• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KARAKTERISTIK BETON DENGAN VARIAN CANGKANG SAWIT-BATU PECAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KARAKTERISTIK BETON DENGAN VARIAN CANGKANG SAWIT-BATU PECAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa karakteristik beton

ANALISA KARAKTERISTIK BETON DENGAN VARIAN

CANGKANG SAWIT-BATU PECAH

Muhammad Shalahuddin1, Alex Kurniawandy2, Gussyafri3

ABSTRAK

Beton adalah campuran semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan. Cangkang sawit cukup keras dengan bidang pecah yang cukup banyak diperkirakan akan dapat menggantikan sifat agregat kasar pada beton terutama untuk beton nonstructural. Kombinasi material conblock beton 60 % cangkang sawit dan 40 % pasir menggunakan fas 0,4 dan 0,45 menunjukkan kekuatan 4,0 MPa (Muhammad Shalahuddin, 2012).

Campuran beton dilakukan dengan metoda DOE 60 sampel berbentuk silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Kuat tekan beton diuji pada umur 28 hari dengan variasi fas dan variasi agregat kasar-cangkang sawit.

Makin besar persentase penggunaaan cangkang sawit maka kekuatan tekan beton menurun.Kuat tekan beton menurun dengan meningkatnya nilai fas. Variasi cangkang sawit 50 % dan batu pecah 50 % dengan fas 0,4 dan 0,45 menghasilkan kuat tekan di atas 12,5 MPa.

Kata kunci : Cangkang sawit, Pasir, Batu Pecah, Beton

ABSTRACT

Concreteis amixture ofportlandcement,fine aggregate, coarse aggregateand waterwith orwithout additives. Palmshells are hard enough with a lot of surface rupture to beable toreplace thecoarse aggregateonconcreteproperties, especially fornonstructuralconcrete.Combinationof materialconblock concrete of 60 % palm shelland 40% sand using water-cement ratio 0.4 and 0.45 showedstrength 4.0MPa(Muhammad Shalahuddin, 2012).

Mixingconcreteis done byDOEmethod,60 samplescylindricaldiameter of 15cm andheight of 30cm. Compressive strengthof concretetestedat 28 dayswith a variety of water-content ratio and a variety of coarse aggregate-palm shells.

The greater the percentage of use of the palm shell, made of concrete compressive strength decreases. Concrete compressive strength decreases with increasing of water-content ratio. Variations palm shell 50% and 50% of crushed stone with water-content ratio 0.4 and 0,45 produces compressive strength above 12.5 MPa.

Keywords: palm shell, sand, crushedstone, concrete 1. PENDAHULUAN

Beton adalah campuran semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk masa padat (SKSNI T-15-1990-03). Cangkang sawit cukup keras dengan bidang pecah yang cukup banyak diperkirakan akan dapat menggantikan sifat agregat pada beton terutama untuk beton ringan. Nilai ekonomis cangkang sawit sebagai material beton ditunjang dengan produktifitas kelapa sawit di Propinsi Riau yang cukup tinggi.

Menurut Irmansyah, persentase cangkang sawit 75 %, 50 %, 25 % dari berat batu alami didapat kuat tekan 4,904 MPa, 1,792 MPa, dan

5,282 MPa. Penelitian ini akan dilakukan uji coba material cangkang sawit sebagai bahan pengganti agregat kasar pada campuran beton 80 %,70 %, 60 %, dan 50 % dari berat pasir.

Material pembentuk beton adalah semen, agregat halus, agregat kasar dan air. Agregat kasar dapat berupa batu alami, batu pecah atau kobinasi batu pecah dengan bahan lainnya seperti cangkang sawit.

Semen adalah campuran kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air.Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang kompak/padat. Selain itu juga mengisi rongga-rongga di antara butiran agregat. Semen

(2)

namun semen merupakan bahan aktif pengikat antar agregat.Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.Metoda untuk menentukan distribusi ukuran partikel pasir, yaitu analisa ayak (sieve analysis), untuk ukuran partikel yang lebih besar dari 0,075 mm atau tertahan (retained) saringan no. 200. Ilustrasi gradasi butir pasir secara visual seperti pada Gambar 1.

Gambar 1.Beberapa jenis gradasi butir.

