• Tidak ada hasil yang ditemukan

CHARACTERISTIC TEST OF ASPHALT CONCRETE (AC- BC) BY USING THE AGGREGATE BASALT (CASE STUDY: SUBSTITUTION OF PORTLAND CEMENT AND HUSK ASH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CHARACTERISTIC TEST OF ASPHALT CONCRETE (AC- BC) BY USING THE AGGREGATE BASALT (CASE STUDY: SUBSTITUTION OF PORTLAND CEMENT AND HUSK ASH)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

139 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

CHARACTERISTIC TEST OF ASPHALT CONCRETE

(AC-BC) BY USING THE AGGREGATE BASALT (CASE STUDY:

SUBSTITUTION OF PORTLAND CEMENT AND HUSK ASH)

Teuku Irwansyah Putra1, M. Isya2, Sofyan M. Saleh3

1) Mahasiswa Magister Teknik Sipil Bidang Manajemen Rekayasa Transportasi,

Universitas Syiah Kuala

Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 Pirwansyah74@yahoo.co.id

(2,3) Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala

Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 mtsunsyiah@yahoo.co.id

Abstract : Development of the Road construction in Banda Aceh and surrounding areas during this time using materials from river from, so that causing change in the base of river flow, Besides the problems above, the other problem is the lack of production from stone ash from stone Crusher From the problems it is necessary to have another alternative for road and also

for filler The Material that can be used for road are basalt rocks is the raw material from

mountain, whereas filler besides portland cement, it is also used rice husk ash which is widely available in Aceh. From this problem, it is needs to be studied about the characteristic of asphalt concrete Marshall primarily by using aggregate basalt derived and filler of the rice husk ash from rice refineries in Aceh. The purpose of this research to know parameter of Marshall Aggregate basalt with the variation of the filler material of portland cement and rice husk ash, so that is known the influence of mixing and compaction toward the parameter of marsall using asphalt Pen 60/70 on asphalt concrete (AC-BC). By using 6% of portland

cement - 0% rock ash the stability value is very good reaching 9.34% and durability value

amounting to 10.57% . On the using 6% of husk ash - 0% rock ash the stability value decrease 26,30% and for durability value also decrease 9,74%. gray stone stability values decreased to 26.30% a decline in the value of durability also 9.74%. The using Portland cement as big as the better is used to gain Marshall parameter and durability value, whereas at the rice husk as great as the using of Marshall Parameter and durability value getting more declining.

Keyword : Material Basalt, Asphalt Concrete (AC-BC), Aspal Pen 60/70, Filler Material for portland cement and Husk Ash.

Abstrak : Pembangunan konstruksi jalan di Banda Aceh dan sekitarnya selama ini menggunakan material dari sungai, sehingga menyebabkan perubahan dasar pada alur sungai. Selain permasalah di

atas, permasalahan lain adalah kurangnya produksi abu batu dari Stone Crusher. Dari permasalahan

tersebut maka perlu ada alternatif lain untuk material jalan dan juga untuk filler. Material yang bisa

digunakan untuk jalan adalah batuan basalt yang merupakan bahan baku dari gunung, sedangkan filler

selain portland cement juga, digunakan abu sekam padi yang banyak terdapat di Aceh. Dari

permasalahan ini, maka perlu dikaji mengenai Karakteristik Marshall beton aspal terutama dengan

menggunakan agregat basalt dan filler abu sekam padi dari kilang-kilang padi di Aceh. Tujuan

dilakukan penelitian ini untuk mengetahui parameter Marshall Agregat basalt dengan variasi bahan

pengisi portland cement dan abu sekam padi, sehingga diketahui pengaruh pencampuran dan

pemadatan terhadap parameter marshall menggunakan aspal Pen 60/70 pada beton aspal (AC–BC).

Dengan menggunaan 6% portland cement – 0% abu batu nilai stabilitas sangat baik mencapai 9,34%

dan nilai durabilitas sebesar 10,57%. Pada penggunaan 6% abu sekam – 0% abu batu nilai stabilitas

menurun 26,30% dan untuk nilai durabilitas juga terjadi penurunan 9,74%. Penggunaan portland

cement makin besar semakin baik untuk mendapatkan parameter Marshall dan nilai durabilitas,

sedangkan pada sekam padi semakin besar penggunaannya parameter Marshall dan nilai durabilitas

makin menurun.

Kata kunci; Material Basalt, Beton Aspal (AC-BC), Aspal Pen 60/70, Bahan Pengisi portland cement dan Abu Sekam.

(2)

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 140 PENDAHULUAN

Selama ini penggunaan agregat kasar dan agregat halus banyak digunakan material yang berasal dari sungai sebagai bahan dasar untuk pembuatan aspal beton. Mengingat dampak negatif dari adanya penambangan galian C di sepanjang aliran sungai dan terjadinya perubahan pada dasar alur sungai yang menyebabkan kerusakan pada aliran dan gerusan pada sisi–sisi sungai, maka untuk menghindari kerusakan tersebut perlu di cari alternatif lain yaitu dengan melakukan galian C pada daerah–daerah yang memiliki kandungan kandungan material batuan yang cukup besar yang berada di lokasi perbukitan.

Batuan yang berada di lokasi perbukitan dinamakan batuan basalt. Basalt adalah batuan beku yang terjadi dari pembekuan magma komposisi basa dipermukaan atau dekat permukaan bumi. Penggunaan batual basalt untuk suatu konstruksi jalan dapat memberikan suatu alternatif pengganti material batu sungai yang jumlahnya semakin terbatas. Batuan ini memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan yang sesuai dengan spesifikasi material untuk suatu konstruksi jalan.

Selain terbatasnya agregat yang berasal dari sungai, agregat halus yang berupa abu batu hasil stone crusher juga terbatas. Untuk itu perlu ada suatu alternatif lain untuk menggatikan atau mensubtitusikan dalam abu batu. Selain abu batu yang digunakan sebagai filler. Abu sekam merupakan kulit padi yang telah terjadi proses penggilingan dan pembakaran. Menurut laporan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia hasil produksi padi pada tahun 2011 sebesar 51.19 juta ton dan setiap tahun bertambah sebanyak 2%,

sedangkan untuk wilayah Provinsi Aceh produksi padi sebesar 1,79 juta ton. Keberadaan abu sekam yang melimpah di Indonesia masih tidak termamfaatkan dengan baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari campuran beton aspal (AC-BC) dengan menggunakan aggregat kasar basalt dan filler dari portland cement dan abu sekam yang disubsitusi dengan abu batu dari material basalt. Adapun parameter-parameter yang ditinjau adalah stabilitas, Flow, Marshall Qoutient, rongga dalam campuran (VIM), rongga antara agregat (VMA), rongga terisi aspal (VFA), kepadatan (density) dan durabilitas serta mengevaluasi kinerja campuran terhadap spesifikasi yang disyaratkan untuk Campuran beton aspal (AC-BC).

TINJAUAN KEPUSTAKAAN Batuan Basalt

Basalt adalah batuan beku vulkanik, yang berasal dari hasil pembekuan magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat permukaan bumi. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat. Batuan basalt lazimnya bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin. Amfibol dan mineral hitam. Kandungan mineral Vulkanik ini hanya dapat terlihat pada jenis batuan basalt yang berukuran butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt yang bernama gabbro (Anonim, 2012). Batuan basalt

kerap digunakan sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan bangunan/ pondasi

(3)

141 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

bangunan (gedung, jalan, jembatan dan lain-lain) dan sebagai agregat.

Batuan basalt mempunyai unsur-unsur mineral yang terkandung di dalamnya. Unsur utama dalam batuan basalt berdasarkan penelitian terakhir (Sucipta, E dan Sadisun, I.A), adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kandungan Mineral Batuan Basalt

Sumber : Sucipta, IGBE dan Sadisun, IA (2000)

Bahan Campuran Beraspal Panas a. Agregat

Agregat atau batu adalah material berbutir yang keras dan kompak, yang mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu dan pasir. Agregat digunakan sebagai bahan campuran beraspal, membentuk suatu kombinasi ikatan yang seimbang di antara pembentuk campuran beraspal, mortar atau beton.

Agregat Terdiri dari :

1. Agregat Kasar mempunyai fungsi dalam campuran panas aspal adalah selain memberikan stabilitas dalam campuran juga sebagai pengisi mortar sehingga campuran menjadi ekonomis.

2. Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu (abu batu) atau pasir alam dengan ukuran lolos saringan no. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada saringan no.200

(75 micron), Agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras, tidak mengandung lempung atau bahan-bahan yang tidak dikehendaki (Anonim, 2010).

b. Bahan pengisi

Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang lolos ayakan no. 200 (75 micron) dan tidak kurang dari 75% terhadap beratnya.

Bahan pengisi (filler) terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), abu terbang,

portland cement, abu tanur semen dan abu batu serta harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bahan lain yang mengganggu (Anonim, 2010).

c. Gradasi

Gradasi adalah distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat yang saling mengisi sehingga terjadinya suatu ikatan yang saling mengunci (interlocking). Persyaratan gradasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Gradasi Agregat untuk Beton Aspal (AC-BC)

d. Aspal (Bitumen)

Fungsi aspal dalam campuran perkerasan adalah sebagai bahan pengikat antar aspal dan agregat dan antara sesama aspal, sebagai bahan pengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori

Ukuran Ayakan % Berat yang Lolos AC-BC

ASTM (mm) Gradasi Halus Gradasi Kasar 1

1” 25 100 100 3/ 4 ” 19 90 – 100 90 - 100 1 /2" 12,5 74 – 90 71 - 90 3/8” 9,5 64 – 82 58 – 80 No. 4 4,75 47 – 64 37 - 56 No.8 2,36 34,6 – 49 23 - 34,6 No. 16 1,18 28,3 – 38 15 - 22,3 No. 30 0,6 20,7- 28 10 - 16,7 No. 50 0,3 13,7- 20 7 - 13,7 No. 100 0,15 4 – 13 5 – 11 No. 200 0,075 4 – 8 4 - 8 Sumber : Anonim (2010)

(4)

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 142 yang ada dalam butir agregat itu sendiri dan

sebagai pelumas pada saat penghamparan di lapangan sehingga memudahkan untuk dipadatkan.

Abu Sekam

Abu hasil pembakaran sekam padi, yang pada hakikatnya adalah limbah, ternyata mempunyai sumber silika/karbon yang cukup tinggi. Pirolisis lebih lanjut dari hasil pembakaran sekam padi menunjukan bahwa kandungan SiO2 mencapai 80-90%, yang juga menarik 15% berat abu akan diperoleh dari total berat sekam padi yang dibakar. Pemamfaatan abu sekam padi demikian layak untuk dipikirkan (Wanadri, AA 1999).

Perencanaan Campuran Penetrasi 60/70 Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008) menghitung perencanaan kadar aspal menggunakan rumus sebagai berikut :

Pb = 0,035(%CA)+ 0,045 (%FA) + 0,18 (%Filler) + Konstanta

Keterangan :

Pb = Kadar aspal tengah/ ideal, persen terhadap berat campuran

CA = Agregat kasar tertahan saringan No. 8;

FA = Agregat halus lolos saringan No. 8 dan tertahan saringan No. 200 Filler = adalah agregat minimal 75% lolos saringan No. 200 Nilai Konstanta sekitar 0,5 - 1,0

Metode Marshall Pada Pengujian Campuran Beraspal

Pemeriksaan Marshall Test di maksudkan untuk menentukan : stabilitas, kelelahan plastis (flow), berat volume (density), persen rongga dalam campuran (VIM), persen rongga terisi aspal (VFB), persen rongga antar butir agregat (VMA), Marshall Quotient (MQ), yaitu sebuah gambaran kekakuan yang merupakan ukuran ketahanan benda uji terhadap deformasi.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini metode pengujian yang digunakan mengikuti prosedur AASHTO tahun 1990 dan standar Departemen Pekerjaan Umum atau standar-standar lain bila tidak ada dalam kedua prosedur tersebut.

