• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCL E BERBANTUAN APLIKASI CABRI 3D DIKELAS VIII F SMP MUHAMMADIYAH AJIBARANG - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCL E BERBANTUAN APLIKASI CABRI 3D DIKELAS VIII F SMP MUHAMMADIYAH AJIBARANG - repository perpustakaan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan Spasial

a. Pengertian Kemampuan Spasial

Menurut Amstrong (dalam Yuliani dan Bambang, 2010),

kemampuan spasial merupakan kemampuan untuk

memvisualisasikan gambar didalam pemikiran seseorang.

Sulistyarini dan Santoso (2015), menyatakan bahwa kemampuan

spasial merupakan kecerdasan berpikir dalam bentuk visualisasi,

gambar dan bentuk tiga dimensi. Sedangkan menurut

Yaumi(2013:16), kemampuan spasial adalah kepekaan pada garis,

warna, bentuk, ruang, keseimbangan, pola dan hubungan antar unsur

tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan membayangkan,

mempresentasikan ide secara visual dan spasial dan

mengorientasikan secara tepat. Komponen inti dari kecerdaan spasial

bertumpu pada ketajaman melihat dan ketelitian pengamatan.

Dari tiga pendapat pakar diatas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan spasial merupakan kemampuan menanggapi suatu objek

pada posisi yang berbeda dengan memvisualisasi bentuk-bentuk

bangun datar dan bangun ruang. Kemampuan tersebut bertumpu

(2)

mempresentasikan ide keruangan secara akurat dan

mengorientasikan secara tepat.

Kemampuan spasial menjadi tujuan utama dalam pembelajaran

matematika terutama geometri di sekolah. Maier (1996), menyatakan

bahwa kemampuan spasial tidak hanya digunakan dalam berbagai

tugas matematika sekolah, akan tetapi pada mata pelajaran lainnya

dan pada lingkup yang lebih luas seperti dunia kerja. Dalam

matematika kemampuan spasial lebih dikaitkan dengan penyelesaian

permasalahan geometri. Geometri merupakan salah satu cabang

matematika yang mempelajari tentang titik, garis, bidang dan

benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan

hubungannya antara yang satu dengan yang lain. Di banyak negara

pengembangan kemampuan spasial merupakan tujuan utama dari

pembelajaran geometri.

Yaumi (2013), menyatakan seseorang dengan kemampuan

spasial yang baik dicirikan antara lain sebagai berikut :

1. Selalu mengembangkan ide-ide yang menarik

2. Senang mengatur dan menata ruang

3. Senang menciptakan seni dengan menggunakan media

yang bermacam-macam

4. Menggunakan graphic organizer sangat membantu dalam

(3)

7

5. Merasa puas ketika mampu memeperlihatkan

kemampuan seni

6. Senang menggunakan spreadsheet ketika membuat grafik, diagram dan tabel

7. Menyukai teka-teki tiga dimensi

8. Musik video memberikan motivasi dan inspirasi dalam

belajar dan bekerja

9. Dapat mengingat kembali berbagai peristiwa melalui

gambar-gambar

10.Sangat mahir membaca peta dan denah.

b. Indikator Kemampuan Spasial

Indikator kemampuan spasial tergantung pada kemampuan

untuk menggambar bentuk dan ruang dari suatu objek. Menurut

Maier (1996), berikut beberapa indikator kemampuan spasial :

1) Persepsi Keruangan (Spatial Perception)

Persepsi keruangan merupakan kemampuan mengamati

suatu bangun ruang atau bagian-bagian bangun ruang yang

diletakan pada posisi horisontal atau vertikal. Proses mental

elemen ini adalah statis artinya hubungan antara subjek

(pengamat) dengan objek (benda yang diamati) berubah,

sedangkan hubungan keruangan antar bagian dari objek tersebut

(4)

A B C

D E

Gambar 2.1 Model Tes Untuk Melatih Elemen Persepsi Keruangan

Penjelasan : Siswa diminta memilih gambar permukaan air

mana yang terbentuk jika kubus tersebut dimiringkan.

2) Visualisasi Keruangan (Spatial Visualisation)

Visualisasi keruangan sebagai kemampuan untuk

membayangkan atau memberikan gambaran tentang suatu

bentuk bangun ruang yang bagian-bagiannya mengalami

(5)

9

berubah. Contohnya bangun ruang identik dengan gambar objek.