Agregat halus sering disebut dengan pasir. Pasir alam sebagai hasil disintegrasi ’alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. (SNI 03-2847-2002). Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari5%(ditentukan terhadap berat kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian yang dapat melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur pada agregat halus lebih dari 5%, maka agreget tersebut harus dicuci sebelum digunakan.

Buah kelapa sawit seperti Gambar 2 terdiri dari :

Gambar 2. Potongan buah kelapas awit.

yang menyebabkan benda uji beton hancur.Umur beton berpengaruh pada kuat tekan beton.Kuat tekan beton (f’c) dinyatakan dengan persamaan 1.

(MPa) ………...(1)

2. METODE PENELITIAN

Lokasi kegiatan Laboratorium Teknologi Beton Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Pekanbaru. Pengumpulan data primer untuk kebutuhan penelitian terdiri dari data analisa butir cangkang sawit, data analisa pasir, data analisa krikil, data karakteristik dan kuat tekan beton. Perencanaan campuran beton metoda DOE dengan sampel berbentuk silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Kuat tekan beton diuji pada umur 28 hari dan jumlah sampel dengan variasi fas dan variasi agregat kasar adalah 60 unit.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan analisa ayak pasir ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik gradasi pasir

Gambar 3 menunjukkan butir pasir bergradasi kasar dan juga terlihat dari ukuran butir pasir maksimum yaitu 9,5 mm. Hasilfineness modulus pasir adalah 6,4 lebih besar dari 1,5 – 3,8 standar SNI 03-1968-1990, menunjukkan besarnya butir kasar pada pasir. Kondisi pasir yang dipergunakan cukup baik dengan berat jenis semu 2,74 gr/cm3, berat jenis SSD 2,66 gr/cm3 dan berat jenis bulk 2,62 gr/cm3 sesuai batasan SNI 03-1970-1990 berat jenis semu, berat jenis SSD dan berat jenis bulk 2,58-2,83 gr/cm3. Kondisi pasir yang dipergunakan cukup bersih dengan kadar lumpur hanya 2,7 %. Kerapatan padat dan gradasi pasir yang dipergunakan cukup baik 1,59 kg/liter sesuai dengan batasan 1,4 – 1,9 kg/liter dari SNI 03-2461-1991.

Hasil analisa ayak batu pecah dan cangkang sawit ditampilkan pada Gambar 4.

0 20 40 60 80 100 0.01 0.1 1 10 Pers en ta se Ukuran butir, mm b) Butir bergradasi menerus (continuous graded) a) Butir bergradasi seragam (uniform graded) c) Butir bergradasi senjang (gap graded)

Lapisan luar / kulit luar (epicapium)

Lapisan tengah / daging buah (mesocapium)

(3)

Analisa karakteristik beton

Gambar 4.Grafik gradasi cangkang sawit. Butir cangkang sawit yang lebih halus dari batu pecah akan saling berinteraksi membentuk gradasi menerus (continuous graded). Grafik gradasi batu pecah seperti Gambar 5.

Gambar 5.Grafik gradasi batu pecah.

Hal ini menunjukkan bahwa batu pecah yang diperunakan kondisinya cukup baik ditinjau dari gradasinya.Hasilfineness modulus batu pecah adalah 8,77 lebih besar dari 5,0 – 8,0 standar SNI 03-1968-1990, menunjukkan butir kasar pada batu pecah sedikit di atas batasannya. Kondisi batu pecah yang dipergunakan cukup baik dengan berat jenis semu 3,34 gr/cm3, berat jenis SSD 3,26 gr/cm3 dan berat jenis bulk 3,22 gr/cm3 di atas batasan SNI 03-1970-1990 berat jenis semu, berat jenis SSD dan berat jenis bulk 2,58-2,83 gr/cm3. Kondisi batu pecah yang dipergunakan cukup bersih dengan kadar lumpur hanya 2,7 %. Kerapatan padat dan gradasi batu pecah yang dipergunakan cukup baik 1,59 kg/liter sesuai dengan batasan 1,4 – 1,9 kg/liter dari SNI 03-2461-1991. Batu pecah dengan nilai kerapatan padat 1,59 kg/liter akan menghasilkan beton dengan kekuatan sesuai rencana.

Nilai abrasi batu pecah yang dipergunakan 16 % lebih kecil dari 30 % sesuai SNI 03-2417-1991. Nilai abrasi yang diperoleh menunjukkanbahwa

batu pecah yang dipergunakan pada peneltian ini keras.

Hasilfineness modulus cangkang sawit adalah 4,03 lebih kecil dari 5,0 – 8,0 standar SNI 03-1968-1990 Tabel 2.6, menunjukkan cangkang sawit bergradasi halus. Kondisi cangkang sawit yang dipergunakan cukup baik dengan berat jenis semu 3,34 gr/cm3, berat jenis SSD 3,26 gr/cm3 dan berat jenis bulk 3,22 gr/cm3 di atas batasan SNI 03-1970-1990 berat jenis semu, berat jenis SSD dan berat jenis bulk 2,58-2,83 gr/cm3. Kondisi cangkang sawit yang dipergunakan cukup bersih dengan kadar lumpur hanya 0,15 %. Kerapatan padat cangkang sawit yang dipergunakan 0,59 kg/liter lebih kecil dari batasan 1,4 – 1,9 kg/liter dari SNI 03-2461-1991. Nilai kerapatan yang lebih kecil akan menghasilkan beton yang lebih ringan. Nilai abrasi cangkang sawit yang dipergunakan 2,54 % lebih kecil dari 30 % sesuai SNI 03-2417-1991. Nilai abrasi yang diperoleh menunjukkan bahwa cangkang sawit yang dipergunakan pada peneltian ini cukup keras.

Hasil uji slump beton pada Gambar 6 dan hasil uji kuat tekan beton pada Gambar 7.

Gambar 6.Grafik variasi cangkang sawit terhadap slump.

Gambar 7.Grafik kuat tekan beton – variasi cangkang sawit. 0 20 40 60 80 100 0.1 1 10 100 Pers en ta se Ukuran butir, mm 0 20 40 60 80 100 0.1 1 10 100 Pers en ta se Ukuran butir, mm 2 3 4 5 6 7 0 25 50 75 100 Slump , cm

Variasi cangkang sawit, %

fas 0.4 fas 0.45 fas 0.5 fas 0.55 0 5 10 15 20 25 0 25 50 75 100 Ku at t eka n b eto n , MPa

Variasi cangkang sawit, %

fas 0.4 fas 0.45 fas 0.5 fas 0.55 Batasan gradasi ukuran max. 20 mm Batasan gradasi ukuran max. 40 mm min. max.

(4)

Dari Gambar 6 terlihat bahwa seluruh campuran beton yang diteliti nilai slump-nya memasuki batasan slump rencana. Nilai slump yang sesuai rencana menjadikan campuran beton dengan workability yang rendah dan baik.

Dari Gambar 7 terlihat bahwa :makin besar persentase penggunaaan cangkang sawit maka kekuatan tekan beton menurun.

- kuat tekan beton menurun dengan meningkatnya nilai fas, berturut-turut nilai kuat tekan conblock fas 0,4 > fas 0,45 > fas 0,5 > fas o,5.

- Variasi cangkang sawit 50 % dan batu pecah 50 % dengan fas 0,4 menghasilkan kuat tekan di atas 12,5 MPa. Hal ini menunjukkan bahwa cangkang sawit dapat dipergunakan untuk beton dengan kuat tekan rendah dan beton ringan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

Gradasi pasir yang dipergunakan bergradasi kasar.Fineness modulus pasir 6.4 lebih besar dari standar SNI 03-1968-1990, menunjukkan besarnya butir kasar pada pasir. Kondisi pasir yang dipergunakan cukup baik dengan berat jenis semu 2,74 gr/cm3, berat jenis SSD 2,66 gr/cm3 dan berat jenis bulk 2,62 gr/cm3 sesuai batasan SNI 03-1970-1990 . Kondisi pasir yang dipergunakan cukup bersih dengan kadar lumpur hanya 2,7 %. Kerapatan padat dan gradasi pasir yang dipergunakan cukup baik 1,59 kg/liter sesuai dengan batasan dari SNI 03-2461-1991.