Pengujian material agregat

Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan adalah dari jenis batu basalt yang dipecah dengan mesin pemecah batu (Stone Crusher) yang berasal dari Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan filler berupa

portland cement dan abu sekam padi.

Pengujian material aspal

Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aspal Pen. 60/70 produksi Pertamina.

Pemilihan Gradasi agregat

Pemeriksaan gradasi agregat yang bersumber dari Stone Crusher dilakukan pada

(5)

143 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan analisa saringan yang dapat di gambarkan pada kurva gradasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah gradasi lapisan AC-BC, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Gradasi

Perencanaan Benda Uji

Jumlah benda uji dalam penelitian ini sebanyak 63 buah. Benda uji yang dibuat terdiri dari tiga kelompok yaitu :

1. Benda uji dengan variasi kadar aspal Penetrasi 60/70 dalam campuran beton aspal (AC-BC) mengikuti pada Rumus (2.1). Dari evaluasi parameter Marshall akan diperoleh kadar aspal optimum (KAO)

2. Pembuatan benda uji dengan variasi 0%, 2%, 4% dan 6% persentase abu sekam dan portland cement dalam substitusi abu batu, untuk memperoleh parameter

Marshall dengan rendaman pada

waterbath suhu 60o C selama 30 menit. 3. Pembuatan benda uji dengan variasi 0%,

2%, 4% dan 6% persentase abu sekam dan portland cement dalam substitusi abu

batu pada kadar aspal optimum, untuk memperoleh parameter Marshall dengan rendaman pada waterbath suhu 60o C selama 24 Jam. Hasil perbandingan stabilitas dari rendaman 24 jam dibandingkan stabilitas dari rendaman 30 menit, akan diperoleh nilai durabilitas.

Tabel 3. Jumlah Benda Uji untuk Metode Marshall No. Kadar Aspal Jumlah

1. Pb – 1,0 A11, A12, A13

2. Pb – 0,5 A21, A22, A23

3. Pb A31, A32, A33

4. Pb + 0,5 A41, A42, A43

5. Pb + 1,0 A51, A52, A53

Jumlah Total 15 Buah

Tabel 4. Benda Uji dengan Rendaman 30 menit

No. % Portland Cement % Abu Batu Jumlah 1. 0 % 6 % B11, B12, B13 2. 2 % 4 % B21, B22, B23 3. 4 % 2% B31, B32, B33 4. 6 % 0 % B41, B42, B43

Jumlah Total 12 Buah

Tabel 5. Benda Uji dengan Rendaman 24 Jam

No. % Portland Cement % Abu Batu Jumlah 1. 0 % 6 % C11, C12, C13 2. 2 % 4 % C21, C22, C23 3. 4 % 2% C31, C32, C33 4. 6 % 0 % C41, C42, C43

Jumlah Total 12 Buah

Tabel 6. Benda Uji dengan Rendaman 30 menit No. % Abu Sekam % Abu Batu Jumlah 1. 0 % 6 % D11, D12, D13 2. 2 % 4 % D21, D22, D23 3. 4 % 2% D31, D32, D33 4. 6 % 0 % D41, D42, D43

(6)

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 144 Tabel 7. Benda Uji dengan Rendaman 24 Jam

No. %Abu Sekam % Abu

Batu Jumlah

1. 0 % 6 % E11, E12, E13

2. 2 % 4 % E21, E22, E23

3. 4 % 2 % E31, E32, E33

4. 6 % 0 % E41, E42, E43

Jumlah Total 12 Buah

Total keseluruhan benda uji adalah 15 + 12 + 12 + 12 + 12 = 63 benda Uji.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil pengujian parameter Marshall untuk campuran beton aspal (AC-BC) untuk variasi persentase substitusi portland cement

dan abu sekam dengan abu batu pada kadar aspal optimum (KAO) disajikan pada pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dan durabilitas untuk variasi portland cement dengan abu batu

No Karakteristik Campuran

Persen Portland Cement – Persen Abu Batu Spesifikasi Dept. PU 0% - 6% 2% - 4% 4% - 2% 6%- 0% 1. Stabilitas (kg) 1953,89 2016,77 2082,08 2136,46 > 800 2. Flow Plastis (mm) 3,6 3,4 3,3 3,0 > 3 3. MQ (Kg) 552,77 596,31 632,64 707,22 > 250 4. Density (gr/cm3) 2,335 2,332 2,339 2,357 > 2 5. VIM (%) 4,35 4,31 4,17 3,43 3,5 – 5,0 6. VMA (%) 16,61 16,56 16,32 15,68 > 14 7. VFB (%) 73,84 73,96 74,54 78,13 > 63 8. Durabilitas (%) 78,15 83,41 84,63 86,41 > 80 %

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall untuk variasi abu sekam dengan abu batu No Karakteristik

Campuran

Persen Abu Sekam – Persen Abu Batu Spesifikasi Dept. PU 0% - 6% 2% - 4% 4% - 2% 6%- 0% 1. Stabilitas (kg) 1953,89 2121,06 1756,69 1439,99 > 800 2. Flow Plastis (mm) 3,6 4,9 3,8 4,2 > 3 3. MQ (Kg) 552,77 438,65 460.79 347,12 > 250 4. Density (gr/cm3) 2,335 2,329 2,330 2,341 > 2 5. VIM (%) 4,35 4,59 4,55 4,11 3,5 – 5,0 6. VMA (%) 16,61 16,48 16,52 16,58 > 14 7. VFB (%) 73,84 72,20 72,55 75,19 > 63 8. Durabilitas (%) 78,15 76,51 73,58 70,54 > 80 % Pembahasan

Pengaruh variasi persentase portland cement dan abu sekam disubstitusi pada abu batu basalt terhadap parameter Marshall pada

kadar aspal optimum diperlihatkan pada Gambar 2 sampai Gambar 9 dibawah ini.

(7)

145 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

Gambar 2. Pengaruh variasi filler terhadap nilai

stabilitas

Gambar 3. Pengaruh variasi filler terhadap nilai flow

Gambar 4. Pengaruh variasi filler terhadap nilai marshall quantient

Gambar 5. Pengaruh variasi filler terhadap nilai

density

Gambar 6. Pengaruh variasi filler terhadap nilai VIM

Gambar 7. Pengaruh variasi filler terhadap nilai VMA

Gambar 8. Pengaruh variasi filler terhadap nilai VFB

(8)

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 146 Gambar 9. Pengaruh variasi filler terhadap nilai

durabilitas

Dari gambar 2 sampai gambar 9 menunjukkan semua variasi persentase semen PC dan abu sekam disubstitusi pada abu batu basalt, nilai stabilitas memenuhi persyaratan, yaitu > 800 kg. Pada substitusi 2% abu sekam – 4% abu batu mempunyai stabilitas lebih tinggi dari 2% semen PC – 4% abu batu, sedangkan untuk persentase 4% abu sekam – 2% abu batu dan 6% abu sekam – 0% abu batu mempunyai stabilitas lebih rendah dari 4% semen PC – 2% abu batu dan 6% semen PC – 0% abu batu. Penggunaan 2% Semen PC – 4% abu batu, 4% semen PC – 2% abu batu dan 6% semen PC – 0% abu batu terjadi peningkatan stabilitas 3,21%, 6,56% dan 9,34%. Pada penggunaan 2% abu sekam – 4% abu batu terjadi peningkatan stabilitas 8,55%, tetapi pada 4% abu sekam – 2% abu batu dan 6% abu sekam – 0% abu batu, cenderung mempunyai stabilitas terus menurun hingga 10,092% dan 26,30%. Hal ini memperlihatkan bahwa penggunaan abu sekam yang disubstitusikan pada abu batu, membuat campuran beton aspal (AC-BC) semakin plastis dengan nilai flow

yang lebih besar dari dari penggunaan semen PC disubstitusikan pada abu batu, sehingga stabilitasnya semakin menurun.

Untuk nilai flow beton aspal (AC-BC) dengan menggunakan semen PC semakin turun dengan bertambahnya persentase filler yang disubstitusi pada abu batu basalt sedangkan nilai flow beton aspal (AC-BC) dengan menggunakan abu sekam, mempunyai perubahan yang tidak linear dan beraturan seiring bertambahnya persentase filler yang disubstitusi pada abu batu basalt. Dari grafik di atas, nilai flow yang masih memenuhi spesifikasi yaitu > 3 mm, sehingga perubahan bentuk (deformasi plastis) akibat pembebanan bisa terhindar dari keretakan.

Nilai Marshall Quotient campuran beton aspal (AC-BC) dari filler semen PC cenderung naik seiiring dengan bertambahnya persentase substitusi pada abu batu basalt, karena nilai flownya semakin rendah. Untuk nilai Marshall Quotient dari filler abu sekam semakin menurun dengan bertambahnya persentase substitusi pada abu batu basalt, karena nilai flow meningkat dan stabilitasnya menurun.

Untuk nilai density dari berbagai variasi persentase semen PC dan abu sekam, cenderung meningkat dengan bertambahnya persentase filler yang disubstitusi pada abu batu basalt. Nilai density tertinggi diperoleh pada pengunaan 6% semen PC – 0% abu batu dan yang terendah pada penggunaan abu 2% sekam - 4% abu batu. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai density pada semua variasi persentase semen PC dan abu sekam

(9)

147 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

disubstitusi pada abu batu basalt memenuhi persyaratan yaitu lebih besar dari 2 gr/cm3. Untuk penggunaan semen PC disubstitusi pada abu batu basalt, terjadi penurunan nilai VIM, walaupun penurunannya tidak besar. Penurunan ini disebabkan semakin banyak semen PC, maka semakin mudah menyatu dengan abu batu untuk mengisi rongga dalam campuran, sehingga dengan meningkatnya persentase semen PC disubstitusi pada abu batu basalt, maka nilai VIM semakin kecil. Untuk penggunaan abu sekam, nilai VIM juga terjadi penurunan seiring dengan meningkatnya persentase abu sekam disubstitusi pada abu batu basalt. Penggunan abu sekam, mempunyai nilai VIM lebih besar dari nilai VIM menggunakan semen PC untuk bahan substitusi pada abu batu basalt. Dari gambar di atas, nilai VIM yang masih memenuhi persyaratan untuk campuran beton aspal (AC-BC) yaitu masih dalam 3,5% sampai dengan 5,0%.

Pada gambar 2 sampai gambar 9 menunjukkan semakin meningkatnya jumlah persentase semen PC disubstitusi pada abu batu basalt, maka nilai VMA campuran semakin kecil, karena semen PC dan abu batu banyak mengisi rongga, akibatnya rongga antar agregat semakin kecil.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan penggunaan

portland cement dapat mempengaruhi parameter marshall terutama nilai

stabilitas. Penggunaan 2% portland cement – 4% abu batu, 4% portland cement – 2% abu batu dan 6% portland

cement – 0% abu batu dapat

meningkatan nilai stabilitas 3,21%, 6,56% dan 9,34%. Nilai durabilitas dari sebelumnya tanpa portland cement tidak mencapai nilai durabilitas yang disyaratkan, terus meningkat dengan adanya substitusi portland cement

sebagai filler sebanyak 2%, 4% dan 6% pada abu batu terjadi peningkatan 5,258%, 6,479% dan 10,57% memenuhi syarat > 80%. Untuk parameter lainnya seperti flow, MarshallQuotient, Density, VIM, VMA dan VFB memenuhi persyaratan.

2. Pada penggunaan 2% sekam padi – 4% abu batu terjadi peningkatan stabilitas 8,55%, tetapi pada 4% sekam padi – 2% abu batu dan 6% sekam padi – 0% abu batu, stabilitas terus menurun hingga 10,092% dan 26,30%. Untuk 2%, 4% dan 6% substitusi abu sekam pada abu batu terjadi penurunan nilai durabilitas sebesar 2,1%, 5,85% dan 9,74% sehingga nilai durabilitasnya < 80%. Untuk parameter lainnya seperti flow, Marshall Quotient, Density, VIM, VMA dan VFB memenuhi persyaratan.

Saran

Pada penelitian ini yang ditinjau dengan menggunakan abu sekam hasil lolos saringan no. 200, tanpa dilakukan pembakaran lagi.

(10)

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 148 Diharapkankan untuk penelitian selanjutnya

dapat digunakan sekam padi yang dibakar dengan suhu tertentu sehingga bisa menghasilkan unsur silica yang dapat bersifat sementasi, sehingga bisa lebih awet seperti semen PC bila bereaksi dengan air yang memenuhi spesifikasi Bina Marga tahun 2010.

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO, 1998, Standart Specification for

Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing. Washington, D.C.

Anonim, 1985, Petunjuk Pembuatan Barang dari

Karet Alam, Balai Penelitian Perkebunan Bogor dan Rubber Stichting Amsterdam.

Anonim, 1989, Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal

Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SNI 03-1737-1989, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta

Anonim, 1990, Standard Specification for

Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, 15th ed, AASHTO,. Washington, DC.

Anonim, 2012, Jenis-Jenis batuan Basalt, Direktorat

Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta

Ami, A., dan Djoko, S., 2008, Pemamfaatan Bahan

Limbah Untuk Perkerasan Lentur Jalan Raya, Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP, ITS, Surabaya.

Anonim (2010), Seksi 6.3 Spesifikasi Campuran

Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum (2006), Seksi 6.3

Spesifikasi Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum 2010, Buku Petunjuk

Praktis Penggunaan Aspal pen 60/70 Dalam Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta.

Kurniadjie, 2007, Kerusakan Bleeding Pada Lapisan

Beraspal Akibat Pengaruh Temperatur Aspal Saat

Pencampuran,www.pusjatan.pu.go.id/upload /jurnal/2007/JN2402AGS0706.pdf

SNI, 1991, Metode Pengujian Sifat Fisis Aspal Padat, http://www.pu.go.id/satminkal/ balitbang/sni/buat%20web/RSNI%20CD/AB STRAKS/UMUM/ASPAL/METODE/SNI

Sucipta, I G B E., dan Sadisun I A., 2000, Studi Petrografi Batuan Volkanik Sebagai Agregat Bahan Baku Beton, Buletin Geologi, Vol. 32, No. 3. Bandung.

Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal

Gambar

Tabel 2. Gradasi Agregat untuk Beton Aspal (AC-BC)
Gambar 1. Grafik Gradasi
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall untuk variasi abu sekam dengan abu batu  No  Karakteristik

Referensi

Dokumen terkait

Dalam segi penerjemahan al-Qur’an, jika dulu umat Islam tidak dapat berbuat banyak terhadap penerjemahan yang dilakukan oleh Orientalis, bahkan mungkin menerima begitu

Untuk menganalisa seberapa besar arus gangguan yang mungkin terjadi pada sistem 6 kV PLTU SMS Energy, maka diperlukan suatu analisa short circuit dan simulasi

Senyawa bertanda yang dihasilkan dari proses penandaan tersebut masih bersifat bakterisida, artinya masih tetap dapat berikatan dengan bakteri TB sehingga dapat

Disarankan menggunakan metode langsung untuk menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, namun jika metode tidak langsung yang digunakan, maka perusahaan harus

Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk memutuskan keefektifan ventilasi atau

6) siswa dituntut untuk mendemonstrasikan hasil diskusi. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai

Kata Kunci: penghimpunan dana; peningkatan profitabilitas; strategi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi penghimpunan dana, implikasi dari

Secara i teoritis, berharap penelitian i ini dapat menambah i wawasan ilmu pengetahuan i untuk penulis dan pembaca di bidang ekonomi khususnya dalam