• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Assalaamu alaikum Wr Wb. Salam Sejahtera,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Assalaamu alaikum Wr Wb. Salam Sejahtera,"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 i

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr Wb Salam Sejahtera,

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikan Rencana Strategis (Renstra) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda tahun 2015-2019.

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional 2005-2025 dan Perpres No.5 Tahun2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yang implementasinya Balai Besar POM di Samarinda menuangkannya dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra). Renstra ini disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan dari tahun 2015-2019, untuk pelaksanaannya tiap tahun dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK) sehingga dapat menjadi panduan penyelesaian tugas dan fungsi pengawasan. Renstra merupakan bentuk rencana-rencana dan langkah-langkah strategis dalam menjalankan tugas fungsi pengawasan. Kerangka pikir dalam Renstra ini adalah bagaimana Program Pengawasan Obat dan Makanan bisa dilaksanakan sesuai Visi, Misi dan Budaya Organisasi untuk mencapai tujuan meningkatkan perlindungan masyarakat dari produk Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan sesuai sasaran strategis yang diprioritaskan.

Dalam Renstra ini memuat tentang pencapaian program dan kegiatan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda 5 (lima) tahun sebelumnya dari tahun 2011 – 2014 dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasan, kondisi umum, potensi yang dimiliki dan permasalahan yang dihadapi. Disamping itu, untuk menjawab tantangan pengawasan Obat dan Makanan yang semakin kompleks, Badan POM RI telah menetapkan Visi, Misi dan Budaya

(3)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 ii

Organisasi yang baru untuk mencapai tujuan dan sasaran startegis yang juga dituangkan dalam Renstra ini. Untuk dapat terlaksananya program dan kegiatan yang menjadi prioritas dalam Renstra ini telah ditetapkan 4 (empat) Arah Kebijakan dan 5 (lima) Strategi yang mengacu pada arah kebijakan Badan POM RI sebagai pilar dan acuan pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan di Kalimantan Timur.

Harapan kami, dengan Renstra ini anggota organisasi bisa meraih peluang dan menjawab tantangan yang ada di lingkungan strategis Balai Besar POM di Samarinda sehingga fungsi pengawasan bisa ditingkatkan dan mempunyai daya ungkit dalam meningkatkan perlindungan kepada masyarakat Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara dari produk Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyelesaikan penyusunan Renstra ini, semoga dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan di Kalimantan Timur.

Wassalaamu’alaikum Wr Wb.

Samarinda, 10 Juni 2015

Kepala Balai Besar POM di Samarinda

Drs. Fanani Mahmud., Apt, M.Kes. NIP 19580422 198603 1 001

(4)

Renstra Balai Besar POM di SamarindaTahun 2015-2019 iii

DAFTAR ISI

Halaman

Pengantar ………. i

Daftar Isi ………. iii

Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran Surat Keputusan ………. ………. ………. ………. v vi vii viii Bab I Pendahuluan………..………. 1

I.1. Kondisi Umum……….………..…………. 1

A. Peran BBPOM di Samarinda berdasarkan Peraturan …..

B. Sturuktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ………... C. Hasil Capaian Kinerja BBPOM di Samarinda

periode

2010-2014………..

2 5 10 I.2. Potensi dan Permasalahan………….….……….………...

I.2.1. SKN ………...…………...

14 15 I.2.2. SJSN ………..………...

I.2.3. Globalisasi, Perdagangan Bebas, dan komitmen

Internasional………..………...

16 17

I.2.4. Perubahan Iklim ……….. 19

I.2.5. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat ……….. 20

I.2.6. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk …………... 21

I.2.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah ………... 24

I.2.8. Perkembangan Teknologi ……….. 25

I.2.9. Analisis Lingkungan Strategis (SWOT)………... 26

Bab II Visi, Misi, Budaya Organisasi, Tujuan dan Sasaran Strategis...

II.1. Visi………..………. II.2. Misi………...……….……... II.3. Budaya Organisasi………...……….. II.4. Tujuan………...……….... II.5. Sasaran Program……...………...

36 35 36 40 41 42

Bab III Arah Kebijakan dan Strategi………..………..

III.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPOM………. 48 48

(5)

Renstra Balai Besar POM di SamarindaTahun 2015-2019

iv

III.2. Arah Kebijakan dan Strategi BBPOM di Samarinda……… III.3. Kerangka Regulasi ……….………... III.4. Kerangka Kelembagaan……….……….….…

55 58 61

Bab IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan……..………. 62

IV.1. Target Kinerja ……… 62 IV.2 Kerangka Pendaanaan .………. 65 Bab V

(6)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda………... 6 Gambar 2. Profil Pegawai BBPOM Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tahun 2013………... 8 Gambar 3. Kebutuhan SDM Balai POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Berdasar

kan Analisa Beban Kerja ………... 9 Gambar 4. Rasio Pencapaian Kinerja BBPOM di Samarinda Periode 2010-2014…

13

Gambar 5. Profil Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis Tahun 2010 s.d 2014……… 13 Gambar 6. Persentase Penduduk yang Mengonsumsi Obat Modern dan Tradisional

21

Gambar 7. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009-2013 ……….. 23 Gambar 8. Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan

Dampaknya………. 32 Gambar 9. Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BBPOM

di Samarinda………... 34

Gambar 10. Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019 ... 36 Gambar 11. Log Frame BBPOM di Samarinda ... 57

(7)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Profil Pegawai BBPOM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tahun 2014……….. 8

Tabel 2 Capaian Kinerja BBPOM di Samarinda Periode 2010-2014... 10

Tabel 3 Rangkuman Analisis SWOT………. 33

Tabel 4 Penguatan Peran BBPOM di Samarinda Tahun 2015-2019………….. 34

Tabel 5 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM

Periode 2015 – 2019……….. 45 Tabel 6 Program, Sasaran Program, Kegistan Strategis, Sasaran Kegiatan dan

Indikator Balai……….. 57

Tabel 7 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja………... 62

Tabel 8 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja ...……….. 64 Tabel 9 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan………... 65

(8)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Matriks Kinerja dan Pendanaan BBPOM di Samarinda……… 67 Lampiran 2 Matrik Kerangka Regulasi ……….. 70

(9)

B A L A I B E S A R P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N D I S A M A R I NDA Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com

SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR POM DI SAMARINDA Nomor : HK.05.02.101.04.15.0060.

Tanggal :20 April 2015 TENTANG

RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR POM DI SAMARINDA TAHUN 2015-2019

KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SAMARINDA

Menimbang : 1. Bahwa dengan berakhirnya RPJMN tahap dua dan Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2010-2014, perlu dilakukan penyusunan Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda sebagai penjabaran RPJMN tahap tiga tahun 2015-2019;

2. Bahwa Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019 memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pengawasan Oba dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang hendak dicapai;

3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Balai Besar POM di Samarinda tentang Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

(10)

B A L A I B E S A R P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N D I S A M A R I NDA Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com

5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 6. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi

dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;

7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

8. Peraturan Menteri Negara Perancanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-K/L) 2015-2019;

9. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;

10. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.3546 Tahun 2009;

11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);

12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan POM Tahun 2015-2019 Tanggal 30 Maret 2015.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda tentang Tim Penyusun Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015 - 2019.

Pertama : Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda yang selanjutnya dalam keputusan ini disingkat Renstra Balai Besar POM di Samarinda tahun 2014-2019 berisi gambaran umum pembangunan di bidang Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan

(11)

B A L A I B E S A R P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N D I S A M A R I NDA Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com

Kalimantan Utara, meliputi aspek-aspek pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; produk terapetik dan PKRT; produk tembakau, obat tradisional; produk komplemen dan kosmetik; narkotika, psikotropika dan precursor; pemberdayaan konsumen di bidang Obat dan Makanan; penyidikan dan penegakan hukum di bidang Obat dan Makanan; penguatan kapasitas laboratorium; serta pemantapan jejaring lintas sektor.

Kedua : Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019 diharapkan menjadi landasan dalam melaksanakan pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Tahun 2015-2019.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian harit erdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Samarinda Pada tanggal : 20 April 2015

(12)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 1

BAB I PENDAHULUAN

I.1. KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 memiliki maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Besar POM di Samarinda sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Balai Besar POM di Samarindauntuk periode

(13)

2015-Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 2

2019. Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Samarindaini berpedoman pada RPJMN periode 2015-2019 dan mengacu pada Renstra Badan POM 2015 - 2019.Proses penyusunan Renstra Balai Besar POM di Samarindaperiode 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja periode2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai Besar POM di Samarinda.Selanjutnya Renstra Balai Besar POM di Samarindaperiode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkankinerja Balai Besar POM di Samarindadibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Samarinda pada saat ini berdasarkan peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut: A. Peran Balai Besar POM di SamarindaBerdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan

Balai Besar POM di Samarinda adalah unit pelaksana teknis Badan POM sebagai Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan makanan di wilayah Kalimantan Timur dan Utara. Tugas, fungsi, dan kewenangan Balai Besar POM di Samarinda diatur dalam Keputusan PresidenNomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keppres 103 Tahun 2001. Sesuai amanat ini, Balai Besar POM di Samarindamenyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan

2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan

(14)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 3

dan bahan berbahaya.

3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu produk secara mikrobiologi

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi

5. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran

hukum.

6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi

tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan.

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan

10.Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

Dilihat dari fungsiBalai Besar POM di Samarindasecara garis besar, terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga, yakni:(1) Penapisan produk

dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (

pre-market)melalui Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan

Makanan dalam rangka pemenuhan standar Good Manufacturing Practices

(GMP) dan Good Distribution Practice (GDP) terkini; dan (2)Pengawasan Obat

dan Makananpasca beredar di masyarakat (post-market) melalui: a)

Pengambilan sampel dan pengujian; b)Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanandi Balai Besar POM di Samarinda, termasuk Pasar Aman dari Bahan Berbahaya; c) Investigasi awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanandi Balai Besar POM di Samarinda d) Penguatan kapasitas laboratorium Balai Besar POM di Samarinda. (3) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Samarinda melalui: a) Tindak lanjut terhadap

(15)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 4

Public Warning; b) Penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, serta; c) Peningkatan Pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), dan advokasi kepada masyarakat.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Balai Besar POM di Samarinda sebagai lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Balai Besar POM di Samarinda idealnya dapat menjalankan tugasnya secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang bergerak ketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan. Dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km2 dan wilayah laut 40.693,92 km2 terletak antara 113º44’ dan

119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang Selatan merupakan salah satu faktor utama yang sangat sulit bagi Balai Besar POM di Samarinda melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif. Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara terletak di sebelah paling Timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Sarawak. Tepatnya provinsi ini berbatasan langsung dengan:

Negara Malaysia di sebelah Utara,

Laut Sulawesi dan Selat Makasar di sebelah Timur,

Provinsi Kalimantan Selatan di sebelah Selatan,

Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Negara Malaysia di

sebelah Barat.

Letak geografis tersebut mengakibatkan terdapat banyak pintu masuk bagi berbagai Obat dan Makanan keProvinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Namun hal ini, tidak menjadi hambatan dan justru menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Besar POM di Samarinda untuk melakukan revitalisasi tehadap kinerjanya dalam hal mengawasi Obat dan Makanan poduksi dalam negeri maupun impor yang beredar di masyarakat. Di sisi lain, perkembangan modernisasi suatu bangsa akan berpengaruh pada pola hidup masyarakat. Dengan perkembangan modernisasi atau pola hidup tersebut menjadikan sulit bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup, terutama pemenuhan standar kesehatan.

(16)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 5

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda melakukan upaya-upaya strategis guna tercapainya tugas dan fungsinya yang berdampak pada perlindungan konsumen, dalam rangka melindungi masyarakat Kalimantan Timur dari Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat, substandar, ilegal dan palsu, yang juga merupakan unsur penting dalam meningkatkan daya saing mutu produk di pasar lokal maupun global. Munculnya perdagangan bebas di era globalisasi ini, pengawasan diarahkan untuk dapat melindungi masyarakat melalui pengawasan pre marketdan post market dengan mekanisme penyaringan produk yang beredar di wilayah Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Menjawab ekspektasi masyarakat yang tinggi, Balai Besar POM di Samarinda mengawal peraturan untuk membina pelaku usaha memproduksi Obat dan Makanan yang aman, berkhasiat, bermanfaat dan bermutu serta melindungi masyarakat dari produk Obat dan Makanan yang tidak aman, tidak berkhasiat, tidak bermanfaat dan tidak bermutu maka disusun Rencana Strategis ( Renstra), Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (PK) untuk pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin kritisnya konsumen dalam memilih produk yang akan dikonsumsi, pengawasan terhadap Obat dan Makanan yang beredar menjadi sangat penting sehingga mampu menunjang pertumbuhan ekonomi baik di Kalimantan Timur maupun nasional.

Tahun ini merupakan tahun ke pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN 2015-2019). Badan POM, sebagai bagian integral dari pembangunan bidang kesehatan telah menyusun upaya yang harus dilakukan dalam rangka melaksanakan pengawasan obat dan makanan yang diamanatkan oleh pemerintah. Upaya yang telah disusun Badan POM secara konsisten mengacu pada kebijakan prioritas pembangunan nasional bidang kesehatan dan sesuai dengan arahan Presiden RI. Arah kebijakan dan strategi pengawasan obat dan makanan yang telah disusun diharapkan mampu mendukung upaya pembangunan kesehatan secara

(17)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 6

optimal utamanya dalam mencapai beberapa target Millenium Development Goals (MDGs) serta menghadapi pemberlakuan Sistem jaminan Sosial Nasional (SJSN) tahun 2014. Badan POM harus siap mendukung upaya ini secara maksimal. Harus dirumuskan upaya-upaya strategis dan terobosan baru yang akan memberikan daya ungkit yang signifikan pada pencapaian tujuan bersama tersebut.

Balai Besar POM di Samarinda telah melaksanakan beberapa kegiatan yang bersifat new initiatives dalam upaya dalam meningkatkan efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka perlindungan kepada masyarakat dan peningkatan daya saing, misalnya kegiatan pengawasan pangan jajanan anak sekolah, perkuatan pengawasan post market dan pengamanan pasar dalam negeri untuk mengantisipasi dampak notifikasi

kosmetik dan peningkatan daya saing industri farmasi nasional. Kegiatan new

initiatives untuk meningkatkan efisiensi business process sehingga tercipta tata kelola kepemerintahan yang baik dan mewujudkan SDM aparatur yang responsive; professional; transparan dan akuntabel. New initiative tersebut antara lain adalah pengembangan e-government yang meliputi e-recruitment; e-procuremen;, e-archive; e-registration; dan pengembangan serta penerapan

Reformasi Birokrasi, pengembangan dan penerapan Quality Management

System (QMS).

B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004.Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014.

(18)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 7

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mengacu pada Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda. Dari struktur organisasi yang ada, Balai Besar POM di Samarinda terdiri dari unit-unit kerja sebagai berikut : (1) Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen, (2) Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan

Mikrobiologi, (3) Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan, (4) Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen, serta (5) Sub Bagian Tata Usaha.

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda

Disamping tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Samarinda, masing-masing Bidang/Seksi/Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

1. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen

Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai tugas :

(19)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 8

Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium pengujian dan penilaian mutu Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen.

2. Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi :

Bidang Pengujian Pangan , Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi mempunyai tugas :

Melaksanakan penyusunan rencana dan program evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya serta pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan pengendalian mutu di bidang mikrobiologi

3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas :

Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan serta penyidikan kasus pelanggaran hukumdi bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

4. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen mempunyai tugas Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu serta layanan informasi konsumen

5. Sub Bagian Tata Usaha

(20)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 9

Memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai Besar POM.

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas :

Melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk mendukung tugas-tugas Balai Besar POM di Samarinda sesuai dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki Balai Besar POM di Samarindauntuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 74 orang. Adapun jumlah pegawai Balai Besar POM di Samarinda berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada Tabel 1di bawah ini:

Tabel 1

Profil Pegawai Balai Besar POM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014

NO TINGKATPENDIDIKAN JUMLAH % 1 S2 2 2.70 2 APOTEKER 32 43.24 3 S1BIOLOGI 1 1.35 4 S1LAIN 14 18.92 5 D3FARMASI/Komputer 7 9.46 6 SMF 14 18.92

(21)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 10

7 SLTA Umum 3 4.05

8 SD 1 1.35

Dari Tabel 1di atas dapat diketahui bahwa 33.78 % pegawai Balai Besar POM di Samarinda adalah non sarjana. Pendidikan terbesar di Balai Besar POM di Samarinda berturut-turut adalah Apoteker (43.24%), S1 Lainnya (18.92%) dan SMF (18.92%).Dibawah adalah gambar2berisi grafik komposisi prosentase Sumber Daya ManusiaBalai Besar POMdi Samarinda menurut

tingkat Pendidikan.

Gambar 2

Profil Pegawai Balai Besar POM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013 0 10 20 30 40 2 32 1 14 7 14 3 1

(22)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 11

Gambar 3 Kebutuhan SDM Balai POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Berdasarkan Analisa Beban Kerja

Dengan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium pegawai selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2015-2019 berarti tidak ada penambahan pegawai selama selama kurun waktu tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan pegawai BBPOM, karena dalam lima tahun tersebut diperkirakan sejumlah 13 pegawai akan pensiun, pindah dan sebagainya, sementara beban kerja semakin meningkat. Adanya kekurangan pegawai yang signifikan tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi pengawasan belum dapat dilakukan secara optimal.

Dari komposisi SDM pada Balai Besar POM di Samarinda sampai dengan tahun 2014 sesuai dengan Tabel 1 dan Gambar 2 di atas, dirasakan bahwa untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis khususnya perubahan lingkungan strategis eksternal, maka perlu dilakukan peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM pada Balai Besar POM di Samarinda agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun ke depan. 0 20 40 60 80 100 120 2014 2015 2016 2017 2018 2019 STANDAR KEBUTUHAN ABK

TAHUN 2013 120 120 120 120 120 120 SDM TERSEDIA 74 82 82 82 82 82 SDM PENSIUN, PINDAH dll 0 4 3 3 2 1 KEKURANGAN SDM 46 38 38 38 38 38

(23)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 12

C. Hasil Capaian Kinerja Balai Besar POM di Samarinda periode 2010-2014 Program Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan oleh Balai Besar POM di Samarinda adalah untuk mencapai 5 (lima) sasaran strategis, yaitu :

1. Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam

rangkamelindungi masyarakat Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Uatara;

2. Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan Makanan yang

moderndengan jaringan kerja di Seluruh Indonesia dangan kompetensi dankapabilitas terunggul di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara ;

3. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang

ungguldalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan;

4. Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan dan

pengendalianterhadap program dan administrasi di Lingkungan Balai Besar POM di Samarinda sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu;

5. Meningkatnya ketersediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan.

Pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai Besar POM di Samarindatersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaianindikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada Tabel 2di bawah ini.

Tabel 2.Capaian Kinerja Balai Besar POM di SamarindaPeriode 2010-2014

URAIAN TARGET KINERJA REALISASI

TUJUAN STRATEGIS SASARAN INDIKATOR KINERJA TAHUN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8 Meningkatka n perlindungan masyarakat dari produk Obat dan 1 Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka 1 Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar 0.08% 1.00% 0.24% 0,26% 0.81% 3.01% 0.24% 0.15% -0.35% 1.33% 2 Persentase 0.20% 2.00% 3.86% 4,19% 25.86% 6.95% 3.86% 12.71% -2.54% 4.69%

(24)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 13 Makanan yang berisiko terhadap kesehatan melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di Provinsi Kalimantan Timur kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar 3 Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar 0.20% 2.00% 1.71% 1,88% 8.27% 3.49% 1.71% 0.67% -2.48% 0.30% 4 Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar 0.40% 2.00% 2.52% 2.77% 1.70% 0.86% 2.52% 2.98% -2.00% 2.82%

URAIAN TARGET KINERJA REALISASI

TUJUAN STRATEGIS SASARAN INDIKATOR KINERJA TAHUN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8 5 Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar 3.00% 12.84% 15.03% 16.53% 3.18% 0.19% 15.03% 4.70% 14.74% - 12.45% 6 Proporsi Obat yang memenuhi standar (Aman, Manfaat, dan Mutu) 99.23% 99.23% 99.27% 99.31% 98.83% 99.03% 99.27% 99.42% 99.83% 97.50% 7 Proporsi OT yang mengandun g Bahan Kimia Obat (BKO) 2.00% 2.00% 1.79% 1.40% 2.94% 2.83% 1.79% 3.81% 2.73% 0.84% 8 Proporsi Kosmetik yang mengandun g Bahan Berbahaya 3.00% 3.00% 0.67% 0.50% 1.18% 1.19% 0.67% 0.61% 1.08% 2.25% 9 Proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan 4.00% 4.00% 3.47% 2.73% 3.30% 5.88% 3.47% 0.47% 3.30% 0.49% 10 Proporsi Makanan yang memenuhi syarat 75.00% 75.00% 76.02% 77.50% 73.63% 72.01% 76.02% 80.91% 73.63% 86.08%

(25)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 14 2 Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan Makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di Provinsi Kalimantan Timur 11 Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini 42.00% 42.00% 62.00% 58.40% 74.50% 62.16% 55.20% 71.58% 74.50% 70.30%

TUJUAN STRATEGIS SASARAN INDIKATOR KINERJA TAHUN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8 3 Meningka tnya kompetensi, kapabilitas, dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan 12 SDM yang ditingkatkan kompetensin ya sesuai dengan standar kompetensi 70.00% 70.00% 75.00% 75% 80.00% 15.10% 15.00% 70.83% 84.05% 91.82% 13 Pemenuhan SDM sesuai dengan beban kerja 60.00% 60.00% 65.00% 65% 70.00% 76.90% 75.00% 69.70% 61.4% 64.35% 4 Meningkatnya Koordinasi Perencanaan, Pembinaan, Pengendalian terhadap Program dan Administrasi di Lingkungan BBPOM Samarinda sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu 14 Persentase Unit Kerja yang menerapkan sistem manajemen mutu 100.00 % 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 40.00% 75.00% 100.00% 100.00% 100% 5 Tercapainya koordinasi dengan lintas sector terkait dalam pengawasan Obat dan Makanan 15 Persentase pelaksanaan tata hubungan kerja (advokasi) ke lintas sektor dalam pengawasan 70.00% 72.00% 75.00% 90.00% 90.25% 40.00 % 40.00 % 85.71 % 81.82 % 108.30%

(26)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 15

Obat dan Makanan

SebagaimanaTabel2pencapaian kinerja pada Renstra periode 2010-2014 tersebut di atas, kinerja Balai Besar POM di Samarindatelah menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini bisa dilihat dari seluruh kinerja Balai Besar POM di Samarinda sesuai dengan tugas utamanya melakukan pengawasan Obat dan Makanan. Adapun penjelasan pencapaian masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut: Untuk indikator kinerja Obat yang beredar telah memenuhi syarat tercapai sebesar 99,43%, sedangkan Obat Tradisional beredar telah tercapai memenuhi syarat 80,20%, untuk kinerja Kosmetik beredar telah memenuhi syarat sebesar 98,84%, dan kinerja Suplemen Makanan tercapai sebesar 99,23%, dan Makanan beredar yang memenuhi syarat sebesar 83,94%. Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap menjadi

mainstreaming di Renstra 2015-2019.

Dibawah ini dapat dilihat secara grafik pencapaian kinerja Balai Besar POM di Samarinda dari tahun 2010-2014.

PERSENTASE KENAIKAN OBAT YANG MEMENUHI STANDAR

T A H U N 2 00 9 SE B A G A I B A SE LI N E

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

0.08 3.01 3,762.50 1.00 0.24 24.00 0.24 0.15 62.50 0,26 (0.35) - 0.81 1.33 - PERSENTASE KENAIKAN OBAT TRADISIONAL YANG MEMENUHI STANDAR

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

0.20 6.95 3,475.00 2.00 3.86 193.00 3.86 12.71 329.27 4,19 (2.54) - 25.86 4.69 - PERSENTASE KENAIKAN KOSMETIK YANG MEMENUHI STANDAR

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

0.20 3.49 1,745.00 2.00 1.71 85.50 1.71 0.67 39.18 1,88 (2.48) - 8.27 0.30 - PERSENTASE KENAIKAN SUPLEMEN MAKANAN YANG MEMENUHI STANDAR

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

(27)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 16

PERSENTASE KENAIKAN MAKANAN YANG MEMENUHI STANDAR

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

3.00 0.19 6.33 12.84 15.03 117.06 15.03 4.70 31.27 16.53 (14.74) (89.17) 3.18 12.45 - Gambar 4. Rasio Pencapaian Kinerja Balai Besar POM di Samarinda Periode

2010-2014

Gambar 5. Profil Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis 1 tahun 2010 s.d 2014

Berdasarkan capaian kinerja utama Balai Besar POM Samarinda sesuai dengan Tabel2 dan Gambar 3diatas, terlihat bahwa kinerja Balai Besar POM Samarindamasih memerlukan peningkatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya terlebih adanya perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis, sehingga tantangan dan permasalahan akan makin berkembang. Balai Besar POM Samarinda diharapkan terus meningkatkankinerja yang telah dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaituagar pengawasan obat dan makanan terus lebih dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

I.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin

-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 1 2 3 4 5

%

capaian

(28)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 17

kompleks. arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim (climate change), ketegangan lintas-batas antarnegara, serta percepatan penyebaran wabah penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh Balai Besar POM Samarinda. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi Balai Besar POM Samarinda dalam mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan. Konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta kemampuan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, akan menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Terbentuknya provinsi baru Kalimantan Utara pada Tahun 2012, memunculkan tantangan tersendiri untuk BBPOM Samarinda karena ke depan tentunya berpotensi di bentuk Balai baru di Kalimantan Utara guna meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan di provinsi tersebut. Peran BBPOM Samarinda sangatlah dibutuhkan untuk mempersiapkan Balai baru tersebut dari sisi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas SDM,sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor tentunya dengan dukungan penuh dari Badan POM.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang dihadapi oleh Balai Besar POM Samarinda terdiri atas2(dua) isu mendasar, yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas, komitmen internasional, post MDGs 2015, perubahan iklim, dan demografi.Isu-isu tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran Balai Besar POM Samarinda baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:

(29)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 18

1.2.1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

SKN merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yangmemadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan tersebut.

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua pihak (pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan rumah sakit, Puskesmas, dan kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.Hal ini merupakan tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh Balai Besar POM Samarinda dalam penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu.

Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut.Beberapa permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu obatadalah semakin meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masyarakat yang memerlukan peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut. Disamping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit yang dulu pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang,

(30)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 19

namun kini berjangkit kembali. Penyakit ini,baik menular maupun yang tidak menular sebagai akibat dari adanya perubahan iklim secara global, fluktuasi ekonomi, model perdagangan bebas dan kemajuan teknologi maupun transisi dari demografi, juga turut mengubah pola dan gaya hidup dari masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan.

Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Besar POM Samarinda untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi Obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa aman bagi masyarakat, Balai Besar POM Samarinda selama inimelakukan kontrol dalam bentuk penilaiansebelum produk beredar dipasar dan pengawasan secara ketat terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat. Selain itu, Balai Besar POM Samarinda juga dapat memberikan informasi dan edukasi pada masyarakat mengenai produk obat yang murah, aman dan bermutu.

1.2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat. Sistem ini merupakan program negara (pemerintah/masyarakat) dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun usia lanjut dan resiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan

(ends)dalam mewujudkan kesejahteraan.Untuk itu, dalam sistem jaminan sosial nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran produk obat,baik dari dalam maupun luar negeri karena perusahaan/industri obat akan berlomba-lomba

(31)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 20

menjadi supplier obat untuk program pemerintah tersebut. Selain jumlah obat yang akan diregistrasi, jenis obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, karena adanya demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan. Sementara dampak tidak langsungnya diasumsikan adalah terjadinya peningkatan konsumsi obat,baik jumlah dan jenisnya.

Disamping itu,permintaan pemenuhan persyaratan CPPOB (Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik)dan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) juga akan terjadi peningkatan. Dampak tersebut akan mengakibatkan peran Balai Besar POM Samarinda semakin besar, salah satunya adalah mengantisipasi dampak tersebut melalui intensifikasi post market control.

1.2.3. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi, dan transportasi yang mempunyai konsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya.Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, yang sampai saat ini belum sepenuhnya dilakukan persiapan dalam menghadapi tantangan dan peluang tersebut, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional, khususnya ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas (free trade area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filiphina,Singapura, dan Thailand)Free Trade Area, ASEAN-China Free Trade Area, ASEAN Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA), dan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).Dalam hal ini, memungkinkan

(32)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 21

negara-negara tersebut membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional dan berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut. Dalam menghadapi FTA dan masyarakat ekonomi ASEAN pada 2015, diharapkan industri farmasidan makanandalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar negeri. Balai Besar POM Samarinda terlibat aktif dalam perundingan bilateral Indonesia Malaysia (Sosek Malindo) khususnya antara Provinsi Kalimantan Utara dan Negara Bagian Sabah untuk pengawasan peredaran Obat dan Makanan di daerah perbatasan.

Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain adalah Obat, Makanan dan Kosmetik, termasuk jamu dari negara lain, merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanandari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu ekonomi saja namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya Pemerintah dalam membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan. Sebagai contoh, saat ini akses masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek

(33)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 22

masih terbatas sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal.Secara umum, jumlah apotek yang ada di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara masih kurang, belum semua kecamatan terjangkau dengan layanan apotek.

Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat tinggi, kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah lemahnya pengawasan dan penegakan hukummembuat banyak beredar obat-obat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang berbahaya. Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data WHO, praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai 10%, dan mencapai 20-40% untuk negara berkembangtermasuk Indonesia.

Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara memiliki potensi pengembangan pasar pengobatan tradisional yang cukup besar. Saat ini baru terdapat 6 (enam) industri skala kecil. Namun dengan melihat potensi tanaman obat yang spesifik tumbuh di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang berjumlah 27 (dua puluh tujuh) diantaranya adalah : Anggrek hitam/ Black orchid (Coelogyne pandurata), Bawang tiwai (Eleutherine americana), Tahongai (Kleinhovia hospita), Kelakai (Stenochlaena palustris). Melihat besarnya potensi tersebut, diperlukan dukungan pemerintah

untukmemacu pertumbuhan industri obat tradisional. Dengan adanya Free

Trade Area (FTA), maka Pemerintah harus mengembangkan kesiapan distribusi sediaan farmasi untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan, dan ketersediaan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat sehingga mampu bersaing dengan produk obat dari luar negeri.

1.2.4. Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian khusunya produk bahan pangan di Indonesia. Musim hujan yang tidak menentu dan diikuti dengan perubahan cuaca yang semakin tidak pasti, berdampak pada bencana alam dan kerugian besar dalam produksi pertanian. Adanya gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia dapat mengancam

(34)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 23

ketersediaan pangan di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Akibatnya harga bahan pangan mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif.

Dari sisi ekonomi makro, bahwa industri makanan dan minuman dimasa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan dunia. Namun, terkait dengan fenomena lanina yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim dunia akan mempengaruhi stok pangan dunia. Indonesia sebagai negara tropis akan banyak mendapatkan peluang dan berperan dalam penyediaan pangan dunia. Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.

Semakin besarnya kontribusi industri pengolahan, dengan sub-sektor makanan, minuman dan tembakau serta sub-sektor pupuk, kimia dan barang dari karet terhadap output nasional, maka akan semakin besar juga tugas dari Badan POM termasuk Balai Besar POM Samarinda untuk mengawasi dan menjamin keamanan proses produksi produk makanan dari hulu hingga hilir. Ekonom Faisal Basri dalamKompasiana, Nopember 2010, menyatakan bahwa industri makanan dan minuman berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil ekspor-impor produk makanan dan minuman serta peringkat pertumbuhan industri.Namun hasil peningkatan ini masih perlu didukung dengan peran teknologi (inovasi produk, kemasan dan lainnya), infrastruktur (logistik kebutuhan industri), institusi (peraturan yang terkait industri makanan dan minuman), health and primary education (sumber daya manusia Indonesia). Jadi peran dan fungsi dari Balai Besar POM Samarinda akan semakin berat dan sangat dibutuhkan dalam upaya mencegah peredaran makanan serta obat yang mengandung bahan berbahaya di dalam tubuh.

Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari virus. Bibit penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup

(35)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 24

banyak, dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain. Penyebaran virus ini dapat melalui hewan unggas, serangga, orang maupun udara. Saat ini, masyarakat sudah mengenalvirus flu burung (H2N1), demam cikungunya yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, flu babi dan lain sebagainya yang berkembang di negara-negara tropis seperti Indonesia.

Perubahan iklim yang ditandai dengan meningkatnya intensitas curah hujan dan suhu udara, dapat meningkatkan jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Menurut Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI)

tahun 2013,yang melaksanakan kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, Indonesia merupakan wilayah endemik untuk beberapa penyakit yang perkembangannya terkait dengan

pertumbuhan vektor pada lingkungan, misalnya Demam Berdarah Dengue dan

Malaria. Jadi di Indonesia, terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vector yaitu

Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Diare. Bukti ilmiah yang

diperoleh hingga saat ini menyatakan bahwa pertumbuhan penyakit yang disebabkan olehvariabilitas dan perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap epidemiologi penyakit yang ditularkan baik oleh vector (vector-borne disease), air (water-borne disease), dan udara (air-borne disease).

Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan(ISPA)dan penyakit batu ginjal. Kedua penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi obat-obat tradisonal yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan iklim, diperlukan peranan dari Badan POM termasuk Balai Besar POM Samarinda dalam mengawasi peredaran varian produk obat yang baru dari jenis penyakit tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari luar negeri. Selain dari obat farmasi, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang

(36)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 25

paling banyak beredar di pasar.Kondisi ini menuntut kerja keras dari BBPOM Samarinda melakukan pengawasan terutama terhadap peredaran obat tersebut.

1.2.5. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat (Perubahan Pola Hidup Masyarakat)

Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makro-ekonomi, yakni pendapatan per kapita sebesar USD 3000 tahun 2010 dan diproyeksikan pada tahun 2025 mencapai USD 14.250–15.500 (Bappenas; 2012), dan telah menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada pada masyarakat Indonesia. Secara teori dan fakta, bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas.

Berdasarkan data konsumsi Obat yang dilakukan masyarakat Indonesia pada Gambar 5, sebagian besar penduduk masih banyak yang mengkonsumsi obat modern dibandingkan dengan obat tradisional. Konsumsi obat modern pada tahun 2012 mencapai 91,40%, sedangkan obat tradisional hanya sebanyak 24,33%. Beberapa penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum lanjut usia justru banyak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama.

91.63% 90.76% 90.96% 91.40% 22.24% 27.57% 23.63% 24.33% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% Obat Modern Obat Tradisional

(37)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 26

Gambar 6

Persentase Penduduk yang Mengonsumsi Obat Modern dan Tradisional

Sumber: Susenas BPS 2009-2012

Dengan dengan asumsi masyarakat Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara juga banyak yang mengkonsumsi obat modern,untuk itu perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius dari Balai Besar POM Samarinda.

1.2.6. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa (sebesar 1,49% pertahun) sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kalimantan

Timur dan Kalimantan Utara tahun 2011-2013 menurut Kalimantan Timur dalam

angka tahun 2014 adalah 2,97%. Dengan laju pertumbuhan sebesar itu, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 akan mencapai 450 juta jiwa. Dari Gambar 6.1 di bawah ini dapat dilihat bahwa jumlah populasi terbesar berada pada kelompok umur remaja 15-19 tahun yang paling banyak, namun menunjukan trend penurunan. Sementara usia produktif antara 30-54 tahun justru menunjukan trend meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan trend yang meningkat tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin meningkat.

Indonesia sebagai negara ke-4 dengan populasi lanjut usia tertinggi, yakni 9,079 juta tahun 2010 dan akan naik pada tahun 2020 menjadi 29,047 juta (BPS Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010). Maka perubahan pola beban penyakit untuk kaum lansia dengan beban yang lebih kronik dan membutuhkan layanan kesehatan pada jangka panjang yang lebih berkualitas. Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek pada transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam

(38)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 27

penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia, dan sekaligus akan menambah beban kerja dari BBPOM Samarinda sebagai pengawas di bidang Obat dan Makanan.

Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen obat yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi BBPOM di Samarinda untuk melakukan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya.

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap produk Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan terhadap produk Obat dan Makanan semakin meningkat maka penawaran dari produk Obat dan Makanan juga akan meningkat. Adanya potensi pasar membuat para produsen baik lokal maupun internasional untuk memproduksi produk Obat dan Makanan. Bertambahnya jumlah produsen ini tentunya akan

menambah beban pekerjaan BBPOM di Samarinda dalam

prosespengawasannya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing

Practice) oleh produsen dalam memproduksi Obat dan Makananmenjadi tantangan BBPOM di Samarinda dalam melakukan pengawasan.

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 ju m lah p e n d u d u k (d al am 000) Kelompok Umur 2009 2010 2011 2012 2013

(39)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 28

Gambar 7

Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009-2013

Sumber: BPS Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2013

Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi (yaitu dengan adanya bonus demografi). Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi pemerintah untuk dapat memanfaatkan fase Bonus Demografi di Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang sangat besar dan mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN.

Bonus demografi yang terjadi di Indonesia akan memberi dampak yang besar jika pendidikan dan ekonomi yang terkait dengan tenaga kerja cukup baik ketersediaannya. Indonesia dapat menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh di dunia, jika dapat memanfaatkan potensi bonus demografi yang ada. Laporan McKinsey Global Instittute (September 2012), memprediksi bahwa ekonomi Indonesia akan mengalahkan Jerman dan Inggris pada 2030. Prediksi ini berpatokan pada pemetaan demografi bahwa penduduk Indonesia dalam usia produktif telah mencapai 80%. Penduduk ini telah memiliki daya beli lebih tinggi ditambah dengan kenaikan jumlah penduduk kelas menengah (middle class) yang terjadi pada tahun 2040.

Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah harus mulai dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca berakhirnya masa Bonus Demografi,dimana jumlah lansia meningkat.

Laporan Mc Kinsey (2012) menunjukkan bahwa kelompok middle class

atau consuming class Indonesia naik dari waktu ke waktu, yakni tahun 2010 hanya 45 juta orang, maka proyeksi tahun 2020 naik menjadi 85 juta orang dan

(40)

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 29

pada tahun 2030 sudah mencapai 135 juta orang. Kelompok ini akan banyak mempengaruhi pola konsumsi Obat dan Makanan serta gaya hidup masyarakat Indonesia.

Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah dengan mempersiapkannya dari mulai perencanaan sampai dengan implementasinya di tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain melalui: a) Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat; b) Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan; c) Pengendalian jumlah penduduk; d) Kebijakan ekonomi yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja danpasar, serta keterbukaan perdagangan dan tabungan nasional.

1.2.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting. Manajemen kesehatan yang meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, sistem informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang mencakup perlindungan masyarakat, penegakan dan kesadaran hukum belum sepenuhnya mendukung pembangunan kesehatan. Meskipun sistem informasi kesehatan sangat penting untuk mendukung pembangunan kesehatan, akan tetapi tidak mudah dalam pengembangannya agar berhasil-guna dan berdaya-guna. Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Upaya perlindungan masyarakat terhadap penggunaan sediaanfarmasi, alat kesehatan dan makanan minuman telah dilakukan secara komprehensif. Sementara itu pemerintah telah berusaha untuk menurunkan harga obat, namun masih banyak kendala yang dihadapi. Penggunaan obat rasional belum dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan formularium. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) digunakan sebagai dasar penyediaan obat di

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda
Gambar  3 Kebutuhan SDM Balai POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Berdasarkan  Analisa Beban Kerja
Tabel 2.Capaian Kinerja Balai Besar POM di SamarindaPeriode 2010-2014
Gambar 5. Profil Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis 1 tahun  2010 s.d 2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jika mengutip dari hasil komunikasi pribadi, nama sumber ditulis secara lengkap (nama depan dan tengah inisial saja diikuti nama keluarga/ belakang). Karena data yang diberikan

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di

Rancangan eksperimen ini merupakan perluasan dari rancangan pretes dan postes dengan pemilihan kelompok yang diacak untuk mengetahui dua atau lebih variasi variabel

Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kaimana yang bertanggungjawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan yang

Penulisan skripsi Perlawanan Raden Adipati Cokronegoro terhadap Pasukan Pangeran Diponegoro di Bagelen (1825-1830) ini akan dibagi ke dalam lima bab , yaitu sebagai berikut : Bab

Sehingga karakteristik pada unjuk kerja dengan variasi terbaik adalah generator dengan duty cycle 80% dikarenakan laju produksi gas HHO yang relatif cukup tinggi dibandingkan

Bisnis.com, JAKARTA- Direktur Keuangan dan Umum PT Asuransi Jiwa Taspen atau Taspen Life Pask Suartha mengatakan untuk penempatan instrumen investasi, perusahaan

Tujuan penelitian ini untuk menentukan status eliminasi filariasis di daerah yang telah melakukan pengobatan massal selama 5 tahun selama bulan Juli-November 2017, telah