(Prabowo dan Ristiani, 2011)

Gambar 2.2 Model Tes Untuk Melatih Elemen Visualisasi Keruangan

Penjelasan : siswa diminta menemukan gambar – gambar mana

saja yang identik dengan gambar objek

3) Rotasi Pikiran (Mental Rotation)

Rotasi pikiran mencakup kemampuan merotasikan suatu

bangun dimensi dua ataupun dimensi tiga secara cepat dan tepat.

Kemampuan ini sekarang semakin penting karena banyak orang

bekerja dengan software grafis. Proses mental elemen ini adalah

A B C

(6)

A B C

D E

Gambar 2.3 Model Tes Untuk Melatih Elemen Rotasi Pikiran

Penjelasan : siswa diminta menemukan bangun yang tepat jika

dirotasikan dengan sudut tertentu.

4) Relasi Keruangan (Spatial Relation)

Relasi keruangan merupakan kemampuan untuk memahami

bentuk suatu benda ataupun bagian-bagian dari benda tersebut

serta memahami hubungan antara bagian yang satu dengan yang

lain. Misalnya seseorang harus dapat mengenal identitas suatu

benda yang ditunjukan dengan posisi berbeda. Proses mental

(7)

11

Dan

A B C

D E

Gambar 2.4 Model Tes Untuk Melatih Elemen Relasi Keruangan.

Penjelasan : siswa diminta menemukan dadu yang benar jika

dilihat dari berbagai sisi dengan memperhatikan

identitas/unsur-unsur dari dadu tersebut.

5) Orientasi Keruangan (Spatial Orientation)

Orientasi keruangan adalah kemampuan untuk mencari

pedoman sendiri secara fisik atau mental di dalam ruang, atau

berorientasi dari seseorang di dalam situasi keruangan yang

(8)

sebuah bangun dilihat dari berbagai arah. (Prabowo dan Ristiani,

2011)

A B C

D E

Gambar 2.5 Model Tes Untuk Melatih Elemen Orientasi Keruangan

Penjelasan : siswa diminta menentukan wujud yang terlihat dari

suatu benda jika dilihat dari berbagai macam arah.

Kemampuan spasial yang terdiri dari 5 indikator

mempuanyai karakteristik masing-masing untuk mengukur

kemampuan spasial siswa. Adapun pada indikator pertama

kemampuan spasial dapat diukur dengan water level test, kemudian indikator kedua kemampuan spasial siswa dapat

dilatih dengan melihat bangun ruang jika bagiannya mengalami

perubahan/perpindahan. Lalu indikator ketiga, kemampuan

(9)

13

tiga dimensi secara tepat. Indikator keempat dapat diukur dengan

relasi keruangan dimana kemampuan untuk memahami bagian

suatu benda jika ditunjukan dengan posisi yang berbeda. Dan

indikator yang terakhir dapat diukur dengan melihat suatu benda

jika dilihat dari berbagai macam arah. Masing-masing indikator

mempunyai karakteristik tes yang berbeda-beda dengan tujuan

yang sama yaitu mengukur tingkat kemampuan spasial siswa.

c. Geometri di Sekolah Menengah Pertama

Untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama/sederajat jenis geometri

yang diajarkan lebih kepada geometri ruang yang diajarkan dengan

nama “Dimensi Tiga”. Materi ini diajarkan saat kelas VIII. Rincian

materi geometri yang tercantum pada kurikulum KTSP 2006 yang

berlaku di Indonesia sebagai berikut :

Tabel 2.1 Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Geometri

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri

balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya

5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas 5.3 Menghitung luas permukaan dan

volume kubus, balok, prisma dan limas

Rincian materi dimensi tiga diatas dapat dijabarkan sebagai

(10)

d. Diagonalruang, e. Bidang diagonal, f. Jaring-jaring, g. Luas

permukaan dan volume bangun ruang.

2. Cabri 3D

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

berarti „tengah‟,‟perantara‟ atau „pengantar‟. Maka dapat diartikan

media berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau

kutub) atau suatu alat. Menurut Yunus Johan dkk (2015), media digunakan sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar. Sebagai mana dikemukakan oleh Martin dan Briggs

(dalam Wena, 2009), media adalah semua sumber yang diperlukan

untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa

perangkat keras seperti komputer, televisi, proyektor dan perangkat

lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut.

Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dikenal sebagai

hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera. Selain itu, media pendidikan

juga memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam

perangkat keras dan merupakan isi yang ingin disampaikan kepada

siswa.

Menurut Accascina dan Rogora (2006), Cabri 3D merupakan

perangkat lunak dinamis-geometri yang dapat digunakan untuk

(11)
(12)

Berdasarkan uraian tersebut, media pembelajaran Cabri 3D

merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk membantu guru

dalam pembelajaran geometri khususnya bangun ruang. Selain itu,

melalui media Cabri 3D ini dapat membantu materi pelajaran bangun

ruang yang terlihat abstrak menjadi lebih mudah untuk dipahami.

Adapun kelemahan yang didapat pada cabri 3D antara lain hasil

pengukuran kurang akurat karena menggunakan desimal dan kurang

baik dalam kepekaan atau keasliannya.

3. Model Learning Cycle

a. Pengertian Learning Cycle

Menurut Moyer RH (2007:12), pembelajaran siklus atau

model Learning Cyclemerupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi

sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai

kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. Siklus belajar

pada mulanya terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu fase eksplorasi

(exploration), pengenalan konsep (concept introduction), penerapan konsep (concept application). Akan tetapi, Learning Cycle tiga fase

saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menajdi lima fase,

yakni ditambahkan tahap engagement pada awal siklus dan diakhiri

dengan evaluation pada akhir siklus. Pada pembelajaran ini, tahap

(13)

17

diistilahkan menjadi explanation dan elaboration, sehingga Learning Cycle saat ini sering disebut dengan “Learning Cycle 5 -E”

b. Tahap Pembelajaran siklus (Learning Cycle)

1) Fase Engagement (Pendahuluan)

Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal

dari siklus belajar. Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan

diri pembelajar agar terkondisi dalam menempuh fase

berikutnya. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan

dan mengembangkan minat serta keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. (Wena, 2009)

Pengetahuan awal siswa tentang penguasaan terhadap

kompetensi sebelumnya akan berkaitan dengan kompetensi

yang akan diajarkan dan akan digali kembali dengan

menambahkan ilustrasi masalah kehidupan sehari-hari yang

dapat diselesaikan dengan menghubungkan masalah

tersebut dengan matematika.

2) Fase Exploration (Eksplorasi)

Pada tahap eksplorasi akan dibentuk

kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian masing-masing

siswa dengan kelompoknya diberi kesempatan untuk bekerja

sama tanpa pembelajaran langsung dari guru. Pada dasarnya

(14)

dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah atau

mungkin sebagian salah, sebagian benar. Dengan guru

berperan sebagai fasilitator dan motivator. (Wena, 2009).

Fase exploration memungkinkan siswa menguji

prediksi-prediksi yang siswa dapatkan pada fase

sebelumnya. Pengujian tersebut dapat dilakukan siswa

dengan bekerja sama mendiskusikan pikiran-pikiran siswa

tentang kaitan antar topik matematika yang sedang dibahas

dengan mengkaitkan masalah dikehidupan sehari-hari. Peran

guru adalah sebagai fasilitator dengan memberikan petunjuk

apabila ada siswa yang belum paham dalam menjawab soal

yang diberikan pada Lembar Kerja Siswa. Dan sekaligus

guru menajdi motivator dengan terus mengeksplorasi dirinya

dan mendorong semangat siswa untuk tidak mudah

menyerah.

3) Fase Explaination (Penjelasan)

Pada tahap ini, guru dituntut untuk mendorong siswa

menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri,

meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan

saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau

guru. (Wena, 2009).

Siswa menjelaskan konsep-konsep hasil pemikiran

(15)

19

maupun penjelasan yang berkaitan dengan masalah

sehari-hari dengan konsep matematika. Siswa menjelaskan konsep

tersebut dengan cara mempresentasikan hasil diskusi kepada

anggota kelompok lain.

