• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROYEK PADA SISWA KELAS VI MI MA’ARIF TINGKIR LOR KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROYEK PADA SISWA KELAS VI MI MA’ARIF TINGKIR LOR KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI

DAN PERUBAHANNYA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE PROYEK PADA SISWA KELAS VI

MI MA’ARIF TINGKIR LOR

KECAMATAN TINGKIR

KOTA SALATIGA

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Siti Rohmah

NIM: 11514054

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI

DAN PERUBAHANNYA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE PROYEK PADA SISWA KELAS VI

MI MA’ARIF TINGKIR LOR

KECAMATAN TINGKIR

KOTA SALATIGA

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Siti Rohmah

NIM: 115 14 054

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka Skripsi Saudara: Nama : Siti Rohmah

Nim : 115 14 054

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul :PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI

ENERGI DAN PERUBAHANNYA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PROYEK PADA SISWA KELAS VI MI MA’ARIF TINGKIR LOR

KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN 2018

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 18 April 2018 Pembimbing,

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Salatiga Km 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROYEK PADA SISWA KELAS VI MI MA’ARIF TINGKIR LOR KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN 2018

Oleh: Siti Rohmah NIM. 115 14 054

telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 9 Juli 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan panitia Penguji: Ketua Penguji : Mufiq, S. Ag., M. Phil.

Sekretaris Penguji : Dr. Maslikhah, S. Ag., M. Si. Penguji I : Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd.

Penguji II : Dra. Nur Hasanah, M. Pd.

Salatiga, 9 Juli 2018 Dekan

FTIK IAIN Salatiga,

Suwardi, M. Pd.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN

KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siti Rohmah

Nim : 115 14 054

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

menyatakan bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan oleh Perpustakaan IAIN

Salatiga.

Salatiga, 18 April 2018 Yang menyatakan

(7)

vii

MOTTO

Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan membangun kesempatan untuk

berhasil

(Mario Teguh)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Sarmin dan Ibu Sangidah) yang selalu

mendoakan, mendukung, dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini, mudah-mudahan Bapak dan Ibuku senantiasa diberikan nikmat umur panjang, kesehatan,

rezeki yang berkah, dan kelak di tempatkan di Surga-Nya Allah Swt. 2. Adikku (Muhammad Maulana Diqi Saputra) tersayang yang selalu

memberikan semangat, mudah-mudahan adikku senantiasa diberi nikmat

umur panjang, kesehatan, dan kemudahan dalam menuntut ilmu.

3. Kakek dan Nenekku (Kakek Marsan dan Nenek Ngatemah) yang selalu

(8)

viii

4. Om dan Bulikku (Sugianto dan Maghfiroh) yang sudah merawat saya juga

selama berada disini, semoga beliau selalu diberi kesehatan dan umur panjang.

5. Sahabat-sahabatku Bolo Kurowo (Cicik, Guritno, Indri, Puji, Tini) yang selalu memberi semangat dan motivasi satu sama lain.

6. Teman kosku (Vita) yang selalu memberi simpati, empati, dan selalu

merawat ketika saya lagi sakit.

7. Teman kos (Riska) yang selalu menemani dan menyemangati saat proses

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirah Allah Swt, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Energi dan Perubahannya dengan Menggunakan Metode Proyek Kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga Tahun 2018 bisa selesai. Shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad Saw semoga beliau selalu dirahmati Allah Swt.

Penulisan Skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan

bantuan dari berbagai pihak sehingga Skripsi ini selesai. Penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga;

2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga;

3. Ibu Peni Susapti, S. Si., M. Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga;

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S. Ag, M. Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingannya;

5. Ibu Dr. Hj. Maslikhah, S. Ag., M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi

(10)

x

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penulisan

skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf karyawan IAIN Salatiga yang telah

memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis;

7. Bapak H. Sadi Sarifudin selaku kepala MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian;

8. Bapak Syafiq Ahmad, S. Pd. I. selaku guru kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor yang telah berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung; dan

9. Teman-teman PGMI angkatan 2014 yang telah berjuang bersama-sama. Penulis hanya dapat memohon do’a atas jasa mereka semoga amal yang

telah diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan Skripsi ini masih jauh dari dari sempurna. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan bagi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

umumnya. Amin.

Salatiga, 18 April 2018 Penulis

(11)

xi

ABSTRAK

Rohmah, Siti. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Energi dan Perubahannya dengan Menggunakan Metode Proyek Pada Siswa Kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dr. Hj. Maslikhah, S. Ag, M. Si.

Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Metode Proyek.

Pembelajaran IPA di MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga belum menggunakan berbagai metode pembelajaran aktif dan masih belum tepat, hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan kurangnya metode pengajaran terhadap materi yang disampaikan oleh guru terutama materi energi dan perubahannya. Hal ini dibuktikan dari rendahnya hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM 65. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah Metode Proyek dapat meningkatan hasil belajar IPA materi Energi dan Perubahannya pada siswa Kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2018?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Metode Proyek dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Energi dan Perubahannya pada siswa Kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2018.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang berjumlah 23 siswa meliputi 9 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Instrumen penilaian meliputi RPP, lembar observasi guru, lembar observasi guru dan siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data secara deskriptif dengan menggunakan rumus persentase, apabila ≥ 85% siswa tuntas belajar maka siklus dihentikan.

(12)

xii

belajar dengan nilai rata-rata 68,70. Siklus III terdapat 20 siswa (87%) tuntas belajar dan 3 siswa (13%) tidak tuntas belajar dengan nilai rata-rata 73,91. Hasil data tersebut dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar siswa dari siklus II ke siklus III ternyata mengalami peningkatan 17%. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu ≥ 85% dari jumlah seluruh siswa sudah tuntas belajar, karena yang dicapai adalah 87% sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus III ini.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR LOGO IAIN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

