoy) melambat cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,14% (yoy), namun masih tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi di regional Sumatera.

Pertumbuhan ekonomi global yang cenderung lambat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2015 sebesar 4,67% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,72% (yoy). Perlambatan ekonomi nasional turut berdampak pada perlambatan ekonomi di regional Sumatera. Perekonomian Sumatera tumbuh 2,85% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 3,53% (yoy). Belum membaiknya harga komoditas global semakin memberikan tekanan pada perekonomian Sumatera yang masih mengandalkan komoditas hasil tambang, migas, dan perkebunan (CPO dan karet) sebagai penopang pertumbuhan. Di level provinsi se-Sumatera, pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh Kepri sebesar 5,57% (yoy), diikuti oleh Bengkulu 5,33% (yoy) dan Sumatera Barat 5,27% (yoy).

Perlambatan ekonomi Kepri masih berlanjut dan terjadi cukup dalam pada triwulan II 2015 seiring melambatnya konsumsi rumah tangga (RT), investasi. Meskipun net ekspor masih meningkat, kinerja ekspor dan impor cenderung melemah cukup dalam. Demikian juga berdasarkan lapangan usaha, sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi Kepri, yaitu sektor industri pengolahan, konstruksi, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Selain sektor utama, hampir seluruh sektor ekonomi lainnya juga melambat, hanya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor pengadaan air yang mengalami peningkatan pertumbuhan.

SISI PENGELUARAN

1.1.

Investasi dan konsumsi rumah tangga masih menjadi mesin penggerak utama

perekonomian Kepri dari sisi permintaan. Struktur ekonomi Kepri rata-rata selama tahun

2010 2014 masih didominasi oleh komponen investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 41,6%, kemudian diikuti oleh konsumsi rumah tangga sebesar 36,6%, dan net ekspor sebesar 15,8%. Pada triwulan II 2015, komposisi struktur tersebut relatif tidak ada perubahan. Porsi investasi terhadap total perekonomian masih menjadi yang tertinggi sebesar 38,9%, diikuti konsumsi rumah tangga sebesar 36,6%, kemudian net ekspor dengan pangsa sebesar 19,8%.

(17)

Grafik 1.1

Perkembangan Wisatawan Kepri

Kinerja perekonomian Kepri melambat cukup dalam terutama didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi, serta melemahnya ekspor dan

impor. Meskipun tumbuh 7,56% (yoy) melambat dari triwulan lalu 7,76% (yoy), peranan

konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi, tercermin dari kontribusinya pada perekonomian Kepri sebesar 2,72%. Sementara itu, kinerja investasi tumbuh 1,82% (yoy) berada pada trend

yang semakin melambat dari triwulan lalu sebesar 3,30% (yoy). Dari kontribusinya pun semakin menurun, pada triwulan laporan hanya sebesar 0,72% lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,39%. Di sisi lain, neraca perdagangan Kepri tercermin dari net ekspor tumbuh 25,19% (yoy) menguat dibanding dari triwulan lalu sebesar 23,62% (yoy). Kontribusi net ekspor masih cukup tinggi yaitu sebesar 4,20%, namun lebih rendah dari triwulan lalu 4,58%. Melemahnya ekspor yang dibarengi dengan impor yang melambat lebih dalam dibanding ekspor semakin menekan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran Tabel 1.1.

Konsumsi Rumah Tangga

1.1.1.

Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuuhan ekonomi Kepri pada trwiulan I 2015 dengan pertumbuhan yang cukup kuat meskipun

Konsumsi RT, 36.6% Konsumsi LNPRT, 0.2% Konsumsi Pemerintah, 4.5% PMTB, 38.9% Net Ekspor, 19.8% Sumber: BPS I II III IV I II 1. Konsumsi RT 6.87 6.46 6.44 7.06 7.48 7.76 7.50 2.70 2. Konsumsi LNPRT 11.99 17.03 19.37 8.68 3.85 -6.36 -4.35 -0.01 3. Konsumsi Pemerintah 3.16 3.22 1.53 2.20 4.45 2.45 4.04 0.18 4. PMTB 5.84 6.18 5.53 5.69 5.96 3.30 1.82 0.72 5. Perubahan Inventori -11.00 -42.23 -10.48 75.60 39.35 -76.94 -81.57 -2.22 6. Ekspor -0.29 -8.84 -18.03 17.29 15.59 18.92 5.36 8.63 7. Impor -1.91 -11.89 -20.86 17.87 15.51 18.22 3.07 4.44 8. Net Ekspor/Impor 16.45 18.44 18.88 11.99 16.48 23.62 25.19 4.20 Total Pertumbuhan PDRB 7.32 6.52 7.18 7.76 7.77 7.14 5.57 5.57

Sumber : BPS (Data diolah)

2014 Sumber Pertumbuhan Tw II-2015 2014 2015 Persen (Y-oY) Pertumbuhan

(18)

melambat. Konsumsi rumah tangga tumbuh 7,50% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,76% (yoy). Menurunnya pendapatan masyarakat karena melemahnya pertmintaan pada sektor utama penyerap tenaga kerja di Kepri dan meningkatnya inflasi khususnya komoditas bahan makanan bergejolak (volatile

foods), turut mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga berdampak pada tingkat

konsumsi. Laju inflasi Kepri pada triwulan II sebesar 8,21% (yoy), meningkat dibanding inflasi triwulan I sebesar 5,66% (yoy). Berdasarkan kelompok komoditas, inflasi tertinggi tercatat pada kelompok bahan makanan sebesar 13,08% (yoy).

Hasil Survei Konsumen1

masih menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi Kepri, namun pada level lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sepanjang triwulan II 2015, rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 101,4 lebih rendah dibanding rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 104,5. Penurunan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja terjadi bersamaan dengan peningkatan laju inflasi terutama komoditas volatile foods, sehingga konsumen cenderung membatasi konsumsi barang tahan lama (durable goods). Rata-rata indeks konsumsi barang tahan lama berada pada level pesimis sebesar 96,7, lebih rendah dibanding rata-rata indeks triwulan sebelumnya sebesar 98,5.

Grafik 1.2

Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.3

Perkembangan Inflasi (%, yoy)

Indikator konsumsi lainnya, yaitu kredit konsumsi juga mencatatkan

perlambatan. Kredit konsumsi, dengan porsi terbesar dari total kredit (41%) tumbuh

11,18% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,56% (yoy). Perlambatan terjadi pada kredit pemilikan rumah (KPR), kredit flat/apartemen, maupun kredit multiguna. Selain faktor penurunan daya beli, suku bunga kredit masih cukup tinggi mengacu pada BI Rate yang masih ditahan pada level 7,5% guna mengarahkan inflasi pada

1

Survei konsumen dilakukan secara bulanan untuk mendapatkan informasi mengenai tendensi konsumsi rumah tangga dan ekspektasi inflasi konsumen

98 99 107 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2014 2015

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau

Optimis

Pesimis

0.0 5.0 10.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

Nasional Kepulauan Riau Sumatera

Inflasi, % yoy

(19)

targetnya pada 2015 sebesar 4 + 1% (yoy) juga mempengaruhi perlambatan kredit konsumsi pada triwulan laporan.

Grafik 1.4

Perkembangan Kredit Konsumsi

Grafik 1.5 Pergerakan Suku Bunga

Investasi

1.1.2.

Kinerja investasi melambat terpengaruh oleh penurunan permintaan global

dan domestik, serta masih terbatasnya realisasi belanja modal pemerintah.

Perlambatan investasi diperkirakan terjadi baik pada investasi bangunan maupun investasi non bangunan, terindikasi dari perlambatan impor barang modal, rendahnya realisasi pembangunan infrastruktur pemerintah, serta perlambatan sektor konstruksi. Investasi tumbuh 1,82% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,30% (yoy).

Masih lemahnya permintaan global dan domestik, menyebabkan investor

menahan investasi. Berdasarkan hasil liaison, sejumlah perusahaan menyatakan menunda

investasi, baik investasi dalam rangka ekspansi bisnisnya maupun sejumlah investasi rutin, menunggu tingkat permintaan membaik. Searah dengan hasil liaison, impor barang modal pada triwulan laporan tercatat menurun 17,21% (yoy), lebih dalam dibanding penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,15% (yoy). Di sisi lain kredit investasi (berdasarkan lokasi proyek) tumbuh 15,23% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,32% (yoy). Penguatan kredit investasi belum mampu mendorong investasi secara total karena sebagian perusahaan di Kepri, khususnya pada sektor industri pengolahan memperoleh pembiayaan investasi dari parent company2

.

2 Induk Perusahaan 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 2015

Kredit Konsumsi growth- Kredit Konsumsi (RHS)

(Rp miliar) (%, yoy)

Sumber: Bank Indonesia

12.3 12.3 7.5 7.5 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 2015

Suku Bunga Tertimbang Kredit Konsumsi BI Rate

Sumber: Bank Indonesia

(20)

Grafik 1.6

Perkembangan Impor Barang Modal

Grafik 1.7

Perkembangan Kredit Investasi

Indikator hasil liaison dan data realisasi investasi oleh Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) juga menunjukkan perlambatan investasi. Data likert scale

survei liaison menunjukkan trend penurunan pada triwulan kedua. Demikian juga data investasi oleh BKPM menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibanding periode sebelumnya. Pertumbuhan realisasi investasi asing sebesar 80,07% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 143,83% (yoy).

Grafik 1.8

Likert Scale Liaison

Grafik 1.9

Perkembangan Realisasi Investasi

Realisasi belanja modal pemerintah juga masih terbatas. Sampai dengan

triwulan II 2015, realisasi belanja modal pemerintah daerah3 baru mencapai 16% dari total anggaran. Demikian juga belanja modal pemerintah pusat di Provinsi Kepri, baru terealisasi sebesar 7,75%. Di tengah pelemahan investasi swasta, maka anggaran belanja pemerintah diharapkan dapat terserap lebih optimal pada triwulan kedua, untuk menopang pertumbuhan ekonomi domestik.

3

Mencakup realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Kepri dan seluruh kabupaten dan kota.

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Total Impor Barang Modal (LHS) growth - Impor Barang Modal (RHS) Sumber: Bank Indonesia

(Juta USD) (%, yoy)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 2015

Kredit Investasi growth - Kredit Investasi (RHS)

Sumber: Bank Indonesia

(Rp miliar) (%, yoy) -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

Realisasi Investasi Prakiraan investasi

Sumber: Survei Liaison

-100 -50 0 50 100 150 200 250 300 -100 -50 50 100 150 200 250 300 I II III IV I II III IV I II 2013 2014 2015

Realisasi Jumlah Proyek PMA (LHS) Realisasi Investasi PMA (LHS) Pertumbuhan Realisasi Investasi - RHS

Sumber: BKPM

(%, yoy) (Juta USD)

(21)

Ekspor

1.1.3.

Perlambatan ekonomi sejumlah negara tujuan ekspor berimbas pada perlambatan ekspor dan impor. Meskipun demikian, secara total neraca perdagangan Kepri masih mencatatkan net ekspor karena impor melambat lebih

dalam dibanding ekspor. Perlambatan ekonomi yang terjadi pada sejumlah negara tujuan

utama ekspor Kepri seperti Singapura, Australia dan Amerika Serikat, berdampak pada penurunan permintaan ekspor non migas. Selain itu, penurunan harga minyak menyebabkan investasi sektor migas tertahan, berimbas pada penurunan permintaan produksi besi baja, kapal dan konstruksi terapung lainnya. Penurunan ekspor juga terjadi pada komoditas migas, dipengaruhi oleh penurunan hasil lifting dan harga migas. Ekspor tumbuh 5,36% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,92% (yoy).

Grafik 1.10

Porsi Ekspor Migas dan Non Migas

Grafik 1.11

Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas

Tabel 1.2. Komoditas Utama Ekspor Non Migas Kepri

Melemahnya kondisi ekonomi sejumlah negara tujuan ekspor non migas,

berimbas pada perlambatan kinerja ekspor Kepri. Bahkan, penguatan dolar yang terjadi

Migas 29% Non Migas 71% Sumber: BPS, diolah -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 2015 H un dr ed s

Ekspor Migas Ekspor Non Migas g. Total Ekspor

Sumber: BPS, diolah

(Juta USD) (%, yoy)

No 10 Komoditas Utama Ekspor (Berdasarkan Komoditas HS2DGT)

Nilai Ekspor (Juta US$) Jan - Juni 2015

Persentase Kontribusi

Kumulatif konstribusi

1 85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 1,288.8 31.2% 31.2%

2 73 - Articles of iron and steel 609.4 14.8% 46.0%

3 84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. 547.1 13.3% 59.2%

4 15 - Animal or vegt. fats and oils 362.0 8.8% 68.0%

5 89 - Ships,boats and floating structures 179.3 4.3% 72.3%

6 18 - Cocoa and cocoa preparations 143.2 3.5% 75.8%

7 80 - Tin and articles thereof 136.5 3.3% 79.1%

8 90 - Optical,photographic,medical instr. 134.0 3.2% 82.4%

9 87 - Vehicles other than railway 100.4 2.4% 84.8%

10 38 - Miscellaneous chemical products. 86.9 2.1% 86.9%

(22)

belakangan ini juga belum mampu mendorong ekspor. Singapura sebagai negara tujuan ekspor terbesar Kepri (44,8% dari total ekspor), mencatatkan perlambatan ekonomi khususnya sektor manufaktur yang mencatatkan kontraksi 4,0% (yoy). Perlambatan ekonomi juga dialami oleh Jepang dan Tiongkok turut memengaruhi permintaan ekspor Kepri. Nilai ekspor komoditas non migas, dengan porsi 79% dari total ekspor, tercatat menurun 28,70% (yoy). Penurunan terjadi pada hampir seluruh komoditas, termasuk tiga komoditas utama ekspor yaitu produk elektronik, produk dari besi baja, serta mesin-mesin.

Tabel 1.3. Negara Tujuan Utama Ekspor Kepri

Grafik 1.12

Pertumbuhan Ekspor Komoditas Utama (Non Migas)

Grafik 1.13

Permintaan Ekspor ke Negara Tujuan Utama (Non Migas)

Penurunan harga minyak dunia dan rendahnya kinerja sektor pertambangan

domestik turut berkontribusi terhadap penurunan ekspor. Penurunan harga minyak

menyebabkan tertahannya investasi sektor migas secara global. Kondisi tersebut kemudian berdampak pada penurunan permintaan pipa besi baja, kapal, dan kontruksi terapung untuk pengeboran minyak dan gas. Selain itu, penurunan permintaan kapal juga diperparah dengan rendahnya kinerja sektor pertambangan domestik pasca diberlakukannya UU Minerba yang melarang ekspor mineral mentah, serta penurunan harga sejumlah komoditas tambang.

No Negara Nilai Ekspor (Juta US$)

Jan - Jun 2015 Kontribusi Kumulatif Kontribusi

1 SINGAPURA 1,851.39 44.8% 44.8% 2 AUSTRALIA 408.04 9.9% 54.7% 3 AMERIKA SERIKAT 326.97 7.9% 62.7% 4 BELANDA 159.34 3.9% 66.5% 5 MALAYSIA 131.77 3.2% 69.7% 6 PERANCIS 129.44 3.1% 72.8% 7 JEPANG 126.27 3.1% 75.9% 8 TIONGKOK 122.38 3.0% 78.9% 9 ITALIA 76.08 1.8% 80.7% 10 JERMAN 71.88 1.7% 82.4%

Sumber: Bank Indonesia

-5.67 -35.34 -13.83 -15 -10 -5 0 5 10 15 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Produk dari Besi dan Baja (LHS) Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll (LHS) Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll (RHS) (%, yoy)

Sumber: Bank Indonesia

-25.2 -4.8 -18.5 -200 -100 0 100 200 300 400 500 -30 -20 -10 0 10 20 30 40

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

SINGAPURA (LHS) AMERIKA SERIKAT (LHS) AUSTRALIA (RHS)

(%, yoy) (%, yoy)

(23)

Penurunan ekspor komoditas migas dipengaruhi oleh penurunan volume

lifting minyak dan gas. Nilai ekspor komoditas migas pada triwulan kedua menurun

38,33% (yoy), lebih dalam dibanding penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,57% (yoy). Penurunan volume lifting disebabkan oleh sumur-sumur penghasil yang sudah tua dan produksinya semakin menurun.

Impor

1.1.4.

Impor melambat, searah dengan ekspor. Impor tumbuh 3,07% (yoy), melambat

dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,22% (yoy). Meskipun demikian, perlambatan impor yang lebih dalam dibanding ekspor menyebabkan Kepri masih mencatatkan net ekspor, dengan angka pertumbuhan 25,19% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,62% (yoy).

Ketergantungan impor yang tinggi terutama untuk bahan baku industri

menyebabkan penurunan ekspor berdampak pula terhadap impor. Kebutuhan impor

bahan baku pada triwulan kedua mencapai 75,59% dari total impor, diikuti oleh barang modal 15,63%, dan barang konsumsi 8,78%. Berdasarkan komoditas, kontributor terbesar penurunan impor adalah komoditas barang elektronik, besi dan baja, serta mesin-mesin.

Grafik 1.14

Komposisi Impor Migas dan Non Migas

Grafik 1.15

Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas

Grafik 1.16

Komposisi Impor Non Migas

Migas , 12.8% Non Migas, 87.2% Sumber: BPS, diolah -30 -20 -10 0 10 20 30 40 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 H u n d re d s

Impor Migas Impor Non Migas g. Impor

Sumber: BPS, diolah

(Juta USD) (%, yoy)

Barang Konsumsi, 8.78% Barang Modal, 15.63% Bahan Baku, 75.59%

(24)

BERDASARKAN LAPANGAN USAHA

1.2.

Sektor ekonomi utama, yaitu industri pengolahan, konstruksi dan perdagangan tumbuh dan berkontribusi positif, namun cenderung melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Industri pengolahan melambat searah dengan

perlambatan ekspor. Sementara itu, perlambatan konsumsi rumah tangga turut melemahkan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor. Sektor pertambangan dan penggalian melambat dipengaruhi oleh penurunan lifting minyak dan gas serta penurunan harga minyak.

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha

Grafik 1.17

Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%Y-o-Y)

I II III IV I II

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.58 7.40 9.21 7.68 6.13 5.11 6.21 0.22 B Pertambangan dan Penggalian 3.30 1.61 2.26 3.23 6.05 5.37 4.55 0.70 C Industri Pengolahan 7.91 6.56 8.05 8.52 8.47 7.31 5.05 1.96 D Pengadaan Listrik, Gas 5.38 2.77 4.49 6.45 7.75 7.30 4.32 0.04 E Pengadaan Air 2.03 1.80 1.05 2.58 2.67 3.20 3.51 0.00 F Konstruksi 8.84 12.10 10.01 8.08 5.61 5.92 5.10 0.90 G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 10.36 7.35 8.90 11.83 13.16 12.71 10.46 0.79 H Transportasi dan Pergudangan 7.20 5.75 6.37 8.25 8.36 7.11 6.38 0.17 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11.90 8.88 11.74 13.45 13.37 11.64 9.10 0.19 J Informasi dan Komunikasi 7.04 4.17 6.91 9.17 7.86 8.39 6.17 0.13 K Jasa Keuangan 5.90 10.42 5.14 7.14 1.36 1.51 -0.79 -0.02 L Real Estate 6.39 3.34 6.12 7.37 8.65 9.39 5.98 0.09 M,N Jasa Perusahaan 2.02 2.32 2.13 1.90 1.74 1.92 1.42 0.00 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6.98 4.60 4.29 7.72 11.18 10.03 9.28 0.21 P Jasa Pendidikan 4.27 -0.44 2.98 6.39 8.21 8.38 7.14 0.09 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.84 -0.42 3.27 7.24 9.33 9.84 8.56 0.08 R,S,T,U Jasa lainnya 5.00 -0.44 2.98 6.08 11.42 11.84 10.44 0.05

7.32 6.52 7.18 7.76 7.77 7.14 5.57 5.57

Sumber : BPS (Data diolah)

Sumber Pertumbuhan Tw II - 2015 2014 2014 Lapangan Usaha 2015 %, yoy PDRB 39.1% 17.6% 15.4% 7.6% 3.7% 2.7% 2.6% 2.2% 2.1% 2.1% 1.5% 1.3% 0.9% 0.8% 0.4% 0.1% 0.0% Industri Pengolahan Konstruksi Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi…

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Transportasi dan Pergudangan Jasa Keuangan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan…

Informasi dan Komunikasi Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Real Estate Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Pengadaan Listrik, Gas Jasa lainnya Pengadaan Air Jasa Perusahaan Sumber: BPS, diolah

(25)

Sektor Industri Pengolahan

1.2.1.

Sektor industri pengolahan melambat, searah dengan penurunan ekspor.

Industri pengolahan tumbuh 4,55% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,37% (yoy). Bedasarkan data ekspor, pelemahan kinerja terjadi pada hampir semua industri utama, antara lain industri elektronik, produk besi baja, kapal dan konstruksi terapung serta industri olahan Crude Palm Oil (CPO).

Penurunan aktivitas industri tercermin dari penurunan konsumsi listrik

industri Kota Batam serta penurunan kapasitas utilisasi sejumlah perusahaan. PT PLN

Batam mencatat penurunan konsumsi listrik industri sebesar 11,29% (yoy), melanjutkan trend

penurunan yang telah berlangsung lebih dari setahun terakhir. Demikian juga survei liaison

pada sejumlah industri pengolahan, menunjukkan adanya penurunan kapasitas utilisasi dibanding periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 56% kontak liaison menyatakan terjadi penurunan kapasitas, 11% kontak mengalami peningkatan kapasitas, dan 33% lainnya menyatakan kapasitas utilisasi tetap stabil.

Grafik 1.18

Kapasitas Utilisasi (Survei Liaison)

Grafik 1.19

Perkembangan Konsumsi Listrik Industri

Sektor Konstruksi

1.2.2.

Sektor konstruksi melambat, searah dengan pelemahan investasi dan belanja

modal pemerintah. Pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 5,10% (yoy), lebih rendah

dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,92% (yoy).

Pelemahan sektor konstruksi, didorong oleh penurunan realisasi proyek

swasta maupun pemerintah. Sektor swasta cenderung menahan investasi, termasuk

investasi bangunan, menunggu perbaikan tingkat permintaan. Demikian juga realisasi proyek infrastruktur pemerintah sampai dengan triwulan kedua tercatat masih minim. Realisasi

86 89 81 83 76 86 74 76 78 74 70 77 87 71 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Tingkat kapasitas Utilisasi (LHS) Likert Scale Kapasitas Utilisasi (RHS)

Sumber: Survei Liaison KPw BI Provinsi Kepri

(%) -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 2015

Konsumsi Listrik Industri (LHS) Pertumbuhan (RHS)

Sumber: PLN Batam, diolah

(%, yoy) (Juta KWH)

(26)

belanja infrastruktur pemerintah daerah4 baru sebesar 8%, sementara realisasi infrasruktur yang menggunakan anggaran pusat (APBN) juga sebesar 8%. Berdasarkan data dari BCI Asia5

, sejumlah proyek pemerintah yang masih pada tahap proses tender antara lain pembangunan sejumlah kantor pemerintah, sekolah, laboratorium dan dormitory/rumah susun. Adapun proyek-proyek yang sudah memasuki tahap kontruksi antara lain pembangunan/pelebaran sejumlah ruas jalan di Kota Batam dan Kabupaten Natuna, pembangunan sarana pendukung di Bandara Tanjungpinang, tahapan lanjutan pembangunan Bandara Karimun, dan beberapa proyek lainnya.

Penurunan kredit konstruksi dan hasil survei kegiatan usaha mengkonfirmasi

perlambatan sektor konstruksi. Trend penurunan kredit konstruksi masih berlanjut pada

triwulan kedua, yaitu sebesar 11,33% (yoy). Hasil Suvei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), juga menunjukkan pelemahan kegiatan usaha konstruksi dengan saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 0,28, lebih rendah dibanding SBT triwulan sebelumnya sebesar 0,75. Di sisi lain, konsumsi semen tumbuh menguat 13,34% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulans ebelumnya sebesar 5,62% (yoy).

Grafik 1.20

Perkembangan Konsumsi Semen Kepri

Grafik 1.21

Perkembangan Kredit Konstruksi

Grafik 1.22

Hasil SKDU Sektor Bangunan

4

Mencakup realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Kepri dan seluruh kabupaten dan kota.

5 ….. (30) (20) (10) 0 10 20 30 40 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 2015

Realisasi Pengadaan Semen Kepri (lhs) Pertumbuhan Semen (rhs)

(% yoy) (ton)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

-20 -10 0 10 20 30 40 500 1,000 1,500 2,000 2,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Kredit Konstruksi g.Kredit Konstruksi

(Rp miliar) (%, yoy)

Sumber: Bank Indonesia

(0.60) (0.40) (0.20) 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Bangunan (SKDU) - perkiraan Bangunan (SKDU) - realisasi

(SBT)

(27)

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1.2.3.

Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor melambat

searah dengan pelemahan konsumsi masyarakat. Sektor perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil dan motor tumbuh 10,46% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,71% (yoy).

Momentum Ramadhan dan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara

tidak mampu menahan perlambatan sektor perdagangan. Hasil focus group discussion

(FGD) maupun survei liaison kepada pengusaha retail, diketahui bahwa penjualan retail pada triwulan kedua secara umum lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini diluar ekspektasi pengusaha retail yang memperkirakan puncak penjualan akan terjadi pada Ramadhan menjelang Idul Fitri, seperti pola historisnya. Demikain juga dengan jumlah wisatawan mancanegara yang meningkat 6,47% (yoy) pada triwulan kedua, belum mampu menopang penguatan penjualan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan kedua turut mengkonfirmasi penurunan kegiatan usaha sektor perdagangan, dengan saldo bersih tertimbang sebesar negatif 2,37, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan terjadi penurunan penjualan.

Penurunan suplai sejumlah komoditas turut mempengaruhi penurunan

kinerja sektor perdagangan. Kondisi tersebut terindikasi dari volume bongkar barang

(dalam negeri) di seluruh pelabuhan Kota Batam, yang menurun pada triwulan kedua sebesar 13,40% (yoy). Hambatan pasokan terutama terjadi pada komoditas bahan makanan, tercermin dari inflasi tinggi sebesar 13,08% (yoy), sementara inflasi pada komoditas inti relatif stabil sebesar 5,31% (yoy). Inflasi tertinggi tercatat pada komoditas aneka cabai, sayur-sayuran dan bawang merah karena penurunan hasil panen dan bencana alam (Gunung Sinabung, Sumatera Utara) di sejumlah daerah pemasok bahan makanan.

Grafik 1.23

Perkembangan Kunjungan Wisman Kepri

Grafik 1.24

Volume Bongkar Muat barang Pelabuhan Batam

-4.0 -2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Jumlah Wisman (orang - LHS) Pertumbuhan (%, yoy - RHS)

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah.

100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2013 2014 2015

Dalam Negeri Bongkar Dalam Negeri Muat

Sumber : Kantor Pelabuhan Laut Batam

(28)

Grafik 1.25

Hasil SKDU Sektor PHR

Sektor Pertambangan dan Penggalian

1.2.4.

Perlambatan sektor pertambangan dan penggalian berlanjut pada triwulan

kedua. Perlambatan terjadi karena penurunan lifting minyak dan gas, penurunan hasil

tambang/galian dan diperparah dengan penurunan harga migas. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 4,55% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,37% (yoy).

Lifting minyak dan gas pada triwulan kedua menurun, masing-masing sebesar

3,70% (yoy) dan 16,17% (yoy)6

. Penurunan volume lifting disebabkan oleh sumur-sumur penghasil yang sudah tua dan produksinya semakin menurun, dan dipengaruhi juga oleh penurunan harga minyak dan gas sehingga kegiatan eksplorasi migas menurun. Meskipun demikian, realisasi lifting minyak dan gas Kepri masih searah dengan prognosa lifting 2015. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sampai dengan semester I 2015 realisasi lifting minyak Kepri sebesar 5,69 juta barel atau mencapai 55,32% dari prognosa lifting 2015. Adapun realisasi lifting gas sebesar 109,99 juta MMBTU7

atau 52,05% dari prognosa.

Grafik 1.26 Volume Lifting Gas Kepri

Grafik 1.27 Volume Lifting Minyak Kepri

6

Berdasarkan data akumulasi lifting gas April dan Mei 2015 terhadap April dan Mei 2014 7

Million Metric British Thermal Unit

(5.00) (4.00) (3.00) (2.00) (1.00) 1.00 2.00 3.00 4.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 2015

Sektor Perdagangan_Perkiraan Kegiatan USaha Sektor Perdagangan_Realisasi Kegiatan Usaha (Saldo Bersih Tertimbang)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Kepulauan Riau

-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 0 10 20 30 40 50 60 70 80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

Lifting Gas (juta MMBTU) growth (%, yoy)

Sumber: Kementerian ESDM, diolah

(juta MMBTU) (%, yoy)

-60 -40 -20 0 20 40 60 80 0 1 2 3 4 5 6 7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

Lifting Minyak Bumi (juta Barel) growth (%, yoy)

Sumber: Kementerian ESDM, diolah

(29)

Grafik 1.28 Harga Gas Alam

Grafik 1.29 Harga Minyak

Searah dengan penurunan hasil minyak dan gas, hasil pertambangan dan

penggalian Kepri juga mencatatkan penurunan. Penurunan hasil pertambangan dan

penggalian tercermin dari kontraksi ekspor hasil tambang, sebesar 14,91% (yoy), melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 47,12% (yoy). Hasil pertambangan dan penggalian di Kepri berupa hasil logam (timah, batu besi) dan non logam (bauksit, granit, pasir darat, pasir laut).

Grafik 1.30

Volume Ekspor Hasil pertambangan & Penggalian

Boks

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI

Kondisi geografis Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berupa kepulauan menjadi kendala dalam pengembangan transmisi listrik antar wilayah. Dalam mengatasi ini sistem kelistrikan di Kepri cenderung bersifat isolated yaitu daerah/pulau memenuhi kebutuhannya sendiri. Secara umum terdapat sembilan sistem yang memenuhi kebutuhan kelistrikan di Kepri. Namun, dari sembilan sistem tersebut hanya empat sistem dikategorikan aman, sementara empat lainnya siaga dan satu sistem sudah defisit.

16.58 13.05 11.00 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2013 2014 2015

Indonesia Natural Gas Price

Sumber: IMF (USD/MMBTU) 60.31 52.34 60.48 0 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2013 2014 2015

Harga WTI (West Texas Intermediate) Harga Minas

Sumber: Bloomberg (USD/barel) -200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0 50 100 150 200 250

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Total MINING Pertumbuhan (RHS)

Sumber: Bank Indonesia

(%, yoy) (Juta USD)

(30)

Tabel 1. Sistem Kelistrikan Prov. Kepulauan Riau

Dampaknya adalah rasio elektrifikasi Kepri pada tahun 2014 hanya 74.06% termasuk rendah jika dibandingkan dengan provinsi di regional Sumatera. Saat ini masih terdapat 34 pulau

hinterland yang memiliki operasional pembangkit listrik tidak 24 jam. Hal ini menjadi perhatian bagi pemerintah mengingat berdasarkan kondisi sistem kelistrikan di Kep. Riau (Tabel 1) jika salah satu sistem tersebut mati maka belum ada back-up mesin pembangkit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan listrik.