4) Fase Elaboration (Perluasan)

Pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan

ketrampilan yang telah dipelajari dalam konteks yang

berbeda. Dengan demikian siswa akan dapat belajar secara

bermakna karena telah dapat menerapkan atau

mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam

situasi yang baru (Wena, 2009)

Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru

secara individu. Soal yang diberikan berupa kaitan konsep

yang telah diketahui siswa dahulu dalam menyelesaikan

masalah sehingga akan tetap teringat oleh siswa akan konsep

yang dulu pernah siswa terima

5) Fase Evaluation (Evaluasi)

Pada fase ini, guru mendorong siswa melakukan

evaluasi diri, memahami kekurangan dan kelebihan dalam

kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi diri,

siswa dapat mengambil keputusan lanjut atau situasi belajar

(16)

kekurangan dan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran

saat itu. (Wena, 2009).

Pada fase ini, dilakukan pengkoreksian bersama

terhadap hasil pekerjaan siswa yang telah dikerjakan siswa

pada fase elaboration. Pengkoreksian hasil pekerjaan siswa

dilakukan agar siswa melakukan evaluasi diri dengan

menganalisis kekurangan dan kelebihannya dalam kegiatan

pembelajaran. Guru juga melakukan pengambilan

kesimpulan untuk kompetensi yang telah dipelajari.

Berdasarkan tahapan dalam pembelajaran siklus

(Learning Cycle) yang telah dipaparkan, siswa diharapkan tidak hanya terfokus oleh penjelasan yang guru berikan,

namun juga ikut berperan aktif dalam menggali,

menganalisis dan mengevaluasi pemahamannya mereka

terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari. (Wena, 2009).

c. Kelebihan dan Kekurangan model Learning Cycle (Shoimin A, 2014:61)

Dilihat dari dimensi pembelajar, penerapan strategi ini

memberikan keuntungan sebagai berikut :

1) Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar dilibatkan

secara aktif dalam proses pembelajaran (student centered)

2) Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang

(17)

21

3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena mengutamakan

pengalaman nyata

4) Siswa akan mengilustrasikan pengetahuan lewat pemecahan

masalah dan informasi yang didapat

Disamping kelebihan yang bisa didapat dalam Learning Cycle juga

terdapat kekurangan, yaitu :

1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai

materi dan langkah-langkah pembelajaran

2) Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang

dan melaksanakan proses pembelajaran

3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan

terorganisasi

4) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam

menyusun rencana dan melaksakan pembelajaran

d. Langkah – langkah model Learning Cycle

Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses

pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Tahap engagement (pendahuluan)

Pada tahap ini diberikan motivasi untuk menggali minat dan

(18)

2) Tahap exploration (eksplorasi)

Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berdiskusi dengan kelompoknya, serta guru hanya berperan

sebagai fasilitator

3) Tahap explaination (penjelasan)

Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil

diskusi dengan kalimat mereka sendiri dan guru mengarahkan

jalannya diskusi

4) Tahap elaboration (perluasan)

Pada tahap ini guru memberikan latihan soal pada siswa

5) Tahap evaluation (evaluasi)

Pada tahap ini siswa diminta melakukan evaluasi diri untuk

memahami kekurangan dan kelebihannya selama proses

pembelajaran

Berdasarkan penjelasan tentang model Learning Cycle, dapat disimpulkan bahwa model belajar siklus atau model

Learning Cycle merupakan suatu pembelajaran yang

berdasarkan pada pandangan kontruktivisme dimana

pengetahuan siswa dibangun dari pengetahuan yang siswa

miliki. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada

(19)

23

4. Pokok Bahasan

Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), materi geometri dan pengukuran

mencakup beberapa sub pokok bahasan, yaitu :

a. Mengenal bangun ruang

b. Unsur-unsur kubus dan balok yang terdiri dari

rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal

ruang dan bidang diagonal

c. Jaring-jaring kubus dan balok

d. Rumus luas permukaan kubus dan balok

e. Rumus volume kubus dan balok

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Tambunan (2006) yang berjudul “Hubungan

antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Matematika”. Penelitian

ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara kemampuan

spasial dengan prestasi belajar matematika. Penelitian ini mengambil sampel

220 anak usia sekolah 7-11 tahun dengan memberikan tes kemampuan spasial

yang terdiri dari hubungan spasial topologi, proyektif, euclids dan tes

matematika. Hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara kemampuan

spasial total, topologi dan euclids dengan prestasi belajar matematika, tetapi

tidak terdapat hubungan antara kemampuan spasial proyektif dengan prestasi

(20)

Menurut Runisah (2017), meneliti mengenai model Learning Cycle dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa keals VIII SMP di

Indramayu. Penelitian tersebut menggunakan metode eksperimen

dengandesain kelompok kontrol pretest-posttest.Pada penelitian yang

dilakukan Rusinah juga menunjukan bahwa siswa yang menerima

pembelajaran dengan Learning Cycle lebih baik dari siswa yang menerima pembelajaran konvensional. Adapun sampel yang diambil terdiri dari tiga

kelas siswa kelas VIII dari sekolah level tinggi dan tiga kelas dari

sekolahlevel sedang. Hasil menunjukan bahwa tidak ada pengaruhinteraksi

antara model pembelajaran dan level sekolah terhadap peningkatan dan

pencapaiankemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Penelitian yang dilakukan Irsadi dan Lusiana (2012) dengan judul

“Penggunaaan Perangkat Lunak Cabri 3D Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Kelas IX SMP Negeri 24 Palembang”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep belajar

matematika siswa kelas IX SMP 24 Palembang pada pokok bahasan bangun

ruang sisi lengkung setelah penggunaan perangkat lunak Cabri 3D. Penelitian

ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dimana pertemuan pertama dan

kedua adalah pemberian materi sedangkan pertemuan ketiga yaitu tes akhir

untuk melihat hasil akhir dari penelitian. Penelitian ini dilakukan di kelas IX

5 yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis yang digunakan untuk

(21)

25

setelah pembelajaran menggunakan media komputer. Hasil penelitian

menunjukan terdapat pengaruh positif pembelajaran menggunakan perangkat

lunak Cabri 3D kepada siswa kelas IX 5 SMP Negeri 24 Palembang pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Dimana kemampuan pemahaman

konsep berdasarkan indikator pemahamn konsep dengan hasil penilaian

presentasenya dikategorikan sangat tinggi dengan rata-rata presentase skor

dari 7 indikator pemahaman konsep sebesar 82,85%.

Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan spasial merupakan

penelitian untuk menguji hubungan kemampuan spasial dengan prestasi

belajar siswa. Adapun penelitian yang dilakukan Runisah menunjukan bahwa

pembelajaran dengan Learning Cycle lebih baik dari pada pembelajaran dengan konvensional. Penelitian tersebut dilakukan kepada siswa kelas VIII

SMP di Indramayu. Sedangkan perangkat lunak Cabri 3D mampu menunjukan adanya pengaruh positif pada hasil belajar siswa kelas IX SMP

24 Palembang pada materi bangun ruang sisis lengkung. Sedangkan pada

penelitian yang akan saya lakukan akan membahas mengenai bangun ruang

sisi datar dengan berbantuan aplikasi Cabri 3D.

Mayoritas penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif. Sehingga

peneliti lebih tertarik menggunakan metode kualitatif dimana peneliti dapat

melihat secara lebih detail bagaimana gambaran kemampuan spasial siswa

SMP meliputi lima unsur kemampuan spasial menggunakan media flash

(22)

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori dapat dibuat diagram dan dapat dideskripsikan. Adapun diagramnya sebagai berikut:

Indikator Kemampuan Spasial

a. Persepsi Keruangan ( Spatial Perception) b. Visualisasi Keruangan (Spatial Visualitation) c. Rotasi Pikiran (Mental Rotation)

d. Relasi Keruangan (Spatial Relation) e. Orientasi Keruangan (Spatial Orientation) Kondisi awal siswa :

1. Hasil pretes masih rendah dengan rata-rata siswa baru mencapai kategori cukup dan kurang pada setiap indikator

2. Dari 32 siswa, hanya 50% yang mampu mencapai nilai diatas rata-rata dan masuk pada kategori baik

Cabri 3D

Cabri 3D merupakan perangkat lunak dinamis-geometri yang dapat digunakan untuk membantu siswa dan guru untuk mengatasi beberapa kesulitan dalam pembelajaran geometri ruang dan membuat belajar geometri dimensi tiga (geometri ruang) menjadi lebih mudah dan lebih menarik. Dari permasalahan yang terlihat diberikan

(23)

27

Adapun kerangka pikirnya yaitu kemampuan spasial merupakan

kemampuan berpikir dalam bentuk visualisasi, gambar dan bentuk tiga

dimensi menggunakan bentuk-bentuk bangun datar dan bangun ruang.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas VIII F SMP

Muhammadiyah Ajibarang dengan perwujudan dari indikator – indikator

kemamuan spasial siswa masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut diperlukan perlakuan yang tepat yaitu dengan model Learning Cycle

berbantuan Cabri 3D. Dengan model Learning Cycle menggunakan Cabri 3D

diharapkan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan

spasial siswa. Untuk meningkatkan kemampuan dengan menggunakan

Learning Cycle berbantuan Cabri 3D yaitu dengan langkah sebagai berikut: Tahap I, engagement, proses mengidentifikasi masalah yang berguna untuk menentukan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan. Didalam tahapan

ini siswa dituntut untuk berfikir dan menganalisa sebuah permasalahan yang

ada, apa saja yang diketahui dan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan

permasalahan. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi

keruangan.

Dengan adanya perlakuan Learning Cycle berbantuan Cabri 3D, kemampuan spasial siswa

(24)

Tahap II, exploration, jadi siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya dan merencanakan penyelesaian masalah dalam soal.

Pada tahap ini siswa dituntut untuk bekerja secara berkelompok. Dalam

kegiatan diskusi ini diharapkan siswa lebih memahami materi yang sedang

dikerjakan. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator visualisasi

keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi keruangan.

Tahap III, explaination, guru meminta kepada pasangan yang telah ditentukan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas tentang apa yang telah

mereka diskusikan dengan cara presentasi dan jika ada pasangan lain yang

mempunyai jawaban yang berbeda maka pasangan itu diminta untuk

mempresentasikan jawabannya. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat

mengkomunikasikan jawaban dari hasil diskusinya dengan kelompok lain.

Selain itu pada tahapan ini dimungkinkan ada jawaban yang berbeda maka

mendorong siswa yang gagal untuk memperbaiki jawabannya di kemudian

hari. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan,

visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi

keruangan.

Tahap IV, elaboration, setelah siswa menemukan solusi dalam memecahkan masalah maka siswa dituntut untuk melaksanakan rencana

tersebut melalui latihan soal secara mandiri tidak tergantung dengan orang

lain. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan,

visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi

(25)

29

Tahap V, evaluation, mengkaji kembali kebenaran hasil dan proses sehingga siswa dibiasakan untuk memeriksa kembali jawaban yang diperoleh.

Dalam tahap ini siswa diharapkan dapat lebih teliti dalam mengerjakan suatu

permasalahan. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi

keruangan, visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan

orientasi keruangan.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Melalui pembelajaran bersiklus (Learning Cycle) dengan berbantuan

Gambar

gambar didalam
Gambar 2.1 Model Tes Untuk Melatih Elemen Persepsi Keruangan
Gambar 2.2 Model Tes Untuk Melatih Elemen Visualisasi Keruangan
Gambar 2.3 Model Tes Untuk Melatih Elemen Rotasi Pikiran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dibuat lima formulasi roti manis yaitu CKt (kontrol dengan penggunaan margarin canola ), BKt (kontrol dengan penggunaan butter ), serta tiga perlakuan lain

Langkah yang perlu dilakukan ketika ingin melakukan proses penghapusan linked list yang memiliki hanya satu simpul (data) adalah dengan cara menempatkan dahulu

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Teknik Material dan Metalurgi 2016  Assembly Baterai Coin Cell CR 2032 Lithium Metal (elektroda Pembanding) Copper Foil

Unsur hara dari kalium (K2O) dari pupuk KCl mampu mengatur kinerja stomata daun yaitu untuk membantu fotosintesis (proses pembuatan makanan pada tumbuh-tumbuhan

tersebut. Rhythm berhubungan dengan pace. Pace adalah kecepatan sebuah cut. Lebih tepat, pace adalah durasi dari cut dan jumlah pemotongan secara berurutan. Rhythm

Struktur modal dalam bank syariah yang mendasar- kan pada prinsip syariah (melarang adanya bunga) akan menghilangkan risiko finansial namun akan menjadikan biaya modal hutang sama

Untuk mendukung program BOS Pusat pada sekolah menengah tersebut, maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun anggaran 2014 menyelenggarakan pemberian Bantuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas hepatoprotektor ekstrak etanol kulit bawang merah (EEKBM) dengan mengukur alanin aminotransferase (ALT),