G. Metode Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI

(13)

xiii

1. Kajian Teori

a. Belajar

1) Hakikat Belajar ... 19

2) Ciri-ciri Belajar ... 20

3) Prinsip Belajar ... 22

b. Hasil Belajar 1) Hakikat Hasil Belajar ... 25

2) Macam-macam Hasil Belajar ... 26

3) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 28

c. Metode pembelajaran 1) Hakikat Metode pembelajaran ... 28

2) Faktor-faktor dalam Metode pembelajaran ... 29

d. Metode proyek 1) Hakikat Metode Proyek ... 31

2) Tujuan Metode Proyek ... 33

3) Manfaat Metode Proyek ... 34

4) Kelebihan dan Kekurangan Metode Proyek ... 34

5) Langkah-langkah Metode Proyek ... 35

2. Kajian Materi Penelitian a. Energi dan Perubahannya (Gaya dan Gerak) ... 37

1) Hubungan antara gaya dan gerak ... 38

2) Hubungan gaya dan gerak melalui model ... 39

(14)

xiv

1) Gejala dan sumber energi listrik ... 43

2) Perpindahan energi listrik ... 46

3) Perubahan energi listrik ... 47

3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) a. Pengertian kriteria ketuntasan minimal (KKM) ... 47

b. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) belajar ... 48

c. Penetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ... 49

B. Kajian Pustaka ... 51

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Ma’arif Tingkir Lor ... 54

B. Pelaksanaan Penelitian ... 57

1. Deskripsi Siklus I ... 57

2. Deskripsi Siklus II ... 63

3. Deskripsi Siklus III... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Paparan Siklus 1. Deskripsi Data Siklus I ... 75

2. Deskripsi Data Siklus II ... 76

3. Deskripsi Data Siklus III ... 78

B. Pembahasan ... 80

(15)

xv

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru ... 14

Tabel 1.2 Lembar Observasi Guru dan Siswa ... 15

Tabel 3.1 Identitas MI Ma’arif Tingkir Lor ... 54

Tabel 3.2 Daftar Guru MI Ma’arif Tingkir Lor ... 55

Tabel 3.3 Daftar Jumlah Siswa MI Ma’arif Tingkir Lor ... 55

Tabel 3.4 Daftar Siswa Kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor ... 56

Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 57

Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I... 75

Tabel 4.2 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 77

Tabel 4.3 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 79

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Siklus dalam PTK ... 11

Gambar 2.1 Peta Konsep Gaya dan Gerak ... 38

Gambar 2.2 Model Ketapel ... 40

Gambar 2.3 Model Neraca ... 41

Gambar 2.4 Peta Konsep Energi Listrik ... 43

Gambar 2.5 Model Energi Listrik ... 44

Gambar 2.6 Skema Penetapan KKM ... 50

Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Siswa Siklus I- Siklus III ... 82

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis

Lampiran 2. Nilai SKK Mahasiswa

Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Lampiran 6. Identitas Kolaborator Lampiran 7. Nama dan Inisial Siswa

Lampiran 8. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa Siklus I

Lampiran 11. Lembar Evaluasi Siklus I

Lampiran 12. Laporan Tertulis Siklus I

Lampiran 13. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus I

Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 15. Lembar Kerja Siswa Siklus II

Lampiran 16. Lembar Evaluasi Siklus II

Lampiran 17. Laporan Tertulis Siklus II

(18)

xviii

Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III

Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa Siklus III Lampiran 21. Lembar Evaluasi Siklus III

Lampiran 22. Laporan Tertulis Siklus III

Lampiran 23. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus III Lampiran 24. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses untuk menyampaikan materi secara formal kepada siswa, selain itu dalam pembelajaran guru harus dapat menciptakan berbagai interaksi dengan siswanya. Pembelajaran dikelas selalu berpusat pada

guru yang menerangkan dan siswa mendengarkan. Suasana tersebut menjadikan pembelajaran yang tidak konduksif dan tidak efektif sehingga materi yang

tersampaikan tidak dapat diterima dan dipahami siswa secara optimal. Guru perlu menyadari bahwa pada saat mengajar guru lebih memposisikan dirinya sebagai

fasilitator. Keaktifan siswa dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Pembelajaran adalah suatu konsepsi dari dua dimensi kegiatan belajar dan mengajar yang searah, yakni

diarahkan pada pencapaian tujuan (penguasaan sejumlah kompetensi) Supriadie dan Darmawan (2012: 127). Rusmono (2012: 6) berpendapat bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya

proses pembelajaran pada siswa. Allah Swt telah menjanjikan akan meninggikan derajat orang yang memelajari ilmu pengetahuan sebagaimana Firman Allah Swt dalam Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11, yang berbunyi:

ْمُكنِم اوُنَماَء َنيِذَّلا ُللها ِعَفْرَ ي

ُيِبَخ َنوُلَمْعَ ت اَِبِ ُللهاَو ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلاَو

(20)

2

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara memahami alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya batas penugasan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi lebih sebagai proses penemuan. Pendidikan/pembelajaran IPA diharapkan

dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungannya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dengan menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk pengembangan kompetensi

menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Model pembelajaran IPA terpadu memuat beberapa keterpaduan antar Kompetensi Dasar (Depdiknas, 2007).

Djamarah dan Zain (1997 : 3) berpendapat bahwa metode mempunyai andil

yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevasian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai

dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri didalam suatu tujuan. Metode yang dapat dipergunakan dalam kegiatan

belajar mengajar bermacam-macam. Metode digunakan tergantung rumusan tujuan, dalam mengajar jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa macam metode. Metode gabungan digunakan

(21)

3

memaksakan anak didik untuk mencapai tujuan tetapi anak didiklah dengan sadar

untuk mencapai tujuan.

Pembelajaran IPA yang terjadi saat ini, khususnya di Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, pembelajaran IPA belum terlaksana secara optimal. Guru cenderung hanya menyampaikan teori-teorinya saja, sedangkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA kurang diperhatikan. Guru

menyampaikan materi IPA dengan metode ceramah. Guru aktif dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa hanya pasif duduk di bangku sambil

mendengarkan ceramah guru. Kegiatan pembelajaran yang seperti ini membuat siswa menjadi bosan. Pembelajaran menjadi kurang bermakna sehingga siswa

tidak dapat memperoleh pengalaman yang berkesan. Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ahmad Syafiq pada kamis, 21 Desember 2017 dengan guru kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor, hasil pembelajaran IPA di MI tersebut belum

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan. Nilai ulangan harian siswa masih banyak yang dibawah KKM 65, dari 23 siswa yang tuntas belajar hanya 8 siswa sedangkan 15 siswa nilai masih di bawah KKM, dengan

presentase ketuntasan 34% < 85%. Nilai KKM untuk mata pelajaran IPA kelas VI adalah 65. Siswa dalam memahami terhadap konsep pembelajaran IPA masih

perlu ditingkatkan lagi. Siswa terkadang hanya mengandalkan hafalan saja. Keaktifan, motivasi, dan rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki juga masih perlu ditingkatkan. Metode dan strategi pembelajaran aktif

(22)

4

siswa, di antaranya yaitu metode proyek. Metode pembelajaran tersebut

masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Siswa lebih memahami dengan apa yang dipelajari, biasanya siswa langsung mempraktikkan apa yang siswa pelajari,

dan inilah yang disebut dengan metode proyek. Metode proyek sangatlah baik juga, karena dalam ini siswa tidak hanya mendapat materi-materi saja. Metode proyek akan selalu mengasah otak anak didik dalam melakukan eksperimen yang

mereka ujikan. Metode ini biasanya digunakan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan, seperti Biologi, Fisika, Kimia dan lain sebagainya.

Samatowa (dalam Alawiyah dan Sopandi, 2011: 168) menyatakan metode proyek dapat meningkatkan hasil belajar karena dalam pembelajaran IPA

dipandang dapat mengembangkan sikap ilmiah dan dalam metode ini menganut pembelajaran ekperimental yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlaku sebagai ilmuan dalam mendesain dan mengkontruksi suatu proyek

penelitian serta lebih memfokuskan siswa untuk mengalami suatu proses pemecahan masalah dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan dan merencanakan pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

Metode pembelajaran proyek penekanannya terletak pada aktivitas siswa untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis,

membuat, hingga mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Selama beraktivitas tersebut siswa secara tidak sadar atau sadar sikap yang dimilikinya akan mengalami perkembangan dan penerapan.

(23)

5

merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan

siswa dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Energi dan Perubahannya dengan Menggunakan Metode Proyek pada Siswa Kelas VI MI Ma’arif Tingkir

Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah Metode Pdapat meningkatan hasil belajar IPA materi Energi dan Perubahannya pada siswa Kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2018?

2. Apakah penggunaan Metode Proyek dapat mencapai target KKM individu/kelas ≥ 85% pada pembelajaran IPA materi Energi dan Perubahannya pada siswa kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga Tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui metode proyek dapat meningkatkan hasil belajar IPA

materi Energi dan Perubahannya pada siswa Kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2018.

2. Untuk mengetahui Metode Proyek dapat mencapai target KKM

(24)

6

Perubahannya pada siswa kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, baik secara teoretis maupun praksis. Manfaat tersebut antara lain:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang metode proyek pada mata pelajaran IPA

materi Energi dan Perubahannya untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kota Salatiga Tahun 2018.

2. Manfaat Praksis a. Manfaat bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menambah prestasi bagi guru

untuk meningkatkan mutu pembelajaran, serta menjadi masukan bagi pendidik untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Energi dan Perubahannya pada siswa.

b. Manfaat bagi Sekolah

1) Sekolah dapat meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA; dan

2) Sekolah dapat berkembang karena memiliki pendidik yang kreatif,

(25)

7 c. Manfaat bagi Siswa

1) Siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar IPA di MI Ma’arif Tingkir Lor Salatiga menjadi lebih menyenangkan;

2) Siswa dapat meningkatkan hasil belajar tentang Energi dan Perubahannya;

3) Siswa dapat meningkatkan keaktifan dan partisipasi selama

proses pembelajaran; dan

4) Siswa dapat meningkatkatkan keberanian dalam mengungkapkan

pendapat, ide, pertanyaan, dan saran. d. Manfaat bagi Pendidikan

1) Guru dapat menemukan kekurangan dan kelebihan dalam pembelajaran sehingga dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan pada akhirnya pemahaman siswa akan meningkat; dan

2) Guru menjadikan dunia pendidikan akan semakin maju karena guru semakin profesional dan kreatif dalam meningkatkan hasil pembelajaran IPA pada umumnya dan materi Energi dan

Perubahannya pada khususnya.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika metode proyek diterapkan dengan baik pada mata pelajaran IPA materi Energi dan

(26)

8

Kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

Tahun 2018.

Jika metode proyek diterapkan dengan baik pada mata pelajaran

IPA materi Energi dan Perubahannya diharapkan dapat mencapai target KKM individu/kelas ≥ 85% pada pembelajaran IPA materi Energi pada siswa Kelas VI MI Ma’arif Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

Tahun 2018.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penggunaan metode pembelajaran proyek dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat

tercapai. Trianto (2009: 241) menyatakan bahwa indikator ketuntasan siswa dapat dilihat secara individual adalah ketika siswa dapat mencapai nilai ≥ 65 pada pembelajaran IPA materi Energi dan Perubahannya, dan siklus akan berhenti secara klasikal apabila 85% sebanyak dari total siswa dalam satu kelas mendapat ≥ 65. Maka penulis berkeinginan untuk melakukan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas.

F. Definisi Operasional

1. Metode Proyek

Metode Proyek merupakan metode instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau kelompok untuk mencari jawaban suatu masalah

(27)

9

tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya ditampilkan atau di

presentasikan (Willis dalam Pujiastuti, dkk: 2013). 2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar sendiri itu merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

perilaku yang relatif menetap (Abdurrahman, 2003: 37-38).

Susanto, Ahmad (2013: 6) menyatakan bahwa penilaian hasil

belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari disekolah, baik menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan

dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa. Nilai diperoleh berdasarkan secara langsung ketika setelah selesai mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dan bukan diambil dari nilai yang tertera pada

raport, agar nilai yang diperoleh itu secara akurat.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), istilah dalam bahasa inggrisnya adalah classroom

action research yang berarti penelitian dengan tindakan yang dilakukan

dikelas. Aqib, Zainal dkk (2014: 3) mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi

(28)

10

merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru dikelasnya

sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan

partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran dikelasnya (Kunandar, 2011: 46).

Arikunto, Suharsimi dkk (2014: 3) mengungkapkan PTK

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa Secara garis besarnya

penelitian tindakan kelas adalah jenis penelitian yang diberikan oleh guru dan dilakukan oleh siswanya untuk memecahkan suatu masalah serta meningkatkan hasil belajar siswa dikelas secara bertahap dan

berkelanjutan.

Peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas karena melalui penelitian ini seorang peneliti dapat secara langsung dan ikut

berperan langsung dalam proses penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data observasi kelas, wawancara dengan guru dan

(29)

11

Gambar Skema Siklus Penelitian (Sumber: Arikunto, 2014: 16).

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dijadikan adalah siswa kelas VI MI Ma’arif

Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang berjumlah 23 siswa dan berkolaborasi dengan bapak Syafiq Ahmad, S. Pd. I sebagai guru

kelas VI. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penerapan metode pembelajaran proyek setelah itu dilakukan refleksi.

3. Langkah-langkah Penelitian

Arikunto, Suharsimi dkk (2014: 17), mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas menggunakan empat

tahapan yaitu meliputi: menyusun rencana (planning), pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

(30)

12

(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Lebih

jelasnya sebagai berikut:

a. Menyusun Rencana (planning)

Penyusunan rencana dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Peneliti harus melaksanakan kegiatan

sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Guru mempersiapkan bahan untuk penerapan metode proyek; 2) Peneliti mempersiapkan sumber belajar yang relevan;

3) Peneliti menyusun daftar pertanyaan untuk tanya jawab;

4) Peneliti menyusun lembar pengamatan pembelajaran untuk mengetahui kondisi siswa dalam proses pembelajaran;

5) Peneliti menyusun lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran; dan

6) Peneliti menyusun tes formatif untuk siswa.

b. Pelaksanaan (acting)

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan yaitu menggunakan tindakan di kelas. Pelaksanaan sesuai dengan skenario pembelajaran yang tertulis pada RPP dan tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu

(31)

13

Pengaatan yang dilakukan oleh pengamat. Guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balik”

terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.

d. Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan ketika

guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi

rancangan tindakan.

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran;

2) Evaluasi hasil observasi; dan

3) Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I pada siklus II.

Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada tahap siklus II dan seterusnya.

4. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian dalam tindakan ini dilakukan dengan

mengumpulkan data sebagai berikut: a. Pedoman/Lembar Observasi

Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati secara

(32)

14

pembelajaran perubahan benda melalui metode proyek. Lembar

observasi guru dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru

No Aspek yang Diamati Ya Tidak

PENDAHULUAN 1. Guru memberi salam

2. Salah satu siswa memipin do’a sebelum belajar 3. Guru melakukan absen

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan berbagai peralatan: Alat panah, ketapel, dan jungkat-jungkit 8. Guru memahami prinsip kerja sumber energi listrik generator 9. Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap

pembelajaran

10. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, dan lapangan

ELABORASI

11. Guru memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis

12. Guru memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut

13. Mengerjakan kegiatan

14. Menyebutkan penggerak pembangkit listrik

15. Guru memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang baik dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok

16. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok

KONFIRMASI

17. Guru mencocokkan hasil dari siswa tentang materi gaya dan gerak 18. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta

didik

19. Guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan

PENUTUP

(33)

15

21. Guru memberikan kesimpulan bahwa gaya dapat mempengaruhi gerak

22. Memberikan kesimpulan bahwa energi listrik sangat penting bagi kehidupan

23. Memberikan kesimpulan bahwa sumber energi listrik yang besar berupa generator

24. Berdo’a sebelum pulang 25. Guru memberi salam

(Sumber: Mulyasa, 2013: 124-125)

Tabel 1.2 Lembar Observasi Guru dan Siswa dengan Pendekatan Metode Proyek

No. Aspek yang dinilai Deskripsi

Guru Siswa

1. Menetapkan tujuan dan tema kegiatan pengajaran dengan metode proyek

2. Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan proyek

3. Menetapkan rancangan pengelompokkan anak untuk melaksanakan kegiatan proyek

4. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

5. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan pengajaran dengan metode proyek.

6. Guru mengajukan sejumlah problematik. Siswa tidak dapat diharapkan dengan sendirinya mampu melakukannya, tanpa insiatif guru

7. Siswa memilih topik masalah yang diinginkan.Usulan kerja proyek dapat dimulai pada saat guru mengajukan sejumlah masalah yang dapat dipecahkan siswa melalui kerja proyek

8. siswa membentuk kelompok kecil dan menentukan langkah penyelesaian.

9. Siswa menyusun program kerja. Untuk menyusun program secara reguler, guru perlu terlibat dalam pengaturan waktu, karena siswa masih terikat dengan jam sekolah.

10. Siswa mencari sumber yang diperlukan. Kelangsungan suatu proyek memerlukan fasilitas khusus sesuai dengan masalah yang dipecahkan.

11. Siswa mengadakan penyelidikan. Secara umum untuk berlangsungnya proyek diperlukan ruangan khusus tempat siswa bekerja, yang dilengkapi dengan meja yang lebar dan kursi-kursi.

12. Mengumpulkan data yang dipandang penting. Dalam penyelidikan di laboratorium tertutup maupun terbuka, semua kejadian di tulis dan data yang didapat dicatat dengan baik, kemudian diverifikasi.

13. Menyusun laporan tertulis

(34)

16 b. Tes

Tes dilakukan dengan memberikan soal mengenai materi yang telah disampaikan (lembar soal) untuk mendapatkan

informasi atau data tentang pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan metode proyek.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan dan untuk menguji hipotesis,

karena data merupakan informasi-informasi tentang obyek penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dikumpulkan dengan cara

menggunakan metode: a. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan secara langsung

terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya secara teliti (Latifah, 2016: 11). Guru melakukan 12 pengamatan pada setiap siklus kepada siswa untuk mengetahui tentang aktivitas dan

prestasi belajar terhadap materi yang diajarkan. b. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPA. Setiap siklus guru memberikan tes tertulis dalam bentuk uraian untuk mengukur pemahaman siswa

(35)

17 6. Analisis Data

Analisis data dalam rancangan PTK ini menggunakan analisis deskriptif, deskriptif yang digunakan berupa persentase sebagai

berikut:

P = Jumlah Tuntas Belajar X 100% Jumlah Siswa

(Sumber: Aqib, 2014: 41)

H. Sistematika Penulisan

Penelitian Tindakan Kelas secara umum dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dalam

sistematika sebagai berikut: 1. Bagian Awal

Cakupan bagian awal meliputi: Halaman Sampul; Halaman Judul; Lembar Berlogo IAIN; Halaman Persetujuan Pembimbing; Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian; Halaman Pengesahan Kelulusan,

Halaman Motto dan Persembahan; Kata Pengantar; Abstrak; Daftar Isi; Daftar Tabel; Daftar Gambar; dan Daftar Lampiran.

2. Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN memuat tentang: Latar Belakang; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian (Manfaat Teoritis dan

Manfaat Praktis), Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan; Definisi Operasional; Metode Penelitian (Rancangan Penelitian, Subjek

(36)

18

Instrumen Penilaian, Pengumpulan Data, dan Analisis Data) dan

Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI memuat tentang: Kajian Teori (Kajian

Teori, Kajian Materi Penelitian), dan Kajian Pustaka.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN memuat tentang: Deskripsi Pelaksanaan Siklus I (Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi); Deskripsi Pelaksanaan Siklus II; dan Deskripsi Pelaksanaan Siklus III.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN memuat tentang: Deskripsi per siklus (data hasil penelitian, refleksi), dan Pembahasan. BAB V PENUTUP memuat tentang: Kesimpulan dan Saran.

3. Bagian Akhir

(37)

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Kajian Teori

a. Belajar

1) Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang

dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memeroleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang

relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak (Susanto, 2013: 4). Slameto (1995: 2) berpendapat bahwa belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan individu, belajar akan terjadi setiap saat pada diri seseorang, dimanapun dan kapanpun proses belajar

dapat terjadi. Belajar tidak hanya terjadi di bangku sekolah, tidak hanya terjadi ketika siswa berinteraksi dengan guru, tidak hanya

terjadi ketika seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung (Sriyanti, 2013: 15).

(38)

20

ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan

perubahan. Perubahan yang diharapkan bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang

baru. Belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untu memeroleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotorik.

2) Ciri-ciri Belajar

Slameto (1995: 3-4) menyatakan bahwa ciri-ciri belajar itu

meliputi perubahan yang terjadi secara sadar; perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; perubahan dalam belajar bukan bersifat

sementara; perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

a) Perubahan yang terjadi secara sadar;

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan

telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Individu mengalaminya secara langsung dan perubahannya secara berkesinambungan, sesuai dengan tingkat kematangan individu

(39)

21

b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional;

Individu mengalami perubahan sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung

terus-menerus. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Perubahan ini terjadi secara

berkelanjutan dan tidak terputus.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif;

Individu yang mengalami dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan

untuk memeroleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Belajar itu dengan niat yang baik dan

diimbangi melalui usaha untuk memeroleh perubahan yang baik dari sebelumnya.

d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara;

Individu yang mengalami perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat

(40)

22

dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses

belajar bersifat menetap atau permanen, berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan

Individu yang mengalami perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar

terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Perubahan belajar ini dilakukan dengan arah pada

tingkah laku secara sadar dan sesuai tujuan yang dicapai. f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Individu yang mengalami perubahan diperoleh setelah memalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya akan

mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

3) Prinsip-prinsip Belajar

Sukmadinata (2004: 165-167) menyatakan bahwa prinsip belajar dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda,

dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip belajar diantaranya belajar merupakan bagian dari perkembangan; belajar berlangsung seumur hidup; keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor

(41)

23

berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru; belajar yang

direncana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi; perubahan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang

sangat kompleks; hambatan-hambatan dalam belajar; dan untuk kegiatan tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.

a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan

Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang

berbeda, tetapi hubungannya erat. Perkembangan dituntut belajar, dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih

pesat.

b) Belajar berlangsung seumur hidup

Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang

kematian, sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Perbuatan belajar dilakukan individu baik secara sadar ataupun tidak, disengaja ataupun tidak, direncanakan ataupun tidak.

c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri,

dengan berbekalan potensi yang tinggi, dan dukungan faktor lingkungan yang menguntungkan, usaha belajar dari individu yang efisien dilaksanakan pada tahap kematangan yang tepat

(42)

24

d) Belajar mencakup semua aspek kehidupan

Belajar bukan hanya berkenan dengan aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral,

religi, seni, dan keterampilan.

e) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah,

tetapi juga di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan dimana saja bisa terjadi perbuatan belajar. Belajar juga terjadi

setiap saat, tidak hanya berlangsung pada jam-jam pelajran tertentu.

f) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru

Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru, tetapi juga tetap berjalan meskipun tanpa guru. Belajar

juga berlangsung dalam kondisi formal maupun kondisi non formal.

g) Belajar yang direncana dan disengaja menuntut motivasi yang

tinggi

Kegiatan belajar diarahkan pada penguasaan, pemecahan

(43)

25

h) Perubahan belajar bervariasi dari yang paling sederhana

sampai dengan yang sangat kompleks

Perbuatan yang sederhana adalah mengenal tanda (signal

learning dari Gagne), mengenal nama, meniru perbuatan dan

lain-lain, sedangkan perbuatan yang kompleks adalah pemecahan masalah dan pelaksanaan sesuatu rencana.

i) Hambatan-hambatan dalam belajar

Proses kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya

terjadi kelambatan atau perhentian. Kelambatan atau perhentian ini terjadi karena belum adanya penyesuaian

individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, ketidakcocokan potensi yang dimiliki individu, kurangnya motivasi adanya kelelahan atau kejenuhan belajar.

j) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain

Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri. Hal-hal tertentu

perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru, hal-hal lain perlu petunjuk dari instruktur dan untuk memecahkan masalah

tertentu diperlukan bimbingan dari pembimbing.

b. Hasil Belajar

1) Hakikat Hasil Belajar

(44)

26

belajar. Belajar itu sendiri suatu proses dari seseorang yang

berusaha untuk memeroleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Tiga ranah dominan hasil belajar yaitu afektif,

kognitif dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan

keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu

pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan meliputi: Pengetahuan tentang fakta, pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan tentang

konsep, dan pengetahuan tentang prinsip. Hosnan (2014: 158) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun

peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar dari berbagai pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa baik peningkatan aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotoriknya sebagai hasil dari kegiatan belajar.

2) Macam-macam Hasil Belajar

Susanto (2013: 6-11) menyatakan bahwa macam-macam

(45)

27 a) Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep merupakan kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari, dalam

artian bahwa sebagian besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang di alami, yang siswa rasakan berupa hasil penelitian atau

observasi langsung yang siswa lakukan. b) Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan keseluruhan ketermapilan ilmiah yang terarah baik kognitif maupun psikomotorik yang

dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi), dengan kata lain keterampilan digunakan

sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep, prinsip, dan teori.

c) Sikap

Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap

(46)

28

3) Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Susanto (2013: 12-13) Faktor yang memengaruhi belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut:

a) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.

Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan

kesehatan. b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran orang tua, perhatiuan orang tua yang kurang terhadap anaknya serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua

dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh besar dalam hasil belajar peserta didik.

c. Metode Pembelajaran

1) Hakikat Metode Pembelajaran

Sutikno (2014: 33-38) menyatakan bahwa metode

(47)

29

dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta

didik dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Moeslichatoen (1999: 7) menyatakan bahwa metode

pembelajaran merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya

merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.

Boeree, George (2008: 53) menyatakan bahwa tidak ada

sesuatu yang begitu berguna bila dibandingkan dengan teori yang baik. Esensi metode pembelajaran oleh Boeree yaitu menguji

pengalaman secara seksama, tanpa prasangka teoretis; menemukan keesensialan dari setiap pengalaman tersebut; dan mengomunikasikan apa yang telah ditemukan agar bisa dilakukan

verifikasi.

Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar mengajar pada

siswa tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2) Faktor-faktor yang Memengaruhi dalam Metode

Pembelajaran

Sutikno, Sobry (2014: 36-37) memilih dan menggunakan metode tidak boleh sembarangan, karena pada setiap metode

(48)

30

yang memengaruhi dalam metode pembelajaran meliputi tujuan

yang hendak dicapai; materi pelajaran; peserta didik; situasi; fasilitas; dan guru.

a) Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan pembelajaran. Tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus

sebagai suasana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Semakin jelas operasional tujuan yang akan

dicapai, maka semakin mudah menentukan metode mencapaiannya, dan sebaliknya.

b) Materi pelajaran

Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa dipelajari dan kuasai oleh

peserta didik. c) Peserta didik

Peserta didik sebagai subyek belajar memiliki

karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga maupun harapan

terhadap masa depannya. Semua perbedaan tersebut akan berpengaruh terhadap penentuan metode pembelajaran. Perbedaan-perbedaan inilah yang wajib dikelola, diorganisir

(49)

31 d) Situasi

Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat

situasi. Pada waktu-waktu tertentu guru perlu melakukan proses pembelajaran diluar kelas atau di alam terbuka.

e) Fasilitas

Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode. Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu

pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya laboratorium untuk praktik, jelas kurang mendukung

penggunaan metode demonstrasi atau eksperimen. f) Guru

Setiap guru memiliki kepribadian, (performance style),

kebiasaan dan pengalaman membelajarkan yang berbeda-beda. Kompetensi membelajarkan biasanya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Guru yang berlatar belakang

keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode, namun sering mengalami hambatan dalam penerapannya.

d. Metode Proyek

1) Hakikat Metode Proyek

Moeslichatoen (1999: 137) menyatakan bahwa metode

(50)

32

harus dipecahkan secara berkelompok, dengan menggunakan

metode proyek, anak memperoleh pengalaman belajar dalam berbagai pekerjaan dan tanggung jawab utnuk dapat dilaksanakan

secara terpadu dalam rangka mencapai tujuan akhir bersama. Thomas (dalam Rezeki dkk, 2015: 76) mengatakan pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang

memberikan kesempatan guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Pembelajaran berbasis

proyek merupakan metode pembelajaran yang dapat membantu siswa membangun pemikirannya dan keterampilan berkomunikasi.

Willis (dalam Pujiastuti dkk, 2013: 101) menjelaskan bahwa metode proyek merupakan metode instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh peserta didik

secara perseorangan atau kelompok untuk mencari jawaban suatu masalah dengan perpanduan teori-teori dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya

ditampilkan atau dipresentasikan.

Metode proyek dalam berbagai pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa metode proyek merupakan strategi pengajaran yang melibatkan anak dalam belajar memecahkan masalah dengan melakukan kerjasama dengan anak lain, masing-masing melakukan

(51)

33

2) Tujuan Metode Proyek

Moeslichatoen (1999: 144-145) tujuan metode proyek yaitu: a) Kegiatan yang bersumber dari pengalaman anak sehari-hari

dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun diluar sekolah. Kegiatan belajar bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun berada;

b) Kegiatan yang sedemikian kompleks yang menuntut bermacam penanganan yang tidak mungkin dilakukan anak secara

perseorangan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Kegiatan belajar tidak harus dengan guru tetapi juga bisa

dilakukan secara individu;

c) Kegiatan untuk membantu mengembangkan kemampuan berpikir dan menalar, kemampuan bekerja sama dengan anak

lain dan memperluas wawasan anak. Kegiatan belajar dilakukan agar siswa dapat melatih dan menambah kemampuan dalam berfikir;

d) Kegiatan yang cukup menantang bagi anak dalam pengembangan kesehatan fisik dan kesejahteraan. Kegiatan

dengan metode proyek sebagai tantangan tersendiri dalam mengembangkan mental serta fisik siswa; dan

e) Kegiatan itu dapat memberikan kepuasan masing-masing anak.

(52)

34

3) Manfaat Metode Proyek

Moeslichatoen (1999: 142-143) manfaat metode proyek meliputi:

a) Metode proyek melatih siswa untuk menjadi pribadi yang percaya diri. Siswa dilatih agar selalu percaya diri dalam melaksanakan kegiatan;

b) Metode proyek memberi pemahaman secara utuh tentang bagaimana cara memecahkan masalah dengan kelompoknya.

Siswa dapat menemukan solusi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan; dan

c) Metode proyek memberi kesempatan siswa untuk mengeksplorasi kemampuan, minat serta kebutuhan siswa. Siswa dituntut agar mancari dan menggali pengetahuan yang

dimiliki pada diri siswa.

4) Kelebihan dan Kekurangan

Moeslichatoen (1999: 141-142) kelebihan dan kekurangan

dalam metode proyek meliputi: a) Kelebihan

(1) Metode proyek meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk

(53)

35

(2) Metode proyek meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah;

(3) Metode proyek membuat siswa lebih aktif dan berhasil

memecahkan problem-problem yang kompleks; dan (4) Metode proyek mendorong kemampuan siswa untuk

mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan

komunikasi. b) Kekurangan

(1) Metode proyek memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah;

(2) Metode proyek membutuhkan biaya yang cukup banyak; (3) Metode proyek membutuhkan banyaknya peralatan yang

harus disediakan; dan

(4) Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

5) Langkah-langkah Metode Proyek

Moeslichatoen (1999: 146) menyatakan bahwa selain itu guru juga dapat mempersiapkan rancangan menggunakan metode proyek

yaitu sebagai berikut:

a) Guru menetapkan tujuan dan tema kegiatan pengajaran dengan metode proyek;

(54)

36

c) Guru menetapkan rancangan pengelompokan anak untuk

melaksanakan kegiatan proyek;

d) Guru menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai; dan

e) Guru menetapkan rancangan penilaian kegiatan pengajaran dengan metode proyek.

Wena (dalam Pujiastuti dkk, 2013: 101-102) menyatakan bahwa langkah-langkah metode proyek sebagai berikut:

a) Guru mengajukan sejumlah problematik. Siswa tidak dapat diharapkan dengan sendirinya mampu melakukannya, tanpa

insiatif guru;

b) Siswa memilih topik masalah yang diinginkan. Usulan kerja proyek dapat dimulai pada saat guru mengajukan sejumlah

masalah yang dapat dipecahkan siswa melalui kerja proyek; c) Guru membentuk kelompok kecil dan menentukan langkah

penyelesaian;

d) Guru menyusun program kerja. Untuk menyusun program secara reguler, guru perlu terlibat dalam pengaturan waktu,

karena siswa masih terikat dengan jam sekolah;

e) Guru mencari sumber yang diperlukan kelangsungan suatu proyek memerlukan fasilitas khusus sesuai dengan masalah

(55)

37

f) Guru mengadakan penyelidikan Secara umum untuk

berlangsungnya proyek diperlukan ruangan khusus tempat siswa bekerja, yang dilengkapi dengan meja yang lebar dan

kursi-kursi;

g) Siswa mengumpulkan data yang dipandang penting. Penyelidikan di laboratorium tertutup maupun terbuka, semua

kejadian di tulis dan data yang didapat dicatat dengan baik, kemudian diverifikasi; dan

h) Menyusun laporan tertulis.

Penilaian metode proyek diharapkan: siswa dapat

memecahkan masalah yang dihadapi sesuai dengan bagian pekerjaan yang harus diselesaikan masing-masing; siswa menyelesaikan tanggung jawabnya secara tuntas; siswa dapat

menyelesaikan bagian pekerjaan bersama anak lain; dan siswa menyelesaikan bagian pekerjaannya secara kreatif.

2. Kajian Materi Penelitian

a. Energi dan Perubahannya (Gaya dan Gerak)

Tim Bina IPA (2008: 88-93) menyatakan bahwa gaya

merupakan tarikan atau dorongan yang mempengaruhi keadaan suatu benda. Gerak merupakan perpindahan tempat atau kedudukan suatu benda. Pegas merupakan per atau benda yang memiliki sifat

(56)

38

Gambar 2.1. Peta Konsep Gaya dan Gerak (Sumber: Tim Bina IPA, 2008: 88)

1) Hubungan antara Gaya dan Gerak

Jungkat-jungkit merupakan pengungkit dengan penumpu dibagian tengah. Gerak jungkat-jungkit adalah naik-turun di kedua sisinya. Seorang anak melakukan tolakan terhadap tanah

agar dapat naik. Dorongan menunjukkan terhadap tanah. Anak yang lain dapat turun karena adanya tarikan. Tarikan itu terjadi

akibat gaya gravitasi terhadap anak itu. Perahu motor menarik pemain ski air dengan seutas tali. Gaya tarik perahu motor menyebabkan pemain ski bergerak. Kegiatan ini terjadi

tarikan. Seorang ibu mendorong kereta bayi. Gaya otot tangan sang ibu bekerja pada kereta bayi. Gaya ini menyebabkan

kereta bergerak dan terjadi dorongan.

Gerak adalah perubahan posisi, benda dikatakan

bergerak bila posisinya berubah dari posisi awal. Penyebab benda bergerak adalah gaya. Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat mempengaruhi keadaan benda. Benda

Gaya dan Gerak

Hubungan antara Gaya dan Gerak

Menyelediki Hubungan Gaya dan Gerak melalui

Model

(57)

39

yang dikenai gaya dapat bergerak dan berhenti bergerak,

berubah bentuk, atau berubah arah geraknya.

2) Hubungan Gaya dan Gerak melalui Model

Model merupakan rancangan atau tiruan suatu benda. Hubungan gaya dan gerak melalui model ketapel dan model neraca dapat dijelaskan melalui karekateristik di bawah ini:

a) Gerak sebuah benda dipengaruhi oleh gaya;

b) Gaya yang dikenakan pada sebuah benda diam

menyebabkan benda dapat bergerak;

c) Gaya yang dikenakan pada sebuah benda yang bergerak

menyebabkan benda semakin cepat bergerak, benda semakin lambat bergerak, benda bergerak dengan arah yang berubah, dan benda berhenti bergerak.

Hubungan antara gaya dan gerak mari membuat model-model seperti berikut:

a) Model Ketapel

Model dalam membuat ketapel sangatlah mudah dan bahan yang digunakan cukup sederhana, ketika kamu

menarik ketapel maka karet ketapel akan elastis, karet ketapel yang merenggang akan menghasilkan gaya pegas pada ketapel, ketika karet dan batu yang terdapat pada

(58)

40

Gambar 2.2 Model Ketapel (Sumber: Tim Bina IPA, 2008: 90)

Alat dan bahan untuk membuat model ketepel berupa: gelang, kalep (bekas sepatu kulit), ranting kayu

berbentuk huruf Y, gunting, dan pisau. Ketapel dapat dibuat dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai

berikut: kupas kulit luar ranting kayu berbentuk Y dengan menggunakan pisau; bentuklah kalep dari bekas kulit sepatu dengan menggunakan pisau dan gunting; potong

salah satu karet gelang menjadi empat bagian sama panjang, dengan menggunakan potongan karet gelang

tersebut, ikat karet gelang lainnya pada kalep; ikatlah masing-masing ujung karet gelang pada ranting kayu; cobalah gunakan ketapel buatanmu itu dengan menjepit

sebuah kerikil pada kalep. Pegang erat-erat tangkai ketapel lalu tariklah kalep kebelakang. Arahkan tangkai ketapel

(59)

41 b) Model Neraca Pegas

Model membuat neraca pegas cukup mudah dan bahanya juga mudah didapat, dengan memanfaatkan

bahan yang sudah tidak terpakai yang ada dilingkungan sekitar.