Cangkang sawit yang dipergunakan gradasinya lebih halus dari batasan gradasi agregat kasar dengan butir maksimum 20,0 mm. Fineness modulus cangkang sawit adalah 4,03 lebih kecil dari SNI 03-1968-1990, menunjukkan cangkang sawit bergradasi halus. Kondisi cangkang sawit yang dipergunakan cukup baik dengan berat jenis semu 3,34 gr/cm3, berat jenis SSD 3,26 gr/cm3 dan berat jenis bulk 3,22 gr/cm3 di atas batasan SNI 03-1970-1990. Kondisi cangkang sawit yang dipergunakan cukup bersih dengan kadar lumpur 0,15 %. Kerapatan padat cangkang sawit yang dipergunakan 0,59 kg/liter lebih kecil dari SNI 03-2461-1991. Nilai kerapatan yang lebih kecil akan menghasilkan beton yang lebih ringan. Nilai abrasi cangkang sawit yang dipergunakan 2,54 % sesuai

menunjukkan bahwa cangkang sawit yang dipergunakan pada peneltian ini cukup keras.

Batu pecah yang dipergunakan gradasinya mendekati batasan gradasi agregat kasar dengan butir maksimum 40 mm. Fineness modulus batu pecah adalah 8,77 lebih besar dari SNI 03-1968-1990. Berat jenis semu 3,34 gr/cm3, berat jenis SSD 3,26 gr/cm3 dan berat jenis bulk 3,22 gr/cm3 di atas batasan SNI 03-1970-1990. Kondisi batu pecah yang dipergunakan cukup bersih dengan kadar lumpur 2,7 %. Kerapatan padat dan gradasi batu pecah yang dipergunakan cukup baik 1,59 kg/liter sesuai dengan batasan SNI 03-2461-1991. Nilai abrasi batu pecah yang dipergunakan 16 % lebih kecil dari SNI 03-2417-1991.

Seluruh campuran beton yang diteliti nilai slump-nya memasuki batasan slump rencana. Makin besar persentase penggunaaan cangkang sawit maka kekuatan tekan beton menurun.Kuat tekan beton menurun dengan meningkatnya nilai fas. Variasi cangkang sawit 50 % dan batu pecah 50 % dengan fas 0,4 dan 0,45 menghasilkan kuat tekan di atas 12,5 MPa.

5. REKOMENDASI

Variasi cangkang sawit 50 % dan batu pecah 50 % dengan fas 0,4 dan 0,45 menghasilkan kuat tekan di atas 12,5 MPa untuk beton nonstruktur.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Buku Diktat Standar Industri Indonesia 0021-83 Dinas Kimpraswil Bidang Pengujian , Pekanbaru, 1983.

Alsaidi, 2003, Pengaruh Penambahan Abu Terbang Terhadap Karakteristik Batu Bata Lempung, Penelitian S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau.

Gurcharan Singh1978. Theory and Design on RCC Structures. First Edition.Nem Chan Jain.Ajay Kumar Jain.Standard Publisher Distributors 1705-B, Nai Sarak. Delhi. 110006.

Neville, A.M1981. Properties of

Concrete.3rdEdition . The English Language Book Society and Pitman, London.

Nugroho, P.S2001.Pengaruh Faktor Air Semen Terhadap Resapan dan Rembesan Pada

(5)

Analisa karakteristik beton Beton Dengan Agregat Kasar dari

Kelereng 40 mm.

IndonesianConstruction Directory, Voloume (41) : (internet) &

(6)

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Rancang Bangun Sistem Rekomendasi Pemilihan Objek Wisata di Bandung Menggunakan Metode AHP dan TOPSIS”.. Laporan skripsi ini dibuat

Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pengeloaaan pembiayaan pendidikan di SMP Negeri 02 Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara mendekati sesuai dengan

Untuk dapat mereduksi distorsi tersebut digunakan filter aktif sistem tiga fase.. Reduksi dilakukan dengan mengkompensasi

Gambar 4 rancangan media pembelajaran gerak jatuh bebas Dalam rancangan ini sensor ditempatkan dalam dua posisi yang berbeda secara vertikal.Saat sebuah benda

Dari hasil uji coba diatas maka dapat diambil sebuah analisa yaitu semakin banyak data training atau latih maka semakin bagus pula hasil yang didapatkan pada

pesawat uap yang didalamnya terdapat tekanan yang melebihi udara luar, dipakai untuk menampung gas atau gas campuran terma suk udara baik terkempa menjadi cair atau dalam

Dalam ketentuan UU Perikanan maupun UNCLOS tidak ada larangan bagi aparat penegak hukum untuk menjatuhkan pidana kurungan pengganti denda, tetapi yang dilarang adalah

180 Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran