A. Latar Belakang Masalah
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
preses pelajaran atau cara lainnya yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Pendidikan merupakan interaksi antara subjek dan kebudayaan, sehingga
masyarakat dan kebudayaan merupakan pusat orientasi pendidikan. Kebudayaan
adalah isi masyarakat yang akan di capai oleh masyarakat dan yang
menggambarkan tingkat kemajuan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan bagian dari kebudayaan yang berfungsi sebagai materi pendidikan (
Hadi 2008:52). Sebagai mana dikatakan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional Pasal 1 ayat 1 bahwa: Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran
agar pesrta didik secara aktif mengembangkan petensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Sesuai dengan salah satu tujuan yang dirumuskan dalam pembukaan
UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sejalan dengan itu dapat di
sebagai mana yang terdapat dalam UUD pasal 31 ayat 1-5 yang berbunyi: Setiap
warganegara berhak mendapat pendidikan. Setiap warganegara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan berbangsa yang diatur dengan undang-undang. Negara
memperiotaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran pendapatan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelanggaraan pendidikan nasional. Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persartuan bangsa untuk kemajukan peradaban serta kesejahteran umat
manusia.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) RI NO 20 Tahun
2003 Bab II Pasal 2 dan 3 juga disebutkan bahwa: Pasal 2 yaitu pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan UUD Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal
3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujan untuk
berkembangnya potensi pesera didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa., berakhlak mulia, sahat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Dari kutipan di atas, jelaslah bahwa Pendidikan nasional juga harus
menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan
bangsa, dan sikap menghargai jasa pahlawan serta berorientasi kemasa depan.
Salah satu usaha yang dilakukan adalah penanaman nilai moral di dalam
kehidupan sebuah lembaga pendidikan, peserta didik harus mampu
mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk
agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Agar upaya ini dapat
berhasil dengan baik maka sarana yang paling tepat adalah melalui jalur
pendidikan secara umum terutama pendidikan kewarganegaraan.
Saat ini bangsa Indonesia sedang memasuki era belajar demokrasi dalam
berbagai aspek kehidupan setelah hampir 35 tahun tidak memperoleh momentum
untuk melakukan itu. Berbicara sistem demokrasi dalam berbagai aspek
kehidupan pendidikan merupakan pilar yang sangat penting sebagai penopangnya.
Tanpa adanya pendidikan yang baik, sulit diharapkan demokrasi dapat lahir, dan
berkembang secara baik, menurut majlis diktilibang PP Muhammadiyah
(Taniredja, 2009:104). Karena pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu
program inti yang bertugas mengembangkan dan meningkatkan mutu martabat
manusia dan kehidupan bangsa Indonesia menuju terwujudnya cita-cita nasional.
Jadi dengan adanya mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
tersebut peserta didik senantiasa mempunyai kesadaran dan kemauan bertingkah
laku dalam kehidupannya sehari-hari sesuai cita-cita moral pancasila dan tanpa
mengecilkan arti dari bidang studi yang lain yang paling dekat untuk mencapai
sasaran tersebut adalah bidang studi pendidikan kewarganegaraan, Sehingga
kepada bidang studi lain dan bidang studi Pendidikan kewarganegaraan sangat
memiliki hubungan erat dengan pembinaan kerukunan secara praktis.
Toleransi ini merupakan syarat mutlak untuk mengamalkan Pancasila
dengan sebaik-baiknya dan menjamin hubungan baik diantara sesama warga
negara Indonesia. Toleransi antar siswa adalah membiarkan orang lain
mempunyai kebebasan beragama sesuai dengan yang terdapat pada pasal 29 UUD
1945. Dengan adanya toleransi keagamaan siswa akan menciptakan suatu
kerukunan dalam diri siswa tersebut, apabila toleransi keagamaan tersebut
benar-benar dilakukan dengan baik. Disamping itu toleransi antar siswa adalah
merupakan sikap saling menghormati dan menghargai agama yang satu dengan
yang lain. Jadi toleransi tidak berarti mencampur adukkan ajaran agama bahkan
kemurnian ajaran agama harus tetap dijaga. Dengan adanya sikap toleransi akan
melahirkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antar sasama pemeluk
agama. Toleransi akan menyebabkan bahwa pemeluk agama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan dapat hidup berdampingan
dengan aman dan damai sehingga tercipta persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia yang sangat diperlukkan dalam rangka pembangunan nasional. Agar
toleransi sesama peserta didik dapat terbina maka diperlukan adanya upaya
Pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai tersebut dalam hal ini menjadi tugas
para pendidik kewarganegaraan yaitu karena pendidikan kewarganegaraan tidak
hanya mengharapkan aspek intelektual manusia Indonesia (cognitive) melainkan
Untuk mewujudkan sikap toleransi, salah satu usaha yang harus dilakukan
adalah dengan adanya pemberian pemahaman yang dilaksanakan di lembaga
formal yaitu sekolah. Sekolah sebagai bentuk sistem sosial yang di dalamnya
terdiri dari warga sekolah dengan berbagai latar, ekonomi, lingkungan keluarga.,
kebiasaan-kebiasaan, agama bahkan keinginan, cita-cita dan minat yang berbeda
mengakibatkan banyaknya masalah yang akan terjadi bila toleransi dalam lingkup
sekolah tidak diterapkan.
Seperti halnya dalam pemberitaan media rappler.com (12 juli 2017 pukul
13.30):
Data dari pusat Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada juli september tahun lalu di Kecamatan Singkawang Kalimantan Barat dan Salatiga, sebanyak 160 responden yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, dinas pendidikan dan akademisi menganggap jika kesamaan agama sangat penting, seperti ketua OSIS harus dari agama mayoritas, pimpinan harus seagama, hingga tidak mengucapkan selamat hari raya kepada orang yang berbeda agama.
Sikap intoleransi yang terjadi di SMK 1 KARTEK Jatilawang yaitu
adanya perbedaan agama di kalangan peserta didik, mayoritas di SMK 1
KARTEK Jatilawang adalah beragama islam. Akan tetapi ada peserta didik yang
menganut agama selain islam. Dalam SMK tersebut peserta didik yang menganut
agama selain islam sering di bully oleh teman yang menganut agama islam. Selain
sikap tersebut di SMK 1 KARTEK Jatilawang juga terjadi pengasingan peserta
didik oleh peserta didik lain dengan alasan mempunyai warna kulit hitam,
sedangkan mayoritas peserta didik di SMK tersebut berwarna kulit sawo matang.
Bahasa yang digunakan dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah menunjukan
peserta didik yang menggunakan dialek bahasa yang dianggap asing oleh peserta
didik yang lain. Dari persoalan tersebut, sikap intoleransi di kalangan masyarakat
memang dihadapi secara serius, karena pada dasarnya anak-anak dimasyarakat
yang akan membangun peradaban bangsa kelak.
Sikap intoleransi ini merupakan pandangan bahwa dialah yang paling
besar tanpa mentolerir yang lainnya. Sedangkan sikap toleransi merupakan wujud
dari kesadaran dalam diri individu yang mempunyai perbedaan dengan individu
lain dan harus dihormati. Menghormati setiap individu sangat diperlukan karena
manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dalam
pemenuhan kebutuhan, sehingga berkewajiban membina dan menjalin hubungan
toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya toleransi, berbagai
pertentangan dan konflik akan sulit dihindari, sehingga dalam hal ini toleransi
adalah cara yang penting untuk dilakukan dalam menyikapi perbedaan dengan
saling menghormati dan menghargai orang lain. Maka dari itu untuk menghindari
konflik dan menciptakan sebuah toleransi maka diperlukan adanya pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka peneliti merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi
fokus masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang masalah diatas
maka secara umum dapat dirumuskna masalah sebagai berikut: “Bagaimana Peran
Pembelajaran PPKn dalam Membina Toleransi Keagamaan peserta didik di SMK
Mengingat luasanya ruang lingkup kajian yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut maka peneliti membatasi penelitian dalam beberapa sub
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya peran pembelajaran PPKn dalam membina toleransi
keagamaan peserta didik di SMK 1 KARTEK Jatilawang?
2. Apa yang menjadi hambatan-hamabatan dalam peran pembelajaran PPKn
dalam membina toleransi keagamaan peserta didik di SMK 1 KARTEK?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan-hamabatan peran
pembelajaran PPKn dalam membina toleransi keagamaan peserta didik di
SMK 1 KARTEK Jatilawang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi uraian tentang rumusan hasil yang akan dicapai
oleh mahasiswa selaku peneliti yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan
mengapa penelitian ini dilakukan. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Peran Pembelajaran PPKn
dalam Membina Toleransi Keagamaan peserta didik di SMK 1 KARTEK
Jatilawang.
Untuk lebih spesifiknya peneliti membagi tujuan penelitian menjadi 3
pokok, diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui upaya peran pembelajaran PPKn dalam membina
2. Untuk mengetahui hambatan-hamabatan dalam peran pembelajaran PPKn
dalam membina toleransi keagamaan peserta didik di SMK 1 KARTEK?
3. Untuk mengetahui solusi mengatasi hambatan-hamabatan peran
pembelajaran PPKn dalam membina toleransi keagamaan peserta didik di
SMK 1 KARTEK Jatilawang?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bahan untuk pengembangan disiplin
ilmu yang ditekuni peneliti yaitu Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, serta memberikan gambaran secara lengkap mengenai
Peran Pembelajaran PPKn dalam Membina Toleransi Keagamaan peserta
didik di SMK 1 KARTEK Jatilawang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai
pihak, antara lain:
a. Bagi sekolah, penelitian ini bisa menjadi masukan bagi dunia
pendidikan akan arti pentingnya lingkungan sekolah sebagai salah
satu sarana dalam membina sikap dan perilaku pelajar.
b. Bagi guru, memberi masukan kepada para pendidik dalam
membina sikap dan perilaku peserta didik.
c. Bagi siswa, menyadari akan arti penting peran guru PKn dalam
d. Bagi peneliti, peneliti ini diharapkan dapat menambah
keterampilan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian