• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Resource Based Theory - BAB II EDO FANDINI AKT'18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Resource Based Theory - BAB II EDO FANDINI AKT'18"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Resource Based Theory

Resource based theory dipelopori oleh Penrose (1959), yang

mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan bersifat heterogen dan memiliki karakter khusus dan unik bagi setiap perusahaan. Resource based theory menyatakan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang dapat

menjadikan perusahaan memiliki keunggulan yang bersaing dan mampu mengarahkan perusahaan untuk memiliki kinerja jangka panjang yang baik. Resources yang berharga dan langka dapat diarahkan untuk menciptakan keunggulan bersaing, sehingga resource yang dimiliki mampu bertahan lama dan tidak mudah ditiru, ditransfer atau digantikan. Kondisi sumber daya yang unggul dalam suatu perusahaan dapat membuat penerapan berbagai strategi bisnis berjalan dengan baik. Pengelolaan sumber daya yang baik dalam hal ini berupa intellectual capital yaitu human capital, structural capital, dan customer capital dapat menciptakan

keunggulan kompetitif bagi perusahaan yang nantinya dapat menciptakan value added yang berguna untuk perusahaan sehingga dapat berpengaruh

(2)

Resources based theory banyak digunakan sebagai referensi teori dari pengelolaan IC. Menurut resource based theory (RBT) bahwa perusahaan akan memperoleh competitive advantange dan kinerja superior melalui akuisisi, memperoleh, dan menggunakan aset strategis yang penting untuk competitive advantage dan kinerja keuangan yang superior. Baik aktiva berwujud dan tak berwujud dirasakan sebagai aktiva strategis yang potensial. Menurut teori ini, bahwa manfaat dari kedua aktiva ini merupakan hasil yang positif antara sumber daya perusahaan dan pengukuran kinerja. Penyertaan aktiva tak berwujud diperoleh dari kemampuannya untuk memiliki seluruh karakteristik dari aktiva-aktiva strategis. Ketika kebanyakan aktiva tak berwujud tidak memiliki kualifikasi sebagai aktiva strategis, IC secara umum dipertimbangkan sebagai aktiva strategis yang penting (Hermawan, 2013).

(3)

2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Konsep good corporate governance sudah lama dikenal di negara-negara Eropa dan Amerika, dengan adanya konsep pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini akan menimbulkan masalah karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan pihak manajemen sebagai agen. Adanya pemisahaan antara pemilik dan manajemen ini disebut dengan teori keagenan (agency theory). Dalam teori keagenan, hubungan muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Mackling, 1976).

(4)

akuntansi, kecenderungan manajemen untuk mencari keuntungan sendiri dan tingkat asimetri informasi yang tinggi menyebabkan keinginan besar bagi manajer untuk manipulasi kerja yang dilaporkan demi kepentingan diri sendiri (Jansen dan Macking, 1976).

Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini, dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan pengendalian terhadap tindakan-tindakan agen. Jansen dan Mackling (1976) menyatakan permasalahan tersebut sebagai berikut:

1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.

2. Adverse Selection, yaitu suatu keadaan dimna prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

Adanya masalah keagenan yang timbul akan menimbulkan biaya keagenan (agency cost), yaitu sebagai berikut:

(5)

2. The bonding expenditures by the agent. The bonding cost dikeluarkan oleh agen untuk meminjam bahwa agen tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau untuk meminjam bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak tindakan.

3. The residual loss yang merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen setelah adanya hubungan keagenan.

Untuk meminimalisasi asimetri informasi ini, maka perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian pengelolaan perusahaan untuk memastikan bahwa pengelolaan perusahaan ini dapat berjalan dengan penuh kepatuhan sesuai dengan peratutan dan ketentuan yang berlaku. Upaya pengawasan ini dapat disebut biaya agensi, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil indeks good corporate governance, maka akan semakin mengurangi biaya agensi yang mana akan

semakin baik penerapan good corporate governance dan akan meningkatkan kinerja keuangannya.

3. Stakeholder Theory

(6)

stakeholder adalah seluruh pemangku kepentingan perusahaan antara lain pemegang saham, pelanggan, distributor, pemerintah, masyarakat umum, kreditur. Stakeholder theory adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi (Meilani, 2015).

Teori ini merupakan teori yang menjadi dasar utama dari penelitian di bidang IC. Guthrie et al (2006) dalam Ulum (2016) menyatakan bahwa teori ini digunakan sebagai dasar utama untuk menjelaskan hubungan IC dengan kinerja perusahaan. Hubungan antara modal intelektual dengan kinerja perusahaan, dapat dijelaskan dalam teori ini, manajemen perusahaan harus dapat mengelola modal intelektual dalam hal ini seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (capital employed) maupun structural capital. Apabila seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka akan menciptakan value added bagi perusahaan sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penciptaan value added yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bertujuan untuk kepentingan para stakeholder sesuai teori ini.

Dilihat melalui stakeholders theory, intellectual capital dan corporate governance memiliki dasar teori yang saling berhubungan.

(7)

segi etika mengatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Pengelolaan organisasi secara maksimal harus memperhatikan pada penciptaan value added yang dapat mendorong peningkatan kinerja keuangan organisasi, yaitu dengan memanfaatkan seluruh potensi organisasi, baik human capital, physical capital, maupun structural capital. Sedangkan dari segi manajerial, Watts

dan Zimmerman (1986) mengatakan bahwa stakeholder memiliki kekuatan untuk mengendalikan sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Tujuan atas pengendalian tersebut adalah kembali untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan peningkatan return atas penciptaan value added yang dihasilkan oleh seluruh potensi organisasi.

4. Intellectual Capital (Modal Intelektual)

(8)

Tabel 2.1 Definisi IC Menurut Para Ahli

Ahli / Penulis Definisi IC

CIMA (2005) Perbedaan antara nilai pasar bisnis dengan aktiva berwujud (tangible assets).

Choo dan Bontis, (2002)

Intellectual capital berisi modal yang berbeda yang berakar pada karyawan, rutinitas organisasi, hak kekayaan intelektual, dan hubungan dengan pelanggan, suplier, distributor, dan rekan kerja.

Sumber: (Hermawan, 2013)

Berdasarkan berbagai penelitian yang dikembangkan oleh para ahli dan penulis, dapat disimpulkan bahwa definisi intellectual capital adalah aset tidak berwujud (intangible aset) yang dimiliki oleh suatu entitas bisnis yang dapat digunakan untuk menciptakan nilai dengan mengubahnya menjadi new processes, product and services (Hermawan, 2013). Menurut Nizar (2015) modal intelktual merupakan modal jangka panjang yang terdiri dari human capital, struktur capital, dan customer capital. Human capital (HC) merupakan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Marr dan

Schiuma (2001)

Kelompok aktiva pengetahuan yang dikaitkan dengan organisasi dan secara signifikan berkontribusi terhadap posisi kompetitif organisasi dengan menambahkan faktor-faktor kunci yang dimiliki stakeholders.

Sveiby (1997) Berkaitan dengan pengalaman pengetahuan, kekuatan otak karyawan seperti halnya sumber daya pengetahuan, yang disimpan di dalam proses sistem database, budaya, dan filosofi.

Brooking (1997) Intellectual capital secara operasional sebagai bahan intelektual yang diformalkan, diperoleh, dan dikelola untuk menghasilkan aset yang bernilai tinggi.

Stewart (1997) Material intelektual–pengetahuan, informasi, hak intelektual, pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan.

Roos et al (1997) Jumlah pengetahuan yang dimiliki oleh anggota perusahaan dan terjemahan praktisnya seperti merk dagang, paten, dan brands.

(9)

perusahaan. Structural capital (SC) meliputi teknologi informasi, struktur organisasi, strategi, budaya kerja yang baik, serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh rutinitas perusahaan. Customer capital (CC) adalah hubungan yang baik dan berkelanjutan antara perusahaan dengan para mitranya, seperti distributor, pemasok, pelanggan, karyawan, masyarakat, pemerintah, dan sebagainya.

Pulic (1999) dalam Baroroh (2013) mengklasifikasikan Intellectual Capital dalam nilai tambah (value added) yang didapatkan dari selisih pendapatan (input) perusahaan dengan seluruh biaya (output). Lebih lanjut lagi, nilai tambah Intellectual Capital dibagi menjadi capital employment (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA).

1) Value Added Capital Employed (VACA) merupakan hubungan yang harmonis association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok, pelanggan, dan juga pemerintah serta masyarakat. VACA dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan.

2) Value Added Human capital (VAHU) merupakan komponen terpenting dalam suatu perusahaan. VAHU menjadi lifeblood dalam intellectual capital yang didalamnya terdapat sumber innovation dan improvement.

(10)

pengetahuan, kompentensi, dan ketrampilan karyawannya secara efisien. Oleh karena itu, VAHU merupakan sumber daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga perusahaan mampu bersaing dan bertahan di lingkungan bisnis yang dinamis. Dengan memiliki karyawan yang berkeahlian dan berketerampilan, maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menjamin keberlangsungan perusahaan tersebut.

3) Strukture Capital Value Added (STVA) merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan.

Pulic (1998) dalam Satiti (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi koefisien VAIC maka semakin baik pula efisiensi nilai tambah dari total sumber daya perusahaan yang bersangkutan. Nilai tambah merupakan indikator tujuan secara keseluruhan dari keberhasilan bisnis yang tercermin pada kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai yang diperlukan dalam investasi pada sumber daya termasuk gaji, bunga untuk aset keuangan, dividen untuk investor, pajak untuk pemerintah, dan investasi untuk pengembangan selanjutnya.

5. iB-VAIC (Islamic Banking – Value Added Intellectual Capital)

(11)

Akun-akun yang digunakan dalam menghitung kinerja IC dengan VAIC adalah akun-akun yang lazim pada perusahaan konvensional. Sejauh ini, belum ada indikator (sejenis VAICTM) yang dapat digunakan untuk menilai kinerja IC perbankan syariah. Sementara di Indonesia, perkembangan perbankan syariah cukup tinggi dilihat dari jumlah bank umum syariah (BUS) pada tahun 2010 terdapat 10 bank dan pada tahun 2016 terdapat 13 bank umum syariah. Kemudian Ulum (2013) memformulasikan model penilaian intellectual capital untuk perbankan syariah yang dinamakan iB_VAIC (islamic banking-value added intellectual capital) yang mana merupakan modifikasi dari model yang telah ada yaitu VAIC (value added intellectual capital). Penambahan iB dalam pengukuran intellectual

capital hanya untuk membedakan akun-akun yang digunakan untuk mengembangkan rumus value added (VA). VA merupakan indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai. Adapun hal yang menjadi bagian dari value added yaitu sebagai berikut:

1. OUT (Output) : Total pendapatan, diperoleh dari:

Pendapatan bersih kegiatan syariah = pendapatan operasi utama kegiatan syariah + pendapatan operasi lainnya - hak pihak ketiga atas bagi hasil dan syirkah temporer.

2. IN (input) : Beban usaha/operasional dan beban non operasional kecuali beban kepegawaian/karyawan.

(12)

BPI) dapat diranking berdasarkan skor yang dimiliki. Sejauh ini, belum ada standar tentang skor kinerja IC tersebut, namun penelitian Ulum (2008) dalam Ulum (2013) telah merumuskan untuk memberikan kategori dari hasil perhitungan VAIC, yaitu:

(1) Top performers – skor VAICTM diatas 3,00

(2) Good performers – skor VAICTM antara 2,0 sampai 2,99 (3) Common performers – skor VAICTM antara 1,5 sampai 1,99 (4) Bad performers – skor VAICTM dibawah 1,5

6. Indeks Good Corporate Governance

(13)

upaya untuk mencapai tujuan ekonomi dan kesejahteraan bersama. Implementasi GCG bagi dunia perbankan harus memegang tiga prinsip utama yaitu kemandirian, integritas, dan transparansi yang menjadi modal dasar menyelenggarakan bisnis perbankan secara efektif dan berkesinambungan (sustainable) (Pratiwi, 2016).

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Prasinta (2012) mendefinisikan Corporate Governance sebagai “seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang

saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan dan para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Definisi good corporate governance dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip yang terdiri dari:

1) Transparan (Transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan pengambilan keputusan.

2) Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban perusahaan sehingga pengelolaan organ perusahaan terlaksana secara efektif.

3) Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu adanya kepatuhan didalam pengelolaan bank terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Independensi (Independency), yaitu pengelolaan Bank secara profesional tanpa pengaruh / tekanan dari pihak manapun.

(14)

Yang mana pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance minimal harus diwujudkan dalam:

a.Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah (DPS), dan Direksi;

b.Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank;

c.Pelaksanaan prinsip syariah dalam oprasional bank; d.Penanganan benturan kepentingan;

e.Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal; f. Penerapan manajemen resiko, termasuk sistem pengendalian intern; g.Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar; h.Rencana strategi bank;

i. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank.

Manfaat yang sangat besar ketika prinsip-prinsip GCG dapat diterapkan dengan baik mampu meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Inti dari GCG adalah menciptakan perusahaan yang berhasil yang akan membentuk keunggulan kompetitif (Ihsan, 2016).

(15)

guna mewujudkan kondisi keuangan yang sehat, kondusif dan sesuai prinsip syariah (sharia compliance).

7. Kinerja Perusahaan

Kinerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang dihasilkan atau hasil kerja yang dicapai dari suatu usaha. Sedangkan, pengertian kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang telah ditetapkan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan pengertian kinerja keuangan adalah kemampuan kerja manajemen keuangan dalam mencapai prestasi kinerjanya (Pratiwi, 2016). Kinerja keuangan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolak ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. (Sulistyowati dan Fidliana, 2017).

Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur menggunakan analisis laporan keuangan atau analisis rasio. Berikut ini jenis-jenis rasio keuangan, yaitu:

1) Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari :

a. Rasio Lancar

b. Rasio Sangat Lancar c. Rasio Kas

(16)

2) Rasio Solvabilitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.

Jenis-jenis rasio solvabilitas, yaitu: a. Debt to Assets Ratio

b. Debt to Equity Ratio

c. Long Term Debt to Equity Ratio d. Times Interest Earned

e. Fixed Changed Converage

3) Rasio Profitabilitas, merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.

Jenis-jenis rasio profitabilitas, yaitu: a. Profit Margin on Sales

b. Return On Investment c. Return On Asset d. Return On Equity e. Laba per Lembar Saham

(17)

karena itu, profitabilitas yang baik sangat penting untuk dicapai setiap bank syariah.

Dari berbagai jenis rasio profitabilitas, ROA (return on asset) merupakan rasio yang mengukur banyaknya laba yang dihasilkan dalam setiap aktiva yang digunakan. Laba merupakan tujuan suatu perusahaan beroprasi sehingga informasi tentang laba yang dihasilkan oleh perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemegang saham. Informasi tentang laba perusahaan dapat mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan.

(18)

Penelitian ini menggunakan salah satu proksi rasio keuangan yaitu ROA (Return On Assets). ROA (Return Onn Assets) lebih dipilih dari pada rasio lainnya karena lebih cocok digunakan untuk menghitung variabel modal intelektual (Intellectual Capital). Jika menggunakan ROE (Return On Equity) maka total ekuitas yang merupakan denominator ROE (Return

On Equity) adalah salah satu komponen dari Value Added Capital

Employed (VACA). Jika menggunakan ROE (Return On Equity), maka akan double counting atas akun yang sama yaitu ekuitas. Dimana VACA yang dibangun dari akun ekuitas dan laba bersih sebagai variabel independen dan ROE (Return On Equity) yang juga dibangun dari akun ekuitas dan laba bersih menjadi variabel dependen (Ningrum, 2012).

B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang terkait mengenai variabel-variable intellectual capital yang diproksikan dengan iB_VACA, iB_VAHU, iB_STVA, dan indeks good corporate governance terhadap kinerja keuangan bank umum syariah, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Artikel /

Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 (Pratiwi,

2017)

“Pengaruh Intellectual Capital Dan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, Vol.4 No.1, Maret 2017, Hal. 85-97.

(19)

5. (Ihsan, 2016)

“Kualitas Penerapan Good Corporate Governance Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Serta Pengaruhnya Pada Kinerja Keuangan”. Jurnal Ekonomi Islam Vol. 7, No. 2,

September 2016.

Dari hasil penelitian, didapatkan variabel yang berpengaruh paling besar terhadap GCG adalah BOPO. Hasil variabel NPF, ROA, ROE, dan FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap GCG pada bank umum syariah.

6. (Prasinta, 2012)

“Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja

Keuangan”. Accounting Analysis Journal 1 (2) (2012), ISSN: 2252-6765.

Good Corporate Governance yang diproksikan skor CGPI tidak berpengaruh terhadap ROA, skor CGPI berpengaruh positif terhadap ROE, dan skor CGPI tidak ber-pengaruh terhadap Tobin’s Q. 2 (Nizar dan

Khoirul, 2015)

“Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil Dan Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah”. Jurnal Akuntansi Akrual 6 (2) (2015): 127-143 e-ISSN: 2502-6380.

Intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan bank syariah, karena intellectual capital mampu menciptakan keunggulan kompetitif bagi bank syariah.

3. (Satiti dan Nur, 2013)

“Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2, No. 7 (2013)

Intellectual capital (HCE, SCE, dan CEE) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA); HCE tidak berpengaruh terhadap ROA; SCE berpengaruh terhadap ROA; CEE tidak berpengaruh terhadap ROA. 4. (Aritonang,

Harjum, Sugiono, 2016)

“Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan”. Jurnal Bisnis Strategi Vol. 25, No. 1, Juli 2016.

(20)

7. (Pratiwi, 2016)

“Pengaruh Kualitas Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap

Kinerja Keuangan pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2010 – 2015)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 2, No. 1, Hal. 55-76.

Secara parsial kualitas penerapan GCG berpengaruh positif

signifikan terhadap CAR, NPF, BOPO, dan berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, ROE, serta tidak berpengaruh terhadap NIM, FDR.

8. (Majid, Sayyed, Behzad, Khatiri, 2015) “Intellectual capital performance on

financial institutions in iran”. WALIA Journal 31 (S3): 56-60, 2015, ISSN: 1026-3861.

Komponen IC berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan lembaga keuangan di iran yang diproksikan dengn ROA.

9. (Nausyad dan Malik, 2015)

“Corporate

Governance and Bank Performance: A Study of Selected Banks in GCG Region”. Asian Social Science; Vol. 11, No. 9; 2015, ISSN 1911-2017. Published by Canadian Center of Science and Education.

Penelitian menyimpulkan bahwa tata kelola perusahaan

menimbulkan pengaruh yang signifikan pada kinerja keuangan sektor perbankan GCG.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

(21)

penelitian ini melakukan pengujian kembali yaitu menggunakan variabel independen Intellectual Capital yang diproksikan dengan iB_VACA, iB_VAHU dan iB_STVA serta Indeks Good Corporate Governance diukur dengan indikator nilai komposit. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah ROA (return on assets).

Menurut Resouce Based Theory apabila kinerja intellectual capital dapat dilakukan secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki suatu nilai tambah yang dapat memberikan suatu karakteristik (Hermawan, 2013). Dengan demikian, jika perusahaan yang memiliki intellectual capital lebih tinggi akan cenderung memiliki kinerja masa datang yang lebih baik. Maka pertumbuhan dari intellectual capital juga akan memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan masa yang akan datang. Dimana hubungan Intellectual Capital yang diproksikan dengan Value Added Capital Employed,

(22)

optimal. Value Added Intellectual Capital (VAIC) meupakan metode pengukuran Intellectual capital yang menggabungkan tiga komponen yaitu iB_VACA, iB_VAHU, dan iB_STVA untuk menciptakan Value Added (VA). Sehingga komponen dari intellectual capital yang diproksikan dengan iB_VACA, iB_VAHU, dan iB_STVA juga memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan masa yang akan datang (Ulum, 2013).

Hasil penelitian Rachmawati dan Damar (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara intellectual capital terhadap Return On Asset (ROA) perbankan. Semakin tinggi nilai intellectual capital sebuah perusahaan perbankan maka Return on Asset (ROA) suatu perusahaan keuangan tersebut semakin meningkat. Hasil penelitian Yunita (2012) juga mangindikasikan bahwa modal intelektual terbukti berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

(23)

dimana semakin kecil indikator nilai komposit good corporate governance perusahaan memiliki kualitas manajemen yang bagus.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2016) yang menunjukan bahwa penerapan GCG berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA (return on assets). Hasil penelitian Ihsan (2016) juga mendukung penelitian Pratiwi

(2016) yang menyatakan bahwa good corporte governance tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA (return on assets).

Bedasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran teoritis yang menyatakan bahwa intellectual capital yang diproksikan dengan iB_VACA, iB_VAHU, iB_STVA dan indeks good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang dalam penelitian ini di wakili oleh return on assets (ROA).

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (-) iB_VACA

iB_VAHU

iB_STVA

Kualitas GCG

(24)

D. HIPOTESIS

1. Pengaruh Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Value Added Capital Employed (iB_VACA) terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah

Hubungan Intellectual Capital yang diproksikan dengan iB_VACA (Islamic Banking Value Added Capital Employed), yaitu dimana capital employed menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola

sumber daya berupa capital assets yang apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Menurut resource based theory apabila kinerja intellectual capital dapat dilakukan secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki suatu nilai tambah yang dapat memberikan suatu karakteristik (Ulum, 2013). iB_VACA yang merupakan proksi dari intellectual capital dengan pengelolaan dan pemanfaatan capital assets yang baik, maka perusahaan dapat meningkatkan kinerja

keuangan, pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar (Kartika dan Hantane, 2013). Semakin baik perusahaan dalam mengelola capital employed, menunjukan semakin baik perusahaan mengelola aset. Sehingga dapat disimpulkan bahwa capital employed memiliki arah yang positif terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.

(25)

yang dilakukan oleh Maisaroh (2013) juga sama dengan penelitian Ningrum (2012) bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Islamic Banking Value Added Capital Employed (iB_VACA) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah.

2. Pengaruh Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Value Added Human Capital (iB_VAHU) terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah

(26)

intellectual capital yang dimiliki, maka kinerja perusahaan akan meningkat pula (Prasetya, 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa iB_VAHU memiliki arah positif terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2017) menyatakan bahwa human capital berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian Ausi (2014) juga mendukung penelitian yang dilakukan Putra yang menyatakan bahwa human capital berpengaruh signifikan terhadap ROA. Begitu juga yang diungkapkan oleh Hermanus (2013) yang menyatakan bahwa human capital terbukti berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Islamic Banking Value Added Human Capital (iB_VAHU) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah.

3. Pengaruh Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Structural Capital Value Added (iB_STVA) terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah

(27)

maka akan menghambat produktivitas karyawan dalam menghasilkan value added (Ulum, 2013). Menurut Resource Based Theory apabila kinerja keuangan intellectual capital dilakukan secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki nilai tambah yang dapat memberikan suatu karakteristik. Dimana manajemen yang mampu mengolah structural capital dengan baik akan membantu meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa structural capital memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2017) menyatakan bahwa structural capital memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian Dwipayani (2014) yang mengambil data di perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa structural capital berpengaruh signifikan positif terhadap ROA. Hasil senada juga diungkapkan oleh Suhendah (2012) yang mengambil data di perusahaan go public di Indonesia yang menyimpulkan bahwa structural capital berpengaruh signifikan terhadap ROA. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(28)

4. Pengaruh Indeks Good Corporate Governance terhadap Kinerja Bank Umum Syariah

Menurut teori keagenan dimana semakin kecil indeks good corporate governance, maka akan semakin mengurangi biaya agensi yang

mana akan menunjukan semakin baik penerapan good corporate governance dan akan meningkatkan kinerja keuangannya. Menurut Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor: 12/13/DPbS Tahun 2010 perusahaan yang semakin kecil indikator nilai komposit pada indeks good corporate governance maka kualitas manajemen dalam menjalankan oprasional bank

sangat baik sehingga bank bisa mendapatkan keuntungan. Maka, cenderung kearah negatif karena dimana semakin kecil indikator nilai komposit good corporate governance perusahaan memiliki kualitas manajemen yang bagus. Dapat disimpulkan bahwa kualitas manajemen dalam menjalankan oprasional bank sangat baik sehingga bank bisa mendapat keuntungan.

(29)

Dalam hasil penelitian Ferdyant dkk (2015) dan Daniel (2012) menunjukan bahwa variabel good corporate governance berpengaruh negatif terhadap return on assets pada perbankan syariah. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4 : Indeks good corporate governance berpengaruh negatif terhadap

Gambar

Tabel 2.1 Definisi IC Menurut Para Ahli
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Berdsarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul : “Peningkatan Hasil Belajar

Anda tidak dapat memiliki lebih dari 5.000 teman di Facebook, namun Anda dapat memiliki jumlah yang tidak terbatas orang bergabung dengan halaman Anda, menghubungkan

Pada proses perancangan logo untuk Sentra PKL Wiyung tahap yang ketiga, yaitu tahap digitalisasi, kami melakukan pembuatan versi digital dari sketsa logo

Saat itu pa didin mengalami kemerosotan usaha yang ia lakoni selama bertahun-tahun hingga akhirnya pa didin berinisiatif untuk membeli sepeda motor vespa yang sudah usang

1) Material yang digunakan untuk produk herbarium adalah material dengan bahan resin. Bahan ini dipilih karena ketahanannya terhadap perubahan cuaca, mudah dibuat, dan mampu

Metode intuitif ialah penyuntingan yang dilakukan dengan cara mengambil salah satu naskah yang paling baik isinya (Bani Sudardi, 2003:59). Apabila terdapat bacaan

Peraturan Mahkamah Agung Ho. 1 tahun 1965 tersebut berisikan alasan dan cara mengajukan permohonan peninjau­ an kembali putusan perkara perdata maupun perkara pidana yang

Kimia Jilid 2 Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Pembinaan SMK: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan. Menengah