• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pembangunan Kota Bandung sebagai bagian integral dari pembangunan regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat integratif baik dalam tataran perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian yang dilakukan secara berkeseimbangan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Mengingat ruang lingkupnya yang sangat luas, kegiatan pembangunan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan harus dilakukan dan didukung oleh seluruh komponen masyarakat. Oleh karena itu, hubungan kerjasama pemerintah dengan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dan harus menjadi fokus perhatian terutama untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam pembangunan. Kerjasama yang dijalin dan dikembangkan tentunya harus bertujuan untuk mencapai sasaran yang telah direncanakan. Sehingga akhirnya pembangunan kota yang akan dilaksanakan merupakan hasil rencana, dilaksanakan dan dikendalikan oleh seluruh warga masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah kota.

Salah satu konsekuensi logis dari hal tersebut, maka pemerintah Kota Bandung harus mampu meningkatkan kualitas kinerja khususnya dalam memberikan pelayanan publik baik dalam kerangka perwujudan kesejahteraan masyarakat maupun strategi untuk menghadapi era persaingan global. Kinerja

(2)

pelayanan yang baik pada akhirnya akan menjadi faktor pendorong dan atau pendukung terhadap pertumbuhan serta perkembangan kota.

Berangkat dari kondisi yang dihadapi Kota Bandung, perlu adanya fokus perhatian yang utama dan strategis dalam meletakkan dasar - dasar kebijakan yang rasional tanpa terlepas dari visi yang telah dibangun secara bersama, seperti untuk : pengembangan sumber daya manusia, pengembangan ekonomi kota, pengembangan sosial budaya kota, penataan kota, pengembangan kepemerintahan kota (good governance), maupun pengembangan sumber-sumber pembiayaan pembangunan

.

Berdasarkan visi yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandung, maka diperlukan langkah-langkakah dan tindakan-tindakan pemantapan meliputi revitalisasi, reaktualisasi, reorientasi dan refungsionalisasi pembangunan yang harus dilakukan bersama-sama oleh pemerintah Kota Bandung dan masyarakatnya serta didukung secara politis oleh pihak legislatif.

Salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Kota Bandung adalah Sektor industri-wisata yang berfungsi sebagai kawasan wisata belanja, dimana diharapkan mampu untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha, mendorong pemerataan pembangunan kota, dan memberikan kontribusi dalam penerimaan pendapatan daerah yang dihasilkan dari jumlah kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) atau wisatawan mancanegara (wisman), serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(3)

Meningkatnya jumlah investor dan wisatawan yang datang ke Kota Bandung merupakan momentum untuk melakukan revitalisasi kawasan-kawasan industri-perdagangan yang juga berperan sebagai kawasan wisata belanja lama yang sudah terkenal dan akrab didengar oleh para investors dan wisatawan seperti : Kawasan Cihampelas, Cibaduyut dan Cigondewah, dimana setiap hari Sabtu dan Minggu atau liburan panjang selalu dipenuhi oleh para wisatawan lokal ataupun asing yang melakukan wisata belanja, hal ini tentu saja selain berkaitan dengan kualitas barang yang diperjualbelikan harus baik, tetapi ada yang harus mendapatkan prioritas perhatian yaitu fasilitas-fasilitas infrastrukturnya, seperti jalan yang tidak berlubang, trotoar yang nyaman dipakai berjalan, drainase yang baik untuk pembuangan air serta lingkungan yang bersih dari sampah, sehingga para investor dan wisatawan menjadi betah dan nyaman untuk melakukan belanja atau bisnis/menanam modal dan dapat tinggal dalam waktu yang lama.

Untuk meningkatkan kualitas dari fasilitas-fasilitas pendukung dari kawasan industri-wisata yang ada di Kota Bandung terutama infrastukturnya tersebut diperlukan adanya koordinasi antar berbagai pihak terkait melalui proses kerjasama dan perencanaan yang tepat. Dengan penataan dan revitalisasi diharapkan merupakan suatu jawaban untuk mewujudkan kawasan industri-wisata menjadi sebuah kawasan yang liveabilitas (nyaman dihuni), visibilitas (menarik dikunjungi), dan investabilitas (ramah bagi pemodal).

Sejak dicanangkan Pemkot Bandung tahun 2006 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota Bandung No. 517/Kep.793-Huk tanggal 03 Oktober 2006 Tentang Pembentukan Tim Penataan Revitalisasi Kawasan Sentra Industri

(4)

Sepatu Cibaduyut, Kain Cigondewah, Jean’s Cihampelas, Rajut Binongjati dan Jasa Sablon PHH. Mustopa, yang kemudian dilakukan revisi dengan mempertimbangkan tambahan 2 (dua) kawasan terbaru untuk dilakukan revitalisasi melalui Surat Keputusan Walikota Bandung No. 530/Kep.295-DISKUKM. PERINDAG/2009 tanggal 03 Maret 2009. 2 (dua) kawasan tersebut adalah Kawasan Rajut Binongjati serta Tahu dan Tempe Cibuntu. Dengan programnya di kenal dengan sebutan “Revitalisasi 7 (Tujuh) Kawasan Industri di Kota Bandung”. Tugas pokok dari dibentuknya Tim Revitalisasi ini yang paling ditekankan adalah :

1. Mengidentifikasi, menginventarisir, mengkaji, dan menelaah serta menyusun berbagai data dan permasalahan dalam revitalisasi sentra industri dan perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jeans Cihampelas, Kaos dan Sablon Suci, Rajut Binongjati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu dan tempe Cibuntu;

2. Menampung aspirasi masyarakat dalam upaya pelaksanaan revitalisasi sentra industri dan perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jeans Cihampelas, Kaos dan Sablon Suci, Rajut Binongjati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu dan tempe Cibuntu

Dengan melihat tugas pokok yang diberikan kepada Tim Revitalisasi maka

di dalam SK Walikota Bandung Nomor : 530/Kep.295 -DISKUKM.PERINDAG/2009 pada bagian Konsideran mencantumkan

Peraturan Daerah No 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan sebagai salah satu dasar untuk melakukan revitalisasi

(5)

dan kerjasama pemeliharaannya agar menjadi kawasan industri-perdagangan yang berwawasan K-3 (Ketertiban,Kebersihan dan Keindahan). Bidang-bidang mana saja yang menjadi tanggungjawab pemerintah serta bentuk-bentuk peran seperti apa yang dapat diberikan oleh masyarakat, sudah tertulis secara lengkap dalam perda ini. Tinggal menambahkan saja nilai-nilai pencitraan yang berhubungan dengan ciri khas kawasan wisata yang sedang digarap. Namun demikian, revitalisasi sentra kawasan industri-perdagangan ini seolah jalan di tempat dan tidak ada perkembangan berarti. Tujuh kawasan kondisinya tidak berbeda jauh dengan sebelum dicanangkan akan direvitaliasi.

Pihak Pemkot Bandung tidak tinggal diam dan terus melakukan berbagai langkah dalam upaya revitalisasi tujuh kawasan. Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung, bahkan membantah tudingan program revitalisasi jalan di tempat. Menurutnya, sejak ditetapkan, revitalisasi tujuh kawasan industri berjalan dengan baik, namun dilakukan secara bertahap (Diskominfo, 11 Februari 2011). Tahun 2011 tahapan revitalisasi yang paling dominan Anggaran aktifitas pelaksanaan pengerjaannya yaitu dilakukan pada Kawasan Sentra Sepatu Cibaduyut, dikarenakan kawasan ini cukup lama dikenal masyarakat baik lokal, regional bahkan mungkin mancanegara, sebagai kawasan industri sekaligus kawasan wisata belanja yang ternyata dianggap sudah tidak memberikan rasa nyaman bagi pebisnis dan wisatawan, terutama dari aspek prasarana jalannya, lahan parkir, drainage, trotoar dan sampah.

(6)

Revitalisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung terhadap prasarana Kawasan Sentra Sepatu Cibaduyut tidak hanya melibatkan satu OPD saja tetapi melibatkan kerjasama beberapa OPD yang masuk di dalam Tim Revitalisasi Sentra Industri dan Perdagangan ,yaitu : 1. Dinas Bina marga dan Pengairan; 2. Dinas Pemakaman dan Pertamanan; 3. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, sebagai OPD yang masuk dalam bidang penataan sarana dan prasarana, sedangkan untuk pelaksanaan di lapangan melibatkan juga aparat kewilayahan (Kecamatan dan Kelurahan) dan masyarakat setempat.

Dengan melibatkan beberapa OPD dalam pelaksanaan revitalisasi yang dilanjutkan dengan pemeliharaan seharusnya dapat berjalan dengan efektif, tetapi pada kenyataannya ketika revitalisasi infrastruktur dilaksanakan dan dilanjutkan dengan upaya pemeliharaan di kawasan Cibaduyut banyak masyarakat setempat yang tidak mengetahui bagaimana tahapan revitalisasi dilaksanakan dan bentuk pemeliharaan yang akan dilakukan seperti apa, hal ini dikarenakan

1. Kurangnya informasi ataupun sosialisasi kebijakan-kebijakan pemerintah dan atau pemerintah daerah kepada masyarakat sekitar Cibaduyut dalam rangka pelaksanaan kegiatan revitalisasi dan tahapan pemeliharaan yang akan harus dilakukan , sehingga pada saat pelaksanaan revitalisasi masyarakat sekitar Cibaduyut hanya bertindak selaku “penonton” saja, dan ketika selesai pelaksanaan revitalisasi pun masyarakat tidak dilibatkan pada bagaimana konsep pemeliharaan kawasan harus dilakukan;

(7)

2. Kegiatan revitalisasi juga terkesan tumpang tindih pekerjaan dan koordinasi diantara OPD yang masuk kedalam Tim Revitalisasi dikarenakan dalam pelaksanaan tugas di lapangan tidak berpedoman terhadap tugas pokok dan fungsi yang telah tertuang secara jelas pada SK Walikota Bandung Nomor : 530/Kep.295-DISKUKM.PERINDAG/2009. Serta tidak adanya koordinasi antar OPD dalam Tim Revitalisasi dalam melakukan tahapan pemeliharaan setelah selesainya revitalisasi kawasan dilakukan;

Kendala-kendala yang disampaikan diatas mengenai pelaksanaan revitalisasi kawasan Cibaduyut mengindikasikan belum efektifnya kerjasama antar OPD yang tergabung dalam tim revitalisasi dan hal ini tentu saja berimbas kepada kerjasama dengan masyarakat menjadi kurang efektif dilaksanakan. Padahal revitalisasi kawasan industri-perdagangan ini tentunya harus mempunyai dampak langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Infrastruktur yang direvitalisasi harus dapat dimanfaatkan sampai masa yang panjang, untuk itu diperlukan upaya lanjutan yaitu pemanfaatan dan pemeliharaan. Bila infrastruktur yang dibangun tidak memberikan manfaat jangka panjang akibat lemahnya pengelolaan, akan berakibat pada tidak tercapainya harapan masyarakat dan tujuan program.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti sangat tertarik untuk mengkaji dan meneliti belum efektifnya kerjasama OPD pada saat revitalisasi dilaksanakan ternyata berpengaruh terhadap faktor penting lainnya yang mempengaruhi berfungsinya suatu infrastruktur yang direvitalisasi adalah pemeliharaan infrastruktur, berdasarkan fakta-fakta yang dilihat dilapangan bahwa kegiatan

(8)

revitalisasi kawasan Cibaduyut seperti pelaksanaan kegiatan pembangunan lainnya yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu bersemangat pada saat pembangunan/revitalisasinya tetapi sangat lemah bahkan tidak ada sama sekali memiliki konsep, bagaimana pemeliharaan terhadap kawasan yang telah dilakukan pembangunan/revitalisasi, agar infrastruktur yang telah direvitalisasi dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan oleh masyarakat; terjaminnya kualitas prasarana yang direvitalisasi tidak cepat rusak dan berumur panjang dalam pemanfaatannya, terwujudnya kawasan yang visibilitas (menarik dikunjungi), dan investabilitas (ramah bagi pemodal/investor).

1.2 Rumusan Masalah

Masalah pemeliharaan terhadap sesuatu yang telah dibeli, dibuat atau dibangun baik itu oleh pemerintah ataupun swadaya masyarakat merupakan problem klasik yang terjadi di Indonesia. Dimana pada saat pembuatan atau pembangunan semua daya upaya dikerahkan secara maksimal, tetapi setelah selesai tidak dilanjutkan dengan menerapkan sistem pemeliharaan yang maksimal sehingga apa yang sudah dibuat atau dibangun menjadi terbengkalai dan cepat rusak tanpa jelas siapa yang harus menjaga, memelihara dan mempertanggungjawabkannya.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, pernyataan permasalahan (problem statement) yang diajukan dalam penelitian ini adalah upaya kerjasama pemeliharaan yang dilakukan oleh instansi di Pemerintah Kota Bandung setelah dilakukannya revitalisasi infrastrukturnya.

(9)

Berdasarkan problem statement tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu : Bagaimana Kerjasama Pemeliharaan Kawasan Revitalisasi Sentra Sepatu Cibaduyut dilakukan oleh Instansi Pemerintah Kota Bandung ?.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji bentuk Kerjasama Pemeliharaan Kawasan Revitalisasi Sentra Sepatu Cibaduyut dilakukan oleh Instansi Pemerintah Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Aspek Teoritis (Manfaat Keilmuan)

Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai masukan, saran serta memperluas pandangan di bidang Teori Kebijakan Publik terhadap bentuk Teori Organisasi dan Teori Prilaku Organisasi kerjasama pemeliharaaan sebuah kawasan yang telah dilakukan revitalisasi .

(10)

1.4.2 Aspek Praktis (Guna Laksana)

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan dan saran bagi Pemerintah selaku pembuat suatu bentuk kebijakan serta masyarakat sebagai aktor pelaksana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah , untuk melakukan suatu bentuk hubungan kerjasama pemeliharaan suatu kawasan yang telah dilakukan revitalisasi agar dapat dirasakan secara maksimal manfaatnya , tidak cepat rusak dan berumur panjang

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat diketahui bahwa dispersi pertumbuhan dengan konsep konvergensi sigma dan absolut berlaku di Provinsi Jawa Tengah, yang mengartikan bahwa

Analisis data berupa analisis deskriptif dengan menggunakan rasio varians belanja daerah, analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, rasio efisiensi

Mekanisme yang sedang dikembangkan di internasional untuk menurunkan emisi dengan mencegah deforestasi dan degradasi Perkembangan selanjutnya REDD+ memasukkan konservasi, PHL dan

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri

P NPM Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

Analisis yang dilakukan pada sampel cookies adalah pengujian kadar air dengan metode oven, pengujian aktivitas air, pengujian hardness dan pengujian warna.

Hasil penelitian berdasarkan faktor kesediaan benih menunjukan bahwa apabila benih yang ada di penangkar habis biasanya para petani yang menggunakan benih bersertifikat lebih

Penjabat Bupati Nias Selatan, Penjabat Bupati Pakpak Bharat dan Penjabat Bupati Humbang Hasundutan diusulkan oleh Gubernur Provinsi Sumatera Utara kepada Menteri Dalam Negeri