Gambar 2.3 Model Neraca Pegas (Sumber: Tim Bina IPA, 2008: 91)

Alat dan Bahan yang digunakan untuk membuat

neraca berupa: kawat, papan, paku kecil dan sedang, karet dari sandal jepit, karet gelang, palu, spidol, penggaris, dan lem. Cara kerja membuat neraca pegas: rancang neraca

pegas secara sederhana dengan mengikuti seperti pada gambar; dan setelah model neraca pegas selesai dibuat,

gantunglah dua buah benda yang bobotnya berbeda (berat dan ringan) secara bergantian.

Sapriati, dkk (2008: 844-851) mengemukakan bahwa Gaya

merupakan konsep yang abstrak, karena tidak dapat diamati, dan kita hanya dapat mengamati akibat yang ditimbulkan oleh gaya.

(60)

42

sebagai tarikan atau dorongan, dalam pengertian ilmiah gaya

adalah suatu yang dapat menyebabkan suatu benda/yang dikenainya berubah, seperti halnya:

1) Berubah bentuknya, misalnya plastisin dapat diubah bentuknya dengan menekan atau menariknya dengan tangan.

2) Berubah kecepatannya, misalnya mobil dari berhenti menjadi

bergerak atau dari bergerak lambat menjadi bergerak cepat, dari bergerak menjadi berhenti.

3) Berubah arah geraknya, misalnya bola yang menggelinding dapat ditendang sehingga menuju arah yang diinginkan.

b. Energi Listrik

Energi listrik merupakan salah satu energi yang serba guna. Banyak peralatan rumah tangga atau mesin-mesin yang

memanfaatkan energi listrik. Energi listrik banyak digunakan karena mudah diubah menjadi bentuk energi lain.

Isolator merupakan bahan yang tidak dapat menghantarkan

arus listrik. Konduktor merupakan bahan yang dapat menghantarkan arus listrik. Listrik merupakan daya atau kekuatan yang ditimbulkan

oleh adanya pergesekan atau melalui proses kimia, dapat digunakan untuk menghasilkan panas atau cahaya, dan bisa digunakan untuk menjalankan mesin. Listrik statis merupakan pengaruh yang

(61)

43

merupakan penghubung dan pemutus aliran listrik (untuk

menghidupkan atau mematikan lampu). Alat ukur tegangan listrik disebut Voltmeter, alat ukur arus listrik disebut amperemeter, dan

alat ukur hambatan listrik disebut ohmmeter. Energi listrik dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Peta Konsep Energi Listrik (Sumber: Tim Bina IPA, 2008: 98)

1) Gejala dan Sumber Energi Listrik

Haryanto (2006: 138-140) menyatakan bahwa gejala listrik sebagai berikut:

a) Gejala-gejala kelistrikan merupakan tanda-tanda adanya

listrik. Tuhan telah menunjukkan adanya gejala listrik di alam melalui peristiwa kilat dan petir. Orang belum

banyak menyadari kalau kilat dan petir merupakan tanda-tanda adanya listrik. Kisah ditemukannya adanya gejala

listrik diamati oleh Thales Miletus dari Yunani, sekitar tahun 585 Sebelum Masehi. Thales menemukan

Gejala dan Sumber Energi Listrik

Perpindahan Energi Listrik

Perubahan Energi Listrik

Gejala Kelistrikan dan Sumber Energi Listrik

(62)

44

sepotong ember yang digosok dengan cara tertentu dapat

menarik potongan jerami. Pada tahun 1600, William Gilbert dari Inggris menemukan bahwa ada banyak

benda yang apabila digosok dengan car tententu menjadikan benda tersebut bermuatan listrik sehingga dapat menarik benda lain. Istilah listrik berasal dari

William Gilbert yang kemudian dikenal sebagai Bapak Listrik. Model gejala kelistrikan melalui sisir

rambut/penggaris yang di gosokkan ke rambut kepala dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Model Gejala Kelistrikan (Sumber: Tim Bina IPA, 2008: 99)

Alat dan Bahan berupa: sisir palstik atau penggaris dan potongan kertas kecil. Energi kelistrikan dapat dilakukan

melalui langkah-langkah sebagai berikut: menggosok-gosokan sisir palstik/penggaris pada rambutmu, rambut harus kering

Gambar

Gambar Skema Siklus Penelitian (Sumber: Arikunto, 2014: 16).
Tabel 1.2 Lembar Observasi Guru dan Siswa
Gambar 2.1. Peta Konsep Gaya dan Gerak
Gambar 2.2 Model Ketapel (Sumber: Tim Bina IPA, 2008: 90)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3.11 Persentase Jawaban Persepsi Mahasiswa Terhadap Kualitas Produk Smartphone Android pada Dimensi Kualitas. Kualitas yang Dirasakan (Perceived

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Debt Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TATO), Current Ratio (CR) dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Return On Equity

Nama Obyek : Nama objek dari Skripsi Studio Desain Komunikasi Visual ini adalah “Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Sosialisasi Air Terjun Blemantung di Pujungan” yang

Terjadi perbaikan yang optimal dalam kemampuan bahasa dalam mengenal huruf dan penelitian berhasil Dilakukan upaya perbaikan dengan PTK Siklus 1 Permainan tebak huruf..

penerapan media flip chart terhadap prestasi belajar mata pelajaran Al- Qur’an. di SMP

Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan bulanan PT BPRS Harta Insan Karimah Ciledug bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Desember

▸ Long sentences are also problematic in writing because, even if they are punctuated properly, they can be hard to read since readers often want a pause, and writers need to be

Tubuh dalam keadaan lapar, dan tidak ada asupan makanan, kadar glukosa dalam darah akan menurun, glukosa diperoleh dengan memecah glikogen menjadi glukosa yang