Tabel 2. Rasio Elektrifikasi

Sumber: ESDM, 2014

Menyadari hal tersebut dan sejalan dengan program 35.000 MW yang dicanangkan oleh Pemerintah pembenahan mulai dilakukan. Untuk pemenuhan sistem defisit di Tanjungpinang secara jangka pendek akan diatasi dengan menambah pembangkit sebesar 3 MW dan 5 MW. Sedangkan jangka panjangnya kebutuhan listrik di Pulau Bintan akan dipenuhi dari Batam dengan dibangun interkoneksi listrik dari Pulau Batam Pulau Bintan yang saat ini tengah dikerjakan dan diperkirakan akan selesai dan siap dialiri pada pertengahan tahun 2015. Interkoneksi kelistrikan adalah bagian program merangkai pulau.Tahap awal daya Listrik dialirkan sebesar 20 MW dari Batam ke Bintan melalui gardu induk tanjung uban sebagai titik terima energi dari saluran kelistrikan Batam. Daya tersebut diperkirakan akan terserap di kawasan Tanjung Uban khususnya pesisir barat Bintan dan juga akan disalurkan ke Kabupaten Bintan serta Kota Tanjungpinang melalui Jaringan Tegangan Menengah 20 kV. Tahap berikutnya, evakuasi daya ditargetkan sampai 75 MW jika proses pembangunan transmisi di Pulau Bintan sudah selesai, baik dari sisi perijinan maupun kontruksinya.

Jaringan Interkoneksi yang akan dibangun adalah berupa SUTT dan SKLT, yaitu: pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV sepanjang ± 9,5 kmr dan Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi 150 kV submarine cable sepanjang ± 8,4 kmr diharapkan selesai dibangun pada Juni 2015 dan untuk pembangunan SUTT 150 kV Tanjung Uban ke Kota Tanjung Pinang sepanjang

No Sistem Daya Mampu

(Mega Watt)

Beban Puncak

(Mega Watt) Status

1 Batam 364,6 339 Aman

2 Tanjung Balai Karimun 24,2 23,3 Siaga

3 Tanjung Batu 6,3 5,97 Siaga

4 Dabo Singkep 4,75 4,7 Siaga

5 Tanjung Pinang 52,1 57,3 Defisit

6 Ranai/Natuna 6,5 5,19 Aman

7 Tanjung Uban 6,9 6,8 Siaga

8 Tarempa 2,4 1,95 Aman

9 Belakang Padang 2 1, 25 Aman

(31)

65,16 kmr dilakukan pada tahap selanjutnya. Dengan pembangunan interkoneksi sistem kelistrikan 150 KV Batam Bintan, diharapkan dapat meminimalisir pemadaman bergilir di Pulau Bintan, yang saat ini beban puncak mencapai 54 MW, sedangkan daya mampu ± 57 MW serta dapat memenuhi daftar tunggu pelanggan di Pulau Bintan yang mencapai 20.000 calon pelanggan

Kepri juga termasuk dalam program nasional 35.000 MW dengan total program sebesar 100 MW (Tabel 3). Sumber energi untuk ini akan memanfaatkan gas bumi mengingat potensi gas bumi di Laut Natuna yang mencapai 50,48 TSCF. Sementara untuk pemenuhan listrik di pulau terdepan Prov kepri direncanakan pada Agustus 2015 akan beroperasi tambahan daya tiga pembangkit dengan total kapasitas 14 Mega Watt (MW) yaitu Tarempa/Anambas ( 4 MW), Ranai/Natuna ( 4 MW), Tanjung Batu (6 MW). Selain rencana pembangunan pembangkit sebesar 100 MW, untuk di pulau Batam telah disiapkan rencana pengembangan pembangkit sampai dengan tahun 2023 dengan total 871 MW senilai Rp9,5 triliun. Realisasi terdekat yaitu pembangunan PLTG Tanjung Uncang sebesar 70 MW dan 85 MW yang direncanakan akan beroperasi di tahun 2015.

Tabel 3. Program 35.000 MW di Kepulauan Riau Tabel 4. Program Listrik Di Pulau Terdepan

Sumber: PT. PLN Persero, Cab. Tanjungpinang Sumber: PT. PLN Persero, Cab. Tanjungpinang

Pemerintah Kepri tidak tinggal diam dengan turut mendorong percepatan kepengurusan ijin yang selama ini sering menjadi kendala. Ijin yang masih menjadi kendala adalah jalur pengembangan kelistrikan masih berada melewati jalur hijau (kawasan hutan lindung) sehingga membutuhkan ijin dari kementerian terkait. Selain itu terkait dengan interkoneksi pipa gas sebagai bahan baku pembangkit tenaga listrik berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor : 0225 K/11/MEM/2010 tentang Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional Tahun 2010 2025, bahwa Gas Bumi masuk ke Kepri melewati Pulau Pemping - Batam direncanakan melaui 3 (tiga) jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi yaitu:

a. Jalur pipa gas bumi Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan tata ruang untuk jalur pipanisasi gas Grissik (sumsel) Batam Singapure dengan total panjang pipa 477 KM, diameter pipa 28 inchi dan kapasitas gas 350 mmscf/hari (existing line).

b. Jalur pipa gas WNTS (West Natuna Transportasion System) Laut Natuna Singapura dengan

total panjang 640 KM, diameter pipa 28 inchi dan kapasitas gas 700 mmscf/hari (existing line), selanjutnya akan direncanakan pembangunan dari pipa WNTS Tie in (Hot Tap) ke Pulau Pemping dengan jarak 5,5 km kemudian jaringan pipa gas dari Pulau Pemping ke PLTG Tanjung Uncang Batam sepanjang 13,7 km yang dijadwalkan tahun 2015 beroperasi.

c. Jalur pipa gas Natuna D Alpha - Batam Duri yang sumber gas dari blok Natuna D Alpha

dengan panjang pipa 740 km (rencana).

(Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau)

No Sistem Daya Mampu

(Mega Watt) Pembangkit

1 Tanjung balai Karimun 20 PLTMG

2 Tanjung Batu 10 PLTMG

3 Ranai/Natuna 10 10 MW 2017

4 Sistem Tanjung Pinang 50 PLTMG 2017

5 Dabo Singkep 10 PLTMG 2018

100

No Sistem Daya Mampu

(Mega Watt) Beban Puncak (Mega Watt) 1 Tarempa/Anambas 2.1 1.8 2 Ranai/Natuna 6.5 5.19 3 Tanjung Batu 6.3 5.97 14.9 12.96

(32)

BAB II

PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU

Inflasi Kepri triwulan II 2015 sebesar 8,21% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,66% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 7,26% (yoy).

Meningkatnya inflasi tercermin dari realisasinya di masing-masing kota

perhitungan inflasi Kepri, yaitu Batam dan Tanjungpinang. Inflasi tahunan berdasarkan

Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan II di Batam sebesar 8,27% (yoy) meningkat dibanding triwulan lalu 5,84% (yoy), sementara di Tanjungpinang terjadi inflasi sebesar 7,84% (yoy) juga lebih tinggi dari triwulan lalu sebesar 4,98% (yoy). Secara triwulanan, inflasli di masing-masing kota tersebut juga meningkat, di Batam inflasi sebesar 2,11% (qtq) lebih tinggi dari triwulan lalu yang mengalami deflasi 0,67% (qtq), sedangkan di Tanjungpinang sebesar 1,68% (qtq) juga meningkat dari periode sebelumnya deflasi 0,45% (qtq).

Komoditas volatile food merupakan penyumbang terbesar inflasi triwulan

kedua. Laju inflasi volatile food disebabkan oleh keterbatasan pasokan sejumlah komoditas

pangan strategis seperti aneka cabai dan beras, sementara tingkat permintaan cenderung meningkat khususnya memasuki periode Ramadhan. Selain itu tekanan inflasi juga bersumber dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang dilakukan Pemerintah pada 28 Maret sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia.

Koordinasi dan komunikasi intensif dilakukan melalui forum Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna menahan inflasi agar tetap terkendali. Selain

koordinasi melalui rapat rutin bulanan, selama triwulan II aktivitas TPID juga difokuskan dalam rangka memitigasi risiko inflasi menjelang periode Ramadhan dan Idul Fitri. Kegiatan pemantauan harga melalui inspeksi mendadak (sidak) pasar dan operasi pasar murah dikerahkan untuk menahan lonjakan inflasi.

2.1.

PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.1.1.

Inflasi Tahunan (

yoy

)

Inflasi tahunan Kepri melaju lebih tinggi dan berada pada urutan ke-2 inflasi

tertinggi di Sumatera, juga lebih tinggi dari Nasional. Inflasi Kepri pada triwulan laporan

sebesar 8,21% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,66% (yoy). Inflasi Kepri tersebut lebih tinggi dibanding inflasi di regional Sumatera sebesar 7,74% (yoy), juga

Gambar

Tabel 1.3.  Negara Tujuan Utama Ekspor Kepri
Tabel 1.4  Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha
Grafik 1.26  Volume Lifting Gas Kepri
Grafik 1.29  Harga Minyak
+7

Referensi

Dokumen terkait

William Safran mendefinisikan orang-orang yang merupakan diaspora dengan menampakkan enam ciri utama: mereka (atau nenek moyang mereka) yang tersebar dari satu

Untuk spesis A, haiwan tersebut memiliki bahagian abdomen yang besar, bagi spesis B, mereka memiliki perut yang bercorak, spesis C mempunyai tangan yang bercorak, spesis

Berkaitan dengan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti sebuah metode belajar tari yang sebenarnya dari dulu sudah digunakan dalam proses belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa 46% Bunda PAUD memiliki kemampuan emotion regulation rendah, 30,88% memiliki kemampuan impulse control sedang, 68% memiliki kemampuan

Jurnal al-Idārah | 14 Strategi manajemen SDM Islami dalam meningkatkan kinerja karyawan di CV Adeeva Group Besuk Wirowongso Jember dapat meningkatkan kinerja karyawannya

Kecenderungan kedua iklim ekstrim tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan pertanian dalam delapan tahun ke depan akan dihadapkan pada masalah iklim ekstrim El Nino dan La

Di antara konsep integrasi keilmuan berdasarkan paradigma keilmuan yang dikembangkan oleh beberapa UIN di Indonesia yang penulis kaji dalam tulisan ini adalah

Buku Saleh Ritual Saleh Sosial, merupakan Buku yang dikarang oleh K.H. Buku ini menceritakan tentang gambaran kehidupan masyarakat di era sekarang. Kultur dongeng dalam masyarakat