• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) DAN PERANNYA DALAM MEMBENTUK KARAKTER MAHASISWA IAIN SALATIGA (STUDI KASUS DI JQH AL-FURQAN IAIN SALATIGA) TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) DAN PERANNYA DALAM MEMBENTUK KARAKTER MAHASISWA IAIN SALATIGA (STUDI KASUS DI JQH AL-FURQAN IAIN SALATIGA) TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS DI JQH AL-FURQAN IAIN

SALATIGA) TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

TRI HARTONO

NIM. 111-12-111

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)

UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) DAN

PERANNYA DALAM MEMBENTUK KARAKTER

MAHASISWA IAIN SALATIGA

(STUDI KASUS DI JQH AL-FURQAN IAIN

SALATIGA) TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

TRI HARTONO

NIM. 111-12-111

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

“MAN JADDA WAJADA”

(Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan

mendapatkannya).

TAK A

DA HASIL YANG MENGKHIANATI USAHA”

ِّ بَر

ِّ

ِّ لِزْنَأ

ِّْيِن

ِّ

ِّ ٗلَزْنُم

ِّ

ِّٗكَراَبُّم

اِّ

َِّتْنَأَو

ِّ

ِّ يَخ

ُِّر

ِّٱ

ِّ ل

ِّْيِلِزْنُم

َِّن

ِّ

Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan

Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat."

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku tercinta, Bp. Tumiran dan Ibu Nur Ngadhimah serta brotherku Mas Saris, Mas Santo dan Dek Ilham yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Dosen Pembimbing Skripsiku, Bp. Imam Mas arum, M. Pd., yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.

3. Keluarga Besar JQH AL-FURQAN IAIN Salatiga yang telah memberikan dukungannya, ijinnya, motivasi, doa dan segala bantuannya baik material maupun nonmaterial sehingga proses skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar untuk penempuhan gelar sarjana ini.

4. Keluarga besar SD Gunungtumpeng 01 dan KKG PAI SD Kec. Suruh Yang telah memberikan dukungannya, motivasi dan doannya sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.

5. Keluarga besar PAI C IAIN Salatiga, PMII KOMSAT Salatiga, IPNU dan IPPNU Kec.Suruh, Keluarga Besar Makibao Futsal Club, Muhaimin, Adit, Didik, Dona, Nawir, Adri, Andre, Dita, Senthe, Wawan, Dedi, Nyoz, Apit, Fahrurozi, Arafat, Black, Habib, Tarom, Randika, Shokib, Sigit, Ula, Soma, Fai, Anang, Haryo, Kipli, Rifki, Rozi, Dian, Om Mpe yang selalu menghibur dan memberikan doa serta motivasinya dalam menempuh gelar sarjana ini.

(9)

7. Keluarga Besar Persaudaraan Setia Hati terate (PSHT) yang selalu memberikan doa dan dukungannya dalam penempuhan gelar ini.

8. Tim KKN IAIN Salatiga 2016 Posko 58: mb eni, mb ratih, mb halimah, m elli, mb artanti, mas pay, mas taufik yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan doanya dalam penempuhan gelar sarjana ini.

(10)

KATA PENGANTAR

ْ سِب

ِْم يِحَّرلاِْنَ حَّْرلاِْللهاِْم

Alhamdulillahirobbil„alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan, petunjuk, dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Perannya dalam Membentuk Karakter Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi Kasus di JQH Al-Furqan IAIN Salatiga) Tahun 2016”. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangandan jauh dari kesempurnaan di dalamnya. Selain itu, penulisjuga banyak memperoleh bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Peni Susapti, S. Si., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Kedua orang tuaku, kakak-kakakku, dan adik-adikku yang telah memberikan doa, motivasi, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membuka cakrawala keilmuan di bidang pendidikan kepada penulis.

8. Staf Perpustakaan IAIN Salatigamemberikan ruang ilmu akademik sebagai sumber pengetahuan penulis.

(11)
(12)

ABSTRAK

Hartono, Tri. 2017. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Perannya Dalam Membentuk Karakter Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi Kasus di JQH Al-Furqan IAIN Salatiga) Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd.

Kata kunci: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) JQH, Pembentukan Karakter. Dalam lingkungan Institut untuk mencapai tujuan pendidikan peran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sangat dibutuhkan terutama dalam pengembangan bakat, minat dan pembentukan karakter mahasiswa. Seperti halnya UKM JQH Al-Furqan IAIN Salatiga yang mengembangkan itu semua melalui seni Al-Qur’an. Dengan demikan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter anggota JQH Al-Furqan dan peran UKM JQH Al-Furqan dalam membentuk karakter mahasiswa IAIN Salatiga.

Tujuan penelitian dalam skripsi ini ada dua hal, yaitu: (1) Mengetahui karakter anggota UKM JQH AL-FURQAN IAIN Salatiga tahun 2016, (2) M engetahui peran UKM JQH AL-FURQAN IAIN Salatiga dalam membentuk karakter mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) karakter anggota JQH Al-Furqan IAIN Salatiga antara lain: religius, toleransi, disiplin, kreatif, pantang menyerah, jujur, peduli sesama, rasa ingin tahu, bersahabat, dan kerja keras, (2) peran JQH Al-Furqan dalam pembentukan karakter mahasiswa IAIN Salatiga yaitu melalui berbagai program kerja antara lain: Penerimaan Anggota Baru (PAB), Sarasehan

Anggota dan Pengurus, Sima’an Al-Qur’an, Latihan Mingguan Rebana, Latihan

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN. ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian... 8

(14)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembentukan Karakter ... 17

1. Pengertian Karakter ... 18

2. Pengertian Pembentukan Karakter ... 19

3. Ciri-ciri karakter manusia berkualitas ... 23

4. Nilai-nilai Pembangun Karakter ... 24

B. Peran JQH Al-Furqan dalam Pembentukan Karakter ... 44

1. Gambaran Umum JQH Al-Furqan ... 44

2. Integrasi Nilai-Nilai Karakter di Lingkungan Kampus ... 44

3. Peran UKM JQH dalam Pembentukan Karakter ... 46

C. Penelitian yang Relevan ………….………..47

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Lokasi Penelitian ... 52

1. Gambaran Umum IAIN Salatiga ………... 52

a. Sejarah Singkat IAIN Salatiga ... 52

b. Visi, Misi danTujuan ... 53

c. Misi Dakwah ... 55

d. Fakultas dan Jurusan ... 56

e. Daftar Organisasi Kemahasiswaan ... 65

2. Gambaran Umum JQH al-Furqan IAIN Salatiga ... 66

a. Sejarah Singkat JQH Al-Furqan IAIN Salatiga ... 66

b. Visi dan Misi ... 68

c. Tujuan dan Fungsi ... 68

d. Dasar Pemikiran ………...…. 69

(15)

B. Temuan Penelitian ………... 72

1. Karakter Anggota JQH Al-Furqan IAIN Salatiga tahun 2016 ……. 72 2. Peran UKM JQH Al-Furqan IAIN Salatiga dalam membentuk karakter mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016...75

BAB IV PEMBAHASAN A. Karakter Anggota UKM JQH Al-Furqan IAIN Salatiga tahun 2016 ....….81

1. Karakter Religius ... 81

2. Karakter Toleransi ... 82

3. Karakter Disiplin ... 83

4. Karakter Kreatif ... 84

5. Karakter Pantang Menyerah ... 85

6. Karakter Jujur ... 86

7. Karakter Peduli Sesama ... 87

8. Karakter Rasa Ingin Tahu ... 89

9. Karakter Bersahabat ... 89

10.Karakter Kerja Keras ... 90

B. Peran JQH Al-Furqan Dalam Memebentuk Karakter Mahasiswa IAIN Salatiga ... 92

1. PAB berperan membentuk karakter disiplin dan peduli sesama ... 92

2. Sarasehan Anggotadan Pengurus berperan membentuk karakter bersahabat dan toleransi ... 93

3. Sima’an Al-Qur’an berperan membentuk karakter religious ... 94

4. Latihan Mingguan Rebana berperan membentuk karakter kerja keras dan disiplin ... 95

(16)

7. Kajian Tafsir Mingguan berperan membentuk karakter religius

dan rasa ingin tahu ... 99

8. Program Tahfidzul Qur’an berperan membentuk karakter religius, disiplin dan jujur ... 100

9. Rapat Mingguan Pengurus berperan membentuk karakter disiplin , toleransi dan peduli sesame ... 101

10.Workshop Tahfidz Nasional berperan membentuk karakter rasa ingin tahu dan kerja keras ... 103

11.Gebyar Seni Qur’ani tingkat Jateng berperan membentuk karakter kreatif, disiplin dan kerja keras ... 105

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(17)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Contact Person Pengurus JQH

2 SK Pengurus JQH Al-Furqan tahun 2016 3. Daftar Nilai SKK

4. Riwayat Hidup Penulis 5. Nota Pembimbing Skripsi

6. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 7. Lembar Konsultasi

8. Pedoman Wawancara 9. Verbatim Wawancara 10.Foto-Foto

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa memiliki karakter yang beragam. Terdapat mahasiswa yang akademis, ada pula mahasiswa yang aktivis, namun juga tidak jarang terdapat mahasiswa yang seimbang dalam bidang keduanya yaitu aktivis-akademis. Segalanya memiliki sisi kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, meski begitu mahasiswa yang sosialisasinya lebih banyak akan memiliki bekal kuat dalam dunia kerjanya.

Seringkali, masih ditemui mahasiswa yang menggunakan waktunya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Dari situlah, pendidikan moral diperlukan, sebab karakter baik akan terbentuk melalui kebiasaan, praktek, dan keterampilan yang terorganisasi (Durkheim, 1990:1).

(19)

Pendidikan life skill mencakup pengembangan diri dengan prinsip

learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together

yang mampu diterapkan tidak hanya saat di lingkungan kampus, namun juga ketika sudah beranjak dari kampus atau ketika sudah hidup bermasyarakat (Asmani, 2009:31). Bekal ini, nantinya akan lebih dibutuhkan dalam bermasyarakat dibanding hanya kelebihan akademis seorang mahasiswa.

Pegembangan diri seorang mahasiswa itu bisa didapatkan melalui pertemuan dalam kuliah, sosialisasi dengan teman sebaya serta dapat juga melalui organisasi yang berada didalam kampus maupun diluar kampus. Organisasi yang berada dalam kampus IAIN Salatiga diantaranya adalah ITTAQO, LDK, SSC, TEATER GETAR, SMC, LPM DINAMIKA, CEC, RACANA, MENWA, DAN JQH. Masing-masing organisasi atau sering disebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tersebut memiliki visi misi dan tujuan yang berbeda sesuai dengan fokus potensi yang ingin dikembangkan di UKM tersebut. Sebagai contoh UKM SMC ini lebih fokus pada pengembangan seni suara, ada juga UKM SSC ini lebih fokus pada pengembangan potensi mahasiswa di bidang olahraga.

(20)

Walhuffadz (JQH) Al-Furqan IAIN Salatiga. Organisasi ini tergolong unik dengan berbagai devisi, program kerja dan visi misinya.

Jami’iyatul Qurra’ Walhuffadz (JQH) Al-Furqan IAIN Salatiga adalah lembaga khusus dari IAIN Salatiga yang bergerak di bidang ilmu dan seni baca tulis Al-Qur’an. Organisasi ini berdiri pada tanggal 1 juni 2007 yang dirintis oleh Kamaludin, Ahmad Samingan, S.Pd.I., beserta teman-temannya. Visi dari JQH Al-Furqan adalah menjadi unit kegiatan intra kampus yang menjunjung tinggi nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan mengabdi kepada almamater dan masyarakat didasarkan atas keterpanggilan dan keikhlasan hati. Sedangkan misinya adalah mengadakan pembelajaran ekstrakulikuler tentang Al-Qur’an, membangun dan berusaha mengembangkan skill anggota JQH Al-Furqan dalam ilmu dan seni baca tulis Al-Qur’an, dan misi yang terakhir membumikan Al-Qur’an dalam bacaan, hafalan dan pemahaman yang baik dan benar.

(21)

Selain itu hal yang menarik dari JQH adalah salah satu UKM yang banyak diminati mahasiswa. Hal itu terbukti dalam penerimaan anggota baru (PAB) yang melebihi perkiraan dari panitia. Tahun 2016 yang ikut PAB mencapai 180 mahasiswa yang terdiri dari berbagai jurusan yang berbeda. Setiap mahasiswa yang bergabung dengan JQH pasti memiliki alasan masing-masing. Namun yang pasti di JQH menawarkan kegiatan yang bernafaskan islami dan Al-Qur’an. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain latihan kaligrafi, latihan tilawatil qur’an, kajian tafsir, latihan rebana dan belajar bersama dalam bidang tahfizul qur’an yang semua itu adalah agenda mingguan. Dari situlah bisa terlihat bahwa pengurus dan anggota JQH terlihat akrab dan terjalin kerukunan yang baik dikarenakan intensitas pertemuan yang sering dilakukan. Sehingga secara otomatis rasa kekeluargaan yang muncul menjadikan ilmu dan pengalaman tersendiri bagi proses pengembangan bakat minat serta pembentukan karakter yang dialami anggota dan pengurus JQH Al-Furqan IAIN Salatiga.

(22)

Dari permasalahan yang ada, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai peranan UKM secara khusus bagi mahasiswa. Di sini, aplikasinya akan dituangkan melalui judul penelitian, “Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Perannya dalam Membentuk Karakter Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi Kasus di JQH Al-Furqan IAIN Salatiga) tahun 2016.”

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, penulis mengangkat pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana karakter anggota UKM JQH AL-FURQAN IAIN Salatiga tahun 2016?

(23)

C. Tujuan Penelitian

Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui karakter anggota UKM JQH AL-FURQAN IAIN Salatiga tahun 2016.

2. Untuk mengetahui peran UKM JQH AL-FURQAN IAIN Salatiga dalam membentuk karakter mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan agar memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis :

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan menjadi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pengembangan karakter mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

2. Secara Praktis

a. Dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa dalam membentuk karakter melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

(24)

c. Dapat menjadi evaluasi pengurus dan anggota JQH AL–FURQAN IAIN Salatiga untuk mengetahui perannya dalam proses pembentukan karakter mahasiswa.

E. Penegasan Istilah

Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul yang penulis bahas, maka terlebih dahulu akan dijelaskan istilah-istilah yang ada dalam pembatasan yang nyata. Adapun pembahasan dan penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:1247) unit memiliki pengertian bagian terkecil dari sesuatu yang dapat berdiri sendiri.

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi (Depdiknas, 2007:696). Sedangkan kegiatan adalah aktivitas, usaha dan pekerjaan (Depdiknas, 2007:362).

(25)

2. Peran

Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa (Depdiknas, 2007:854).

3. Pembentukan Karakter

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara (Damayanti, 2014:11).

Sedangkan pembentukan karakter adalah proses yang terjadi pada seseorang baik dalam sikap, sifat dan wataknya yang berlangsung secara terus-menerus sepanjang hidupnya (Naim, 2012:57).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2008:26). Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu JQH Al-Furqan IAIN Salatiga untuk mengamati fenomena yang berhubungan dengan UKM tersebut serta perannya terhadap pembentukan karakter mahasiswa.

(26)

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Menurut Santana (2010:46) tujuan penelitian kualitatif ialah memahami apa yang dipelajari dari prespektif kejadian itu sendiri, dari sudut pandang kejadiannya itu sendiri.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berlaku sebagai instrumen utama tanpa mewakilkan kehadirannya pada orang lain. Selain itu peniliti juga berperan aktif selama proses penelitian berlangsung. Kehadiran peneliti bertujuan untuk melakukan pengamatan dan wawancara mendalam guna mendapatkan data akurat dari informan yang diperlukan peneliti untuk melengkapi data penelitian.

3. Lokasi

(27)

4. Sumber Data

Ada dua sumber yang digunakan peneliti yaitu :

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari pengurus dan anggota JQH Al Furqan.

b. Data Sekunder

(28)

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitia n (Asmani, 2011:23). Menurut Suwartono (2014:41) metode ini sangat sesuai untuk mengkaji proses dan perilaku. Menggunakan metode ini berarti menggunakan mata dan telinga sebagai jendela untuk merekam data. Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kondisi JQH Al-Furqan.

b. Wawancara

(29)

Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya adalah pengurus, anggota, alumni JQH Al-Furqan IAIN Salatiga.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian berupa foto terkait kegiatan di JQH Al-Furqan.

6. Analisis Data

Menurut Moleong (2008:280) analisis data adalah proses mengorganisasaikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

(30)

7. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan:

a. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

(31)

8. Tahap-Tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan UKM JQH Al-Furqan.

c. Tahap Analisis Data

Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono (2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

(32)

2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya secara naratif.

3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada. d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

(33)

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Membahas secara tuntas judul yang ada sesuai dengan teori yang mendukungnya. Yaitu pengertian Pembentukan Karakter dan Peran UKM JQH Al-Furqan dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa IAIN Salatiga.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berisi Gambaran Umum IAIN Salatiga, gambaran JQH Al-Furqan, karakter anggota UKM JQH Al-Furqan, pengembangan potensi yang terdapat di UKM JQH Al-Furqan, dan peran UKM JQH Al-Furqan dalam membentuk karakter mahasiswa IAIN Salatiga.

BAB IV: PEMBAHASAN

Meliputi karakter anggota UKM JQH Al-Furqan, pengembangan potensi yang terdapat di UKM JQH Al-Furqan, dan peran UKM JQH Al-Furqan dalam membentuk karakter mahasiswa IAIN Salatiga.

BAB V: PENUTUP

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PEMBENTUKAN KARAKTER

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan kondisi yang sempurna, karena Sang Maha Pencipta telah memberikan bekal manusia berupa akal untuk berfikir dan hati yang berfungsi menuntun akal manusia dalam prasangka yang sejujurnya. Sehingga dengan bekal tersebut manusia mampu melakukan hal-hal yang terbaik untuk dirinya, orang lain dan alam sekitar. Allah menciptakan manusia bukan tanpa tujuan akan tetapi untuk menjadi pemimpin. Pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin untuk dirinya sendiri, keluarganya dan pemimpin di bumi ini. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi :

ُدِسْفُي ْهَم اَهيِف ُمَعْجَتَأ اىُناَق ۖ ًةَفيِهَخ ِضْرَ ْلْا يِف ٌمِعاَج يِّوِإ ِةَكِئ َلََمْهِن َلُّبَر َلاَق ْذِإَو

َنىُمَهْعَت َلَ اَم ُمَهْعَأ يِّوِإ َلاَق ۖ َلَن ُسِّدَقُوَو َكِدْمَحِب ُحِّبَسُو ُهْحَوَو َءاَمِّدنا ُلِفْسَيَو اَهيِف

(35)

Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Setiap manusia adalah pemimpin dan memiliki karakter kepemimpinan. Akan tetapi dibutuhkan proses untuk menjadi pemimpin yang berkarakter. Maka setiap proses yang dialami dalam kehidupan seseorang akan berpengaruh besar terhadap karakter yang terbentuk dari masing-masing individu. Menurut Lickona (2012:8) Muatan karakter yang baik adalah kebajikan. Kebajikan yang dimaksud seperti: kejujuran, keadilan, keberanian, belas kasih adalah watak untuk berkelakuan yang baik secara moral.

(36)

(desiring the good), dan berbuat kebaikan (doing the good). Dari pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwasanya karakter merupakan segala sesuatu yang berkaitan dan melekat pada diri individu yang dilihat dari berbagai sudut pandang seperti halnya sikap dan perilaku individu tersebut. Sehingga setiap manusia akan memiliki karakter yang beragam dan dari karakter tersebut manusia akan mudah diingat dan dikenang oleh orang lain. Misalnya sosok sang proklamator Bung Karno, beliau dikenal memiliki karakter yang pemberani dan pantang menyerah. Sehingga dari jasa beliaulah bangsa ini bisa terlepas dari masa penjajahan dan merdeka. Hal itu akan selalu dikenang oleh seluruh rakyat bangsa Indonesia serta sifat pemberani dan pantang menyerah dalam menghadapi penjajah menjadi teladan bagi rakyat indonesia.

Dari kisah tersebut dapat kita ketahui bahwasanya karakter seseorang sangat berpengaruh baik bagi kehidupanya sendiri, orang lain serta kemajuan bangsa dan negara. Karena menurut Prayitno dan Belferik (2011:37) persoalan karakter bangsa adalah persoalan pendidikan seumur hidup. Pembangunan karakter bangsa memerlukan keteladanan dan sentuhan sejak sedini mungkin sampai dewasa. Lalu rumusan kriteria karakter juga sangat beragam, tetapi secara substansi sebenarnya berada dalam muara yang sama, yaitu nilai-nilai kebajikan. Jadi, Pembentukan

Karakter adalah proses individu dalam kehidupan sehari-hari untuk

(37)

Pembetukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Zukhdi, 2011:29).

Itulah salah satu tujuan pendidikan nasional yang begitu mengharapkan peserta didiknya menjadi seorang peserta didik yang berkarakter. Namun adakalanya penggunaan kata karakter ini sering disamakan dengan kata kepribadian. Padahal jika kita telaah, karakter merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit, maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian. Namun perbedaanya tidak secara diametral. Kepribadian dibebaskan dari nilai, sementara karakter lekat dengan nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian maupun karakter berwujud tingkah laku manusia yang ditunjukkan ke lingkungan sosial. Karakter dan kepribadian relatif permanen, serta menuntun, mengarahkan, dan mengorganisasikan aktivitas individu (Naim, 2012:55).

(38)

bagaimana keagungan akhlak beliau karena segala pernik hidup beliau, termasuk juga karakter, merupakan gambaran dari Al-Quran. Sementara Al-Qur‟an sendiri adalah kitab suci yang menjadi pedoman dan petunjuk hidup seorang Muslim (Naim, 2012:56).

Begitu pantasnya Allah memberikan kedudukan yang mulia bagi Nabi Muhammad SAW. sebagai utusan Allah yang memberikan perubahan sangat besar terhadap peradaban di bumi. Padahal jika kita tengok sejarah beliau yang banyak dikisahkan di buku-buku bahwasanya beliau terlahir bukan dari golongan bangsawan. Beliau terlahir dari golongan rakyat biasa dan lingkungan keluarga yang multikultural. Sejak dikandungan telah ditinggal wafat ayahandanya, setelah lahir selang beberapa tahun ditinggal wafat ibundanya. Cobaan begitu berat bagi seorang bayi yang belum tau apa-apa. Tidak hanya itu beliau juga terlahir dalam kondisi yang masyarakatnya jahiliyah. Meski begitu beliau tumbuh dan berkembang tidak menjadi jahiliyah. Atas seijin Allah beliau tumbuh dan berkembang, menjadi anak sholeh, jujur, pekerja keras, gigih dan amanah. Bahkan sifat tersebut terbawa hingga beliau dewasa. Karakter tersebut beliau jaga dan selalu diamalkan dalam segala kondisi dan dimanapun beliau berada. Sehingga karakter beliau menjadi contoh bagi orang-orang jahiliyah yang dulu membenci beliau dan sekarang menjadi pengikutnya.

(39)

meninggal dunia. Pembentukan karakter itu sendiri adalah suatu proses yang dialami oleh semua manusia sejak ia lahir hingga meninggal dunia yang berupa perubahan sikap, sifat, watak yang dihasilkan oleh proses kehidupan yang dialami seseorang melalui berbagai tahapan kehidupan. Ada banyak pendapat yang berkaitan tentang proses pembentukan karakter ini. Namun, secara sederhana terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama, pada usia dini disebut tahap pembentukan karakter. Kedua, pada usia remaja disebut tahap pengembangan. Ketiga, pada usia dewasa disebut tahap pemantapan. Keempat, pada usia tua disebut tahap pembijaksanaan (Naim, 2012:57).

Namun demikian, tidak semua orang setuju dengan pembagian tersebut, sebab dalam realitanya tidak sedikit orang yang sudah dewasa ternyata karakternya belum terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwasanya pembentukan karakter tidak selalu terpangaruh pada umur seseorang. Manusia yang berkarakter adalah manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang berkaitan aktivitas hidupnya sarat dengan nilai-nilai kebaikan (Naim, 2012:60).

(40)

Menurut Maslow, manusia yang berkualitas adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan diri, yaitu manusia yang memiliki karakteristik, sebagai berikut:

1. Dapat menerima dirinya, orang lain, dan lingkungan sekitar. 2. Berpandangan realistis.

3. Tidak bersikap pasrah (pasif).

4. Berorientasi pada problem-problem eksternal.

5. Mengapresiasi kebebasan dan kebutuhan akan spesialisasi. 6. Berkepribadian independen dan bebas dari pengaruh orang lain.

7. Mengapresiasi segala sesuatu secara progresif, tidak terjebak pada pola-pola baku.

8. Integratif dan akomodatif terhadap semua kalangan.

9. Hubungan dengan orang lain sangat kuat dan mendalam, bukan sekedar formalitas.

10.Arah dan norma demokratisnya diliputi oleh sikap toleran dan sensivitasnya.

11.Tidak mencampuradukkan antara sarana dan tujuan.

12.Gemar mencipta, berkreasi dan menemukan penemuan-penemuan dalam skala besar.

(41)

Menurut Aqib (2015:164) membangun karakter dapat dilakukan dengan pembiasaan dan keteladanan. Hal itu yang akan sangat mempengaruhi nilai-nilai karakter yang terbentuk pada setiap individu. Setiap karakter yang terdapat dalam diri manusia adalah berupa nilai-nilai pembangun atau pembentuk karakter. Nilai-nilai pembangun karakter menurut Naim (2012:123-212) adalah sebagai berikut:

a. Religius

Setiap orang pasti memiliki kepercayaan terhadap sesuatu yang transenden. Kepercayaan ini ada yang mengambil bentuk agama dan ada juga yang mengambil bentuk keyakinan non agama. Agama sendiri, mengikuti penjelasan intelektual Muslim Nurcholish majid, bukan hanya kepercayaan kepada yang gaib dan melaksanakan ritual-ritual tertentu. Agama adalah keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridha Allah. Agama dengan kata lain, meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi di hari kemudian.

(42)

sesungguhnya merupakan manifestasi lebih dalam atas agama. Jadi religius adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kerangka pembentukan karakter, aspek religius perlu ditanamkan secara maksimal. Penanaman nilai religius ini menjadi tanggung jawab orang tua dan sekolah. Dalam ajaran islam sejak anak belum lahir sudah harus ditanamkan nilai-nilai agama agar si anak kelak menjadi manusia yang religius. Penanaman nilai religius dalam keluarga dilakukan dengan cara menciptakan suasana yang memungkinkan terinternalisasinya nilai religius dalam anak. Sehingga disini peran orang tua sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan religius anak. Sehingga sudah selayaknya orang tua menjadi tauladan dan figur yang tepat bagi anak.

Sedangkan perkembangan nilai religius di sekolah atau lembaga pendidikan dapat dilakukan dengan cara, yang pertama adalah pembiasaan pengembangan kebudayaan religius secara rutin dalam kegiatan belajar mengajar kesehariannya. Kegiatan rutin ini terintegrasi dengan kegiatan yang telah diprogramkan sehingga tidak memerlukan waktu khusus. Sehingga pendidikan agama menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab guru agama saja.

(43)

pendidikan agama. lingkungan dalam konteks pendidikan memang memiliki peranan yang sangat signifikan dalam pemahaman dan penanaman nilai. Lingkungan dan proses kehidupan semacam itu bisa memberikan pendidikan tentang caranya belajar beragama kepada peserta didik. Suasana lingkungan dapat menumbuhkan budaya religius (religious culture). Lembaga pendidikan mampu menanamkan sosialisasi dan nilai yang dapat menciptakan generasi-generasi yang berkualitas dan berkarakter kuat.

Ketiga, pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal dalam pembelajaran dengan materi agama. Namun, dapat pula dilakukan dilakukan diluar proses pembelajaran. Guru bisa memberikan pendidikan agama secara spontan ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Manfaat pendidikan secara spontan ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik langsung mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukannya dan langsung pula mampu memperbaikinya. Manfaat lainya adalah dapat dijadikan sebagai pelajaran atau hikmah oleh peserta didik lainnya, jika perbuatan salah jangan ditiru, sebaliknya jika ada perbuatan yang baik, harus ditiru.

(44)

pendidikan yang tergambar dari perilaku sehari-hari dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Oleh karena itu, keadaan atau situasi keagamaan di sekolah yang dapat diciptakan antara lain dengan pengadaan peralatan peribadatan, seperti tempat untuk shalat (masjid atau mushola), alat-alat shalat seperti sarung, peci, mukena, sajadah, atau pengadaan Al-Quran. Di ruang kelas, bisa pula ditempelkan kaligrafi sehingga peserta didik dibiasakan selalu melihat sesuatu yang baik. Cara lainnya adalah dengan menciptakan suasana kehidupan keagamaan di sekolah antara sesama guru, guru dengan peserta didik, atau peserta didik dengan peserta didik lainnya. Misalnya, dengan mengucapkan kata-kata yang baik ketika bertemu atau berpisah, mengawali dan mengakhiri suatu kegiatan, mengajukan pendapat atau pertanyaan dengan cara yang baik, sopan-santun, tidak merendahkan peserta didik lainnya, dan sebagainya.

Kelima, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat, dan kreativitas pendidikan agama dalam keterampilan dan seni, seperti membaca Al-Quran, Adzan, saritilawah. Selain itu, untuk mendorong peserta didik mencintai kitab suci dan meningkatkan minat peserta didik untuk membaca, menulis, dan mempelajari isi kandungan Al-Quran.

(45)

kecepatan, dan ketepatan, menyampaikan pengetahuan dan mempraktikkan materi pendidikan agama islam.

Pada tataran nilai yang dianut, perlu dirumuskan secara bersama oleh seluruh komponen sekolah berkaitan dengan nilai-nilai agama yang disepakati dan perlu dikembangkan di lembaga pendidikan. Setelah nilai-nilai agama disepakati, langkah selanjutnya adalah membangun komitmen dan loyalitas bersama diantara semua anggota lembaga pendidikan terhadap nilai yang disepakati. Sedangkan dalam tataran praktik keseharian, nilai-nilai religius yang telah disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku keseharian oleh semua warga sekolah.

b. Jujur

Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang. Jujur merupakan nilai penting yang harus dimiliki setiap orang. Jujur tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin dalam perilaku sehari-hari. Nilai jujur penting untuk ditumbuhkembangkan sebagai karakter karena sekarang ini kejujuran semakin terkikis. Orang jawa bilang, “jujur malah ajur” (jujur justru membuat hancur). Hal ini

(46)

Selain metode di atas, orang tua dan guru juga dapat menggunakan metode cerita. Ada banyak tokoh yang dapat diteladani karena sifatnya yang jujur. Salah satunya adalah Wakil Presiden pertama Indonesia, yaitu Mohammad Hatta. Mohammad Hatta dikenal sebagai tokoh yang hidup sarat dengan nilai-nilai kebaikan. Beliau pemimpin yang jujur, adil, sederhana, tekun, dan tidak dikenal kompromi. Antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan selaras. Bung Hatta bukan tipe pemimpin yang hanya memperkaya diri dan keluarga. Baginya, kepentingan negara lebih penting. Begitulah tauladan kejujuran dari Bung Hatta. Kejujuran merupakan kebajikan terbaik yang akan selalu menerangi kehidupan, meskipun untuk menjalankannya tidak selalu mudah. Godaan, hambatan, dan tantangan akan selalu ada. Tetapi, jika kita teguh dengan kejujuran yang kita pegang, kita akan bisa menjadi manusia berkarakter yang ideal.

c. Toleransi

(47)

Toleransi lahir dari sikap menghargai diri (self-esteem) yang tinggi. Kuncinya adalah bagaimana semua pihak memersepsi dirinya dan orang lain. Memang bukan hal yang mudah membangun semangat toleransi dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Toleransi tidak tumbuh dengan sendirinya. Dibutuhkan usaha secara serius dan sistematis agar toleransi bisa menjadi kesadaran. Sikap ini seharusnya dipupuk sejak usia dini. Karena peran orang tua dan guru sangat menentukan bagi terbentuknya nilai toleransi dalam diri seorang anak. d. Disiplin

Sering kita mendengar dan menggunakan istilah disiplin. Dilihat dari asal kata, kata disiplin berasal dari bahasa latin discere yang memiliki arti belajar. Dari kata ini kemudian muncul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Seiring perkembangan waktu, kata disciplina juga mengalami perkembangan makna. Kata disiplin sekarang ini dimaknai secara beragam. Ada yang mengartikan disiplin sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Ada juga yang mengartikan disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.

(48)

peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya. Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Disamping mengandung arti taat dan patuh pada peraturan, disiplin juga mengandung arti kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian dan kontrol yang kuat terhadap penggunaan waktu, tanggungjawab atas tugas yang diamanahkan, serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang ditekuni. Islam mengajarkan agar benar-benar memerhatikan dan mengaplikasikan nilai-nilai kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik.

(49)

Bagi anak, disiplin bersifat arbritair, artinya adalah suatu konformitas pada tuntunan eksternal. Namun, bila dilakukan dalam suatu suasana emosional yang positif, menjadi proses pendidikan yang menimbulkan keikhlasan dari dalam dirinya takut atau terpaksa. Dengan demikian, tidak terjadi “disiplin bangkai” (cadaveric

discipline), yaitu kepatuhan mati yang ditaati karena takut dan tanpa pikir atau tanpa keikhlasan. Jadi, dalam mendisiplinkan siswa harus diawali dari pendekatan secara emosional yang baik sehingga siswa memperbaiki tingkah lakunya atas dasar kesadaran yang tumbuh dari dalam dirinya.

Jadi, tujuan diciptakannya kedisiplinan siswa bukan untuk memberikan rasa takut atau pengekangan pada siswa, melainkan untuk mendidik para siswa agar sanggup mengatur dan mengendalikan dirinya dalam berperilaku serta bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, para siswa dapat mengerti kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya. Manusia dalam kehidupan memerlukan kebebasan. Namun demikian, kebebasan yang terlalu besar sebagaimana disiplin yang sangat ketat akibatnya juga tidak baik.

e. Kerja Keras

(50)

kerja keras. Kerja keras ini penting sekali ditengah budaya instan yang semakin mewabah dalam berbagai bidang kehidupan. Pentingnya kerja keras ini juga pernah dinyatakan oleh seorang ahli, Lord Chesterfield. Ia menyatakan:

Berusahalah meraih yang terbaik dalam segala hal, meskipun

dalam kebanyakan hal itu sulit dicapai. Namun, mereka yang ingin

melakukannya dan tetap gigih memepertahankannya, akan lebih

mendekati apa yang mereka inginkan ketimbang mereka yang

malas dan patah semangat, hingga hanya akan menjadikan mereka

gagal dalam meraih apa yang menjadi keinginan mereka dan

akhirnya menjadi putus asa.

(51)

memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa segala hal harus dicapai melalui proses dan kerja keras.

f. Kreatif

Kata kreatif secara intrinsik mengandung sifat dinamis. Orang kreatif adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti selalu berusaha mencari hal baru dari hal-hal yang telah ada. Oleh karena itu, sifat kreatif sangat penting untuk kemajuan. Kemajuan akan lebih mudah diwujudkan oleh orang yang selalu merenung, berpikir, dan mencari hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan.

Kreatif sebagai salah satu nilai character building sangat tepat karena kreatif akan menjadikan seorang tidak pasif. Jiwanya selalu gelisah (dalam makna positif), pikirannya terus berkembang, dan selalu melakukan kegiatan dalam kerangka pencarian hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan secara luas. Alan J. Rowe memiliki pendapat yang menarik berkaitan dengan orang kreatif. Orang kreatif, kata Rowe, bersedia untuk menghadapi kesengsaraan dan dengan berani melangkah lebih jauh dari pada apa yang diharapkan. Pikiran-pikiran kreatif memiliki imajinasi yang memungkinkan mereka untuk melihat dengan “mata pikiran”, gambaran-gambaran, orang-orang, dan

(52)

kemungkinan-kemungkinan hipotesis, unik, atau khayalan, yang diciptakan.

Nilai kreatif dalam kerangka pembentukan karakter justru harus ditumbuh kembangkan untuk mewujudkan kemajuan. Anak-anak sejak dini sudah harus dibiasakan untuk menghasilkan pemikiran dan karya baru. Orangtua dan guru jangan sampai menghalangi atau bahkan mematikan produk kreatif anak-anak ini. Para ilmuan Muslim juga memiliki perhatian khusus terhadap kreativitas. Secara umum, konsep islam tidak banyak berbeda dengan konsep kreativitas yang ada. Namun demikian, ada aspek khusus yang menjadi pembedanya. Secara terperinci, ciri-ciri konsep kreativitas Islam, antara lain pertama, kreativitas bersifat multidimensi, menggabungkan unsur fisik, mental, spiritual, dan teologis. Kedua, karena kreativitas terkait erat dengan peran kekhalifahan manusia, ia mesti bersatu dengan konsep tanggungjawab, akuntabilitas, takwa, kerendahan hati, dan syukur. Ketiga, disamping bersifat praktis dan terkait dengan perbuatan, penemuan, dan inovasi, kreatif juga harus mencerminkan dimensi spiritual manusia dan tidak memiliki utilitarian kaku. Keempat, kreativitas dilarang jadi urusan individualistik, tetapi harus menimbang kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Kelima, kreativitas terkait dengan pahala.

(53)

terbuka terhadap pengalaman baru; 3) Panjang akal dan penalaran; 4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti; 5) Cenderung lebih suka melakukan tugas yang berat dan sulit; 6) Mencari jawaban yang memuaskan dan komprehensif; 7) Bergairah, aktif, dan berdedikasi tinggi dalam melakukan tugasnya; 8) Berpikir fleksibel dan mempunyai banyak alternatif; 9) Menanggapi pertanyaan dan kebiasaan serta memberikan jawaban lebih banyak; 10) Mempunyai kemampuan membuat analisis dan sintesis; 11) Mempunyai kemampuan membentuk abstraksi-abstraksi; 12) Memiliki semangat inquiry (mengamati/menyelidiki masalah); 13) Memiliki keluasan dalam kemampuan membaca.

g. Mandiri

(54)

agar eksis dalam menghadapi tantangan kehidupan yang kian kompleks.

Pentingnya kemandirian harus mulai ditumbuhkembangkan ke dalam diri anak sejak usia dini. Hal ini penting karena ada kecenderungan dikalangan orangtua sekarang ini untuk memberikan proteksi secara agak berlebihan terhadap anak-anaknya. Akibatnya, anak memiliki ketergantungan yang tinggi juga terhadap orangtuanya. h. Demokratis

Demokratis merupakan gabungan dari kata demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan atau undang-undang. Pengertian yang dimaksud dengan demokrasi adalah kekuasaan atau undang-undang yang berakar kepada rakyat. Dengan demikian, rakyat memegang kekuasaan tertinggi. Pendidikan demokrasi sebagai upaya sadar untuk membentuk kemampuan warga negara berpartisipasi secara bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting. Sementara itu, pentingnya pendidikan demokrasi antara lain dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung di dalam demokrasi. Nilai-nilai demokrasi dipercaya akan membawa kehidupan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dalam semangat egalitarian. Menurut John Dewey, sekolah merupakan sebuah miniatur masyarakat demokratis.

(55)

demokrasi. Pertama, menghormati pendapat orang lain. Artinya, memberikan hak yang sama kepada orang lain untuk berpendapat sesuai dengan karakteristik dan kualifikasi pemahamannya sendiri. Kedua, berbaik sangka terhadap pendapat orang lain, maka apapun yang dikatakannya akan selalu dilihat sebagai hal yang tidak benar. Ketiga, sikap fair terhadap pendapat orang lain. Sikap ini merupakan bagian dari kerangka operasional toleransi dalam perbedaan pendapat.

Toleransi merupakan the greatest social ideal of islam. Islam mentoleransi perbedaan pendapat dikalangan umatnya. Walaupun perbedaan itu cukup tajam, selama perbedaan itu timbul atas kemauan untuk memberi kebenaran. Orang yang toleran pada dasarnya telah memahami dan menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupannya.

i. Rasa Ingin Tahu

(56)

Rasa ingin tahu harus ditumbuhkembangkan, dirawat, dan diberi jawaban secara benar. Munculnya berbagai perilaku destruktif pada generasi muda sebagian besar berawal dari rasa ingin tahu yang tidak mendapatkan jawaban secara memadai.

j. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan penting menjadi nilai pembentuk karakter karena meneguhkan arti dan makna penting sebagai warga negara. Kebangsaan, menurut Djohar, mengandung arti adanya rasa satu dalam suka, duka, dan dalam kehendak mencapai kebahagian hidup lahir-batin seluruh bangsa.

Salah satu cara yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan semangat kebangsaan adalah melalui pendidikan profetik. Pendidikan profetik, menurut Djohar, merupakan pendidikan yang konstektual atau transformatif; vertikal dan horizontal; menempatkan institusi pendidikan ditengah-tengah pergaulan masyarakat luas, baik lokal, maupun global memiliki muatan pendidikan yang seimbang antara berbagai kepentingan dan pengalaman.

(57)

k. Cinta Tanah Air

Rasa cinta tanah air sangat diperlukan di era globalisasi ini. Rasa cinta tanah air dapat di tanamkan kepada anak sejak usia dini. Karena pada usia dini anak akan selalu ingat dan tidak mudah dilupakan. Jika melihat fenomena sekarang ini, kebutuhan terhadap semangat mencintai tanah air seharusnya semakin ditumbuhkembangkan. Cinta tanah air tidak hanya merefleksikan kepemilikan, tetapi juga bagaimana mengangkat harkat dan martabat bangsa ini dalam kompetisi global.

l. Menghargai Prestasi

Prestasi merupakan hasil capaian yang diperoleh melalui kompetisi. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa meraih prestasi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi siswa. Pertama, jangan segan-segan memberikan pujian kepada siswa yang melakukan sesuatu yang baik, meskipun hal itu tidak begitu berarti. Kedua, kurangilah kecaman atau kritik yang dapat mematikan motivasi siswa. Ketiga, ciptakan persaingan yang sehat diantara siswa, misalnya dalam mengerjakan soal atau menulis yang baik. Keempat, ciptakan kerja sama antar siswa. Kelima, berikan umpan-balik kepada siswa atas hasil pekerjaanya.

m. Bersahabat

(58)

menimbulkan perasaan dan kedekatan layaknya saudara. Perasaan ini yang disebut dengan persahabatan. Berkaitan dengan persahabatan satu hal yang tidak terlepas dari persahabatan adalah komunikasi. Sehingga dalam menjaga persahabatan diperlukan komunikasi yang baik.

n. Cinta Damai

Budaya damai harus terus-menerus ditumbuhkembangkan dalam berbagai aspek kehidupan. Kekerasan dalam berbagai bentuknya sekarang ini semakin banyak ditemukan. Harus ada kemauan dari berbagai pihak untuk membangun secara sistematis cinta damai menjadi budaya yang mengakar dalam kehidupan.

o. Gemar Membaca

Manusia berkarakter adalah manusia yang selalu gigih mencari pengetahuan. Ada banyak cara mendapatkan pengetahuan, salah satunya dengan kegiatan membaca. Lewat membaca karakter seseoarang akan semakin arif karena merasa bahwa pengetahuannya selalu kurang. Selalu ada banyak hal yang belum dikuasai sehingga tidak menjadikan dirinya orang sombong.

(59)

sebagai lima sisitem belajar: emosional, sosial, kognitif, fisikal, dan reflektif.

Jadi, dalam konteks character building, membangun tradisi membaca harus dilakukan dengan membiasakan diri untuk membaca. Setiap ada kesempatan seyogyanya dimanfaatkan untuk membaca. Kalau hal ini dilakukan secara rutin, tentu akan banyak manfaat yang dapat dipetik. Membaca tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga mampu mengubah hidup.

p. Pantang Menyerah

Kemajuan sebuah bangsa hanya bisa diperoleh jika masyarakatnya tahan banting, kerja keras, tidak menyerah, tekun, tidak patah semangat, dan selalu berusaha menemukan hal-hal baru yang bermanfaat. Sehingga sudah selayaknya sikap pantang menyerah ditanamkan kepada anak sejak usia dini. Sehingga diharapkan anak akan tumbuh menjadi manusia yang berkarakter pantang menyerah. q. Peduli Lingkungan

(60)
(61)

Selain keluarga, peduli lingkungan juga harus ditumbuhkembangkan dalam sistem pendidikan. Sekolah menjadi media yang paling efektif dalam membangun kesadaran dan kepedulian lingkungan. Sekolah seharusnya menyusun metode yang efektif karena peduli lingkungan merupakan salah satu karakter penting seyogyanya dimiliki secara luas oleh setiap orang, khususnya para siswa yang menempuh jenjang pendidikan. Jika kesadaran ini terbangun secara luas, besar kemungkinan berbagai persoalan lingkungan akan semakin berkurang.

r. Peduli Sesama

Berkaitan dengan peduli sesama, penting merenungkan pendapat filsuf Deepak Chopra. Beliau menyatakan, “Kalau kamu melayani sesama, kamu mendapatkan balasan yang lebih banyak. Kalau kamu memberikan hal yang baik, hal yang baik akan mengalir kepadamu”.

(62)

B. PERAN UKM JQH AL-FURQAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA IAIN SALATIGA

Jam‟iyatul Qurra‟Walhuffadz (JQH) Al-Furqan IAIN Salatiga adalah lembaga khusus dari IAIN Salatiga yang bergerak dalam bidang ilmu dan seni baca tulis Al-Qur‟an (Tim Panitia OPAK IAIN Salatiga, 2016:98). UKM ini memiliki lima devisi yang bergerak dalam seni Al-Qur‟an. Devisi -devisi tersebut antara lain -devisi tilawah, -devisi kaligrafi, -devisi tafsir, -devisi tahfidz, devisi rebana. Masing-masing devisi dipimpin oleh ketua devisi serta memilki program kerja yang terkoordinir.

Pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh UKM JQH terhadap mahasiswa IAIN Salatiga diharapkan mampu mengembangkan skill dan potensi yang berhubungan dengan Al-Qur‟an. Selain itu sesuai fungsi UKM JQH, diharapkan mahasiswa dapat menanamkan nilai-nilai Al-Qur‟an dalam lingkungan kampus dan masyarakat secara luas (Tim Panitia

(63)

pendidikan secara menyeluh; ketiga, masyarakat kampus memilki rasa persaudaraan; keempat, organisasi mahasiswa menerapkan kepemimpinan demokratis dan menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi para mahasiswa untuk menjadikan perguruan tinggi mereka menjadi perguruan tinggi yang terbaik; kelima, hubungan semua warga kampus bersifat saling menghargai, adil, dan gotong royong; keenam, perguruan tinggi meningkatkan perhatian terhadap moralitas dengan menggunakan waktu tertentu untuk mengatasi masalah-masalah moral (Kurniawan, 2013:174).

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang di dalamnya termasuk IAIN Salatiga serta JQH bagian didalamnya, sehingga karakter yang terbentuk diharapkan karakter yang sesuai dengan ajaran Islam dan sesuai dengan Al-Qur‟an. Sebagai muslim kita tidak perlu jauh-jauh untuk mencari sosok yang berkarakter Qur‟ani, karena kita telah memiliki Nabi

(64)

wanita dengan cara yang sangat murah dan keji, memperjualbelikan manusia dengan sistem perbudakan menjadi beradab dan bermoral. Semua realitas itu kemudian diubah dengan cara yang sangat indah dan cerdas melalui keteladanan dan dibangun karakter masyarakatnya, kemudian mampu mempengaruhi karakter bangsanya sehingga dapat diakui dalam peraturan sebuah kawasan (jazirah) bahkan hingga mampu mengubah sejarah perjalanan dunia (Saleh, 2012:1-2).

Hasil pembentukan karakter Nabi Muhammad SAW itu bertahan dengan sangat baik, kuat, dan kokoh dalam tiga generasi selama lebih kurang 500 tahun tetap dijaga, dipelihara, dan dipertahankan dalam menjalani kehidupan tentu segala pernak-perniknya dan dinamikanya. Pembangunan karater ini kemudian melahirkan orang-orang besar sepanjang sejarah dan mampu mewarnai dunia melalui kekuatan karakter kepribadiannya. Misalnya kita bisa mengenal dari generasi sahabat Abu Bakar Asshiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Kemudian dari generasi tabi‟in, Umar bin Abdul Aziz, Thariq bin Ziyad, Harun Ar Rasyd, dan generasi selanjutnya yang semua mereka telah tampil dalam pentas sejarah dengan karakternya yang kuat, penuh gagah berani, akhlak yang agung, mampu membangun sejarah dan mengubah dunia (Saleh, 2012:3).

(65)

mahasiswa adalah UKM ini salah satu organisasi intra kampus yang diharapkan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Selain itu perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melahirkan sumber daya intelektual, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa ini (Kurniawan, 2013:173).

C. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan telaah terhadap karya penelitian terdahulu. Penelitian yang relevan ini, penulis akan mendeskripsikan karya penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut di antaranya adalah:

1. Skripsi Ahmad Syarifudin (STAIN Salatiga, 2010) yang berjudul

Pembentukan Karakter Melalui Organisasi (Studi Kasus Pada

Organisasi Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta)”.

Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktif dalam kegiatan organisasi sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter para santri di Pondok Ta‟mirul Islam

Tegalsari Surakarta. Lalu, aktivitas para mantan pengurus Organisasi Santri Ta‟mirul Islam (OSTI) selama mereka masih aktif berusaha

(66)

faktor eksternal, kedua faktor tersebut harus terpenuhi dengan baik. Selepas dari Pesantren pengaruh keaktifan dalam Organisasi Santri bisa ditunjukkan dengan sikap para santri yang memiliki tata karma, kesopanan dan kemampuan dalam memimpin suatu acara atau kegiatan yang ada di masyarakat.

2. Skripsi Dariun Hadi (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014) yang berjudul “Budaya Tilawah Al-Qur’an (Studi Kasus di Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) Jam’iyyah Al-Qurra Wa Al-Huffazh (JQH) Al-Mizan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)”. Jenis penelitian skripsi ini adalah

penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan mahasiswa tertarik mengikuti tilawah al-Qur‟an karena dua faktor yakni faktor dari dalam (seperti karena sudah bisa membaca al-Qur‟an sesuai dengan tajwid, ingin mempelajari dan menguasai lagu dalam tilawah, karena ingin mengikuti lomba Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ), dan

ingin mengamalkan bacaan tilawahnya di masyarakat). Faktor dari luar (seperti ajakan teman sehingga ada keinginan untuk belajar tilawah, karena dukungan keluarga dan lingkungan juga mempengaruhi belajar tilawah). Sedangkan hambatan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang dialami dalam belajar tilawah al-Qur‟an adalah malas untuk belajar tilawah al-Qur‟an, malu untuk bersuara ketika disuruh mempraktekkan tilawahnya.

(67)

JQH Al-Mizan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pemikiran tentang pembentukan musik gambus di UKM JQH al-Mizan UIN Sunan Kalijaga salah satunya ialah sebagai sarana pendidikan akhlak. Hal ini didasari oleh visi dan misinya, adapun dalam penerapannya dapat diwujudkan melalui beberapa tahapan, diantaranya ialah: pertama, tahap persiapan yang berupa latihan; kedua, tahap pemilihan lagu; ketiga, tahap penampilan, yang dimaksudkan ialah pementasan. Fakor-faktor yang mendukung dan menghambat musik gambus sebagai sarana pendidikan akhlak di UKM JQH UIN Sunan Kalijaga. Adapun faktor-faktor yang mendukung musik gambus sebagai sarana pendidikan akhlak antara lain: faktor lingkungan, faktor kegiatan (yang menunjang pendidikan akhlak), dan faktor komposisi musik yang didalamnya terdapat irama, nagham/maqamat. Sedangkan faktor penghambatnya ialah terlalu fokus dalam permainan musik dan penghafalan syair, tidak dapat memahami dan menghayati makna dan isi serta spirit dari lagu yang dibawakan, adanya niat tanpa keikhlasan semisal keinginan untuk menjadi populer dan ngartis, hilangnya esensi seni agama menjadi seni panggung, dan pelantun musik (lagu) secara berlebihan.

(68)

Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)”. Jenis

penelitian skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter religius dimaknai sebagai suatu perbuatan baik kepada sesama baik kepada sesama manusia, baik itu terhadap sesama muslim ataupun non muslim. Karakter religius ini merupakan salah satu sikap dan perbuatan baik yaitu cerminan dari sifat taqwa anggota mahasiswa keluarga muslim. Implementasi pembentukan karakter religius Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam di UIN Sunan Kalijaga itu moral knowing dan moral acting sehingga karakter yang terbentuk : Islam, taqwa, ikhlas, sabar dan tawakal. Implementasi pembentukan karakter religius Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam di Sanata Dharma itu moral knowing dan moral acting sehingga karakter yang terbentuk iman, ihsan, silaturahmi dan ukhuwah. Keberhasilan UKM Al-Mizan UIN dari program kajian rutin, tafsir jurnalistik dan ngaji sorof sedangkan FKM Budi Utama di USD itu pada program kajian rutin dan pendataan kader. Faktor pendukung seperti lingkungan karena di area masjid, kesamaan nasib. Faktor penghambat seperti kesibukan para anggota lain untuk mengikuti kajian, dana yang kurang dan lain-lain.

(69)
(70)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data Lokasi Penelitian 1. IAIN Salatiga

a. Sejarah Singkat IAIN Salatiga

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 2 Salatiga, Jawa Tengah. Lembaga ini pada awalnya merupakan lembaga swasta yang kemudian dinegerikan dan menjadi bagian dari IAIN Walisongo di Semarang. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 30 tahun 1970 tanggal 16 April 1970.

Pada tahun 1997, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang di Salatiga diubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga, yang berdiri sendiri langsung dibawah Kementerian Agama RI. Peralihan status tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret Tahun 1997.

(71)

Salatiga berdasarkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 143 Tahun 2014 tentang Perubahan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga menjadi Institut Agama Islam Negeri Salatiga tanggal 17 Oktober 2014.

Peralihan status menjadi IAIN ini telah membawa berbagai peningkatan, baik dari segi fisik maupun non fisik. Sampai saat ini IAIN Salatiga telah memiliki tiga lokasi kampus, yaitu Kampus I berlokasi di Jl. Tentara Pelajar No. 2, Kampus II berlokasi di Jl. Nakula Sadewa VA Nomor 09 Kembang Arum Salatiga, dan Kampus III berlokasi di Jl. Lingkar Selatan Pulutan Salatiga. Hal ini sejalan dengan harapan lembaga untuk nantinya dapat meningkatkan status kelembagaan, sehingga dapat menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga.

b. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi Lembaga dirumuskan dalam kalimat pendek sebagai berikut:

“Tahun 2030 Menjadi Rujukan Studi Islam-Indonesia bagi

Terwujudnya Masyarakat Damai Bermartabat”.

(72)

1) Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu keislaman berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan.

2) Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu keislaman bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.

3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.

4) Mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan nilai-nilai Islam-Indonesia.

5) Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang professional dan akuntabel.

Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan IAIN salatiga adalah:

1) Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa; 2) Menghasilkan lulusan yang menguasai cabang Ilmu

Pengetahuan dan atau Tekhnologi yang berbasis ilmu keislaman untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing Bangsa;

(73)

4) Mewujudkan Pengabdian kepada Masyarakat berbasis ilmu keislaman dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mewujudkan masyarakat damai bermartabat.

c. Misi Dakwah IAIN Salatiga

Selain visi, misi, dan tujuan diatas, secara tersirat eksistensi IAIN di Salatiga khusunya, dan Perguruan Tinggi Agama Islam pada umumnya juga mengemban misi dakwah Islamiah. Maksudnya keberadaan IAIN secara kelembagaan maupun individu sivitas akademika (dosen dan mahasiswa) serta karyawan IAIN memiliki tugas dakwah atau penyiaran agama baik melalui upaya penyampaian informasi, maupun melalui keteladanan dalam pengalaman keagamaan di masyarakat. Hendaknya setiap mahasiswa menyadari akan misi ini, sehingga sejak diterima menjadi mahasiswa IAIN Salatiga mereka akan menyesuaikan diri dan perilakunya.

(74)

d. Fakultas dan Jurusan

1) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional. Tujuannya adalah untuk membentuk Sarjana Pendidikan Islam, yang memiliki keahlian dalam pendidikan dan pengajaran Islam dengan keahlian khusus dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, guru Madrasah Ibtidaiyah, dan guru Raudlatul Athfal serta berkewenangan menjadi guru atau mengajar dalam bidang studinya.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya memiliki visi dan misi yang menjadi pedoman pelaksanaaan Tri Dharma Perguruan Tinggi memiliki Visi dan Misi sebagai berikut:

Visi FTIK:

Unggul dalam pengembangan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.

Misi FTIK antara lain:

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan, persepsi harga, lokasi dan fasilitas terhadap minat beli konsumen di Hotel Grasia

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsistensi variabel hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih sebesar 23,72% dapat diprediksi oleh variabel kompetensi

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa katalis amonium molibdat mampu mempercepat reaksi antara kalium iodida dengan hidrogen peroksia K.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah merger dan akuisisi memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan cara

Standar Kompetensi : Mampu menerapkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam tulisan keilmuan melalui analisis kesalahan berbahasa dan penyusunan karya ilmiah

Berbeda dengan proses perumusan indikator ketiga pilar pendidikan lainnya, penyusun Renstra Pendidikan Aceh mengalami kesulitan dalan menentukan indikator

(3) Rencana Detail Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah rencana yang memuat perhitungan detail teknis dari semua prasarana dan sarana pengelolaan air limbah yang layak